Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

“PASIEN PRIA 43 TAHUN DENGAN OTITIS MEDIA SUPURATIF


AKUT SINISTRA DAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS TIPE
BAHAYA DEXTRA”

Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk Mengikuti Ujian Akhir


Kepaniteraan Klinik Madya SMF THT-KL
Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura

Disusun oleh

Anita R Sentuf
Dian Aditya Atdwiningrum
Landoaldus Kawarnidi
Maria Dwi Tibarsoni
Martha Kabagaimu

Pembimbing:
dr. Rosmini, Sp.THT-KL
dr. Agustina Petronela K., Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


SMF THT-KL
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima oleh Penguji Laporan Kasus dengan judul:
“Pasien Pria 43 Tahun Dengan Otitis Media Supuratif Akut Sinistra Dan
Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Bahaya Dextra”

Sebagai salah satu Syarat Ujian Kepaniteraan Klinik Madya pada SMF THT-KL
Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura

yang dilaksanakan pada:

Hari/tanggal : Januari 2020


Tempat : Ruang Pertemuan SMF THT-KL Rumah Sakit
Umum Daerah Jayapura

Mengesahkan
Penguji Laporan Kasus Bagian SMF THT-KL
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih

dr. Rosmini, Sp.THT-KL


dr. Agustina Petronela K., Sp.THT-KL

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3
2.1 Anatomi Telinga Tengah ................................................................ 3
2.2 Definisi ........................................................................................... 5
2.3 Klasifikasi ....................................................................................... 6
2.4 Etiologi ........................................................................................... 9
2.5 Faktor Risiko .................................................................................. 9
2.6 Patogenesis ..................................................................................... 11
2.7 Gejala Klinis ................................................................................... 12
2.8 Diagnosis ........................................................................................ 14
2.9 Penatalaksanaan .............................................................................. 15
2.10 Komplikasi .................................................................................... 16
2.11 Prognosis ....................................................................................... 17
BAB III. LAPORAN KASUS ....................................................................... 18
3.1 Identitas .......................................................................................... 18
3.2 Anamnesis ....................................................................................... 18
3.3 Pemeriksaan Fisik ........................................................................... 19
3.4 Diagnosis ........................................................................................ 21
3.5 Terapi .............................................................................................. 22
BAB IV. PEMBAHASAN ............................................................................. 23
BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 26
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 26
5.2 Saran ............................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 27

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah peradangan pada mukosa
telinga tengah dan ruang mastoid yang berlangsung lebih dari 3 bulan
ditandai dengan adanya perforasi pada membran timpani dan keluarnya cairan
secara terus menerus atau hilang timbul dari liang telinga.Ini menjadi masalah
penting untuk mengatasi ketulian yang kini menimpa negara berkembang.1
Gangguan pendengaran (tuli) yang terjadi pada pasien OMSK dapat
bervariasi. Pada umumnya gangguan pendengaran yang terjadi berupa tuli
konduktif namun dapat pula bersifat tuli saraf atau tuli campuran apabila
sudah terjadi gangguan pada telinga dalam, misalnya akibat proses infeksi
yang berkepanjangan atau infeksi yang berulang. Beratnya ketulian
bergantung kepada besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan
dan mobilitas sistem penghantaran suara di telinga tengah.1
Otitis media mempunyai etiologi danpatogenesis multifaktorial
termasuk di antaranyagenetik, infeksi, alergi, kondisi sosial, suku, ras,
ekonomi, danjuga faktor lingkungan seperti tempat tinggal yang padat,
higiene dan nutrisi yang buruk.Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)
biasanya dimulai dengan otitis media yang berulang pada anak, sangat jarang
dimulai setelah dewasa.Mikroorganisme juga berperan besar dalam kejadian
OMSK, baik bakteri aerob maupun anaerob. Penyebab terbanyak adalah
Pseudomonasaeruginosa, Klebsiella, Staphylococcus aureus, Proteus
mirabilis. Dalam hal ini, perkembangan antibiotik turut berperan dalam
menekan angka kejadian OMSK.2
Otitis media supuratif kronis merupakan salah satu penyakit terbanyak
di dunia terutama di negara berkembang. Menurut survei yang dilakukan pada
tujuh provinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan angka kejadian Otitis
Media Supuratif Kronis sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata
lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita
OMSK.Jumlah penderita ini kecil kemungkinan untuk berkurang bahkan

1
mungkin akan bertambah setiap tahunnya mengingat kondisi ekonomi yang
masih buruk, kesadaran masyarakat akan kesehatan yang masih rendah, dan
sering tidak tuntasnya pengobatan yang dilakukan pasien.Keterlambatan
diagnosis dan penatalaksanaan berakibat munculnya komplikasi yang dapat
meningkatkan angka kematian. Komplikasi dapat terjadi karena adanya
infeksi, inflamasi, jaringan granulasi dan pembentukan kolesteatom yang
terus menerus. Komplikasi OMSK ini terdiri dari komplikasi intrakranial dan
intratemporal (ekstrakranial).2
Otitis media supuratif kronis dibedakan atas dua yaitu OMSK tanpa
kolesteatom dan OMSK dengan kolesteatom. Otitis media supuratif kronis
tanpa kolesteatom disebut juga tipe aman. Pada tipe aman peradangan terjadi
pada mukosa dan tidak mengenai tulang. Perforasi membran timpani terletak
di sentral. Tipe ini jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Otitis
media supuratif kronis yang disertai dengan kolesteatom disebut juga tipe
bahaya. Perforasi membran timpani letaknya marginal atau di atik. Sebagian
besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK dengan
kolesteatom ini.3
Komplikasi pada otitis media supuratif kronik terbagi dua yaitu
komplikasi intratemporal (ekstrakranial) dan intrakranial. Komplikasi
intratemporal meliputi mastoiditis, petrositis, labirintitis, paresis nervus
fasialis dan fistula labirin. Komplikasi intrakranial terdiri dari abses atau
jaringan granulasi ekstradural, tromboflebitis sinus sigmoid, abses otak,
hidrosefalus otik, meningitis dan abses subdural.Saat terjadi komplikasi,
gejala biasanya berkembang dengan cepat.3
Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada pasien OMSK yang
dicurigai mengalami komplikasi. Diantaranya pemeriksaan laboratorium
darah dan tomografi komputer. Tomografi komputer dapat dilakukan dengan
cepat dan sangat terpercaya dalam menilai telinga tengah, pneumatisasi air sel
mastoid dan adanya komplikasi ke intrakranial. Pemeriksaan penunjang lain
yang biasa dilakukan adalah pungsi lumbal, untuk menilai adanya
meningitis.3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga Tengah


Telinga tengah terdiri atas: membran timpani, kavum timpani, processus
mastoideus, dan tuba eustachius.2
1. Membran Timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan
memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini
memiliki panjang vertikal rata-rata 9-10 mm, diameter antero-posterior
kira-kira 8-9 mm, dan ketebalannya rata-rata 0,1 mm.Letak membran
timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang
arahnya dari belakang luar ke muka dalam dan membuat sudut 450 dari
dataran sagital dan horizontal. Membran timpani berbentuk kerucut,
dimana bagian puncak dari kerucut menonjol ke arah kavum timpani
yang dinamakan umbo.Dari umbo ke muka bawah tampak refleks cahaya
(none of light).Secara Anatomis membran timpani dibagi dalam 2
bagian:3
a. Pars tensa
Bagian terbesar dari membran timpani yang merupakan permukaan
yang tegang dan bergetar, sekelilingnya menebal dan melekat pada
anulus fibrosus pada sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang
temporal.
b. Pars flaksida atau membran Shrapnell
Letaknya dibagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars
flaksida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu:
 Plika maleolaris anterior (lipatan muka).
 Plika maleolaris posterior (lipatan belakang).
Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang
dinamakan sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak
terdapat sulkus ini dan bagian ini disebut incisura timpanika (rivini).
Permukaan luar dari membran timpani disarafi oleh cabang nervus

3
aurikulo temporalis dari nervus mandibula dan nervus vagus. Permukaan
dalam disarafi oleh nervus timpani cabang dari nervus glossofaringeal.
Aliran darah membrana timpani berasal dari permukaan luar dan dalam.
Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang merupakan
cabang dari arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah
didarahi oleh arteri timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna
dan oleh stylomastoid cabang dari arteri aurikula posterior.3
2. Kavum Timpani
Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal,
bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter antero-
posterior atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm.
Kavum timpani mempunyai 6 dinding, yaitu: bagian atap, lantai, dinding
lateral, medial, anterior, dan posterior.Kavum timpani terdiri dari:3
a. Tulang-tulang pendengaran, terbagi atas: malleus (hammer/martil),
inkus (anvil/landasan), stapes (stirrup/pelana).
b. Otot, terdiri atas: otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) dan
otot stapedius (muskulus stapedius).
c. Saraf korda timpani.
d. Saraf pleksus timpanikus.
3. Processus Mastoideus
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah
ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah
dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak di bawah
duramater pada daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus
ad antrum.3
4. Tuba Eustachius
Tuba eustachius disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani
berbentuk seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang
menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa
panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari
telinga tengah dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.Tuba
terdiri dari 2 bagian, yaitu:3

4
a. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3
bagian).
b. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3
bagian).

Gambar 2.1. Anatomi Telinga

2.2 Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.4
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek”
adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada
gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari
telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul.
Sekret mungkin serous, mukous, atau purulen.4
Otitis Media Akut (OMA) dengan perforasi membran timpani dapat
menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2
bulan. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK, antara lain:
terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman
yang tinggi, daya tahan tubuh pasien yang rendah (gizi kurang), dan higiene
yang buruk.4

5
2.3 Klasifikasi
Otitis media supuratif kronik dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu OMSK
tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang =
tipe maligna).4
1. OMSK tipe aman (benigna)
Tipe ini disebut tipe aman karena tidak menimbulkan komplikasi yang
berbahaya.Pada OMSK tipe ini, proses peradangan terbatas pada mukosa
telinga tengah saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi
terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan
komplikasi yang berbahaya.Tidak terdapat kolesteatoma pada OMSK
jenis ini. OMSK ini dikenal juga sebagai tipe tubotimpanal, karena
biasanya tipe ini didahului dengan gangguan fungsi tuba yang
menyebabkan kelainan di cavum timpani.4
2. OMSK tipe bahaya (maligna)
Disebut dengan tipe bahaya karena sebagian besar komplikasi yang
berbahaya timbul pada OMSK jenis ini. Selain itu, jenis ini disebut juga
dengan OMSK tipe koantral. OMSK tipe ini disertai dengan
kolesteatoma. Kolesteatoma merupakan suatu kista epitelial yang berisi
deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk
sehingga kolesteatoma bertambah besar. Perforasi membran timpani
letaknya bisa di marginal atau atik, kadang-kadang terdapat juga
kolesteatoma dengan perforasi subtotal. Komplikasi bisa terjadi ke
dalam tulang temporal dan ke intrakranial yang dapat berakibat fatal.
Banyak teori mengenai patogenesis terbentuknya kolesteatom
diantaranya adalah teori invaginasi, teori migrasi, teori metaplasi, dan
teori implantasi. Kolesteatom merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman (infeksi), terutama Proteus dan Pseudomonas
aeruginosa. Infeksi akan memicu proses peradangan lokal dan pelepasan
mediator inflamasi yang dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks
kolesteatom bersifat hiperproliferatif, destruksi, dan mampu
berangiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak
organ disekitarnya sehingga dapat terjadi destruksi tulang yang

6
diperhebat oleh pembentukan asam dari proses pembusukan bakteri.
Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti
labirinitis, meningitis dan abses otak.4
Kolesteatom dapat diklasifikasikan atas dua jenis:
a. Kolesteatom kongenital
Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah
atau tulang temporal, umumnya pada apeks petrosa.Kolesteatom ini
dapat menyebabkan parese nervus fasialis, tuli saraf berat unilateral,
dan gangguan keseimbangan.
b. Kolesteatom akuisital atau didapat
Primary acquired cholesteatoma
Kolesteatom yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi
membran timpani. Kolesteatom timbul akibat proses invaginasi
dari membran timpani pars flaksida akibat adanya tekanan negatif
pada telinga tengah karena adanya gangguan tuba (teori
invaginasi). Kolesteatom yang terjadi pada daerah atik atau pars
flasida.
Secondary acquired cholesteatoma
Terbentuk setelah perforasi membran timpani. Kolesteatom
terjadi akibat masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari
pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah (teori
migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani
karena iritasi infeksi yang berkangsung lama (teori metaplasi).

Granuloma merupakan lesi inflamasi nodular, biasanya kecil dan


terdiri dari fagosit makrofag yang kompak.Granuloma timbul karena
jaringan granulasi yang tumbuh besar.Jaringan granulasi sebagian besar
terdiri dari kapiler dan fibroblast dan berbentuk granul
kemerahan.Granuloma awalnya berasal karena kolesteatoma.Gejala khas
dari kolesteatoma adalah otorea tanpa rasa nyeri yang terus-menerus atau
sering berulang. Ketika kolesteatoma terinfeksi, kemungkinan besar
infeksi tersebut susah untuk dihilangkan. Karena kolesteatoma tidak

7
memiliki suplai darah, maka antibiotik sistemik tidak dapat sampai pada
pusat infeksi kolesteatoma.5
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani
yang menetap pada OMSK adalah:3
 Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang
mengakibatkan produksi sekret telinga purulen berlanjut.
 Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan
spontan pada perforasi.
 Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel.
 Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami
pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani.
Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.
Bentuk perforasi membran timpani adalah:4
1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan
postero-superior, kadang-kadang sub total. Pada seluruh tepi
perforasi masih ada terdapat sisa membran timpani.
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dan adanya erosi dari
anulus fibrosus.Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan
sebagai perforasi total.Perforasi pada pinggir postero-superior
berhubungan dengan kolesteatom.
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flaksida, berhubungan dengan primary acquired
cholesteatoma.
Selain klasifikasi di atas, OMSK juga dapat dibagi berdasarkan aktivitas
sekret yang keluar, yaitu OMSK aktif dan OMSK tenang.OMSK aktif adalah
OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif, sedangkan
OMSK tenang ialah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau
kering (sekret tidak keluar secara aktif).

8
2.4 Etiologi
Organisme yang menjadi penyebab pada OMSK sebagian besar
merupakan patogen yang bersifat oportunistik, terutama Pseudomonas
aeruginosa. Di sebagian besar negara, penelitian menunjukkan bahwa P.
aeruginosa merupakan organisme predominan dan terkait dengan kira-kira
20%-50% kasus OMSK.Staphylococcus aureus juga umumnya dapat
disolasikan dari sampel yang dikultur.OMSK juga terkait dengan H.
influenzae (22%) dan S. pneumoniae paling jarang terdapat dalam hasil kultur
(3%).6

2.5 Faktor Risiko


Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang
pada anak, jarang dimulai setelah dewasa.Faktor infeksi biasanya berasal dari
nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan
faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Sindrom
Down. Adanya tuba patulous menyebabkan refluk isi nasofaring yang
merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor host
yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi
imun sistemik. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-
mediated (seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat
bermanifestasi sebagai sekresi telinga kronis.3
Faktor risiko OMSK antara lain:3
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosioekonomi belum jelas, tetapi
kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden OMSK yang lebih
tinggi.Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan
kesehatan secara umum, diet, dan tempat tinggal yang padat.
2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah
insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan
sebagai faktor genetik.Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada

9
penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau
sekunder.
3. Riwayat otitis media sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari
otitis media akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui
faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya
berkembang menjadi keadaan kronis.
4. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir
tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif. Keadaan ini
menunjukkan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat.
Organisme yang terutama dijumpai adalah bakteri Gram negatif, flora
tipe usus, dan beberapa organisme lainnya.
5. Infeksi saluran nafas bagian atas
Banyak penderita mengeluh keluarnya sekret telinga sesudah terjadi
infeksi saluran nafas atas.Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa
telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap
organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga
memudahkan pertumbuhan bakteri.
6. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
dibanding yang bukan alergi.Yang menarik adalah dijumpainya sebagian
penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau
toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.
7. Gangguan fungsi tuba eustachius
Pada otitis media kronis aktif tuba eustachius sering tersumbat oleh
edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomena primer atau sekunder
masih belum diketahui.Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah
digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya
menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif
menjadi normal.

10
2.6 Patogenesis
OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu.Patogenesis dari
OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah
yang disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat
disebabkan oleh virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan
tubuh turun, lingkungan dan sosial ekonomi. Kemungkinan penyebab
terpenting mudahnya anak mendapat infeksi telinga tengah adalah struktur
tuba pada anak yang berbeda dengan dewasa dan kekebalan tubuh yang
belum berkembang sempurna sehingga bila terjadi infeksi jalan napas atas,
maka lebih mudah terjadi infeksi telinga tengah berupa Otitis Media Akut
(OMA).1
Respon inflamasi yang timbul adalah berupa edema mukosa. Jika proses
inflamasi ini tetap berjalan, pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya
ulkus dan merusak epitel. Jika lingkaran antara proses inflamasi, ulserasi,
infeksi dan terbentuknya jaringan granulasi ini berlanjut terus akan merusak
jaringan sekitarnya.1
1. OMSK benigna
Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang
pada anak, jarang dimulai pada dewasa. OMSK disebabkan oleh
multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba,
alergi, kekebalan tubuh, lingkungan, dan social ekonomi. Anak lebih
mudah mengalami infeksi telinga tengah karena struktur tuba anak yang
berbeda dengan dewasa serta kekebalan tubuh yang belum berkembang
sempurna sehingga bila terjadi infeksi saluran napas maka otitis media
dapat terjadi.Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis,
tonsillitis, rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba
Eustachius.Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar masuk ke
telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka terjadi
inflamasi. Bila terbentuk pus akan terperangkap di dalam kantung
mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan yang cepat dan adekuat
serta perbaikan fungsi telinga tengah, biasanya proses patologis akan
berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupun kadang-

11
kadang terbentuk jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk kantong
abses di dalam lipatan mukosa yang masing-masing harus dibuang, tetapi
dengan penatalaksanaan yang baik perubahan menetap pada mukosa
telinga tengah jarang terjadi.Mukosa telinga tengah mempunyai
kemampuan besar untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi
membrane timpani yang permanen, mukosa telinga tengah akan terpapar
ke telinga luar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi berulang.
Hanya pada beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap kering dan
pasien tidak sadar akan penyakitnya. Berenang, kemasukan benda yang
tidak steril ke dalam liang telinga atau karena adanya focus infeksi pada
saluran napas bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut
yang ditandai dengan secret yang mukoid atau mukopurulen.2

2. OMSK tipe bahaya


OMSK ini mengandung kolesteatom, disebut tipe bahaya karena sering
menimbulkan komplikasi. Kolesteatom berpotensi mendestruksi tulang
dan memungkinkan penyebaran infeksi sehingga diperlukan tindakan
operasi.2

2.7 Gejala Klinis


Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja dan
biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral.Umumnya
OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada
OMSK tipe aman tidak terdapat koleastoma.4
Pada OMSK tipe aman (tipe Tubotimpani) sekret mukoid yang timbul
tidak terlalu berbau busuk, ketika pertama kali ditemukan bau busuk mungkin
ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotik lokal biasanya
cepat menhilang, sekret mukoid dapat konstan atau intermitten. Gangguan
pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat ketulian
tergantung beratnya kerusakana tulang pendengaran dan koklea selama
infeksi nekrotik akut pada awal penyakit.4

12
Pada OMSK tipe bahaya sering kali menimbulkan komplikasi yang
bahaya maka perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru
dapat ditegakkan di kamar operasi, namun beberapa tanda klinik dapat
menjadi pedoman akan adanya OMSK tipe bahaya yaitu perforasi pada
marginal atau atik. Tanda ini biasanya tanda dini dari OMSK tipe bahaya,
sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat abses retroaurikuler,
polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dalam
telinga tengah, sekret berbentuk nanah dan berbau khas.4
Gejala pada OMSK tipe berat (tipe Atikoantral) dapat terjadi ganggaun
pendengaran konduktif akibat kolesteatom yang timbul bersamaan dengan
hilangnya alat penghantar udara pada otitis media nekrotikans akut.2
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan
suatu tanda yang serius.Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena
terbendungnya drainase pus.Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi
akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus
lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak.Nyeri telinga mungkin ada
tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda
berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau
trombosis sinus lateralis.2
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius
lainnya.Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel
labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul
biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita
yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar
membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang
oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan
meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi
serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian
dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga
timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanjut menjadi meningitis. Uji
fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini
memerlukan pemberian tekanan positif pada membran timpani dengan

13
caramenekan tragus, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga
telinga tengah.4

2.8 Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan anamnesa pasien dan pemeriksaan
THT terutama pemeriksaan otoskop.Pada anamnesa dapat ditanyakn kepada
pasien secara langsung ataupun ditanya kepada keluarga apabila pasien sangat
sulit untuk mendengar.Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-
lahan dan penderita seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang
sudah lengkap. Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair,
adanya sekret di liang telinga yang pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih
banyak dan seperti berbenang (mukus), tidak berbau busuk dan intermiten,
sedangkan pada tipe atikoantral, terdapat sekret yang berbau busuk,
kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip sehingga
sekret yang keluar dapat bercampur darah.2
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukkan adanya dan letak perforasi.
Dari perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah. Pemeriksaan lain
adalah pemeriksaan penala yang merupakan pemeriksaan sederhana untuk
mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan
derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada
murni, audiometry tutur dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked response
audiometry).Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk
menilai hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat
penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan
tulang.Audiometri tutur berguna untuk menilai ‘speech reception threshold’
pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.Bagi pasien/anak
yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometri nada murni.6
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen serta kultur dan uji
resistensi kuman sekret telinga. Radiologi konvensional, foto polos radiologi,
posisi Schüller berguna untuk menilai kasus kolesteatoma, pneumatisasi
mastoid dan perluasan penyakit, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih
efektif menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma. Sedangkan

14
uji resistensi kuman berguna untuk menentukan antibiotik yang tepat, tetapi
antibiotik lini pertama tidak harus menunggu hasil pemeriksaan ini.2

2.9 Penatalaksanaan
1. Ear Toilet
Penatalaksanaan awal adalah dengan “ear toilet” atau membersihkan
telinga.ear toilet merupakan penatalaksanaan standar dari OMSK.
Membersihkan telingan bisa mengurangi discharge pada telinga. Ear
toilet bisa dilakukan dengan menggunakan kuret untuk mengeluarkan
granulasi mukosa dalam ukuran kecil dari liang telinga. Kemudian, bisa
dilanjutkan dengan mengirigasi dengan larutan fisiologis.Larutan
fisiologis yang digunakan adalah H2O2 3% dan mengeringkannya dengan
kapas, dilakukan 4 kali sehari. Larutan irigasi harus memiliki suhu yang
mendekati suhu normal tubuh untuk mencegah terjadinya vertigo.2
2. Penatalaksanaan Antimikroba
Antibiotika yang diberikan dapat berupa topikal maupun oral. Antibiotik
oral yang bisa diberikan adalah klindamisin, amoksisilin-asam
klavulanat. Obat topikal yang bisa diberikan berupa framisetin,
gramisidin, ciprofloxasin, tobramisin, gentamisin dan kloramfenikol
.antibiotik yang diberikan secara topikal tidak lebih dari 1 atau 2
minggu.4
3. Pembedahan
Terapi yang tepat adalah melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanoplasti. Terapi dengan medikamentosa dilakukan hanyalah terapi
sementara sebelum pembedahan.4
a. Mastoidektomi Sederhana
Mastoidektomi sederhana dilakukan pada OMSK tipe aman yang
sedang dalam pengobatan konservatif tidak sembuh.Pada operasi ini
dilakukan pembersihan pada tulang mastoid dan jaringan
patologik.Tujuannya agar infeksi tenang dan cairan tidak mengalir
lagi, namun pada operasi ini fungsi pendengarannya tidak diperbaiki.
b. Mastoidektomi Radikal

15
Operasi ini dilakukan pada OMSK bahaya dengan infeksi atau
kolesteatom yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan
cavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik.Tujuan
dari operasi ini adalah untuk membuang jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intrakranial, fungsi pendengaran tidak
diperbaiki.
c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah
atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid
dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan
dari operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik
dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih
ada.
d. Miringoplasti
Dikenal juga dengan istilah timpanoplasti tipe I, dilakukan pada
OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan
medikamentosa.Tujuan dari operasi ini adalah untuk menyembuhkan
sekaligus memperbaiki pendengaran.Pada operasi ini dilakukan
rekonstruksi membrana timpani.Sebelum rekonstruksi dikerjakan
leebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa
mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis.

2.10 Komplikasi
Komplikasi OMSK dibedakan atas 2 macam, yaitu komplikasi intratemporal
dan intrakranial.2
1. Komplikasi intratemporal
a. Mastoiditis: abses subperiosteal, abses Bezold dan laten mastoiditis
b. Petrositis
c. Labirintitis
d. Paresis fasial
e. Erosi dinding telinga tengah dan kavum mastoid
2. Komplikasi intrakranial

16
a. Granulasi atau abses ekstradural
b. Tromboflebitis sinus sigmoid
c. Abses otak
d. Otitis hidrosefalus
e. Meningitis
f. Abses subdural

2.11 Prognosis
Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat mengering.Tetapi sisa
perforasi sentral yang berkepanjangan memudahkan infeski dari nasofaring
atau bakteri dari meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga
penutupan membrane timpani disarankan.2
Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi
meningitis, abes otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya
fatal. Sehingga OMSK type maligna harus diobati secara aktif sampai
proses erosi tulang berhenti.2

17
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas
Nama : Tn. Am
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal lahir : 01/07/1977
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Koya Koso
Medical Record : 46 85 08
Jaminan : Swasta

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Nyeri telinga sebelah kiri sejak 2minggu yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke poliklinik THT RSUD Jayapura berdasarkan rujukan dari
RSUD Abepura dengan keluhan nyeri telinga kiri sejak 2 minggu yang lalu.
Awalnya pasien merasakan sakit pada telinga kirinya tanpa penyebab apapun,
nyeri hilang timbul tanpa ada factor pemicu. Pasien juga mengaku merasakan
nyeri kepala dan penurunan pendengaran, tidak nyaman saat menelan
makanan, batuk dan flu diakui oleh pasien, cairan pada telinga(-), darah (-).
Hal yang sama pun dirasakan pasien pada telinga kanannya sejak 10 tahun
yang lalu tanpa mengetahui penyebabnya, sempat dilakukan operasi tetapi
pasien mengaku rasa sakit pada telinga kanan tersebut menetap dan tidak ada
perubahan, tetapi saat ini pasien lebih mengeluhkan sakit pada telinga kiri
dibanding telinga kanannya. Mual (-), muntah (-), BAB/BAK (+/+) baik.

18
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengaku pernah menjalani operasi hidung 5 tahun yang lalu di salah
satu Rumah Sakit di Makassar karena keluhan yang sama.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Pasien tidak memiliki keluarga dengan keluhan yang serupa.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Tanda – tanda vital
a. Keadaanumum : Tampak sakitsedang
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tekanan darah : 110/80 mmHg
d. Nadi : 80 x/menit
e. Suhu : 36,80C
f. Pernapasan : 20 x / menit
g. SpO2 : 99 %
h. BB : 65 kg

Status Generalis
PemeriksaanKepala/ Leher :
Konjungtiva anemis: -/-
Skleraikterik : -/-
Pembesaran KGB : -/-
Oral Candidiasis : -/-

Thorax
Paru
 Inspeksi : simetris, ikutgeraknafas, retraksi (-)
 Perkusi : sonor/sonor
 Palpasi : Fremitus vocal normal
 Auskultasi : Suaranafasvesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing (-/-)

19
Cor
 Inspeksi : ictus cordistampakpada ICS V lineamidklavikulasinistra
 Palpasi : ictus cordisterabapada ICS V lineamidklavikulasinistra
 Perkusi : Batas jantungkanan : iCS IV linea Parasternalis dekstra
Batas jantung kiri : ICS V lineamidclaviculasinistra
 Auskultasi : Bunyi jantung I, II reguler, murmur -/- , gallop -/-
Abdomen
 Inspeksi : datar, supel
 Auskultasi : bisingusus normal
 Perkusi : timpani
 Palpasi :nyeritekan
- - -
- - -
- - -

Hepar :takteraba Lien : takteraba


Extremitas
Inspeksi :
 Extremitasatas : Akralhangat, edema -/-
 Extremitasbawah : Akralhangat, edema-/-

Vegetatif
 Makan/minum : baik / baik
 BAB/ BAK : baik / baik
Status Lokalis
No Pemeriksaan Aurikula Dextra Aurikula Sinistra
telinga
1 Tragus Nyeri tekan (+), edema Nyeri tekan (-), edema (-)
(-)
2 Daun Telinga: Bentuk dan ukuran Bentuk dan ukuran
aurikula, telinga dbn, lesi pada telinga dbn, lesi pada
preaurikuler, kulit (-), hematoma (-), kulit (-), hematoma (-),

20
retroaurikuler massa (-), fistula (-), massa (-), fistula (-), nyeri
nyeri tarik aurikula (-) tarik aurikula (-)
3 Liang telinga Serumen (+), Serumen (+), hiperemis(-
(MAE) hiperemis(-), edema (-), ), edema (-), furunkel (-),
furunkel (-), otorea (-) otorea (-)
4 Membran Intake retraksi (+), Intake retraksi (-),
timpani hiperemis (-), bulging (- hiperemis (-), bulging (-),
), edema (-), perforasi edema (-), perforasi (-),
(+) cone of light (+)
subtotal,granulasi(+),
cone of light (-)

Otitis Media Supuratif Kronis tipe bahaya Otitis Media Supuratif Akut Sinistra
Dextra

3.4 Diagnosa
Otitis Media Supuratif Akut Sinistra + Otitis Media Supuratif Kronis tipe
bahaya Dextra

21
3.5 Terapi
Medikamentosa:
Cefixime 2x 200mg (P.O)
Asam Mefenamat 3 x 500mg (P.O)
Metil prednisolon 2 x 4mg (P.O)
Cetirizine 2 x 10mg (P.O)
Vit B compleks 2 x 1 (P.O)

Edukasi:
Pasien dianjurkan tidak boleh berenang terlebih dahulu dalam waktu
dekat hingga pengobatan selesai dan dinyatakan sembuh oleh dokter.
Pasien disarankan untuk pemeriksaan audiometri agar dapat mengetahui
kemampuan pendengaran kedua telinga, agar dapat disarankan
menggunakan alat bantu dengar.

22
BAB IV
PEMBAHASAN

BAB V

23
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
Bagi masyarakat, diharapkan segara ke pelayanan kesehatan jika
mengalami gejala OMSK (keluar cairan dari liang telinga, gangguan
pendengaran, vertigo, nyeri telinga, dan perforasi membran timpani), untuk
mendapatkan tatalaksana sehingga penyakit tidak berlanjut menimbulkan
komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bagus A., Raditya Dharma AP.& Komang Andi DS. 2016. Karakteristik
Pasien Otitis Media Supuratif Kronis Di Poliklinik Tht Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Periode Januari – Juni 2013.E-Jurnal Medika, Bagian/SMF THT-KL
RSUP Sanglah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Vol. 5 No.12. Denpasar,
Bali.
2. Pasyah, MF. & Wijana. 2016. Otitis Media Supuratif Kronik Pada Anak.
Artikel Global Medical And Health Communication. Departemen/SMF Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran. Vol. 4 No. 1. Bandung.
3. Sari, JT., Yan Edward & Rossy Rosalinda. 2018. Otitis Media Supuratif Kronis Tipe
Kolesteatom Dengan Komplikasi Meningitis Dan Paresis Nervus Fasialis Perifer.
Jurnal Kesehatan AndalasBagian THT-KL FK UNAND/RSUP. Padang, Sumatra
Barat.
4. Soepardi, EA., et.al. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. P 62-66.
5. Viswanatha, DO. 2015. Granulomatous Disease of Middle Ear. India: Journal
of Medscape.
6. http://www.ichrc.org/692-otitis-media-supuratif-kronik-omskdiakses tanggal
11/10/2019 pukul 20.15 WIT.

24

Anda mungkin juga menyukai