Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

A DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI POST OP KATARAK
DI SILAMPARI SRIWIJAYA EYE CENTER LUBUKLINGGAU
TAHUN 2020

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II

1. Ida Gestrina 8. Muhamad Ayub

2. Kusmawati 9. Muklisno

3. Laily Nurjanah 10. Mutia Annisa

4. Lamria Elia Sunirat 11. Nanik Harlianti

5. Maya Denia 12. Nurlela

6. Meli Yanti 13. Oktaria Sari

7. Mita Indah Sari

Dosen Pembimbing : Ns. Peri Zuliani, M.Kep


Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah III

STIKES BHAKTI HUSADA BENGKULU


TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan ini tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan Asuhan
Keperawatan dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI POST OP
KATARAK DI SILAMPARI SRIWIJAYA EYE CENTER
LUBUKLINGGAU TAHUN 2020” yang menurut kami dapat memberikan
mafaat yang besar bagi kita untuk mengetahui bahaya dan penanganan penyakit
ini.
Asuhan keperawatan ini disusun guna memenuhi syarat salah satu tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III. Terimakasih kepada Ibu Ns. Peri
Zuliani, M.Kep selaku dosen pembimbing dan pihak yang telah membantu dan
membimbing kami dalam menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini. Melalui
pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi Asuhan Keperawatan ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami
buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan Asuhan Keperawatan ini dengan
penuh rasa terimakasih dan semoga Allah SWT memberkahi Asuhan
Keperawatan ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Lubuklinggau , 16 Oktober 2020

Kelompok II

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG.................................................................................5
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................6
1. Apa Pengertian Katarak?..............................................................................6
2. Apa Etiologi Katarak?...................................................................................6
3. Apa Patofisiologi Ktarak?.............................................................................6
4. Apa Manifestasi Klinis Katarak?..................................................................6
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang Katarak?..............................................6
C. TUJUAN......................................................................................................6
1. Mengetahui Pengertian Katarak?..................................................................6
2. Mengetahui Etiologi Katarak?......................................................................6
3. Mengetahui Patofisiologi Ktarak?................................................................6
4. Mengetahui Manifestasi Klinis Katarak?......................................................6
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang Katarak?.............................................6
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
A. KONSEP DASAR TEORI..........................................................................7
B. ETIOLOGI..................................................................................................8
C. MANIFESTASI KLINIS..........................................................................11
D. PATOFISIOLOGI....................................................................................12
E. WOC (WEB OF CAUTION)...................................................................14
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG.............................................................15
G. KOMPLIKASI..........................................................................................15
H. PENATALAKSANAAN MEDIS.............................................................16
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.................................................18

3
1. PENGKAJIAN..........................................................................................18
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN..............................................................20
3. PERENCANAAN......................................................................................21
BAB III..................................................................................................................25
MANAJEMEN KASUS........................................................................................25
BAB IV..................................................................................................................54
PENUTUP..............................................................................................................54
A. KESIMPULAN..........................................................................................54
B. SARAN.......................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................55

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang


mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di
dalam mata, seperti melihat air terjun.

Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena


penyakit ini menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi
secara perlahan-lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai
lima tahun menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan
meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan
diobati. Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial
ekonomi yang serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan  Eye Disease
evalence Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah
penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa.
Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat
terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi
usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata, WHO memiliki catatan
mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara
berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya
berada di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi
Negara tertinggi di Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Tingginya

5
angka kebutaan di Indonesia disebabkan usia harapan hidup orang Indonesia
semakin meningkat, Karena beberapa penyakit mata disebabkan proses
penuaan. Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak
pula penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah
katarak (0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak
merupakan kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang
keruh. Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya. Selama ini katarak
banyak diderita mereka yang berusia tua. Karena itu, penyakit ini sering
diremehkan kaum muda.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Katarak?


2. Apa Etiologi Katarak?
3. Apa Patofisiologi Ktarak?
4. Apa Manifestasi Klinis Katarak?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang Katarak?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Katarak?
7. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Katarak?
8. Bagaimana Manajemen Kasus Asuhan Keperawatan pada pasien
Katarak?

C. TUJUAN

1. Mengetahui Pengertian Katarak?


2. Mengetahui Etiologi Katarak?
3. Mengetahui Patofisiologi Ktarak?
4. Mengetahui Manifestasi Klinis Katarak?
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang Katarak?
6. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan Katarak?
7. Mengetahui bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Katarak?
8. Mengetahui bagaimana Manajemen Kasus Asuhan Keperawatan pada
pasien Katarak?

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR TEORI

1. ANATOMI FISIOLOGI

Anatomi Mata

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,


transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi
yang besar.  Lensa mengandung tiga komponen anatomis.  Pada zona sentral
terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya
adalah kapsula anterior dan posterior.  Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan .  Di sekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus.  Opasitaspada
kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti
kristalsalju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi.  Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa.  Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. 
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai

7
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang
dan mengganggu transmisi sinar. 

Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam


melindungi lensa dari degenerasi.  Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak. Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma
atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan
yang normal.  Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak
meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin
anti oksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

2. DEFINISI KATARAK
Menurut Nugroho (2015) katarak adalah suatu keadaan dimana
lensa mata yang biasanya bening, transparan menjadi keruh, sehingga
dapat menurunkan tajam/ visus penglihatan dan mengurangi luas lapang
pandang. Menurut Wijaya dan Putri (2016) katarak adalah kekeruhan
(bayangan seperti awan) pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur
penglihatan kabur dan akhirnya tidak dapat menerima cahaya.
Menurut Tamsuri (2015) katarak adalah setiap keadaan kekeruhan
pada lensa yang dapat terjadi karena hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa atau akibat keduanya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa katarak adalah
keadaan dimana lensa mata yang biasanya bening menjadi keruh karena
hidrasi lensa, denaturasi protein lensa, yang berangsur-angsur
penglihatan kabur dan akhirnya tidak dapat menerima cahaya sehingg
dapat menurunkan tajam/ visus penglihatan dan mengurangi luas lapang
pandang.

B. ETIOLOGI

Sebagian besar katarak timbul akibat pajanan kumulatif terhadap


pengaruh lingkungan sepertimerokok, radiasi UV serta nutrisi yang
buruk. Katarak biasanya berkembang tanpa penyebab yang nyata,

8
bagaimana punkatarak bisa juga timbul akibat trauma pada mata, paparan
yang lama terhadap obat seperti kortikosteroid menyebabkan katarak.
Faktor resiko dari katarak antara lain DM, riwayat keluarga dengan
katarak, penyakit infeksi atau cederamata terdahulu, pembedahan
mata (Mutiarasari dan Handayani, 2015).

Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:


a. Fisik
Dengan keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka akan
mempengaruhi keadaan lensa, sehingga dapat mengakibatkan katarak baik
pada orang yang fisiknya semakin tua karena sakit.
b. Kimia
Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau
akibat paparan sinar ultraviolet matahari, pada lensa mata dapat
menyebabkan katarak.
c. Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang, maka fungsi lensa juga akan
menurun dan mengakibatkan katarak. Katarak yang didapatkan
karena faktor usia tua biasanya berkembang secara perlahan.
Penglihatan kabur dapat terjadi setelah trauma dari gejala awal dapat
berkembang kehilangan penglihatan. Hilangnya penglihatan tergantung
pada lokasi dan luasnya kekeruhan.
d. Infeksi virus masa pertumbuhan janin
Jika ibu pada saat mengandung terkena atau terserang penyakit yang
sebabkan oleh virus. Maka infeksi virus tersebut akan mempengaruhi
tahap pertumbuhan janin.
e. Penyakit
Meliputi penyakit diabetes mellitus dan trauma mata seperti uveitis.
(Wijaya dan Putri, 2015)

9
Jenis- jenis katarak menurut Vaughan, Dale (2014) terbagi atas :
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai.
Satusatunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang
semakin
kabur.
2. Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya.
Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun
mungkin terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit
infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan berbagai sindrom.
b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan
sebab-sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma,
baik tumpul maupun tembus. Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi
mata didapat, diabetes dan obat.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di
lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera
setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa
menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk
kedalam struktur lensa.
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular
pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul
posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit
intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah
uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan
retina.

5. Katarak akibat penyakit sistemik

10
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik
berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis
atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.
6. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai
akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan
nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik
secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan
kekeruhan lensa.
7. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak
traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak
ekstrakapsular.

C. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya, pasien melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan,
silau, dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan
karena kehilangan penglihatan tadi, temuan objektif biasanya meliputi
pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup,
menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama
bertahun-tahun , dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi
yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan .

Berikut adalah tanda dan gejala katarak :


a. Terjadi pada usia lanjut sekitar usia 50 tahun ke atas
b. Gatal-gatal pada mata
c. Sering keluar air mata
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu

11
e. Penglihatan kabur pada malam hari
f. Tidak dapat menahan kilau cahaya yang langsung menembus mata
g. Klien merasa seperti melihat awan didepan penglihatannya, menutupi
lensa mata
h. Bila sudah mencapai tahap akhir atau stadium lanjut penderita
katarak akan kehilangan penglihatannya (Tri Ulandari, 2015).

D. PATOFISIOLOGI
Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia di
atas 70 tahun, dapat diperkirakan adanya katarak dalam berbagai derajat,
namun katarak dapat juga diakibatkan oleh kelainan kongenital, atau
penyulit penyakit mata lokal menahun (Tamsuri, 2015). Perubahan fisik dan
kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi, ditandai dengan
adanya perubahanpada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa misalnya dapat menyebabkan
penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi. Sehingga terjadinya pengkabutan pandangan /kekeruhan lensa
sehingga dapat menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu
teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air
ke dalam lensa (Mutiarasari dan Handayani, 2015). Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Katarak
biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda,
dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti Diabetes
Mellitus, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dariproses penuaan
yang normal.
Katarak dapat bersifat kongenital dan dapat diidentifikasi awal,
karena bila tidak dapat terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopiadan
kehilangan permanen. Faktor yang paling berperan yang berperan dalam
terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol,
merokok, Diabetes Mellitus, dan asupan antioksidan yang kurang dalam
jangka waktu lama (Wijaya dan Putri, 2016).

12
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi
jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan.
Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada
obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh (Khalilullah,
2015). Setelah pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia,
lensakontak atau lensa tanam intraokuler (Tamsuri, 2015).

.
E. WOC (WEB OF CAUTION)

13
Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit
proses penuaan bisa diturunkan. metabolik(DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Defisit coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier Kurang
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terpaparterhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi
lensa prosedur tindakan
pembedahan
RIsiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

Ansietas
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Risiko infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan
persepsi sensori-
perseptual Degenerasi pd lensa
penglihatan

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

14
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaucoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik
papiledema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid.
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
(Ilyas S, 2015)

G. KOMPLIKASI
Menurut Wijaya dan Putri (2015) adapun komplikasi penyakit
katarak ini adalah sebagai berikut :
a. Glaukoma
Kelainan yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intraokuler di
dalam bola mata, sehingga lapang pandang mengalami gangguan dan
visusmata menurun.
b. Kerusakan retina
Kerusakan retina dapat terjadi setelah pasca bedah, akibat ada
robekan pada retina, cairan masuk ke belakang dan mendorong retina
atau terjadi penimbunan eksudat di bawah retina sehingga retina
terangkat.
c. Infeksi
Terjadi setelah pasca bedah karena kurangnya perawatan yang tidak
adekuat.

Sedangkan menurut Billota (2014) komplikasi yangtimbul


akibat katarak dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kehilangan penglihatan total
b. Penurunan cairan vitreus

15
c. Dehisens luka
d. Hifema
e. Glaukoma yang menyumbat pupil
f. Ablasio retinag.Infeksi

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tidak dapat diambil dengan
laser. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan
penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya
diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbalik dicapai 20/50 atau
lebih buruk lagi. Pembedahan katarak paling sering dilakukan pada orang
berusia lebih dari 65 tahun. Pembedahannya ada 2 macam yaitu :
a. Ekstraksi Katarak Intra KapsulerIntra catarax extraction(ICCE)
mengeluarkan lensa secara utuh.
b. Ekstraksi Katarak Ekstra KapsulerExtra capsula catarax
extraction(ECCE) : mengeluarkan lensa dengan merobek kapsul bagian
anterior dan meninggalkan kapsul bagian posterior.(Wijaya dan Putri,
2015)

Menurut Brunner & Suddarth (2015) penatalaksanaan katarak


adalah :
a. Penatalaksanaan medis
Tidak ada terapi non bedah (obat, tetes mata, kacamata) yang dapat
menyembuhkan katarak atau mencegah katarak yang terkait usia. Studi
tidak menemukan adanya manfaat dari suplemen antioksidan, vitamin C
dan E, beta-karoten, dan selenium. Kacamata atau lensa kontak, lensa
bifocal, atau lensa pembesar dapat meningkatkan pandangan. Midriatik
dapat digunakan dalam jangka pendek, tetapi cahaya silau semakin besar.

b. Penatalaksanaan bedah
Secara umum, jika penurunan pandangan akibat katarak tidak
mengganggu aktivitas normal, pembedahan mungkin tidak

16
dibutuhkan. Dalam memutuskan kapan pembedahan katarak akan
dilakukan, status fungsional dan status visual pasien harus menjadi
pertimbangan utama. Pilihan bedah mencakup fakoemulsifikasi
(metode pembedahan katarak ekstrakapsular) dan penempatan lensa
(kacamata afakia, lensa kontak, dan lensa okuler yang ditanam).
Katarak diangkat di bawah pengaruh anastesia lokal pada pasien rawat
jalan. Apabila kedua mata mengalami katarak, satu mata ditangani
terlebih dahulu, dengan jeda minimal beberapa minggu, lebih baik
beberapa bulan, baru kemudian dilakukan penanganan pada mata yang
kedua.

c. Penatalaksanaan keperawatan
1) Tunda pemberian antikoagulan yang diterima pasien jika
dibenarkan secara medis. Dalam beberapa kasus, terapi
antikoagulan dapat diteruskan
2) Berikan obat tetes pendilatasi setiap 10 menit untuk empat dosis,
minimal 1 jam sebelum pembedahan. Obat tetes antibiotik,
kortikosteroid, dan obat tetes anti-inflamasi dapat diberikan secara
profilaksis untuk mencegah infeksi dan inflamasi pasca operasi.
3) Berikan instruksi lisan dan tulisan tentang bagaimana
melindungi mata, memberikan obat, mengenali tanda-tanda
komplikasi, dan mendapatkan perawatan darurat.
4) Jelaskan bahwa ketidaknyamanan yang dirasakan seharusnya
minimal setelah pembedahan, dan instruksikan pasien untuk
menggunakan agen analgesik ringan, seperti asetaminofen, sesuai
kebutuhan.
5) Tetes mata atau salep antibiotik, anti-inflamasi, dan
kortikosteroid diresepkan pasca operasi.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

17
1) Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan
masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur,
pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Apakah
pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa
yang terakhir diderita pasien.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia
mengenakan kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami
kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada
keluhan dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan
masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral
atau perifer?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau
kakek-nenek.
3) Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan
pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop
(Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus
ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk.
Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci
dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya
terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi
steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang
menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain

18
deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau
kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).
4) Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah
sebagai berikut :
a) Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah
kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien
mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b) Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau
perawatan diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2=
perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4=
tergantung/ tidak mampu.
c) Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti
insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
d) Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang
telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit
mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah,
adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.
e) Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau
kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk
BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.
f) Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara,
mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi.
Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
g) Pola konsep diri

19
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti
harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran
akan dirinya.
h) Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan
menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit
hingga setelah sakit.
i) Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan
adakah masalh saat menstruasi.
j) Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, system
pendukung dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan
keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.
k) Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan atas sakit yang diderita.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen,
keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka Ascan
ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai
alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan
pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini
merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan
implantasi IOL (Smeltzer, 2014).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan penglihatan
2. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
3. Risiko cedera b.d kerusakan penglihatan

20
4. Risiko infeksi b.d prosedur invansif (Operasi Katarak)
5. Ansietas b.d kurang terpaparnya informasi pasca pembedahan

3. PERENCANAAN

1. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan penglihatan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan persepsi sensori membaik
KH : Persepsi Sensori (SLKI)
- Distorsi sensori (menurun)
- Respon sesuai stimulus (membaik)
- Orientasi (membaik)
Intervensi : Minimalisir Rangsangan (SIKI)
Observasi :
1) Periksa status mental, status sensori, dan tingkat
kenyamanan (mis. Nyeri, kelelahan)
Terapeutik :
2) Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori
(mis. Bising, terlalu terang)
3) Batasi stimulus lingkungan (mis. Cahaya, suara,
aktivitas)
4) Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
Edukasi :
5) Ajarkan cara meminimalisir stimulus ( mis. Mengatur
pencahayaan ruanagan, mengurangi kebisingan)
Kolaborasi :
6) Kolaborasi dalam pemberian obat yang mempengaruhi
persepsi stimulus.

2. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan penegtahuan klien meningkat.
KH : Tingkat Pengetahuan (SLKI)
- Perilaku sesuai anjuran (meningkat)

21
- Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik
(meningkat)
- Perilaku sesuai dengan dengan pengetahuan (meningkat)
- Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi (menurun)
Intervensi : Edukasi Kesehatan (SIKI)
Observasi :
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan umenerima
informasi
Terapeutik :
2) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4) Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
5) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
6) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

3. Risiko cedera b.d kerusakan penglihatan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan cedera tidak terjadi
KH : Tingkat Cedera (SLKI)
- Kejadian cedera (menurun)
- Luka/lecet (menurun)
- Perdarahan (menurun)
- Toleransi aktivitas (meningkat)
Intervensi : Pencegahan Cedera (SIKI)
Observasi :
1) Identifikasi area lingkungan yang berpotensi
menyebabkan cedera
Terapeutik :
2) Gunakan lampu tidur selama jam tidur

22
3) Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan
ruang rawat (mis. Penggunaan telepon, tempat tidur,
penerangan ruangan dan lokasi kamar mandi)
4) Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami cedera
serius
5) Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah saat
digunakan
6) Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda dalam kondisi
terkunci dan dipasang pengaman
7) Diskusikan mengenai penggunaan alat bantu mobilitas
yang sesuai (mis. Tongkat atau alat bantu jalan)
8) Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat
mendampingi pasien
Edukasi :
9) Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien
dan keluarga

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pada tahap ini perawat mengimplementasikan intervensi yang telah
direncanakan berdasarkan hasil pengkajian dan penegakan diagnosis
keperawatan. Implementasi dari rencana keperawatan yang dibuat
berdasarkan diagnosis yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan dan
hasil sesuai yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status
kesehatan klien. Pada asuhan keperawatan pasien dengan katarak
implementasi yang dilakukan yaitu :

1) Mendiskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori

penglihatan, apakah terlalu terang.

2) Membatsi stimulus dengan mengatur pencahayaan

3) Mengorientasikan pasien dan keluarga terhadap lingkungan, staf,

orang lain disekitarnya

23
4) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit Katarak dan

hal terkait lainnya.

5) Mengobservasi tanda dan gejala disorientasi

6) Pertahankan posisi tempat tidur rendah, pagar tempat tidur

tinggi, dan bel pemanggil di samping tempat tidur.

7) Menjelasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga.

8) Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata

dimana dapat terjadi bila menggunakan obat teles mata

5. EVALUASI
Evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat
melakukan kontak dengan klien. Apakah tujuan telah berhasil dicapai?
Selama proses evaluasi perawat membuat keputusan-keputusan klinis dan
secara terus menerus mengarah kembali ke asuhan keperawatan.

24
BAB III
MANAJEMEN KASUS

A. PENGKAJIAN

1.   Riwayat klien / Data Biologis

     Nama                                               : Tn. A

    Alamat                                        : Jl. Aren No. 184 Rt. 001 Kel.

Majapahit

Kec. Lubuklinggaun Timur I

     Telephone                                        : 081367678888

     Tempat, Tanggal lahir/Umur           : Lubuklinggau 17 Juni

1966        

Jenis kelamin                                   : Laki - Laki

     Suku                                                 : Jawa

     Agama                                              : Islam

     Status perkawinan                             : Duda

     Pendidikan                                        : SD (Sekolah Dasar)

     Orang yang paling dekat di hubungi : Anak Kandung

2. Riwayat Keluarga

              Tn.A tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian

menantunya mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang

merawat Tn. A dirumah. Anak perempuan sibuk bekerja dan mengurusi

rumah tangganya sehingga kurang memperhatikan Tn,A istrinya Ny. O

sudah meninggal dunia dikarenakan kelumpuhan.

25
3. Riwayat Pekerjaan

         Saat ini Tn.A tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.A

bekerja sebagai petani dan kadang - kadang Tn.A pun berjualan tape untuk

memenuhi kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.A

tidak lagi sanggup untuk bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia.

4. Riwayat Lingkungan Hidup

Tn.A tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah

terbuat dari bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.A tidak bertingkat,

dan didalam rumah terdapat dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di

rumah Tn.A tersebut adalah 6 orang, yang mana 3 orang adalah cucu dari

Tn.A. 2 nya Menantu dan anaknya Tetangga terdekat Tn.A adalah Ny. T

yang selalu membantu dikala Tn.A mengalami kesulitan.

5. Riwayat Rekreasi

           Tn.A mempunyai hobi berjualan, Tn.A hidup dengan rukun

bersama anak-anaknya. Dalam keluarga Tn.A tidak mempunyai kegiatan

rekreasi.

6. Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan

       Bila Tn.A sakit, Tn.A berobat ke klinik yang tidak jauh dari

tempat tinggalnya.

7. Deskripsi hasil khusus (termasuk kebiasaan waktu tidur)

         Sebelum tiggal dipanti, Tn. A tidak mempunyai kegiatan atau

kebiasaan waktu tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,A tidur malam ± 7 - 8

jam dan siangnya Tn.A menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan

akan bangun kalau waktu makan saja.

26
8. Status kesehatan saat ini

 Sejak satu tahun lalu Tn.A mengeluh nyeri di daerah kepala dan

dada.Tn. A mengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.A tidak

tahu kenapa dia terus mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi

setelah Tn.A berobat di klinik baru Tn.A tahu kalau Tn.A sakit

hipertensi.Biasanya Tn.A mengonsumsi captopril 12, 5 mg 2x1 dan kalau

sakit dadanya kumat Tn.A mengkonsumsi neo napacin tablet 1x dalam

sehari.

                Tn.A tidak pernah di imunisasi, danTn.P tidak ada riwayat

alergi, baik alergi terhadap obat maupun makanan.Tn.P makan 3x sehari

dengan ½ porsi, Tn. A mempunyai berat badan : 50 kg, Tn.A tidak punya

masalah dalam mengkonsumsi makanan.

9. Status kesehatan masa lalu

              Tn.A tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak

pernah di rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.A mengatakan kalau Tn.A

pernah mengalami trauma yang mana waktu usia 18 tahun mata Tn.A

terkena batang padi, sehingga menyebabkan Tn.A tidak bisa melihat

sampai sekarang. Dan Tn.A juga mengatakan sewaktu terjadinya kejadian

itu, Tn.A tidak langsung berobat, karena pada waktu itu menurut

keterangan Tn.A belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.A hanya di

obati dengan obat kampung saja.

10. Riwayat keluarga

     Tn.A merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi adik

Tn.A telah meninggal dunia pada umur 70 tahun dikarenakan penyakit

27
darah tinggi. Dan ayah dari Tn.A sendiri telah meninggal dunia sewaktu

usia Tn.A 13 tahun. Sedangkan ibunya meninggal karna kelumpuhan di

waktu usia Tn.A 35 tahun.

11. Pemeriksaan Fisik

a.     Vital sign

       TD    :150/90 Mmhg

       RR    :         28 x/i

       Pols   :         84 x/i

       Temp:          36,7 c

b.       Pemeriksaan lain

1. Kepala

Bentuk kepala Tn.A bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut

acak - acakan dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe

dan bau yang khas. Dan Tn.A juga mengaku sering mengalami sakit

dan gatal pada kulit kepala.

2. Mata

Tn.A mengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut. Dan

mata Tn.A hanya satu yang bisa melihat dan satunya kabur. .Hal itu

dikarenakan adanya trauma yang terjadi pada Tn.A sehingga

mengakibatkan mata kanannya tidak lagi berfungsi.Tn.A tidak

menggunakan kacamata, sehingga dengan begitu Tn.A tidak terlalu

bisa melihat dengan baik.

28
Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada

mata sebelah kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan

baik dikarenakan usia lanjut.

3. Telinga

Pendengaran Tn.A tidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.A tidak bisa

mendengar detak jarum jam, serumen ada dalam batas normal. Di

dalam telinga Tn.A tidak ada keluar cairan maupun peradangan. Dan

Tn.A juga tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.A tidak lagi bisa

mendengar dengan baik dikarenakan usia Tn.A yang semakin

bertambah.

4. Hidung

Tn.A dapat mencium dengan baik. Didalam hidung tidak terdapat

polip dan tidak ada obstruksi didalam hidung. Dan didalam hidung

Tn.A juga tidak ditemukan adanya pendarahan maupun peradangan.

Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.A masih bisa mencium dengan

baik.

5. Mulut

Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat. Gigi Tn.A hanya tinggal

12 batang itu pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat

agak kotor dan pucat. Tn.A mengalami perubahan suara. Suara sesak,

dan Tn.A mengalami kesulitan menelan.

29
Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.A sulit untuk mengunyah

dikarenakan gigi yang semakin lama semakin habis keropos dan

adanya karies pada gigi Tn.A

6. Leher

Pada leher Tn.A tidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid.

Nyeri tidak ada, dan pada leher Tn.A juga tidak ditemukan benjolan.

7. Payudara

Ukuran dan bentuk payudara Tn.A normal. Dan tidak ditemukan

adanya kelainan pada payudara Tn.A Dan pada payudara Tn.A juga

tidak ditemukan adanya benjolan dan pembengkakan serta tidak ada

keluar cairan dari putting susu.

8. Pernapasan

Inspeksi : simetris kedua lapangan paru

Perkusi  : sonor kedua lapangan paru

Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru

Auskultasi :vesikuler kedua lapangan paru

9. Kardiovaskuler

Tn.A sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.A

sering mengalami sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.A

meminum neo napacin 1x dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki,

Tn.A dapat berjalan dengan baik, dan terdapat perubahan warna kaki

pada Tn.A

10. Gastrointestinal

30
Tn.A mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi.dan

Tn.A juga mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati.

Tetapi walaupun Tn.A mengalami disfagia tetapi Tn.A masih dapat

mencerna makanan dengan baik, walaupun sedikit demi sedikit.

11. Musculoskeletal

Tn.A mengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.A

tidak mempunyai masalah dengan cara berjalan. Tn.A masih bisa

berjalan sendiri tanpa menggunakan alat bantu seperti tongkat.

12. Sistem saraf pusat

Tn.A mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.A mengatakan

kalau dirinya belum pernah mengalami kejang dan serangan jantung.

Karena semakin meningkatnya usia maka Tn.A mengalami masalah

pada memorinya, sehingga Tn.A tidak mampu mengingat semua masa

lalunya.

13. Sistem endokrin

Tn.A mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat

kembali jika diberi respon, dan Tn.A juga menagalami perubahan pada

rambut, rambut Tn.A  putih dengan uban.

14. Integument

Tn.A mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu

dikarenakan karena Tn.A tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan

dirinya, sehingga kulitnya sering mengalami gatal - gatal.

15. Psikososial

31
Tn.A mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.A

juga mengaku kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan

hidupnya. Dan Tn.A juga mengatakan kalau dia sering mengalami

kesulitan dalam berkonsentrasi.

B. ANALISA DATA

No                      Data Penunjang            Etiologi      Masalah


1. Data Subjektif : Katarak
 Klien mengatakan pandangan Gangguan
tidak jelas, pandangan berkabut. persepsi
Ketidakseimbangan
 Silau terhadap cahaya sensori :
 Terasa berasap-asap protein larut dan tidak Penglihatan
larut
Data Objektif :
 Visus
Peningkatan protein
OD : 1/60
 Penurunan ketajaman penglihatan yang tidak dapat
 Terdapat kekeruhan pada lensa diserap dan penurunan
mata beerwarna putih sintesa protein
 Tampak Nucleus

Membentuk masa yang


transparan disekitar
lensa

Penumpukan cairan

Jalan cahaya ke lensa


terhambat

Penurunan penglihatan

32
Gangguan persepsi
sensori : Penglihatan
2. Data Subjektif : Rencana Tindakan
 Pasien mengatakan cemas dan Operasi Pheco + IOL Ansietas
takut jika mau di operasi
OD
matanya.

Data Objektif :
 Nadi meningkat, tekanan darah Ekspresi wajah tampak
meningkat, wajah tampak gelisah tidak tenang
 TD : 150/90
Kurangnya informasi
 Nadi: 88 x/m
 Pernafasan : 24 x/m tentang prosedur atau
 Suhu : 36,7 c tindakan pembedahan
yang akan di lakukan

Ansietas

3. Data Subjektif : Katarak


 Klien mengatakan khawatir
terhadap luka pada mata OD Resiko
nya . Tindakan pembedahan tinggi
Data Objektif : infeksi
 Mata OD klien terpasang verban
Post Op Adanya luka
 Tampak tenang insisi

Infeksi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi sensori b/d gangguan penglihatan

2. Ansietas b/d kurang terpaparnya informasi pasca pembedahan

2. Resiko infeski b/d prosedur invansif (Operasi Katarak)

33
34
D. INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Perencanaan Keperawatan dan Rasional pada Tn. A Phaco + IOL OD


di Klinik Utama Mata Silampari Sriwijaya Eye Center Lubuklinggau Tahun 2020

No DIAGNOSA TUJUAN DAN


INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Gangguan persepsi Setelah dilakukan Asuhan NIC : Eye Care 1. Meningkatkan pemahaman dan
sensori berhubungan Keperawatan selama 3x24 meningkatkan kerja sama dengan
1. Kaji informasi tentang kondisi fungsi
dengan gangguan jam diharapkan Gangguan program pasca operasi agar
mata.
penglihatan. persepsi sensori menjadi mengetahui fungsi penglihatan klien.
2. Tekankan pentingnya evaluasi
efektif dengan Kriteria 2. Mempertahankan pengawasan periodic
perawatan rutin pada mata.
Definisi : Hasil : untuk menurunkan resiko komplikasi
3. Informasikan klien untuk menghindari
Perubahan persepsi NOC : yang serius.
obat tetes mata yang di jual bebas.
terhadap stimulus baik Sensori function : vision 3. Dapat bereaksi silang/ campur dengan
4. Tekankan klien untuk menggunakan
internal maupun obat yang diberikan bisa
M1.Menunjukan tanda kaca pelindung mata selama hari
eksternal yang disertai mengakibatkan kerusakan mata yang
dan gejala persepsi pembedahan atau penutup malam hari.
dengan respon yang lebih serius.
dan sensori baik :
berkurang, berlebihan 5. Ajarkan klien cara memakai obat tetes
penglihatan baik.
atau terdistorsi. yang benar dan tepat. 4. Mecegah cedera pada mata dan
-       menurunkan resiko peningkatan TIO
5. Tindakan benar obat dapat
mempercepat kesembuhan kliendan
dapat membatasi absorsi dalam
sirkulasi sistemik.
INTERVENSI
No DIAGNOSA TUJUAN DAN RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Asuhan NIC : Anxiety Reduction 1. Derajat kecemasan akan dipengaruhi
dengan kurang Keperawatan selama 3x24 bagaimana informasi tersebut diterima
1. Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat
terpaparnya informasi jam diharapkan Ansietas oleh individu.
adanya tanda- tanda verbal dan
pasca pembedahan dapat teratasi dengan 2. Mengungkapkan rasa takut secara
nonverbal.
Kriteria Hasil : terbuka dimana rasa takut dapat
2. Beri kesempatan pasien untuk
Definisi : NOC : Anxiety self-control ditujukan.
mengungkapkan isi pikiran dan
Kondisi emosi dan 3. Mengetahui respon fisiologis yang
-     1. Klien mampu perasaan takutnya.
pengalaman subjektif ditimbulkan akibat kecemasan.
3. Observasi tanda vital dan peningktana
individu terjadap objek mengidentifikasi dan 4. Meningkatkan pengetahuan pasien
respon fisik pasien.
yang tidak jelas dan mengungkapkan dalam rangka mengurangi kecemasan
4. Beri penjelasan pasien tentang prosedur
spesifik akibat gejala cemas. dan kooperatif.
tindakan operasi, harapan dan
antisipasi bahaya yang 5. Mengurangi kecemasan dan
-     2. Klien mampu akibatnya.
memungkinkan meningkatkan pengetahuan .
mengontol cemas. 5. Dorong klien untuk mengungkapkan
individu melakukan
persaan, ketakutan dan persepsinya.
tindakan untuk -    3. Vital sign dalam
menghadapi ancaman. batas normal.
TD : 130/80

RR: 21x/m

Nadi : 80x/m

Suhu ; 36,6 C

-     4.  Postur tubuh,

ekspresi wajah,

bahasa tubuh dan

tingkat aktivfitas

klien menunjukkan

berkurangnya

kecemasan.
INTERVENSI
No DIAGNOSA RASIONAL
KEPERAWATAN

TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan Asuhan NIC : Infection Control 1. Mencuci tangan adalah praktik yang
berhubungan dengan Keperawatan selama 3x24 paling penting untuk mencegah
1. Cuci tangan dengan 6 langkah benar,
prosedur invansif jam diharapkan Resiko kontaminasi silang serta mengontrol
sebelum dan setelah menyentuh bagian
(Operasi Katarak) infeksi dapat teratasi dengan infeksi dalam ruang perawatan.
mata serta sebelum dan setelah melakukan
Kriteria hasil : 2. Penularan pada mata dapat terjadi
tindakan.
Definisi : Beresiko NOC : secara langsung dan cepat.
2. Hindari faktor-faktor yang dapat
mengalami peningkatan Risk Control 3. Tindakan untuk menghindari terjadinya
membawa infeksi, seperti : Tindakan non
terserang organisme 1. Tidak terdapat tanda- infeksi pada mata.
steril, membatasi pengunjung dan
patogenik. tanda infeksi. 4. Menghindari penularan penyakit infeksi
lingkungan yang kotor
2. Klien mengetahui pada mata.
3. Pertahankan teknik aseptik dalam setiap
bagaimana faktor yang 5. Penggunaan untuk mencegah
tindakan (seperti sterilisasi alat dan
mempengaruhi infeksi serta pertumbuhan dan perkembangan kuman.
desinfeksi).
penatalaksanaanya.
4. Lakukan perawatan post operasi katarak
3. Leukosit dalam batas dengan kasa steril/bersih tiap hari
normal. 5. Instruksikan klien untuk minum
4. Menunjukan perilaku antibiotik sesuai resep.
hidup sehat.

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Tn. A Post OP Phaco + IOL OD di Klinik Utama Mata Silampari
Sriwijaya Eye Center Lubuklinggau Tahun 2020.

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


Dx

1. Senin, 16 Gangguan persepsi sensori Senin , 16 Oktober 2020 Senin , 16 Oktober 2020
Oktober 2020 berhubungan dengan 16. 00 WIB 20. 00 WIB
gangguan penglihatan.
Mengkaji informasi tentang S : Klien mengatakan
kondisi fungsi mata. penglihatan mata OD Kabur
O : - Mata OD terdapat Luka
16.10 WIB Operasi
 Menekankan pentingnya
- Mata OD tertutup
evaluasi perawatan
rutin pada mata. kasa steril
A : Masalah Keperawatan
16.20 WIB
Gangguan persepsi sensori
Menginformasikan klien
penglihatan belum teratasi
untuk menghindari obat tetes
P : Intervensi di lanjutkan
mata yang di jual bebas.
16. 30 WIB
Menekankan klien untuk
menggunakan kaca
pelindung mata selama hari
pembedahan atau penutup
malam hari.

16.40 WIB
Mengajarkan klien memakai
obat tetes yang benar dan
tepat.
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
No Hari/Tanggal Ansietas berhubungan
Senin , 16 Oktober 2020 Paraf
Dx
dengan kurang terpaparnya Senin , 16 Oktober 2020
16. 00 WIB
2 Senin, 16 informasi pasca pembedahan 20. 00 WIB
Oktober 2020 Mengkaji tingkat kecemasan
S : - Klien mengatakan sudah
pasien dan catat adanya
sedikit tenang
tanda- tanda verbal dan
O : - Klien tampak mulai
nonverbal.
tenang
- TTV :
16.10 WIB
Memberikan kesempatan - TD : 140/90

pasien untuk - RR : 21 x/m

mengungkapkan isi pikiran - Nadi : 82 x/m


- Suhu : 36.6°C
dan perasaan takutnya. A : Masalah Keperawatan
Ansietas sudah mulai teratasi
16.20 WIB P : Intervensi di lanjutkan
Mengobservasi tanda vital
dan peningktana respon fisik
pasien.
16. 30 WIB
Mmberikan penjelasan
pasien tentang prosedur
tindakan operasi, harapan
dan akibatnya.

16.40 WIB
Mendorong klien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan dan persepsinya.
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
Implementasi
Hari/Tanggal Resiko infeksi berhubungan Paraf
dengan prosedur invansif Senin , 16 Oktober 2020
Senin , 16 Oktober 2020
No
(Operasi Katarak). 20. 00 WIB
Dx Senin, 16 16. 00 WIB
Oktober 2020 S : Klien mengatakan mata
3 Mencuci tangan dengan 6
OD terasa panas dan sedikit
langkah benar, sebelum dan
pedih
setelah menyentuh bagian
O : - Pada mata OD tertutp
mata serta sebelum dan
kasa steril.
setelah melakukan tindakan.
- Mata OD Post
Operasi Katarak
16.10 WIB
Merah
Menghindari faktor-faktor
A : Masalah Keperawatan
yang dapat membawa
Resiko Infeksi belum terjadi.
infeksi, seperti : Tindakan P : Intervensi di lanjutkan
non steril, membatasi
pengunjung dan lingkungan
yang kotor

16.20 WIB
Mempertahankan teknik
aseptik dalam setiap tindakan
(seperti sterilisasi alat dan
desinfeksi).

16.30 WIB
Melakukan perawatan post
operasi katarak dengan kasa
steril/bersih tiap hari

16.40 WIB
Menginstruksikan klien
untuk minum antibiotik
sesuai resep.
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Gangguan persepsi sensori
Selasa, 17 Oktober 2020
berhubungan dengan Selasa , 17 Oktober 2020
Hari/Tanggal Paraf
gangguan penglihatan. 16. 00 WIB
20. 00 WIB
No Mengkaji informasi tentang S : Klien mengatakan
Dx Selasa, 17 kondisi fungsi mata. penglihatan mata OD masih
Oktober 2020
1. Kabur.
16.10 WIB
 Menekankan pentingnya - Pandangan mata masih

evaluasi perawatan silau tapi apabila

rutin pada mata. menggunakan kacamata klien


mulai dapat melihat
16.20 WIB O : - Klien memakai
Menginformasikan klien
kacamata katarak
untuk menghindari obat tetes
- Kasa streil sudah
mata yang di jual bebas. mulai dibuka.
- Klien dibatasi
16. 30 WIB aktivitasnya hanya
Menekankan klien untuk
boleh bedrest
menggunakan kaca
diruangan.
pelindung mata selama hari
A : Masalah Keperawatan
pembedahan atau penutup
Gangguan persepsi sensori
malam hari.
penglihatan sudah teratasi
sebagian.
16.40 WIB
Mengajarkan klien memakai P : Intervensi tetap di
obat tetes yang benar dan lanjutkan
tepat.

2. Selasa, 17 Ansietas berhubungan Selasa , 17 Oktober 2020 Selasa, 17 Oktober 2020


Oktober 2020 dengan kurang terpaparnya 16. 00 WIB 20. 00 WIB
informasi pasca pembedahan
Mengkaji tingkat kecemasan S : - Klien mengatakan sudah
pasien dan catat adanya tenang dan tidak cemas lagi
tanda- tanda verbal dan O : - Klien tampak tenang
nonverbal. - Ekspresi wajah klien
sudah rileks
16.10 WIB - TTV :
Memberikan kesempatan
- TD : 140/90
pasien untuk
- RR : 21 x/m
mengungkapkan isi pikiran
- Nadi : 82 x/m
dan perasaan takutnya.
- Suhu : 36.6°C
A : Masalah Keperawatan
16.20 WIB
Ansietas sudah teratasi
Mengobservasi tanda vital
P : Intervensi di hentikan.
dan peningktana respon fisik
pasien.

16. 30 WIB
Mmberikan penjelasan
pasien tentang prosedur
tindakan operasi, harapan
dan akibatnya.
16.40 WIB
Mendorong klien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan dan persepsinya.

Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


No Hari/Tanggal Paraf
Dx
Resiko infeksi berhubungan Selasa , 17 Oktober 2020 Selasa , 17 Oktober 2020
3. Selasa, 17
Oktober 2020 dengan prosedur invansif 16. 00 WIB 20. 00 WIB
(Operasi Katarak). S : Klien mengatakan mata
Mencuci tangan dengan 6
OD terasa kaku tapi sudah
langkah benar, sebelum dan
tidak panas dan pedih lagi
setelah menyentuh bagian
O : - Kasa steril pada mata
mata serta sebelum dan
OD sudah dibuka.
setelah melakukan tindakan.
- Mata OD Post
Operasi Katarak
16.10 WIB
sudah tidak Merah
Menghindari faktor-faktor
lagi.
yang dapat membawa
A : Masalah Keperawatan
infeksi, seperti : Tindakan Resiko Infeksi belum terjadi.
non steril, membatasi P : Intervensi di lanjutkan.
pengunjung dan lingkungan
yang kotor

16.20 WIB
Mempertahankan teknik
aseptik dalam setiap tindakan
(seperti sterilisasi alat dan
desinfeksi).

16.30 WIB
Melakukan perawatan post
operasi katarak dengan kasa
steril/bersih tiap hari

16.40 WIB
Menginstruksikan klien
untuk minum antibiotik
sesuai resep.

Diagnosa Keperawatan Evaluasi

Implementasi
No Hari/Tanggal Paraf
Dx

1. Rabu, 18 Gangguan persepsi sensori Rabu, 18 Oktober 2020 Rabu , 18 Oktober 2020
Oktober 2020 berhubungan dengan 16. 00 WIB 20. 00 WIB
gangguan penglihatan.
Mengkaji informasi tentang S : Klien mengatakan
kondisi fungsi mata. penglihatan mata OD sudah
mulai membaik.
16.10 WIB - Pandangan mata masih
 Menekankan pentingnya
silau tapi apabila
evaluasi perawatan
menggunakan kacamata klien
rutin pada mata.
mulai dapat melihat dengan
jelas.
16.20 WIB
Menginformasikan klien - Visus pada Mata OD naik
untuk menghindari obat tetes Visus Pre OP : 1/60
mata yang di jual bebas. Visus Post Op : 6/18

16. 30 WIB O : - Klien memakai


Menekankan klien untuk
kacamata katarak
menggunakan kaca
- Kasa streil sudah
pelindung mata selama hari
dibuka.
pembedahan atau penutup
- Klien boleh
malam hari.
beraktivitas ringan.
A : Masalah Keperawatan
16.40 WIB
Mengajarkan klien memakai Gangguan persepsi sensori
obat tetes yang benar dan penglihatan sudah teratasi.
tepat. P : Intervensi dihentikan
Resiko infeksi berhubungan klien pulang.
dengan prosedur invansif Rabu , 18 Oktober 2020
2. Rabu, 18
Oktober 2020 (Operasi Katarak). 16. 00 WIB Rabu , 18 Oktober 2020

Mencuci tangan dengan 6 20. 00 WIB


langkah benar, sebelum dan S : Klien mengatakan mata
setelah menyentuh bagian OD sudah tidak kaku ,tidak
mata serta sebelum dan panas dan tidak pedih lagi.
setelah melakukan tindakan. - Keluarga klien
mengatakan setiap
16.10 WIB pagi dan sore tempat
Menghindari faktor-faktor tidur selalu
yang dapat membawa dibersihkan.
infeksi, seperti : Tindakan O : - Kasa steril pada mata
non steril, membatasi OD sudah dibuka.
pengunjung dan lingkungan - Mata OD Post
yang kotor Operasi Katarak
sudah tidak Merah
16.20 WIB lagi.
Mempertahankan teknik A : Masalah Keperawatan
aseptik dalam setiap tindakan Resiko Infeksi tidak terjadi.
(seperti sterilisasi alat dan P : Intervensi di hentikan
desinfeksi). klien pulang.

16.30 WIB
Melakukan perawatan post
operasi katarak dengan kasa
steril/bersih tiap hari

16.40 WIB
Menginstruksikan klien
untuk minum antibiotik
sesuai resep.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

   Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang


mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di
dalam mata, seperti melihat air terjun. Katarak adalah keadaan dimana lensa
mata yang biasanya bening menjadi keruh karena hidrasi lensa,
denaturasi protein lensa, yang berangsur-angsur penglihatan kabur dan
akhirnya tidak dapat menerima cahaya sehingg dapat menurunkan tajam/
visus penglihatan dan mengurangi luas lapang pandang.
Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses degeneratif atau semakin
bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen
orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang

berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak.

B. SARAN

Dengan dibuatnya Asuhan Keperawatan Medikal Bedah ini diharapkan


mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang
konsep penyakit dan bagaimana perawatannya dalam Asuhan Keperawatan
Pasien dengan Katarak. Serta diharapkan dapat bermanfaat bagi setiap orang
yang membacanya dan dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2.


Jakarta : EGC

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A., C,(2000).Rencana Asuhan


Keperawatan pedoman untuk Perencanaan Keperawatan
Pasien.Edisi:3.Jakarta:EGC

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan


Tindakan Keperawatan Edisi 1 .Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Kriterian


Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indikator


Diagnostik Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan berdasarkan diagnosa


medis & NANDA. Yogyakarta : Mediaction.
Wijaya, A.S., & Putri, Y.M. (2013). Keperawatan medikal bedah. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Tamsuri, A.( 2004). Klien Gangguan Mata & Penglihatan.
Jakarta: EGC.
Nurarif Huda Amin, Kusuma Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Nanda NIC-NOC edisi revisi jilid 2, Jakarta : Mediaction Publishing

Anda mungkin juga menyukai