Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“Basic Life Support Pada Anak


dan Ibu Hamil”

Dosen Pengampu : Rahmadona, SST.M.Keb


Mata kuliah : Kegawatdaruratan Maternal dan Basic Life
Semester :4

Disusun Oleh :
Nama : Rosmawati
NIM : PO7224222 2123
Kelas : 2A Kebidanan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
TANJUNGPINANG
TA 2024/2025
Pediatric Basic Life Support (BLS) merupakan protokol kegawatdaruratan yang diberikan
untuk menolong kondisi henti jantung dan nafas atau mencegah kecacatan pada pediatrik. Salah
satu perubahan yang paling penting dalam pedoman AHA 2010 adalah peralihan dari urutan
Airway, Breathing, Compresion (ABC) menjadi Compresion, Airway, Breathing (CAB). Urutan
CAB ini juga masih dipertahankan pada pedoman AHA 2015. Peralihan urutan dibuat karena
beberapa alasan. Kompresi dada yang berkualitas telah terbukti meningkatkan hasil dan harus
dimulai sesegera mungkin. Pengaturan airway dan pemberian breathing oleh penyelamat dapat
menunda inisiasi kompresi dada.
A. Basic Life Support pada Anak
1. Pengamanan lingkungan (Danger)
Tindakan pengamanan lingkungan dilaksanaakan untuk menkaji secara cepat adanya
potensi bahaya bagi korban, penolong maupun lingkungan. Pengkajian meliputi adanya
tidaknya asap, api, zat berbahaya, aliran listrik, kondisi yang mengancam, adanya senjata
penggunaan obat-obatan berbahaya.
2. Kaji Respon korban (Response)
Jika tidak sadar ikuti langkah-langkah di bawah ini:
 Berteriak untuk meminta tolong
 Aktifkan EMS /panggilan tanggap darurat (misalnya, telp hubungi 118/ ambulan).
 Jika ada, dekatkan defibrillator eksternal otomatis (AED) dan peralatan darurat atau
minta seseorang untuk melakukannya
3. Menilai nafas dan denyut nadi selama kurang dari 10 detik.
 Memeriksa nafas (look, listen, feel) bersamaan dengan cek nadi.
a) Denyut nadi anak di arteri carotis atau arteri femoralis.
b) Denyut nadi bayi /infant di arteri brakhialis.
 Jika nafas normal dan denyut nadi ada, observasi sampai bantuan tambahan tiba
atau bawa ke rumah sakit.
 Jika nafas tidak ada/ gasping dan nadi ada, beri bantuan nafas 12-20 x/menit (atau
1 nafas setiap 3-5 detik).
 Jika nafas tidak ada dan nadi tidak teraba atau < 60x/menit dilakukan RJP
4. Resusitasi jantung Paru
 Jika penolong sendirian, mulailah RJP/cardiopulmonary resucitation (CPR) yang
berkualitas dengan rasio kompresi dengan napas 30: 2.
 Jika dua penolong, mulailah CPR berkualitas dengan rasio kompresi dan napas
15:2.
 Marka kompresi: sepertiga bawah sternum antara puting susu.
 Pada Anak metode kompresi: Menggunakan satu tangan pada anak yang kecil atau
2 tangan pada anak yang besar.
 Pada Bayi metode kompresi : Menggunakan dua jari jika satu penolong atau dua
ibu jari jika dua penolong.
 Kedalaman: sepertiga diameter AP dada
 Kecepatan RJP 100-120 x/menit. Lakukan RJP selama 5 siklus
 Pemberian nafas bantuan berupa mouth to mouth, mouth to nose, mouth to mask,
atau dengan ambubag. Jika ada sebaiknya menggunakan ambubag.
Melakukan RJP pada anak dengan 1 Melakukan RJP pada anak dengan 2
tangan yang dominan, tangan lain tangan jika badan anak besar
memegang paha

Melakukan RJP pada bayi/ infant oleh Melakukan RJP pada bayi/ infant
1 penolong dengan dua jari oleh 2 penolong dengan dua ibu jari

5. Gunakan AED segera sesegera mungkin jika irama shockable dan kemudian segera mulai
CPR
 Jika shockable, defibrillate dan kemudian segera mulai CPR selama sekitar 2 menit.
 Jika nonshockable, lanjutkan CPR selama sekitar 2 menit dan lakukan penilaian
ulang untuk denyut nadi dan irama.
6. Evaluasi RJP
 Setiap 5 siklus/ 2 menit, periksa denyut nadi. Jika tidak ada lanjutkan RJP
 Pergantian penolong yang RJP setiap 2 menit atau jika lelah.

B. Basic Life Support pada Ibu Hamil


Resusitasi pada ibu hamil ada faktor-faktor yang meperkecil keberhasilan usaha resusitasi
padaibu hamil antara lain adanya perubahan anatomi yang mempersulit dalam menjaga potensi
jalan nafas dan melakukan intubasi, perubahan patologis ini antara lian edema laring, faktor
fisiologis berupa peningkatan konsumsi oksigen, dan kecenderungan untuk pneumonia aspirasi.
Para trimester ketiga, faktor terpenting adalah penekanan vena kava inferior dan gangguan
aliran balik vena oleh uterus yang membesar ketika bumil berbaring terlentang. Kondisi yang
menyulitkan ini diperberat lagi oleh kondisi obesitas.
Respon yang cepat/sigap adalah esensial. Begitu diagnosisi henti nafas dan atau henti
jantung telah tegak, maka pasien harus diposisikan secara benar dan BLS segera dilakukan.
BLS tetap diteruskan hingga terpasang infuse intravena, dan faktor-faktor penyebab terkoreksi
(cth :hipovolemia), dan perlengkapan, obat-obatan, dan personel telah disiapkan. Berikut adalah
langkah-langkah resusitasi jantung paru pada kehamilan:
1. Periksa kesadaran ibu dengan memanggil atau menggoyang-goyangkan tubuh ibu. Bila
ibu tidak sadar, lakukan langkah-langkah selanjutnya.
2. Panggil bantuan tenaga kesehatan lain dan bekerjalah dalam tim.
3. Khusus untuk ibu dengan usia kehamilan >20 minggu (uterus di atas umbilikus),
miringkan ibu dalam posisi berbaring ke sisi kiri dengan sudut 15-30° atau bila tidak
memungkinkan, dorong uterus ke sisi kiri.
4. Mendorong uterus ke kiri

5. Bebaskan jalan napas. Tengadahkan kepala ibu ke belakang (head tilt) dan angkat dagu
(chin lift). Bersihkan benda asing di jalan napas.
6. Bila ada sumbatan benda padat di jalan napas, sapu keluar dengan jari atau lakukan
dorongan pada dada di bagian tengah sternum (chest thrust). Hindari menekan
prosesus xifoideus!
7. Chest Thrust

8. Sambil menjaga terbukanya jalan napas, “lihat – dengar – rasakan” napas ibu (lakukan
cepat, kurang dari 10 detik) dengan cara mendekatkan kepala penolong ke wajah ibu.
Lihat pergerakan dada, dengar suara napas, dan rasakan aliran udara dari
hidung/mulut ibu.
 Jika ibu bernapas normal, pertahankan posisi, berikan oksigen sebagai tindakan
suportif. Lanjutkan pemantauan untuk memastikan ibu tetap bernapas normal.
9. Menilai pernapasan
10. Jika ibu tidak bernapas atau bernapas tidak normal, periksa pulsasi arteri karotis
dengan cepat (tidak lebih dari 10 detik).
11. Memeriksa pulsasi arteri karotis

12. Bila nadi teraba namun ibu tidak bernapas atau megap-megap (gasping), berikan
bantuan napas (ventilasi) menggunakan balon-sungkup atau melalui mulut ke mulut
dengan menggunakan alas (seperti kain, kasa) sebanyak satu kali setiap 5-6 detik.
Pastikan volume napas buatan cukup sehingga pengembangan dada terlihat. Cek nadi
arteri karotistiap 2 menit.
13. Bantuan napas mulut ke mulut (dikarenakan kita masih dalam masa pandemi maka
hal ini tidak disarankan kembali, dan hanya melebarkan jalan napas saja).
14. Bantuan napas dengan dengan balon dan masker

15. Bila nadi tidak teraba, segera lakukan resusitasi kardiopulmoner.


 Resusitasi kardiopulmoner pada ibu dengan usia kehamilan >20 minggu
dilakukan dalam posisi ibu miring ke kiri sebesar 15-30
 Penekanan dada dilakukan di pertengahan sternum. Kompresi dilakukan
dengancepat dan mantap, menekan sternum sedalam 5 cm dengan kecepatan
100- 120x/menit.
 Setelah 30 kompresi, buka kembali jalan napas lalu berikan 2 kali ventilasi
menggunakan balon sungkup atau melalui mulut ke mulut dengan alas. Tiap
ventilasi diberikan dalam waktu 1 detik. Berikan ventilasi yang cukup sehingga
pengembangan dada terlihat.
 Kemudian lanjutkan kompresi dada dan ventilasi dengan perbandingan 30:2
 Kompresi dada
 Pasang kanul intravena (2 jalur bila mungkin) menggunakan jarum ukuran besar
(no.16 atau 18 atau ukuran terbesar yang tersedia) dan berikan cairan sesuai
kondisi ibu

16. Tindakan resusitasi kardiopulmoner diteruskan hingga:


 Tim yang lebih terlatih untuk menangani henti nafas dan henti jantung telah
datang dan mengambil alih tindakan
 Tidak didapatkannya respon setelah 30 menit
 Penolong kelelahan
 Ibu menunjukkan tanda-tanda kembalinya kesadaran, misalnya batuk, membuka
mata, berbicara atau bergerak secara sadar DAN mulai bernapas normal. Pada
keadaan tersebut, lanjutkan tata laksana dengan :
a) Berikan oksigen
b) Pasang kanul intravena (bila sebelumnya tidak berhasil dilakukan)
danberikan cairan sesuai kondisi ibu
c) Lanjutkan pemantauan untuk memastikan ibu tetap bernapas normal
17. Setelah masalah jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi teratasi, pikirkan dan evaluasi
kemungkinan penyebab hilangnya kesadaran ibu, di antaranya:
 Perdarahan hebat (paling sering)
 Penyakit tromboemboli
 Penyakit jantung
 Sepsis
 Keracunan obat (contoh: magnesium sulfat, anestesi lokal)
 Eklampsia
 Perdarahan intrakranial
 Anafilaktik
 Gangguan metabolik/elektrolit (contoh: hipoglikemia)
 Hipoksia karena gangguan jalan napas dan/atau penyakit paru
18. Lakukan pemeriksaan lanjutan, misalnya USG abdomen untuk melihat perdarahan
intraabdomen tersembunyi.
19. Atasi penyebab penurunan kesadaran atau rujuk bila fasilitas tidak memungkinkan

Anda mungkin juga menyukai