YUTI SARTIKA :Sleep apnea terdapat dua jenis yang sering dialami bayi.
Sleep apnea ini terjadi karena akibat kegagalan sistem saraf pusat yang mengatur
mekanisme pernapasan yang efektif. Pada kondisi ini otot-otot gagal bergerak, sehingga
menyebabkan pernapasan menjadi terganggu. Ciri-ciri dari jenis sleep apnea ini ialah
sering terbangun di malam hari, berkeringat banyak di malam hari, dan ngompol.
Jenis ini, merupakan yang paling umum terjadi pada bayi, dan membuat jalan napas
bagian atas terhambat. Namun dalam kondisi ini pernapasan berfungsi dengan baik.
Sleep apnea syndrome adalah suatu sindrom dengan ditemukannya episode apnea
atau hipopnea pada saat tidur. Apnea dapat disebabkan kelainan sentral, obstruktif jalan
nafas, atau campuran. Obstruktif apnea adalah berhentinya aliran udara pada hidung dan
mulut walaupun dengan usaha nafas, sedangkan central apnea adalah penghentian
pernafasan yang tidak disertai dengan usaha bernafas akibat tidak adanya rangsangan
nafas. Obstruktif hipoventilasi disebabkan oleh obstruksi parsial aliran udara yang
menyebabkan hipoventilasi dan hipoksia. Istilah obstruktif hipoventilasi digunakan untuk
menunjukkan adanya hipopnea, yang berarti adanya pengurangan aliran udara.
Sumber : Supriyatno , Bambang. dkk .2005. Obstructive sleep apnea syndrome pada
Ana. Vol. 7, No. 2. Sari Pediatri.
2. Mahasiswa mampu mengetahui teknik RJP pada bayi?
Resusitasi dasar pada bayi dan anak menurut ERC sebagai berikut:
Bila pasien tidak sadar/tidak berespon, panggil bantuan, lalu buka jalan nafas
Bila tidak ada tanda kehidupan, lakukan 15x kompresi dada, kemudian lakukan 2 bantuan
nafas diikuti 15x kompresi dada
Panggil tim henti jantung (cardiac arrest team) atau Pediatric advance life support
team setelah 1 menit melakukan RJP[3]
Pediatric Advance Life Support menurut ERC 2015
Resusitasi tingkat lanjut pada bayi dan anak menurut ERC adalah:
Bila anak tidak berespon, tidak bernafas, atau gasping, panggil tim resusitasi
Tentukan atau baca irama yang muncul pada layar monitor defibrillator. Bila
irama shockable (VF/VT tanpa nadi) lakukan shock 4J/kgBB, lanjutkan RJP dengan
minimal interupsi. Pada siklus ke-3 dan ke-5, pertimbangkan pemberian amiodaron
Bila irama non-shockable (PEA/asistol), lakukan RJP selama 2 menit dengan minimal
interupsi
Bila sirkulasi spontan kembali (ROSC/Return of spontaneous circulation), lakukan
tatalaksana post henti jantung, yaitu kontrol oksigenasi dan ventilasi, investigasi, atasi
penyebab henti jantung, dan kontrol suhu/temperatur[3]
Pediatric Cardiac Arrest Resuscitation berdasarkan AHA 2015
Resusitasi pada bayi dan anak yang mengalami henti jantung, menurut AHA adalah sebagai
berikut:
Sumber : Suroso. Sunarsih. 2012. Apgar Score Pada Bayi Baru Lahir Dengan
Asfiksia Neonatorum Pasca Resusitasi Jantung Paru. Jilid 2. Kementerian Kesehatan
Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan. Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan.
Sumber : Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 13 Nomor 3 Desember 2013 Aspek
Klinis Dan Tatalaksana Gagal Nafas Pada Anak
YUTI SARTIKA : Salah satu penatalaksanaan untuk mengatasi gagal nafas adalah
bantuan pernafasan melalui ventilator yang berfungsi untuk membantu paru-paru dalam
pemenuhan oksigen tubuh.
Sumber: jurnal PERBANDINGAN PENGUKURAN STATUS SEDASI RICHMON
AGITATION SEDATION SCALE (RASS) DAN SKAL SEDATION RAMSAY (RSS)
PADA PASIEN GAGAL NAFAS TERHADAP
LAMAWEANINGVENTILATORDIGIC RSUP Dr.HASANSADIKINBANDUNG
Hellena Deli *; Muhammad Zafrullah Arifin; Sari Fatim
Menambahkan jawaban : Yosa Nanda Fermata
Secara umum penatalaksanaan pada pasien dengan respiratory distress syndrome adalah:
Memperthankan stabilitas jantung paru yang dapat dilakukan dengan mengadakan
pantauan mulai dari kedalaman, kesimetrisan dan irama pernafasan, kecpatan, kualitas
dan suara jantung, mempertahankan kepatenan jalan nafas, memmantau reaksi terhadap
pemberian atau terapi medis, serta pantau PaO2. Selanjutnya melakukan kolaborasi
dalam pemberian surfaktan eksogen sesuai indikasi.
Memantau urine, memantau serum elketrolit, mengkaji status hidrasi seperti turgor,
membran mukosa, dan status fontanel anterior. Apabila bayi mengalami kepanasan
berikan selimut kemudian berikan cairan melalui intravena sesuai indikasi.
Mempertahankan intake kalori secara intravena, total parenteral nurition dengan
memberikan 80-120 Kkal/Kg BB setiap 24 jam, mempertahankan gula darah dengan
memantau gejala komplikasi adanya hipoglikemia, mempertahankan intake dan output,
memantau gejala komplikasi gastrointestinal, sepertia danya diare, mual, dan lain-lain.
Mengoptimalkan oksigen, oksigenasi yang optimal dilakukan dengan mempertahankan
kepatenan pemberian oksigen, melakukan penghisapa lendir sesuai kebutuhan, dan
mempertahankan stabilitas suhu.
Pemberian antibiotik. ampisilin 100 mg/kgBB/hari, dengan atau tanpa gentamisin 3-5
mg/kgBB/hari (Hidayat, 2008)
Sumber: Rogayyah. (2016). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian RDS pada
Neonatus di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari.
Pasien dengan gagal napas memerlukan penanganan intensif di Unit Perawatan Intensif.
Kepastian jalan napas yang adekuat sangat penting pada kondisi seperti ini, yang
merupakan salah satu indi-kasi dilakukannya intubasi. Setelah jalan napas aman,
penatalaksanaan berikutnya difokuskan pada koreksi hipoksemia, dengan target tekanan
oksigen arterial (PaO2) lebih dari 60 mmHg atau saturasi oksigen arterial (SaO2) lebih
dari 90%. Suplementasi oksigen pada hipoksemia berat seringkali memerlukan intubasi
dan ventilasi mekanik. Ventilasi mekanik diharapkan dapat mengurangi upaya
pernapasan serta tingginya konsumsi oksigen yang dibutuhkan untuk mempertahankan
upaya napas. Pemberian ventilasi mekanik pada pasien gagal napas harus disesuaikan
dengan kondisi medis yang mendasari serta temuan klinis pada pasien yang dapat
berfluk-tuasi.
Pemberian bantuan ventilator sangat dibutuhkan, namun bila kondisi pasien mengalami
perbaikan, dapat dilakukan wean-ing yaitu proses transisi pada pasien yang diharapkan
mampu bernapas spontan setelah pemberian ventilasi mekanik. Perlu diingat bahwa
ketepatan waktu weaning sangat penting dalam penanganan pasien di ICU.
Keterlambatan pencabutan ventilator dapat menyebabkan terjadinya VAP (ventilator
acquired pneumonia) dan efek samping lainnya dari pemasangan ventilator. Pencabu-tan
ventilator yang terlalu cepat dapat mem-perpanjang lama perawatan pasien di ICU atau
mengakibatkan kematian. Terdapat beberapa indeks yang dapat digunakan untuk
mengukur kesiapan weaning yang meliputi tekanan inspirasi maksimal (PImax), ventilasi
per menit dan kapasitas vital. Rapid Shallow Breathing Index (RSBI) merupakan salah
satu indeks yang paling sering digunakan yang pertama kali dikenalkan oleh Yang dan
Tobin.
Sumber : Hanif, 2020. Perawatan Gagal Napas Akut Akibat Pneumonitis Lupus Di Unit
Perawatan Intensif Dengan Fasilitas Terbatas. Jurnal Departemen Anestesiologi dan
Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Volume 7, Nomor 1
4. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien dengan gagal napas?
Jawab Yolanda Dwi Nita
-Tes fungsi paru seperti spirometri umumnya ditunda karena tidak memungkinkan untuk dikerjakan
pada pasien sakit kritis.
Sumber : ASPEK KLINIS DAN TATALAKSANA GAGAL NAFAS AKUT PADA ANAK, Bakhtiar, 2013.
Pemeriksaan penunjang pada respiratory distress syndrome menurut Warman (2012), antara
lain:
Tes Biokimia
Test Biofisika
Gas darah menunjukkan asidosis metabolik dan respiratorik bersamaan dengan hipoksia. Asidosis
muncul karena atelektasis alveolus atau over distensi jalan napas terminal.
Radiografi Thoraks
Pada bayi dengan RDS menunjukkan retikular granular atau gambaran ground-glass bilateral, difus, air
bronchograms, dan ekspansi paru yang jelek. Gambaran air bronchograms yang mencolok menunjukkan
bronkiolus yang terisi udara didepan alveoli yang kolap. Bayangan jantung bisa normal atau membesar.
Kardiomegali mungkin dihasilkan oleh asfiksi prenatal, diabetes maternal, patent ductus arteriosus
(PDA), kemungkinan kelainan jantung bawaan. Temuan ini mungkin berubah dengan terapi surfaktan
dini dan ventilasi mekanik yang adekuat
Sumber: Sunarti. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi “S” dengan Asfiksia di RSUD Haji
Makassar.
5. Mahasiswa mampu mengetaui indikator pelaksanaan intubasi pada bayi?
Jawab wisma wardani
Indikasi melakukan intubasi endotrakhea adalah keadaan berikut ini:
1. Gagal kardiopulmonal/henti kardiopulmonal
2. Distres pernapasan berat/kelelahan otot pernapasan
3. Refleks batuk/gag reflkes hilang
4. Memerlukan bantuan napas lama karena apnea atau hipoventilasi
5. Transpor antar rumah sakit untuk pasien yang berpotensi gagal napas.
Sumber: Bakhtiar. ASPEK KLINIS DAN TATALAKSANA GAGAL NAFAS AKUT
PADA ANAK. JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 3
Desember 2013
Intubasi endotrakeal dapat dilakukan pada setiap tahapan resusitasi sesuatu dengan
keadaan, antara lain beberapa keadaan berikut saat resusitasi :
Jika terdapat mekoneum dan bayi mengalami depresi pernapasan, maka intubasi
dilakukan sebagai langkah pertama sebelum melakukan tindakan resusitasi yang lain,
untuk membersihkan mekoneum dari jalan napas.
Jika ventilasi tekanan positif tidak cukup menghasilkan perbaikan kondisi,
pengembangan dada, atau jika ventilasi tekanan positif berlangsung lebih dari beberapa
menit, dapat dilakukan intubasi untuk membantu memudahkan ventilasi.
Jika diperlukan kompresi dada, intubasi dapat membantu koordinasi antara kompresi
dada dan ventilasi, serta memaksimalkan efisiensi ventilasi tekanan positif.
Jika epinefrin diperlukan untuk menstimulasi frekuensi jantung maka cara yang umum
adalah memberikan epinefrin langsung ke trakea melalui pipa endotrakeal sambil
menunggu akses intravena.
Jika dicurigai ada hernia diafragmatika, mutlak dilakukan pemasangan selang
endotrakeal. Cara pemasangan selang endotrakeal perlu dikuasai diantaranya melalui
pelatihan khusus.
Sumber : Oktova, Rapika. 2013. Kajian Asuhan Kebidanan Pada Bayi ”Ny Am” Dengan
Asfiksia neonatorum di Ruang Perinatologi Rsup Dr. M. Djamil Padang. Universitas Andalas.
Padang
Gagal napas diawali oleh stadium kompensasi. Pada keadaan ini ditemukan peningkatan
upaya napas (work of breathing) yang ditandai dengan adanya distress pernapasan
(pemakaian otot pernapasan tambahan, retraksi, takipnea dan takikardia). Peningkatan
upaya napas terjadi dalam usaha mempertahankan aliran udara walaupun compliance
paru menurun. Sebaliknya, stadium dekompensasi muncul belakangan ditandai dengan
menurunnya upaya napas.2,6,8 Pada anak, ancaman gagal napas karena penyakit paru
ditandai dengan napas cepat atau takipnea, pemakaian otot pernapasan tambahan
berlebihan dan retraksi epigastrik, interkosta, serta supraklavikula.1,7,9 Ancaman gagal
napas yang disebabkan oleh disfungsi pusat pengatur napas mungkin lebih sulit dikenali
karena anak tersebut dapat tidak menunjukkan tanda distres pernapasan, misalnya pada
pasien overdosis narkotik akan terjadi penurunan upaya napas dan hipoventilasi. Laju
pernapasan yang rendah atau napas yang dangkal dapat mengidentifikasi pasien tersebut.
Gejala yang paling sering ditemukan pada pasien dengan OSA selain mendengkur saat
tidur adalah excessive daytime sleepiness, yakni sering tertidur saat melakukan kegiatan
sehari-hari di siang hari, seperti membaca, berbincang-bincang, makan, atau pun
mengendarai mobil. Gejala terkait lainnya adalah lelah saat bangun tidur di pagi hari,
episode seperti tercekik atau terengah-engah di malam hari, sakit kepala di pagi hari,
mulut kering atau sakit tenggorokan di pagi hari, refluks asam lambung, nokturia sampai
dengan gejala yang berat seperti gangguan kognitif dan ingatan.
Sumber : Arief Bakhtiar, 2015. Obstructive Sleep Apneu (OSA), Obesitas
Hypoventilation Syndrome (OHS) dan Gagal Napas. Jurnal Departemen Pulmonologi
dan Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo,
Vol. 1 No. 3
Sleep apnea syndrome adalah suatu sindrom dengan ditemukannya episode apnea atau
hipopnea pada saat tidur. Apnea dapat disebabkan kelainan sentral, obstruktif jalan nafas, atau
campuran. Obstruktif apnea adalah berhentinya aliran udara pada hidung dan mulut walaupun
dengan usaha nafas, sedangkan central apnea adalah penghentian pernafasan yang tidak disertai
dengan usaha bernafas akibat tidak adanya rangsangan nafas. Obstruktif hipoventilasi
disebabkan oleh obstruksi parsial aliran udara yang menyebabkan hipoventilasi dan hipoksia.
Istilah obstruktif hipoventilasi digunakan untuk menunjukkan adanya hipopnea, yang berarti
adanya pengurangan aliran udara..
Sumber : Bambang Supriyatno, Rusmala Deviani. Obstructive sleep apnea syndrome Obstructive
sleep apnea syndrome pada Anak pada Anak. Sari Pediatri, Vol. 7, No. 2, September 2005: 77 –
84
Penyebab terjadinya Apnea pada bayi adalah Pada masa neonatus insidens apnea kira-kira 25% pada
bayi dengan berat badan lahir < 2500 gram dan84% pada bayi dengan berat badan lahir < 1000 gram.9
insidens tertinggi terjadi antara umur 3 - 6 tahunkarena pada usia ini sering terjadi hipertrofi tonsil
danadenoid. Terdapat dua teori patofisiologi sumbatan (kolaps)jalan nafas yaitu :
1. Teori balance of forces : ukuran lumen faringstergantung pada keseimbangan antara tekanannegatif
intrafaringeal yang timbul selama inspirasidan aksi dilatasi otot-otot jalan nafas atas. Tekanantransmural
pada saluran nafas atas yang mengalamikolaps disebut closing pressure. Dalam keadaanbangun, aktivasi
otot jalan nafas atas akanmempertahankan tekanan tranmural di atas closingpressure sehingga jalan
nafas atas tetap paten. Padasaat tidur tonus neuromuskular berkurang, akibatlumen farings mengecil
sehingga menyebabkanaliran udara terbatas atau terjadi obstruksi.
2. Teori starling resistor : jalan nafas atas berperansebagai starling resistor yaitu perubahan tekananyang
memungkinkan farings untuk mengalamikolaps yang menentukan aliran udara melaluisaluran nafas
atas.Sumber : Obstructive sleep apnea syndrome Obstructive sleep apnea syndrome pada Anak pada
Anak, Bambang Supriyatno, 2015.
Gagal nafas pada anak dapat disebabkan oleh kelainan sistem pernafasan dan di luar sistem
pernafasan. Pada umumnya, gagal nafas disebabkan oleh gangguan paru primer, termasuk
pneumonia, bronkiolitis, asma serangan akut, sumbatan benda asing, dan sindrom croup.
Penyebab di luar paru dapat berupa gangguan ventilasi akaibat kelainan sistem saraf, misalnya
Sindrom Guillain Barre, Miastenia Gravis
Sumber: Bakthiar. 2013. Aspek Kliknis dan Tatalaksana Gagal Nafas Akut Pada Anak. JURNAL
KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 3.
Menurut WHO diperkirakan sekitar 900.000 kematian bayi baru lahir setiap tahun diakibatkan
asfiksia neonatorum. Kemenkes RI (2013) menyebutkan bahwa sejak tahun 2000 – 2003 asfiksia
menempati urutan ke-6 yaitu sebanyak 8% sebagai penyebab kematian neonatus di seluruh
dunia. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera atau
beberapa saat Penyebab utama kematian neonatus di Indonesia adalah berat badan lahir rendah
BBLR (29%) dan asfiksia (27%). BBLR pada tahun 2013 di Indonesia sebanyak 10,2%, angka
kejadian BBLR tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Tengah (16,8%) dan terendah di Sumatera
Utara (7,2%), sedangkan di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2015 bayi dengan berat badan
lahir rendah dilaporkan sebanyak 781(5.33%)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari
2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum
bersifat multifaktorial baik itu dari faktor ibu, faktor plasenta, dan faktor janin, maupun faktor
yang lain. BBLR merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian
neonatus.
Penelitian Afiana Rohmani menyebutkan bahwa BBLR preterm berisiko untuk mengalami
kegagalan nafas yang akan menjadi asfiksia neonatorum, hal ini dikarenakan oleh kurangnnya
surfaktan berdasarkan rasio lesitin atau sfingomielin kurang dari 2, disamping itu pertumbuhan
dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang
iga yang mudah melengkung (pliable thorax) dengan kondisi bayi akan berisiko mengalami
hipoksia.
8. Winda clau: mahasiswa mampu mengetahi klasifikasi gagal nafas pada bayi?
Sumber: Bakthiar. 2013. Aspek Kliknis dan Tatalaksana Gagal Nafas Akut Pada Anak.
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 3.