A DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI POST OP KATARAK
DI SILAMPARI SRIWIJAYA EYE CENTER LUBUKLINGGAU
TAHUN 2020
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
2. Kusmawati 9. Muklisno
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan ini tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan Asuhan
Keperawatan dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI POST OP
KATARAK DI SILAMPARI SRIWIJAYA EYE CENTER
LUBUKLINGGAU TAHUN 2020” yang menurut kami dapat memberikan
mafaat yang besar bagi kita untuk mengetahui bahaya dan penanganan penyakit
ini.
Asuhan keperawatan ini disusun guna memenuhi syarat salah satu tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III. Terimakasih kepada Ibu Ns. Peri
Zuliani, M.Kep selaku dosen pembimbing dan pihak yang telah membantu dan
membimbing kami dalam menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini. Melalui
pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi Asuhan Keperawatan ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami
buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan Asuhan Keperawatan ini dengan
penuh rasa terimakasih dan semoga Allah SWT memberkahi Asuhan
Keperawatan ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Kelompok II
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG.................................................................................5
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................6
1. Apa Pengertian Katarak?..............................................................................6
2. Apa Etiologi Katarak?...................................................................................6
3. Apa Patofisiologi Ktarak?.............................................................................6
4. Apa Manifestasi Klinis Katarak?..................................................................6
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang Katarak?..............................................6
C. TUJUAN......................................................................................................6
1. Mengetahui Pengertian Katarak?..................................................................6
2. Mengetahui Etiologi Katarak?......................................................................6
3. Mengetahui Patofisiologi Ktarak?................................................................6
4. Mengetahui Manifestasi Klinis Katarak?......................................................6
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang Katarak?.............................................6
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
A. KONSEP DASAR TEORI..........................................................................7
B. ETIOLOGI..................................................................................................8
C. MANIFESTASI KLINIS..........................................................................11
D. PATOFISIOLOGI....................................................................................12
E. WOC (WEB OF CAUTION)...................................................................14
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG.............................................................15
G. KOMPLIKASI..........................................................................................15
H. PENATALAKSANAAN MEDIS.............................................................16
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.................................................18
3
1. PENGKAJIAN..........................................................................................18
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN..............................................................20
3. PERENCANAAN......................................................................................21
BAB III..................................................................................................................25
MANAJEMEN KASUS........................................................................................25
BAB IV..................................................................................................................54
PENUTUP..............................................................................................................54
A. KESIMPULAN..........................................................................................54
B. SARAN.......................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................55
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
5
angka kebutaan di Indonesia disebabkan usia harapan hidup orang Indonesia
semakin meningkat, Karena beberapa penyakit mata disebabkan proses
penuaan. Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak
pula penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah
katarak (0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak
merupakan kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang
keruh. Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya. Selama ini katarak
banyak diderita mereka yang berusia tua. Karena itu, penyakit ini sering
diremehkan kaum muda.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi Mata
7
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang
dan mengganggu transmisi sinar.
2. DEFINISI KATARAK
Menurut Nugroho (2015) katarak adalah suatu keadaan dimana
lensa mata yang biasanya bening, transparan menjadi keruh, sehingga
dapat menurunkan tajam/ visus penglihatan dan mengurangi luas lapang
pandang. Menurut Wijaya dan Putri (2016) katarak adalah kekeruhan
(bayangan seperti awan) pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur
penglihatan kabur dan akhirnya tidak dapat menerima cahaya.
Menurut Tamsuri (2015) katarak adalah setiap keadaan kekeruhan
pada lensa yang dapat terjadi karena hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa atau akibat keduanya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa katarak adalah
keadaan dimana lensa mata yang biasanya bening menjadi keruh karena
hidrasi lensa, denaturasi protein lensa, yang berangsur-angsur
penglihatan kabur dan akhirnya tidak dapat menerima cahaya sehingg
dapat menurunkan tajam/ visus penglihatan dan mengurangi luas lapang
pandang.
B. ETIOLOGI
8
bagaimana punkatarak bisa juga timbul akibat trauma pada mata, paparan
yang lama terhadap obat seperti kortikosteroid menyebabkan katarak.
Faktor resiko dari katarak antara lain DM, riwayat keluarga dengan
katarak, penyakit infeksi atau cederamata terdahulu, pembedahan
mata (Mutiarasari dan Handayani, 2015).
9
Jenis- jenis katarak menurut Vaughan, Dale (2014) terbagi atas :
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai.
Satusatunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang
semakin
kabur.
2. Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya.
Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun
mungkin terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit
infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan berbagai sindrom.
b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan
sebab-sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma,
baik tumpul maupun tembus. Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi
mata didapat, diabetes dan obat.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di
lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera
setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa
menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk
kedalam struktur lensa.
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular
pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul
posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit
intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah
uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan
retina.
10
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik
berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis
atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.
6. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai
akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan
nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik
secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan
kekeruhan lensa.
7. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak
traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak
ekstrakapsular.
C. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya, pasien melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan,
silau, dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan
karena kehilangan penglihatan tadi, temuan objektif biasanya meliputi
pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup,
menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama
bertahun-tahun , dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi
yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan .
11
e. Penglihatan kabur pada malam hari
f. Tidak dapat menahan kilau cahaya yang langsung menembus mata
g. Klien merasa seperti melihat awan didepan penglihatannya, menutupi
lensa mata
h. Bila sudah mencapai tahap akhir atau stadium lanjut penderita
katarak akan kehilangan penglihatannya (Tri Ulandari, 2015).
D. PATOFISIOLOGI
Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia di
atas 70 tahun, dapat diperkirakan adanya katarak dalam berbagai derajat,
namun katarak dapat juga diakibatkan oleh kelainan kongenital, atau
penyulit penyakit mata lokal menahun (Tamsuri, 2015). Perubahan fisik dan
kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi, ditandai dengan
adanya perubahanpada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa misalnya dapat menyebabkan
penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi. Sehingga terjadinya pengkabutan pandangan /kekeruhan lensa
sehingga dapat menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu
teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air
ke dalam lensa (Mutiarasari dan Handayani, 2015). Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Katarak
biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda,
dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti Diabetes
Mellitus, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dariproses penuaan
yang normal.
Katarak dapat bersifat kongenital dan dapat diidentifikasi awal,
karena bila tidak dapat terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopiadan
kehilangan permanen. Faktor yang paling berperan yang berperan dalam
terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol,
merokok, Diabetes Mellitus, dan asupan antioksidan yang kurang dalam
jangka waktu lama (Wijaya dan Putri, 2016).
12
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi
jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan.
Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada
obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh (Khalilullah,
2015). Setelah pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia,
lensakontak atau lensa tanam intraokuler (Tamsuri, 2015).
.
E. WOC (WEB OF CAUTION)
13
Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit
proses penuaan bisa diturunkan. metabolik(DM)
Ansietas
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Risiko infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan
persepsi sensori-
perseptual Degenerasi pd lensa
penglihatan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
14
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaucoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik
papiledema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid.
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
(Ilyas S, 2015)
G. KOMPLIKASI
Menurut Wijaya dan Putri (2015) adapun komplikasi penyakit
katarak ini adalah sebagai berikut :
a. Glaukoma
Kelainan yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intraokuler di
dalam bola mata, sehingga lapang pandang mengalami gangguan dan
visusmata menurun.
b. Kerusakan retina
Kerusakan retina dapat terjadi setelah pasca bedah, akibat ada
robekan pada retina, cairan masuk ke belakang dan mendorong retina
atau terjadi penimbunan eksudat di bawah retina sehingga retina
terangkat.
c. Infeksi
Terjadi setelah pasca bedah karena kurangnya perawatan yang tidak
adekuat.
15
c. Dehisens luka
d. Hifema
e. Glaukoma yang menyumbat pupil
f. Ablasio retinag.Infeksi
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tidak dapat diambil dengan
laser. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan
penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya
diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbalik dicapai 20/50 atau
lebih buruk lagi. Pembedahan katarak paling sering dilakukan pada orang
berusia lebih dari 65 tahun. Pembedahannya ada 2 macam yaitu :
a. Ekstraksi Katarak Intra KapsulerIntra catarax extraction(ICCE)
mengeluarkan lensa secara utuh.
b. Ekstraksi Katarak Ekstra KapsulerExtra capsula catarax
extraction(ECCE) : mengeluarkan lensa dengan merobek kapsul bagian
anterior dan meninggalkan kapsul bagian posterior.(Wijaya dan Putri,
2015)
b. Penatalaksanaan bedah
Secara umum, jika penurunan pandangan akibat katarak tidak
mengganggu aktivitas normal, pembedahan mungkin tidak
16
dibutuhkan. Dalam memutuskan kapan pembedahan katarak akan
dilakukan, status fungsional dan status visual pasien harus menjadi
pertimbangan utama. Pilihan bedah mencakup fakoemulsifikasi
(metode pembedahan katarak ekstrakapsular) dan penempatan lensa
(kacamata afakia, lensa kontak, dan lensa okuler yang ditanam).
Katarak diangkat di bawah pengaruh anastesia lokal pada pasien rawat
jalan. Apabila kedua mata mengalami katarak, satu mata ditangani
terlebih dahulu, dengan jeda minimal beberapa minggu, lebih baik
beberapa bulan, baru kemudian dilakukan penanganan pada mata yang
kedua.
c. Penatalaksanaan keperawatan
1) Tunda pemberian antikoagulan yang diterima pasien jika
dibenarkan secara medis. Dalam beberapa kasus, terapi
antikoagulan dapat diteruskan
2) Berikan obat tetes pendilatasi setiap 10 menit untuk empat dosis,
minimal 1 jam sebelum pembedahan. Obat tetes antibiotik,
kortikosteroid, dan obat tetes anti-inflamasi dapat diberikan secara
profilaksis untuk mencegah infeksi dan inflamasi pasca operasi.
3) Berikan instruksi lisan dan tulisan tentang bagaimana
melindungi mata, memberikan obat, mengenali tanda-tanda
komplikasi, dan mendapatkan perawatan darurat.
4) Jelaskan bahwa ketidaknyamanan yang dirasakan seharusnya
minimal setelah pembedahan, dan instruksikan pasien untuk
menggunakan agen analgesik ringan, seperti asetaminofen, sesuai
kebutuhan.
5) Tetes mata atau salep antibiotik, anti-inflamasi, dan
kortikosteroid diresepkan pasca operasi.
1. PENGKAJIAN
17
1) Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan
masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur,
pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Apakah
pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa
yang terakhir diderita pasien.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia
mengenakan kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami
kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada
keluhan dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan
masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral
atau perifer?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau
kakek-nenek.
3) Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan
pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop
(Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus
ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk.
Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci
dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya
terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi
steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang
menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain
18
deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau
kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).
4) Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah
sebagai berikut :
a) Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah
kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien
mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b) Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau
perawatan diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2=
perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4=
tergantung/ tidak mampu.
c) Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti
insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
d) Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang
telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit
mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah,
adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.
e) Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau
kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk
BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.
f) Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara,
mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi.
Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
g) Pola konsep diri
19
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti
harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran
akan dirinya.
h) Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan
menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit
hingga setelah sakit.
i) Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan
adakah masalh saat menstruasi.
j) Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, system
pendukung dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan
keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.
k) Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan atas sakit yang diderita.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen,
keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka Ascan
ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai
alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan
pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini
merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan
implantasi IOL (Smeltzer, 2014).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan penglihatan
2. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
3. Risiko cedera b.d kerusakan penglihatan
20
4. Risiko infeksi b.d prosedur invansif (Operasi Katarak)
5. Ansietas b.d kurang terpaparnya informasi pasca pembedahan
3. PERENCANAAN
21
- Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik
(meningkat)
- Perilaku sesuai dengan dengan pengetahuan (meningkat)
- Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi (menurun)
Intervensi : Edukasi Kesehatan (SIKI)
Observasi :
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan umenerima
informasi
Terapeutik :
2) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4) Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
5) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
6) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
22
3) Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan
ruang rawat (mis. Penggunaan telepon, tempat tidur,
penerangan ruangan dan lokasi kamar mandi)
4) Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami cedera
serius
5) Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah saat
digunakan
6) Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda dalam kondisi
terkunci dan dipasang pengaman
7) Diskusikan mengenai penggunaan alat bantu mobilitas
yang sesuai (mis. Tongkat atau alat bantu jalan)
8) Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat
mendampingi pasien
Edukasi :
9) Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien
dan keluarga
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pada tahap ini perawat mengimplementasikan intervensi yang telah
direncanakan berdasarkan hasil pengkajian dan penegakan diagnosis
keperawatan. Implementasi dari rencana keperawatan yang dibuat
berdasarkan diagnosis yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan dan
hasil sesuai yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status
kesehatan klien. Pada asuhan keperawatan pasien dengan katarak
implementasi yang dilakukan yaitu :
23
4) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit Katarak dan
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat
melakukan kontak dengan klien. Apakah tujuan telah berhasil dicapai?
Selama proses evaluasi perawat membuat keputusan-keputusan klinis dan
secara terus menerus mengarah kembali ke asuhan keperawatan.
24
BAB III
MANAJEMEN KASUS
A. PENGKAJIAN
Alamat : Jl. Aren No. 184 Rt. 001 Kel.
Majapahit
1966
2. Riwayat Keluarga
25
3. Riwayat Pekerjaan
Saat ini Tn.A tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.A
bekerja sebagai petani dan kadang - kadang Tn.A pun berjualan tape untuk
terbuat dari bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.A tidak bertingkat,
dan didalam rumah terdapat dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di
rumah Tn.A tersebut adalah 6 orang, yang mana 3 orang adalah cucu dari
Tn.A. 2 nya Menantu dan anaknya Tetangga terdekat Tn.A adalah Ny. T
5. Riwayat Rekreasi
Tn.A mempunyai hobi berjualan, Tn.A hidup dengan rukun
rekreasi.
Bila Tn.A sakit, Tn.A berobat ke klinik yang tidak jauh dari
tempat tinggalnya.
Sebelum tiggal dipanti, Tn. A tidak mempunyai kegiatan atau
jam dan siangnya Tn.A menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan
26
8. Status kesehatan saat ini
Sejak satu tahun lalu Tn.A mengeluh nyeri di daerah kepala dan
dada.Tn. A mengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.A tidak
tahu kenapa dia terus mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi
setelah Tn.A berobat di klinik baru Tn.A tahu kalau Tn.A sakit
sehari.
dengan ½ porsi, Tn. A mempunyai berat badan : 50 kg, Tn.A tidak punya
Tn.A tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak
pernah mengalami trauma yang mana waktu usia 18 tahun mata Tn.A
itu, Tn.A tidak langsung berobat, karena pada waktu itu menurut
keterangan Tn.A belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.A hanya di
27
darah tinggi. Dan ayah dari Tn.A sendiri telah meninggal dunia sewaktu
a. Vital sign
1. Kepala
Bentuk kepala Tn.A bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut
dan bau yang khas. Dan Tn.A juga mengaku sering mengalami sakit
2. Mata
mata Tn.A hanya satu yang bisa melihat dan satunya kabur. .Hal itu
28
Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada
mata sebelah kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan
3. Telinga
Pendengaran Tn.A tidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.A tidak bisa
dalam telinga Tn.A tidak ada keluar cairan maupun peradangan. Dan
Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.A tidak lagi bisa
bertambah.
4. Hidung
polip dan tidak ada obstruksi didalam hidung. Dan didalam hidung
baik.
5. Mulut
Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat. Gigi Tn.A hanya tinggal
12 batang itu pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat
agak kotor dan pucat. Tn.A mengalami perubahan suara. Suara sesak,
29
Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.A sulit untuk mengunyah
6. Leher
Nyeri tidak ada, dan pada leher Tn.A juga tidak ditemukan benjolan.
7. Payudara
adanya kelainan pada payudara Tn.A Dan pada payudara Tn.A juga
8. Pernapasan
9. Kardiovaskuler
sering mengalami sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.A
Tn.A dapat berjalan dengan baik, dan terdapat perubahan warna kaki
pada Tn.A
10. Gastrointestinal
30
Tn.A mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi.dan
Tn.A juga mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati.
11. Musculoskeletal
lalunya.
kembali jika diberi respon, dan Tn.A juga menagalami perubahan pada
14. Integument
15. Psikososial
31
Tn.A mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.A
juga mengaku kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan
B. ANALISA DATA
Penumpukan cairan
Penurunan penglihatan
32
Gangguan persepsi
sensori : Penglihatan
2. Data Subjektif : Rencana Tindakan
Pasien mengatakan cemas dan Operasi Pheco + IOL Ansietas
takut jika mau di operasi
OD
matanya.
Data Objektif :
Nadi meningkat, tekanan darah Ekspresi wajah tampak
meningkat, wajah tampak gelisah tidak tenang
TD : 150/90
Kurangnya informasi
Nadi: 88 x/m
Pernafasan : 24 x/m tentang prosedur atau
Suhu : 36,7 c tindakan pembedahan
yang akan di lakukan
Ansietas
Infeksi
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
33
34
D. INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
RR: 21x/m
Nadi : 80x/m
Suhu ; 36,6 C
ekspresi wajah,
tingkat aktivfitas
klien menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.
INTERVENSI
No DIAGNOSA RASIONAL
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan Asuhan NIC : Infection Control 1. Mencuci tangan adalah praktik yang
berhubungan dengan Keperawatan selama 3x24 paling penting untuk mencegah
1. Cuci tangan dengan 6 langkah benar,
prosedur invansif jam diharapkan Resiko kontaminasi silang serta mengontrol
sebelum dan setelah menyentuh bagian
(Operasi Katarak) infeksi dapat teratasi dengan infeksi dalam ruang perawatan.
mata serta sebelum dan setelah melakukan
Kriteria hasil : 2. Penularan pada mata dapat terjadi
tindakan.
Definisi : Beresiko NOC : secara langsung dan cepat.
2. Hindari faktor-faktor yang dapat
mengalami peningkatan Risk Control 3. Tindakan untuk menghindari terjadinya
membawa infeksi, seperti : Tindakan non
terserang organisme 1. Tidak terdapat tanda- infeksi pada mata.
steril, membatasi pengunjung dan
patogenik. tanda infeksi. 4. Menghindari penularan penyakit infeksi
lingkungan yang kotor
2. Klien mengetahui pada mata.
3. Pertahankan teknik aseptik dalam setiap
bagaimana faktor yang 5. Penggunaan untuk mencegah
tindakan (seperti sterilisasi alat dan
mempengaruhi infeksi serta pertumbuhan dan perkembangan kuman.
desinfeksi).
penatalaksanaanya.
4. Lakukan perawatan post operasi katarak
3. Leukosit dalam batas dengan kasa steril/bersih tiap hari
normal. 5. Instruksikan klien untuk minum
4. Menunjukan perilaku antibiotik sesuai resep.
hidup sehat.
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Tn. A Post OP Phaco + IOL OD di Klinik Utama Mata Silampari
Sriwijaya Eye Center Lubuklinggau Tahun 2020.
1. Senin, 16 Gangguan persepsi sensori Senin , 16 Oktober 2020 Senin , 16 Oktober 2020
Oktober 2020 berhubungan dengan 16. 00 WIB 20. 00 WIB
gangguan penglihatan.
Mengkaji informasi tentang S : Klien mengatakan
kondisi fungsi mata. penglihatan mata OD Kabur
O : - Mata OD terdapat Luka
16.10 WIB Operasi
Menekankan pentingnya
- Mata OD tertutup
evaluasi perawatan
rutin pada mata. kasa steril
A : Masalah Keperawatan
16.20 WIB
Gangguan persepsi sensori
Menginformasikan klien
penglihatan belum teratasi
untuk menghindari obat tetes
P : Intervensi di lanjutkan
mata yang di jual bebas.
16. 30 WIB
Menekankan klien untuk
menggunakan kaca
pelindung mata selama hari
pembedahan atau penutup
malam hari.
16.40 WIB
Mengajarkan klien memakai
obat tetes yang benar dan
tepat.
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
No Hari/Tanggal Ansietas berhubungan
Senin , 16 Oktober 2020 Paraf
Dx
dengan kurang terpaparnya Senin , 16 Oktober 2020
16. 00 WIB
2 Senin, 16 informasi pasca pembedahan 20. 00 WIB
Oktober 2020 Mengkaji tingkat kecemasan
S : - Klien mengatakan sudah
pasien dan catat adanya
sedikit tenang
tanda- tanda verbal dan
O : - Klien tampak mulai
nonverbal.
tenang
- TTV :
16.10 WIB
Memberikan kesempatan - TD : 140/90
16.40 WIB
Mendorong klien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan dan persepsinya.
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
Implementasi
Hari/Tanggal Resiko infeksi berhubungan Paraf
dengan prosedur invansif Senin , 16 Oktober 2020
Senin , 16 Oktober 2020
No
(Operasi Katarak). 20. 00 WIB
Dx Senin, 16 16. 00 WIB
Oktober 2020 S : Klien mengatakan mata
3 Mencuci tangan dengan 6
OD terasa panas dan sedikit
langkah benar, sebelum dan
pedih
setelah menyentuh bagian
O : - Pada mata OD tertutp
mata serta sebelum dan
kasa steril.
setelah melakukan tindakan.
- Mata OD Post
Operasi Katarak
16.10 WIB
Merah
Menghindari faktor-faktor
A : Masalah Keperawatan
yang dapat membawa
Resiko Infeksi belum terjadi.
infeksi, seperti : Tindakan P : Intervensi di lanjutkan
non steril, membatasi
pengunjung dan lingkungan
yang kotor
16.20 WIB
Mempertahankan teknik
aseptik dalam setiap tindakan
(seperti sterilisasi alat dan
desinfeksi).
16.30 WIB
Melakukan perawatan post
operasi katarak dengan kasa
steril/bersih tiap hari
16.40 WIB
Menginstruksikan klien
untuk minum antibiotik
sesuai resep.
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Gangguan persepsi sensori
Selasa, 17 Oktober 2020
berhubungan dengan Selasa , 17 Oktober 2020
Hari/Tanggal Paraf
gangguan penglihatan. 16. 00 WIB
20. 00 WIB
No Mengkaji informasi tentang S : Klien mengatakan
Dx Selasa, 17 kondisi fungsi mata. penglihatan mata OD masih
Oktober 2020
1. Kabur.
16.10 WIB
Menekankan pentingnya - Pandangan mata masih
16. 30 WIB
Mmberikan penjelasan
pasien tentang prosedur
tindakan operasi, harapan
dan akibatnya.
16.40 WIB
Mendorong klien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan dan persepsinya.
16.20 WIB
Mempertahankan teknik
aseptik dalam setiap tindakan
(seperti sterilisasi alat dan
desinfeksi).
16.30 WIB
Melakukan perawatan post
operasi katarak dengan kasa
steril/bersih tiap hari
16.40 WIB
Menginstruksikan klien
untuk minum antibiotik
sesuai resep.
Implementasi
No Hari/Tanggal Paraf
Dx
1. Rabu, 18 Gangguan persepsi sensori Rabu, 18 Oktober 2020 Rabu , 18 Oktober 2020
Oktober 2020 berhubungan dengan 16. 00 WIB 20. 00 WIB
gangguan penglihatan.
Mengkaji informasi tentang S : Klien mengatakan
kondisi fungsi mata. penglihatan mata OD sudah
mulai membaik.
16.10 WIB - Pandangan mata masih
Menekankan pentingnya
silau tapi apabila
evaluasi perawatan
menggunakan kacamata klien
rutin pada mata.
mulai dapat melihat dengan
jelas.
16.20 WIB
Menginformasikan klien - Visus pada Mata OD naik
untuk menghindari obat tetes Visus Pre OP : 1/60
mata yang di jual bebas. Visus Post Op : 6/18
16.30 WIB
Melakukan perawatan post
operasi katarak dengan kasa
steril/bersih tiap hari
16.40 WIB
Menginstruksikan klien
untuk minum antibiotik
sesuai resep.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN