Anda di halaman 1dari 59

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Massage endorphine (Pijit endorphine) merupakan pijitan ringan yang

memberikan efek kenyamanan pada ibu. Sentuhan ringan yang di berikan di

leher, punggung dan lengan saat pijit endorphine akan merangsang hipotalamus

untuk mengeluarkan hormon endorphine yang akan membantu pengeluaran

hormon endorphin untuk mempelancarkan pengeluaran kolostrum. Selama ini

pemanfaaatan massasge endorphine banyak digunakan untuk penanganan nyeri,

cemas pada persalinan, dan membantu involusi uterus [ CITATION Placeholder6 \l

1033 ]

Massage endorphine juga dapat memenuhi kebutuhan rasa nyaman,

mengurangi nyari, mencegah terjadinya spasme otot, peningkatan sirkulasi

darah pada daerah payudara, ini mengakibatkan semakin banyak oksitosin yang

mengalir menujuh payudara dan membuat pengeluaran ASI semakin banyak

[ CITATION Placeholder10 \l 1033 ].

Endorphin massage merupakan suatu metode sentuhan ringan yang

dikembangkan pertama kali oleh constance Palinsky dan digunakan untuk

mengelola rasa sakit. Teknik ini bisa dipakai untuk mengurangi rasa tidak

nyaman dan meningkatkan relaksasi dengan memicu persaan nyaman melalui

permukaan kulit ( Putra, 2016).


2

Endorphine merupakan stimulasi ringan pada Tengkuk, lengan dan di

daerah punggung mulai dari tulang rusuk hinga 5-6 memanjang kedua sisi

tulang belakang ke skapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis,

saraf yang berasal dari medula oblongata dan di daerah sakrum sumsum tulang

belakang, oksitosin merangsang kontrak-ion sel-sel otot polos yang melingkari

kelenjar susu yang menyebabkan kontraksi mioepitel payudara sehingga dapat

meningkatkan produksi ASI dari kelenjar susu [ CITATION Placeholder27 \l

1033 ].

Pijat endorphin juga salah satu cara penatalaksanaan untuk meningkatkan

pengeluaran ASI dan mengurangi nyeri. Keadaan psikologis yang tenang akan

memicu keluarnya hormon endorphin sehingga berpengaruh terhadap

pengeluaran ASI. Endorphin massage merupakan sebuah terapi sentuhan atau

pijtan ringan merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa endorphin yang

merupakan pereda rasa sakit dan dapat menciptakan perasaan nyaman

(Kuswandi, 2011)

Pengeluaran ASI salah satunya di pengaruhi oleh pijit endorphine

rangsangan dari isap bayi saat menyusui akan diteruskan menuju hipotalamus

yang memproduksi pijit endorphine. Selanjutnya pijit endorphine akan memicu

otot-otot halus di sekitar sel-sel pembuat ASI untuk mengeluarkan ASI. Oto-

otot tersebut akan berkontraksi dan mengeluarkan ASI [ CITATION Placeholder3 \l

1033 ].
3

Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada ibu post partum dalam

peningkatan produksi ASI Ekslusif yaitu penerapan massage endorphine

melalui terapi sentuhan atau pijtan ringan merangsang tubuh untuk melepaskan

senyawa endorphin yang merupakan pereda rasa sakit dan dapat menciptakan

perasaan nyaman ( Kuswandi, 2011)

Perawatan payudara merupakan pijitan pada payudara dengan

memberikan stimulasi pada saluran laktiferosa. Perawatan payudara adalah

suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan teratur untuk memelihara

kesehatan payudara dengan tujuan untukmempersiapkan laktasi pada waktu

post partum. Ada pun pelaksana perawatan payudara pada Ibu post partum ini

dilakukan pada hari ke-1 dan ke-2 setelah melahirkan minimala 3 kali dalam

sehari. Manfaat perawatan payudara antara lain melancarkan refleks

pengeluaran ASI atau refleks let down, cara efektif meningkatkan volume ASI

peras/perah, serta mencegah bendungan pada payudara/payudara tidak bengkak

[ CITATION Placeholder9 \l 1033 ]

Pada minggu-minggu awal post partum sering terjadi masalah dalam

pemberian ASI. Masalah yang sering terjadi dimasa laktasi antara lain puting

susu lecet, payudara bengkak, air susu tersumbat, pengeluaran ASI tidak lancar.

Keberhasilan pemberian ASI diawal post partum akan mempengaruhi praktik

saat ibu dalam pemberian ASI eksklusif [ CITATION Les17 \l 1033 ]


4

Pentingnya pemberian ASI eksklusif terlihat dari peran dunia yaitu pada

tahun (2006) World Health Organization (WHO) mengeluarkan standar

pertumbuhan anak kemudian diterapkan diseluruh dunia yang isinya adalah

menekankan pentingnya pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai

usia 6 bulan. Setelah itu, barulah bayi mulai diberiakan makanan pendamping

ASI tetap disusui hingga usianya mencapai2 tahun. Di indonesia juga

menerapkan peraturan terkait pentingnya ASI Eksklusif yaitu dengan

mengeluarkan Pengaturan Pemerintahan (PP) Nomor 33/12 tentang pemberian

ASI Eksl usif. Peraturan ini menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui bayinya

sejak lahir sampai bayinya berusia 6 bulan [ CITATION Placeholder2 \l 1033 ].

Menurut [ CITATION Placeholder7 \l 1033 ] , salah atu penyebab rendahnya

cakupan pemberian ASI Eksklusif bagi bayi di bawah umur 6 bulan karena

produksi ASI pada ibu post partum yang terhambat pada hari-hari pertama

pasca persalinan. Keluhan mengenai kekurangan produksi ASI menjadi

masalah dengan kejadian antara 11-54%. Kejadian kekurangan produksi ASI

menyebabkan banyak ibu dengan mudah memberikan makan prelakteal seperti

susu, madu, pisang, dan air kelapa. Pemberian makanan prelaktealini

menyebabkan jumlah pemberian ASI eksklusif berkurang.

Dengan adanya studi pendahuluan terdahulu mengenai peningkatan

produksi asi ekslusif, maka diharapkan intervensi keperawatan massage

endorphine dapat meningkatkan produksi ASI Ekslusif pada ibu post partum

sehingga akan meminimalis masalah ketidak nyaman pada penderita

pengeluaran asi sedikit.


5

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran hasil implentasi massage endorphine untuk

Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Post Partum?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Memperoleh gambaran implementasi massage endorphine untuk

Peningkatan Produksi ASI pada ibu post partum

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi penelitian dari implementasi massage endorphine

untuk peningkatan produksi ASI pada ibu post partum

b. Menganalisis hasil penelitian terdahulu tentang penerapan massage

endorphine pada ibu post partum

c. Merumuskan rekomendasi hasil penelitian terdahulu tentang penerapan

massage endorphine untuk peningkatan produksi ASI pada ibu post

partum.

1.4 Manfaat Penulisan

a. Bagi Rumah Sakit, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar

pengembangan standar atau pendoman yang digunakan untuk peningkatan

produksi ASI melalui penerapan massage endorphine pada ibu post partum

b. Dapat digunakan sebagai pedoman kerja bagi perawat khusunya di ruang

Persalinan dalam melaksanakan implementasi massage endorphine pada ibu

post partum.
6

c. Sebagai evidence base nursing dari implementasi massage endorphine untuk

peningkatan produksi ASI pada ibu post partum.

d. Sebagai data dasar bagi pengembangan studi atau penelitian yang

mengembangkan metode komplementer massage endorphine atau

implementasi keperawatan lainnya untuk peningkatan produksi ASI pada ibu

post partum.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Post Partum

2.1.1 Definisi

Post partum adalah masa-masa antara kelahiran bayi sampai dengan

kembalinya organ reproduksi seperti sebelum melahirkan. Masa post

partum juga merupakan masa pemulihan organ reproduksi yang

lamanya antara 6-8 minggu [ CITATION AMu11 \l 1033 ]

Persalinan adalah nyawa taruhnya menujukan masyarakat sadar

kalau setiap persalinan menghadapi resiko atau bahaya yang dapat

mengakibatkan kematian pada ibu dan bayi yang baru lahir [ CITATION

Placeholder1 \l 1033 ]

2.1.2 Etiologi

Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori

menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi

rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi [ CITATION

Placeholder12 \l 1033 ].

a. Teori Penurunan Hormon

1-2 minggu sebelum partum dimulai, terjadinya penurunan

hormonprogesteron dan esterogen. Fungsi progesteron sebagai


8

penanang otot-otot polos rahim akan menyebabakan kekejangan

pembuluh darah sehingga timbul His nilai progesteron turun.

b. Teori Plasenta Menjadi Tua

Turunan kadar hormon esterogen dan progesterogen

menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan

kontraksi rahim.

c. Teori Distensi Rahim

Rahim yang menjadi besar dan merenggangkan menyebabkan

iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteri

plasenta.

d. Teori Iritasi Mekanik

Dibelakang serviks terlihat genglion servicale (Flaksus

Franterrhauss). Bila genglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh

kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

e. Induksi Partus

Dapat pula ditimbukan dengan jalan gangang laminaria yang

dimasukkan dalam kanalis servical dengan tujuan merangsang

fleksus franskenhauser, amniotomi pemecahan ketuban, oksitosin

drip yaitu pemberian menurut tetesan perinfus.

2.1.3 Klasifikasi Klinis

Klasifikasi masa nifas dibagi dalam tiga (3) periode yaitu:

1. Post Partum Dini


9

Yaitu keputihan dimana ibu telah diperolehkan berdiri, berjalan-

jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja

setelah 40 hari.

2. Post Partum Intermedial

Yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8

minggu.

3. Post Partum Terlambat

Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan,

tahunan.
10

2.1.4 Web Of Cautions

POST PARTUM SPONTAN

Perubahan Fisiologi Perubahan psikologi

Laktasi Kondisi tubuh mengalami perubahan

Struktur & Karakter Kurang pengetahuan


Payudara Ibu
Gangguan pola makan

Hormon Esterogen Aliran darah di


payudara berurai dari
uterus (involusi) DEFISIT NUTRISI

Prolaktin Meningkat

Retensi darah di
pembuluh payudara
Penyempitan
Duktus Intiferus
Payudara Bengkak

ASI tidak keluar

NYERI AKUT

MENYUSUI TIDAK
EFEKTIF
11

Sumber : Irene M.Bobak,2010

2.1 Skema Woc

2.1.5 Patofisiologi

1. Adaptasi Fisiologi

a. Involusi Uterus

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah

melahirkan, proses ini dimulai segera plasenta keluar akibat

kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga

persalinan, uterus berada digaris tengah, kira-kira 2 cm di bawah

umbilikus dengan fundus bersadar pada promontorium sakralis.

Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai lebih 1cm di atas

umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 cm sampai 2 cm setiap 24

jam.

b. Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna

segera setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari

kelenjar hifofisi memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,

mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostatis. Selama 1-

2 jam pertama pasca pertum intensitas kontraksi uterus bisa

berkurang dan menjadi tidak teratur.

2. Adaptasi Fisikologi
12

Adaptasi ibu post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu:

a. Fase Talking In

Fase talking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung

dari hari pertama sampai hari kedua melahirkan. Pada fase ini ibu

sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang

kali menceritakan proses membuat ibu cenderung lebih pasif

terhadap lingkungan.

b. Fase Talking Hold

Periode ini yang berlangsung antar 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidak

mampuan dan terasa tanggungn jawab dalam merawat bayi. Ibu

mempunyai perasaan sangat sensitive, sehingga tersinggung dan

marah.

c. Fase Letting Go

Periode dimana ibu telah menerima tanggung jawab akan

peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

Ibu sudah mulai menyelesaikan diri dengan ketergantungan bayi

nya.

2.1.6 Manifestasi Klinis

Periode post partum yaitu pada masa enam minggu sejak bayi

lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal

sebelum pada masa hamil. Kadang-kadang periode ini disebut perinuem

dan trimester ke enam pada masa kehamilan.


13

Adapun Tanda-tanda persalinan yaitu:

a. Lightening atau Pengosongan

Penurunan secara bertahap, wanita akan merasa lega dan lebih

mudah bernapas, tetapi akibat pergeseran ini terjadi peningkatan

tekanan pada kantung kemih sehingga akan lebih sering berkemih.

b. Persalinan palsu

Selam 4-8 minggu masa kehamilan rahim menjalani kontraksi

tak tertentu dan bersifat sporadic. Pada bulan terakhir kehamilan,

kadang-kadang setiap 10-20 menit dengan intensitas lebih besar.

Mengeluh merasa nyeri yang menetap pada punggung bagian bawah

dan tekanan pasa sakroiliaka. Kadang-kadang mengalami kontraksi

yang kuat.

c. Pembukaan Serviks

Serviks sering dirasakan melunak akibat peningkatan kantung

kemik air dan lisi kologen. Pembukaan secara serentak atau penipisan

sementara serviks itu melebar kedalam segmen bawah uterus. Lendir

vagina yang keluar semakin banyak akibat besarnya kongesti selaput

lendir vagina. Lendir serviks berwarna kecoklatan atau bercak darah (

Bloody show) keluar. Serviks menjadi matang sebagian sebagian

menipis dan berlatasi ketuban pecah secara spontan.


14

1. Sistem Reproduksi

a) Proses involusi

Proses kembalinya uterus sebelum hamil dan setelah

melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar

akibat kontraksi otot-otot uterus. Pada tahap ketiga persalinan,

uterus berada digaris tengah, kira-kira 2 cm di bawah

umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada

promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus

mencapai kurang lebih 1 sampai 2 cm setelah 24 jam.

b) Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

bermakna setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas

dari kelenjar hifofisis memperkuat dan mengatur kontraksi

uterus, mengopresi pembuluh darah dan membatu hemostatis.

Selama1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi

uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur.

c) Payudara

Kelenjar payudara mencapai protein penuh pada

perempuan atau manarke: Pada bayi, anak-anak, dan laki-laki,

kelenjar ini hanya berbentuk rudimenter.Fungsinya di

pengaruhi oleh hormon esterogen dan progesterone.


15

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi

oleh hormon [ CITATION Placeholder13 \l 1033 ]

1. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui

pubertas, masa firtilitas sampai klimakterium dan

monopouse sejak pubertas pengaruh esterogen dan

progeterogen yang diproduksi oleh ovarium dan juga

hormon hipofise, telah menyebabkan duktus.

2. Perubahan kedua adalah sesuai dengan daur haid. Sekitar

hari kedelapan haid, payudara akan lebih besar dari pada

beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran

maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan

tidak rata.

3. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui.

Pada kehamilan, payudara menjadi lebih besar karena

spitel duktus lobules dan duktus alveoluas berpolifirasi dan

tumbuhan duktus baru. Selama kehamilan dan setelah

kehamilan tua setelah melahirkan, paytudara

menghasilikan kolostrum karena adanya selresi hormon

prolatin dimana alveoluas menghasilakan ASI, dan

disaluran kesinus kemudian duktus ke puting susu.

Menurut [ CITATION Placeholder14 \l 1033 ] konsentrasi hormon

yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil


16

(Esterogen, Progesteron, Human Ehorionic Gonadotropin,

Prolaktin, Krotison Dan Insulin) Menurun cepat setelah bayi lahir.

a. Ibu Tidak Menyusui

Kadar proktin akan menurun dengan cepat pada wanita

yang tidak menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita,

saat palpasi dilakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari

ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi pembengkakan.

Payudara keras,nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba.

b. Ibu Yang Menyusui

Sebelum laktasi dimulai, payuada teraba lunak dan suatu

cairan kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimulai,

payudara terasa hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri

akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat

dikeluarkan dari puting susu.

2. Sistem Pencernaan

Menurut [ CITATION Placeholder15 \l 1033 ] yaitu:

a. Napsu makan

Setelah benar-benar pulih dari efek analgetik, anestesia,

keletihan, ibu merasa sangat lapar

b. Mortilitas
17

Secara khas, penurunan tosus dan mortilitas otot traktus cerna

menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.

c. Defeksi

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai

tiga hari setelah ibu melahirkan.

3. Sistem perkemihan

Setelah persalinan, terjadi deuresis fisiologi akibat

pengurangan voleme darah dan peningkatan produksi sisa.

Beberapa ibu khususnya setelah persalinan yang menggunakan

bantuan alat, mengalami kesulitan saat mulai berkemih. Ada pula

ibu yang mengalami kesulitan menahan lama aliran urinnya saat

ada dorongan berkemih.

4. Sistem muskuloskletal

Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai ke-8

setelah wanita melahirkan akan tetapi, walaupun sendi kembali ke

keadaan normal seperti sebelum hamil, kaki wanita tidak

mengalami perubahan setelah melahirkan

a. Hormon plasenta

Penurunan hormon human plasenta loctogen, esterogen,

dan kortisol, serta Placental Enzyme Insulmase membalik efek

diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula dara menurun

secara yang bermakna pada masa peurperium. Kadar esterogen


18

dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta

keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan dengan

pembengkakan payudara dan deuresis cairan ekstra seluler

berlebih yang terakumulasi selama masa hamil [ CITATION

Placeholder15 \l 1033 ]

b. Hormon Hifopis

Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita

dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi

pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan

ovulasi. Karena kadar Folikel Stimulating Hormone terbukti

sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan

ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FHS ketika kadar

prolatikin meningkat (Walyani, 2014).

c. Hormon Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bekerja terhadap

bawah otak bagian belakang (Posterior), bekerja terhadap otot

uterus dan jaringan payudara. Pada wanita yang memilih

menyusui bayinya isapan sang bayi merangsang keluarnya

oksitosin dan sangat membantu uterus kembali seperti keadaan

normal.

5. Sistem Intergumen

Penurunan mekanin umumnya setelah persalinan

menyebabkan berkurangnya hiperpigmentasi kulit dan perubahan


19

pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamlan dan

akan menghilangkan pada saat esterogen menurut [ CITATION

Placeholder15 \l 1033 ]

a. Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan

1) Power yang berkontraksi dan retaksi otot-otot rahim plus

kerja otot-otot polunter dari ibu yaitu kontraksi otot perut dan

difragma sewaktu ibu mengejan

2) Passage bagian tulang punggung, serviks, vagina dan dasar

panggul (diselacement).

3) Passager terutama janin (secara khusus bagian kepala janin)

plus plus plasenta, selaput dan cairan ketuban.

4) Gambar jalannya persalinan secara klinis ditemukan sebagai

berikut :

a) Tanda persalinan sudah dekat

1. Terjadinya Lightening

2. Terjadinya His Permulaan

b) Tanda Persalinan

1. Terjadinya HIS persalinan

2. Terjadinya pengeluaran pembawah tanda

3.Terjadinya pengeluaran cairan Pembagian Waktu

Persalinan

a. Kala 1 : Sampai pembukaan lengkap

b. Kala 2 : Pengeluaran janin


20

c. Kala 3 : Pengeluaran Plasenta

d. Kala 4 : Observasi 2 jam

2.1.7 Penatalaksanaan Medis

Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan

melakukan penjahitan luka lapisdemi dan memperhatikan jaringan

sampai terjadi ruang kosong terbuka ke arah vagina yang biasanya dapat

dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya

penyembuhan luka. Selain itu dapat dilakukan dalam menangani ruptur

perineum adalah:

a. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarah setelah melahirkan

segera memeriksa perdarah tersebut berasal dari retensio plasenta

plasenta atau plasenta lahir tidak lengkap.

b. Bila plsenta telah lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat

dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada

jalan lahir, selanjutnya dilakukan penjahitan.

Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum

sponta, dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya:

1) Monitor TTV

Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin

menandakan preeklamsia suhu tubuh meningkat menandakan

terjadinya infeksi, stres stau dehidrasi.

2) Pemberian cairan intraven


21

Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan

peredara darah dan menjaga agar penangan jatuh dalam keadaan

syok, maka cairan pengganti merupakan tindakan yang vital,

seperti Dextrose atau Ringer

3) Pemberian oksitosin

Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (20 unit)

ditambahkan dengan cairan infuse atau diberikan secara

intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus dan mengurangi

perdarahan post partum.

4) Obat nyeri

Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative,

alaraktif, narkotik dan antagonis mnarkotika. Amastesi hilangnya

sensori, obat ini diberikan secara regional umum.

2.2 Konsep ASI

2.2.1 Definisi ASI

ASI merupakan salah satu makanan yang sempurna dan terbaik

bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh

bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal [ CITATION

Placeholder19 \l 1033 ].

ASI adalah mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bagi

pertumbuhan dan perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi.

Selain itu, untuk psikologi ibu menyusui memberikan rasa puas, bangga,
22

dan bahagia yang berhasil menyusui bayinya dan memperkuat ikatan

batin atntara ibu dan anak [ CITATION Placeholder20 \l 1033 ]

2.2.2 Manfaat Pemberian ASI

ASI merupakan makanan yang sempurna bagi yang memiliki

bayi, pemberian ASI sangat bermanfaat bagi bayi, ibu, keluarga, dan

negara.

a. Manfaat ASI bagi bayi

1) Mempunyai komposisi yang sesui dengan kebutuhan bayi yang

dilahirkan

2) Jumlah kalori yang terdapat dalam ASI dapat memenuhi

kebutuhan bayi sampai usia enam bulan. ASI mengandung zat

pelindungan/antibodi yang melindungi terhadap penyakit.

3) Yang terutama manfaat bagi bayi yaitu Kesehatan, Kecerdasan,

Tumbuh Kembang si bayi.

4) Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi

5) Membugarkan tubuh

6) Mengurangi perdarahan setelah persalinan

b. Manfaat Bagi Ibu

1) Mengurangi pendarahan pasca persalinan

2) Mempercepat involusi uterus

3) Mempercepat pemulihan kesehatan ibu

4) Mengurangi risiko kanker ovarium dan payudara

5) Memberikan rasa dibutuhkan selain memperkuat ikatan batin


23

seorang ibu dengan bayi yang dilahirkan.

6) Lebih peraktis karenaASI lebih mudah diberikan pada setiap

saat bayi membutuhkan.

7) Mempercepat kembali berat badan semula.

c. Manfaat Bagi Keluarga

1. Mudah memberiannya

2. Menghemat biaya untuk pemberian susu formula dan

kelengkapan. Bayi sehat jarang sakit sehingga menghemat

pengeluaran keluarga dikarenakan tidak perlu sering membawa

ke sasaranan kesehatan.

2.2.3 Keunggulan ASI

a. Mengandung zat gizi sesui kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangan fisik serta kecerdasan.

b. Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernafasan

bayi

c. Aman dan dijamin kebersihannya, karena langsung disusukan kepada

bayi dalam keadaan seger.

d. Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat

diberikan kepada saja dan dimana saja.

e. Mengandung zat kekabalan untuk mencegah bayi dari berbagai

penyakit infeksi seperti Diare, batuk, filek.

2.2.4 Komposisi ASI


24

ASI bersifat untuk bayi karena susunan kimianya mempunyai nilai

biologis tertentu, dan mengandung subtansi yang spesifik. Ketiga sifat

itula yang membedakan ASI dengan susu formula. Pengeluaran ASI

tergantung pada umur kehamilan sehingga ASI yang keluar dari ibu

dengan kehamilan prematur akan beda dengan ibu yang bayinya cukup

bulan. Dengan demikian pengeluaran ASI sudah diatur sehingga sesuai

dengan tuanya kehamilan. Kandungan ASI diantaranya:

1. Kolostrum

Berwarna kuningan kental dengan protein berkadar tinggi.

Mengandung immunoglobin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Z, Fe),

vitamin (A,D,E,K), lemak, dan rendah laktosa. Pengeluaran

kolostrum berlangsung sekitar dua tiga hari dan diikuti ASI yang

mulai berwarna putih.

2. Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya

berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu formula. Selain

itu, komposisi asam amino ASI sangat sesuai untuk kemampuan

metabolisme bayi harus lahir.

3. Karbohidat

Hampir semua karbohidrat dalam air susu ibu adalah laktosa.

Laktosa paling penting untuk pertumbuhan otak, dan otak bayi pada

umumnya sangat besar dan tumbuhan dengan cepat.

4. Lemak
25

Lemak pada ASI mudah dicerna dan diabsorbsi dari pada

lemak dalam susu sapi atau susu formula. Asam asam lemak

esensial berantai panjang yang terkandung di dalam air susu ibu

terbukti sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan otak

bayi. Kandungan lemak dalam ASI sekitar 70-78%.

5. Taurin

Adalah suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada

ASI. Taurin berfungsi sebagai neuro transmitter dan berperan

penting untuk proses sel otak.

6. Mineral dan Vitamin

Kebanyakan mineral dan vitamin yang direkomendasikan

terkandung dalam jumlah adekuat dalam ASI. Susu ibu memiliki

kandungan kalsium dan zat yang rendah, tetapi rasio kalsium

terhadap fosfat adalah 2:1. Rasio ini optimal untuk mineralisasi

tulang. Kandungan vitamin C dan E dalam Asi jumlah yang adekuat

namun kandungan vitamin K lebih rendah.

2.2.5 Jenis ASI

ASI yang dihasilakan oleh ibu yang memiliki jenis dan kandungan

yang berbeda-beda, terdapat 3 jenis ASI yang diproduksi oleh bayi:

a. Kolostrum

Kolostrum adalah cairan kekuningan-kuningan dan lebih kuning

dibandingkan susu matur, yang diproduksi pada hari pertama hingga

keempat dengan kandungan protein dan zat anti infeksi yang tinggi serta
26

berfungsi sebagai pemenuhab gizi dan proteksi bayi baru lahir

[ CITATION Placeholder22 \l 1033 ]

b. Air Susu Matang (Mature Milk)

ASI matang adalah air susu ibu yang dihasilkan sekitar 21 hari

setelah melahirkan dengan kandungan sekitar 90% air untuk hidrasi

bayi dan 10% karbohidrat, protein, dan lemak untuk perkembangan

bayi, diproduksi pada Foremik merupakan asi yang keluar pada awal

bayi menyusui dan hind milk keluar setelah permulaan let down.Ciri-

ciri dari air susu matur adalah sebagai berikut:

1) ASI yang disekresikan pada hari ke-10 dan seterusnya.

Komposisi relatif konstan. Ada pula yang mengatakan bahwa

komposisi ASI relatif konstan baru dimulai pada minggu ke-3

sampai minggu ke-5

2) Pada ibu yang sehat, produksi ASI untuk bayi akan tercukupi,

Hal ini dikarenakan ASI merupakan makanan sayu-satunya yang

paling baik dan cukup untuk bayi sampai usia enam bulan.

3) Cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan

warna dari garam Ca-caseinant, riboflavin, dan karoten yang

terdapat didalamnya.

4) Tidak menggumpal jika dipanaskan

5) Terdapat faktor antimikrobial

6) Interferon producing cell


27

7) Sifat biokimia yang khas, kapasilitas buffer yang rendah, dan

adanya faktor bifidus.

c. Volume ASI Perhari

Bayi normal memerlukan 150-165 CC ASI per-kilogram

berat badan perhari. Secara alamiah, bayi akan mengatur

kebutuhannya sendiri, semakin sering bayi menyusui, maka

payudara akan memproduksi lebih banyakASI. Demikian pada bayi

yang lapar atau bayi kembar, dengan semakin kuat isapannya, maka

payudara akan semakin banyak memproduksi ASI (Astuti,2015).

Produksi ASI berkisaran 600 cc sampai 1iter perharinya :

a. Hari pertama : 10-100 cc

b. Usia 10-14 hari : 700-800 cc

c. Usia 6bulan : 400-700 cc

d. Usia 1 tahun : 300-350 cc

Menurut Kent, berikut ini suatu panduan rata-rata jumlah

susu yang mereka berikan kepada bayiselama menyusui.

Tabel
Pengeluaran ASI
Ketika Lahir Sampai 10-100 cc ASI Penyusuan pertama
Usia 10-15 hari 700-800 cc/hari ASI 3-10 Penyusuan
Usia 6 Bulan 400-750 cc/hari 6-10 Penyusuan
Usia 1 tahun 300-360 cc/hari 8-18 Penyusuan
Sumber : [ CITATION Placeholder23 \l 1033 ]

Tanda bayi kecukupan ASI:

a. Bayi akan kencing 6-8 kali sehari


28

b. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui

c. Bayi menyusui kurang lebih 8 kali sehari

d. Bayi akan lebih tenang/tidur 2-3 jam setelah menyusui.

2.3 Konsep Perawatan Payudara

2.3.1 Definisi

Perawatan payudara merupakan pijit pada payudara dengan

memberikan stimulasi laktiferosa. Ibu post partum merasakan sakit

persalinan dan menyebabkan ibu malas menyusui bayinya sehingga

menunda menyusui di hari pertama kelahiran. Keterlambatan dalam

proses menyusui menyebabakan bayi mengalami kekurangan gizi,

hubungan emosional dengan bayi terganggu dan kontraksi menurun

[ CITATION Placeholder24 \l 1033 ]

Perawatan payudara (Breast care) merupakan perawatan payudara

sehiri-hari yang baik dilakukan pada kehamilan dan nifas. Breast care

pada masa nifas bermanfaat untuk melancarkan kelenjar air susu ibu

yang ada di payudara. Pada masa nifas breast care dapat dilakukan

mulai hari pertama masa post partum.

2.3.2 Tujuan Perawatan Payudara

a. Memperlancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya

saluran susu sehingga memperlancarkan pengeluaran ASI dengan

cara menjaga agar payudara senantiasa bersih dan terawat.


29

b. Menghindari puting susu yang sakit dan infeksi di payudara, serta

menjaga keindahan bentuk payuadara.

c. Dengan perawatan payudara putting susu tidak akan muda lecet

sewaktu dihisap oleh bayi

d. Mengatasi puting susu datar terbenam supayadapat dikeluarkan

sehingga siap untuk disusukan kepada bayinya

e. Melancarkan aliran ASI [ CITATION Placeholder25 \l 1033 ]

2.3.3 Waktu Perawatan Payudara

Perawatan payudara tidak hanya dilakukan pada saat hamil saja

yaitu sejak kehamilan tujuh bulan, tetapi juga dilakukan setelah

melahirkan. Perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin

yaitu 1-2 hari setelah bayi lahit dan dilakukan dua kali sehari sebelum

mandi, prinsip perawatan payudara adalah sebagai berikut:

a. Menjaga payudara agar bersih dan kering terutama puting susu.

b. Menggunakan bra/Bh yang menopang

c. Apabila terjadi puting susu lecet, oleskan kolostrum/ASI yang keluar

pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui

d. Menyusui tetap dilakukan dengan mendahukukan puting susu yang

tidak lecet.

e. Jika lecet puting termasuk kategori berat, maka bagian yang sakit

dapat distirahatkan, ASI dikeluarkan, dan diminumkan dengan

sendok.

2.4 Konsep Massage Endorphine


30

2.4.1 Definisi Massage Endorphine

Massage Endorphin (Pijat endoprhin) merupakan pijatan ringan

yang memberikan efek kenyamanan pada ibu. Sentuhan ringan yang

diberikan di leher, punggung dan lengan saat pijat endorphine akan

merangsang hipotalamus untuk mengeluarkan hormon endorphine yang

akan membantu pengeluaran hormon oksitosin untuk memperlancar

pengeluaran kolostrum [ CITATION Placeholder26 \l 1033 ]

Endorphine merupakan stimulasi ringan pada Tengkuk, lengan

dan di daerah punggung mulai dari tulang rusuk hinga 5-6 memanjang

kedua sisi tulang belakang ke skapula yang akan mempercepat kerja

saraf parasimpatis, saraf yang berasal dari medula oblongata dan di

daerah sakrum sumsum tulang belakang, oksitosin merangsang kontrak-

ion sel-sel otot polos yang melingkari kelenjar susu yang menyebabkan

kontraksi mioepitel payudara sehingga dapat meningkatkan produksi

ASI dari kelenjar susu [ CITATION Placeholder27 \l 1033 ]

Jika endorphine massage diberikan pada ibu post partum dapat

memberikan rasa nyaman selama masa laktasi sehingga meningkatkan

respon hipofisi posterior untuk memproduksi hormon oksitosin dalam

meningkatkan let down reflex [ CITATION Placeholder28 \l 1033 ]

Pijit endorphine juga salah satu cara penatalaksanaan untuk

meningkatkan pengeluaran ASI dan mengurangi nyeri. Keadaan


31

psikologis yang tenang akan memicu keluarnya hormon endorphine

sehingga berpengaruhi terhadap pengeluaran ASI.

Penatalaksanaan non farmakologi untuk meningkatkan produksi

ASI dengan endorphine massage merupakan salah satu alternative

untuk meningkatkan kenyamanan dan relaksasi ibu postpartum selama

masa menyusui sehingga dapat meningkatkan volume ASI selain itu

endorphin massage dapat merangsang pengeluaran endorphine serta

dapat menstimulasi refleks prolaktin dan oksitosin sehingga

meningkatkan volume ASI.

2.4.2 Melakukan Massage Endorphine

1. Tujuannya:

a. Melancarkan sirkulasi aliran darah

b. Mencegah tersumbatnya saluran ASI sehingga memperlancarkan

pengeluaran ASI

2. Persiapan Alat

a. Kursi/ Bantal

b. Handuk untuk menutup bagian depan klien

c. Minyak kelapa/baby oil/lotion

3. Persiapan Lingkungan

a. Tutup pintu/Jendela/gorden

b. Udara dan Pencahayaan yang mendukung

4. Pelaksanan

1. Pengurutan 1
32

a. Membawa alat ke dekat klien

b. Mencuci tangan

c. Menganjurkan posisi klien senyaman mungkin, bisa

dilakukan dengan duduk atau berbaring

d. Mengoleskan kedua telapak tangan mengunakan minyak

supaya tangan licin

e. Tarik napas dalam, lalu hembuskan dengan lembut sambil

menutup mata. Sementara perawat memulai mengelus atau

pemijitan Tengkuk/pundak. Lakukan belaian dengan lembut

menggunakan ujung-ujung jari.

f. Lalu pijit di permukaan luar lengan klien, mulai dari tangan

sampai lengan bawah. Lakukan belaian dengan lembut

menggunakan jari-jemari atau hanya ujung-ujung jari.

Setelah sekitar 5 menit, mintak perawat untuk berpindah ke

lengan tangan yang lain.


33

g. Sentuhan bisa dilakukan didaerah punggung, lakukan pijitan

lembut dan ringan arah bahu kiri dan kanan membentuk

huruf V, Menuju ke arah tulang ekor


34

h. Terus lakukan pijitan berulang-ulang.

5. Penutup

a. Rapikan klien kembali


35

b. Dan rapikan alat

c. Mengucapkan salam.

2.5 Kerangka Konsep

Masalah Dalam
Post Partum
Menyusui:
Volume ASI
tidak adekuat

Peningkatan Produksi
ASI

Perawatan payudara Massage


Endorphine

Produksi Volume
ASI Meningkat

Menyusui Efektif

2.6 Skema Kerangka Konsep


36

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Studi literatur ini merupakan design penelitian dengan menggunakan

sumber literatur yang berbentuk jurnal dan artikel ilmiah khususnya yang

terpubkasi yang merupakan hasil penelitian atau karya ilmiah sebelumnya.

Penelitian ini merupakan penelitian naratif studi literatur yang

menggambarkan implementasi massage endorphine untuk peningkatan

produksi ASI pada ibu post partum.

3.2 Variabel Penelitian

Penelitian ini akan mengeksplorasi variabel implementasi massage

endorphine untuk peningkatan produksi ASI pada ibu post partum serta

hubungan atau pengaruh kedua variabel melalui eksplorasi penelitian

Penerapan massage Meningkatkan Produksi ASI pada


endorphine ibu post partum

3.3 Kriteria Literatur Yang Digunakan

Kriteria atrikel atau hasil penelitian yang digunakan dalampenelitian ini

terdiri dari 5 hasil penelitian yang dipublikasikan secara online anatara 2015-

2019. Artikel atau hasil penelitian tersebut telah tersedia secara full teks untuk
37

digunakan penelitian sebagai acuan untuk dianalisis (artikel atau hasil

penelitian terlampir pada penelitian ini).

3.4 Sumber Artikel

Artikel atau hasil penelitian yang digunakan dalampenelitian ini diperoleh

peneliti melalui eksporasi pada sumber google scholar berjumlah 5 jurnal

artikel.

3.5 Langkah Studi Literatur

Penentuan lima artikel yang digunakan penelitian dalam studi literatur ini

dilakukan penelitian melalui langkah sebagai berikut:

a. Penelitian menetapkan topik atau masalah penelitian yaitu implementasi

massage endorphine untuk peningkatan produksi ASI pada ibu post

partum.

b. Dengan kata kunci tersebut penelitian melakukan pencarian artikel

mengunakan data base dari google scholar, Researchget, Perpusnas,

Pubmed, NCBI, ProQuest, Ebsco Host dan diperoleh 8 artikel peneltian.

c. Selanjutnya dari 8 artikel penelitian tersebut dilakukan penelaan dan

terpilih 5 artikel prioritas yang memiliki relevansi yang baik dengan topik

atau masalah riset penelitian.

d. Dari 5 artikel digunakan sebagai artikel penelitian selanjutnya dianalisis

untuk menjawab tujuan penelitian yang dikembangkan penelitian. 5 artikel

penelitian tersebut meliputi artikel publikasi dari Baqi Mei, et al (2020),


38

Masning, et al (2017), Tutik Hidayati, et al (2019), Dyah, et al (2019),

Nuari Lulus, et al (2016)

3.6 Analisa Data dan Penyajian Hasil Penelitian

Sumber Penelitian dan Tujuan Design Sampling Hasil Penelitian Simpulan dan
Artikel Judul Penelitian Penelitian Saran

Analisa data penelitian ini dilakukan peneliti dengan menyajikan 5 artikel

penelitian yang memiliki relevansi dengan topik atau masalah penelitian,

selanjutnya peneliti menuangkan rangkuman hasil penelitian dari 5 artikel

dalam table review sebagai berikut :

Langkah selanjutnya peneliti melakukan analisis atas artikel dengan

mengintegrasikan hasil-hasil penelitian, menghubungkan topik topik yang

berhubungan, mengidentifikasi sentral issue/ hasil penelitian yang relevan

dengan kajian penelitian .

3.7 Etika Penelitaian

Penelitian studi literatur ini mengimplikasi aspek etik berupa

penghargaan atas karya orang lain, atas hal ini penelitian melakukan

pencantuman sumber atas setiap kutipan baik langsung maupun tidak langsung

yang dilakukan penelitian. Penghindaran atas plagiarisme penelitian akan

melakukan uji plagiarisme setelah laporan penelitian dibuat dan sebelum

kegiatan ujian akhir penelitian dilaksanakan. Implementasi aspek kejujuran


39

dilakukan penelitian dengan menyampaikan hasil studi dari sejumlah artikel

secara objektif, jujur dan tanpa kebohongan serta penelitian aakan melampirkan

artikel yang digunakan sebagai data hasil studi kasus.


40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian studi literatur ini disajikan secara naratif untuk

menggambarkan hasil penelitian dari 5 artikel atau hasil penelitian yang relevan

dengan topik atau masalah implementasi massage endorphine untuk

peningkatan produksi ASI pada ibu post partum.

Artikel 1 Penelitian Baqi Mei, et al (2020) yang berjudul“ Pengaruh

Massage Endorphine Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Post

Partum” yang dilaksanakan 25 Febuari tahun 2020 Di Wilayah Kerja

Puskesmas Bagu.

Artikel 2 Penelitian Masning, et al (2017) yang berjudul “ Pengaruh

Endorphine Massage Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum”yang

dilaksanakan pada 15 Juni 2017 Di Wilayah Keja Puskesmas Punggur

Lampung.

Artikel 3 Penelitian Tutik Hidayati, et al (2019) yang berjudul “

Penerapan Metode Massage Endorphine dan Oksitosin Peningkatan Produksi

ASI Pada Ibu Menyusui Bayi 0-6 Bulan “ yang dilaksanan Pada 1 Febuari

2019 di Desa Gading Kabupaten Probololinggo.

Artikel 4 Penelitian Dyah, et al (2019) yang berjudul“ Pengaruh Pijit

Oksitosin dan Pijit Endorphine Terhadap Kelancara Produksi ASI pada Ibu post
41

Partum“ Yang dilaksanan pada 02 Desember 2019 Di RSUD dr. Sugiri

Kabupaten Lamogan.

Artikel 5 Penelitian Nuari Lulus, et al (2016) yang berjudul “ Efektivitas

Massage Endorphine dan Kompres Air Hangat Terhadap Kecukupan ASI Bayi

Pada Ibu Post Partum “ yang dilaksanan pada 09 Mei tahun 2016 Di Puskesmas

Ngaringan Purwodadi.
42

Tabel 4.1
Review Literatur Implementasi Massage Endorphine untuk peningkatan produksi ASI
Pada Ibu Post Partum

N Sumber Penelitian dan Tujuan Penelitian Design Sampling Hasil Penelitian Simpulan dan
o Artikel Judul Penelitian Saran

1 Google Baqi Mei,et al Mengidentifikasi Quasi 30 Respoden “Hasil Analisa Massage


Scholar (2020) Adanya pengaruh Eksperime ibu Nifas memperoleh P Endorphine
“Pengaruh Massage n value =0,001 Dapat
Massage Endorphine p<a (0,05) Meningkatkan
Endorphine Terhadap Produksi ASI
Terhadap Peningkatan Ditemukan Pada Ibu Post
Peningkatan Produksi ASI bahwa massage Partum
Produksi ASI Pada Ibu Post endorphine
Pada Ibu Post Partum. memiliki
Partum” pengaruh yang Saran :
signifikan Produksi ASI
terhadap berhubungan
peningkatan dengan
produksi ASI kesuksesan
pada ibu post ASI Eksklusif,
partum. diharapkan
tehnik masase
endorphin bisa
diterapkan
dalam
pelayanan serta
dapat
diterapkan
kepada
masyarakat
khususnya Ibu
post partum
dengan ASI
tidak lancar
sehingga bisa
memperlancar
ASInya.

2 Google Masning, et al Mengidentifikasi Quasi 34 “Berdasarkan uji Terdapat


Scholar (2017) Adanya Pengaruh Eksperime Responden statistik di pengaruh
“Pengaruh Endorphine n peroleh nilai p = pemberian
43

Endorphine Massage 0,000 dimana Endorphine


Terhadap Terhadap nilai p lebih Massage
Pengeluaran Pengeluaran ASI kecil dari nilai a Terhadap
ASI Pada Ibu Pada Ibu Post = 0,05” Pengeluaran
Post Partum” Partum ASI Pada Ibu
Ditemukan ada Post Partum
Pengaruh
Endorphine
Massage
Terhadap Saran :
Pengeluaran
ASI Pada Ibu perawat dapat
Post Partum menjadikan
endorphine
massage
sebagai metode
non
farmakologi
yang aman dan
efektif dalam
upaya
mengatasi
pengeluaran
ASI pada ibu
post partum

3 Google Tutik Hidayat, Mengidentifikasi Pra 40 “Hasil Analisa Massage


Scholar et al (2019) Pemberian Eksperime Responden memperoleh p endorphine dan
” Penerapan Metode Massage n Ibu yang value = 0,000 Dalam
Metode Terhadap menuyusui P < a (0,05) Meningkatan
Massage Peningkatan bayi umur 0- produksi ASI
Endorphine dan Produksi ASI 6 bulan Ditemukan ada Pada Ibu
oksitosin Pada Ibu pengaruh Menyusui
Terhadap Menyusui Bayi 0- Metode Umur 0-6
Peningkatan 6 Bulan. massagge Bulan.
Produksi ASI endorphine dan
Pada Menyusui oksitosin Saran : bahwa
Bayi 0-6 terhadap adanya
Bulan” peningkatan massage
produksi ASI endorphine
pada ibu berpengaruh
menyusui bayi terhadap
usia 0-6 bulan. produksi ASI
pada ibu
44

menyusui bayi
usi 0-6 bulan

4 Google Dyah, et al Mengidentifikasi Quasi 30 “ Tidak Tidak ada


Scholar (2019)” Adanya Pengaruh Eksperime Responden Terdapat perbedaan
Pengaruh Pijit Pijit Oksitosin n dengan Ibu perbedaan yang bermakna
oksitosin dan Pijit Endorphine Nifas bermakna antara antara
Pijit Endorphine Terhadap sesudah penerapan pijit
Terhadap Kelancaran diberikan pijit endorphine dan
Kelancaran Produksi ASI endorphine dan pijit oksitosin
Produksi ASI ” pijit oksitosin Terhadap
pada ibu Kelancaran
menyusui” Produksi ASI

Saran : bahwa
pijit
endorphine dan
pijit oksitosin
dapat
dilakukan pada
ibu menyusui
untuk
membantu
kelancaran
produksi ASI

5 Google Nuari Lulus, et Mengidentifikasi Quasi 32 “Berdasarkan Massage


Scholar al (2016) adanya Eksperime Responden, bermakna Endorphine
“Efektivitas Pemberian n pada pasien dengan dan Kompres
Massage massage multigravida P value =0,001 Air Hangat
Endorphine Dan endorphine dan sebanyak17 dimana p lebih Dapat
Kompres Air kompres air responden kecil dari nilai Melancarkan
Hangat hangat untuk sedangkan a = 0,05 ASI Pada Ibu
Terhadap mengatasi primigravida Post Partum
Kecukupan ASI menyusui tidak sebanyak 15 Spontan.
Bayi Pada Ibu efektif pad ibu Responden Ditemukan ada Saran :
Post Partum “ post partum pengaruh Bahwa
spontan massage massage
endorphine endorphine dan
dankompres air kompres air
hangat untuk hangat dapat
mengatasi peningkatan
menyusui tidak kelancaran
efektif” produksi ASI
45

Berdasarkan hasil penelitian pada ke lima artikel penelitian tersebut di temukan

bahwa:

Artikel 1 Penelitian dari Baqi Mei, et al (2020) ”Menemukan bahwa

massage endorphine dapat meningkatkan produksi ASI dari 30 responden di

bagi menjadi dua kelmpok yaitu 15 responden yang diberikan massage

endorphine dengan umur 21-35 tahunmerupakan masa subur wanita sebesar

(85%), sedangkan kelompok kontrol 15 responden dengan usia 16 sampai 35

tahun keatas (56%), dan tidak dilakukan endorphin massage didapatkan hasil

rata – rata waktu pengeluaran ASI yang tidak dilakukan endorphin massage

sebesar 2,50% dan rata – rata yang dilakukan endorphin massage sebesar

4,53%. Sehingga kelompok yang dilakukan endorphin massage pengeluaran

ASI lebih cepat dibandingkan tidak dilakukan endorphin massage”

Artikel 2 Penelitian oleh Masning, et al (2017) “Menemukan bahwa

endorphine massage dapat mengeluarkan produksi ASI pada ibu post partum

34 responden yang terbagi responden yang terbagi dalam kelompok 17

responden yang dilakukan endorphin massage (94,12%) dan pada kelompok 17

responden yang tidak dilakukan endorphin massage (17,65%)”

Artile Penelitian 3 Tutik Hidayati, et al (2019) “ Menemukan bahwa

Metode Massage endorphine dapat peningkatan produksi ASI Pada ibu

menyusui bayi 0-6 bulan. Responden berjumlah 40 responden yang berumur

26-35 tahun sebanyak 23 orang (57,5%) sedangkan umur 35 tahun keatas

(39,8%) Ditemukan pada hasil sebelum dan sesudah dilakukan massage


46

endorphine menunjukkan dari 40 ibu yang menyusui diperoleh sebelum di

berikan massage endorphine sebagaian besar produksi ASI (68,7%). Sedangkan

jumlah produksi ASI sesudah diberikan massage endorphine sebagaian besar

(62,5%) ”

Artikel 4 Penelitian Dyah, et al(2019)“menemukan bahwa pijit oksitosin

dan pijit endorphine berpengaruh dalam pengeluaran produksi ASI, Responden

berjumlah 30 responden menjadi 2 kelompok kelompok intervensi pijat

oksitosin 61.20% dan pada kelompok pijat endorphin 59.60%. Pengaruh Pijit

oksitosin dan Pijit endorphine sama-sama efektif untuk meningkatkan

pengeluaran Produksi ASI. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan tidak ada

perbedaan yang bermakna untuk peningkatan pengeluaran produksi ASI”

Artikel 5 Penelitian oleh dari Nuari Lulus, et al (2016) “Menemukan

bahwa Massage endorphine dan kompres air hangat dapat membantu

meningkatkan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum spontan.

Ditemukan hasil usia responden bahwa dari 32 responden yaitu 16 responden

kelompok perilakuan dan 16 kelompok kontrol, kelompok perlakuan massage

endorphine dan kompres air hangat bahwa responden terbanyak adalah

primigravida sebanyak 9 responden (56.2%) dan sedangkan responden

multigravida sebanyak 7 responden (43.8%) kemudian untuk kelompok kontrol

responden terbanyak adalah multigravida sebanyak 10 responden (62.5%) dan

sedangkan responden primigravida sebanyak 6 responden(37.5%). akan

mengalami penurunan jumlah produksi ASInya”


47

4.2 Pembahasaan

Dari ke 5 (lima) penelitian ini menjelaskan bahwa penerapan massage

endorphine digunakan untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post partum,

karena dengan diberikan massage endorphine ASI yang keluar lancar. Salah

satu teknik endorphine yaitu dengan sentuhan dan pijitan ringan yang dilakukan

untuk merelaksasi ibu post partum selama menyusui dan merangsang tubuh

untuk melepaskan senyawa endorphine yang merupakan pereda rasa sakit,

pembengkak payudara dan dapat menciptakan perasaan nyaman (Haris, 2010).

Berdasarkan ke lima artikel tersebut ada 3 artikel dengan subjek

terbanyak berada pada rentang usia 25-35 tahun dan 2 artikel bahwa paritas

rata-rata usia dengan ibu multigravida menyusui bayi sebanyak (53,1%)

sedangkan primigravida sebanyak (46,90%). Pada ibu multigravida

menunjukan produksi ASI lebih banyak dari pada ibu primigravida. Dalam teori

mengatakan bahwa usia 25-35 tahun masih bisa memahami cara mengeluarkan

ASI dari pada usia 35 tahun ke atas (Rohani, 2011).

Faktor yang berpengaruh dalam produksi ASI yaitu faktor sosial budaya,

faktor psikologis, faktor fisik ibu dan faktor kurangnya petugas kesehatan

sehingga masyarakat kurang mendapatkan informasi dan dorongan tentang

pemanfaatan ASI serta seiring berjalannya waktu, zaman semakin modern

sehingga terjadinya peningkatan mengenai promosi susu kaleng ataupun susu

formula sebagai pengganti ASI (Soetjiningsih, 2012).

Prosedur intervensi yaitu dilakukan massage endorpine (sentuhan ringan)

responden harus rileks, posisi berbaring dan responden harus benar-benar


48

percaya bahwa tindakan ini dapat membantu peningkatan produksi ASI yang

dialami. Namun salah satu keberhasilan peneliti dalam melakukan massage

endorphine salah satunya penggunaan prosedur yang tepat seperti dalam

menggunakan lation dimana pemakaian lation merangsang tubuh untuk melepas

senyawa endorphine dan juga memberikan kenyaman bagi responden saat

dilakukan massage.

Pemijitan massage endorphine ini dilakukan di ruang melati RSUD dr.

Sugiri Kabupaten Lamogan pada tenaga kesehatan selama 10-15 menit pagi dan

sore hari selama 3 hari sebelum mandi, saat dilakukan massage endorphine rata-

rata volume ASI yang keluar 10-100 cc serta rata-rata volume ASI sebelum

diberikan intervensi massage endorphine antara 6-30 cc pada penelitian Baqi

Mei, et al dan penelitian Masning, et al. Akan tetapi menurut penelitian Nuari

Lulus, et al pemijitan massage endorphine dilakukan anggota keluarga

responden yang dilaksanakan di rumah responden, sebelum diberikan massage

endorphine salah satu anggota keluar diajari terlebih dahulu bagaimana cara

melakukan massage endorphine. Pemijitan ini delakukan selama 10-20 menit

pagi dan sore selama 5 hari sesudah mandi, sesudah dilakukan massage

endorphine ASI yg keluar >20 cc serta rata-rata ASI sebelum diberikan

massage endorphine yang keluar <20 cc.

Banyak penelitian yang telah membuktikan keberhasilan intervensi

massage endorphine untuk meningkatkan produksi ASI dan mencegah

pembengkakan di payudara. Dari ke 5 (lima) penelitian ini tidak adanya

penggunaan obat-obatan baik obat memperlancarkan ASI ataupun obat lainnya.


49

Setelah dilakukan penelitian ternyata ke 5 (lima) artikel tersebut mengalami

peningkatan produksi ASI setelah diberikan massage endorphine.

Pijit endorphine juga salah satu cara penatalaksanaan untuk meningkatkan

pengeluaran ASI dan mengurangi nyeri, keadaan psikologis yang tenang akan

memicu keluarnya hormon endorphine sehingga berpengaruhi terhadap

pengfeluaran ASI.

Berdasarkan dari ke 5(lima) artikel ini memiliki kesamaan berupa adanya

pengaruh setelah diberikan tindakan massage endorphine, setiap peneliti

berhasil mengemukakan adanya peningkatan produksi ASI, peningkatan

tersebut dikarenakan adanya sentuhan-sentuhan ringan pijitan diberikan pada

daerah bagian tengkuk, lengan, punggung sampai ke tulang ekor membuat rasa

nyaman dan memperlancarkan pengeluaran ASI (Mayunani,2012).

Dari kesamaan tersebut penelitian ini terlihat adanya perbedaan yaitu usia

dan adanya juga penerapan kombinasi yang disertakan, namun dari perbedaan

tersebut tidak berpengaruh dalam studi literatur yang di buat karena setiap

artikel tetap terpacu dalam penerapan massage endorphine yang mempunyai

peningkatan produksi ASI. Pada penelitian Tutik et al, Dyah et al dan Nuari et

al ini menggunakan kombinasi penerapan lain dalam penelitian juga tertera

untuk peningkatan produksi ASI. Setiap penerapan dilakukan pertahap mulai

dilakukan massage endorphine lalu baru dilanjutkan penerapan yang lain

sehingga peneliti bisa mengetahui pengaruh setiap penerapannya, walaupun

dikombinasi terbukti bahwa setelah dilakukan massage endorphine terdapat

peningktan produksi ASI.


50

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa semua artikel

berpengaruh dalam peningkatkan produksi ASI. Penerapan yang memberikan

manfaat dan relaksasi tersendiri kepada respondenya dan dapat diartikan semua

artikel diatas dapat dijadikan sebagai bahan acuan refrensi dalam mengatasi

menyusui tidak efektif. Tetapi dari seluruh artikel penelitian didapatkan satu

artikel yang menjelaskan tentang peningkatan produksi ASI pada ibu post

partum bagi penderita menyusui tidak efektif dengan menggunakan massage

endorphine. Meskipun hanya terdapat satu artikel yang jelas memberikan

informasi mulai dari melakukan penerapan berupa durasi dan kontrol waktu

yang akan dilakukan massage endorphine untuk meningkatkan produksi ASI

tetapi ke 4 (empat) artikel lainnya sangat efektif untuk meningkatkan produksi

ASI sehingga tidak muncul masalah keperawatan menyusui tidak efektif

berhubungan dengan ketidak adekuat supai ASI.

Penatalaksanaan non farmakologi untuk meningkatkan produksi ASI

dengan endorphine massage merupakan salah satu alternative untuk

meningkatkan kenyamanan dan relaksasi ibu postpartum selama masa

menyusui sehingga dapat meningkatkan volume ASI selain itu endorphin

massage dapat merangsang pengeluaran endorphine serta dapat menstimulasi

refleks prolaktin dan oksitosin sehingga meningkatkan volume ASI.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


51

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Terdapat 5 (lima) artikel penelitian yang memiliki relevansi dengan

implementasi massage endorphine untuk peningkatan produksi ASI.

5.1.2 Dari 5 (lima) artikel penelitian dengan dilakukannya penerapan massage

endorphine untuk peningkatan produksi ASI.

5.1.3 Dari 5 (lima) artikel penelitian yang telah diimplementasikan metode

yang digunakan dalam penelitian penerapkan pre tes dan post tes untuk

peningkatan produksi ASI responden.

5.1.4 Dari 5 (lima) penelitian memiliki variasi menggunkan cheklist dan

wawancara dengan cara observasi untuk mengukur peningkatan ASI.

5.1.5 Dari artikel yang terdapat 2 artikel yang membandingkan efektifitas

antara penerapan message endorphine sedangkan penerapan pijit

endorphine dan pijit oksitosin untuk peningkatan produksi ASI dan

didapatkan hasil penelitian yaitu tidak ada perbandingan yang bermakna

antara massage endorphine sedangkan pijit endorphine dan pijit

oksitosin keduannya sama-sama efektif untuk peningkatan produksi

ASI.

5.2 Saran

.2.1 Bagi fasilitas pelayanan kesehatan


52

Rumah sakit dapat mempertimbangkan untuk memberikan intervensi

keperawatan berupa terapi non farmakologis untuk peningkatan

produksi ASI. agar profesi keperawatan bila lebih maju dengan

mengembangkan pemanfaatan hasil penelitian.

.2.2 Bagi pengembangan keilmuan

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan yang bermanfaat

dalam pengembangan terapi non farmakologis berupa terapi maasage

endorphine untuk peningkatan produksi ASI

5.2.3 Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai referensi kepada peneliti selanjutnya untuk mengembangkan

terapi non farmakologi yang kaitannya untuk peningkatan produksi ASI.

5.2.4 Bagi institusi pendidikan

Institusi pendidikan dapat mempertimbangkan untuk menggunakan hasil

penelitian ini sebagai informasi yang melengkapi informasi pengetahuan

tentang intervensi untuk peningkatan produksi ASI.

DAFTAR PUSTAKA
53

Adam. K. Martha. (2016). Perawatan Payudara Pada Masa Kehamilan dan


Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado
Vol 4. No 2.

Anderson, L. Pengeluaran kolostrum dengan pemberian perawatan payudara dan


endorphine massage pada ibu post Seksio Sesarea (2019), Jurnal penelitian
kebidanan & kespro 34-40 hal

Aprilia, Y. (2012). Hipnostetri: Rileks, nyaman,dan Aman saat hamil & Melahirkan.
Jakarta: Gagas Media.

Astutik, Reni Yuli. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta : Salemba Medika.

Baiq Mei Asri Pratimi , Ernawati, Baiq Eka Putri Saudia. (2020) Pengaruh Masase
Endorphin Terhadap Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bagu. Jurnal Midwifery Update (Mu)
Http://Jurnalmu.Poltekkes-Mataram.Ac.Id/Index.Php/Jurnalmu E-Issn:2684-
8511 (Online)

Budiarti, T. 2010. Peningkatan Produksi ASI Ibu Nifas Seksio Sesare melalui
pemberian paket “SUKSES ASI”. http://asiku.wordpress.com/2010/10/24/
SUKSESASI/, diakses 3 juni 2018.

Departemen Kesehatan (Depkes), 2006. Profil Kesehatan Indonesia 2006. (online) ;


http;///www.depkes.go.id/ dowload.php?file=download/pusdation peta.

Difrisco, E. (2011). Factors Associated With Exclusive Breastfeeding. The Journal


Of Perinatal Education.

Donovan, T. J. & Buchanan, K. (2015). Meningkatkan Suplai ASI Pada Ibu dan Bayi
Untuk Mengeluarkan ASI Reviews,(3).

Farida, J. (2013). Relaksasi Autogenetic Traning Untuk Membantu Keberhasilan


Masa Awal Laktasi Pada Ibu Post Partum. Jurnal Ners Vol. 8 No 2 Oktober
2013,283-294.
54

Fithrah Nurhanifah. (2015). Efektifitas Massage Punggung Dan Kompres Hangat


Payudara Terhadap Peningkatan Kelancaran Produksi Asi Di Desa Majang
Tengah Wilayah Kerja Puskesmas Pamotan Dampit Malang. Jurnal
Keperawatan, Issn 2086-3071. Versi Online / Url:
Http://Ejournal.Umm.Ac.Id/Index.Php/Keperawatan/Article/View/2359.
Vol. 4 No 2

Hafifah. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenal. Yogyakarta: Pustaka


pelajar.

Hidayat. (2013) Penerapan Pijit Payudara Dalam Mengatasi Menyusui Tidak efektif
Menyusui Terhadap Peningkatan Volume ASI Ibu Post Partum Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit DR. Sobirin Kabupaten Musi Rawas Tahun 2013.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Prodi Kesehatan Indonesia


Tahun 2013. Https://doi.org/10.1088/035-4470/14/8/037.

Kosova, F, et al. (2018). The Effect on Lactation of Back Massage Performed in the
Early Post partum Period. Journal of Basic and Applied Research, ISSN
2413-7014 Res 2(2): 113-118

Kuswandi, Lanny. 2011. Keajaiban Hypno- Birthing. Jakarta: Pustaka Bunda

Lawrence, Ruth A & Lawrence, Robert M. (2018). Breastfeeding a Guide for the
Medical Profession. Elsevier; USA

Maryunani, A. (2012). Asuhan Pada ibu Nifas Dalam Masa Nifas (post partum).
Jakarta: Trans info Media.

Masning, Firda Fibrila, Martini Fairus. (2017). Pengaruh Endorphin Massage Dan Air
Hangat Terhadap Pengeluaran Asipada Ibu Post Partum. Jurnal Kesehatan
Metro Sai Wawai Volume X No 2 Edisi Juni 2017 Issn: 19779-469x

Notoatmodjo, S. (2010). Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat . Jakarta:


Rineka Cipta.
55

Nurarif A.H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan
NANDA NIC-NOC Panduan penyusunan Askep Profesional. Yogyakarta:
Medi Action

Nuari Lulus, Machmudah, Sayono. (2016). Efektivitas Massage Endorphine Dan


Kompres Air Hangat Terhadap Kecukupan Asi Bayi Pada Ibu Post Partum
Di Puskesmas Ngaringan Purwodadi. Jurnal ilmu kesehatan dan kebidanan
(JIKK),Vol 09. No 20

Pamuji, 2014, Pengaruh Kombinasi Metode Pijat Woolwich dan EndorphineTerhadap


Kadar Hormon Prolaktin dan Volume ASI (Studi Pada IbuPostpartum di
Griya Hamil Sehat Mejasem Kabupaten Tegal), Vol. 5. No. 1, BHAMADA,
JITK

PPNI, T. P (2016). Standar Diagosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P (2018). Standara Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Prawiroharjo,S. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Roesli. U. (2012). Bayi Sehat berkat ASI Eksklusif. Jakarta: Elex Media Kompitundo

Rohani. 2011. Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Asi


Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan Secanggang
Kabupaten Langkat.

RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklingau, 1 Data Rekam Medik Rumah Sakit RSUD Siti
Aisyah Tahun 2020.

Safitri, Yenni. 2014. Efektvitas Kompres Hangat Terhadap Penurunan Intensitas


Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Dikampar Bersalin di RSUD Arifin
Achmad Tahun 2013. Riau: STIKes Tuanku Tambusai Riau.

Saleha, S. (2013). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
56

Schwarz et al. The Maternal Health Benefits Of Breastfeeding. America Family


Physician. 2019; VOLUME 91(9); 603-604.

Solehati. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Solehati. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Sick et al. (2013). Metodologi Penelitian ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis edisi
3. Jakarta: Salemba Medika.

Suheri. (2013). Perawatan Masa Nifas. Edisi 3. Yogyakarta: Fitramaya

Tutik Hidayati, Iis Hanifah. (2019) Penerapan Metode Massage Endorphin Dan
Kompres Hangat Terhadap Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Menyusui
Bayi 0-6 Bulan Di Desa Gading Kabupaten Probolinggo. Journal Health Of
Science, Vol. 12 No. 1, Febuari 2019 Hal. 30-38.

Wahyuni, Intan Dewi. 2014. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap


Penurunan Skala Nyeri Pada Ibu Bersalin Di Rb. Ananda Desa Jabon
Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto. Mojokerto

Walyani. (2014). Asuhan Kebidanan masa nifas & Menyusui. Pustaka barupress :
Yogyakarta

Wulandari & Handayani S. 2014). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.Yogyakarta: Gosyen


Publshing.
57

LAMPIRAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUK LINGGAU
JL. Stadion Bumi Silampari Taba Pingin Kel. Air Kuti Kec. Lubuklinggau Timur
Telp/Fax 0733-451036
58

JADWAL KEGIATAN

Nama Mahasiswa : REVTA HANDAYANI


NIM : PO.71.20.3.17.056
Pembimbing KTI :1. Ns. Indah Dewi Ridawati,M.Kep
2. Nadi Apriliyadi, S.Sos, M.Kes

N Hari/ Tanggal Kegiatan Paraf


O Mahasiswa Pembimbi MHS
ng I & II
1 Selasa, 7 April Mendapat informasi perubahan
2020 KTI menjadi Literatur Review

2 Kamis, 9 April Mencari Jurnal-Jurnal terkait


2020 dengan judul LTA

4 Jum’at, 10 April Memahami panduan LTA


2020 Literatur Review

5 Sabtu, 11 April Menyusun LTA berdasarkan


2020 Literatur Review

6 Senin, 11 Mei Konsultasi LTA pembimbing 1


2020

7 Selasa , 12 Mei Konsultasi LTA pembimbing 1


2020

8 Rabu, 13 Mei Konsultasi LTA pembimbing 1


2020
9. Kamis, 14 Mei Konsultasi LTA ACC
2020 pembimbing 1 lanjut konsul
pembimbing II

10. Kamis, 14 Mei Konsultasi LTA BAB I-V


2020 pembimbing II

11. Jumat, 15 Mei Konsultasi BAB I-V dengan


2020 Pembimbing II

12. Sabtu, 16 Mei Konsultasi BAB I-V


59

2020 Pembimbing II acc maju

13. Minggu, 17 Mei Membuat materi power point


2020 untuk presentasi Kompre dan
memahami materi yang akan di
tampilan besok.

14. Senin, 18 Mei Bismillahiromannirohim


2020 Kompre

Anda mungkin juga menyukai