Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

OTITIS MEDIA AKUT

KELOMPOK I
IMROATUR ROSIDAH (201801108)
ANANDA SESILIA LAMBE (2018011093)
ANDRIAN BIMA WICAKSONO (201801096)
MOH. DUR SULE
NI KOMANG RENIASIH (201801117)
YELCI KALOAN (201801136)
NILAM SARI
KELAS : IIIC NERS

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahNya sehingga makalah pneumonia ini dapat tersusun dengan baik dalam waktu yang
telah ditetapkan. Terwujudnya makalah ini atas hasil kerjasama kelompok.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah KMB III.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum begitu sempurna dan terdapat berbagai
kekurangan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat
kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembacanya.

Palu, 14 september 2020

Penunis

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi...........................................................................................................
B. Etiologi...........................................................................................................
C. Manifestasi Klinis..........................................................................................
D. Patofisiologi...................................................................................................
E. Komplikasi.....................................................................................................
F. Penatalaksanaan.............................................................................................
G. Pencegahan.....................................................................................................
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Otitis media akut (OMA) adalah penyakit telinga tersering pada anak yang ditandai
dengan reaksi peradangan di telinga tengah yang dipicu oleh agen infeksi atau non infeksi
(Paparella et al., 2012). Kejadian otitis media pada anak berkaitan dengan kejadian infeksi
saluran pernafasan atas (ISPA). ISPA menyebabkan nasopharyngitis, yang mengakibatkan
tekanan negatif dari telinga tengah. Tekanan negatif telinga tengah diakibatkan oleh fungsi
tuba eustachius yang terganggu, sekitar 94% pasien dengan ISPA berkembang menjadi OMA
(Haidar, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh Chonmaitree dkk (2009) ISPA berulang
menjadi salah satu faktor resiko terjadinya rekurensi OMA pada anak . Anak penderita OMA
dengan stadium perforasi dapat berkomplikasi menjadi mastoiditis. Mastoiditis yang kronik
dapat mnimbulkan masalah baru berupa penurunan pendengaran (Mattos et al., 2014).
Prevalensi ISPA di provinsi Jawa Tengah adalah 15,7% masih tergolong tinggi
dibandingkan dengan provinsi lain (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
Penyebab utama kunjungan pasien dipuskesmas salah satunya adalah ISPA, 15-30 %
berlanjut ,menjadi pasien rawat inap rumah sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Salah
satu komplikasi dari ISPA di bidang Telinga, Hidung dan Tenggorok (THT) adalah OMA.
Penelitian yang dilakukan di Bandung, 2 Semarang, Balikpapan, Makasar, Palembang, dan
Denpasar didapatkan bahwa otitis media pada anak usia sekolah adalah 5/1000, (Anggraeni et
al., 2014). Disfungsi tuba eustachii dianggap sebagai etiologi utama dalam perkembangan
otitis media. Tuba eustachii secara alamiah memiliki mekanisme pencegahan penjalaran
bakteri memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh
tuba eustachii. Bayi dan anak-anak penderita otitis media mengalami disfungsi tuba eustachii
atau memiliki mekanisme pembuangan aktif yang tidak efisien (Wackymer, 2010). Tuba
eustachii pada anak yang lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih horizontal
ketimbang orang dewasa mempermudah penjalaran bakteri dan virus (Paparella et al., 2012).
ISPA menjadi faktor resiko yang dominan untuk berkembang menjadi OMA. Otopathogens
bakteri dan virus pernapasan berinteraksi dan bermain peran penting dalam pengembangan
OMA (Hattaka, 2010).

Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena
masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001). Otits media akut
(OMA) dapat terjadi kare beberapa faktor penyebab, seperti sumbatan tuba eustachius
(merupakan penyebab utama dari kejadian otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh
pada silia mukosa tuba eustachius terganggu), ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), dan
bakteri (Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis, dan
bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli,
Pneumococcus vulgaris).
Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-anak mengalami serangan
OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya (Berman, 1995). Menurut Teele (1991) dalam
Commisso et al. (2000), 33% anak akan mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMA
pada usia 3 tahun pertama. Terdapat 70% anak usia kurang dari 15 tahun pernah mengalami
satu episode OMA (Bluestone, 1996). Faktanya, ditemukan bahwa otitis media menjadi
penyebab 22,7% anak-anak pada usia dibawah 1 tahun dan 40% anak-anak pada usia 4
sampai dengan 5 tahun yang datang berkunjung ke dokter anak. Selain itu, sekitar sepertiga
kunjungan ke dokter didiagnosa sebagai OMA dan sekitar 75% kunjungan balik ke dokter
adalah untuk follow-up penyakit otitis media tersebut (Teele et al., 1989). Menurut
Casselbrant (1999) dalam Titisari (2005), menunjukkan bahwa 19% hingga 62% anak-anak
mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMA dalam tahun pertama kehidupannya dan
sekitar 50-84% anak-anak mengalami paling sedikit satu episode OMA ketika ia mencapai
usia 3 tahun. Di Amerika Serikat, insidens OMA tertinggi dicapai pada usia 0 sampai dengan
2 tahun, diikuti dengan anak-anak pada usia 5 tahun.

B. Rumusan masalah
1. Bgaimana definisi dari Otitis media akut?
2. Bagaimana etiologi dari Otitis media akut?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari otitis media akut ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Otitis media akut?
5. Bagaimana dari komplikasi dari Otitis media akut?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari Otitis media akut?
7. Bagaimana pencegahan dari Otitis media akut?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Otitis media akut
2. Untuk mengetahui Etiologi Otitis media akut
3. Untuk mengetahui Manifestasi klinis Otitis media akut
4. Untuk mengetahui Patofisiologi Otitis media akut
5. Untuk mengetahui Komplikasi Otitis media akut
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Otitis media akut
7. Untuk mengetahui Pencegahan Otitis media akut
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Pengertian Otitis Media Akut Otitis Media merupakan peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media
berdasarkan gejalanya dibagi menjadi dua antara lain otitis media supuratif dan non
supuratif, dari masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis. Selain itu
terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika.
Otitis media yang lain ialah otitis media adhesiva (Soepardi & Iskandar, 2001: 50). Otitis
Media Akut merupakan peradangan tengah yang terjadi secara cepat dan singkat (dalam
waktu kurang dari 3 minggu) yang disertai dengan gejala lokal dan sistemik (Munilson dkk).
Menurut Muscari (2005: 219) otitis media akut (OMA) merupakan inflamasi telinga bagian
tengah dan salah satu penyakit dengan prevalensi paling tinggi pada masa anak-anak,
dengan puncak insidensi terjadi pada usia antara 6 bulan sampai 2 tahun. Hampir 70% anak
akan mengalami otitis media akut (OMA) paling sedikit satu periode otitis media.

B. Etiologi
Menurut Adams (1997: 96) penyebab otitis media akut antara lain :

1. Faktor pertahanan tubuh terganggu Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat
mikroba dinasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan
masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim
penghasil mukus (misalnya muramidase) dan antibodi.

2. Obstruksi tuba eusthachius Merupakan suatu faktor penyebab dasar pada otitis media
akut, karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke telinga
tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah dan terjadi
peradangan. Pada bayi terjadinya otitis media akut dipermudah karena tuba eustachiusnya
pendek, lebar, dan agak horisontal letaknya.

3. Infeksi saluran pernafasan atas Terutama disebabkan oleh virus, pada anak makin sering
terserang infeksi saluran pernafasan atas makin besar kemungkinan terjadinya otitis
media akut.
4. Bakteri piogeik Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisma penyebab adalah
streptococcus pneumoniae, hemophylus influenzae, streptococcus betahemolitikus dan
moraxella catarrhalis.

C. Manifestasi Klinis

Gejala otitis media akut dapat bervariasi antara lain :

1. nyeri telinga (otalgia)


2. keluarnya cairan dari telinga
3. demam 9
4. kehilangan pendengaran
5. tinitus
6. membran timpani tampak merah dan menggelembung (Smeltzer & Bare, 2001: 2051).

Menurut Adams (1997: 96) gejala otitis media akut berupa :

1. Nyeri
2. demam
3. malaise
4. nyeri kepala
5. membran timpani tampak merah dan menonjol
6. abses telinga tengah
7. pada bayi sering kali mudah marah, bangun di tengah malam sambil menangis dan
menarik-narik telinganya.
D. Patofisiologi

Kuman penyebab utama pada Otitis Media Akut ialah bakteri piogenik, seperti
streptokokus hemolitikus, stafilokokus aureus, pneumokokus. Selain itu kadang-kadang
ditemukan juga hemofilus influenza, proteus vulgaris dan pseudomonas aurugenosa
(Soepardi & Iskandar, 2001: 51). Menurut Muscari (2005: 220) patofisiologi otitis media
akut (OMA) yaitu terjadi disfungsi tuba eustachii memungkinkan invasi bakteri ke telinga
tengah dan mengobstruksikan drainase sekret. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain
kehilangan pendengaran, timpanosklerosis (jaringan parut), perforasi timpanik, otitis adesif
("lem-telinga"), otitis media supuratif kronis, mastoiditis, meningitis, dan kolesteatoma.
E. Komplikasi

Menurut Rudolph (2006: 1051-1052) komplikasi otitis media akut terdiri antara lain:

1. Kehilangan pendengaran Selama fase otitis media akut bila ada efusi, terdapat
kehilangan pendengaran kondusif yang biasanya sembuh sempurna pada penderita yang
diobati dengan memadai. Namun, proses radang dapat merangsang fibrosis, hialinisasi,
dan endapan kalsium pada membran timpani (MT) dan pada struktur telinga tengah.
Plak timpanosklerosis ini tampak sebagai bercak 12 bahan putih ireguler.
Timpanosklerosis dapat menghalangi mobilitas membran timpani (MT) dan kadang-
kadang dapat memfiksasi rantai osikula.
2. Perforasi Membran Timpani (MT) Membran Timpani (MT) dapat mengalami perforasi
akibat nekrosis jaringan selama infeksi. Perforasi ini biasanya kecil, terjadi pada bagian
sentral pars tensa, dan menyembuh secara spontan bila infeksi sembuh. Perforasi yang
lebih besar mungkin tidak dapat menutup. Otitis media tuberkulosis biasanya
menyebabkan banyak perforasi kecil. Rantai osikula juga terkena oleh nekrosis. Paling
lazim prosesus longus inkus nekrosis, mengakibatkan osikula tidak konsisten. Perforasi
membran timpani (MT) menetap dan nekrosis osikula, Keduanya menyebabkan
kehilangan pendengaran kondusif yang memerlukan koreksi bedah dengan
timpanoplasti.
3. Kolesteatoma Pada proses penyembuhan perforasi, epitel skuamosa, dapat tumbuh
kedalam telinga tengah, membentuk struktur seperti kantong yang mengumpulkan
debris epitel yang lepas. Kista ini di sebut "kolesteatoma".
4. Paralisis saraf kranial Paralisis n. fasialis dapat terjadi pada otitis media supuratif akut.
Sekitar sepertiga penderita mempunyai tulang yang tidak sempurna yang menutupi n.
fasialis dalam teinga tengah. Paralisis dapat parsial atau total. Penyembuhan biasanya
total jika digunakan terapi antibiotik dan dilakukan 13 miringotomi. Pemasangan PET
memberikan jalan secara langsung bagi antibiotik untuk diteteskan pada daerah yang
meradang.
5. Labirinitis Selama otitis media akut, respon radang yang di sebut "labirinitis serosa"
dapat terjadi. Biasanya ada vertigo ringan tetapi bukan kehilangan pendengaran. Namun
jika bakteri menginvasi labirin melalui fenestra ovalis ratundum, terjadi labirinitis
supuratif akutyang menyebabkan vertigo berat, nistagmus dan kehilangan pendengaran
sensorineural berat. Mungkin perlu dilakukan drainase bedah terhadap labirin untuk
menghindari infeksi intrakranium.
6. Mastoiditis Keterlibatan mastoid dengan radang dan eksudat purulen selalu ada selama
otitis media akut, seperti ditunjukkan oleh keopakan sistem sel udara (mastoiditis)
rontgenografi. mastoiditis supuratif akut menggambarkan osteomielitis mastoid
koalesen akut, sekat-sekat sel udara mengalami nekrosis dan sistem sel udara menjadi
konfluen. Hal ini disertai dengan nyeri berat dibelakang telinga, pembengkakan dan
radang pada mastoid, dan perpindahan aurikula ke depan dan lateral kepala. Pada
pemeriksaan otoskop, dinding posterosuperior saluran telinga tampak melengkung.
Kadang-kadang, ujung mastoid karena infeksi dan nanah meluap ke dalam bidang leher
yang terletak di sebelah anterior m. sternokleidomastoideus (abses bezold).
7. Meningitis Komplikasi intrakranium otitis media akut yang paling lazim adalah
meningitis. Komplikasi ini paling sering terjadi bila diagnosis dan terapi terlambat.
8. Hidrosefalus Otitis Komplikasi intrakranium lain adalah serebritis, abses epidural,
abses otak, dan trombosis sinus lateralis. Hidrosefalus otitis terjadi bila ada trombosis
sinus petrosus.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Otitis Media Akut menurut Soepardi& Iskandar (2001: 52- 53)
tergantung pada stadium penyakitnya yaitu:
1. Stadium Oklusi: bertujuan untuk membuka tuba eustachius sehingga tekanan negatif
ditelinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% dan
pemberian antibiotik apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan virus atau alergi.
2. Stadium Presupurasi: analgetika, antibiotika yang dianjurkan biasanya golongan
ampicillin atau penicilin.
3. Stadium Supurasi: diberikan antibiotika dan obat-obat simptomatik. Dapat dilakukan
miringotomi bila membran menonjol dan masih utuh untuk mencegah perforasi.
4. Stadium Perforasi: sering terlihat sekret banyak yang keluar dan kadang terlihat
keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatannya adalah obat pencuci telinga
H2O2 3% selama 35 hari dan diberikan antibiotika yang adekuat.
5. Stadium Resolusi: maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada
lagi da perforasi membran timpani menutup.
G. Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya OMA pada anak
antara lain:
1. Pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan anak-anak
2. Pemberian ASI minimal selama enam bulan
3. Hindari pemberian susu botol ketika anak dalam keadaan berbaring
4. Hindari pajanan terhadap asap rokok
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Smeltzer, 2001, Otitis Media Akut (OMA) merupakan suatu infeksi pada telinga
tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah.
Penyebab utama dari OMA adalah tersumbatnya saluran/tuba eustachius yang bisa
disebabkan oleh proses peradangan akibat infeksi bakteri yang masuk ke dalam tuba
eustachius tersebut, kejadian ISPA yang berulang pada anak juga dapat menjadi faktor
penyebab terjadinya OMA pada anak. Stadium OMA dapat terbagi menjadi lima stadium,
antara lain: Stadium Hiperemi, Oklusi, Supurasi, Koalesen, dan Stadium Resolusi. Dimana
manifestasi dari OMA juga tergantung pada letak stadium yang dialami oleh klien. Terapi
dari OMA juga berdasar pada stadium yang dialami klien. Dari perjalanan penyakit OMA,
dapat muncul beberapa masalah keperawatan yang dialami oleh klien, antara lain: gangguan
rasa nyaman (nyeri), perubahan sensori persepsi pendengaran, gangguan komunikasi, dan
kecemasan.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan bagi pembaca, penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu penulis
membutuhkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Indonesia.Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998. Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI :
Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai