Anda di halaman 1dari 20

Bantuan Hidup Dasar adalah Serangkaian

usaha awal untuk mengembalikan fungsi


pernafasan dan atau sirkulasi pada seseorang
yang mengalami henti nafas dan atau henti
jantung (cardiac arrest).
CPR, atau resusitasi kardiopulmoner,
adalah proses medis dasar yang diberikan
pada seseorang untuk menjaga sirkulasi
darahnya tetap tinggi dan berusaha untuk
memulai kembali jantung.
Ini adalah intervensi cepat yang
digunakan dalam kasus serangan jantung
atau kondisi lain yang memastikan bahwa
darah terus mengalir ke organ vital tubuh,
dan meningkatkan peluang kelangsungan
hidup korban sampai bantuan medis yang
tepat diberikan.
Terjadi dikarenakan
peningkatan volume darah
sebesar 30-50% dimulai
trimester 1, yang
mengakibatkan meningkatnya
kapasitas uterus, mamae,
ginjal, dan otot polos
Apakah Aman Memberi RJP untuk Ibu
Hamil?
Ya, benar-benar aman untuk memberikan
CPR wanita hamil pada saat dibutuhkan,
asalkan diberikan dengan cara yang tepat.
CPR dapat diadministrasikan oleh siapa saja
dan perawatan harus diambil untuk
menjalankannya agar ibu dan bayi tetap
hidup dan aman.
Kondisi yang Dapat Menyebabkan Kebutuhan
akan RJP selama Kehamilan?
Dengan banyak perubahan yang terjadi dalam
diri seorang wanita selama kehamilan, ada
beberapa skenario yang mungkin menganggap
perlu untuk memberikan CPR padanya.
Perubahan Sistem
Kardiovaskular

Perubahan Pola
Pernapasan

Perubahan Sistem
Gastrointestinal
Mengapa proses RJP berbeda untuk pasien
hamil?
Banyak yang mungkin bertanya-tanya bagaimana
Anda memodifikasi CPR untuk wanita hamil dan
apa yang perlu dilakukan. Rahim wanita hamil
bisa membuat sulit untuk memberikan pompa
dada yang tepat. Pada saat yang sama, perawatan
juga perlu diambil untuk melindungi rahim dari
bahaya, dengan menggesernya ke kiri wanita.
Resusitasi Jantung Paru Ibu Hamil.
1. Periksa kesadaran ibu dengan cara memanggil dan cek respon ibu.
Apabila tidak sadar lakukan langkah selanjutnya.
2. Segera panggil bantuan berupa tenaga kesehatan lain atau ambulan.
3. Untuk ibu hamil dengan usia kehamilan lebih dari 20 Minggu
(ditandai dengan uterus di atas umbilikus), maka miringkan ibu
dalam posisi berbaring ke sisi kiri dengan sudut 15-30 derajat atau
apabila tidak memungkinkan, dorong uterus ke sisi kiri.
4. Bebaskan jalan nafas. Tengadahkan kepala ibu ke belakang (head tilt)
dan angkat dagu (Chin lift), bersihkan benda asing di jalan nafas.
5. Apabila ada sumbatan benda padat di jalan nafas segera ambil
dengan jari atau berikan dorongan bagian tengah sternum (chest
thrust). Jangan menekan procesus xiphoideus.
6. Lakukan look, listen dan feel sambil menjaga jalan nafas terbuka.
Periksa nafas ibu, lakukan cepat kurang dari 10 detik dengan cara
mendekatkan kepala penolong ke wajah ibu. Yang di lihat gerakan
dada, yang di dengar suara nafas dan yang di rasakan adalah aliran
udara dari hidung atau mulut ibu.
Apabila ibu bernafas spontan, pertahankan posisi dan berikan oksigenasi sebagai tindakan
suportif. Segera lanjutkan pemantauan untuk memastikan ibu bernafas normal.

7. Apabila ibu tidak bernafas atau bernafas tetapi tidak normal, periksa pulsasi arteri karotis
dengan cepat yakni tidak lebih dari 10 detik.

8. Apabila nadi teraba tetapi ibu tidak bernafas atau megap-megap (gasping), berikan ventilasi
(bantuan nafas) menggunakan balon Singkil atau dari mulut ke mulut dengan alas seperti kain
atau kasa sebanyak sekali setiap 5-6 detik. Pastikan volume nafas buatan cukup dan
pengembangan dada terlihat baik. Lakukan pengecekan arteri karotis setiap 2 menit.
Apabila nadi tidak teraba segera lakukan resusitasi Jantung Paru.
Resusitasi Jantung Paru pada ibu dengan usia kehamilan lebih dari 20 Minggu dilakukan dalam
posisi miring kiri sebesar 15-30 derajat.
Penekanan dada di lakukan di pertengahan sternum dan. Kompresi dilakukan dengan cepat dan
mantap, menekan sternum sedalam 5 cm dengan kecepatan 100-120x/menit.
Setelah melakukan 30 kompresi, buka kembali jalan nafas lalu berikan 2 kali ventilasi
menggunakan balon Singkil atau mulut ke mulut dengan alas. Setiap ventilasi diberikan dalam
waktu 1 detik dengan ventilasi yang cukup ditandai dengan dada mengembang baik.
Lanjutkan kompresi dada dengan ventilasi perbandingan 30:2.
Pasang jalur intravena 2 jalur menggunakan jarum ukuran besar, 16 atau 18 dan berikan cairan
yang sesuai kebutuhan.
9. Lakukan tindakan resusitasi Jantung Paru dan teruskan hingga:
Tim yang lebih ahli datang menangani pasien dan mengambil alih
tindakan.
Tidak ada respon setelah 30 menit
Penolong kelelahan atau ibu menunjukkan tanda-tanda
kembalinyabkesadaran misalnya dengan batuk, membuka mata, bicara
atau bergerak secara sadar dan mulai bernafas normal. Pada keadaan
tersebut lanjutkan tatalaksana dengan berikan oksigen, pasang jalur
intravena dan lanjutkan observasi.
10. Setelah masalah jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi teratasi segera
pikirkan dan evaluasi penyebab hilangnya kesadaran ibu seperti karena
penyakit jantung, perdarahan, eklamsia, syok anafilaktik dan lain-lain.
11. Lakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan USG abdomen untuk melihat
perdarahan tersembunyi di intraabdomen dan segera rujuk ke fasilitas
kesehatan yg lebih tinggi.
Peringatan Kehati-hatian
CPR harus diberikan hanya setelah Anda menerima
pelatihan yang tepat dan sertifikasi untuk
melakukannya. Memberikan CPR dengan cara yang
salah dapat meningkatkan tingkat kematian lebih lanjut
bagi korban.
CPR dapat bermanfaat bagi korban ketika diberikan oleh
orang yang tepat dengan cara yang tepat. Saat
memberikan CPR selama kehamilan, pedoman khusus
untuk wanita hamil perlu dipatuhi, yang akan
memastikan keselamatan dan kehamilan berlanjut dari
wanita setelah perawatan medis.
Perimortem Sectio Caesarea (PMSC) dilakukan pada
ibu hamil yang tidak memiliki harapan untuk bertahan hidup dan
tidak merespon terhadap resusistasi awal.
Tujuan utama dari PMSC
adalah untuk mengosongkan uterus sehingga memperbaiki resusitasi
maternal.
PMSC dilakukan setelah tidak ada respon terhadap
resusitasi jantung paru (RJP) pada wanita berusia 19 tahun, G1P0A0
dengan usia kehamilan 29 minggu, sesak napas dengan penyebab
anemia berat dan edema paru akut, dan preeklampsia berat.

Kesimpulan:Tindakan PMSC ini dilakukan pada ibu hamil yang


mengalami henti jantung. PMSC dilakukan setelah tidak adanya
respon dari RJP dengan penggeseran uterus ke kiri (left uterine
displacement/ LUD). Namun, kematian dari ibu dan bayi tidak dapat
dihindari.

Anda mungkin juga menyukai