Anda di halaman 1dari 27

GAMBARAN PENERAPAN TEKNIK BATUK EFEKTIF

TERHADAP PENGELUARAN SPUTUM


PASIEN TUBERCULOSIS PARU

LITERATUR REVIEW

Disusun Oleh :

JUNITA PRATIWI

17018

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN KERIS HUSADA

2020
ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit menular langsung yang menyerang paru–
paru. Gejala yang ditimbulkan berupa gejala respiratorik seperti batuk lebih dari 3
minggu, batuk berdarah, sesak nafas, dan nyeri dada. Namun terkadang muncul
gejala sistemik seperti penurunan berat badan, suhu badan meningkat, dan
malaise. Teknik latihan batuk efektif adalam tindakan yang diperlukan untuk
membersihkan sekresi. Tujuan dari batuk efektif yaitu untuk meningkatkan
ekspansi paru, mobilisasi sekresi, dan mencegah efek samping sari retensi sekresi.
Penelitian menggunakan desain penelitian yaitu deskriptif kuantitatif dengan
pendekatan literature review. Terdapat 65 artikel yang dipublikasi dari tahun
2015-2020. Dari 65 artikel 5 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
pertanyaan penelitian, dimana kriteria inklusi tersebut ialah penelitian
menggunakan besar sampel lebih dari 10 respondent, penelitian tentang teknik
batuk efektif terhadap pengeluaran sputum dan bersihan jalan nafas, penelitian ini
dilakukan oleh manusia dewasa dengan penyakit gangguan pernafasan, publikasi
melalui jurnal atau artikel penelitian, naskah publikasi, dan skirpsi publikasi
terbitan tahun 2015-2020, artikel yang berfokus pada batuk efektif terhadap
pengelaran sputum berdasarkan faktor usia, pendidikan dan pengobatan sebagai
alat ukur.
Berdasarkan hasil Literatur Review yang telah dilakukan tentang teknik batuk
efektif terhadap pengeluaran sputum agar pasien TB dengan melakukan batuk
yang benar yaitu batuk efektif dapat menghemat energi sehingga tidak mudah
lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal dan dianjurkan satu hari
sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum ± 2 liter untuk
mempermudah pengeluaran sputum.
Kata kunci : teknik batuk efektif, pengeluaran sputum, TB paru
ABSTRACT

Pulmonary tuberculosis (TB) is a direct infectious disease that attacks the lungs.
Symptoms caused by respiratory symptoms such as coughing for more than 3
weeks, coughing leeding, shortness of breath, and chest pain. But sometimes
systemic symptoms appear weight loss, increased body temperature, and malaise.
Effective cough training techniques are the actions needed to clear secretions. The
purpose of an effective cough is to increase lung expansion, mobilize secretions,
and prevent side effects of retention of secretions. The study uses a descriptive
quantitative research design with a literature review approach. There are 65
articles published from 2015-2020. Of the 65 articles 5 articles that fit the
inclusion criteria and research questions, where the inclusion criteria are studies
using a large sample of more than 10 respondents, research on effective coughing
techniques for sputum removal and airway clearance, this study was conducted by
adult humans with disorders breathing, publication through journals or research
articles, manuscripts, and publications published in 2015-2020, articles that focus
on effective coughing on sputum production based on age, education and
treatment as a measurement. Based on the results of the Literature Review system
that has been carried out on effective cough techniques on sputum removal so that
TB patients do the right cough effective cough can save energy so that it does not
get tired easily and can expel phlegm maximally and is recommended one day
before sputum examination, patients are advised to drink ± 2 liters to facilitate
sputum removal.

Keywords: effective cough technique, sputum removal, pulmonary TB


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Tuberkulosis paru masih menjadi masalah kesehatan didunia dimana

menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 mengemukakan

bahwa penyakit tuberculosis paru atau yang biasanya di kenal dengan sebutan

TBC merupakan penyakit menular yang menjadi penyebab kematian tertinggi

kedua di dunia. Pada tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah kasus tuberculosis

paru mencapai 10,4 juta jiwa meningkat dari sebelumnya yang hanya 9,6 juta.

Adapun jumlah temuan tuberculosis paru terbesar di dunia adalah India sebanyak

2,8 juta kasus, dan di Indonesia menjadi terbesar ketiga di dunia yaitu sebanyak

1,2 juta kasus (WHO, 2015).

Data dari Global Tuberculosis Report pada tahun 2016 menunjukkan angka

kematian akibat tuberculosis paru di Indonesia mencapai 100 ribu jiwa dalam

setahun. Pada tahun 2017 jumlah kasus tuberculosis paru di Indonesia sebanyak

420.994 kasus. Tingginya kasus tersebut di Indonesia tentunya menjadi parameter

tingkat kesehatan masyarakat di Indonesia yang masi rendah, kurangnya asupan

makanan yang bergizi dan kurang pengetahuan mengenai tindakan yang dapat

dilakukan untuk melakukan pencegahan tuberculosis paru yang belum memadai.

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017, prevalensi

tuberculosis paru yang menempati urutan ke-3 tertinggi di DKI Jakarta


yaitu daerah Jakarta Timur sekitar 0,24% setelah Jakarta Pusat dan Kepulauan

Seribu. Saat ini jumlah penderita tuberculosis paru di provinsi DKI Jakarta pada

tahun 2017 sebanyak 36.998 penderita dibandingkan dengan sebelumnya

sebanyak 55.503 penderita, dan terjadi penurunan sebesar 33,34% penderita

tuberculosis paru positif.

Dari jumlah tersebut didapatkan 12.880 penderita yaitu diantaranya kasus baru

dengan tuberculosis paru positif dan terjadi peningkatan dibandingkan pada tahun

sebelumnya sebesar 7.302 penderita. Pada tahun 2015 sebesar 5.574 penderita

Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan merupakan suatu wilayah

dengan jumlah BTA+ terbesar di provinsi DKI Jakarta yaitu dengan rata-rata

sebanyak 2.000 penderita Terjadinya peningkatan penderita tuberculosis paru di

DKI Jakarta sampai dengan saat ini disebabkan karena beberapa faktor

diantaranya kondisi lingkungan perumahan dan lingkungan hidup yang tidak

higienis, membuang dahak sembarangan, tidak mengerti mengenai batuk efektif

dan etika batuk, penularan dari penderita lama ke penderita baru dan pengobatan

yang tidak tuntas serta skrining kesehatan oleh petugas kesehatan yang lebih baik

(Kemenkes RI, 2015).

Dari banyaknya data tersebut maka pasien dengan kasus tuberculosis paru

membutuhkan peran perawat untuk memenuhi kebutuhan dasar dan membantu

mengurangi keluhan yang dirasakan pasien. Biasanya pada penderita tuberculosis

paru mengalami masalah seperti sesak nafas, batuk-batuk, demam disertai sesak

nafas serta tidak nafsu makan (Perry & Potter, 2016).


Untuk dapat meringankan gejala tersebut terdapat cara atau metode yaitu

dengan melakukan latihan batuk efektif (Mardoyono, 2013). Batuk efektif

merupakan suatu tindakan mandiri perawat untuk membantu mengeluarkan dahak

yang melekat pada jalan nafas serta dapat menjaga paru-paru agar tetap bersih dan

juga pola nafas pasien akan tetap menjadi efektif (Smeltzer & Bare, 2016).

Penerapan latihan batuk efektif yang benar pada pasien tuberkulosis paru yang

mengalami gejala tersebut. Keadaan seperti ini dilatarbelakangi oleh beberapa

alasan seperti pasien belum sama sekali tahu tentang batuk efektif, dan

kecenderungan pasien yang mengatakan lelah jika melakukan batuk biasa

dikarenakan dengan batuk biasa tetap saja merasa sesak nafas. Selain itu,

beberapa pendapat mengatakan bahwa sangat sulit sekali para penderita

tuberculosis untuk mengeluarkan sputum yang maksimal bahkan banyak perawat

yang sulit mendapatkan sampel sputum pasien dengan tuberculosis paru untuk

pengecekkan laboratorium

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mencoba menggali informasi

mengenai latihan batuk efektif terhadap pengeluarah sputum pasien tuberculosis

paru, dan teknik ini juga dapat diberikan sebagai terapi modalitas yang bertujuan

agar pasien menjadi lebih tahu dan paham mengenai batuk efektif khususnya pada

pasien tuberculosis paru untuk pemeriksaan laboratorium, maka penulis tertarik

untuk melakukan studi kasus dengan telaah jurnal mengenai pemberian terapi

latihan batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien tuberculosis paru.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu Bagaimana Gambaran

Penerapan teknik Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Pasien

Tuberculosis Paru.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan hasil teknik

batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien tuberculosis paru

berdasarkan telaah jurnal penelitian.

2. Tujuan Khusus :

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah

a. Diketahuinya batuk efektif terhadap pengeluarkan sputum

berdasarkan usia.

b. Diketahuinya batuk efektif terhadap pengeluarkan sputum

berdasarkan pendidikan dan pengobatan.

c. Diketahuinya penerapan batuk efektif terhadap pengeluaran sputum

berdasarkan posisi tubuh pasien saat melakukan batuk.

D. Manfaat

Hasil literature review ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ruang

lingkup keperawatan diantaranya adalah :

1. Bagi mahasiswa
Literature review ini diharapkan dapat memberikan acuan dalam

melakukan intervensi keperawatan dan menambah ilmu pegetahuan dalam

keperawatan mengenai gambaran penerapan latihan batuk efektif terhadap

pengeluaran sputum pasien tuberculosis paru.

2. Bagi instansi pendidikan mahasiswa

Literature review ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi

tambahan bagi ilmu keperawatan medical bedah dalam penerapan terapi

modalitas bagi pasien penderita tuberculosis paru agar lebih mudah untuk

mengeluarkan dahak dan mengurangi sesak karena terdapat dahak pada

pernafasannya
BAB II

METODE LITERATUR REVIEW

A. Desain penelitian

Desain dalam penelitian ini adalah literature review atau tinjauan pustaka.

Studi literature review adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan data atau

sumber yang berhubungan pada sebuah topik tertentu yang bisa di dapat dari

berbagai sumber litearatur seperti jurnal, buku, internet, skripsi, dan pustaka

lainnya. Adapun sifat dari penelitian ini adalah analisis deskriptif, yakni

penguraian secar teratur data yang telah diperoleh, kemudian diberikan

pemahaman dan penjelasan agar dapt dipahami dengan baik oleh pembaca.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data

dengan mencari atau menggali data dari literatur yang terkait dengan apa yang

dimaksudkan dalam rumusan masalah. Data-data yang telah didapatkan dari

berbagai literatur dikumpulkan sebagai suatu kesatuan dokumen yang digunakan

untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

Metode yang digunakan untuk menyusun literature review ini dilakukan

dengan menggunakan sumber data base dari studi, dan strategi penelusuran

publikasi di data base studi. Metode pencarian dengan menggunakan google

scholar dan portal garuda dengan kata kunci yang digunakan dalam pencarian

jurnal yaitu penerapan latihan batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada
pasien tuberculosis paru, ada 5 literatur yang digunakan untuk menyusul literature

review. Rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 5 tahun terakhir (2015-2020).

Kriteria inklusi yang digunakan adalah: penelitian menggunakan besar

sampel lebih dari 8-30 respondent, penelitian tentang teknik batuk efektif terhadap

pengeluaran sputum dan bersihan jalan nafas, penelitian ini dilakukan oleh

manusia dewasa dengan penyakit gangguan pernafasan, publikasi melalui jurnal

atau artikel penelitian, naskah publikasi, dan skirpsi publikasi terbitan tahun

2015-2020. Kriteria Eksklusi yaitu penelitian mnggunakan sampel urang drai 10

responden, penelitian teknik batuk efektif terhadap peningkatan tekanan paru,

publikasi terbitan lebih dari 5 tahun. Literature yang digunakan adalah literature

yang dipublikasikan dari tahun 2015-2020. Seluruh literature diseleksi kembali

dengan menggunakan kriteria inklusi dn eksklusi.

C. Strategi Penelusuran Data Base Studi

Berdasarkan hasil penelusuran di media Google Scholar, dan Portal garuda

dengan kata kunci teknik batuk efektif, pengeluaran sputum, pasien Tuberculosis

paru. Setelah dilakuka penelusuran literature di Portal Garuda penelusuran yang

berdasarkan kata kunci yaitu + “batuk efektif + pengeluaran sputum” ditemukan 5

artikel yang sesuai dengan kata kunci. Selain itu peneliti melakukan penelusuran

artikel pada google Scholar sesuar dengan kata kunci yaitu “batuk efektif”,

“pengeluaran sputum”, “pasie Tb paru” dalam melakukan penelusuran di google

scholar sesuai dengan kata kunci didapat 65 hasil baik jurnal amupun skripsi

penelitian lainnya. Setelah dilakukan penelusuran tersebut maka peneliti


melakukan seleksi jurnal maupun skripsi sesuai dengan kriteria inklusi yang sudah

ditentukan oleh peneliti yaitu diambil 5 literatur yang sesuai dengan tema yang

ditentukan, hasil tersebut akan ditelaan secara mendalam oleh penulis dalam

melakukan literature review ini. Sumber data base penelitian yang diperoleh

sebagi berikut :

Data Base Penelitian Alamat WEB Keterangan

Portal GARUDA http://garuda.ristekdikti.go.i

Google Scholar https://scholar.google.co.id

Table 1.1 Sumber Penelusuran Jurnal Penelitian


BAB III

RINGKASAN PUSTAKA

Table 3.1 Ringkasan Pustaka

Studi/penuli Tempat Besar sampel / Usia Kelompok Metode penelitian / Outcomes


s penelitian partisipan alat ukur
Intervensi Kontrol
Pengaruh Bengkulu Sampel an ini Rentang Kelompok - Pra Eksperiment Pengeluaran sputum
batuk efektif adalah yang usia 18-68 intervensi dengan sebelum dilakuka
terhadap digunakan tahun sebelum menggunakan tindakan batuk efektif
pengeluaran dalam dilakukan rancangan one memiliki hasil 11
sputum pada penelitian ini batuk efektif group (55%) baik dalam
pasien TBC adalah 20 hanya ada 11 pretest-postest mengeluarkan sputum
diwilayah responden orang (55%) design. Serta dan 9(45%) tidak baik
kerja Teknik yang dapat Lembar dlama mengeluarkan
puskesmas pengambilan mengeluarkan observasi berisi sputum. Setelah
tes sampel sputum yang tentang reaksi diberikan latihan batuk
kabupaten menggunakan benar pasien efektif seluruh
lebong. teknik total sebelum dan responden baik dalam
sampling, setelah dilakukan pengeluaran sputum ,
(Devi berjumlah 20 teknik batuk sehingga dapa
Listiana, orang efektif disimpulkan dari hasil
Buyung Uji Wilcoxon Signed
Keraman, Ranks Test
Andri didapat nilai Z =
Yanto, -3,669 dengan p-
2020) value=0,000<0,05,
berarti ada pengaruh
batuk efektif
terhadap pengeluaran
sputumpada pasien
TBC di wilayah kerja
Puskesmas Tes
Kabupaten
Lebong

Batuk efektif Kediri, Pada penelitian Lebih dari Intervensi Desain yang Hasil penelitian yang
dalam 2011 ini sampel 46 tahun diberikan digunakan adalah telah dilakukan yaitu
pengeluaran diambil dari sebelum dan pra eksperiment pengeluaran dahak
dahak pada pasien yang sesudah one grup pretest – pada pasien dengan
pasien akan di lakukan dilakukan post test , dengan ketidakefektifan
dengan tindakan tindakan batuk menggunakan alat bersihan jalan nafas di
ketidakefekti nebulizer di efektif dalam ukur yaitu lembar instalasi rehabilitasi
fan bersihan rehabilitasi pengeluaran observasi batuk medik rs baptis kediri
jalan nafas medik rumah sputum efektif, serta gelas sebelum diberikan
di instalasi sakit baptis ukur atau pot tindakan batuk efektif
rehabilitasi kediri yang sputum adalah banyak
medik memenuhi sebanyak 2 (13,3%)
rumah sakit kriteria inklusi responden.
baptis kediri dengan jumlah Pengeluaran dahak
27 pasien setelah diberikan
(Yosep tindakan batuk efektif
Nugroho, pada pasien dengan
2011) ketidakefektifan
bersihan jalan nafas di
instalasi rehabilitasi
medik rs baptis kediri
adalah banyak
sebanyak 10
( 66,66% ) responden.
Terdapat pengaruh
yang signifikan /
bermakna sebelum dan
sesudah perlakuan
batuk efektik pada
pasien dengan
ketidakefektifan
bersihan jalan nafas di
instalasi rehabilitasi
medik rs baptis kediri

Efektifitas Salatiga Sampel yang Rentang 11 responden Desain penelitian Hasil penelitian
batu efektif digunakan usia 41-60 yang yang digunakan menunjukkan terdapat
pagi dan dalam tahun mengikuti adalah Pra perbedaan yang
siang hari penelitian ini penelitian Experiment dengan signifikan antara
terhadap sejumlah 11 batuk efektif jenis penelitian intervensi pagi dan
pengeluaran respondent pagi dan siang yang digunakan siang hari. Ter;lihat
sputum dengan teknik hari terhadap adalah One dari hasil pengeluaran
pasien asma total sampling pengeluaran Group Pre Test- sputum pada
bronkial di sputum Post test design. kelompok intervensi
RS Paru dr. dilakukan Serta dalam pagi hari keluarnya
ario wirawan intervensi penelitian ini sputum 4- < 6
sebelum dan penggumpulan mldiperoleh dari 7
(W.N. sesudah data dengan responden (63,6%),
Khasanah, dilakukan menggunakan sedangkan paling
2015) penelitian alat ukur gelas sedikit yaitu 2- <3 ml
ukur untuk diperoleh dari 4
menampung responden (36,4%).
sputum dan lembar Kemudian pada
observasi untuk kelompok intervensi
mencatat hasil siang hari pengeluaran
sputum, lembar sputum dari 11
observasi yang responden seluruhnya
berisi tentang sebanyak 1- <2 ml,
identitas dari hasil tersebut
responden, dan menunjukkan nilai
volume sputum yang signifikan 0,000
(ml) (<0,05), artinya ada
efektifitas batuk
efektif terhadap
pengeluaran sputum
pagi dan siang hari

Pengaruh Jombang, Sampling Usia 24 resonden Desain penelitian Hasil penelitian


batuk efektif 2013 menggunakan kurang dari yang termasuk yang digunakan didapatkan sebagian
terhadap teknik 70 tahun kelompok adalah Pra besar responden tidak
pengeluaran Accidental intervensi Experiment dengan dapat mengeluarkan
sputum pada sampling sebelum dan jenis penelitian sputum sebelum
pasien dengan jumlah sesudah yang digunakan dilatih batuk
uberculosis sampel 24 dilakukan adalah One efektif sebesar 13
di Orang. teknik batuk Group Pre Test- responden (54,2%)
Puskesmas efektif Post test design. dan hampir seluruh
peterongan terhadap Serta dalam responden dapat
kabupaten pengeluaran penelitian ini mengeluarkan
jombang sputum di penggumpulan sputum sesudah dilatih
puskesmas data dengan batuk efektif sebesar
(Alie peteringan- menggunakan 19 responden (79,2%)
Rodiyah, jombang alat ukur sap dan hasil uji statistik
2013) (satuan acara chi
penyuluhan) kuadrat 0,021 berarti
dan check list. < 0,05 maka ha
diterima. Pasien tb
dengan melakukan
batuk yang benar
yaitu batuk efektif
dapat menghemat
energi sehingga tidak
mudah lelah dan dapat
mengeluarkan dahak
secara maksimal dan
dianjurkan satu hari
sebelum pemeriksaan
sputum,
pasien dianjurkan
minum ± 2 liter untuk
mempermudah
pengeluaran sputum
Pengaruh Semarang Populasi dari Rentang Intervensi Tidak ada Penelitian Hasil penelitian ini
teknik batuk penelitian ini usia 21-60 yang kuantitatif dengan menunjukkan bahwa
efektif adalah sebanyak tahun dilakukan pada desain penelitian rata-rata kualitas
terhadap 56 respondent, penelitian ini Quisi-Experiment pengeluaran sputum
pengeluaran dengan tidak one group pretest- pada pasien TB paru
sputum menggunakan menggunakan posttest dimana sebelum dilakukan
untuk rumus pembagian penelitian ini teknik batuk efektif
penemuan solvinuntuk kelompok, menguji coba suatu dilihat dari jumlah
Mycobacteri menentukan sama halnya intervensi pada sputum yang
um jumlah sampel degan kelompok subyek dikeluarkan adalah
Tuberculosis maka penelitian tanpa kelompok berada pada kategori
(MTB) pada didapatkan yang lain pembanding tidak baik sebanyak 20
pasien tb jumlah sampel menggunakan namun tidak respondent (66,7%),
paru di sebanyak 30 intervensi dilakukan dan yang dapat
ruang respondent sebelum randomasi mengeluarkan sputum
rajawali 6B dilakukan dan yang baik yaitu 10
RSUD Dr. sesudah responden ( 33,3%).
kariadi dilakukan Hasil penelitian
semarang batuk efektif sesudah dilakukan
(Joko pada pasien teknik batuk efektif
Ariyanto, tuberculosis dilihat dari jumlah
2018) paru sputum yang
dikeluarkan adalah
berada pada kategorik
baik sebanyak 26
respondent (86,7%),
dan masih didapatkan
sebanyak 4 responden
(13,3%) yang kualitas
sputumnya kategori
tidak baik.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisis dan Sintesis

Deskripsi 5 artikel penelitian tentang teknik latihan batuk efektif terhadap

pengeluaran sputum pasien tuberculosis paru menunjukkan bahwa keseluruhan

hasil penelitian membuktikan adanya pengaruh teknik batuk efektif terhadap

pengeluaran sputum pasien tuberculosis paru. Diantara pengaruh yang terjadi pada

pasien setelah diberikan intervensi teknik batuk efektif ialah terjadi peningkatan

jumlah sputum yang dikeluarkan pada pasien tuberculosis paru, yang dimana

outcome-outcome tersebut berkaitan erat dengan pengeluaran sputum masing-

masing responden dalam penelitian. Teknik dalam pengambilan sampel ialah

dengan total sampling, accidental sampling, dan sampel random sampling.

Sampel yang digunakan rata-rata 8-30 orang. Satu penelitian melakukan

pembagian kelompok intervensi dan kontrol, beberapa penelitian lainnya

menggunakan satu kelompok intervensi yang kemudian dilakukan penilaian data

dan kemudian dilakukan evaluasi pengaruh intervensi pada sampel yang

disesuaikan dengan tujuan masing-masing penelitian.

Teknik latihanbatuk efektif memiliki banyak manfaat sebagai salah satu

tindakan non farmakologi manajemen pernafasan dalam praktek mandiri

keperawatan. Teknik ini mampu mengurangi sesak nafas dan mencegah terjadinya

retensi secret didalam saluran pernafasan selain itu juga teknik batuk efektif ini

berguna untuk menjaga agar saluran pernafasan menjadi tetap paten, teknik batuk
efektif ini apabila dilakukan dengan pasen secara terus menerus untuk

membersihkan saluran nafas dari secret. Hal ini sejalan dengan teori-teori yang

mengatakan bahwa teknik batuk efektif dapat membantu pasien tuberculosis paru

yang memiliki ketidakefektifan bersihan jalan nafas menjadi paten yaitu dari

pernafasan yang terdengar ronchi.

Teknik latihan batuk efektif adalam tindakan yang diperlukan untuk

membersihkan sekresi. Tujuan dari batuk efektif yaitu untuk meningkatkan

ekspansi paru, mobilisasi sekresi, dan mencegah efek samping sari retensi sekresi.

Salah satu tindakan non farmakologi untuk mengeluarkan sputum yaitu dengan

cara batuk efektif (devi listiana, 2020).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alie Rodiyah, 2013

menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi berdasarkan faktor usia yaitu

kriteria usia alam penelitiannya yaitu < 70 tahun akan tetapi berdasarkan hasil dari

data umum mengenai karakteristik responden menunjukkan setengah responden

berusia 36-50 tahun sebesar 11 responden (45,8%), selain itu juga dilakukan

tindakan latihan batuk efektif baik sesudah dan sebelum mendapatkan perlakuan

berdasarkan usia bahwa hasil dari pengeluaran sputum sebelum dan sesudah

dilakukan latitan batuk efektif yaitu 5 responden berumur lebih dari 70 tahun atau

sudah lansia hal ini dapat menjadi faktor yang mempengaruhi dalam pengeluaran

sputum.

Penelitian yang dilakukan oleh Yosep Nurgoro, 2011 bahwa teknik batuk

efektif terhadap pengeluaran sputum pasien tuberculosis paru berdasarkan faktor


usia yang mempengaruhi dalam penelitian ini yang menunjukkan lebih dari 50%

responden berumur >46 tahun sebanyak 11 respondent (73,33%).

Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pranowo

tahun, 2015 pengaruh latihan batuk efektif terhadap pengeluaran sputum

berdasarkan usia yaitu 56,7% responden merupakan kelompok umur 32-48 tahun.

Hasil penelitian ini sejalan degan hasil penelitian Joko Ariyanto, 2018 dengan

umur responden 32-48 tahun, dikarenakan dipenggaruhi oleh faktor usiaa maka

tidak 100% menciptakan hasil yang baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh W.

N. Khasana, 2015 menunjukkan bahwa faktor usia yang menjadi variable dalam

penelitiannya yaitu usia 41-60 tahun.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh rahmad karyanto tahun 2018

diperoleh data dari setengah responden berusia 21- 30 tahun dan 41-50 tahun yang

masing masing terdir dari 3 responden (27%), setelah dilakukan latihan batuk

efektif terdapat hasil bahwa 4 responden (36%) dalam pelaksanaan batuk efektif

terhadap pengeluaran sputumnya cukup, hal ini dapat disebabkan karena faktor

usia, data umum menunjukkan dari 11 responden sejumlah 2 responden (18%)

berusia 61-70 tahun ini termasuk dalam masa lansia dan dapat mempengaruhi

daya ingat mengenai batuk efektif dan dalam pengeluaran sputum karena

terjadinya penurunan fungsi tubuh sehingga sulit mengeluarkan sputum.

Usia responden juga mempengaruhi pengeluaran dahak seseorang karena

kemungkinan responden pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi tubuh sehingga

sulit untuk mengeluarkan dahak. Oleh karena itu diberikan perlakuan batuk efektif

dan membuktikan bahwa tindakan batuk efektif terbukti efektif dan dapat
memberikan perubahan pada pengeluaran dahak seseorang, karena dengan batuk

efektif responden bisa mengeluarkan dahak dengan maksimal dan banyak serta

dapat membersihkan saluran pernapsan yang sebelumnya terhalang oleh dahak.

Selain faktor usia faktor lain yang mempengaruhi batuk efektif terhadap

pengeluaran sputum yaitu berdasarkan faktor pendidikan diantaranya penelitian

yang dilakukan oleh Alie Rodiyah tahun 2013 menyataka bahwa Dalam

penelitiannya hampir seluruh responden berpendidikan dasar sebesar 23

responden (95,8%) dan seluruh responden tidak pernah dilakukan latihan batuk

efektif sebesar 24 responden (100%). Begitu juga dengan penelitian yang

dilkukan oleh Yosep Nugroho tahun 2011 menunjukkan paling banyak responden

mempunyai riwayat pendidikan SD yaitu sebanyak 6 responden (40%) dari 15

responden. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh W. N. khasana

tahun 2015 dalam penelitiannya yaitu 60% memiliki riwayat pendidikan SD dari

22 responden. Begitu juga dengan penelitian Joko Ariyanto tahun 2018

menunjukkan bahwa sebagian respodennya berpendidikan SD dari 30 responden.

Dan juga penelitian yang dilakukan oleh Rahmad Karyanto tahun 2018 yaitu

setengah dari responden berpendidikan SD sejumlah 4 responden (36%) dari 11

responden. Pendidikan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi dalam penelitian

batuk efektif terhadap pengeluaran sputum. Pendidikan yang rendah

mengakibatkan pengetahuan yang kurang sehingga pasien TB kurang tahu

bagaimana cara batuk yang benar dan sebelumnya tidak pernah mendapat

informasi bagaimana mengeluarkan sputum dengan benar dari petugas kesehatan

sehingga menggakibatkan pengeluaran sputum tidak dapat maksimal. Jika


demikian bisa mengakibatkan petugas laborat membuat diagnosa yang salah

karena jumlah sputum tidak sesuai dengan jumah yang diharapkan (Ns. Linda

Widiastutu, 2019). Selain kedua faktor tersebut satu faktor lagi dapat

mempengaruhi pengeluaran sputum yaitu faktor pengobatan diantaranya menurut

penelitian yang dilkukan oleh Alie Rodiyah tahun 2013 yaitu setengahnya

responden mulai berobat bulan 1- 2 sebesar 10 responden (41,6%) dari 24

responden. Penelitian tersebut sam dengan penelitian Ns. Linda Widiatuti tahun

2019 setengahnya responden mulai berobat bulan 1-3 sebesar 10 responden

(41,6%) dari 24 responden. Ketidak mampuan responden dalam pengeluaran

sputum dapat dipengaruhi beberapa hal yaitu sebagian besar responden sudah

masuk bulan berobat 3 bulan sampai 6 bulan sehingga produktifitas pengeluaran

sputum menjadi berkurang dengan begitu batuk efektif sangat perlukan supaya

pengeluaran sputum menjadi maksimal dan 1 hari sebelumnya disarankan minum

air 2 liter.

Latihan batuk efektif dalam pengeluaran sputum juga dapat dipengaruhi

oleh posisi responden saat dilakukan perlakuan, menurut penelitian yang

dilakukan oleh Alie rodiah tahun 2013 posisi yang digunakan saat dilakukan

batuk efektif yaitu posisi badan agar condong kedepan/ membungkuk, serta

dianjurkan pasien untuk minum air hangat sebelum dilakukan batuk efektif untuk

mengencerkan dahak terlebih dahulu, penelitian tersebut sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh W.N. Khasanah 2015 dan Devi Listiana 2020 mengenai

posisi saat dilakukan batuk efektif. Berdasarkan penelitian Yosep Nugroho tahun

2011 dalam memberikan posisi duduk tegak ditempat tidur dengan kaki disokong
agar lebih nyaman dalam latihan batuk dan lebih banyak lender yang dikeluarkan

dengan posisi seperti ini (Potter &Perry, 2006). Begitu juga dengan penelitian

joko ariyanto taun 2018 dalam penelitiannya khusunya pada intervensi batuk

efektif langkah pertama memberikan minum air hangat untuk mengencerkan

secret agar mudah dikeluarkan kemudian memberikan posisi badan duduk tegak

ditempat tidur. (Joko Ariyanto, 2018).

Hasil dari 5 penelitian yang telah di review tentang teknik batuk efektif

terhadap pengeluaran sputum pada pasien tuberculosis paru, 5 literatur

menyatakan adanya pengaruh yang signifikan artinya adanya pengaruh teknik

batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien tuberculosis paru (Joko

Ariyanto, 2018., Alie Rodiyah 2013., Yosep Nurgroho, 2011., W. N. khasanah,

2015., Devi listiana, 2020).

Kendala dalam menyusun literature review ini yaitu tidak banyak

ditemukan literature yang sejalan dengan konsep yang diinginkan dikarenakan

batas tahun yang ditetapkan, banyak yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi

salah satunya tahun dalam mencari jurnal tersebut oleh karena itu penulis

mengambil jurnal tahun 2013 dan 2011 karena itu sangat mendukung dalam

penelitian ini.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil Literatur Review yang telah dilakukan pada penelitian ini yaitu

tentang gambaran penerapan teknik batuk efektif terhadap pengeluaran sputum

pada pasien tuberculosis paru dapat disimpulkan bahwa keseluruhan artikel

penelitian yang menggunakan intervensi latihan batuk efektif yaitu sebanyak 5

artikel yang dinilai efektif, baik artikel nasional maupun internasional yang

dibuktikan kerelevan penelitiannya dengan penelitian lain. Teknik batuk efetiktif

ini jika dilakukan dengan baik dan benar maka akan menimbulkan dampak yang

baik dalam pengeluaran sputum, tidak hanya mengeluarkan sputum saja akan

tetapi dapat menghilangkan sesak nafas akibat akumulasi secret yang ada pada

jalan nafas, SOP yang ada juga sangat mudah untuk dilakukannya dan tidak perlu

membutuhkan biaya apapun.

Tidak hanya itu batuk efektif ini juga memiliki faktor yang dapat

mempengaruhi dalam pengeluaran sputum yaitu faktor usia, pendidikan, dan fakor

pengobatan sehingga dapat menurunkan produksi sputum, oleh karena itu kita

sebagai perawat wajib sekali mengajarkan teknik batuk efektif ini sedari awal

pasien menimbulkan gejala seperti batu produktif agar bermanfaat untuk dirinya

dan orang lain.


B. Saran

Diharapkan institusi dapat menerapkan teknik batuk efektif ini sebagai

rujukan dalam praktek utamanya untuk menangani ketidakefektifan bersihan jalan

nafas, dan latihan batuk efektif ini bisa dilakukan supervise setiap tahun agar

mahasiswa dapat ber inisiatif untuk melakukan tindakan modalitas ini disaat

mereka praktek klinik di ruang paru.

Anda mungkin juga menyukai