A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Melakukan anamnesis kelainan hidung dan tenggorokan:
a. Menanyakan keluhan utama
b. Menanyakan riwayat penyakit sekarang.
c. Menanyakan riwayat penyakit dan pengobatan dahulu.
d. Menanyakan riwayat penyakit lainnya.
e. Menanyakan riwayat keluarga.
2. Melakukan pemeriksaan fisik hidung dan tenggorokan secara runtut dan benar:
a. Melakukan pemeriksaan rhinoskopi anterior.
b. Melihat demonstrasi pemeriksaan nasofaringoskopi oleh dokter spesialis THT-KL.
c. Melihat demonstrasi pemeriksaan laringoskopi indirek oleh dokter spesialis THT-KL.
B. PELAKSANAAN
1. PANDUAN BELAJAR ANAMNESIS THT
1.1 Landasan Teori
Untuk menegakkan diagnosis kelainan pada telinga, hidung, tenggorokan yang dapat mengganggu sistem respirasi,
perlulah dilakukan anamnesis yang teliti dan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, dan bila perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang. Anamnesis mengenai telinga akan dibahas lebih lanjut di blok Sistem Sensoris. Berikut ini beberapa gangguan
hidung dan tenggorokan yang sering mengganggu saluran pernapasan:
1. Nyeri tenggorokan (odinofagia)
Merupakan gejala yang sering dikeluhkan akibat kelainan di daerah nasofaring, orofaring, dan hipofaring.
a. Faringitis
Merupakan peradangan dinding faring. Terdapat dua jenis faringitis berdasarkan lamanya, yaitu akut dan
kronis. Faringitis akut dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma, toksin, dan lain-lain. Gejala dan
tanda yang sering muncul pada faringitis virus adalah demam disertai hidung berair (rhinorrhea), mual, nyeri
tenggorok, sulit menelan. Epstein Barr Virus sering menyebabkan faringitis dengan produksi eksudat yang
banyak. Gejala dan tanda yang sering muncul pada faringitis bakteri adalah nyeri kepala hebat, muntah,
demam, jarang disertai batuk.
Faringitis kronis terbagi dua, yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi. Faktor
predisposisi timbulnya faringitis kronik adalah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minuman
alkohol, inhalasi uap yang merangsang, debu, serta kebiasaan bernapas lewat mulut. Gejala faringitis kronik
hiperplastik adalah tenggorok kering dan gatal lalu muncul batuk yang beriak. Gejala pada faringitis kronik
atrofi adalah tenggorokan kering, gatal, serta mulut berbau.
Ada juga faringitis dengan etiologi yang spesifik, yaitu faringitis luetika (pada sifilis) dan faringitis
tuberkulosis.
b. Abses leher dalam
Penyakit yang termasuk golongan ini adalah abses peritonsil (Quinsy), abses parafaring, abses retrofaring,
abses submandibula, dan angina Ludovici. Gejalanya mirip seperti tonsilitis akut yaitu nyeri menelan, nyeri
tenggorok, mulu berbau, suara bergumam, nyeri telinga, muntah, sukar membuka mulut (trismus).
c. Tonsilitis
Merupakan peradangan pada tonsil palatina, salah satu bagian dari cincin Waldeyer. Ada tiga macam
tonsilitis, yaitu:
- Tonsilitis akut
Dapat disebabkan oleh virus dengan gejala lebih menyerupai common cold disertai nyeri
tenggorokan. Bila penyebabnya bakteri maka gejalanya nyeri tenggorok dan nyeri menelan, demam
tinggi, lesu, nyeri sendi-sendi, tidak nafsu makan, dan rasa nyeri di telinga (otalgia).
- Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya penyakit ini adalah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa
jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan akibat pengobatan
tonsilitis akut yang tidak adekuat. Gejala yang muncul adalah rasa mengganjal di tenggorok, mulut
berbau, tenggorokan kering,.
- Tonsilitis membranosa
Penyakit yang termasuk dalam golongan ini adalah tonsilitis difteri, tonsilitis septik, angina Plaut
Vincent, penyakit kelainan darah, proses spesifik lues dan tuberkulosis, infeksi jamur
moniliasis/aktinomikosis/balstomikosis, dan infeksi virus morbili/pertusis/skarlatina.
2. Mimisan (Epistaksis)
Merupakan perdarahan dari hidung. Epistaksis kadang-kadang dapat timbul spontan dikarenakan trauma, kelainan
lokal pada hidung, kelainan sistemik, atau tanpa penyebab. Dalam anamnesis dapat ditanyakan riwayat trauma
sebelum timbul epistaksis, riwayat mengorek-ngorek lubang hidung, bersin atau mengeluarkan ingus berlebihan.
Perlu juga ditanyakan riwayat penyakit lain yang mungkin menjadi penyebab utama epistaksis seperti kelainan
darah, kelainan sistemik, kelainan pembuluh darah hidung, penyakit kardiovaskuler, gangguan hormonal.
3. Bersin-bersin (Rhinitis)
Rhinitis adalah penyakit inflamasi pada hidung. Ada dua tipe yaitu rhinitis alergi dan rhinitis vasomotor. Gejala
rhinitis alergi adalah bersin berulang, hidung berair encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal,
banyak air mata (lakrimasi). Gejala rhinitis vasomotor biasanya disebabkan oleh berbagai rangsangan nonspesifik
seperti asap, bau menyengat, parfum, minuman alkohol, makanan pedas, udara dingin, perubahan kelembaban,
perubahan suhu lingkungan, kelelahan, serta emosi. Gejalanya mirip dengan rhinitis alergi, namun yang dominan
adalah hidung tersumbat, rhinorrhea mukoid atau serosa.
4. Sinusitis
Merupakan inflamasi mukosa sinus paranasal. Etiologinya bisa virus, bakteri, jamur, atau dari gigi. Gejala yang
timbul biasanya hidung tersumbat disertai nyeri/rasa tekanan pada muka dan ingus purulen yang sering turun ke
tenggorok (post nasal drip), sakit kepala, nyeri alih ke telinga, hidung tidak dapat membaui (hipoosmia/anosmia),
mulut berbau (halitosis), batuk. Dapat disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu.
Setelah selesai menanyakan keluhan utama dan keluhan penyerta, anamnesis dilanjutkan dengan menanyakan riwayat
perjalanan penyakit. Yang dimaksud dengan riwayat perjalanan penyakit adalah saat keluhan pertama kali dirasakan oleh
pasien sampai saat si pasien datang berobat. Dapat juga ditanyakan mengenai riwayat penyakit terdahulu atau penyakit lain
yang kira-kira bisa mempengaruhi timbulnya keluhan utama saat ini.
1.2 Media Pembelajaran
1. Penuntun LKK 5 Blok XIII FK UMP
2. Pasien simulasi
3. Ruang periksa dokter
Contoh kasus:
1. Mimisan
- Sejak kapan
- Hilang timbul/terus-menerus
- Faktor yang mencetuskan mimisan
- Faktor yang menghilangkan mimisan
- Gejala penyerta (demam, pilek, dll)
- Didahului trauma atau tidak
- Riwayat mimisan sebelumnya
- Riwayat sering perdarahan gusi, memar-memar di kulit sebelumnya.
- Riwayat pengobatan
2. Sakit tenggorokan
- Sejak kapan
- Hilang timbul/terus-menerus
- Gejala penyerta (demam, batuk, sulit menelan, suara serak dll)
- Riwayat keluhan serupa sebelumnya
- Riwayat pengobatan
- Riwayat alergi
- Riwayat penyakit lainnya (misal amandel)
3. Bersin-bersin
- Sejak kapan
- Hilang timbul / terus menerus
- Faktor pencetus bersing-bersin
- Faktor yang mengurangi keluhan
- Riwayat keluhan serupa sebelumnya
- Riwayat pengobatan
- Riwayat alergi, asma
1.4 Kesimpulan
Mahasiswa menyimpulkan kemungkinan diagnosis yang diderita pasien berdasarkan hasil anamnesis. Perlu diingatkan
kepada pasien bahwa untuk memastikan diagnosis harus dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
setelah anamnesis.
2. Rhinoskopi posterior
- tuba Eustachii : tersumbat/tidak
- fossa Rossenmuller : massa, tidak. Mukosa normal/tidak
- choana: mukosa normal/tidak, massa ada/tidak
3. Pemeriksaan tenggorokan
Tonsila palatina:
- Ukuran: normal, membesar, sudah diangkat (T 0)
- Mukosa: normal (merah muda pucat), hiperemis
- Detritus: tidak ada, ada
- Kripta: normal, melebar
Faring:
- Mukosa: normal (merah muda pucat), hiperemis
- Granula: tidak ada, ada
- Lateral band: normal, melebar
- Sekret: tidak ada, ada
-
4. Pemeriksaan laring
a. Pemeriksaan dari luar
Inspeksi:
Warna kulit leher: normal, hiperemis
Massa: tidak ada, bila ada (struma atau duktus tireoglossus)
Palpasi
Bila massanya bergerak waktu menelan ludah kemungkinannya adalah duktus tireoglossus. Bila tidak
bergerak: struma.