Disusun Oleh :
Kelompok 6
Pramudya Nelsa
Ersa
Cindy Sriwundari
Sinta Bella triyani
Fitriani
Cici Maria
Oktasari
Sugiyanto
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar DHF ”.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan
tugas dalam perkulihan. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang
dimiliki oleh penulis. Namun berkat bantuan dan bimbingan serta arahan dari
berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dengan tangan terbuka
kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan pada masa yang akan datang,
semoga maklah ini dapat bermanfaat pada umummnya bagi pembaca dan
khususnya bagi tenaga kesehatan.
Lubuklinggau, Nov,2020
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI.............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan............................................................... 3
1. Tujuan Umum............................................................. 3
2. Tujuan Khusus............................................................ 3
C. Ruang Lingkup.................................................................. 4
D. Metode Penulisan.............................................................. 4
E. Sistematika Penulisan ………………………………….. 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS........................................................... 7
A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia................................... 7
B. Konsep Dasar Heamoragic Fever..................................... 9
1. Pengertian.................................................................... 9
2. Etiologi........................................................................ 9
3. Patofisiologi................................................................ 10
4. Klasifikasi............................................................... 12
5. Manifeatasi Klinis....................................................... 12
6. Komplikasi............................................................. 16
7. Penatalaksanaan.......................................................... 20
8. Pemeriksaan Penunjang.............................................. 22
C. Konsep Tumbuh kembang Anak....................................... 25
D. Konsep Dampak Hospitalisasi.......................................... 29
E. Konsep Asuhan Keperawatan........................................... 32
1. Pengkajian Keperawatan............................................. 32
2. Diagnosa Keperawatan............................................... 35
3. Intervensi Keperawatan.......................................... 35
4. Implementasi Keperawatan.................................... 37
5. Evaluasi Keperawatan................................................. 38
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................ 39
A. Pengkajian Keperawatan................................................... 39
B. Diagnosa Keperawatan..................................................... 44
C. Intervensi Keperawatan................................................ 44
D. Penatalaksanaan Keperawatan.......................................... 48
E. Evaluasi Keperawatan....................................................... 76
BAB V PENUTUP................................................................................ 93
A. Kesimpulan.......................................................................
B. Saran..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus
yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan
Demam Berdarah Dengue (DBD), (Aziz Alimul, 2006).
Manifestasi klinik pada infeksi virus dengue sama seperti pada infeksi
virus yang lain, infeksi virus dengue juga merupakan suatu self limiting
infectious disease yang akan berakhir sekitar 2-7 hari. Infeksi virus dengue
pada manusia mengakibatkan suatu spektrum manifestasi klinik yang
bervariasi antara penyakit yang paling ringan (mild underferentiated
febrile illness), dengue fever, Dengue heamoragic fever (DHF/DBD) dan
Dengue syok syndrome (DSS/SSD) (Rampengan, 2007).
Komplikasi DHF, gejala klinis yang semakin berat pada penderita DHF
dan DSS dapat berkembang menjadi gangguan pembuluh darah dan
gangguan hati. Hal ini tentu dapat mengancam jiwa. DHF disertai
kegagalan sirkulasi dengan manifestasi: Nadi yang cepat dan lemah,
tekanan darah turun (≤ 120 mmHg), hipotensi (dibandingkan standar
sesuai umur), kulit dingin, lembab dan gelisah. DSS, menurut sumber lain
pada penderita DHF yang disertai syok, setelah demam berlangsung
selama beberapa hari, keadaan umum penderita tiba-tiba memburuk.
1
Menurut WHO, Dengue adalah penyakit virus yang paling umum
ditularkan oleh nyamuk ke manusia, yang beberapa tahun terakhir telah
menjadi masalah kesehatan utama masyarakat internasional. Secara global
2,5 miliar orang tinggal di daerah di mana virus dengue dapat
ditransmisikan. Penyebaran geografis antara vektor nyamuk dan virus
telah menyebabkan epidemi demam berdarah secara global dan
kedaruratan demam berdarah dengue dalam 25 tahun terakhir dengan
perkembangan hiperendemisitas di pusat-pusat perkotaan daerah tropis.
Sekitar 2,5 miliyar (2/5 penduduk dunia) mempunyai resiko untuk terkena
infeksi virus dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis pernah
mengalami letusan demam berdarah. Kurang dari 500.000 kasus setiap
tahun di rawat di RS dan ribuan orang meninggal (Mekadiana, 2007).
Pada bulan Januari hingga Februari 2016 di Indonesia tecatat 8.487 orang
penderita DHF dengan jumlah kematian mencapai 108 orang. Kelompok
usia terbanyak yang mengalami DHF di Indonesia yaitu usia 5-14 tahun
mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25% (Kemenkes RI,
2016).
Dalam kurun waktu satu bulan (per 12 Februari 2016), jumlah warga
Jakarta yang terkena penyakit DHF mencapai 1.337 kasus. Di DKI Jakarta
kasus paling banyak terjadi di Jakarta Selatan yakni mencapi 389 kasus,
disusul Jakarta Timur dengan 382 kasus, Jakarta Barat sebanyak 245
kasus, Jakarta Utara sebanyak 213 kasus dan Jakarta Pusat sebanyak 108
kasus (Dinas Kesehatan).
Berdasarkan data yang di peroleh dari data medical record Rumah Sakit
Islam Cempaka Putih Jakarta didapatkan data yang menderita DHF
khususnya di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
dari 2 bulan terakhir yaitu bulan Maret-April 2017 didaptakan kasus DHF
sebanyak 33 anak meliputi, usia infant: 5 anak, usia toddler: 9 anak, usia
prasekolah: 10 anak dan usia sekolah: 9 anak.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama tiga hari diharapkan
penulis dapat memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada anak
dengan DHF melalui pendekatan proses keperawatan tanpa
mengabaikan aspek tumbuh kembang anak.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan pemenuhan kebutuhan dasar diharapkan penulis:
a. Mampu melakukan pengkajian kebutuhan dasar pada anak dengan:
DHF.
b. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada anak dengan:
DHF.
c. Mampu merumuskan rencanakan tindakan keperawatan pada anak
dengan DHF.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada anak dengan
DHF.
e. Mampu melakukan evaluasi pada anak dengan DHF.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori
dan kasus dalam praktik keperawatan.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat
serta dapat mencari solusi.
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan
pada anak dengan: DHF.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Kebutuhan Fisiologis
B. Konsep Dasar
1. Pengertian
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, sejenis virus
yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal
dengan sebutan Demam Berdarah Dengue (DBD) (Aziz Alimul, 2006).
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang
anak, remaja, da dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan
sendi. Demam berdarah dengue sering di sebut pula Dengue
Heamoragic Fever (DHF) (Desmawati, 2013).
2. Etiologi
Penyebab penyakit DHF adalah virus dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes. Di Indonesia hingga sekarang telah dapat diisolasi 4
serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 merupakan serotipe
yang paling banyak sebagai penyebab. Di Indonesia dikenal dua jenis
nyamuk Aedes, yaitu:
a. Aedes Agypti
1) Paling sering ditemukan.
2) Nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat
penampungan air jernih atau tempat penampungan air di sekitar
rumah.
3) Nyamuk ini sepintas tampak berlurik, berbintik-bintik putih.
4) Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan
sore hari.
5) Jarak terbang 100 meter.
b. Aedes Albopictus
1) Tempat habitatnya di air jernih. Biasanya di sekitar rumah atau
pohon-pohon, tempat yang menampung air hujan yang
bersih,seperti pohon pisang, pandan, kaleng bekas.
2) Menggigit pada waktu siang hari.
3) Jarak terbang 50 meter.
(Rampengan, 2007)
3. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan
erbentuklah kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan
mengaktivasi sistem komplement. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan di
lepas C3a dan C5a, dua peptida yang berada untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma
melalui endotel dinding itu.
Virus dengue
Viremia
Hyperthermia Depresi sumsum tulang
Kehilangan
Perubahan
nutrisi kurang
Hipovolemia
dari kebutuhan
Perdarahan perfusi jaringan perifer
Resiko kekurangan
volume cairan
Syok
Kematian
Menurut Desmawati (2013) perubahan patofisiologi pada DHF
antara lain yaitu:
a. Meningkatnya permeabilitas kapiler yangmenyebabkan
bocornya plasma kedalam rongga pleura dan rongga peritoneal.
b. Hemostatis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati,
trombositopenia, koagulopati.
c. Renjatan.
d. Menurunnya fungsi agregasi trombosit karena fungsi
imunoligis yang dibuktikan dengan terdapatnya kompleks imun
dalam peredaraan darah.
e. Kelainan sistem koagulasi karena hati yang terganggu karena
aktivitas sistem koagulasi.
4. Klasifikasi
Menurut Suriadi (2010) klasifikasi DHF dibagi menjadi 4, yiatu:
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
tourniquet positif, trombositopeneia dam hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Derajat I disertai pendarahan spontan di kulit dan atau perdarahan
yang lain.
c. Derajat III
Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah. Hipotensi, kulit dingin
lembab, gelisah.
d. Derajat IV
Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Desmawati (2013), penyakit ini ditunjukkan melalui
munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, akit
pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam-ruam demam
berdarah yang mempunyai ciri-ciri merah terang, petekia, ia menyebar
hampir meliputi seluruh tubuh. Selain itu radang peut juga muncul
dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare,
pilek ringan disertai batuk-batuk. Kondisi waspada ini perlu disikapi
dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang
harus segera berobat apabila pasien/penderita mengalami demam
tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita
mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala-gejala
tersebut.
6. Komplikasi
a. Perdarahan luas
Infeksi virus dengue menyebaabkan terbentuknya antigen dan
antibodi yang dapat mengaktivasi sistem kompelem. Juga
menyebabkan agregasi, trombosit dan mengaktivasi sistem
koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. Kedua
faktor tersebut menyebabkan perdarahan pada DHF. Agregasi
trombosit terjadi sebagai akibat dari porlekatan kompleks antigen-
antibodi pada membrane trombosit mengeluarkan ADT. Hal ini
menyebabkan trombosit akan dihancurkan oleh RES, sehingga
terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan
pengeluaran platelet faktor III mengakibatkan koagulopati
konsumtif, ditandai dengan peningkatan FDT, sehingga terjadi
penurunan faktor pembekuan. Agregasi trombosit ini juga
mengakibatkan ganggguan fungsi trombosit sehingga walaupun
jumlah trombossit cukup banyak, namun tidak berfungsi dengan
baik. Aktivitas koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor
Hageman sehingga terjadi aktivasi faktor Hageman maka sistem
kinin teraktivasi yang memicu peningkatan permeabilitas kapiler
yang mempercepat terjadinya syok.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah:
a) Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia)
100.00mm atau kurang.
b) Hematokrit meningkat lebih dari 20%, merupakan indikator
akan timbulnya rejatan.
c) Hemoglobin meningkat lebih dari 20%.
d) Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau ketiga.
e) Masa perdarahan memanjang.
f) Protein rendah (hipoproteinemia).
g) Natrium rendah (hiponatremia).
h) SGOT/SGPT bisa meningkat.
2) Pemeriksaan Dengue Blood (metode Rapid)
Fungsi pemeriksaan dengue blood untuk melihat anti body Ig G
dan Ig M. Pemeriksaan Ig G itu untuk melihat infeksi pertama
kalinya pasien terkena DHF. Pemeriksaan IgM itu untuk
melihat infeksi kedua kalinya pasien terkena DHF. Nilai
normal: (-) negatif.
3) Hasil pemeriksaan kimia darah:
a) Hipoproteinemia
b) Hiponatremia
c) Hipoktoremia pada hari kedua dan ketiga terjadi
leukopenia, nekropenia, aneosinofilia,
d) Peningkatan limfosit, monosit dan basofil.
4) Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan
asidosis metabolik:
a) PCO2 < 35-40 mmHg.
b) HCO3 rendah Base excess (-).
5) Urine: Kadar albumin urine positif (albuminuria).
b. Pemeriksaan NS 1
Fungsi pemeriksaan NS 1 untuk melihat antigen. Nilai normal: (-)
negatif
c. Tes Inhibisi Hemaglutinasi (HI)
Tes Inhibisi Hemaglutinasi adalah pemeriksaan yang sederhana,
sensatif dan dapat ulang serta mempunyai keuntungan karena dapat
menggunakan reagen yang disiapkan secara local. Kerugiannya
adalah bahwa sampel sera harus melalui pra-penanganan dahulu
dengan aseton atau kolin, untuk menghilangkan inhibitor non
spesifik hemaglutinasi dan kemudian diserap dengan sel-sel gender
atau sel-sel darah meerah manusia O, untuk menghilangkan
agglutinin non-spesifik. Lebih jauh lagi penggunan optimal tes HI
memerlukan sera berpasangan. Sera berpasangan paling mudah
didaptakan saat penerimaan di rumah sakit (akut) dan saat
pemulangan (konvalen): bila interval antara serum pertama dan
kedua kurang dari 7 hari, tes HI mungkin tidak membantu dalam
diagnosis infeksi primer. Tes ini juga biasanya gagal untuk
membedakan antara infeksi dengan flavivirus yang sangat
berkaitan, misalnya antara virus dengue dan ensefalitis jepang, atau
virus dengue dan west nile.
Virus dengue mengaglunitasi eritrosit gander dan eritrosit dari
spesies tertentu lainnya juga sel-sel darah manusia golongan O
yang diberikan tripsin. Tes HI didasarkan pada kemampuan
antibody virus dengue untuk menghambat aglutinasi ini. Tes ini
menggambarkan pada kebanyakan virology manual. Respon
terhadap infeksi primer ditandai oleh evolasi lambat antibodi
hemaglutinasi-inhibisi. Karena esei HI, tidak dibedakan diantara
isotope imunoglobilin, identifikasi respons antibodi primer harus
disimpulkan dari antibody dengan kadar rendah dengan atau tidak
terdeteksi pada serum fase akut yang diambil sebelum hari kelima,
juga dari kadar titer antibody yang timbul. Respons sekuder
antibody terhadap dengue ditandai oleh evolusi cepat antibody
hemaglutinasi-inhibisi. Semua antibody adalah reaktif-flavirus luas
sehingga diagnosis spesifik tidak memungkinankan hanya
berdasarkan pada tes ini saja. Pada tes positif terhadap peningkatan
titer 4 kali lipat atau lebih antara sera akut dan konvalen, dengan
titer puncak selalu melebihi 1: 1280 pada respons sekunder dan
secara umum turun dibawah rasio ini pada respons primer.
d. Tes Netralisasi
Meskipun beberapa tes netralisasi telah diuraikan untuk virus
dengue, metode yang paling sensitive dan spesifik adalah
pemelarutan serum, virus konstan, tes reduksi-plaque. Setelah
infeksi dengue primer, antibody penetralisasi yang secara relative
spesifik terdeteksi pada konvalen awal. Setelah infeksi sekunder,
antibody penetralisasi titer tinggi diproduksi terhadap sedikitnya
dua dan biasanya keempat serotype virus dengue, serta terhadap
flavirus lainnya. Pada banyak kombinasi infeksi sekuensial bila
specimen dengan tepat waktu diuji, titer antibody penetralisasi
yang paling tinggi pada serum konvalesen diarahkan terhadap virus
pada pasien yang sebelumnya terinfeksi (biakan paling baru).
e. Imunoesei dot-blot
Teknologi imonoesei dot blot adalah teknik yang relative baru dan
reagen serta procedur tes terus berkembang. Sedikitnya satu
immunoesei dot-blot untuk antibody dengue tersedia secara
komersial, immonoesei dot-blot lainnya kemungkinan mamasuki
pasaran.
f. Tes Fiksasi Komplomen
Dapat juga digunakan pada diagnosis serologis, meskipun tes ini
adalah esei serologis paling kurang sensitive dan esei lain secara
umum telah menggantikan metode ini. Antibody pemiksasi
komplomen secara khas timbul belakangan dibanding antibody
IgM atau HI dan biasanya lebih spesifik, karenanya tes ini dapat
bermanfaat dalam memastikan infeksi dengue pada pasien dengan
sample serum berpasangan yang diambil pada akhir infeksi.
Peningkatan empat kali lipat antibody pemfiksasi-komplomen,
dimana interval antara serum akut dan konvalsen kurang dari 2
minggu, memperkuat pola serorespons sekunder.
g. Pemeriksaan Rumple Leed Tes (tourniquet test)
Rumple leed test adalah salah satu cara yang paling mudah dan
cepat untuk menentukan apakah terkena demam berdarah atau
tidak. Rumple leed adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan
melakukan pembendungan pada bagian lengan atas selama 10
menit untuk uji diagnostik kerapuhan vaskuler dan fungsi
trambosit.
h. Rontgen Toraks
Fungsi rontgen torak untuk melihat efusi pleura.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Desmawati (2013), Suriadi (2010), Nanda (2009),
menyatakan diagnosa keperawatan DHF yaitu:
a. Hipertermi berhubungan denan proses infeksi virus dengue.
b. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilias
kapiler.
c. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
3. Intervensi
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan: suhu tubuh normal
Kriteria hasil: suhu tubuh antara 36-37oC
Intervensi: ( SIKI ) : Manajemen
Hipertermi
1) Identifikasi penyebab hipertermi.
2) Monitor suhu tubuh
3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4) Berikan cairan oral
5) Kolaborasikan pemberian cairan dan elektrolit intravena
b. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler.
Tujuan: Tidak terjadi hipovolemia.
Kriteria hasil: Input dan output balance, akral hangat, capilarry
refil kurang dari 2 detik.
Intervensi:SIKI : Manajemen hipovolemia
1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia.
2) Monitor intake dan output cairan
3) Berikan asupan cairan oral
4) Kolaborasi pemberian cairan intravena.
c. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan: Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
Kriteria hasil: Pulsasi kuat, tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut,
tombosit meningkat.
Intervensi: SIKI : Pencegahan perdarahan
1) Monitor tanda dan gejala perdarahan.
2) Monitor nilai hemoglobin.
3) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan .
4) Batasi tindakan invasif.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan keluarga ke dalam bentuk intervensi keperawatan
guna membantu klien mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat, maka pelaksanaan dari
diagnosa masing-masing sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh normal.
b. Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan.
c. Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
d. Memberikan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
e. Memberikan rasa nyaman pada orang tua klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang di buat pada tahap
perencanaan.
Adapun evaluasi yang terdapat pada anak dengan DHF adalah:
a. Suhu tubuh normal.
b. Kebutuhan cairan terpenuhi.
c. Tidak terjadi perdarahan.
d. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
e. Rasa cemas pada orang tua berkurang.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Fokus
1) Data Subyektif
Orang tua mengatakan:
An. F masih demam, hari ini belum BAB, BAK sudah 1 kali, ada
bintik-bintik merah di tangan, An. F makan 3 sendok, hanya minum 2
gelas lebih, suhu tubuh mencapai 41oC, muntah 4 kali sekitar setengah
gelas, belum BAB. BB anak sebelum sakit adalah 21 kg, orang tua
mengatkan cemas dengan kondisi anak saat ini. Anak mengatakan
nyeri pada daerah perut terutama ulu hati dengan skala nyeri 5,
frekuensi: sering, seperti ditekan-tekan, durasi: ±5menit, masih mual
dan takut dengan jarum suntik.
2) Data Obyektif
Keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, nadi 72 x/menit, TD
110/70 mmHg, suhu 38,7°C, pernapasan 25 x/menit, TB: 110 cm, BB:
19 kg (mengalami penurunan 2 kg), penurunan BB: 20-19/20 = 1/20=
5%, LILA: 14 cm, konjungtiva ananemis, akral teraba hangat, adanya
ptekie pada ekstermitas atas, kapilary refill ˂ 2 detik, nyeri tekan pada
daerah abdomen, bising usus: 10 x/menit. Anak tampak menahan sakit
dan meringis kesakitan, anak tampak manja dan menjadi sangat
tergantung pada orang tuanya terutama saat diperiksa oleh tenaga
kesehatan, ibu An. F sering menanyakan kondisi dan perkembangan
anaknya, ibu tampak cemas, anak F tampak mual dan meringis
kesakitan, An. F selalu bertanya jika akan dilakukan tindakan.
Penatalaksanaan:
a. Therapy Oral: Sanmol syr 3x1,5 sdo di berikan pada pukul 06, 12,
18 WIB.
b. Therapy Injeksi: Ranitidine 2x20 mg, diberikan melalui IV pada
pukul 10 dan 22 WIB.
c. Therapy Cairan : infus assering 16 tpm (habis dalam 10 jam).
2. Analisa Data
Data Masalah Etiologi
DS: Defisit volume cairan Peningkatan permeabilitas
Orang tua mengatakan An. F saat ini masih dinding kapiler
demam, hanya minum setengah botol,
BAK 1x
DO:
Keadaan umum lemah, nadi 72 x/menit,
TD 110/80 mmHg, suhu 38,7°c,
pernapasan 20x/menit, mukosa bibir dan
mulut tampak kering, akral teraba hangat.
Balance cairan: -138,3 cc/hari, status
dehidrasi: dehidrasi sedang. Data
penunjang: hasil laboratorium pada tanggal
19 Mei 2016, pukul 18.00 WIB
Hemoglobin: 15,00 g/dL (10,8-15,6),
Hematokrit: 41% (33-45).
DS: Resiko perdarahan Trombositopenia
Orang tua mengatakan adanya bintik- massif
bintik merah di tangan.
DO:
Keadaan umum tampak lemah, adanya
ptekie di kulit klien pada ekstremitas atas.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada
pukul 18.00 WIB, hasil trombosit: 53
103/µL (181-521).
DS: Resiko perubahan Intake yang tidak adekuat
Klien mengatakan mual, orang tua nutrisi kurang dari
mengatakan anak hanya makan sedikit (3 kebutuhan tubuh
sendok).
DO:
anak tampak mual
A: TB: 110 cm, BB: 19 kg, LILA: 14 cm,
penurunan BB 1 kg (BBI: 20-
19/20=1/20=5%)
B: Hb 15,00 g/dL
.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
kapiler.
2. Resiko perdarahan massif berhubungan dengan trombositopenia.
3. Resiko defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
C. Intervensi Keperawatan
1. Hipovolemia berhubungan dengan permeabilitas dinding kapiler
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada An. F selama 1x24
jam diharapkan defisit volume cairan teratasi
Kriteria hasil:
Membran mukosa bibir dan mulut lembab, intake dan output seim bang/
balance, tanda-tanda vital dalam batas normal (suhu:36,5°C, N: 75-100
x/menit RR: 20-30 x/menit TD:120/90 mmHg) tidak ada tanda presyok
(akral tidak dingin), akral hangat, capiarry refill < 2 detik, hemoglobin
(11,8-15,0 g/dL) dan hematokrit (33-45%)
Intervensi: SIKI : Manajemen hipovolemia
1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia.
2) Monitor intake dan output cairan
3) Berikan asupan cairan oral
4) Kolaborasi pemberian cairan intravena.
2. Resiko perdarahan massif berhubungan dengan trombositopenia
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada An. F selama proses
keperawatan diharapkan tidak terjadi perdarahan lebih lanjut
Kriteria hasil:
Tanda-tanda vital dalam batas normal (S:36,5°C, N: 75-100x/m, RR: 20-
30x/m, TD: 120/90 mmHg), anak tampak tenang, tidak terjadi perdarahan
(tidak adanya ptekie, melena, epitaksis, hematemisis), jumlah trombosit
dalam batas normal (156.000-408.000/µL)
Intervensi:
1) Monitor tanda dan gejala perdarahan.
2) Monitor nilai hemoglobin.
3) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan .
4) Batasi tindakan invasif.
3. Resiko defisit nurisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada An. F selama proses
keperawatan diharapkan resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh tidak terjadi.
Kriteria hasil:
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi (kurus, pipi tirus), BB dalam batas normal
(20 kg), nafsu makan meningkat dan tidak mengeluh mual dan muntah
Intervensi: SIKI : Manajemen nutrisi
a. Identifikasi status nutisi
b. Monitor asupan makanan
c. Monitor berat badan
d. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
e. Berikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
f. Anjurkan posisi duduk
g. Kolaborasikan dengan ahli giziuntuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.
No Diagnosa Keperawatan Implemetasi Evaluasi
1 Hipovolemia berhubungan
dengan permeabilitas S:
dinding kapiler
Orang tua mengatakan saat ini masih demam,
hanya minum setengah botol, BAK 1x
O:
Keadaan umum lemah, nadi 72 x/menit, TD
110/80 mmHg, suhu 38,7°c, pernapasan
20x/menit, mukosa bibir dan mulut tampak
kering, akral teraba hangat. Balance cairan:
-138,3 cc/hari, status dehidrasi: dehidrasi
sedang.
P: Intervensi Dilanjutkan
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
2
Resiko terjadinya S:
perdarahan massif Orang tua mengatakan adanya bintik-
berhubungan dengan bintik merah di tangan.
trombositopenia O:
Keadaan umum tampak lemah, adanya
ptekie di kulit klien pada ekstremitas
atas.
P: Intervensi Dilanjutkan
No Diagnosa Keperawatan Implemetasi Evaluasi
P: Intervensi Dilanjutkan
BAB V
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, sejenis virus yang
tergolong arbovirus yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aeggypti yang
ditandai dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya
memburuk pada dua hari pertama.
DHF yang diderita An. F pada derajat II dengan manifestasi An. F sudah
mengalami perdarahan yaitu adanya ptekie terpasang infus cairan Assering
yang menandakan anak dehidrasi sedang dengan trombosit L 97 10 3/µL,
hemoglobin 14,7 g/dL dan hematokrit 41%.
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada dasarnya sudah dilakukan dengan teliti dan
seksama dengan memperhatikan kondisi dan masalah yang ada pada klien.
Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi akhir. Evaluasi
dinilai berdasarkan perkembangan yang terjadi pada An. F, setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 4 hari dan evaluasi akhir dilakukan
pada tanggal 14 Mei 2017.
B. SARAN
Dari kesimpulan yang telah didapat, penulis dapat menganggap perlunya
peningkatan pelayanan asuhan keperawatan yang diharapkan dapat membantu
anak untuk meningkatkan dan mempertahankan derajat kesehatan secara
optimal, dan penulis mempunyai beberapa saran yang diharapkan dapat
membantu dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak, khususnya
pada anak dengan DHF.
DAFTAR PUSTAKA
Biro komunikasi dan Masyarakat Kementrian Kesehatan RI. (2016). Data DHF
Diunduh. http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=16030700001. pada
Minggu, 21 Mei 2017, 15:05:00 WIB.
Rampengan. (2007). Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Edisi 2. EGC : Jakarta.
Suriadi dan Yuliani, Rita. (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 2.
Jakarta : CV Sagung Seto.
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga dapat :
1. Menyebutkan kembali pengertian DHF
2. Menyebutkan kembali penyebab DHF
3. Menyebutkan tanda dan gejala DHF
4. Menyebutkan kembali cara pencegahan DHF
5. Menyebutkan cara perawatan dan pengobatan DHF
C. Materi penyuluhan
Materi penyuluhan yang akan disampaikan meliputi :
1. Pengertian DHF
2. Penyebab DHF
99
107