Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS JURNAL - JURNAL SEPUTAR MASALAH

KEPERAWATAN KRITIS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

ANGGOTA :

1. DWI ASTUTI 6. SUGIYANTO


2. FITRIANI 7. SUMALI
3. FITRIYADI 8. TRIA SEFRIDA
4. MUTIA ANNISA 9. ULFA KHUSMIAH
5. PONINGSIH 10. YULIA WINDARI

Dosen Pengajar :Ns. Nunu Harison, S. Kep, M. Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA


BENGKULU

TAHUN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan
Kritis ini yang berjudul “Analisa Jurnal-Jurnal Seputar Masalah Keperawatan
Kritis”

Tujuan pembuatan Asuhan Keperawatan ini adalah untuk memenuhi salah


satu persyaratan tugas dalam perkulihan. Kami menyadari dalam pembuatan
tugas ini masih banyak terdapat kekurangan, hal ini dikarenakan keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki oleh kami. Namun berkat bantuan dan bimbingan serta
arahan dari berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan ini tepat pada waktunya.

Dalam pembuatan tugas ini, kami menyadari masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan dengan tangan terbuka kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan pada masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Lubuklinggau, Januari 2022


Jurnal Keperawatan Silampari
Volume 3, Nomor 2, Juni 2020
e-ISSN: 2581-1975
p-ISSN: 2597-7482
DOI: https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1049

RELAKSASI PERNAFASAN DENGAN TEKNIK BALLON BLOWING


TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN
PADA PASIEN PPOK

Ni Made Dwi Yunica Astriani1, Putu Indah Sintya Dewi2, Kadek Hendri Yanti3
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng1,2,3
astrianiyunica1@gmail.com1

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh relaksasi pernafasan
dengan teknik ballon blowing terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien PPOK.
Desain penelitian menggunakan rancangan one group pre-post test design. Hasil
penelitian pada 30 responden PPOK menunjukkan prevalensi jenis kelamin sebagian
besar responden berjenis kelamin laki-laki 73,3 % dengan usia rata-rata 61,87 dengan
rentang umur 45- 80 tahun, rata-rata (mean) pre-test adalah 89,27 dan rata-rata (mean)
post-test adalah 94,53 dengan p-value 0,000. Simpulan, terdapat pengaruh relaksasi
pernafasan dengan teknik ballon blowing terhadap peningkatan saturasi oksigen pada
pasien PPOK di RSUD Kabupaten Buleleng.

Kata Kunci : Peningkatan Saturasi Oksigen, PPOK, Teknik Ballon Blowing

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of respiratory relaxation with the
ballon blowing technique on increasing oxygen saturation in COPD patients. The study
design used a one group pre-post test design. The results of the 30 COPD respondents
showed the gender prevalence of the majority of male respondents 73.3% with an
average age of 61.87 with an age range of 45-80 years, the mean (pre-test) was 89, 27
and the post-test mean is 94.53 with a p-value of 0,000. Conclusions, there Is An
Influence of breathing relaxation with ballon blowing technique on increasing oxygen
saturation in COPD patients in RSUD Buleleng Regency.

Keywords: Increased Oxygen Saturation, COPD, Ballon Blowing Technique

PENDAHULUAN
Penelitian yang pernah dilakukan Juniadin et al, (2019) dengan responden pasien
dewasa, rata-rata umur ditas 65 tahun menggunakan rancangan pre dan pos test desain
yang menyatakan latihan pernafasan pursed lip breathing berguna untuk memperbaiki
ventilasi, meningkatkan kerja otot abdoman dan toraks. Penelitian ini juga menyatakan
terdapat peningkatan saturasi oksigen setelah diberikan intervensi meniup balon dan lip
breathing.
Penelitian yang dilakukan oleh Suryadinata (2018) mengatakan peningkatan
jumlah radikal bebas dapat berpengaruh pada inflamasi tubuh. Peningkatan tersebut
dapat memicu inflamasi pada saluran pernafasan. Paparan asap rokok menimbulkan
ketidakseimbangan jumlah radikal bebas yang dihasilkan dalam tubuh. Merokok

426
2020. Jurnal Keperawatan Silampari (JKS) 3 (2) 426-435

merupakan salah satu penyebab terjadinya PPOK. Perokok berat merupakan penyebab
kematian akibat PPOK terkait dengan banyaknya rokok yang dihisap, umur pertama
merokok dan status terakhir merokok. Selain itu penyebab PPOK yaitu polusi udara
semakin kotor udara, semakin banyak pula kotoran yang masuk kedalam saluran
pernapasan manusia. Polutan udara ini dapat berupa asap, debu, gas, maupun uap.
Semakin seseorang terpapar polutan maka semakin mudah dan semakin cepat seseorang
mengalami penyakit saluran pernapasan kronik.
Prevalensi merokok pada populasi usia 10-18 tahun meningkat dari 7,2 % pada
tahun 2013 dan 9,1 % pada tahun 2018. Di Bali prevalensi merokok meningkat dari 20
% pada tahun 2013 dan 23,5 % tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawardani et al, (2017) menunjukkan bahwa
riwayat penyakit PPOK pada penduduk berumur 30 tahun keatas ditemukan sebesar
3,7%. Prevalensi cendrung laki-laki lebih tinggi (4,2% dibandingkan dengan perempuan
3,3%). Sedangkan pada umur, prevalensi PPOK meningkat pada kelompok lanjut usia
yaitu sebesar 7,9%.
Latihan pernafasan dapat dilakukan dalam beberapa posisi karena distribusi udara
dan sirkulasi pulmonal beragam sesuai dengan posisi dada. Hal ini sejalan dengan hasil
jurnal Mertha et al, (2018) didapatkan hasil bahwa nilai saturasi oksigen sebelum
dilakukan intervensi rata-rata sebesar 89,80% dan setelah dilakukan intervensi rata-rata
sebesar 92.20% dengan selisih rat-rata sebesar 0,5%. Hal ini menunjukkan bahwa
intervensi deep breathing exercise dapat meningkatkan saturasi oksigen pada pasien
PPOK.
Penelitian yang dilakukan oleh Harun, Anantasari (2019) yang dibagi menjadi dua
kelompok yanitu kelompok perlakuan diberikan pernafasan difragma sedangkan
kelompok kontrol diberikan terapi farmakologis. Hasil penelitian menunjukkan
peningkatatan pada kelompok perlakuan 0,74 % dibandingkan kelompok control.
Pernafasan difragma meningkatkan peran difragma melakukan respirasi untuk tekanan
inspirasi sehingga udara lebih banyak masuk ke paru-paru.
Adapun penelitian yang mendukung asumsi diatas yaitu menurut Tarigan, Juliandi
(2018) dengan hasil terdapat peningkatan saturasi oksigen setelah diberika intervensi.
Dengan rata-rata saturasi oksigen sebelum diberikan intervensi yaitu 96,72%. rata–rata
saturasi oksigen setelah diberikan intervensi yaitu 98,11%, ada pengaruh latihan nafas
pursed lip breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen penderita PPOK dengan
nilai p= 0,00.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahidati et al, (2019) suatu penelitian quasi
eksperimental dengan jumlah sampel 34 responden didapatkan hasil pursed lips
breathing lebih efektif dengan rata-rata 1,23 dibandingkan dengan tripod position 0,29.
Latiahan nafas dapat membantu meningkatkan masuknya oksigen ke alveoli sehingga
meningkatkan saturasi oksigen.
Saturasi oksigen pasien PPOK dapat ditingkatkan dengan terapi nonfarmakologi
yaitu relaksasi pernafasan yaitu nafas dalam diindikasikan pada pasien PPOK dan
dispnea. Latihan relaksasi pernafasan dapat meningkatkan inflasi alveolar maksimal,
meningkatkan relaksasi otot, meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran
gas, menghilangkan ansietas, dan mengurangi kerja pernafasan. Latihan pernafasan
dapat dilakukan dalam beberapa posisi karena distribusi udara dan sirkulasi pulmonal
beragam sesuai dengan posisi dada. Hal ini sejalan dengan hasil jurnal Mertha et al,
(2018) menunjukkan bahwa nilai saturasi oksigen sebelum dilakukan intervensi rata-
rata sebesar 89,80% dan setelah dilakukan intervensi rata-rata sebesar 92.20% dengan

427
2020. Jurnal Keperawatan Silampari (JKS) 3 (2) 426-435

selisih rat-rata sebesar 0,5%. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi deep breathing
exercise dapat meningkatkan saturasi oksigen pada pasien PPOK.
Penelitian yang dilakukan oleh Zul, Suza (2019) dengan jumlah sampel penelitian
70 responden yang terbagi menjadi 2 kelompok dengan tehnik quasi eksperimen
didapatkan hasil latihan nafas buteyko dan ballons blowing sama-sama dapat
meningkatkan nilai arus puncak ekspirasi.
Relaksasi pernapasan mempunyai banyak teknik salah satunya adalah dengan
menggunakan balon (ballon blowing) teknik relaksasi dengan meniup balon dapat
membantu otot intracosta mengelevasikan otot diafragma dan kosta. Sehingga
memungkinkan untuk menyerap oksigen, mengubah bahan yang masih ada dalam paru
dan mengeluarkan karbondioksida dalam paru. Meniup balon sangat efektif untuk
membantu ekspansi paru sehingga mampu mensuplai oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida yang terjebak dalam paru pada pasien dengan gangguan fungsi
pernapasan. Peningkatan ventilasi alveoli dapat meningkatkan suplai oksigen, sehingga
dapat dijadikan sebagai terapi dalam peningkatan saturasi oksigen. Dalam hal ini
perawat menganjurkan kepada klien relaksasi pernafasan yaitu nafas dalam dengan
teknik meniup balon (Tunik et al, 2017).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Royani (2017) hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terapi aktivitas meniup balon dilakukan selama 1 bulan, dimana
perlakuan dilakukan seminggu 3 kali. Setelah dilakukan intervensi meniup balon
didapatkan frekuensi yang fungsi parunya baik sebanyak 18 (60%) dan fungsi parunya
kurang baik sebanyak 12 responden (40%).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Kabupaten Buleleng,
didapatkan jumlah penderita PPOK dalam tiga bulan terakhir yaitu pada bulan
November, Desember 2018 dan Januari 2019 yaitu sebanyak 38 orang. Berdasarkan
hasil observasi dengan 8 orang pasien RSUD Kabupaten Buleleng di dapatkan rata-rata
hasil frekuensi pernafasan yaitu ±25/menit. Dari hasil pemeriksaan saturasi oksigen
didapatkan 6 orang pasien dengan saturasi oksigen dibawah normal dan, 2 orang pasien
memiliki saturasi oksigen dengan rata-rata normal. Selain perawat memberikan teknik
relaksasi pernafasan yaitu teknik nafas dalam pasien juga diberikan asuhan keperawatan
yaitu terapi oksigen dan posisi semi fowler.
Penelitian tentang PPOK yang telah dilakukan sebelumnya hanya dengan metode
terapi oksigen, dan relaksasi nafas dalam. Namun, pada penelitian ini lebih menekankan
pada penggunaan teknik relaksasi ballon blowing. Intervensi ini masih terbatas sehingga
belum dilakukan dengan optimal. Relaksasi yang dilakukan ini berfokus pada
kemampuan pasien dalam menggunakan teknik ballon blowing.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dimana subyek penelitiannya
adalah pasien PPOK di RSUD Kabupaten Buleleng, karena dalam penelitian
memberikan perlakuan atau intervensi pada objek yang akan diteliti. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu one group pre-test dan post-test. Melakukan pre
test untuk mengetahui nilai saturasi oksigen pada pasien PPOK sebelum diberikan
teknik relaksasi pernafasan dengan teknik ballon blowing. Setelah itu memberikan
teknik relaksasi pernafasan dengan teknik ballon blowing pada pasien PPOK selama 5-
10 menit selama 4 minggu. Dilakukan post test untuk melihat perubahan saturasi
oksigen.

428
2020. Jurnal Keperawatan Silampari (JKS) 3 (2) 426-435

Teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling (total


sampling) dengan jumlah sampel 30 orang responden. Kaji etik dalam penelitian ini
dilakukan oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Buleleng.

HASIL PENELITIAN

Tabel. 1
Distribusi Frekuensi Usia

N Mean Min Max Sd


Usia 30 61,87 45 80 9.558
Sumber: Data Primer (2019)

Berdasarkan tabel 1 didapatkan hasil bahwa rata-rata umur responden yaitu 61,87
dengan rentang umur 45- 80 tahun.

Tabel. 2
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

Usia Frekuensi (f) Persentase (%)


Laki-laki 22 73,3
Perempuan 8 26,7
Total 30 100
Sumber: Data Primer (2019)

Berdasarkan tabel 2 didapatkan dari 30 responden, distribusi frekuensi responden


sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki dan sebagian kecil perempuan.

Tabel. 3
Saturasi Oksigen Responden Sebelum Diberikan
Teknik Ballon Blowing

N Mean Min Max SD 95% CI


Pre Test 30 89,27 86 93 1,999 88,52-90,01
Sumber: Data Primer (2019)

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai saturasi oksigen pasien


PPOK sebelum diberikan intervensi adalah 89,27 dengan standar deviasi 1,999. Nilai
saturasi oksigen terendah 86 dan tertinggi 93.

Tabel. 4
Saturasi Oksigen Responden Sebelum Diberikan
Teknik Ballon Blowing

N Mean Min Max SD 95% CI


Post test 30 94,53 91 99 2,417 93,63-95,44
Sumber: Data Primer (2019)

429
2020. Jurnal Keperawatan Silampari (JKS) 3 (2) 426-435

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan rata-rata nilai saturasi oksigen sesudah


diberikan intervensi dari 30 responden adalah 94,53 dengan standar deviation 2,417
nilai saturasi oksigen terendah 91 dan tertinggi 99 . Data ini menunjukkan nilai saturasi
oksigen pasien PPOK setelah diberikan intervensi sebagian besar mengalami
peningkatan nilai saturasi oksigen menjadi SaO2 normal.

Tabel. 5
Hasil Analisis Pre dan Post Test

Mean P. Value
Pair 1 Pretest 89.27 0,000
Posttest 94.53 0,000
Sumber: Data Primer (2019)

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa ada pengaruh pada intervensi relaksasi
pernafasan dengan teknik ballon blowing terhadap saturasi oksigen pasien PPOK. Hasil
perhitungan yang didapat dengan program komputer menunjukkan p-value 0,000 maka
dapat disimpulkan nilai p lebih kecil dari 0,05 ( p<0,05) yang berarti terdapat pengaruh
relaksasi penafasan dengan teknik ballon blowing terhadap saturasi oksigen pasien
PPOK di ruang poli paru RSUD Kabupaten Buleleng.

PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 30 subjek penelitian, mayoritas pasien
PPOK berdasarkan usia didapatkan seluruhnya berada pada usia diatas 40 tahun. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa mayoritas pasien
PPOK yaitu diatas 40 tahun (Yuningsih, Islamic, 2017). Penelitian lain juga menyatakan
hal yang sama bahwa seluruh pasien PPOK berada pada usia diatas 40 tahun (Agustina
et al, 2017). Semakin bertambahnya usia semakin besar risiko menderita PPOK. pada
pasien yang didiagnosa PPOK sebelum usia 40 tahun, besar kemungkinan mengalami
gangguan genetik berupa defisiensi αI antitrypsin. PPOK dapat berpengaruh terhadap
penurunan fungsi paru dan perubahan fisiologis yang berkaitan dengan penuaan dan
mengakibatkan penyumbatan jalan napas sehingga mempengaruhi suplai oksigen,
elastisitas paru dan gangguan ventilasi paru.
Sejalan dengan penelitian Tarigan, Juliandi (2018) yang menunjukkan bahwa
mayoritas responden dalam penelitian ini berusia antara 60 sampai 70 tahun. Hal ini
terjadi dimana semakin bertambah usia maka semakin resiko untuk mengalami
gangguan pernapasan, dimana pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk
thorak dan pola napas.
Dilihat dari karakteristik jenis kelamin responden yang mengalami PPOK pada
penelitian ini sebagian besar adalah laki-laki yaitu sebanyak 22 dan perempuan 8. Pada
umumnya PPOK dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan tetapi laki-laki lebih
beresiko dan insidennya lebih banyak. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Alamsyah (2019) penelitian pada 30 responden dengan hasil prevalensi laki-laki 63,3 %
sedangkan perempuan 36,7 %. Hal ini mengingat bahwa laki-laki lebih dominan
memiliki kebiasa merokok dimana merokok merupakan penyebab utama terjadinya
PPOK, dengan risiko 30 kali lebih besar pada perokok dibandingkan dengan bukan
perokok. Dan menjadi penyebab dari 85-90% kasus PPOK. Kurang lebih 15-20%

430
2020. Jurnal Keperawatan Silampari (JKS) 3 (2) 426-435

perokok akan mengalami PPOK. Hal ini akan mengakibatkan hipersekresi yang
dihasilkan oleh sel goblet, dimana sel goblet memproduksi sekret yang cukup banyak
yang dapat masuk ke saluran pernapasan. Penelitian yang dilakukan oleh Monalisa,
Budi (2018) penelitian yang dilakukan pada 80 responden petugas kebersihan di kota
Purwekerto perilaku merokok sebesar 72,5 % dan tidak merokok sebesar 27,5 %.
Hasil penelitian Tarigan, Juliandi (2018) juga menjelaskan bahwa 36 orang
responden sebagian besar penderita PPOK di RSUP. H. Adam Malik Medan berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 80,6 % sedangkan jenis kelamin wanita hanya sebesar 19,4
%. Hal ini disebabkan karena faktor gaya hidup yang berbeda, dimana laki-laki lebih
banyak merokok dan bekerja di lingkungan terbuka dibandingkan dengan wanita,
Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi
penyakit paru.

Saturasi Oksigen Sebelum Diberikan Teknik Ballon Blowing


Sebelum diberikan intervensi relaksasi pernafasan dengan teknik ballon blowing
pada pasien PPOK di ruang poli paru RSUD Kabupaten Buleleng, terlebih dahulu
peneliti melakukan pendekatan komunikasi untuk membina hubungan saling percaya
antara pasien dengan peneliti, setelah itu melakukan penelitian. Dari 30 responden nilai
saturasi oksigen pasien PPOK di ruang poli paru sebelum diberikan intervensi
didapatkan bahwa frekuensi saturasi oksigen terendah adalah 86% dan saturasi oksigen
tertinggi 93%. Pada umumnya pada pasien PPOK akan mengalami gangguan produksi
sekret dimana sesorang memproduksi sekret berlebih sehingga menyebabkan penderita
mengalami penurunan gas darah saturasi oksigen. Dari hasil diatas nilai saturasi oksigen
pasien PPOK sebelum diberikan intervensi terdapat nilai saturasi oksigen terendah yang
dapat diartikan bahwa pasien tersebut memiliki kadar oksigen dibawah normal. Tunik et
al, (2017) mengatakan selain pemberian nafas dalam, teknik relaksasi nafas dengan
teknik ballon blowing sangat penting dilakukan dimana teknik ini mampu meningkatkan
ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas dengan baik dan mampu mengeluarkan
udara yang terjebak dalam alveoli sehingga dapat meningkatkan saturasi oksigen.
Penelitian oleh Balraj, Rudolf (2018) penelitian pada 80 pasien yang terdiagnosa
menderita PPOK rawat jalan di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam dengan hasil keluhan
utama berupa sesak nafas sebesar 52,5 % sedangkan keluhan utama berupa batuk dahak
dan sesak nafas sebesar 47,5 %.
Adapun penelitian yang mendukung asumsi diatas yaitu menurut Tarigan, Juliandi
(2018) dengan hasil terdapat peningkatan saturasi oksigen setelah diberikan intervensi.
Dengan rata-rata saturasi oksigen sebelum diberikan intervensi yaitu 96,72%. rata–rata
saturasi oksigen setelah diberikan intervensi yaitu 98,11%, ada pengaruh latihan nafas
pursed lip breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen penderita PPOK dengan
nilai p= 0,00.

Saturasi Oksigen Setelah Diberikan Teknik Ballon Blowing


Penelitian ini menunjukan bahwa setelah diberikan teknik relaksasi nafas dengan
teknik ballon blowing, didapatkan bahwa nilai saturasi oksigen tertinggi adalah 99%
dan terendah adalah 91% dengan rata-rata saturasi oksigen sebesar 94,53 Hal ini
menunjukan bahwa pemberian relaksasi nafas dengan teknik ballon blowing dapat
meningkatkan saturasi oksigen pada pasien PPOK.
Penelitian yang dilakukan oleh Lilyana (2017); Padila et al, (2019) terkait
manajemen nonfarmakoterapi bagi pasien PPOK metode yang digunakan adalah

431
2020. Jurnal Keperawatan Silampari (JKS) 3 (2) 426-435

tinjauan pustaka dan hasil penelitianny menyatakan bahwa terapi nonfarmakologi yang
diberikan pada pasien PPOK antara lain: berhenti merokok, latihan dan rehabilitasi paru
berupa latihan fisik serta latihan napas khusus serta bantuan psikis, dan asupan nutrisi
yang adekuat.
Penelitian ini didukung oleh penelitian serupa yang pernah dilakukan Juniadin et
al, (2019) dengan responden pasien dewasa, rata-rata umur ditas 65 tahun menggunakan
rancangan pre dan pos test desain yang menyatakan latihan pernafasan pursed lip
breathing berguna untuk memperbaiki ventilas, meningkatkan kerja otot abdoman dan
toraks. Penelitian ini juga memyatakan terdapat peningkatan saturasi oksigen setelah
diberikan intervensi meniup balon dan lip breathing.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuningsih, Islamic (2017) juga
dapat mendukung penelitian ini. Hasil penelitian menyatakan bahwa tujuan dari latihan
pernafasan dan nafas dalam adalah untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol serta
mengurangi kerja pernafasan, mengurangi udara yang terperangkap. Latihan pernafasan
dirancang dan dijalankan untuk mencapai ventilasi. Hal ini dibuktikan dalam pemberian
intervensi dengan melatih otot pernafasan serta latihan nafas dalam secara teratur
terbukti efektif meningkatkan ekspansi dada dan paru yang berdampak pada saturasi
oksigen pasien.

Pengaruh Relaksasi Pernafasan dengan Teknik Ballon Blowing terhadap


Peningkatan Saturasi Oksigen pada Pasien PPOK
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa terdapat perbedaan hasil saturasi
oksigen antara sebelum dan sesudah pemberian relaksasi pernafasan dengan teknik
ballon blowing.Sehingga dapat diartikan bahwa relaksasi pernafasan dengan teknik
ballon blowing berpengaruh terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien PPOK
di ruang poli paru RSUD Kabupaten Buleleng.
Hasil uji analisa data dengan menggunakan uji paired dependent t-test
menunjukan bahwa terdapat pengaruh relaksasi pernafasan dengan teknik ballon
blowing terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien PPOK di RSUD Kabupaten
Buleleng. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Tunik et al, (2017)
penelitian ini dilakukan selama 1 minggu dari 36 responden didapatkan hasil nilai
signifikan yang diperoleh (p < 0,05), dengan hasil terdapat perbedaan nilai pengukuran
terhadap variabel saturasi oksigen pasien sebelum dan sesudah diberikan intervensi
berupa breathing relaxtation dengan teknik ballon blowing pada pasien PPOK.
Berdasarkan penelitian Sukartini, Sriyono (2017) menunjukkan bahwa ada
pengaruh antara frekuensi nafas dengan latihan nafas modifikasi meniup balon dengan
hasil uji paired t-test p=0,001 kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dan antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol p=0,007. Hasil pemeriksaan vital capacity
didapatkan bahwa ada pengaruh antara vital capacity dengan latihan modifikasi meniup
balon pada kelompok perlakuan p=0,018 kelompok kontrol p=0,020 dan antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol p=0,026.
Selanjutnya Tarigan, Juliandi (2018) menjelaskan bahwa pasien PPOK yang rutin
melakukan latihan nafas bisa berefek positip terhadap perkembangan paru-parunya.
Breathing exercise didesain untuk memperbaiki fungsi otot-otot respirasi, meningkatkan
ventilasi dan oksigenisasi. Exercise aktive ROM pada shoulder dan trunk akan
membantu ekspansi thorax, memfasilitasi deep breathing dan juga bermanfaat untuk
menstimulasi reflex batuk. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebelum dilakukan
latihan nafas dalam pursed lip breathing rerata saturasi oksigen responden adalah 96,72

432
2020. Jurnal Keperawatan Silampari (JKS) 3 (2) 426-435

%, setelah dilakukan pursed lip breathing saturasi oksigen naik sebesar 1,39 menjadi
98,11 %. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh latihan nafas dalam pursed lip
breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen penderita PPOK dengan nilai P = 0,001
Hasil penelitian menurut Tunik et al, (2017) latihan pernafasan yang dilakukan
untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien. Latihan ulang pernafasan
dapat meningkatkan inflasi alveolar secara maksimal, meningkatkan relaksasi otot, dan
mengurangi kerja nafas. Latihan nafas dengan modifikisasi meniup balon dapat
meningkatkan otot pada intracosta dan meningkatkan elevasi diafragma dan kosta,
sehingga mampu meningkatkan suplai oksigen dan peningkatkan saturasi oksigen.
Pasien PPOK sangat dianjurkan untuk melakukan teknik latihan pernapasan
meliputi pernapasan diafragma dan pursed lips breathing dengan tujuan untuk
memperbaiki ventilasi dan mensinkronkan kerja otot abdomen dan toraks. Latihan
pernapasan umumnya dilakukan 20-30 menit perhari (sekaligus atau 2x sehari).
Pernapasan pursed lips breathing dilakukan dengan cara penderita duduk dan bernafas
dengan cara menghembuskan nafas melalui mulut yang hampir tertutup (seperti bersiul)
selama 4-6 detik. Cara itu diharapkan dapat menimbulkan tekanan saat ekspirasi
sehingga aliran udara melambat dan meningkatkan tekanan dalam rongga perut yang
diteruskan sampai bronkioli sehingga kolaps saluran nafas saat ekspirasi dapat dicegah.
Pernapasan pursed lips breathing dapat memperbaiki pertukaran gas yang dapat dilihat
dengan membaiknya saturasi oksigen arteri. Pursed lips breathing juga memperbaiki
pola nafas dan meningkatkan volume tidal. Selain itu, pursed lips breathing bertujuan
memberikan manfaat subjektif pada penderita yaitu mengurangi sesak, rasa cemas dan
tegang karena sesak (Tarigan & Juliandi, 2018).

SIMPULAN
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden
berjenis kelamin laki-laki dengan usia terendah 45 tahun sedangkan usia tertinggi 80
tahun. Hasil pengukuran saturasi oksigen pada pasien PPOK setelah diberikan
intervensi menunjukan saturasi oksigen meningkat sehingga terdapat pengaruh relaksasi
pernafasan dengan teknik ballon blowing terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOK.
Ballon blowing sangat efektif untuk membantu ekspansi paru sehingga mampu
mensuplai oksigen dan mengeluarkan karbondioksida yang terjebak dalam paru pada
pasien dengan gangguan fungsi pernapasan.

SARAN
Bagi Pelayanan
Perlu melakukan pendidikan kesehatan tentang PPOK agar masyarakat dapat tahu
cara penanggulangan PPOK dan faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya
PPOK. Kepada masyarakat diharapkan menggunakan teknik relaksasi pernafasan ballon
blowing yang telah diketahui manfaatnya untuk meningkatkan saturasi oksigen.
Bagi Keilmuan
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kepada peserta didik
tentang pengaruh relaksasi pernafasan ballon blowing terhadap saturasi oksigen pada
pasien PPOK dan dimasukan pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah sebagai
bagian dari topik penatalaksanaan paru pada pasien PPOK.

433
2020. Jurnal Keperawatan Silampari (JKS) 3 (2) 426-435

Bagi Peneliti Selanjutya


Penelitian lanjutan dengan menambahkan variabel konfonding untuk melihat
faktor – faktor yang mempengaruhi saturasi oksigen pada pasien PPOK dengan
menggunakan jumlah sampel yang sesuai.
Penelitian ini dapat memberikan rekomendasi yang bermanfaat bagi
pengembangan riset keperawatan serta memberikan petunjuk terhadap penelitian
berikutnya untuk meneliti tentang relaksasi pernafasan ballon blowing yang
dihubungkan dengan kapasitas vital paru, arus puncak ekspirasi dengan cara
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi PPOK seperti merokok, alkohol.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, D. M., Andayani, N., & Wahyuniati, N. (2017). Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Kualitas Hidup pada Pasien Penyakit Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Kualitas Hidup pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik di
Poli Paru BLUD RSUD . Zainoel Abidin Banda Aceh
Alamsyah, L. (2019). Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian pada Penyakit Paru
Obstruksi Kronik Di Puskesmas Mandala. Jurnal Penelitian Keperawatan Medik,
1(2), 43–47
Balraj Kaur, Rudolf S.Parhusip, P. P. O. S. (2018). Gambaran Diagnostik dan
Penatalaksanaan Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Jurnal Kedokteran
Methodist, 11(1), 10–13
Harun, A., Ririn, A, M. F. (2019). Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat Seri Ke-2 Tahun 2018 184. Prosiding Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Seri Ke-3 Tahun 2019, 53–61
Juniadin, S. Y., & Irawan, A. M. (2019). Pengaruh Pursed Lip Breathing dan Meniup
Balon terhadap Kekuatan Otot Pernafasan,Saturasi Oksigen dan Respiratory Rate
Pasien PPOK. Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing).
https://doi.org/10.33023/jikep.v5i1.211
Kusumawardani, N., Rahajeng, E., Mubasyiroh, R., & Suhardi. (2017). Hubungan
antara Keterpajanan Asap Rokok dan Riwayat Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) di Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan.
https://doi.org/10.22435/JEK.V15I3.5889.160-166
Lilyana, M. T. A. (2017). Manajemen Nonfarmakologis Terapi bagi Pasien PPOK.
Jurnal Ners Lentera, 5(2), 178–182
Mertha, I. M., Putri’, P. J. Y., & Suardana, I. (2018). Pengaruh Pemberian Deep
Breathing Exercise terhadap Saturasi Oksigen Pada PPOK. Journal of Nursing, 1–
9
Monalisa, F. A., Utomo, B. S. (2018). Beberapa Faktor Risiko yang Berhubungan
dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Petugas Kebersihan di Kota
Purwokerto. Buletin Keslingmas, 37(4), 443–445.
https://doi.org/10.31983/keslingmas.v37i4.3796
Padila, P., Febriawati, H., Andri, J., & Dori, R. A. (2019). Perawatan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas. Jurnal Kesmas
Asclepius, 1(1), 25–34. https://doi.org/10.31539/jka.v1i1.526
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 1–100. https://doi.org/

434
2020. Jurnal Keperawatan Silampari (JKS) 3 (2) 426-435

Royani, E. (2017). Pengaruh Terapi Aktivitas Bermain Meniup Balon terhadap


Perubahan Fungsi Paru pada Anak dengan Asma di Rumah Sakit Islam Siti
Khodijah Palembang. 5
Sukartini, T., & Sriyono, S. (2017). Latihan Nafas Modifikasi Meniup Balon terhadap
Pengembangan Paru pada Pasien Hemathoraks dan Pneumothoraks. 2(1)
Suryadinata, R. V. (2018). Pengaruh Radikal Bebas terhadap Proses Inflamasi pada
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Amerta Nutrion, 2(4), 317–324.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Tarigan, A. P. S., & Juliandi, J. (2018). Pernafasan Pursed Lip Breathing Meningkatkan
Saturasi Oksigen Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Derajat II.
Jurnal Keperawatan Indonesia, 1(2)
Tunik, R. E. M., & Khoiriyati, A. (2017). Pengaruh Breathing Relaxtation dengan
Teknik Ballon Blowing terhadap Saturasi Oksigen dan Perubahan Fisiologs
Kecemasan Pasien dengan PPOK
Wahidati, Hi., Dwiningsih, S. U., & Putrono, P. (2019). The Effectiveness of Tripod
Position and Pursed Lips Breathing to Enhance Oxygen Saturation in Patients
With COPD. Jendela Nursing Journal, 3(2), 68–76
Yuningsih, Y., & Islamic, I. (2017). Pengaruh Latihan Nafas Dalam terhadap
Peningkatan Saturasi Oksigen pada Klien Terpasang WSD di RSUD Kabupaten
Tangerang
Zul, M. I., Dewi, N. F. S. (2019). Perbandingan Latihan Napas Buteyko dan Latihan
Blowing Balloons terhadap Perubahan Arus. Persatuan PSerawat Indonesia, 3(2),
93–100

435
JURNAL 1

JUDUL : RELAKSASI PERNAFASAN DENGAN TEKNIK BALLON


BLOWING TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA
PASIEN PPOK

ANALISIS :

Menurut penelitian dalam jurnal keperawatan silampari volume 3 tahun


2020 tersebut mengatakan saturasi oksigen pasien PPOK dapat ditingkatkan
dengan terapi nonfarmakologi yaitu relaksasi pernafasan yaitu nafas dalam
diindikasikan pada pasien PPOK dan dispnea. Latihan relaksasi pernafasan dapat
meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot,
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, menghilangkan
ansietas, dan mengurangi kerja pernafasan. Latihan pernafasan dapat dilakukan
dalam beberapa posisi karena distribusi udara dan sirkulasi pulmonal beragam
sesuai dengan posisi dada.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh relaksasi


pernafasan dengan teknik ballon blowing terhadap peningkatan saturasi oksigen
pada pasien PPOK. Relaksasi pernapasan mempunyai banyak teknik salah satunya
adalah dengan menggunakan balon (ballon blowing) teknik relaksasi dengan meniup
balon dapat membantu otot intracosta mengelevasikan otot diafragma dan kosta.
Sehingga memungkinkan untuk menyerap oksigen, mengubah bahan yang masih ada
dalam paru dan mengeluarkan karbondioksida dalam paru. Meniup balon sangat
efektif untuk membantu ekspansi paru sehingga mampu mensuplai oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida yang terjebak dalam paru pada pasien dengan
gangguan fungsi pernapasan. Peningkatan ventilasi alveoli dapat meningkatkan suplai
oksigen, sehingga dapat dijadikan sebagai terapi dalam peningkatan saturasi oksigen.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dimana subyek
penelitiannya adalah pasien PPOK di RSUD Kabupaten Buleleng, peneliti
memberikan perlakuan atau intervensi pada objek yang akan diteliti. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu one group pre-test dan post-test. Melakukan
pre test untuk mengetahui nilai saturasi oksigen pada pasien PPOK sebelum
diberikan teknik relaksasi pernafasan dengan teknik ballon blowing. Setelah itu
memberikan teknik relaksasi pernafasan dengan teknik ballon blowing pada
pasien PPOK selama 5-10 menit selama 4 minggu. Dilakukan post test untuk
melihat perubahan saturasi oksigen.
Hasil penelitian dari 30 responden nilai saturasi oksigen pasien PPOK di
ruang poli paru sebelum diberikan intervensi didapatkan bahwa frekuensi saturasi
oksigen terendah adalah 86% dan saturasi oksigen tertinggi 93%.Penelitian ini
menunjukan bahwa setelah diberikan teknik relaksasi nafas dengan teknik ballon
blowing, didapatkan bahwa nilai saturasi oksigen tertinggi adalah 99% dan
terendah adalah 91% dengan rata-rata saturasi oksigen sebesar 94,53 Hal ini
menunjukan bahwa pemberian relaksasi nafas dengan teknik ballon blowing dapat
meningkatkan saturasi oksigen pada pasien PPOK di RSUD Kabupaten Buleleng.
TEKNIK RELAKSASI IMAJINASI TERBIMBING (GUIDED
IMAGERY) MENURUNKAN NYERI PASIEN PASCA SERANGAN
JANTUNG

Rizka Febtrina1, Winta Febriana2


1
Ns. Rizka Febtrina, M.Kep., Sp.Kep.M.B, Program Studi Profesi Ners, STIKes Payung Negeri Pekanbaru,
2
Winta Febriana, S.Kep, Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru
Email: rizka.febtrina@gmail.com

ABSTRAK
Serangan jantung atau yang biasa disebut juga dengan Infark Miokard Akut (IMA) adalah kondisi yang
mengancam jiwa pasien yang di tandai dengan pembentukan area nekrotik lokal di dalam miokardium.
Kondisi yang biasa di rasakan oleh pasien pasca serangan jantung yaitu rasa nyeri di bagian dada. Nyeri
merupakan respon ketidaknyamanan yang dirasakan oleh individu. Apabila nyeri tidak di atasi maka akan
menimbulkan dampak yang tidak nyaman terhadap pasien baik secara fisik ataupun psikologis. Salah satu
intervensi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri adalah teknik relaksasi imajinasi terbimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi imajinasi terbimbing terhadap penurunan
nyeri pasien pasca serangan jantung di Ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Sampel pada
penelitian ini adalah pasien dengan diagnosa medis IMA yang mengalami nyeri sedang. Jenis penelitian ini
adalah adalah kuantitatif desain yang di gunakan adalah quasi experimen “pretest posttest without control
group”, sebelum dan setelah diberikan intervensi dilakukan pengukuran skala nyeri. Analisa yang di gunakan
adalah uji paired sample t test. Hasil penelitian ini menunjukan ada pengaruh teknik relaksasi imajinasi
terbimbing (Guided Imagery) terhadap penurunan nyeri pasien pasca serangan jantung p value 0,002 (p value
< α). Penelitian ini merekomendasikan untuk mengembangkan dan melaksanakan penelitian faktor-faktor yang
menpengaruhi nyeri pada pasien IMA.

Kata Kunci : Nyeri, Relaksasi Imajinasi Terbimbing, Serangan Jantung

ABSTRACT
Heart attack or commonly referred to as acute myocardial infarction (AMI) is a life-threatening condition that
is marked by the formation of local necrotic area within the myocardium. The usual condition felt by the
patient after heart attack is the pain in the chest. Pain is a sensation of individual discomfort felt by the
patient. If the pain is not solved it will result in an uncomfortable to the patient either physically or
psychologically. One of the interventions that can be used to reduce pain is a guided imagery relaxation
technique (Guided Imagery). The purpose of this study was to determine the effect of guided imagery
relaxation techniques (Guided Imagery) to decrease the patient's pain after a heart attack at the Flamboyan
Lounge Arifin Achmad Hospital in Riau province. The samples in this study were patients with AMI medical
diagnoses who experienced moderate pain. The type of this research is quantitative design that is used is quasi
experiment "pretest posttest without control group", before and after given intervention measurement of pain
scale. The analysis used is paired sample t test. The result of this research shows that there is influence of
Guided Imagery relaxation technique to the patient's pain relief after heart attack p value 0,002 (p value <α).
This study recommends to develop and carry out research on factors that affect pain in AMI patients.

Keywords : Guided Imagery, Heart Attack, Pain

PENDAHULUAN darah sehingga menyebabkan penyumbatan

Gangguan kardiovaskular yang sering pembuluh darah (Agustini, 2013). Menurut

terjadi saat ini adalah Penyakit Jantung World Health Organization WHO (2008)

Koroner (PJK). PJK di sebabkan karena PJK merupakan penyebab kematian utama

kekakuan dan endapan plak pada pembuluh di dunia (12,2%). Angka ini akan terus

Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017 41


meningkat dan diperkirakan mencapai 23,3 Guided imagery atau imajinasi terbimbing
juta kematian pada tahun 2030 yang merupakan sebuah proses menggunakan
disebabkan oleh penyakit jantung dan kekuatan fikiran dengan mengarahkan
stroke. Penyakit jantung dan pembuluh tubuh untuk menyembuhkan diri
darah di Indonesia terus meningkat dan memelihara kesehatan melalui komunikasi
memberikan dampak kesakitan, kecacatan dalam tubuh melibatkan semua indra
dan beban sosial ekonomi bagi keluarga (visual, setuhan, penciuman, penglihatan,
penderita penyakit jantung tersebut. dan pendengaran) sehingga terbentuk
keseimbangan antara tubuh dan jiwa.
Serangan jantung atau Infark Miokard Akut Guided imagery bertujuan untuk
(IMA) adalah kondisi yang mengancam menghasilkan dan mencapai keadan yang
jiwa yang ditandai dengan pembentukan optimal yang digunakan untuk mengalihkan
area nekrotik lokal di miokardium. Keluhan perhatian dari sesnsasi yang tidak
yang biasa dirasakan oleh pasien IMA yaitu menyenangkan (Bulechek, Butcher &
rasa nyeri di bagian dada (Black & Hawks, Dochterman, 2013).
2014). Nyeri didefinisikan sebagai sensasi
yang tidak mengenakan yang bersifat Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
individual yang disarakan oleh pasien dilakukan oleh peneliti di RSUD Arifin
tersebut. Pasien merespon nyeri yang Achmad Provinsi Riau, di peroleh data dari
dialami dengan cara seperti berteriak, Rekam medis (RM) jumlah pasien yang
meringis dan lain-lain. Perawat harus dirawat di ruang rawat inap Flamboyan
mampu mengkaji dan memahami nyeri pada bulan Januari sampai bulan Maret
yang dirasakan pasien, karena nyeri bersifat 2017 dengan diagnosis medis STEMI dan
sabjektif (Asmadi, 2008). NSTEMI berjumlah 41 orang pasien. Hasil
obsevasi yang dilakukan dilapangan,
Intervensi yang di berikan kepada pasien apabila pasien merasakan nyeri yang begitu
IMA meliputi pendekatan farmakologi dan hebat maka pasien akan di berikan obat anti
non-farmakologi yang digunakan untuk nyeri dan juga pasien tersebut akan
mengurangi rasa nyeri (Yeti, 2009). Salah diberikan tidakan non-farmakologi seperti
satu tindakan non farmakologi untuk pemberian teknik relaksasi nafas dalam.
mengurangi rasa nyeri pada pasien adalah
teknik imajinasi terbimbing.

42 Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017


Apabila nyeri tidak segera diatasi maka purposive. Kriteria inklusi pada penelitian
akan menimbulkan dampak yang tidak ini adalah pasien dengan diagnosis medis
nyaman terhadap pasien baik secara fisik STEMI dan NSTEMI yang memiliki skala
ataupun psikologis, jadi nyeri harus segera nyeri sedang.
diatasi dengan pendekatan farmakologi
ataupun nonfarmakologi. Perbedaan teknik Instrumen pada penelitian ini adalah
relaksasi imajinasi terbimbing (Guided Numeric Rating Scale (NRS) yang
Imagery) dengan teknik relaksasi lainnya digunakan oleh peneliti untuk mengukur
adalah teknik ini menggunakan kekuatan skala nyeri pasien pasca serangan jantung.
fikiran pasien untuk membayangkan hal Lembar observasi yang berisikan tentang
positif dengan mengarahkan tubuh untuk Standart Operating Prosedur (SOP) yang
menyembuhkan diri, memelihara kesehatan berisikan langkah-langkah dalam
melalui komunikasi dalam tubuh yang pemberian guided imagery. Prosedur
melibatkan semua indra. pengumpulan data mulai dari tahap
persiapan, pelaksanaan dan pengumpulan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui data. Analisa data yang digunakan adalah
pengaruh teknik relaksasi imajinasi uji t dependent sample untuk mengetahui
terbimbing (Guided Imagery) terhadap beda skala nyeri pasien yang diberikan
penurunan nyeri pasien pasca serangan Guided Imagery setelah dilakukan post test.
jantung di Ruang Flamboyan RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau. HASIL
Karakteristik responden pada penelitian ini
METODE dapat dilihat pada tabel 1.
Jenis Penelitian yang digunakan adalah
Tabel 1. Distribusi Frekuensi responden di ruang
kuantitatif dengan desain penelitian quasi
Flamboyan RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
eksperimen. dengan rancangan penelitian
Karakteristik Frek (%)
pretest-posttest without control group. Usia:
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Arifin 36-45 1 8,4
46-55 8 66,6
Achmad Provinsi Riau di ruang Flamboyan. 56-65 3 25
Responden pada penelitian ini berjumlah 12
Jenis
orang pasien dengan nyeri akibat serangan Kelamin:
jantung yang diambil dengan teknik Laki-laki 9 75
Perempuan 3 25

Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017 43


Pendidikan Berdasarkan tabel 2 dapat dilihaat bahwa
SD 4 34
responden yang di berikan intervensi teknik
SMP 3 25
SMA 5 41 relaksasi imajinasi terbimbing di dapatkan
rata-rata sekala nyeri 4,17 sedangkan
Pekerjaan
Ibu Rumah 3 25 setelah intervensi rata-rata nilai skala nyeri
Tangga(IRT)
turun menjadi 3,25.
Wiraswasta 4 34
Buruh 2 16
Tabel 3. Perbedaan Skala nyeri sebelum dan
Tabel 1 menunjukan bahwa responden yang sesudah intervensi teknik relaksasi imajinasi

paling banyak terkena serangan jantung di terbimbing (Guided Imagery) di ruang Flamboyan
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad
Mean P
Provinsi Riau pada usia 46- 55 tahun Nyeri Mean SD
diff value
sebanyak 8 responden (66,6%) dan berjenis Sebelum 4,17 1,267
0,833 0,002
Sesudah 3,25 1,765
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 9
responden (75%). Responden yang
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
berpendidikan SD 34% Sebanyak 4
bahwa rata-rata skala nyeri pasien sebelum
responden, SMP 25% sebanyak 3
dilakukan intervensi guided imagery yaitu
responden, dan yang berpendidikan SMA
4,17 dengan standar deviasi 1,267, sesudah
41% Sebanyak 5 responden. Responden
dilakukan intervensi guided imagery
bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga 25%
menjadi 3,25 dengan standar deviasi 1,765
sebanyak 3 responden, bekerja sebagai
terdapat penurunan nyeri sebesar 0,833.
wiraswasta 34% sebanyak 4 responden,
Hasil uji paired t test di dapatkan p value
bekerja sebagai buruh 16% sebanyak 2
0,002 (p value < α) sehingga H0 ditolak
responden dan responden yang bekerja
yang menunjukan bahwa ada pengaruh
sebagai petani 25% sebanyak 3 responden.
yang signifikan teknik relaksasi imajinasi
terbimbing (guided imagery) terhadap
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
skala nyeri sebelum dan sesudah intervensi teknik penurunan nyeri pasien pasca serangan
relaksasi imajinasi terbimbing (Guided Imagery) di jantung di ruang Flamboyan RSUD Arifin
ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad Provinsi Achmad Provinsi Riau.
Riau
Nyeri Mean SD SE
Sebelum 4,17 1,267 0,366
Sesudah 3,25 1,765 0,509

44 Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017


PEMBAHASAN penyakit jantung diantaranya adalah faktor

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia dan jenis kelamin, dengan angka

sebagian besar responden berada pada kejadian pada laki-laki jauh lebih banyak

rentang usia 46-55 tahun yaitu sebanyak 8 dibandingkan pada perempuan akan tetapi

orang (66,6%). Kejadian penyakit jantung kejadian pada perempuan akan meningkat

ini meningkat seiring bertambahnya usia. setelah menopause sekitar usia 50 tahun

Menurut Delima (2015) penyakit jantung (Supriyono, 2008). Hasil penelitian ini tidak

koroner terjadi seiring dengan bertambah sejalan dengan penelitian yang dilakukan

nya usia. Maka dengan bertambahnya usia oleh Didi, Ibrahim, & Putri (2015)

maka semakin besar kemungkinan untuk menyimpulkan bahwa angka kejadian

terserang penyakit jantung koroner. Hasil penyakit jantung ini lebih tinggi terjadi

penelitian ini sejalan dengan penelitian pada wanita di bandingkan pada pria.

Cipto (2015) yang menyimpulkan bahwa


kejadian penyakit infark miokard akut ini Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan

terjadi pada usia 40 tahun keatas. hasil bahwa paling banyak responden di
Ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad

Menurut Mannan (2013), pada saat terjadi Provinsi Riau sebagai wiraswasta yaitu

pertambahan usia sampai mencapai tua, sebayak 4 responden (34%). Hasil

terjadi pula resiko peningkatan penyakit penelitian ini tidak sejalan dengan

yang meliputi kelainan kejiwaan, kelainan penelitian Livia (2014) tentang faktor-

jantung dan pembuluh darah serta faktor yang berpengaruh terhadap kejadian

berkurangnya fungsi panca indera dan gagal jantung pada pasien infark miokard

kelainan metabolisme. Dari penjelasan di akut menyimpulkan bahwa kejadian

atas dapat disimpulkan bahwa umur penyakit infark miokard ini terjadi

mempengaruhi terjadinya penyakit disebabkan karena pola hidup yang tidak

serangan jantung. sehat dengan kebiasaan merokok dan tidak


melakukan olahraga atau melakukan

Jenis kelamin responden di ruang aktivitas lainnya dan bukan berdasarkan

Flamboyan RSUD Arifin Achmad Provinsi pekerjaan.

Riau terbanyak adalah laki-laki yaitu


sebanyak 9 orang (75%), sedangkan wanita Hasil penelitian yang dilakukan kepada 12

hanya 3 orang (25%). Penyebab tejadi responden pemberian teknik relaksasi

Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017 45


imajinasi terbimbing (guided imagery) rata- keperawatan untuk mengatasi masalah
rata nyeri sebelum dilakukan intervensi tersebut. Intervensi keperawatan yang dapat
yaitu 4,17 dan rata-rata setelah di berikan diberikan salah satunya adalah guide
intervensi 3,25. Pada penelitian ini di imagery.
dapatkan ada ada 9 orang pasien yang
mengalami penurunan nyeri dari nyeri yang Hasil uji bivariat di dapatkan p value 0,002
sedang menjadi ringan dan 3 orang pasien (p value < α), berarti ada pengaruh yang
yang di berikan intervensi tidak mengalami signifikan teknik relaksasi imajinasi
penurunan nyeri. terbimbing terhadap penurunan nyeri pasien
pasca serangan jantung di RSUD Arifin
Perry & Potter (2009) menyatakan nyeri Achmad Provinsi Riau. Interevensi non-
adalah kondisi perasaan yang tidak farmakologis yang bisa diberikan kepada
menyenangkan yang bersifat subjektif pasien pasca serangan jantung yaitu dengan
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap memberikan pasien manajemen nyeri yaitu
individu nyeri yang dirasakan oleh pasien berupa teknik relaksasi nafas dalam dan
yang terkena serangan jantung sering juga pengaturan posisi yang nyaman yang
disalah artikan sebagai nyeri karena bisa mengurangi nyeri yang di rasakan oleh
gangguan pencernaan ataupun nyeri pasien, dan juga pasien bisa diberikan
pinggang. Perasaan nyeri tersebut bisa tindakan teknik relaksasi yang lain untuk
menjalar ke bagian leher, rahang, lengan mengurangi nyeri tersebut (Mutaqqin,
serta punggung. Keluhan nyeri dirasakan 2009).
mulai dari ringan sampai tak tertahankan.
Pasien sering mengabaikan nyeri yang Guide imagery merupakan metode relaksasi
dirasakan dan terlambatuntuk mencari untuk mengkhayalkan tempat dan kejadian
pengobatan. Nyeri pada pasien pasca berhubungan dengan perasaan relaksasi
serangan jantung terjadi akibat yang menyenangkan. Khayalan tersebut
tersumbatnya aliran darah arteri koroner ke memungkinkan pasien memasuki keadaan
miokardium, hal in akan mengakibatkan atau pengalaman relaksasi (Kaplan &
perasaan nyeri yang sangat hebat (Black & Sadock, 2010). Menurut Gorman (2010) the
Hawks, 2009). Perawat sebagai salah satu power of guided imagery telah lama di
tim kesehatan harus mamu melakukan gunakan masyarakat pada masa kuno dan
pengkajian dan melakukan tindakan mempercayai bahwa imajinasi positif akan

46 Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017


bisa mempercepat penyembuhan. menerapkan teknik relaksasi imajinasi
Pemberian Guided imagery merupakan terbimbing (Guided Imagery) untuk
salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri.
penanganan rasa nyeri yang dirasakan
pasien serangan jantung. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang
Penelitian lain yang mendukung dengan “pengaruh teknik relaksasi imajinasi
hasil penelitian ini adalah penelitian yang terbimbing (Guided Imagery) terhadap
dilakukan oleh Novarenta (2013) tentang penurunan nyeri pasien pasca serangan
“guide imagery untuk mengurangi rasa jantung di ruang Flamboyan RSUD Arifin
nyeri saat menstruasi di dapatkan hasil Achmad Provinsi Riau” dapat disimpulkan
guided imagery dapat mengurangi rasa bahwa ada pengaruh teknik relaksasi
nyeri saat menstruasi”. Hal ini juga sejalan imajinasi terbimbing (Guided Imagery)
dengan penelitian yang dilakukan oleh terhadap penurunan nyeri pasien pasca
Aprianto (2013) yang mnyebukan bahwa serangan jantung di ruang Flamboyan
teknik relaksaasi imajinasi terbimbing RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
efektif terhadap penurunan kecemasan pada
pasien pre operasi dibandingkan dengan Rekomendasi dari penelitian ini diharapkan
teknik relaksasi nafas dalam. kepada institusi pelayanan kesehatan untuk
dapat menerapkan teknik relaksasi imajnasi
Berdasarkan analisa tersebut maka dapat terbimbing (Guided Imagery) dalam
disimpulkan bahwa teknik relaksasi memberikan asuhan keperawatan terhadap
imajinasi terbimbing (Guided Imagery) pasien yang mengalami nyeri dalam rentang
dapat berpengaruh terhadap penurunan ringan dan sedang. Hasil penelitian ini
nyeri pasien pasca serangan jantung. Terapi dapat dijadikan sebagai masukan bahan
ini meningkatkan relaksasi pada pasien, referensi penelitian selanjutnya untuk
mengalihkan konsentrasi dan perhatian dari mengembangkan dan melaksaksanakan
rasa nyeri serta berangsur-angsur penelitian tentang faktor-faktor yang
menurunkan persepsi terhadap rasa yang mempengaruhi nyeri pada pasien infark
dirasakan. Sehingga diharapkan setiap miokard akut.
pasien yang mengalami nyeri dapat

Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017 47


REFERENSI

Agustini. (2013). Nyeri serangan jantung. Fakultas ilmu keperawatan universitas


padjajaran. Diperoleh dari http://pmb.psikpadjajaran.ac.id di akses pada 21 juni 2017

Aprianto, D, Kristyawati, S.P, & Purnomo, E.C. (2013). Efektivitas teknik relaksasi
imajinasi terbibing dan nafas dalam terhadap kecemasan pada pasien pre
operasi.Diperolehdarihttp://pmb.stikestelogorejo.ac.id/ejournal/index.php/ilmukepera
watan/article/view 166 diakes pada 15 April 2017

Asmadi. (2008). Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta:Salemba Medika

Baransyah, L. (2014). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian gagal jantung


pada pasien infark miokard akut. Di peroleh dari http//e-journal.com/faktor-
faktor.IMA.2014/10 di akses pada 24 Juli 2015

Black. J.M. & Hawks. J.H. (2009). Keperawatan medikal bedah; Edisi 8. Jakarta; salemba
medika

Cipto. S. (2015). Identifikasi faktor usia, jenis kelamin dengan luas infark miokard pada
penyekit jantung koroner. Diperoleh dari http.//www.e-
journal.com/2015/14/identifikasi/IMA.html di akses pada 25 Juli 2017

Dellma. (2015). Info kesehatan jantung lengkap. Di peroleh dari


http.//info.kesehatan.jantung/2015 di akses pada 24 Juli 2017

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Lingkungan sehat, jantung sehat.


Diperoleh dari http://www.depkes.go.id.article/view/201410080002/lingkungan-
sehat.html#sthash.QSEHw1Xr.dpuf diakses pada 1 April 2017

Didi, K., Ibrahim, K. & Putri, A.P. (2015). Pengalaman pasien pertama mengalami
serangan jantung pertama kali yang dirawat di ruang ICU. diperoleh dari
http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/102 diakses pada 11 mei 2017

Gorman, B. (2010). The power of Guided Imagery. University of Minnesota : Mandala

Jefri. (2011). Fakor-faktor penyebab kejadian IMA. DI peroleh dari


hhp://journal.Ima.ac.id/download/455. Di akses pada 20 Juli 2015
Kaplan & Sadock. (2010). Sinopsis psikiatri keperawatan klinis , jilid 5. Tangerang; Bina
Rupa Ashara Publizer

Mannan. (2013). Pengaruh usia terhadap perjalanan penyakit. Di peroleh dari


http//kumpulan.buku.elektronik.2013. di akses pada 23 Juli 2017

Muttaqin, A. (2009). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular


dan hematologi. Jakarta; Salemba Medika

48 Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017


Novrenta, .A. (2013). Guided imagery untuk mengurangi rasa nyeri saat menstruasi.
Diperoleh dari http//e-jounal.com/2013/guided imagery.htm. diakses pada 5 mei 2017

Oman. (2008). Pengalaman pasien terserang penyakit jantung. Di peroleh dari http//e-
journal.com/2012/penyakit jantung.co.id Di akses pada 10 juni 2017

Porter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Buku ajar fundamental keperawatan; Edisi 7, Jakarta;
Salemba Medika

Supriyono. (2008). Faktor usia, jenis kelamin terhadap kejadian penyakit IMA. Di peroleh
dari http//.books.google.co.id di akses pada 22 juli 2017

Yeti. (2009). Penanganan nyeri farmakologi. Di peroleh dari http://books.google.co.id di


akses pada 20 juni 2017

Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017 49


JURNAL 2

JUDUL : TEKNIK RELAKSASI IMAJINASI TERBIMBING


(GUIDED IMAGERY) MENURUNKAN NYERI PASIEN PASCA
SERANGAN JANTUNG

ANALISIS :

Menurut jurnal keperawatan volume 5 trahun 2017 tersebut mengatakan


bahwa Serangan jantung atau yang biasa disebut juga dengan Infark Miokard
Akut (IMA) adalah kondisi yang mengancam jiwa pasien yang di tandai dengan
pembentukan area nekrotik lokal di dalam miokardium. Kondisi yang biasa di
rasakan oleh pasien pasca serangan jantung yaitu rasa nyeri di bagian dada.
Apabila nyeri tidak diatasi maka akan menimbulkan dampak yang tidak nyaman
terhadap pasien baik secara fisik ataupun psikologis.

Salah satu intervensi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri adalah
teknik relaksasi imajinasi terbimbing. Perbedaan teknik relaksasi imajinasi
terbimbing (Guided Imagery) dengan teknik relaksasi lainnya adalah teknik ini
menggunakan kekuatan fikiran pasien untuk membayangkan hal positif dengan
mengarahkan tubuh untuk menyembuhkan diri, memelihara kesehatan melalui
komunikasi dalam tubuh yang melibatkan semua indra.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi


imajinasi terbimbing terhadap penurunan nyeri pasien pasca serangan jantung di
Ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Sampel pada penelitian
ini adalah pasien dengan diagnosa medis IMA yang mengalami nyeri sedang.
Jenis penelitian ini adalah adalah kuantitatif desain yang di gunakan adalah quasi
experimen “pretest posttest without control group”, sebelum dan setelah
diberikan intervensi dilakukan pengukuran skala nyeri. Penelitian ini dilaksanakan
di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau di ruang Flamboyan. Responden pada
penelitian ini berjumlah 12 orang pasien dengan nyeri akibat serangan jantung
yang diambil dengan teknik purposive. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
pasien dengan diagnosis medis STEMI dan NSTEMI yang memiliki skala nyeri
sedang.

Instrumen pada penelitian ini adalah Numeric Rating Scale (NRS) yang
digunakan oleh peneliti untuk mengukur skala nyeri pasien pasca serangan
jantung. Lembar observasi yang berisikan tentang Standart Operating Prosedur
(SOP) yang berisikan langkah-langkah dalam pemberian guided imagery. Hasil
penelitian yang dilakukan kepada 12responden pemberian teknik relaksasi
imajinasi terbimbing (guided imagery) ratarata nyeri sebelum dilakukan
intervensi yaitu 4,17 dan rata-rata setelah di berikan intervensi 3,25. Pada
penelitian ini di dapatkan ada ada 9 orang pasien yang mengalami penurunan
nyeri dari nyeri yang sedang menjadi ringan dan 3 orang pasien yang di berikan
intervensi tidak mengalami penurunan nyeri.

Berdasarkan hasil penelitian tentang “pengaruh teknik relaksasi imajinasi


terbimbing (Guided Imagery) terhadap penurunan nyeri pasien pasca serangan
jantung di ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau” dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh teknik relaksasi imajinasi terbimbing (Guided
Imagery) terhadap penurunan nyeri pasien pasca serangan jantung di ruang
Flamboyan RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Penelitian ini
merekomendasikan untuk mengembangkan dan melaksanakan penelitian faktor-
faktor yang menpengaruhi nyeri pada pasien IMA.

Anda mungkin juga menyukai