Anda di halaman 1dari 57

RESUSITASI JANTUNG & PARU

PENDAHULUAN
Resusitasi jantung paru (RJP) ialah:

– Tindakan mengembalikan fungsi pernapasan dan


denyut jantung untuk suplai kebutuhan otak
– Kedua fungsi tersebut dapat mengalami kegagalan oleh
sesuatu sebab yang datangnya tiba-tiba
– Pada orang-orang yang kondisi tubuhnya
memungkinkan untuk hidup normal bila kedua fungsi
tersebut bekerja kembali
PENDAHULUAN

TAHAP/TINGKAT & TINDAKAN PADA RJP:

1. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support )


2. Bantuan Hidup Lanjut (Advanced Life
Support)
3. Bantuan Hidup Jangka Panjang (Prolong Life
Support)
PENDAHULUAN

• Dalam RJP digunakan Metode BHD (Bantuan


Hidup Dasar)
• BHD memberikan asupan oksigen dan sirkulasi
darah ke sistem tubuh terutama OTAK
• BHD sangat bermanfaat jika dilakukan sesegera
dan sebaik mungkin
• Metode ini selalu mengalami penyempurnaan
Hubungan Keterlambatan BHD &
Peluang Keberhasilannya

Keterlambatan BHD Peluang Keberhasilan


(Hidup)
1 menit 98/100
3 menit 50/100
10 menit 1/100
PENDAHULUAN
• Tahun 1988 AHA (American Heart Association)
pertama kali menetapkan pedoman RJP
berupa A-B-C
– Berakibat penundaan bermakna (30 detik) pada
kompresi dinding dada

• Tahun 2010, Panduan AHA untuk RJP dan Gawat


Darurat Kardiovaskular berfokus pada:
– Pengenalan segera henti jantung yang tiba-tiba
– Aktivasi sistem respon gawat darurat
– RJP sedini mungkin
– Segera lakukan defibrilasi jika diindikasikan
SEKUENS RESUSITASI

2005

2010
• Tahun 2015, Panduan AHA untuk RJP dan Gawat Darurat
Kardiovaskular berfokus pada:
– Mendahulukan sirkulasi sebelum penatalaksanaan jalan nafas (C - A
- B) tetap sama AHA 2010
– Sistem perawatan dengan membedakan serangan jantung di dalam
rumah sakit (ICHA) dan serangan jantung di luar rumah sakit
(OCHA)
– RJP yang berkualitas
• Kecepatan kompresi dada 100-120 x/menit dan Kedalaman
kompresi dada minimal 2 inch (5 cm) tidak lebih dari 2,4 inch
(6 cm)
• recoil penuh (tidak bertumpu diantara kompresi)
• minimalkan interupsi
• hindari ventilasi yang berlebih
– Bagi penolong tidak terlatih RJP hanya kompresi (HAND ONLY)
PENDAHULUAN
• Pedoman baru:
– Pengenalan segera henti jantung tiba-tiba pada
kondisi unresponsive & tidak ada napas normal
– Tidak boleh menghabiskan waktu >10 detik untuk
memeriksa nadi
– Jika dalam 10 detik nadi tidak dapat dipastikan
dianggap tidak ada nadi maka harus
dimulai/memakai AED (automatic external
defibrilator) jika tersedia
– Perubahan ini berlaku untuk dewasa, anak, dan
bayi bukan neonatus
PENDAHULUAN
• Pedoman baru:
– Look, listen & feel telah dihilangkan dari
algoritme BHD
– Jumlah kompresi dada minimal
100x/menit dan tidak lebih dari 120
– Penolong terus melakukan RJP sampai
kembalinya fungsi sirkulasi spontan
– Kedalaman kompresi untuk dewasa
sudah diubah dari 1.5-2 inchi menjadi 2
inchi (5 cm) - 2,4 inch (6 cm)
PENDAHULUAN

• Pedoman baru:
– Kecepatan & kedalaman kompresi diberikan
secara adekuat sehingga memungkinkan
rekoil penuh dada antara dua kompresi
– Meminimalisasi interupsi saat kompresi
dada
– Menghindari pemberian ventilasi
berlebihan
TUJUAN BHD

1. Mencegah berhentinya sirkulasi darah atau


berhentinya pernapasan
2. Memberikan bantuan eksternal pada
sirkulasi (dengan kompresi dada) dan
ventilasi (dengan bantuan napas penolong)
pada pasien yang mengalami henti
jantung/henti napas melalui rangkaian
kegiatan RJP
RANGKAIAN BHD
1. RESPONS

• Pastikan kendisi pasien dengan memanggil


nama/sebutan dengan keras atau dengan
menggoyangkan bahu dengan mantap (touch &
talk)

• Tentukan tingkat kesadaran:


1. Sadar penuh : sadar, orientasi terhadap diri,
waktu dan tempat baik
2. Setengah sadar : mengantuk/bingung
3. Tidak sadar : tidak berespon
1. RESPONS

Jika pasien berespon:

1. Tinggalkan pada posisi ditemukan dan hindari


kemungkinan risiko cedera lain yang bisa terjadi
2. Jika sendiri, tinggalkan pasien sementara &
minta bantuan
3. Observasi dan evaluasi ulang secara reguler
(kontinyu)
1. RESPONS
Jika pasien tidak berespon:

1. Berteriak minta tolong


2. Atur posisi pasien: sebaiknya dalam posisi terlentang pada
permukaan keras & rata atau jika tidak maka diterlentangkan
dengan teknik log roll (bersamaan dari kepala, leher, punggung
sampai kaki)
3. Atur posisi penolong: berlutut sejajar dengan bahu pasi agar
efektig dalam melakukan RJP
4. Cek nadi karotis :
• Tidak lebih dari 10 detik
• Penolong awam tidak harus memeriksa denyut nadi karotis
• Dianggap henti jantung jika pasien tiba-tiba tidak sadar, tidak
bernapas/ bernapas tapi tidak normal (gasping)
1. RESPONS
2. CIRCULATION (SIRKULASI)

1. Lutut berada pada sisi bahu korban


2. Posisi badan tepat di atas dada pasien &
bertumpu pada kedua lengan
3. Letakkan salah satu tumit telapak tangan pada
pertengahan sternum di antara 2 puting susu dan
telapak tangan lainnya di atas tangan pertama
dengan jari saling bertaut dengan (dua jari pada
bayi)
4. Tekan dada lurus ke bawah dengan kecepatan
minimal 100x/menit (hampir 2x/detik)
2. CIRCULATION (SIRKULASI)
Panduan AHA 2010:
1. Lutut berada pada sisi bahu korban
2. Posisi badan tepat di atas dada pasien & bertumpu
pada kedua lengan
3. Letakkan salah satu tumit telapak tangan pada
pertengahan sternum di antara 2 puting susu dan
telapak tangan lainnya di atas tangan pertama
dengan jari saling bertaut dengan (dua jari pada
bayi)
4. Tekan dada lurus ke bawah dengan kecepatan
minimal 100x/menit (hampir 2x/detik)
2. CIRCULATION (SIRKULASI)
2. CIRCULATION (SIRKULASI)
2. CIRCULATION (SIRKULASI)
3. AIRWAY (JALAN NAPAS)

• Pastikan jalan napas terbuka & bersih


(memungkinkan pasien dapat bernapas)

• Bersihkan jalan napas:


– Amati suara napas dan pergerakan dinding dada
– Dilakukan dengan cara jari silang (cross finger) untuk
membuka mulut
– Cek & bersihkan dengan menyisir rongga mulut
dengan jari (bisa dilapisi kassa untuk menyerap
cairan)
3. AIRWAY (JALAN NAPAS)
3. AIRWAY (JALAN NAPAS)
• Membuka jalan napas
1. Head Tilt & Chin Lift:
• Baringkan korban terlentang pada
permukaan yang datar & keras
• Letakkan telapak tangan pada dahi pasien
• Menekan dahi sedikit mengarah ke depan
dengan telapak tangan
• Meletakkan ujung jari telunjuk & jari
tengah dari tangan lainnya di bawah bagian
ujung tulang rahang pasien
• Menengadahkan kepala &
menahan/menekan dahi secara bersamaan
sampai kepala pasien pada posisi ekstensi
3. AIRWAY (JALAN NAPAS)
3. AIRWAY (JALAN NAPAS)
• Membuka jalan napas
2. Jaw Thrust:
• Membaringkan korban terlentang pada
permukaan yang datar dan keras
• Mendorong ramus vertikal mandibula kiri dan
kanan ke depan sehingga barisan gigi bawah
berada di depan barisan gigi atas, atau
• Menggunakan ibu jari masuk ke dalam mulut
korban dan bersamaan dengan jari-jari yang lain
menarik dagu korban ke depan, sehingga otot-
otot penahan lidah teregang dan terangkat
• Mempertahankan posisi mulut pasien tetap
terbuka
3. AIRWAY (JALAN NAPAS)

• Ambil benda apa saja yang terlihat


• Pada bayi, posisi kepala harus normal
• Cek tanda kehidupan (respon & suara napas)
• Jangan mendongakkan dahi secara berlebihan
secukupnya untuk membuka jalan napas
karena bisa cedera leher
3. AIRWAY (JALAN NAPAS)
3. AIRWAY (JALAN NAPAS)
3. AIRWAY (JALAN NAPAS)
• Panduan AHA 2010 merekomendasikan:
– Gunakan head tilt-chin lift untuk membuka jalan
napas pada pasien tanpa ada trauma kepala dan leher
– Gunakan jaw thrust jika suspek cedera servikal
– Pasien suspek cedera spinal lebih diutamakan
dilakukan restriksi manual (menempatkan 1 tangan di
tiap sisi kepala pasien) daripada menggunakan spinal
immobilization devices karena dapat menganggu jalan
napas (alat ini bermanfaat mempertahankan
kesejajaran spinal selama transportasi)
3. AIRWAY (JALAN NAPAS)
• Jalan napas tersumbat:
– Miringkan pasien ke salah satu sisi
– Keluarkan apa saja objek yang terlihat
dalam mulut

• Jalan napas bersih:


– Pertahankan jalan napas terbuka dan cek
adanya pernapasan normal
– Jika dalam beberapa menit terdengar suara
seperti gurgling, atau batuk dengan
pergerakan dada dan abdomen, perlakukan
tetap seperti tidak bernapas, karena
pernapasan ini tidak efektif
3. AIRWAY (JALAN NAPAS)

Oropharyngeal Airway (OPA)


• Ukuran umum yang tersedia:
– Dewasa besar : 100 cm (No. 5)
– Dewasa sedang : 90 cm (No. 4)
– Dewasa kecil : 80 cm (No. 3)
– Anak-anak : No. 1 dan No. 2
3. AIRWAY (JALAN NAPAS)
Cara Pemasangan Oropharyngeal Airway:
• Menentukan ukuran OPA yang tepat bagia pasien (dengan
meletakkan OPA di samping pipi dengan panjang dari
sudut mulut hingga sudut rahang bawah (angulus
mandibulae)
• Memasang alat, dengan 2 cara:
1. Membuka mulut, memasukkan OPA terbalik, dan
memutar/merotasi OPA jika telah mencapai pallatum molle
(jangan pada anak-anak karena rotasi dapat menyebabkan
kerusakan gigi dan faring)
2. Membuka mulut dengan spatel, lalu dengan hati-hati
memasukkan OPA hingga ke belakang
• Mengecek ketepatan pemasangan OPA dengan
memberikan ventilasi pada pasien
3. AIRWAY (JALAN NAPAS)
3. AIRWAY (JALAN NAPAS)
Pemasangan Naso-pharyngeal Airway (NPA):
• Menentukan ukuran NPA yang tepat:
– Letakkan NPA di samping pipi pasien dan
pilih NPA dengan panjang yang sesuai dari
pangkal cuping hidung sampai cuping
telinga
• Melubrikasi ujung NPA dengan lubrikan larut
air (water-soluble lubricant)
• Memasukkan NPA dengan cara memegangnya
seperti pensil ke dalam lubang hidung dengan
bevel menghadap septum nasal
3. AIRWAY (JALAN NAPAS)
Pemasangan Naso-pharyngeal Airway
(NPA):
• Mendorong sepanjang dasar lubang
hidung (ikuti lekukannya) sampai
pinggiran pangkal NPA rata dengan
lubang hidung
• Jika terjadi tahanan selama insersi,
rotasikan NPA bolak-balik dengan
lembut
• Mengecek ketepatan pemasangan
dengan memberikan ventilasi pada
pasien
4. BREATHING (PERNAPASAN)

• Jika pasien bernapas:


–Gulingkan ke arah recovery position
–Observasi secara reguler (kontinyu)
• Jika pasien tidak bernapas:
–Berikan 2 x napas buatan
4. BREATHING (PERNAPASAN)
• Mulut ke mulut/hidung:
– Tutup hidung pasien
– Tiup ke dalam mulut pasien sekitar 1 detik
– Lihat adanya pengembangan dada pada tiap tiupan
– Beri tiupan yang kedua
– Bila melalui hidung, mulut pasien harus ditutup
4. BREATHING (PERNAPASAN)
4. BREATHING (PERNAPASAN)
4. BREATHING (PERNAPASAN)
• Bag Valve Mask
– Bisa digunakan secara efektif bila penolong minimal
berdua (oksigen dapat diberika hingga 85% kapasitas
reservoir)
– Prosedur:
1. Memilih ukuran mask yang sesuai
2. Menghubungkan bag dengan mask
3. Menstabilkan mask dengan ibu jari & telunjuk membentuk
huruf “C”, jari lain mengangkat dagu sepanjang mandibula
membentuk huruf “E”
4. Ventilasi diberikan dengan mengempiskan bag dengan
tangan yang lain
5. Perhatikan pengembangan dada saat dilakukan ventilasi
4. BREATHING (PERNAPASAN)
4. BREATHING (PERNAPASAN)
• Panduan AHA 2010
– Sama dengan AHA 2005:
1. Ventilasi sesuai volume tidal
2. Rasio kompresi dan ventilasi 30:2
3. Setelah alat intubasi terpasang pada 2 penolong:
selama RJP, ventilasi diberikan 8-10 x/menit tanpa
sinkronisasi antara kompresi dan ventilasi. Kompresi
dada tidak dihentikan selama ventilasi
– Tidak menekankan pada pemeriksaan breathing
karena penolong (profesional/awam) tidak dapat
menentukan secara akurat ada/tidaknya napas
pada pasien tidak sadar
5. CIRCULATION (SIRKULASI)
• Setelah ventilasi, kembali lakukan kompresi dada
sampai 5 siklus
• Lakukan evaluasi dengan cara menilai denyut nadi
karotis
• Jika tidak ada, maka lakukan kembali RJP
• Jika ada napas dan denyut nadi, posisikan pasien
dalam posisi aman mantap (recovery position)
• Jika tidak ada napas tapi nadi teraba berikan
napas sebanyak 10-12 x/menit dan monitor tiap 2
menit
No Atropine
RJP KOMPRESI DADA SAJA
(HANDS ONLY CPR)
• Untuk penolong yang tidak terlatih/awam
• Dapat mengatasi rasa panik dan ragu saat bertindak
• Jika karena suatu kondisi napas buatan tidak dapat
diberikan, tetap lakukan kompresi karena di dalam
tubuh masih ada oksigen
• Cek ulang sirkulasi (dihentikan bila napas normal
telah kembali, Jangan hentikan resusitasi)
• Hasilnya serupa dengan RJP konvensional (pasien
pediatrik dengan henti jantung dn asfiksia maka RJP
konvensional lebih baik)
• Interval pada komresi dada saja yang dapat diterima
belum diketahui sampai sekarang
JALAN NAPAS LANJUTAN
(ADVANCED AIRWAY)
 Pemasangan jalan napas di awal dihubungkan
dengan ketahanan hidup lebih lama (<12 menit
dari kejadian henti jantung)
 Bisa dengan intubasi endotrakeal/ supraglottic
airway
 Tidak ada Interupsi atau tidak lama (<10 detik)
pada kompresi dada saat pemasangan jalan
napas lanjutan
 Konfirmasikan penempatan dengan EtCO2 atau
dengan esophageal detector device
BANTUAN HIDUP LANJUTAN
(BHL/Advanced cardiac life support)

 Direkomendasikan kapnografi kontinyu


 Penggunaan SA pada PEA tidak lagi
direkomendasikan
 Infus obat-obatan kronotropik dapat
digunakan sebagai alternatif
MULTI PENOLONG

• Yakinkan ambulans (emergency team) telah


dipanggil
• Lakukan penggantian tiap 2 menit untuk
menghindari kelelahan
• Hindari rentang waktu dalam pergantian
personel yang terlalu lama
KAPAN RJP DIHENTIKAN?

• Area menjadi tidak aman


• Staf yang lebih ahli telah datang
• Tanda-tanda kehidupan muncul
• Tanda-tanda kematian: rigor mortis, dilatasi
pupil
• Kelelahan fisik penolong/ sudah 30 menit
tidak ada respon
KAPAN BHD DIHENTIKAN?
KAPAN BHL (BANTUAN HIDUP LANUT)
DIHENTIKAN?

Anda mungkin juga menyukai