Anda di halaman 1dari 40

Referat

Otitis Media Akut, Otitis Media Efusi dan Otitis Media Supuratif Kronis

Oleh :

Jefri
Tri Handayani

Pembimbing :
dr. Hj. Yelvita Roza, Sp, THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK
RSUD KECAMATAN MANDAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang diberikan-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Otitis Media Akut, Otiti
s Media Efusi, dan Otitis Media Supuratif Kronik” referat ini dibuat sebagai
persyaratan untuk mengikuti KKS pada ilmu kesehatan telinga, hidung, dan
tenggorok di RSUD Kecamatan Mandau.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Hj.
Yelvita Roza, Sp. THT-KL dan segenap staff bagian ilmu kesehatan telinga, hidung
dan tenggorok RSUD Kecamatan Mandau atas bimbingan dan pertolongannya selama
menjalani kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan telinga, hidung dan tenggorok. P
enulis memohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan pada penulisan maupun pen
yusunan referat. Kritik dan saran pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan
kesempurnaan referat sangat kami hargai.
Demikian yang dapat saya sampaikan, mudah- mudahan referat ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi kami yang sedang menempuh
pendidikan.

Mandau, 17 Maret 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Referat...........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................3
2.1 Anatomi Telinga..................................................................................................3
2.2 Otitis Media Akut..............................................................................................11
2.2.1 Definisi........................................................................................................11
2.2.2 Etiologi........................................................................................................11
2.2.3 Faktor Risiko...............................................................................................11
2.2.4 Stadium Otitis Media Akut.........................................................................13
2.2.5 Patofisiologi dan Manifestasi Klinis...........................................................16
2.2.6 Penegakkan Diagnosis................................................................................17
2.2.7 Tatalaksana..................................................................................................18
2.2.8 Komplikasi..................................................................................................20
2.3 Otits Media Efusi...................................................................................................21
2.3.1 Definisi............................................................................................................21
2.3.2 Klasifikasi.......................................................................................................22
2.3.3 Patofisiologi....................................................................................................23
2.3.4 Manifestasi Klinis...........................................................................................23
2.3.5 Tatalaksana.....................................................................................................24
2.3.6 Komplikasi......................................................................................................25
2.3.7 Prognosis.........................................................................................................25
2.4 Otitis Media Supuratif Kronis...............................................................................25
2.4.1 Definisi............................................................................................................25
2.4.2 Etiologi11........................................................................................................25

iii
2.4.3 Faktor Resiko..................................................................................................27
2.4.4 Patofisiologi....................................................................................................28
2.4.5 Letak Perforasi................................................................................................29
2.4.6 Jenis OMSK....................................................................................................30
2.4.7 Diagnosis.........................................................................................................30
2.4.8 Tatalaksana.....................................................................................................32
2.4.9 Prognosis.........................................................................................................33
BAB III........................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................36

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otitis media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Telinga tengah biasanya
merupakan bagian yang steril, walaupun terdapat mikroba di nasofaring dan faring.
Secara fisiologis terdapat mekanisme pencegahan untuk masuknya mikroba ke dalam
telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim, dan antibodi.1
Terjadinya otitis media akut (OMA) dikarenakan faktor pertahanan tubuh
terganggu. Sumbatan pada tuba Eustachius adalah faktor penyebab utama dari otitis
media. Oleh karena, fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi mikroba ke
dalam telinga tengah juga akan terganggu, mengakibatkan kuman masuk kedalam
telinga tengah dan terjadi proses inflamasi.1
Otitis media akut merupakan salah satu jenis peradangan dan kasus infeksi
yang paling sering terjadi pada bayi dan anak – anak , dengan tingkat prevalensi yang
bervariasi di seluruh dunia. Kasus Insiden tertinggi OMA terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan, dimana insidens ini akan menurun pada usia 8 tahun menjadi 2
%. Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa 50% anak pernah mengalami minimal
1 kali episode OMA sebelum usia 1 tahun, lebih dari dua pertiga anak sudah pernah
mengalami 1 episode OMA sebelum usia 3 tahun, dan sekitar 50% pernah mengalami
3 atau lebih episode OMA.2,3
Otitis media efusi (OME) merupakan suatu proses inflamasi mukosa telinga
tengah yang ditandai dengan adanya cairan non-purulen di telinga tengah tanpa
adanya tanda infeksi akut. OME merupakan salah atu penyebab penurunan fungsi
pendengaran pada anak - anak. OME sering terjadi pada anak – anak usia 1 tahun
hingga 3 tahun, selanjutnya pada usia masuk sekolah, yaitu 4 tahun hingga 6 tahun.
Sekitar 90% anak usia 10 tahun sekurang-kurangnya pernah mengalami satu kali
episode OME. Walaupun, banyak kasus OME dapat sembuh secara spontan, tetapi
30% hingga 40% akan mengalami kekambuhan setelah 3 bulan dan 5% sampai 10%

1
kasus dapat bertahan hingga 1 tahun.4
Otitis media supuratif kronik adalah proses inflamasi kronis pada telinga
tengah dengan adanya perforasi membran timpani dan memiliki riwayat keluarnya
sekret dari telinga lebih dari dua bulan, baik secara terus-menerus maupun hilang
timbul. Survei Nasional Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran terakhir pada
delapan provinsi Indonesia menunjukkan angka morbiditas THT sebesar 38,6%.
Prevalensi otitis media supuratif kronis (OMSK) di seluruh dunia yaitu berkisar 65-
330 juta orang, terutama di negara berkembang, dimana 39-200 juta orang (60%)
mengalami penurunan fungsi pendengaran secara signifikan. Diperkirakan terdapat
31 juta kasus baru OMSK setiap tahunnya, yaitu pada anak – anak <5 tahun dengan
presentase 22,6%.5

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga


Telinga adalah organ yang berfungsi untuk pendengaran dan keseimbangan.
Telinga atau auris memiliki tiga bagian yaitu :
1. Auris eksterna
Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri dari daun
telinga, lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi daun
telinga atau pinna. Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan
suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan yang
begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan bagian
terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan rawan
yang dilapisi kulit tipis. Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang
menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya
bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada ujung
saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga dalam.
Peradangan pada bagian telinga ini disebut sebagai otitis Eksterna. Hal ini biasanya
terjadi karena kebiasaan mengorek telinga & akan menjadi masalah bagi penderita
diabetes mellitus (DM/sakit gula).
2. Auris media
Telinga tengah terdiri dari 3 bagian yaitu membran timpani, cavum timpani dan tuba
eustachius
• Membrana timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang
telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki panjang vertikal rata-rata 9-1
0 mm, diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm, dan ketebalannya rata-rata 0,1 mm
.Letak membran timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring ya
ng arahnya dari belakang luar ke muka dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sa

3
gital dan horizontal. Membran timpani berbentuk kerucut, dimana bagian puncak dari
kerucut menonjol ke arah kavum timpani yang dinamakan umbo. Dari umbo ke muka
bawah tampak refleks cahaya ( cone of ligt).

Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :


a. Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.
b. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.
c. Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum
dan mukosum.
Secara Anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian :
a. Pars tensa
Bagian terbesar dari membran timpani yang merupakan permukaan yang tega
ng dan bergetar, sekelilingnya menebal dan melekat pada anulus fibrosus pad
a sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal.
b. Pars flaksida atau membran Shrapnell.
Letaknya di bagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksida dib
atasi oleh 2 lipatan yaitu :
•Plika maleolaris anterior (lipatan muka).
•Plika maleolaris posterior (lipatan belakang).
Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang dinamaka
n sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus ini dan
bagian ini disebut incisura timpanika (rivini). Permukaan luar dari membran tim
pani disarafi oleh cabang nervus aurikulo temporalis dari nervus mandibula dan
nervus vagus. Permukaan dalam disarafi oleh nervus timpani cabang dari nervus
glossofaringeal. 
Aliran darah membrana timpani berasal dari permukaan luar dan dalam. Pemb
uluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang merupakan cabang dari art
eri maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh arteri tim
pani anterior cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid cabang

4
dari arteri aurikula posterior.
• Kavum timpani
Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya b
ikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter antero-posterior atau vertikal 15
mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 din
ding yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, medial, anterior, dan posterior. K
avum timpani terdiri dari :
a. Tulang-tulang pendengaran, terbagi atas: malleus (hammer/martil), inkus
(anvil/landasan), stapes (stirrup/pelana)
b. Otot, terdiri atas: otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) dan otot
stapedius (muskulus stapedius).
c. Saraf korda timpani.
d. Saraf pleksus timpanikus.
 Batas cavum timpani ;
Atas: tegmen timpani
Dasar: dinding vena jugularis dan promenensia styloid
Posterior: mastoid, m.stapedius, prominensia pyramidal
Anterior: dinding arteri karotis, tuba eustachius, m.tensor timpani
Medial: dinding labirin
Lateral : membrana timpani
Kavum timpani berisi 3 tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, dan stape
s. Ketiga tulang pendengaran ini saling berhubungan melalui artikulatio dan dila
pisi oleh mukosa telinga tengah. Ketiga tulang tersebut menghubungkan membr
an timpani dengan foramen ovale, seingga suara dapat ditransmisikan ke telinga
dalam.
Maleus, merupakan tulang pendengaran yang letaknya paling lateral. Mall
eus terdiri 3 bagian yaitu kapitulum mallei yang terletak di epitimpanum, manub
rium mallei yang melekat pada membran timpani dan kollum mallei yang meng

5
hubungkan kapitullum mallei dengan manubrium mallei. Inkus terdiri atas korp
us, krus brevis dan krus longus. Sudut antara krus brevis dan krus longus sekitar
100 derajat. Pada medial puncak krus longus terdapat processus lentikularis. Sta
pes terletak paling medial, terdiri dari kaput, kolum, krus anterior dan posterior,
serta basis stapedius/foot plate. Basis stapedius tepat menutup foramen ovale da
n letaknya hampir pada bidang horizontal.
Dalam cavum timpani terdapat 2 otot, yaitu :
✓ M.tensor timpani, merupakan otot yang tipis, panjangnya sekitar 2 cm,
dan berasal dari kartilago tuba eustachius. Otot ini menyilang cavum
timpani ke lateral dan menempel pada manubrium mallei dekat kollum.
Fungsinya untuk menarik manubrium mallei ke medial sehingga membran
timpani menjadi lebih tegang.
✓ M. Stapedius, membentang antara stapes dan manubrium mallei
dipersarafi oleh cabang nervus fascialis. Otot ini berfungsi sebagai proteksi
terhadap foramen ovale dari getaran yang terlalu kuat.
• Tuba eustachius
Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. bentuknya
seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpa
ni dengan nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan k
e bawah, depan dan medial dari telinga tengah 13 dan pada anak dibawah 9 bula
n adalah 17,5 mm. Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :
a. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
b. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).
Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga yaitu mempertahankan keseimb
angan tekanan udara didalam kavum timpani dengan tekanan udara luar, drenas
e sekret dari kavum timpani ke nasofaring dan menghalangi masuknya sekret da
ri nasofaring ke kavum timpani.

6
Gambar. Tuba eustachius anak dan dewasa

3. Auris interna
Merupakan suatu ruangan yang ada di dalam pars petrosa os.temporale yang
terletak diantara auris media di lateral dan meatus akustikus internus di medial.
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibular yang terdiri dari kanalis semisirkularis. 1,6

Gambar 1. Anatomi Telinga

7
Pemisah antara meatus akustikus eksternus dari auris media adalah membran
timpani. Membran ini berada pada sudut miring ke medial dari atas ke bawah dan dari
posterior ke anterior. Oleh karena itu, permukaan lateralnya menghadap ke inferior
dan anterior. Membran timpani terdiri dari jaringan ikat di tengah, yang dilapisi kulit
di luar dan membran mukosa di dalam.6
Bagian tepi dari membran timpani disekelilingi oleh annulus
fibrocartilagineus yang melekatkan membran timpani ini pada pars tympanica tulang
temporal. Pada bagian tengahnya terdapat cekungan yang disebabkan oleh perlekatan
ujung bawah manubrium mallei, bagian tulang malleus dalam auris media. Titik
perlekatan ini disebut umbo membran iympani. Pada bagian anteroinferior dari umbo
membran timpani terdapat refleksi cahaya terang, disebut sebagai kerucut
cahaya(cone of light) , biasanya dapat dilihat ketika pemeriksaan membran timpani
dengan menggunakan otoskop.6
Pada bagian superior dari umbo, ke arah anterior terdapat perlekatan sisa
manubrium mallei. Perluasan paling superior dari garis perlekatan tersebut terdapat
penonjolan kecil pada membran yang menandai processus lateralis malleus ketika
berproyeksi pada permukaan internal membran timpani. Kemudian, meluas menjauhi
penonjolan tersebut, pada permukaan dalam membran timpani terdapat plica
mallearis anterior dan posterior. Bagian superior dari plica tersebut terdapat bagian
membran timpani yang tipis dan kendor disebut pars flaccida dan bagian membran
lain yang tebal dan tegang disebut pars tensa.6

8
Gambar 2. Anatomi Membran Timpani

Telingan tengah (auris media) adalah ruangan yang dilapisi membran mukosa
di dalam tulang temporal yang terletak diantara membran timpani di bagian lateral
dan dinding lateral auris interna (telinga dalam) di medial. Auris media berhubungan
dengan daerah tulang mastoid di posterior (melalui auditus ad antrum mastoideum)
dan nasofaring di anterior (melalui tuba eustachius). Fungsinya untuk mengirimkan
getaran membran timpani melalui tiga tulang yang menjembatani ruangan antara
membran timpani dan auris interna. Tulang – tulang ini adalah malleus, incus, stapes
dan melekat pada dinding lateral auris interna pada fenestra vestibuli.6

9
Gambar 3. Anatomi Telinga Tengah

Saluran yang menghubungkan antara rongga telinga tengah dengan nasofaring


adalah tuba eustachius. Fungsi tuba ini adalah sebagai ventilasi, drainase sekret, dan
menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke teliga tengah. Ventilasi berguna
untuk menjaga agar tekanan dalam udara telinga tengah selalu sama dengan tekanan
udara luar. Pada anak – anak tuba eustachius lebih lebar, lebih pendek, dan
kedudukannya lebih horizontal dari tuba orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa
37,5 mm dan pada anak di bawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Tuba biasanya dalam
keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke telinga
tengah atau pada saat mengunyah, menelan, menguap. Otitis media terjadinya karena
adanya gangguan pada fungsi tuba eustchius.1

10
2.2 Otitis Media Akut
2.2.1 Definisi
Otitis media akut merupakan infeksi pada rongga telinga tengah yang dapat
mengenai sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum
mastoid dan sel-sel mastoid yang terjadi secara akut dalam kurun waktu < 6
minggu.1,2,7
2.2.2 Etiologi
Penyebab otitis media akut bersifat multifactorial diantaranya:
 Variasi anatomis tuba eutachius
 Kemampuan invasi patogen dibandingkan dengan daya tahan tubuh
pejamu
Mikroba penyebab otitis media akut dapat berupa bakteri maupun virus.
Bakteri penyebab utama pada OMA adalah bakteri piogenik seperti
streptococcus hemoliticus, Staphylococcus aureus, dan pneumococcus. Selain
itu, kadang-kadang juga ditemukan Streptococcus pneumonia, Haemophilus
influenza, Escherchia colli, Moraxella catarrhalis, Proteus vulgaris, dan
Pseudomonas aeruginosa. Haemophilus influenza sering ditemukan pada
anak yang berusia dibawah 5 tahun. Sedangkan, virus yang biasanya sering
menyebabkan otitis media adalah respiratory syncytial virus (RSV),
rhinovirus, adenovirus, parainfluenza, dan coronavirus.1,2,3
2.2.3 Faktor Risiko
Faktor predisposisi terjadinyaa Otitis Media Akut (OMA), yaitu:
1. Usia Muda (Bayi dan Anak)
Bayi dan anak berusia 6 – 36 bulan adalah puncak prevalensi tertinggi
sebagai faktor risiko terjadinya otitis media akut. Hal disebabkan karena
sistem imun yang masih belum berkembang sempurna, tuba eusthacius yang
pendek, lebar dan lebih horizontal, serta memiliki banyak folikel limfoid di
daerah nasofaring. Selain itu, pada anak – anak juga sering terjadi infeksi

11
saluran napas atas, yang mana akan meningkatkan risiko terjadinya OMA.1,2
2. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (Rinitis, Nasofaringitis)
Otitis media akut dapat dipicu dengan adanya riwayat rhinitis dan
nasofaringitis, dengan penyebaran organisme patogen melalui tuba eusthacius
ke telinga tengah. Infeksi virus juga dapat meningkatkan adhesi bakteri pada
jaringan nasofaringeal. Secara fisiologis terdapat mekanisme pencegahan
masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eusthacius,
enzim, dan antibodi. Namun, dengan adanya ISPA dapat menyebabkan
terganggunya mekanisme pecegahan tersebut.1,2
3. Riwayat Penyakit Keluarga (Alergi)
Riwayat alergi/ atopi pada keluarga dapat memicu penyakit seperti
rinitis alergi dan asma, hal ini juga dapat menyebabkan terjadinya hipertropi
dari jaringan limfoid nasofaringeal dan adenoid sehingga mengganggu fungsi
tuba dan memicu terjadinya disfungsi tuba yang akhirnya mengakibatkan
terjadinya otitis media.2
4. Abnormalitas Kraniofasial
Pada pasien dengan palatoskisis dan sindrom down berisiko terjadinya
disfungsi tuba eusthacius dikarenakan anomali yang dialami sehingga juga
memiliki insidensi otitis media yang lebih tinggi.2
5. Imunodefisiensi
Pasien dengan imunodefisiensi akan mengalami gangguan fungsi
fagosit dan sistem imun humoral sehingga apabila mengalami ISPA maka
penyebaran organisme ke daerah telinga tengah akan menjadi lebih mudah.2

2.2.4 Stadium Otitis Media Akut


Akibat adanya infeksi maka terjadi perubahan pada mukosa telinga yang

12
dapat dibagi menjadi 5 stadium1
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Jika terdapat oklusi pada tuba eustachius maka tampak gambaran
retraksi pada membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif didalam
telinga tengah, akibat adanya absorpsi udara. Kadang-kadang membrane
timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi bisa saja telah
terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Pada stadium ini sukar dibedakan dengan
otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.1

Gambar 4. Stadium Oklusi


2. Stadium Hiperemis (stadium pre-supurasi)
Jika tampak pembuluh darah yang melebar pada membran timpani
atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem maka ini sudah
memasuki stadium hiperemis. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih
bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat. 1

13
Gambar 5. Stadium Hiperemis

3. Stadium Supurasi
Pada stadium supurasi tampak edema yang hebat pada mukosa telinga
tengah dan hancurnya sel epitel superfisial dan terbentuknya eksudat yang
purulent pada kavum timpani, sehingga menyebabkan membran timpani
menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada stadium ini pasien tampak
sangat kesakitan, nadi dan suhu meningkat, serta rasanya nyeri yang
bertambah hebat. 1

Gambar 6. Stadium Supurasi

4. Stadium Perforasi
Stadium perforasi terjadi karena beberapa sebab seperti terlambatnya
pemberian antibiotik atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi
ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke
liang telinga luar. Pada stadium ini, anak yang tadinya gelisah menjadi tenang,
suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak.1

14
Gambar 7. Stadium Perforasi

5. Stadium Resolusi
Stadium resolusi terjadi jika membran timpani tetap utuh, maka
keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah
terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya
tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah. Maka resolusi dapat terjadi
walaupun tanpa pengobatan. OMA dapat berubah menjadi OMSK bila
perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang
timbul. OMA akan menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila
sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi. 1

Gambar 8. Stadium Resolusi

15
2.2.5 Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
Secara fisiologi, terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba kedalam
telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim dan antibodi. Sumbatan yang
terjadi pada tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama otitis media karena
ketika fungsi tuba terganggu dapat menyebabkan terganggunya pencegahan invasi
mikroba kedalam telinga tengah sehinga mikroba masuk kedalam telinga tengah dan
terjadi peradangan.1
Otitis media dimulai sebagai proses inflamasi setelah infeksi pada saluran
pernapasan atas yang melibatkan mukosa hidung, nasofaring, mukosa telinga tengah,
dan tuba eustachius. Karena ruang anatomi telinga tengah yang menyempit, edema
yang disebabkan oleh proses inflamasi menyumbat tuba eustachius yang
menyebabkan penurunan ventilasi. Hal ini menyebabkan kaskade kejadian yang
mengakibatkan peningkatan tekanan negatif di telinga tengah, peningkatan eksudat
dari mukosa yang meradang, dan penumpukan sekresi mukosa, yang memungkinkan
kolonisasi mikroba di telinga tengah. Pertumbuhan mikroba di telinga tengah
kemudian menyebabkan nanah dan akhirnya purulen di ruang telinga tengah. Hal ini
ditunjukkan secara klinis oleh membran timpani yang menonjol atau eritematosa dan
cairan telinga tengah purulen. Ini harus dibedakan dari otitis media supuratif kronis
(OMSK), yang muncul dengan cairan kental berwarna kuning di ruang telinga tengah
dan membran timpani yang retraksi pada pemeriksaan otoskopi.7
Manifestasi klinis OMA tergantung pada stadium penyakit serta umur pasien.
Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa sakit didalam
telinga. Selain keluhan berupa suhu tubuh yang tinggi biasanya terdapat riwayat
batuk dan pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa,
selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga
atau rasa kurang mendengar.1
Pada bayi dan anak gejala khasnya OMA ialah suhu tubuh yang tinggi dapat
mencapai 39,5 0C (stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak
menjerit saat tidur, dan kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila teradi rupture

16
membran timpani, maka sekret mengalir keliang telinga, suhu tubuh turun dan anak
dapat tertidur tenang. 1

2.2.6 Penegakkan Diagnosis


Diagnosis OMA dapat ditegakkan secara klinis yaitu meliputi anamnesis dan
pemeriksaan telinga (otoskop) yang didasarkan pada stadiumnya :1,8
1. Stadium oklusi tuba eustachius
Diikuti dengan gejala ISPA dan dengan gejala ditelinga terasa penuh,
pendengaran terganggu dan rasa tidak nyaman. Membran timpani dapat tampak
normal/retraksi/ berwarna keruh pucat, efusi mungkin telah terjadi namun tidak
dapat dideteksi.
2. Stadium hiperemis
Pada stadium hiperemis terdapat gejala berupa otalgia, gangguan
pendengaran, febris, batuk dan pilek. Pada membran timpani tampak membran
timpani melebar atau seluruh membran timpani hiperemis serta adanya edema.
3. Stadium supurasi
Pada stadium supurasi gejala yang dikeluhkan pasien berupa otalgia hebat,
gangguan pendengaran, febris, batuk dan pilek. Pada bayi dan anak kadang
disertai gelisah, rewel, kejang, gastroenteritis dan belum terjadinya otorea. Pada
pemeriksaan fisik nadi dan suhu meningkat, edem hebat pada mukosa telinga
tengah dan hancurnya sel epitel superficial. Kavum timpani menonjol (bulging)
kearah liang telinga luar.
4. Stadium perforasi
Pada stadium perforasi terjadi otorea mukopurulen ke liang telinga luar
sedangkan otalgia dan febris mereda. Terdapat gangguan pendengaran, anak yang
gelisah mulai tenang. Tampak membran timpani perforasi serta terdapat sekret
mukopurulen.
5. Stadium resolusi
Pada stadium resolusi ini terjadi perbaikan, gejala pada stadium sebelumnya

17
sudah banyak berkurang. Terkadang masih ada gejala sisa seperti tinnitus dan
gangguan pendengaran. Membran timpani kering dan perlahan mulai kembali
normal. Akan tetapi, masih dijumpai lubang perforasi serta sudah tidak terdapat
sekret.

2.2.7 Tatalaksana
1. Farmakologi
Terapi pada otitis media akut tergantung dari stadium penyakitnya, yai
tu :
 Pada stadium oklusi, pengobatan terutama untuk membuka kembali tuba Eust
achius, untuk itu diberikan dekongestan nasal (HCl efedrin 0,5% dalam laruta
n fisiologik untuk anak < 12 tahun, dan HCl efedrin 1% dalam larutan fisiolog
ik bagi yang berumur > 12 tahun). Disamping itu dapat diberikan antibiotika u
ntuk infeksinya. Sesuai prevalensi organisme penyebab otitis media akut, mak
a terapi terpilihnya adalah amoksisilin (80 – 90 mg/kg BB/hari) yang dibagi d
ua dosis untuk 10 hari. Terapi terpilih lainnya ialah penisilin. Bila pasien alerg
i terhadap penisilin, dapat diberikan eritromisin (40 mg/kg BB/hari).
 Pada stadium hiperemis, pengobatan diberikan antibiotika, analgetika untuk n
yeri, serta dekongestan nasal dan antihistamin atau kombinasi keduanya. Pada
stadium supurasi disamping diberikan terapi seperti pada stadium hiperemis, i
dealnya harus disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh.
Dengan miringotomi gejala- gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat d
ihindari.
 Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terliha
t sekret keluar secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah o
bat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika adekuat. Biasanya
sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 – 10 h
ari. Harus dihindarkan masuknya air ke dalam liang telinga sampai penyembu
han sempurna, karena dapat disertai kontaminasi mikroorganisme.

18
 Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret tid
ak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolus
i biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi
di membrana timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya ede
ma mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutk
an sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap ban
yak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.1
2. Pembedahan
Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani otitis media a
kut rekuren, diantaranya:
a. Miringotomi
Miringotomi merupakan tindakan insisi pada pars tensa membran timp
ani, supaya terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Sya
ratnya adalah harus dilakukan secara dilihat langsung, anak harus tenang sehin
gga membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi yang dilakukan tindak
an miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior. Bila terapi yang diberikan
sudah adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus di
telinga tengah. Indikasi dilakukannya miringotomi pada anak dengan otitis me
dia akut adalah komplikasi supuratif, otalgia berat, gagal dengan terapi antibio
tik, pasien imunokompromis, neonatus dan pasien yang dirawat di unit perawa
tan intensif.1
b. Timpanosintesis
Timpanosintesis merupakan tindakan pengambilan cairan dari telinga t
engah dengan menggunakan jarum untuk pemeriksaan mikrobiologi. Indikasi
dilakukannya timpanosintesis adalah demam tinggi, neonatus risiko tinggi, an
ak di unit perawatan intensif, membran timpani yang menggembung, OMA re
frakter yang tidak respon terhadap antibiotik dan komplikasi surpuratif akut.1
c. Adenoidektomi

19
Adenoidektomi efektif untuk menurunkan risiko terjadi otitis media de
ngan efusi dan OMA yang rekuren pada anak yang pernah menjalankan mirin
gotomi dan insersi tuba timpanosintesis. Akan tetapi, hasil masih tidak memua
skan. Pada anak kecil dengan OMA rekuren yang tidak pernah didahului deng
an insersi tuba, tidak dianjurkan adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi j
alan nafas dan rinosinusitis rekuren.1
2.2.8 Komplikasi
Komplikasi dari otitis media akut dapat terjadi melalui beberapa mekanisme,
diantaranya melalui erosi tulang, invasi langsung dan tromboflebitis.
Komplikasi ini dibagi menjadi komplikasi intratemporal dan intrakranial:
 Komplikasi intratemporal terdiri dari: mastoiditis akut, petrositis, labirintitis,
perforasi pars tensa, atelektasis telinga tengah, paresis fasialis, dan gangguan
pendengaran.
 Komplikasi intrakranial terdiri dari: meningitis, ensefalitis, hidrosefalus otikus
abses otak, abses epidural, empiema subdural, dan trombosis sinus lateralis.
Komplikasi tersebut umumnya sering ditemukan sewaktu belum adany
a antibiotik, tetapi pada era antibiotik semua jenis komplikasi itu biasanya did
apatkan sebagai komplikasi dari otitis media supuratif kronik (OMSK).9
2.2.9 Prognosis
Prognosis pada sebagian besar pasien dengan kasus otitis media adalah sangat
baik. Tingkat kematian akibat OMA adalah kejadian langka untuk saat ini. Dikarenak
an akses yang lebih baik pada perawatan kesehatan, penegakan diagnosis dan pengob
atan dini telah menghasilkan prognosis yang lebih baik pada penyakit ini. Terapi anti
biotik yang efektif adalah pengobatan utama. Beberapa faktor prognostik mempengar
uhi perjalanan penyakit.7 Anak – anak yang mengalami komplikasi bisa sulit diobati d
an cenderung memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi. Komplikasi intratemporal da
n intrakranial, meskipun sangat jarang, memiliki angka kematian yang tinggi.7

20
2.3 Otits Media Efusi
2.3.1 Definisi
Otitis media efusi disebut juga dengan otitis media non supuratif, otitis media
musinosa, otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media mukoid (glue ear).
Otitis media efusi adalah suatu keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen di telinga
tengah yang dapat berupa mukoid atau serosa sedangkan membran timpani masih utu
h. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut k
ental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).1,10

Gambar 9. Membran timpani suram dan retraksi

2.3.2 Klasifikasi
Otitis media serosa dibagi menjadi dua jenis, yaitu:1
1. Otitis media serosa akut
Suatu keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba – tiba yang dis
ebabkan oleh adanya gangguan fungsi tuba. Keadaan akut ini dapat disebabkan an
tara lain oleh :
 Sumbatan pada tuba eustachius, pada keadaan tersebut terbentuk caira
n di telinga tengah disebabkan oleh tersumbatnya tuba secara tiba – tib
a seperti pada barotrauma.
 Infeksi virus, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan
dengan infeksi virus pada saluran pernapasan atas.

21
 Alergi, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan denga
n keadaan alergi pada saluran pernapasan atas.
 Idiopatik
2. Otitis media serosa kronik (glue ear)
Perbedaan kondisi antara otitis media serosa akut dengan otitis media kronik h
anya pada cara terbentuknya sekret. Pada otitis media serosa akut sekret terjadi se
cara tiba – tiba di telinga tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga, sedangka
n pada keadaan kronis sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan ge
jala – gejala pada telinga yang berlangsung lama.1
Pada anak – anak lebih sering terjadi otitis media kronik, sekret pada otitis me
dia kronik dapat kental seperti lem, disebut dengan glue ear. Otitis media serosa k
ronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut yang tidak sembu
h sempurna. Penyebab lain diperkirakan adanya hubungan dengan infeksi virus, k
eadaan alergi atau gangguan pada tuba.1

2.3.3 Patofisiologi
Pada otitis media efusi (OME) dapat terjadi selama stadium resolusi otitis med
ia akut setelah peradangan akut telah teratasi. Di antara anak-anak yang pernah meng
alami episode otitis media akut, sebanyak 45% mengalami efusi persisten setelah 1 bu
lan, tetapi jumlah ini menurun menjadi 10% setelah 3 bulan. Terlepas dari penyebab o
titis media akut, disfungsi tuba eustachius hampir universal pada otitis media dengan
efusi.10
Teori yang menjelaskan perkembangan efusi telinga tengah dalam hal ini anta
ra lain sekresi cairan dari mukosa telinga tengah yang meradang. Teori ini menyataka
n bahwa mukosa telinga tengah sensitif terhadap paparan bakteri sebelumnya, dan tan
tangan antigenik lanjutan dari refluks sesekali menginduksi produksi efusi. Sekali lagi
beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa flora bakteri yang sama terdapat pa
da otitis media dengan efusi seperti pada otitis media akut.10

22
2.3.4 Manifestasi Klinis
 Otitis media serosa akut 1
- Pendengaran berkurang
- Rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring
atau berbeda pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis)
- Kadang – kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga
pada saat posisi kepala berubah
- Rasa sedikit nyeri dalam telinga dapat terjadi pada saat awal tuba eusta
chius terganggu, yang menyebabkan timbul tekanan negatif pada telin
ga tengah (misalnya pada barotrauma), tetapi setelah sekret terbentuk t
ekanan negatif ini pelan – pelan hilang.
- Rasa nyeri dalam telinga biasanya tidak ada bila penyebab timbulnya s
ekret adalah virus atau alergi
- Tinitus, vertigo atau pusing kadang – kadang ada dalam bentuk ringan
- Pada otoskopi terlihat membran timpani retraksi. Kadang – kadang ta
mpak gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani
- Tuli konduktif
 Otitis media serosa kronik1
- Perasaan tuli pada otitis media serosa kronik lebih menonjol (40-50 d
B), oleh karena adanya sekret kental atau glue ear.
- Pada otoskop terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning k
emerahan atau keabu – abuan.

2.3.5 Tatalaksana
 Otitis media serosa akut
Terapi dapat dilakukan secara medikamentosa dan tindakan pembedahan. Pad
a pengobatan medikamentosa diberikan obat vasokontriktor lokal (tetes hidung), a
ntihistamin, serta perasat valsava, bila tidak ada tanda – tanda infeksi jalan napas
atas. Setelah satu atau dua minggu, bila gejala - gejala masih menetap, dilakukan t

23
indakan pembedahan miringotomi dan bila masih belum sembuh maka dilakukan
miringotomi serta pemasangan pipa ventilasi (Grommet).1
 Otitis media serosa kronik
Terapi yang harus dilakukan adalah mengeluarkan sekret dengan miringotomi
dan memasang pipa ventilasi (Grommet). Pada kasus yang masih baru pemberian
dekongestan tetes hidung serta kombinasi anti histamin – dekongestan per oral ka
dang – kadang bisa berhasil. Sebagian ahli menganjurkan pengobatan medikamen
tosa selama 3 bulan, bila tidak berhasil maka dilakukan tindakan operasi. Disampi
ng itu, harus dinila serta diobati faktor – faktor penyebaab seperti alergi, pembesa
ran adenoid atau tonsil, infeksi hidung dan sinus.1

2.3.6 Komplikasi
Penurunan fungsi pendengaran merupakan komplikasi dari otitis media efusi
yang paling sering terjadi, biasanya tuli konduktif atau bisa saja sensorineural, atau ke
duanya. Jenis sensorineural biasanya bersifat permanen. Sebuah studi kohort pada 53
4 anak melaporkan bahwa otitis media efusi pada anak dapat menyebabkan kesulitan
mendengar pada usia 5 tahun dan dikaitkan dengan gangguan perkembangan bahasa p
ada anak - anak hingga usia 10 tahun.4

2.3.7 Prognosis
Secara umum, prognosis otitis media dengan efusi adalah baik. Sebagian besa
r episode sembuh secara spontan tanpa intervensi, dan banyak yang sembuh tanpa ter
diagnosis. Namun, 5% dari anak-anak yang tidak dilakukan pembedahan memgalami
otitis media persisten dalam 1 tahun. Intervensi bedah secara signifikan meningkatkan
pembersihan efusi telinga tengah.10

2.4 Otitis Media Supuratif Kronis


2.4.1 Definisi
Nama lain dari otitis media supuratif kronis (OMSK) ialah otitis media perfor
ata (OMP). Otitis media supuratif kronis merupakan terdapatnya perforasi pada mem

24
bran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang tim
bul. Sekret bisa saja encer atau kental, bening atau berupa nanah.1

2.4.2 Etiologi11
Kejadian OMSK hampir selalu di mulai dengan Otitis media berulang pada an
ak, jarang di mulai setelah dewasa. Adapun etiologi dari OMSK adalah sebagai berik
ut:
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi mempunyai
hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana kelompok s
osioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastik
an hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang pad
at.
2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK
berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Siste
m sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui a
pakah hal ini primer atau sekunder
3. Otitis media sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media ak
ut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebab
kan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi kronis.
4. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervaria
si pada otitis media kronik yang aktif menunjukkan bahwa metode kultur yang diguna
kan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram- negatif, flora tipe-
usus, dan beberapa organisme lainnya.
5. Infeksi saluran nafas  atas
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. I

25
nfeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya d
aya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah,
sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri
6. Auto imun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis
media kronis
7. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding y
ang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi te
rhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-toksinnya, namun hal ini belu
m terbukti kemungkinannya.
8. Gangguan fungsi tuba eustachius
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi ap
akah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui.Pada te
linga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba e
ustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan teka
nan negatif menjadi normal.

Gambar 10. Keadaan membran timpani pada kasus OMSK

2.4.3 Faktor Resiko


Karena telinga tengah tidak terlindung dari lingkungan luar, kegiatan se

26
perti mandi atau berenang dapat meningkatkan paparan patogen. Banyak faktor
risiko lain untuk mengembangkan kolesteatom bertepatan dengan faktor-faktor
yang meningkat risiko seseorang untuk disfungsi tuba Eustachius kronis diberik
an peran kunci dalam pengembangan perforasi membran timpani dan kolesteato
ma. Tabung Eustachius yang berorientasi pada bidang yang lebih horizontal, se
perti pada anak-anak kecil dan individu dengan anomali kraniofasial, rentan ter
hadap disfungsi tabung Eustachius. Pasien yang telah mengalami radiasi kepala
dan leher untuk pengobatan kanker juga dapat mengalami disfungsi tuba Eustac
hius yang signifikan, walaupun kejadian ini menurun dengan munculnya teknik
radioterapi modern.12,13
Faktor risiko lainnya termasuk faktor-faktor yang dapat berkontribusi
pada peradangan mukosa nasofaring yang mengakibatkan disfungsi tuba Eustac
hius serta peradangan mukosa telinga tengah itu sendiri. Merokok dikenal sebag
ai iritasi mukosa yang dapat mempengaruhi hal ini. Sementara beberapa peneliti
an gagal menarik korelasi antara rinitis alergi dan kolestaetom, yang lain telah
menemukan bukti langsung eosinofil di telinga tengah, menunjukkan alergi berp
eran Gastroesophageal reflux juga berkontribusi terhadap peradangan nasofarin
g dan telinga tengah kronis yang dibuktikan dengan deteksi pepsin dalam cairan
telinga tengah Studi lain menunjukkan bahwa pasien tertentu juga mungkin seca
ra genetik memiliki kecenderungan untuk OMSK karena ekspresi yang lebih ren
dah dari reseptor seperti tol dalam biopsi mukosa telinga tengah. Selain itu juga
dapat disebabkan oleh Higienitas kurang, gizi buruk, infeksi saluran nafas atas b
erulang, daya tahan tubuh yang rendah dan penyelam.12,13

2.4.4 Patofisiologi
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani akan menjadi otitis medi
a supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kura
ng dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut.1
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah terapi yang

27
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tubuh pas
ien yang rendah serta hygiene buruk.1
Patofisiologi OMSK sangat kompleks dan multifaktorial. Teori saat ini menun
jukkan bahwa OMSK dipicu oleh episode infeksi akut. Patofisiologi OMSK dimulai
dengan iritasi dan peradangan yang berkelanjutan pada mukosa telinga tengah. Respo
n inflamasi mengakibatkan terjadinya edema mukosa. Peradangan yang terus – mener
us akhirnya menyebabkan ulserasi mukosa dan kerusakan pada lapisan epitel dengan
perforasi spontan. Upaya pejamu untuk mengatasi infeksi atau peradangan bermanife
stasi dengan pembentukan jaringan granulasi. Sebuah studi oleh Wang et al menyatak
an bahwa pada OMSK, imunitas seluler yang dimediasi sel-T berperan dalam pemben
tukan jaringan granulasi. Siklus inflamasi, ulserasi, infeksi, dan pembentukan jaringa
n granulasi dapat berlanjut, akhirnya merusak tepi tulang di sekitarnya dan akhirnya
menyebabkan berbagai komplikasi OMSK.15,16

2.4.5 Letak Perforasi


Daerah perforasi pada membran timpani dapat ditemukan didaerah sentral, ma
rginal atau atik. Oleh karena itu disebut perforasi sentral, marginal atau atik. Dengan
mengetahui letak perforasi di membran timpani kita dapat menentukan tipe/jenis OM
SK.1
Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan diseluruh te
pi perforasi masih ada sisa membran timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi p
erforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus timpanikum. Perforasi atik
adalah perforasi yang terletak di pars flaksida.1

28
Gambar 11. Jenis – jenis perforasi membran timpani:
a) sentral b) marginal c) atik

2.4.6 Jenis OMSK


OMSK dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a) OMSK tipe aman (tipe mukosa/tipe benigna)
Proses inflamasi pada OMSK tipe aman hanya terbatas pada mukosa saja, dan
biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK ti
pe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman
tidak terdapat terdapat kolesteatoma.
b) OMSK tipe bahaya (tipe tulang/tipe maligna)
OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai dengan adanya kolesteatoma.
OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tulang. Perforasi
pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau atik, kadang – kadang terdapat ju
ga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal.1=

2.4.7 Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan menifestasi klinis dan pemeriksaan fisik
terutama pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederha
na untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan der
ajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audi

29
metri tutur (speech audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked response
audiometry) bagi pasien/anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometri n
ada murni.1
 Hasil Otoskop
Berikut hasil otoskopi OMSK tipe aman:
➢ Perforasi pada sentral atau pars tensa berbentuk ginjal atau bundar
➢ Sekret biasanya mukoid, tidak terlalu berbau
➢ Mukosa kavum timpani tampak edema, hipertrofi, granulasi atau
timpanoslerosis.
Sedangkan hasil otoskopi OMSK tipe bahaya:
➢ Perforasi atik, marginal atau sentral besar (total)
➢ Sekret nya sangat berbau, berwarna kuning keabu-abuan, purulen, dan
dapat terlihat kepingan berwarna putih mengkilap
➢ Terdapat kolesteatom 
Dalam OMSK, otorrhea atau drainase telinga disaluran telinga eksternal terlih
at. Drainase dapat bervariasi dari purulensi putih, kuning, atau hijau hingga ca
iran bening atau berwarna coklat. Ketika drainase tersebut dihilangkan, orang
mungkin menemukan kantong perforasi atau retraksi. Namun, temuan ini dap
at dikaburkan oleh keberadaan jaringan granulasi. Evaluasi awal pasien denga
n dugaan kolesteatom  harus mencakup penilaian pendengaran, skrining untuk
disfungsi vestibular, dan menilai komplikasi intrakranial seperti tanda mening
eal, sakit kepala, atau tanda neurologis lainnya.11
Computed tomography (CT) telah digunakan selama beberapa
decade dalam diagnosis berbagai bentukkolesteatom. Temuan
umum kolesteatom  pada CT dapat mencakup telinga tengah dan kekeruhan
mastoid dengan penebalan atau sklerosis trabekula mastoid.14
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur d
an uji resistensi kuman dari sekret telinga.1
 Mikrobiologi14

30
Otitis media kronis biasanya mengacu pada keadaan peradangan kroni
s dengan penekanan yang kurang pada etiologi infeksi, tetapi bakteri atau j
amur biasanya hadir. Kehadiran mereka dapat berkisar dari infeksi fulmin
an, ke nanah, ke biofilm yang kurang jelas. Otitis media kronis seringkali
merupakan penyakit polimikroba. Karena ruang telinga tengah terhubung l
angsung ke saluran pendengaran eksternal di kolesteatoma dan perforasi m
embran timpani, tidak mengherankan bahwa pelaku bakteri umum adalah
kombinasi dari mikroba yang menyebabkan otitis media dan otitis ekstern
a. Selain itu, biakan cairan drainase telinga diperoleh melalui saluran telin
ga dan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh bakteri yang berkoloni, se
hingga biakan dapat mencerminkan patogen COM dan kontaminan. Mikro
ba yang biasa terlihat termasuk Haemophilus influenzae, Streptococcus pn
eumoniae, Moraxella catarrhalis, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcu
s aureus, dan stafilokokus koagulase-negatif (walaupun stafilokokus koag
ulase-negatif mungkin kontaminan). Organisme lain yang terlihat kurang
umum dapat mencakup berbagai Candida jenis, Streptococcus pyogenes,
Chlamydia trachomatis, Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, dan mik
obakteri atipikal,  Biakan yang diperoleh setelah pasien diobati dengan ant
ibiotik tetes telinga dapat mencerminkan pemilihan bakteri resisten sebaga
i akibat dari tekanan antibiotik.

2.4.8 Tatalaksana
1. Prinsip terapi OMSK tipe aman adalah konservatif atau dengan terapi medika
mentosa1
o Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci tel
inga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.
o Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan
obat tetes telinga yang mengandung antibiotic dan kortikosteroid.
o Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi

31
selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanopl
asti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permane
n, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya
komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta mempe
rbaiki pendengaran.
o Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau t
erjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terle
bih dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan, misalnya ade
noidektomi dan tonsilektomi.
2. Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi de
ngan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa han
yalah meupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdap
at abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan te
rsendiri sebelum mastoidektomi.1

2.4.9 Prognosis
Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik dalam hal pengendalian i
nfeksi. Pemulihan gangguan pendengaran terkait bervariasi tergantung pada penyebab
nya. Penurunan fungsi pendengaran (tuli konduktif) seringkali dapat diobati dengan p
embedahan. Sebagian besar morbiditas OMSK berasal dari penurunan fungsi penden
garan, mortalitas OMSK muncul dari komplikasi intrakranial.15

32
BAB III
KESIMPULAN

Otitis media akut (OMA) merupakan infeksi pada rongga telinga tengah yang
dapat mengenai sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum
mastoid dan sel-sel mastoid yang terjadi secara akut yaitu < 6 minggu. Penyebab
otitis media akut bersifat multifaktorial, yaitu variasi anatomis tuba eutachius, serta
kemampuan invasi patogen dibandingkan dengan daya tahan tubuh pejamu. Agen
penyebab otitis media akut dapat berupa virus maupun bakteri. Gejala klinis OMA
tergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Stadium pada otitis media akut
terdiri dari 5 stadium yaitu, stadium oklusi, stadium hiperemis, stadium supurasi,
stadium perforasi dan stadium resolusi. Pengobatan OMA tergantung dari stadium pe
nyakitnya. Selain pengobatan dengan farmakologi, terdapat beberapa tindakan pembe
dahan yang dapat menangani OMA rekuren seperti miringotomi dengan insersi tuba, t
impanosintesis, dan adenoidektomi.
Otitis media efusi (OME) atau otitis media serosa adalah suatu keadaan
terdapatnya sekret yang nonpurulen di telinga tengah yang dapat berupa mukoid atau
serosa sedangkan membran timpani masih utuh. Otitis media serosa diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu otitis media serosa akut dan otitis media serosa kronik. Perbedaan
kondisi antara otitis media serosa akut dengan otitis media kronik hanya pada cara
terbentuknya sekret. Pada otitis media serosa akut sekret terjadi secara tiba – tiba di
telinga tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis
sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala – gejala pada telinga
yang berlangsung lama.
Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan terdapatnya perforasi pada
membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilan
g timbul. Sekret bisa saja encer atau kental, bening atau berupa nanah. OMSK diklasi

33
fikasikan menjadi 2 yaitu OMSK tipe aman dan OMSK tipe bahaya. Otitis media aku
t dengan perforasi membran timpani akan menjadi otitis media supuratif kronis apabil
a prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut
otitis media supuratif subakut. Letak perforasi terdapat didaerah sentral, marginal ata
u atik. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah terapi yang t
erlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tubuh pasi
en yang rendah serta hygiene buruk.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Baharuddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu


Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala Dan Leher. edisi 7. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.
2. Ilechukwu GC, Ilechukwu CGA, Ubesie AC, Ojinnaka CN, Emechebe GO,
Iloh KK. Otitis Media in Children: Review Article. Open J Pediatr.
2014;04(01):47-53. doi:10.4236/ojped.2014.41006.
3. Thomas JP, Berner R, Zahnert T, Dazert S. Acute Otitis Media - a Structured
Approach. Dtsch Arztebl Int. 2014;111(9):151-160.
doi:10.3238/arztebl.2014.0151.
4. Aquinas R. Tatalaksana Otitis Media Efusi pada Anak. J CDK-254/Vol.44
No. 7 Th. 2017. 472-477.
5. Farida Y, Sapto H, Oktaria D. Tatalaksana Terkini Otitis Media Supuratif
Kronis. J Medula Unila/Vol.6 No. 1 Th 2016.180-184.
6. Richard L, Wayne V, Adam W. Gray’s Basic Anatomy. Philadhepia: Elsevier;
2012.
7. Danishyar A, Ashurst J. Acute Otitis Media. StatPearls. 2022.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29262176/.
8. Waseem M. Otitis Media. 2022.
https://emedicine.medscape.com/article/994656-overview.
9. Nazarudin N. Otitis Media Akut dengan Komplikasi Mastoiditis Akut dan
Labirintitis Akut pada Dewasa. J Kedokt dan Kesehat. 2020;4. 23-34.
10. Higgins T. Otitis Media With Effusion. 2022.
https://emedicine.medscape.com/article/858990-overview
11. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-7. Jakarta:

35
Balai Penerbit FKUI; 2012, pp. 58-64
12. Durand L. Marlene, Deschlear, G.Daniel. Infection of the Ear, Nose, Throat,
and sinuses. Pp 57-59
13. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,
pp.145-148
14. Durand L. Marlene, Deschlear, G.Daniel. Infection of the Ear, Nose, Throat,
and sinuses. Pp 57-59
15. Varughese D. Chronic Suppurative Otitis Media. 2021.
https://emedicine.medscape.com/article/859501-overview
16. Rosario DC, Mendez MD. Chronic Suppurative Otitis. 2022.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554592/

36

Anda mungkin juga menyukai