Anda di halaman 1dari 2

JENIS KEHAMILAN

I.

HAMIL ATERM
Penentuan masa gestasi, penting untuk menentukan apakah kehamilan sudah cukup bulan
atau justru telah lewat waktu. Ini erat kaitannya dengan tingkat morbiditas dan mortalitas
janin. Bayi yang memang belum cukup umur, contohnya, sangat rentan terhadap ancaman
kematian kalau harus dilahirkan sebelum waktunya mengingat organ-organ tubuhnya belum
berkembang sempurna.
Secara ginekologis,kehamilan dikatakan matur/aterm bila mencapai fullweek, yakni 36 minggu
ditambah 7 hari. Artinya, bila dilahirkan saat itu, kemungkinan besar bayi tak akan mengalami
gangguan berarti karena pertumbuhan organ dan proses penulangannya sudah sempurna, berat
badannya sudah mencapai kisaran 2.500-4.000 gram. Begitu juga rambut kepalanya sudah tumbuh
dengan baik dan kulit tubuhnya pun licin. Bila laki-laki, testisnya sudah turun ke dalam skrotum. Saat
itulah merupakan saat terbaik bagi bayi untuk dilahirkan.
Namun ada sejumlah kondisi tertentu yang tak memungkinkan ginekolog menunggu saat cukup
bulan tersebut. Semisal pada ibu yang mengalami preeklampsia, sindrom ACA, atau gangguan
jantung, mengingat gangguan-gangguan tersebut biasanya akan semakin buruk dengan bertambahnya
usia kehamilan. Tidak benar membiarkan si ibu dalam keadaan sakit hanya untuk menunggu bayi
matur? Apa pun, kondisi bayi dan ibu yang harus sama-sama optimal menempati prioritas utama.Itu
sebab, dokter kandungan akan memperhitungkan saat tepat, kapan si bayi cukup aman untuk
dilahirkan, yakni bila lingkungannya dalam rahim sudah tak optimal lagi untuk tumbuh-kembang.

II.

KEHAMILAN PRETERM
Bayi dikatakan prematur bila masa gestasinya kurang dari kurun waktu 36 minggu 7 hari.
Penyebabnya macam-macam. Karena gizi buruk, ada riwayat persalinan prematur sebelumnya, jarak
persalinan yang terlalu rapat, pekerjaan yang terlalu berat, depresi selagi hamil, kebiasaan minum
minuman beralkohol dan merokok, kehamilan kembar/gemeli, serta mioma uteri (tumor jinak pada
otot rahim). Bisa juga karena infeksi vagina, infeksi cairan ketuban, dan selaput
ketuban/korioamnionitis akibat ketuban pecah dini.
Penyakit-penyakit sistemik yang mengganggu sistem organ tubuh yang bersangkutan juga bisa
jadi penyebab, misal, hipertensi dan gangguan jantung. Atau ada kelainan organ reproduksi, seperti
mulut rahim lemah hingga cenderung selalu menganga. Jika kondisi-kondisi seperti itu dibiarkan,
akan memicu terjadi abortus atau persalinan prematur. Alhasil, jalan terakhir yang biasanya ditempuh
untuk menyelamatkan kehamilan adalah pengikatan mulut rahim.
Mengingat kematangan paru-paru mereka belum sempurna, jelas Indrawati, bayi-bayi prematur
memang amat berpeluang mengalami banyak gangguan. Di antaranya sangat peka terhadap berbagai
infeksi, trauma pada otak, gangguan pernapasan, dan hipotermi.
Semakin pendek masa gestasi yang dilaluinya, makin sulit dan kian banyak ancaman yang
dihadapi, serta makin tinggi pula angka kematiannya.Perlu diantisipasi mengingat sekitar 50 persen
kelahiran bayi prematur merupakan penyebab utama dari seluruh kematian neonatal atau bayi baru
lahir. Terutama karena tak ada hyaline membrane yang umumnya berujung pada RDS atau
Respiratory Distress Syndrome, yang ditandai dengan kesukaran bernapas secara mendadak.
Sebab, lapisan paru-paru pada bayi prematur belum terbentuk. Padahal, faktor kematangan paru
ini merupakan syarat mutlak baginya untuk bisa bertahan hidup di luar rahim. Atas pertimbangan

itulah, pada bayi-bayi yang kira-kira kansnya besar untuk lahir prematur, biasanya akan diberikan
obat tertentu untuk membantu pematangan paru-parunya. Terlebih bila disertai berat bayi lahir rendah
atau kurang dari 2.000 gram.

III.

KEHAMILAN POSTERM
Sedangkan usia kehamilan yang melebihi fullweek disebut postmatur.Meski sebenarnya lebih
tepat dikatakan postdate atau lewat waktu.Meski di atas kertas sudah fullweek, tapi belum tentu ada
tanda-tanda postmaturitas kehamilan, semisal infark atau perkapuran plasenta. Kehamilan postmatur
biasanya terjadi pada mereka yang siklus haidnya bukan 28 hari, seperti 38-45 hari atau malah amat
panjang semisal 2-3 bulan sekali baru mens.
Pentingnya memantau perkembangan janin dengan USG. Bila sudah ada infark yang berarti
sirkulasi darah ibu ke janin terganggu, maka bayi harus segera dilahirkan. Meski infark plasenta bisa
saja disebabkan penyakit lain seperti sindrom ACA dan darah tinggi.Buang anggapan bahwa dengan
usia kehamilan yang lewat waktu, tumbuh-kembang bayi akan lebih bagus. Anggapan itu sama sekali
tak benar.
Sementara penyebab mengapa si ibu tetap tak merasakan mulas atau memperlihatkan tanda-tanda
persalinan meski sudah saatnya, boleh jadi karena faktor salah hitung atau memang karena hormon
prostaglandinnya belum mencukupi tingkat yang dibutuhkan untuk memunculkan rasa mulas tadi.
Menghadapi kasus-kasus semacam ini, biasanya dokter akan memberi toleransi waktu 1 minggu.
Bahkan di rumah-rumah sakit pusat pendidikan biasanya malah akan ditunggu sampai usia
kehamilan 42 minggu. Tentu saja dengan monitoring ketat menggunakan CTG/kardiotokografi.
Selama hasilnya masih baik dan bayinya masih reaktif, akan tetap ditunggu. Tapi bila seminggu
kemudian belum juga ada tanda-tanda persalinan, meski janin masih reaktif, biasanya kehamilan
harus diakhiri dengan persalinan. Sedangkan jika bayi tak reaktif dalam minggu kedua masa
penantian tadi,akan diakhiri dengan persalinan sesar.
Pertimbangannya, janin yang lewat waktu tak boleh diberi stres lewat induksi. Kalau diinduksi,
berarti si ibu dibikin mulas dan itu berarti semua pembuluh darahnya terjepit. Akibatnya, sistem
uteroplasenter untuk sesaat akan berhenti yang akan membuat janin makin kekurangan oksigen. Ini
jelas berbahaya. Sebab, janin akan mengalami hipoksia, yang bisa berdampak, antara lain kerusakan
otak, yang tentunya akan berpengaruh terhadap adaptasi bayi pada lingkungan pasca lahir maupun
tumbuh kembang selanjutnya. Lain hal bila semuanya berjalan baik. Meski lahir lewat waktu,
tumbuh-kembangnya kemudian tak beda dengan bayi-bayi yang lahir cukup bulan.

Anda mungkin juga menyukai