Anda di halaman 1dari 9

Pengelolaan Fungsi Pernapasan (Breathing Management)

Technorati Tags: gawat,darurat,pernapasan,breathing


Pengertian : Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan
buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2.
Tujuan : Menjamin pertukaran udara di paru-paru secara normal.
Diagnosis : Ditegakkan bila pada pemeriksaan dengan menggunakan
metode Look Listen Feel (lihat kembali pengelolaan jalan nafas) tidak ada
pernafasan dan pengelolaan jalan nafas telah dilakukan (jalan nafas aman).
Tindakan
Tanpa Alat : Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari mulut
ke hidung sebanyak 2 (dua) kali tiupan awal dan diselingi ekshalasi.
Dengan Alat : Memberikan pernafasan buatan dengan alat Ambu bag (self
inflating bag) yang dapat pula ditambahkan oksigen. Dapat juga diberikan
dengan menggunakan ventilator mekanik (ventilator/respirator)
Pemeriksaan pernafasan :
Look -Lihat
- gerak dada
- gerak cuping hidung (flaring nostril)
- retraksi sela iga
- gerak dada
- gerak cuping hidung (flaring nostril)
- retraksi sela iga
Listen -Dengar
- Suara nafas, suara tambahan
Feel -Rasakan
- Udara nafas keluar hidung-mulut
Palpasi -Raba
- gerakan dada, simetris?
Perkusi - Ketuk

- Redup? Hipersonor? Simetris?


Auskultasi (menggunakan stetoskop)
- Suara nafas ada? Simetris? Ronki atau whezing?
Rontgen dada
kalau tersedia dan pasien sudah stabil
Menilai pernafasan

Ada napas? Napas normal atau distres

Ada luka dada terbuka atau menghisap?

Ada Pneumothoraks tension?

Ada Patah iga ganda (curiga Flail Chest) ?

Ada Hemothoraks?

Ada emfisema bawah kulit?


Tanda distres nafas

Nafas dangkal dan cepat

Gerak cuping hidung (flaring nostril)

Tarikan sela iga (retraksi)

Tarikan otot leher (tracheal tug)

Nadi cepat

Hipotensi

Vena leher distensi

Sianosis (tanda lambat)


Pemberian nafas buatan
Diberikan sebanyak 12-20 kali/menit sampai dada nampak terangkat.
Diberikan bila nafas abnormal, tidak usah menunggu sampai apnea dulu
Berikan tambahan oksigen bila tersedia.
Jika udara masuk ke dalam lambung, jangan dikeluarkan dengan menekan
lambung karena akan berisiko aspirasi.
Nafas buatan dilakukan dengan in-line immobilisation (fiksasi kepala-leher) agar
tulang leher tidak banyak bergerak.
Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke mulut

Gambar 1. pada orang dewasa

Untuk memberikan bantuan pernafasan mulut ke mulut, jalan nafas korban harus
terbuka. Perhatikan kedua tangan penolong pada gambar masih tetap
melakukan teknik membuka jalan nafas Chin lift. Hidung korban harus ditutup
bisa dengan tangan atau dengan menekankan pipi penolong pada hidung
korban. Mulut penolong mencakup seluruh mulut korban. Mata penolong melihat
ke arah dada korban untuk melihat pengembangan dada. Pemberian pernafasan
buatan secara efektif dapat diketahui dengan melihat pengembangan dada
korban.Berikan 1 kali pernafasan selama 1 detik, berikan pernafasan
biasa.kemudian berikan pernafasan kedua selama 1 detik. Berikan nafas secara
biasa untuk mencegah penolong mengalami pusing atau berkunang-kunang.
Untuk bayi dan anak, nafas buatan yang diberikan lebih sedikit dari orang
dewasa, dengan tetap melihat pengembangan dada.Usahakan hindari
pemberian pernafasan yang terlalu kuat dan terlalu banyak karena dapat
menyebabkan kembung dan merusak paru-paru korban. Konsentrasi oksigen
melalui udara ekspirasi mulut sekitar 17 %.
Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke hidung
Cara ini direkomendasikan jika pemberian nafas buatan melalui mulut korban
tidak dapat dilakukan misalnya terdapat luka yang berat pada mulut korban,
mulut tidak dapat dibuka, korban di dalam air atau mulut penolong tidak dapat
mencakup mulut korban.
Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke stoma (lubang trakeostomi)
Cara ini diberikan pada pasien trakeostomi. Caranya sama dengan mulut ke
mulut hanya saja lubang tempat masuknya udara adalah lubang trakeostomi
Pemberian nafas buatan dengan menggunakan alat
Gambar 2. ambubag (bag-valve-masker)

Ambu bag terdiri dari bag yang berfungsi untuk memompa oksigen udara bebas,
valve/pipa berkatup dan masker yang menutupi mulut dan hidung penderita.
Penggunaan ambu bag atau bagging sungkup memerlukan keterampilan
tersendiri. Penolong seorang diri dalam menggunakan amb bag harus dapat
mempertahankan terbukanya jalan nafas dengan mengangkat rahang bawah,
menekan sungkup ke muka korban dengan kuat dan memompa udara dengan
memeras bagging. Penolong harus dapat melihat dengan jelas pergerakan dada
korban pada setiap pernafasan.
Ambu bag sangat efektif bila dilakukan oleh dua orang penolong yang
berpengalaman. Salah seorang penolong membuka jalan nafas dan
menempelkan sungkup wajah korban dan penolong lain memeras bagging.
Kedua penolong harus memperhatikan pengembangan dada korban
Gambar 3. Cara menggunakan ambubag

Ambu bag digunakan dengan satu tangan penolong memegang bag sambil
memompa udara sedangkan tangan lainnya memegang dan memfiksasi masker.
Pada Tangan yang memegang masker, ibu jari dan jari telunjuk memegang
masker membentuk huruf C sedangkan jari-jari lainnya memegang rahang
bawah penderita sekaligus membuka jalan nafas penderita dengan membentuk
huruf E.
Konsentrasi oksigen yang dihasilkan dari ambu bag sekitar 20 %. Dapat
ditingkatkan menjadi 100% dengan tambahan oksigen.
Untuk kondisi yang mana penderita mengalami henti nafas dan henti jantung,
dilakukan resusitasi jantung-paru-otak.

MANAGEMAN BREATHING

4 Votes
1. DEFINISI
Pernafasan merupakan pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas untuk
pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh.
Breating merupakan suatu kesatuan dari proses oksigenasi dan ventilasi, tanpa
oksigenasi yang adequate ventilasi akan terganggu begitu juga bila tanpa ventilasi
yang adequate maka oksigenasi akan menjadi sia-sia.
2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya gangguan pernapasan adalah:
Edema lidah
Sumbatam lidah
Edema laryngeal
Abses peritonsil
Karsinoma leher
Sekresi berlebih
Gangguan serebral
Trauma fasial, trauma tracheal dan laryngeal
Aspirasi benda asing
Luka baker leher
Anaphilaktik
3. TANDA-TANDA BRETING / VENTILASI TERGANGGU
a. look (lihat)
naik turunya dada simetris atau tidak
pergerakan dinding dada adequate atau tidak
asimetris menunjukan adanya splinting atau flail chest
b. listen (dengar)
lakukan dengan stetoskop untuk mendengarkan pergerakan udara pada kedua paru
penurunan atau tidak terdengarnya suara nafas pada satu atau kedua hemitorak
c. feel (raba)
merupakan tanda akan adanya cedera dada (pernapasan trauma).takipneu mungkin
menunjukan kekurangan oksigen.
menjamin terbukanya air way merupakan langkah penting pertama untuk pemberian
oksigen padapenderita.bila air way sudah terbuka, maka proses pernapasan yang
terganggu akan menjadi penyebab kematian yang potensial. Kecepatan pernapasan
normal pada manusia adalah:
dewasa : 12 20 x/menit

anak : 15 30 x/menit
neonatus: 30 50 x/menit
Penilaian fungsi respirasi:
1. frekuensi
takipneu adalah manipestasi awal distress pernapasan, ini merupakan usaha
konpensasi terhadap proses akan terjadinya asidosis metabolic.frekuensi nafas yang
sangat lambat dan ireguler sering terjadi pad ahipotermi, kelelahan dan depresi SSP,
dan setiap penurunan frekuensi nafas dan ireguler merupakan tanda perburukan
keadaan klinik.
2. mekanik usaha pernapasan
meningkatnya usaha nafas ditandai dengan respirasi cuping hidung, retraksi dinding
dada, keadaan ini sering dijumpai pada obstruksi jalan nafas dan penyakit alveolar.
anggukan kepala keatas (head bobbing), merintih (gunting),stridor, ekspirasi
memanjang menandakan telah terjadi gangguan mekanik usaha pernapasan.
3. warnakulit / membrane mukosa dan suhu
Pada keadaan perpusi jelek dan hipoksemia warna kulit tubuh terlihat berbecak
(mottled),tanagn dan kaki terlihat kelabu pucat dan teraba dingin
4. PENATALAKSANAAN KEGAWATAN
Basic life support
Upaya ini merupakan tindakan dini kegawatan pada penderita diluar rumah sakit
Pembebasan jalan nafas
Bantuan pernapasan
Upaya perbaikan sirkulasi
Bantuan pernapasan (breathing)
Perhatikan penderita bernapas dengan 3M
Melihat pergerakan dada dan perut
Mendengarkan ekspirasi dengan mendekatkan telinga pemeriksa kemulut atau
kehidung penderita
Merasakan aliran udara ekspirasi
Bila tidak terdapat napas spontan lakukan pernapasan bantuan dengan cara :
Bebaskan jalan napas
Oksigenasi
Indikasi pemberian oksigen:
Pada saat resusitasi jantung paru (RJP)
Pada setiap penderita trauma berat
Setiap penderita nyeri precordial/nyeri dada
Gangguan paru (seperti astma,COPD)
Gangguan jantung (seperti decomp cordis)
Cara pemberian oksigen:
o Nasal canul
Pemberian oksigen melalui nasal kanul tidak boleh melebihi 6 liter/menit.pemberian
oksigen diatas itu akan menyebabkan iritasi mukosa hidung dan tidak akan berguna
untuk meningkatkan kadar O2
o Face mask (masker wajah)
Pemberian O 2 melalui face mask lebih baik dibandingkan dengan kanul hidung, karena
konsentrasi O2 yang dihasilkan lebih tinggi pemberian ini harus 10-12 liter.
Ventilasi
Bantuan ventilasi diberikan pada penderita yang tidak dapat bernapas
spontan,pemberian nafas buatan dapat dilakukan dengan cara :

o Mouth to mouth / mouth to nose


Harus menggunakan barier device sebagai perantara antara penolong dan penderita.
Cara langsung sudah ditinggalkan, karena berpotensi tinggi untuk menyebarkan
penyakit (infeksi paru paru,HIV,hepatitis, dll).alat perantara tersebut mempunyai
katup searah yang mencegah penolong menelan gas ekspirasi maupun cairan dari
penderita.
o Bag-valve-mask (@Ambubag)
Menggunakan kantung yang di pompa untuk memasukan udara kedalam paru-paru
penderita.sumber O2 langsung disambungkan kedalam bag,maka bila penderita
menggunakan nasal kanul harus dilepas selama mendapatkan bantuan nafas debgan
ambubag.pemberian udara pernafasan juga tidak boleh keras dan tiba-tiba, agar pintu
esophagus tidak terangsang , sehingga tidak terjadi regurgitasi isi lambung.penderita
juga harus diberi kesempatan untuk melakukan ekspirasi, maka penderita tidak sadar/
pernafasan spontan hilang, ritme yang terbaik adalah mengikuti irama nafas penolong
sendiri.
Resusitasi jantung paru
Bila tidak bernapas spontan berikan pernapasan buatan dibantu dengan ambubag, bila
tidak disertai dengan kompresi dada / TB frekuensinya sesuai dengan frekuensi
pernafasan normal 20-24 x /menit.bila disertai dengan kompresi dada gunakan aturan
5x untuk kompresi dada dan 1kali untuk ventilasi atau 15 kali untuk kompresi dada dan
2x untuk ventilasi bila dilakukan oleh 1 orang. Kompresi dada dilakukan dengan kedua
tangan penolong saling menumpu pada dada penderita 2 cm dari proccesus
xyphoideus hemitorak kiri dengan kekuatan kompresi pada bahu atau badan bagian
atas penolong. Posisi penolong sejajar dengan tubuh penderita bisa sisi kiri atau kanan.
Resusitasi ini bisa dikerjakan sendiri atau lebih bila dilakukan sendiri pergunakan
hitungan 15:2, bila dilakukan oleh 2 orang pergunakan hitungan 5:1. sedangkan bila
penderita sudah menggunakan air way definitive, frekuensi kompresi dada 80-100 x /
menit, sedangkan frekuensi pernapasan atau ventilasi disesuaikan dengan frekuensi
pernapasan penolong 20-24x / menit.
Mungkin diperlukan intubasi endrotakheal untuk mempertahankan jalan nafas agar
tetap terbuka dan untuk mempermudah ventilasi tekanan positip
Trakheostomi dilakukan pada obstruksi jalan nafas bagian atas yang berat dan tidak
dapat diatasi dengan ventilasi
Pada penderita trauma thorak, kelainan kelainan yang dapat mengakibatkan
gangguan ventilasi berat harus kita tangani segera mungkin agar proses ventilasi tidak
terganggu
Share this:

3.

PERNAPASAN (BREATHING)

Bernapas adalah usaha seseorang secara tidak sadar/otomatis untuk melakukan pernafasan.
Tindakan ini merupakan salah satu dari prosedur resusitasi jantung paru (RJP). Untuk menilai
seseorang bernafas secara normal dapat dilihat dari berapa kali seseorang bernapas dalam satu
menit, secara umum;

Frekuensi/jumlah pernapasan 12-20x/menit (dewasa), anak (20-30x/menit), bayi (3040x/menit).

Dada sampai mengembang


Pernapasan dikatakan tidak baik atua tidak normal jika terdapat keadaan berikut ini:
1.

Ada tanda-tanda sesak napas : peningkatan frekuensi napas dalam satu menit

2.

Ada napas cuping hidung (cuping hidung ikut bergerak saat bernafas)

3.

Ada penggunaan otot-otot bantu pernapasan (otot sela iga, otot leher, otot perut)

4.

Warna kebiruan pada sekitar bibir dan ujung-ujung jari tangan

5.

Tidak ada gerakan dada

6.

Tidak ada suara napas

7.

Tidak dirasakan hembusan napas

8.

Pasien tidak sadar dan tidak bernapas

Tindakan-tindakan ini dapat dilakukan bila pernapasan seseorang terganggu:


1.
Cek pernapasan dengan melihat dada pasien dan mendekatkan pipi dan telinga ke hidung
dan mulut korban dengan mata memandang ke arah dada korban (max 10 detik)
2.
Bila korban masih bernapas namun tidak sadar maka posisikan korban ke posisi mantap
(posisikan tubuh korban miring ke arah kiri) dan pastikan jalan napas tetap terbuka; segera minta
bantuan dan pastikan secara berkala (tiap 2 menit) di cek pernapasannya apakah korban masih
bernapas atau tidak.

Jika korban bernapas tidak efektif (bernapas satu-satu, ngap-ngap, atau tidak bernapas) :
1.
Aktifkan sistem gawat darurat (bila ada orang lain minta orang lain untuk mencari atau
menghubungi gawat darurat)

2.
Buka jalan napas dengan menengadahkan kepala korban dan menopang dagu korban
(head tilt dan chin lift)
3.
Pastikan tidak ada sumbatan dalam mulut korban; bila ada sumbatan dapat dibersihkan
dengan sapuan jari-balut dua jari anda dengan kain dan usap dari sudut bibir sapu ke dalam dan ke
arah luar
4.
Berikan napas buatan dengan menarik napas biasa lalu tempelkan bibir anda ke bibir
korban dengan perantaraan alat pelindung diri (face mask, face shield) lalu hembuskan perlahan
>1 detik sambil jari tangan anda menutup hidung korban dan mata anda melihat ke arah dada
korban untuk menilai pernapasan buatan yang anda berikan efektif atau tidak (dengan naiknya
dada korban maka pernapasan buatan dikatakan efektif)
5.
Berikan nafas buatan 2x lalu periksa denyut nadi korban (menggunakan jari telunjuk dan
jari tengah raba bagian tengah jakun, lalu geser ke arah samping hingga teraba lekukan di pinggir
jakun tersebut) didaerah leher seperti pada gambar; bila tidak ada denyut maka masuk ke langkah
CPR
6.
Bila ada denyut nadi maka berikan napas buatan dengan frekuensi 12x/menit/1 tiap 5
detik sampai korban sadar dan bernapas kembali atau tenaga paramedis datang; dan selalu periksa
denyut nadi korban apakah masih ada atau tidak setiap 2 menit.

Anda mungkin juga menyukai