Anda di halaman 1dari 12

AIRWAY

KELOMPOK 1

IBRAHIM KADIR
IMROATUR ROSIDAH
NOVITA A. BOGOLEMBA
SARTINA H. TAHUNINI
SINTA
JURNAL 1 ( Nasional)
JUDUL : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGGANI
KOTA PALU
PENULIS : Adhar Arifuddin, Muh.Jusman Rau, Nurnidya
Hardiyanti
TAHUN : 2019
TEMPAT : Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas
Singgani Kota Palu
ABSTRAK : Asma merupakan penyakit inflamasi saluran nafas
yang dapat menyerang semua kelompok umur, biasanya
ditandai dengan peradangan pada saluran napas yang bersifat
kronik dengan ditemukannya riwayat gejala pernapasan seperti
sesak napas, sesak dada, dan batuk. Kejadian Asma dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain tingkat kecemasan, kebiasaan
merokok, riwayat keluarga dan hewan peliharaan.
Meningkatnya kejadian asma di Puskesmas Singgani Kota Palu
dapat dilihat dari peningkatan jumlah kasus, dimana pada tahun
2015 jumlah kejadian asma sebanyak 212, pada tahun 2016
menjadi 456 dan pada tahun 2017 menjadi 515. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan,
kebiasaan merokok, riwayat keluarga, hewan peliharaan terhadap
kejadian asma. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel
sebanyak 148 responden. Data dianalisis menunjukkan bahwa
tingkat kecemasan, kebiasaan merokok, riwayat keluarga dan
hewan peliharaan berhubungan dengan kejadian asma dengan nilai
ρ<0,05. Bagi Penderita asma perlu melakukan perubahan gaya
hidup sehat seperti rajin berolahraga, istrahat yang cukup,
menghindari paparan asap rokok, memiliki kesadaran untuk tidak
merokok, menghindari perkawinan dengan penderita asma,
menghindari kontak langsung, dengan hewan peliharaan dan tidak
menempatkan hewan peliharaan di dalam rumah
METODE : penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik
dengan pendekatan cross sectional
SAMPE :. sampel sebanyak 148 responden dengan teknik pengambilan sampel
yaitu accidental sampling.
HASIL PENELITIAN :
1. Kebiasaan merokok Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden yang mengalami tingkat kecemasan tinggi menderita asma yaitu
sebanyak 43 responden (56,6%) dibandingkan dengan yang mengalami tingkat
kecemasan tinggi tidak menderita asma yaitu 33 responden (43,4%). Sedangkan
sebagian besar responden yang mengalami tingkat kecemasan rendah tidak
menderita asma, yaitu sebanyak 49 responden (68,1%) dibandingkan dengan yang
mengalami tingkat kecemasan rendah mendeita asma yaitu 23 responden (31,9%).
2. Kebiasaan merokok Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden yang mempunyai risiko tinggi menderita asma yaitu sebanyak 39
responden (56,5%) dibandingkan dengan yang mempunyai risiko tinggi tidak
menderita asma yaitu 30 responden (43,5%). Sedangkan sebagian besar responden
yang mempunyai risiko rendah tidak menderita asma, yaitu sebanyak 52
responden (65,8%) dibandingkan dengan yang mempunyai risiko rendah menderita
asma yaitu 27 responden (34,2%).
Lanjutan.....

3. Riwayat Keluarga Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
yang mempunyai riwayat keluarga menderita asma yaitu sebanyak 34 responden
(59,6%) dibandingkan dengan yang mempunyai riwayat keluarga tidak menderita
asma yaitu 23 responden (40,4%). Sedangkan sebagian besar responden yang tidak
mempunyai riwayat keluarga tidak menderita asma, yaitu sebanyak 59 responden
(64,8%) dibandingkan dengan yang tidak mempunyai riwayat keluarga menderita
asma yaitu 32 responden (35,2%).
4. Hewan Peliharaan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden yang mempunyai hewan peliharaan menderita asma yaitu sebanyak 49
responden (53,3%) dibandingkan dengan yang mempunyai hewan peliharaan tidak
menderita asma yaitu 43 responden (46,7%). Sedangkan sebagian besar responden
yang tidak mempunyai hewan peliharaan tidak menderita asma, yaitu sebanyak 39
responden (69,9%) dibandingkan dengan yang tidak mempunyai hewan peliharan
menderita asma yaitu 17 responden (30,4%)
JURNAL 2 (Nasional)
JUDUL : Karakteristik kasus faringitis akut di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya
Denpasar periode Januari – Desember 2015
PENULIS : Darryl Abdi Triadi,I Made Sudipta
TAHUN : 2020
TEMPAT : Di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar
ABSTRAK : Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri,
yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis,
demam, pembesaran limfanodi leher dan malaise. Penyebab terbanyak radang ini
adalah kuman golongan Streptokokus β-haemolyticus, Streptoccocus viridans dan
Streptoccocus pyogenes. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh infeksi virus
seperti virus influenza dan adenovirus. Faringitis akut dapat menular melalui kontak
dari sekret hidung dan ludah (droplet infection) dari orang yang menderita
faringitis.
Tujuan: untuk mengetahui gambaran tentang penyakit faringitis akut di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Wangaya Denpasar periode Januari – Desember 2015.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan rancangan
desktiptif cross sectional terhadap penderita penyakit faringitis akut di RSUD
Wangaya Denpasar periode Januari - Desember 2015.
Hasil dan Simpulan: Proporsi penderita Faringitis Akut berdasarkan umur di
RSUD Wangaya Denpasar yang tertinggi dijumpai pada pada kelompok umur 0-
14 tahun, yaitu 47 orang (55,9%). Proporsi terendah terdapat pada kelompok
umur >50 tahun, yaitu 16 orang (19,0%). Proporsi penderita Faringitis Akut
berdasarkan jenis kelamin di RSUD Wangaya Denpasar yang tertinggi adalah
pada perempuan yaitu 48 orang (57,2%). Sedangkan pada laki-laki yaitu 36
orang (42,8%). Proporsi penderita Faringitis Akut berdasarkan gejala klinis yang
dialami di RSUD Wangaya yang tertinggi adalah nyeri tenggorok sebanyak 57
orang (67,9% ), diikuti sulit menelan sebanyak 47 orang (55,9%), demam 19
orang (22,6% ), muntah 18 orang (21,4%), malaise 17 orang ( 20,2%), kelenjar
limfa bengkak 13 orang (15,5% ), dan yang disertai nyeri kepala 4 orang
(4,8%).
METODE : Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan
rancangan desktiptif cross sectional terhadap penderita penyakit faringitis akut
di RSUD Wangaya Denpasar periode Januari - Desember 2015.
SAMPEL : Sampel dari penelitian ini merupakan 84
orang pasien faringitis akut yang menjalankan
rawat jalan dan rawat inap di RSUD Wangaya
Denpasar periode Januari - Desember 2015.
HASIL PENELITIAN : Proporsi penderita faringitis akut
berdasarkan umur di RSUD Wangaya Denpasar yang tertinggi
dijumpai pada pada kelompok umur 0-14 tahun dan proporsi
terendah terdapat pada kelompok umur >50 tahun. Proporsi
penderita faringitis akut berdasarkan jenis kelamin di RSUD
Wangaya Denpasar yang tertinggi dialami pada perempuan.
Proporsi penderita faringitis akut berdasarkan gejala klinis
yang dialami di RSUD Wangaya yang tertinggi adalah nyeri
tenggorok, diikuti sulit menelan, demam, muntah, malaise,
pembesaran KGB, dan diserta nyeri kepala.
JURNAL 3 (INTERNASIONAL)
JUDUL : TERAPI PADA ANAFILAKSIS
PENULIS : Agustinus Evrianto Irawan
TAHUN : 2020
TEMPAT : Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
ABSTRAK : Anafilaksis adalah sebuah reaksi hipersensitivitas tipe I yang
melibatkan berbagai sistem organ dengan onset cepat dan mengancam jiwa.
Reaksi ini dicirikan dengan adanya gangguan jalan napas, sirkulasi, pencernaan,
serta perubahan pada kulit dan mukosa tubuh. Tujuan dilakukannya literature
review ini adalah untuk membahas tatalaksana yang tepat pada kasus anafilaksis.
Sumber referensi yang digunakan untuk menyusun tulisan ini meliputi 23 artikel
yang didapat dengan melakukan literature searching di Sumber NCBI dan 1 buku
yang semuanya dipublikasikan dalam rentang tahun 2000-2020. Literature
sarching tersebut dilakukan dengan menggunakan kata kunci shock anaphylactic,
anaphylaxis, dan therapy dan filter berupa rentang publikasi tahun 2010-2020.
.Hasil yang ditemukan dari literature searching ini adalah 4666 artikel yang
kemudian dipilih 23 artikel berdasarkan informasi yang dibutuhkan.
Referensi yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan metode
systematic literature review yang mencakup kegiatan mengumpulkan,
mengevaluasi, dan mengembangkan penelitian dengan topik tertentu secara
sistematis. Hasil literature review in menunjukkan bahwa pemberian
epinephrine menjadi kunci dalam penanganan anafilaksis. Dekontaminasi,
pengamatan tanda-tanda vital, pemosisian, pemberian oksigen, dan cairan
juga penting untuk dilakukan. Terapi adjuvant dengan administrasi obat-
obat anti-alergi dapat dipertimbangkan untuk mempercepat perbaikan gejala
pada pasien.
METODE : Penulisan artikel ini menggunakan metode literature
review
SAMPEL : Hasil yang ditemukan dari literature searching ini adalah
4666. Anafilaksis iatrogenik lebih umum terjadi pada usia tua
(mungkin akibat seringnya paparan terhadap zatzat tersebut),
sedangkan anafilaksis akibat makanan umumnya terjadi pada anak-
anak dan remaja.
HASIL PENELITIAN : Penanganan pasien dengan anafilaksis dimulai dengan
membersihkan pasien dari alergen, menilai tanda-tanda vital, pengamatan
lesi pada kulit, keluhan subjektif yang dialami oleh pasien, serta
menyanyakan adanya riwayat alergi. Setelah dilakukannya pemeriksaan,
data yang telah didapat dapat digunakan untuk menentuk derajat anafilaksis.
Pasien diposisikan horizontal dan dilarang untuk melakukan aktivitas fisik
karena hal ini dapat memperberat anafilaksis (Ring, Beyer,
Biedermann, & Bircher, 2014). Resusitasi cairan saat adanya tanda
hipovolemik juga berperan dalam keselamatan pasien dalam reaksi
anafilaksis. Larutan normal saline (NaCl 0.9%) atau larutan
elektrolit setimbang umumnya digunakan. Pada kasus syok anafilaktik,
administrasi 0.5-1 liter atau 2-3 liter cairan diberikan dalam waktu yang
singkat berdasarkan respon tekanan darahnya. Administrasi antihistamin dan
glukokortikoid juga perlu dipertimbangkan untuk memperbaiki keadaan
pasien (Ring et al., 2014).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai