Anda di halaman 1dari 29

BANTUAN HIDUP

DASAR DAN
RESUSITASI JANTUNG
PARU
 Jika dalam penilaian dini penolong
menemukan gangguan pada salah satu dari
ketiga komponen ini : tersumbatnya jalan
napas, tdk ada napas, dan atau tidak ada
nadi, maka penolong hrs segera melakukan
tindakan bantuan hidup dasar(BHD).
 BHD dibagi dlm 3 kelompok:
1. Bayi : 0-1 tahun
2. Anak : 1-8 tahun
3. Dewasa : lebih dari 8 tahun
 Sistem pernapasan dan sistem peredaran
darah (jantung) adalah komponen utama utuk
mempertahankan hidup seseorang. Kalau
salah satu atau kedua fungsi ini terganggu
maka dpt mengancam jiwa seseorang
 Keberhasilan BHD atau RJP sangat ditentukan
dari 4 mata rantai:
1. Kecepatan dalam permintaan bantuan
2. Resusitasi jantung paru
3. Pertolongan hidup lanjut

 Bantuan Hidup Dasar terdiri dari:


1. Bagaimana menguasai dan membebaskan jalan
napas
2. Bagaimana memberikan bantuan pernapasan
3. Bagaimana membantu mengalirkan darah ke
tempat yg penting dalam tubuh
Sehingga pasokan oksigen ke otak terjaga utk
mencegah matinya sel otak
 Penilaian dan perawatan BHD sangat penting, tdk boleh
dilanjutkan ke tahapan selanjutnya bila tahapan
sebelumnya belum ditangani dengan baik
 Bila tindakan ini dilakukan sbg satu kesatuan yg lengkap
maka tindakan ini dikenal dgn istilah Resusitasi Jantung
Paru, utk memudahkan dugunakan akronim A-B-C:
A=Airway Control(penguasaan jalan napas)
B=Breathing Support(bantuan pernapasan)
C=Circulatory Support(bantuan sirkulasi)
 Setiap tahap ABC pd RJP diawali dengan fase penilaian
repons, pernapasan dan nadi
Caranya:
1. Letakkan tangan anda pada dahi penderita. Gunakan
tangan yg paling dekat dgn kepala penderita
2. Tekan dahi sdkt ke belakang dg telapak tangan sampai
kepala penderita terdorong ke belakang
3. Letakkan ujung jari tangan yg lainnya di bawah ujung
tulang rahang bawah
4. Angkat dagu ke depan, lakukan gerakan ini bersamaan
dg tekanan dahi, sampai kepala penderita ekstensi
maksimal. Pada pasien bayi dan anak kecil setengah
ekstensi saja
5. Pertahankan tangan di dahi penderita utk menjaga
posisi kepala tetap ke belakang
6. Buka mulut penderita dgn ibu jari tangan yg menekan
dagu
 Ada bebrapa hal yg hrs diperhatikan dg
teknik ini :
1. Bg penderita yg masih bayi gerakan
ekstensi tdk boleh maksimal
2. Tangan jangan menekan jaringan lunak
bawah dagu
3. Jangan gunakan ibu jari utk mengangkat
dagu
4. Awasi mulut penderita agar tetap terbuka
5. Jika penderita dg gigi palsu cobalah
pertahankan pd posisinya tapi jika
mengganggu /sulit dipertahankan
sebaiknya dilepas saja
 Salah satu cara utk melakukan posisi
pemulihan :
1. Letakkan lengan kiri penderita di atas
kepalanya,
2. Jaga bagian penderita
3. Balikkan penderita ke arah penolong,
letakkan tangan kanannya di bawah bagian
muka, bila mungkin balikkan tubuh secara
bersama-sama, jangan sampai penderita mjd
terpuntir
4. Tekuk bagian lutut tungkai yg berada di
sebelah atas
Sumbatan Jalan Napas
 Sumbatan jalan napas dpt terjadi baik jalan napas bagian
atas(mulut/hidung)
 Sumbatan pada orang sadar biasanya karena makanan,
sdgkan yg tdk respon adalah lidah jatuh ke belakang
 Dpt disebabkan benda asing, pd anak kecil sumbatan
kebanyakan trjd krn benda asing, sdgkan org dewasa
paling banyak akibat lidah.
 Sumbatan karena benda asing dpt total atau parsial
 Pd sumbatan total, penderita akan sulit bernapas dan
akhirnya kehilangan kesadaran, tanda khasnya penderita
memegang leher sendiri dg kedua tangannya
 Sumbatan parsial ditandai dg upaya bernapas dan
mungkin disertai dg suara napas tambahan misalnya
mengorok, kumur dll. Tdk diperlukan tindakan khusus, tp
segera dibawa ke RS
 Utk mengatasi sumbatan total dpt digunakan pd dewasa
dan anak, pd dasarnya adalah hentakan perut.
a. Hentakan perut-dada pd penderita dewasa dan anak,
ada respon:
1. Penolong berdiri di belakang pasien, posisikan
tangan penolong memeluk di atas perut penderita
melalui ketiak pasien
2. Sisi genggaman tangan penolong diletakkan di atas
perut penderita tepat antara pusar dan batas
pertemuan iga kiri dan kanan
3. letakkan tangan lain penolong di atas genggaman
pertama, lalu hentakkan tangan penolong ke arah
belakang dan atas (seperti mengulek), posisi kedua
siku penolong ke arah luar, lakukan hentakan sambil
meminta pasien untuk memuntahkannya
4. lakukan berulang-ulang sampai berhasil atau pasien
mjd tdk respon
b. Hentakan perut-dada pada penderita dewasa dan anak,
tidak respon:
1. baringkan penderita dalam posisi telentang
2. upayakan memberikan bantuan pernapasan, bila
gagal perbaiki posisi dan coba ulangi pemberian
napas bantuan
Breathing Support
(Bantuan Pernapasan)
 Bila pernapasan seseorang berhenti maka penolong
harus berupaya utk memberikan bantuan pernapasan
 Teknik bantuan pernapasan :
a. Menggunakan mulut penolong
b. Menggunakan alat bantu
kantung masker berkatup
 Kandungan oksigen di udara bebas ± 21 %. Proses
bernapas hanya memanfaatkan sekitar 5%, yg berarti
udara yg kita keluarkan masih mengandung ± 16%
oksigen. Udara ini dpt diberikan kepada penderita utk
bantuan pernapasan
 Frekuensi pemberian napas buatan:
Dewasa : 10-12 x /menit, masing-masing 1,5 – 2 detik
Anak : 20 x/menit, masing-masing 1-1,5 detik
Bayi : lebih dari 20 x /menit, masing-masing 1-1,5
detik
Bayi baru lahir : 40 x /menit, masing-masing 1-1,5 detik
 Bahaya bagi penolong yg melakukan bantuan
pernapasan dari mulut ke mulut:
1. penyebaran penyakit
2. kontaminasi bahan kimia
3. muntahan penderita
 Tanda yg dipakai utk menentukan cukup atau tidaknya
udara yg dimasukkan adalah gerak naiknya dada.
 Kadang kita menemui sumbatan jalan napas setelah
melakukan bantuan pernapasan, yg ditanadai sulitnya
pemberian bantuan pernapasan. Dlm situasi kita
kembali ke tindakan AIRWAY CONTROL
 Beberapa tanda pernapasan adekuat (mencukupi)
1. Dada naik turun sesuai dgn pernapasan
2. Udara terdengar/terasa saat keluar dr mulut/hidung
3. Penderit tampak nyaman
4. Frekuensi cukup (12-20x/ menit)
 Tanda pernapasan kurang adekuat (kurang
mencukupi):
1. Gerakan dada kurang baik
2. Ada suara napas tambahan
3. Kerja otot bantu pernapasan
4. Sianosis (kulit kabiruan)
5. Frekuensi kurang atau berlebihan
6. Perubahan status mental
 Tidak bernapas:
1. Tdk ada gerakan dada/perut
2. Tdk terdengar aliran udar melaluimulut atau hidung
3. Tdk terasa hembusan napas dr mulut/hidung
Teknik pemberian
bantuan pernapasan
1. Nilai respon penderita, jika perlu mintalah pertolongan
2. Buka jalan napas, gunakan teknik angkat dagu-tekan
dahi atau perasat pendorongan rahang bawah
3. Lakukan penilaian pernapasan, 3-5 detik
4. Jika tidak bernapas, posisikan mulut penolong
sedimikian rupa shg seluruh mulut atau hidung tertutup
rapat, tdk ada udara yg bocor. Jepitlah dua cuping
hidung penderita shg tidak bocor, jgn menariknya
5. Berikan 2 kali bantuan pernapasn awal (1,5-2detik utk
dewasa & 1-1,5 detik utk bayi dan anak). Tiupannya
hrs merata & jumlahnya cukup (dada bergerak naik).
bila udara ternyata tdk masuk maka upayakan
reposisikan kembali, lalu tiup kembali. Bila tetap tdk
masuk maka dianggap ada sumbatan jalan napas, shg
hrs kembali ke airway control
6. Lakukanlah pemeriksaan nadi karotis, selama 5-10
detik
7. Jika nadi karotis berdenyut maka teruskan pemberian
napas buatan sesuai dg kelompok usia penderita
8. Nilai pernapasan yg kita berikan apakah sudah cukup
baik , ditandai dg gerakan naik turunnya dada dg baik
9. Bila upaya memberikan napas buatan gagal maka
upayakan reposisi kembali, nilai juga kemungkinan
sumbatan
 Kekuatan tiupan bervariasi sesuai ukuran tubuh
penderita. Pd penderita dewasa tiupannya
kuat, penderita anak diberikan tiupan
sedang(hembusan) dan pada bayi diberikan
tiupan hasil penggembungan pipi penolong
 Sebagai patokan jumlah udara yg ditiupkan
kepada penderita adalah gerakan naiknya
dada.
Circulatory support
(bantuan sirkulasi)
 Tindakan bantuan sirkulasi dengan pijatan jantung luar,
dpt dilakukan krn sebagian besar jantung terletak di
antara tulang dada dan punggung, penekanan dari luar
tsb dpt menyebabkan terjadinya efek pompa pd jantung
yg dinilai cukup untuk mengalirkan darah
 Penekanan dilakukan pd garis tengah tulang dada, 2
jari di atas pertemuan lengkung iga kiri dan kanan, dgn
kedalaman:
1. Dewasa : 4-5 cm
2. Anak & bayi : 3-4 cm
3. Bayi : 1,5-2,5 cm
 Sesorang mungkin hanya mengalami kegagalan
pernapasan dg jantung masih berdenyut, akan tetapi
dlm waktu singkat akan diikuti dgn henti jantung krn
kekurangan oksigen. Pada saat terhentinya kedua
kedua sistem inilah sesorang dinyatakan sbg mati
klinis. Maka langkah selanjutnya adalah resusitasi
jantung paru
 Resusitasi Jantung Paru harus dimulai sesegera
mungkin setelah diketahui tdk adanya napas dan nadi
 Pd orang dewasa 1 siklus terdiri dr 5 x kompresi dan 1
x tiupan napas (5:1)
 Pada anak & bayi 1 siklus terdiri dr 5 x kompresi dan 1
x tiupan napas (5:1)
 Pada bayi baru lahir 1 siklus terdiri dr 3 x kompresi dan
1 x tiupan napas (3:1)
 Sebelum melakukan RJP pd penderita, penolong hrs:
1. Menentukan tdk adanya respon
2. Menentukan tdk adanya penapasan
3. Menentukan tdk adanya denyut nadi
 Penilaian respons dilakukan dengan jalan memanggil
atau menggoncangkan bahu penderita
 Setelah membuka napas, tentukan fungsi pernapasan
dg teknik LDR 3-5 detik, jika perlu lakukan bantuan
pernapasan 2 kali
 Untuk menentukan ada tidaknya nadi, harus dilakukan
perabaan pd tempat nadi karotis (dewasa dan anak)
 Cara menentukan nadi karotis:
1. Letakkan 2 jari pada bagian jakun penderita
2. Geser jari anda ke kanan berhentilah pd lekukan antara
jakun dan otot leher
3. Raba nadi 5-10 detik
 Jika nadi karotis teraba, maka jangan lakukan Pijatan
Jantung Luar. Tetapi jika nadi karotis teraba segera
lakukan RJP
 Bila penderita menunjukkan tanda-tanda pulihnya salah
satu atau semua sistem maka tindakan RJP dihentikan
atau hanya diarahkan ke sistem yg belum pulih saja
a.Teknik kompresi dada pd orang dewasa
1. Posisikan penderita. Penderia hrs berbaring telentang
di atas dasar yg keras
2. Bebaskan pakaian di sekitar dada
3. Posisikan diri penolong pd satu sisi penderita.
Upayakan senyaman mungkin. Kedua lutut penolong
dibuka selebar bahunya
4. Tentukan pertemuan lengkung iga kiri dan kanan.
5. Tentukan titik pijatan dari pertemuan kedua rusuk
tersebut diukur 2 jari ke atas pd garis tengah tulang
dada
6. Posisikan tangan penolong pd titik pijatan. Bagian yg
menekan adalah tumit tangan, tangan yg bebas
diletakkan tangan satunya utk menopang
7. Posisikan bahu penolong tegak lurus dengan tangan
yg menekan
8. Lakukan pijatan jantung luar (PJL). Jaga agar posisi
tangan tetap lurus, berikan tekanan sesuai kekuaran
dan kedalamannya dengan keadaan penderita
b. RJP Satu orang penolong:
1. Tentukan penderita tidak respon
2. Minta bantuan
3. Buka jalan napas dan lakukan pemeriksaan napas
4. Lakukan bantuan napas awal 2 x, jika perlu singkirkan
benda asing dari mulut penderita
5. Jika penderita bernapas dan nadi karotis teraba,
letakkan penderita pd posisi miring stabil/pemulihan
6. Periksa nadi karotis, jika tdk ada denyutan lakukanlah
RJP
7. Posisikan penolong dan tentukan titik pijatan
8. Berikan napas buatan 2 kali, dg waktu per satu tiupan
sekitar 1,5-2 detik
9. Lakukan terus sampai encapai 4 siklus
10. Kemudian periksa nadi karotis penderita
11. Jika nadi berdenyut dan napas ada, teruskan monitor
ABC sampai bantuan datang
12. Jika nadi berdenyut tapi napas belum ada, maka
teruskan bantuan pernapasan 10-12 kali/menit, jika
kmd nadi tdk berdenyut lagi, lakukan lagi RJP.
Periksa kembali nadu karotis dan napas setiap 2-3
menit kemudian
c. RJP dua orang penolong
Jika penderita tidak respon, tdk bernapas & nadi tdk
teraba, setelah penolong memberikan napas awal:
1. posisi penolong, saling berseberangan di antara
penderita.
2. lakukan pijatan jantung, sebayak 5 kali
3. berikan napas buatan 1 kali
4. sertelah RJP 12 siklus, maka lakukan
pemeriksaan ulang nadi karotis
 Bila nadi berdenyut napas ada, teruskan
pengawasan ABC sampai bantuan datang. Jika nadi
ada tp napas belum ada maka teruska bantuan
pernapasan 10-12 x/menit, jika kmd tdk berdenyut
lakukan lagi RJP. Periksa kembali nadi karotis &
napas tiap 2-3 menit
e. Beberapa komplikasi yg dapat terjadi saat melakukan
RJP:
1. patah tulang dada dan tulang iga
2. bocornya paru-paru
3. perdarahan dalam rongga paru-paru
4. luka dan memar pada paru-paru
5. robekan pada hati
f. Tindakan RJP dapat dihentikan apabila :
1. penderita pulih kembali
2. penolong kelelahan
3. diambil alih oleh tenaga yg sama atau lebih terlatih
4. jika ada tanda pasti mati, tidak usah lakukan RJP
Kesalahan pada RJP

Kesalahan Akibat
1. Penderita tdk berbaring 1. RJP kurang efektif
pd bidang keras
2. Penderita tdk horizontal 2. Bila kepala lebih tinggi
mk jumlah darah yg ke
otak berkurang
3. Tekan dahi angkat 3. Jalan napas terganggu
dagu kurang baik
4. Kebocoran saat 4. Pernabasan buatan tdk
melakukan pernapasan efektif
buatan
5. Lubang hidung kurang 5. Pernapasan buatan tdk
rapat & mulut kurang efektif
terbuka saat
pernapasan buatan
6. Letak tangan kurang 6. Patah tulang, luka
tepat, arah tekanan
dalam paru-paru
kurang baik
7. Jumlah darah yg
7. Tekanan terlalu dalam dialirkan kurang
atau terlalu cepat
8. Oksigenasi darah
8. Rasio RJP dan
kurang
pernapasan buatan
tidak baik
KORBAN

RESPONS

ADA TIDAK

AIRWAY Buka jalan napas

BREATHING

Posisi pemulihan ADA TIDAK Napas buatan 2x

Raba nadi karotis CIRCULATION TIDAK RJP


5-10 detik
ADA Bantuan pernapasan

Anda mungkin juga menyukai