Di Susun Oleh :
Kelompok 3
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, tak lupa shalawat
beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga melalui rahmat-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Pada Klien dengan Otitis Media Akut”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah di Stikes Bhakti Husada Bengkulu. Selama penyusunan makalah ini,
penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan
para pembacanya yang senantiasa tidak pernah putus dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan untuk menambah wawasan.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah yang
berlangsung kurang dari tiga minggu (Donaldson, 2010). Yang dimaksud dengan
telinga tengah adalah ruang di dalam telinga yang terletak antara membran timpani
dengan telinga dalam serta berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius
(Tortora dkk, 2009). Perjalanan OMA terdiri atas beberapa aspek yaituefusi telinga
tengah yang akan berkembang menjadi pus oleh karena adanya infeksi
mikroorganisme, adanya tanda inflamasi akut, serta munculnya gejala otalgia,
iritabilitas, dan demam (Kaneshiro, 2010; WHO, 2010).
Dalam realita yang ada, OMA merupakan salah satu dari berbagai penyakit yang
umum terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di negara-negara dengan ekonomi
rendah dan Indonesia, serta memiliki angka kejadian yang cukup bervariasi pada tiap-
tiap negara (Aboet, 2006; WHO, 2006; WHO-SEARO, 2007). Penyakit ini juga telah
menimbulkan beban lain yang cukup berarti, diantaranya waktu dan biaya.
Ramakrishnan menemukan bahwa OMA merupakan penyakit infeksi yang paling
sering terjadi di Amerika Serikat (Ramakrishnan, 2007). Salah satu laporan Center for
Disease Control and Prevention (CDC) dalam salah satu programnya yaitu CDC’s
Active Bacterial Core Surveillance (ABCs) di Amerika Serikat tahun 1999
menunjukkan kasus OMA terjadi sebanyak enam juta kasus per tahun. Meropol, dkk
juga mendapati 45-62% indikasi pemberian antibiotik pada anak-anak di Amerika
Serikat disebabkan OMA (Meropol dkk, 2008). Oleh karena pemakaian antibiotik yang
tinggi, beban negara tersebut yang digunakan untuk kasus OMA tergolong signifikan,
melebihi 3,8 triliun dolar setiap tahunnya (Heikkinen dkk, 1999). Sementara itu di
Kanada, tepatnya di Quebec, biaya penanganan OMA diperkirakan menghabiskan dana
lebih dari sepuluh juta dolar setiap tahunnya dan tenaga medis menghabiskan waktu
kira-kira 4,9 jam untuk keseluruhan penanganan OMA (Dube dkk, 2011).
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang cukup berkaitan dengan
terjadinya OMA. Kasus OMA secara umum banyak terjadi pada anak-anak
dibandingkan kalangan usia lainnya. Kondisi demikian terjadi karena faktor anatomis,
dimana pada fase perkembangan telinga tengah saat usia anak-anak, tuba Eustachius
memang memiliki posisi yang lebih horizontal dengan drainase yang minimal
dibandingkan dengan usia lebih dewasa (Tortora dkk, 2009). Hal inilah yang membuat
kecenderungan terjadinya OMA pada usia anak-anak lebih besar dan lebih ekstrim
dibandingkan usia dewasa (Torpy, 2010).
Meskipun secara teoritis dinyatakan demikian, pendataan tentang kasus OMA
berdasarkan tingkat usia menunjukkan hasil yang bervariasi pada berbagai negara.
Kaneshiro menyatakan bahwa OMA merupakan penyakit yang umum terjadi pada
bayi, balita, dan anak-anak, sedangkan kasus OMA pada orang dewasa juga pernah
dilaporkan terjadi, namun dengan frekuensi yang tidak setinggi pada anak-anak
(Kaneshiro, 2010). Di Amerika Serikat, Lanphear, dkk menyatakan bahwa otitis media
merupakan diagnosis yang paling sering ditegakkan pada anak-anak pra-sekolah,
bahkan kejadiannya meningkat selama dekade terakhir (Lanphear dkk, 1997).
Donaldson (2010) bahkan menunjukkan bahwa 70% dari anak-anak mengalami ≥ 1
kali serangan OMA sebelum usia 2 tahun. Di Kanada, Dube, dkk (2011) melakukan
studi di Quebec dan mendapatkan bahwa pada usia 3 tahun, 60-70% anak telah
mengalami minimal 1 kali episode OMA. Di Indonesia sendiri, belum ada data akurat
yang ditemukan untuk menunjukkan angka kejadian, insidensi, maupun prevalensi
OMA. Suheryantomenyatakan bahwa OMA merupakan penyakit yang sering dijumpai
dalam praktek sehari-hari, bahkan di poliklinik rumah sakit.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah;
Bagaimana asuhan keperawatan dengan Otitis Media Akut
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu memperoleh pengalaman serta nyata
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien Otitis Media Akut pendekatan
dengan proses keperawatan. Laporan ini dilaksanakan untuk mengetahui pelaksanaan
asuhan keperawatan dengan Otitis Media Akut yang meliputi dapat melakukan
pengkajian, dapat menentukan masalah keperawatan, dapat merencanakan tindakan
keperawatan, dapat melaksanakan tindakan keperawatan, dapat melakukan evaluasi.
D. Manfaat
Memberikan informasi mengenai penyakit Otitis Media Akut, sebagai informasi
lebih lanjut dalam memberikan asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Defisiensi
pengetahuan Terjadi erosi pada
kanalis semisirkularis
-Hipertermi
-pening/vertigo
-keseimbangan tubuh
menurun
Kebutuhan
Akrualisasi Diri
Keburtuhan akan harga diri Kebutuhan rasa cinta dan saling
memiliki
Kebutuhan Psikologi
Dalam buku Uliyah dan Hidayah (2011), menurut Abraham Maslow terdapat
5 tingkatan kebutuhan manusia, yaitu :
1. Kebutuhan Fisiologis, merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan
hidup. Manusia memiliki 8 macam kebutuhan, yaitu : Kebutuhan oksigen dan
pertukaran gas, Kebutuhan cairan dan elektrolit, Kebutuhan makanan, Kebutuhan
eliminasi urine, Kebutuhan istirahat dan tidur, Kebutuhan aktivitas, Kebutuhan
kesehatan temperatur tubuh, dan Kebutuhan seksual.
2. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman adalah aman dari berbagai aspek, baik
fisiologi, maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi :Kebutuhan perlindungan diri dari
udara dingin, panas, kecelakaan, dan infeksi, Bebas dari rasa takut dan kecemasan ,
Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing.
3. Kebutuhan rasa amannya pada pasien yang mengalami nyeri merupakan kebutuhan dari
fisiologi dimana pasien merasa nyeri merabat dan dipersepsikan oleh individu yang
dipengaruhi oleh interaksi antara sistem algesia tubuh dan tansmisi sistem saraf serta
interpretasi stimulus. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki dan Dimiliki ini
meliputi: Memberi dan menerima kasih sayang, Perasaan dimiliki dan hubungan yang
berarti dengan orang lain, Kehangatan, Persahabatan, dan mendapatkan tempat atau
diakui dalam keluarga, kelompok, serta lingkungan sosial.
4. Kebutuhan Harga Diri, ini meliputi: Perasaan tidak begantung pada orang lain,
Kompeten, Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri, ini meliputi: Dapat mengenal diri sendiri dengan
baik(mengenal dan memahami potensi diri), Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri,
Tidak emosional, Mempunyai dedikasi yang tinggi, Kreatif, dan Mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya.
Konsep Dasar Kebutuhan Manusia pada anak dengan Otitits Media Akut adalah
Kebutuhan rasa amannya , karena pada pasien yang mengalami nyeri merupakan
kebutuhan dari fisiologi dimana pasien merasa nyeri merabat dan dipersepsikan oleh
individu yang dipengaruhi oleh interaksi antara sistem algesia tubuh dan tansmisi sistem
saraf serta interpretasi stimulus. Rasa nyeri terjadi karena adanya tekanan yang terjadi
karena tekanan dituba eusthacius yang menyebabkan nyeri. Peningkatan suhu terjadi
karena hipotalamus yang mengaktifkan sistem komplemen yang membentuk dan
melepaskan zat C3a dan C5a yang merangsang PGE2 hipotalamus sehingga penderita
mengalami peningkatan suhu.
Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yaitu membantu pasien
(dari level individu hingga level masyarakat), baik dalam kondisi sakit maupun sehat,
guna mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui layanan keperawatan (Setiadi ,
2012)
C. Proses Keperawatan
Pada dasarnya proses keperawatan adalah suatu metode ilmiah yang sistematis dan
terorganisir untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Kegiatan dalam proses
keperawatan dirancang langkah demi langkah dengan urutan yang khusus dengan
menggunakan pendekatan ilmiah, serta berfokus pada respons manusia agar memperoleh
pengertian yang relevan dengan status kesehatan klien.Pros keperawatan es merupakan
lima tahap proses yang konsisten, sesuai dengan perkembangan profesi keperawatan
(Setiadi , 2012)
1. Pengkajian
a. Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan dan dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi suatu kesehatan klien. Hal-hal yang perlu
dikaji pada pasien otitis media akut antara lain Pengkajian terhadap pendidikan,
pekerjaan, latar belakang budaya, agama, interaksi keluarga, konsep diri, status
mental, respon emosional.
b. Pengkajian terhadap tanda-tanda vital, rasa nyeri, berat badan, respon psikologis,
kebutuhan nutrisi, kebutuhan cairan, komplikasi yang terjadi.
Data yang perlu dikaji pada pasien otitis media akut antara lain:
a) Aktivitas/istirahat : penurunan aktivitas, tidur terganggu.
b) Eliminasi : Keluaran urine
c) Nutrisi : Anoreksia, mual/muntah
d) Nyeri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis
DS :
- Mengeluh nyeri
DO :
- Tampak meringis
- Bersikap Protektif
- Gelisah
- Sulit tidur
b. Hipertermi b.d
DS :
- Mengeluh demam
DO :
- Akral teraba hangat
- Suhu tubuh > 37,5ºC
c. Resiko Infeksi b.d Tindakan mastoidektomi
DS : -
DO :
- Tindakan Invasif
3. Rencana Keperawatan
Hipertermi b.d Terjadi Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI : Manajemen Hipertermi
erosi pada karanalis selama 3x24 jam diharapkan hipertermi 1. Identifikasi penyebab hipertermi
semisirkularis dapat berkuarang dengan 2. Monitori suhu tubuh
SLKI : Termogulasi 3. Sediakan lingkungan yang dingin
Ekspetasi :Membaik 4. Lakukan pendinginan eksternal ( mis.
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
Suhu kulit 1 2 3 4 5
Menggigil 1 2 3 4 5
Resiko infeksi b.d invasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI : Pencegahan infeksi
bakteri selama 3x 24 jam diharapkan ifeksi tidak 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
terjadi dengan. 2. Cuci tangan sbelum dan sesudah kontak
dngan pasien
SLKI : Tingkat Infeksi 3. Berikan Perawatan luka
Ekspetasi : Membaik 4. Pertahankan teknik aseptk
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
kemerahan 1 2 3 4 5
Keluar darah 1 2 3 4 5
Kultur area luka 1 2 3 4 5
4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan wujud dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus dari intervensi keperawatan antara lain
adalah: mempertahan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi, menentukan
perubahan sistem tubuh, memantapkan hubungan klien dengan lingkungan dan
implementasi pesan dokter.
5. Evaluasi
Evaluasi atau tahap penilaian adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil tahap perencanaan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. IdentitasPasien
Nama : An. S
Umur : 14 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Pioner Majapahit
Diagnosis medis : Otitis media akut (OMA)
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. T
Umur : 27 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Pioner Majapahit
B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Klien
a. Keluhan Saat Ini
Pasien datang ke poliklinik THT diantar ayahnya dengan keluhan demam 3hari,
telinga berair dan terasa nyeri. TD: 120/90 mmHg, P: 76x/m, RR: 20x/m, T: 38ºC
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengeluh merasa nyeri pada telinga bagian kanan, dan keluar cairan
putih seperti nanah dan berbau pada telinga kanan dan telah mengalami demam
selama 3 hari
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Setahun yang lalu pasien pernah mengalami pada telinga bagian kanan, tetapi
diabaikan karena pasien tidak terlalu merasakan nyeri dan masih dapat mendengarkan
secara normal.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga yang lain tidak ada yang pernah mengalami penyakit yang
sama seperti yang diderita oleh klien.
e. Genogram
Mandi
Berpakaian / baerdandan
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
Pindah
Ambulansi
Makan
Keterangan :
0 = mandiri
1 = dibantu sebagian oleh alat
2 = dibantu oleh orang lain
3 = dibantu orang dan alat
4 = ketergantungan total
D. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
Suhu : 38°C
Nadi : 76X/ menit
TD : Normal (120/90 mmHg)
Pernafasan : Takipnea ( 20 x / menit )
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 60kg
Skala nyeri :3
2. Keadaan Umum
Kesan umum : Nyeri
Wajah : Pucat
Kesadaran : Composmentis
Penafsiran umur : Dapat merespon orang dengan baik
Cara berbaring dan bergerak:
Pasien tidak mengalami kesulitan dalam berbaring dan bergerak.
Bicara :
Pasien mengalami kesulitan, kadang-kadang tidak jelas karena nyeri yang dialami dan
kekerasan suara naik turun.
Pakaian, kerapian, dan kebersihan badan:
Pakaian klien terlihat rapi dan kebersihan badan bagus.
3. Kulit Rambut dan Kuku
Inspeksi
Warna kulit : kemerahan
Lesi : tidak/ada
Jumlah rambut : merata
Warna kuku : merah muda
Bentuk kuku : normal (sudut antara pangkal kuku dengan ujung jari 160˚)
Cavilar revil : normal bila kembali < 2 detik
Palpasi
Suhu : teraba panas
Kelembaban : kering
Tekstur : kasar
Turgor : elastis
Edema : tidak ada
4. Kepala
Inspeksi
Kesimetrisan muka : simetris
Tengkorak : normal (tidak ada deformitas)
Rambut : relative (dari banyak sampai sedikit)
Kulit kepala : tidak ada deformitas, tidak ada ketombe,
Palpasi
Kulit kepala : tidak ada kotoran
deformitas : tidak ada
5. Mata
bentuk bola mata : bulat
konjunctiva : ikterik
sclera : ikterik
pupil : isokor
gerakan : tidak terbatas
tekanan bola mata : tidak ada nyeri tekan
6. Telinga
Inspeksi
Daun telinga : simetris kanan kiri
Liang telinga : ada serumen, ada lesi
Palpasi
Cartilage : ada nyeri tekan
Nyeri tekan tragus : ada, skala nyeri 3
7. Hidung
Inspeksi
Serumen : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
8. Mulut
Inspeksi
Bibir : mukosa bibir kering
Gigi : tidak ada caries dan tidak agak kotor
Gusi : tidak ada perdarahan
Lidah : sedikit kotor, tidak ada pembengkakan
Faring : tidak ada lesi
Ovula : tidak ada pembengkakan
Tonsil : tidak ada pembengkakan
Palpasi
Pipi : tidak ada nyeri tekan
Palatum : tidak ada nyeri tekan
Lidah : tidak ada nyeri tekan
9. Leher
Inspeksi
Bentuk leher : sedang
Warna kulit : sama dengan warna kulit sekitar
Bengkak : tidak ada
Hyperplasia : tidak ada
JVP : tidak ada
Gerakan : agak lemah
Palpasi
Kelenjar limfa : tidak ada nyeri tekan
Kelenjar tiroid : tidak ada nyeri tekan
10. Dada
Inspeksi
Bentuk : ada peninggian diafragma, tidak ada pembengkakan
Retraksi : tidak ada
Kulit : sama dengan warna kulit sekitar,tidak ada lesi atau bisul
Payudara : tidak ada benjolan
Palpasi
Benjolan : tidak ada,tidak ada nyeri tekan /krepitasi.
Perkusi : resonan
Auskultasi : sonor
11. Paru-paru
Inspeksi kanan dan kiri : simetris atau tidak simetris
Palpasi kanan dan kiri : tidak ada nyeri tekan
Perkusi kanan dan kiri : tidak ada suara tambahan
Auskultasi kanan dan kiri : suara sonor
12. Jantung
Inspeksi : simetris
Palpasi : tak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak ada suara tambahan
Auskultasi : normal
13. Abdomen
Inspeksi
Bentuk : tidak terlihat pembengkakan abdomen
Simetris : tidak simetris kanan kiri
Luka : tidak ada luka
Auskultasi : 30 X/menit
Perkusi : pekak
Palpasi : terdapat nyeri tekan abdomen
14. Anus dan rectum : Tidak dikaji
15. Kelamin : Tidak terpasang kateter
16. Extrimitas atas : Tidak terpasang
ANALISA DATA
DO : MK : Resiko Infeksi
terlihat adanya cairan
berwarna kekuning –
kuningan pada telinga
kanan
TTV
TD : 120/90 mmHg
P : 76x/menit
T : 38°C
RR : 20x/menit
INTERVENSI KEPERAWATAN
P : 76x/menit Kemampuan 1 2 3 4 5
menggunakan
T : 38°C teknik
RR :20x/menit nonfarmakologis
Hipertermi b.d Terjadi Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI : Manajemen Hipertermi
erosi pada karanalis selama 3x24 jam diharapkan hipertermi 1. Identifikasi penyebab hipertermi
semisirkularis dapat berkuarang dengan 2. Monitori suhu tubuh
DS : SLKI : Termogulasi 3. Sediakan lingkungan yang dingin
Pasien mengatakan Ekspetasi :Membaik 4. Anjurkan tirah baring
demam sejak 3 hari Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
yang lalu Kulit kemerahan 1 2 3 4 5 terapi
DO : Suhu tubuh 1 2 3 4 5
- k/u lemah Suhu kulit 1 2 3 4 5
-pasien tampak pucat Menggigil 1 2 3 4 5
TTV
TD : 120/90 mmHg
P : 76x/menit
T : 38°C
RR : 20x/menit
Pukul 11.00
3. Senin Resiko infeksi Pukul 10.30
S : Pasien mengatakan telinga
12 Okt 2020 b.d pengobatan 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi kanannya berair
tidak tuntas - Kemerahan pada liang telinga O :
DS : - Telinga berair - Kemerahan pada liang
Pasien telinga
- Nyeri tekan
mengatakan
telinga 2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah - Telinga berair
kanannya berair kontak dengan pasien - Nyeri tekan
3. Mempertahankan teknik aseptic A : Resiko infeksi belum teratasi
DO :
terlihat adanya 4. Berkolaborasi dengan tim medis dalam Kemerahan 12345
cairan berwarna pemberian
Keluar Darah 12345
kekuning – - Amoxicillin 3 x 500mg
kuningan pada Kultur Area Luka 12345
telinga kanan P : Intervensi dilanjutkan dirumah
TTV
(1,2, dan 4)
TD : 120/90
mmHg
P : 76x/menit
T : 38°C
RR : 20x/menit
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah yang berlangsung
kurang dari tiga minggu (Donaldson, 2010). Yang dimaksud dengan telinga tengah adalah
ruang di dalam telinga yang terletak antara membran timpani dengan telinga dalam serta
berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius (Tortora dkk, 2009). Perjalanan
OMA terdiri atas beberapa aspek yaituefusi telinga tengah yang akan berkembang menjadi
pus oleh karena adanya infeksi mikroorganisme, adanya tanda inflamasi akut, serta
munculnya gejala otalgia, iritabilitas, dan demam (Kaneshiro, 2010; WHO, 2010).
Dari hasil Asuhan Keperawatan pada kasus Otitis Media akut pada anak yang penulis
laksanakan, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa :
a. Penyakit Otitis Media Akut merupakan penyakit yang berulang dan kebayakan
terjadi pada anak-anak.
b. Dengan perawatan yang baik penderita Otitis Media Akut dapat diatasi dengan baik.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap agar masalah kesehatan khususnya otitis
media akut teratasi dengan baik, pola hidup sehat bisa lebih diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dan semoga makalah ini bermanfaat, dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
pembaca dan khususnya penulis sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5.
Jakarta: EGC.
Lucente,F., Gady. 2011. Ilmu THT Esensial . alih bahasa oleh Hartono,H., Matahari.,
Kosasih,A., Mahanani,D.Jakarta : EGC
Soepardi EA., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restui, RD. 2007. Telinga Hidung Tenggorokan dan
Leher.Jakarta: FKUI
Susilaningrum, R, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan Bidan.
Salemba Medika: Jakarta