Anda di halaman 1dari 34

PENERAPAN TEKNIK PURSED LIPS BREATHING

EXERCISE TERHADAP PENURUNAN FREKUENSI NAFAS


DAN PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PASIEN
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK)

LITERATUR REVIEW

Disusun Oleh :

JUNITA PRATIWI

17018

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN KERIS HUSADA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) merupakan sejumlah gangguan

yang mempengaruhi pergerakan udara dari dalam dan keluar paru, hal ini

dapat mengakibatkan hipoksemia dan hiperkapnea karena terjadinya

kelemahan otot pernafasan dan obstruksi sehingga akan meningkatkan retensi

aliran udara, hiperinflamasi pulmoner, dan ketidakseimbangan ventilasi dan

perfusi. Salah satu manifestasi klinis yang diperlihatkan adalah gejala seperti

dyspnea sehingga dapat menyebabkan penurunan kadar saturasi oksigen

(LeMone, Priscilia, et al, 2016).

PPOK adalah suatu penakit yang tergolong dalam tidak menular dan

menjadi penyebab kematian ke empat di dunia setelah penyakit kanker,

kardiovaskular dan diabetes (WHO, 2016). Lebih dari 3 juta jiwa meninggal

karena PPOK ditahun 2016 dan menyumbang 6% dari seluruh kematian,

sehingga diprediksi pada 2020 penyakit PPOK akan menduduki peringka

ketiga sebagai penyebab utama kematian di dunia (GOLD, 2017).

Akhir-akhir ini penyakit COPD atau penyakit PPOK semakin menarik

untuk diperbincangkan karena angka prevalensi dan mortilitas yang terus

meningkat. Prevalensi penyakit ini bervariasi diseluruh dunia yaitu di dua

belas Negara di asia terdapat sebesar 6,3%, sedangkan di America Pada tahun
2013, di Amerika Serikat PPOK adalah penyebab utama kematian ketiga dan

lebih dari 11 juta orang telah didiagnosis dengan PPOK dan PPOK adalah

penyakit mematikan ketiga dinegara tersebut (Regional COPD Working Grup,

2015. Berdasarkan data dari studi PLATINO, sebuah penelitian yang

dilakukan terhadap lima negara di Amerika Latin (Brasil, Meksiko, Uruguay,

Chili dan Venezuela) didapatkan prevalensi PPOK sebesar 14,3% dengan

perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 18,9% dan 11,3%. Pada studi

BOLD, penelitian serupa yang dilakukan pada 12 negara kombinasi prevalensi

PPOK adalah 10,1%, prevalensi pada laki-laki lebih tinggi yaitu 11,8% dan

8,5% pada perempuan.

Di Indonesia angka kejadian penyakit PPOK diperkirakan terdapat 4,8 juta

penderita PPOK dengan prevalensi 5,6 %, angka kejadian dari beberapa

sampel yang cukup tinggi yaitu di daerah DKI Jakarta sebesar 2,7 %, jawa

barat 4,0%, jawa tengah 3,4%, Yogyakarta 3,1%, jawa timur 3,6% dan bali

3,6% (Kemenkes, 2013). Angka dari penderita PPOK ini diprkirakan akan

terus bertambah dikarenakan semakin tingginya perokok di Indonesia dan

udara yang tidak bersih akibat dari penggunaan kendaraan bermotor serta asap

yang ditimbulkan industry, akan tetapi menurut penelitian Biomass Indonesia

pada tahun 2013 pada [populasi yang bukan perokok, usia lebih dari 40 tahun

yang dilakukan spirometri dan kuisioner di provinsi DKI Jakarta, Banten dan

Jawa barat di dapatkan prevalensi PPOK sebesar 6,3% yaitu 5,4% daerah

perkotaan dan 7,2% daerah pedesaan (Biomassa, 2013).


Dari hasil riset tersebut penyakit PPOK menjadi penyakit tidak menular

aka tetapi dapat menjadi penyebab dari kematian yang biasanya pada masih

PPOK menimbulkan gejla gejala yaitu : Gejala yang paling sering terjadi pada

pasien PPOK adalah sesak nafas. Sesak nafas juga biasnaya menjadi keluhan

utama pada pasien PPOK yang bersifat progresif, persisten dan bertambah

berat dengan adanya aktivitas, sesak nafas ini terjadi karena penurunan

staurasi oksigen atau penurunan Forced Expiratory Volume (FEV1), volume

tidak dan distribusi oksigen (perhimpunan dokter paru Indonesia, 2011).

Pasien biasanya mendefinisikan sesak nafas sebagai peningkatan usaha untuk

bernafas, rasa berat saat bernafas, gasping dan air hunger (Tabrani, 2010).

Gambaran khas PPOK adalah adanya obstruksi saluran napas yang sangat

bervariasi, mulai tanpa gejala, gejala ringan, hingga berat. Sehingga

menyebabkan keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari penderita yang

bergantung pada beratnya sesak, semakin berat derajat sesak nafas maka

semakinsulit penderita melakukan aktivitas sehari-harinya. Sesak nafas itu

terjadi sehingga dapat terjadi penurunan saturasi oksigen dalam darah ditandai

dengan pola pernafasan yang tidak teratur dan frekuensi pernafasan yang

meningkat. Frekuensi pernafasan yaitu > 24 kali/menit (Zamzam et al, 2012).

Upaya pencegahan dan mengurang gejala yang timbul pada penderita

PPOK dapat dilakukan dengan intervensi farmakologis diantaranya yaitu

pemasangan oksigen dan pengobatan, dimana pengoatan farmakologis

tersebut bersifat jangka pajang. Kedua hal itu biasanya didapatkan dirumah

sakit, namun jika pasien mengalami sesak saat dirumah oksigen dan obat tidak
selalu ada drumah. Selain intervensi farmakologis pada pasien PPOK, terdapat

intervensi non-farmakologi yang biasnaya diberikan yaitu latihan teknik nafas

dalam, mengatur posisi semi fowler dan minum air hangat. Hal tersebut

tidaklah cukup untuk mengurangi keluhan sesak nafas dan saturasi oksigen

tetap stabil pada pasien PPOK karena latihan teknik nafas dalam hanya

berfungsi untuk mengatur pernafasan agar teratur tetapi tidak dapat

menurunkan keluhan sesak nafas, begitu juga dengan poisi semi fowler dan

minum air hangat harus dilakukan dengan cara terus menerus untuk

mendapatkan hasil yang maksimal. Maka dari itu dibutuhkan intervensi non-

farmakologi lain untuk mengatasi keluhan sesak nafas pasien. Intervensi non-

farmakologi atau terapi yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan

program latihan pernafasan yang dapat diberikan pada pasien PPOK salah

satunya ialah metode Pursed Lip Breathing Exercise, teknik ini sangat mudah

untuk dilakukan dan dipraktekkan dalam keseharian pasien guna untuk

menurunkan frekuensi nafas dalam batas normal dan meningkatkan saturasi

oksigen dalam darah pasien PPOK (Sakhaei s at al, 2018).

Pursed lip breathing exercise merupakan program latihan yang diterapkan

pada pasien PPOK yang bertujuan untuk mengatur dan memperbaiki pola dan

frekuensi pernafasan sehingga mampu mengurangi penumpukkan udara atau

air trapping, mengurangi sesak nafas serta mengkoordinasi frekuensi nafas

dengan memperbaiki ventilasi–alveoli dan pertukaran gas dalam paru-paru.

Pursed lips breathing exercise mampu memperbaiki ventilasu dan alirn udara
serta memperbaiki volume paru penderita PPOK apabila latihan tersebut

dilakukan secara teratur (Smeltze & Bare, 2013).

Pursed lips breathing exercise ialah latihan pernafasan yang bertujuan

untuk mempermudah proses pengeluaran udara yang terjebak didalam paru-

paru dengan cara membantu melakukan penekanan pada proses ekspirasi.

Penelitian non-farmakologi tersebut masih kurang diketahui oleh pemberi

pelayanan kesehatan khususnya perawat serta kurang diketahui oleh penderita

maupun keluarga pada umumya. Keefektifan intervensi tersebut perlu

dipublikasikan secara global sehingga intervensi Pursed lips breathing

exercise ini dapat ditingkatkan untuk peningkatan taraf kesehtan dan penurunn

gejala pada pasien PPOK. Intervensi Pursed lips breathing exercise juga perlu

dibandingkan dengan tingkat kemudahan dalam menerapkannya, sehingga

penulis ingin membahas tentang penerapan teknik Pursed lips breathing

exercise terhadap penurunan frekuensi nafas dan peningkatan saturasi oksigen

paa pasien PPOK.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu Penerapan Pursed Lip

Breathing Exercise Terhadap penurunan frekuensi nafas dan pemenuhan

oksigenasi Pada Pasien PPOK.


C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pengaruh

Pursed lip breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen dan respiratory

rate pada pasien PPOK

2. Tujuan Khusus :

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah

a. Diketahuinya Pursed lip breathing terhadap peningkatan saturasi

oksigen dan respiratory rate berdasarkan usia

b. Diketahuinya Pursed lip breathing terhadap peningkatan saturasi

oksigen dan respiratory rate berdasarkan jenis kelamin

c. Diketahuinya hasil dari penerapan Pursed lip breathing terhadap

peningkatan saturasi oksigen dan respiratory rate pada pasien PPOK

d. Diketahuinya Pursed lip breathing terhadap peningkatan saturasi

oksigen dan respiratory rate berdasarkan lamanya waktu pemberian

intervensi

D. Manfaat

Hasil literature review ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ruang

lingkup keperawatan diantaranya adalah :

1. Bagi mahasiswa

Literature review ini diharapkan dapat memberikan acuan dalam

melakukan intervensi keperawatan dan menambah ilmu pegetahuan dalam


keperawatan mengenai penerapan Pursed lip breathing terhadap

peningkatan saturasi oksigen dan respiratory rate.

2. Bagi instansi pendidikan mahasiswa

Literature review ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi

tambahan bagi ilmu keperawatan medical bedah dalam penerapan terapi

modalitas bagi pasien penderita tuberculosis paru agar lebih mudah untuk

mengeluarkan dahak dan mengurangi sesak karena terdapat dahak pada

pernafasannya
BAB II

METODE LITERATUR REVIEW

A. Desain penelitian

Desain dalam penelitian ini adalah literature review atau tinjauan pustaka.

Studi literature review adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan data atau

sumber yang berhubungan pada sebuah topik tertentu yang bisa di dapat dari

berbagai sumber litearature seperti jurnal, buku, internet, skripsi, dan pustaka

lainnya. Adapun sifat dari penelitian ini adalah analisis deskriptif, yakni

penguraian secara teratur data yang telah diperoleh, kemudian diberikan

pemahaman dan penjelasan agar dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data

dengan mencari atau menggali data dari literatur yang terkait dengan apa yang

dimaksudkan dalam rumusan masalah. Data-data yang telah didapatkan dari

berbagai literatur dikumpulkan sebagai suatu kesatuan dokumen yang digunakan

untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

Metode pencarian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan database google scholar dan portal garuda dengan kata kunci yang

digunakan dalam pencarian jurnal yaitu “Pursed Lip Breathing Exercise”,

“penurunan frekuensi nafas”, “saturasi oksigen”, “pasien PPOK”. Dari pencarian

data tersebut didapatkan hasil artikel berjumlah 92 hasil yang kemudian dilakukan
seleksi berdasarkan artikel yang sesuai dengan tema dan kriteria inklusi dalam

penelitian ini. Rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 5 tahun terakhir (2016-

2020).

Kriteria inklusi yang digunakan adalah: penelitian menggunakan besar

sampel lebih dari 8-30 respondent, penelitian ini dilakukan oleh manusia dewasa

dengan penyakit gangguan pernafasan, publikasi melalui jurnal atau artikel

penelitian, naskah publikasi, dan skirpsi publikasi terbitan tahun 2015-2020 full

text yang sesuai dengan topik penelitian yaitu teknik PLB pada pasien PPOK,

terdapat ISN atau DOI, artikel yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan oksigen

(saturai oksigen) dn frekuensi pernafasan sebagai alat ukur.

Kriteria Eksklusi diantaranya artikel yang menggunakan sampel kurang

dari 8-30 responden, artikel yang tidak sesuai dengan tujuan dalam penelitian, dan

artikel yang bukan pasien PPOK sebagai responden.

Waktu publikasi literature yang digunakan diantaranya artikel yang

dipublikasikan dari tahun 2015-2020. Seluruh literature diseleksi kembali dengan

menggunakan kriteria inklusi.

C. Strategi Penelusuran Data Base Studi

Berdasarkan hasil penelusuran di media Google Scholar, dan Portal garuda

dengan kata kunci teknik batuk efektif, pengeluaran sputum, pasien Tuberculosis

paru. Setelah dilakuka penelusuran literature di Portal Garuda penelusuran yang

berdasarkan kata kunci yaitu “Pursed Lips Breathing Exercise + penurunan

frekuensi nafas + saturasi oksigen + Pasien PPOK” ditemukan 3 artikel yang


sesuai dengan kata kunci. Selain itu peneliti melakukan penelusuran artikel pada

google Scholar sesuar dengan kata kunci yaitu “pursed lip breathing exercise”,

“penurunan frekuensi nafas”, “saturasi oksigen”, “pasien PPOK” dalam

melakukan penelusuran di google scholar sesuai dengan kata kunci didapat 65

hasil baik jurnal amupun skripsi penelitian lainnya. Setelah dilakukan penelusuran

tersebut maka peneliti melakukan seleksi jurnal maupun skripsi sesuai dengan

kriteria inklusi yang sudah ditentuan oleh peneliti yaitu diambil 3 jurnal dan 2

penelitian yang sesuai dengan tema dana memenuhi kriteria inklusi, hasil tersebut

akan ditelaan ecara mendalam oleh penulis dalam melakukan literature review ini.

Sumber data base penelitian yang diperoleh sebagi berikut :

Data Base Penelitian Alamat WEB Keterangan

Portal GARUDA http://garuda.ristekdikti.go.i

Google Scholar https://scholar.google.co.id

Table 1.1 Sumber Penelusuran Jurnal Penelitian


BAB III

RINGKASAN PUSTAKA

Table 3.1 Ringkasan Pustaka

Studi/penuli Tempat Besar sampel / Usia Kelompok Metode penelitian / Outcomes


Intervensi Kontrol
s penelitian partisipan alat ukur
Pengaruh RSU sampel Rentang Intervensi Jenis penelitian ini Hasil uji wilcoxon

pulsed lip royal sebanyak 8 usia 30-55 dilakukan pada adalah quasi menunjukkan

breathing prima orang pasien tahun 8 responden experimental bahwa nilai P sebesar

exercise medan penyakit paru yaitu pretest dengan rancangan 0,011

terhadap 2018 obstruksi kronik dilakukan onegrup pre-post sehingga H0 ditolak

penurunan (PPOK) di RSU pemantauan test design yaitu tolak dan Ha

sesak napas Royal Prima dengan lembar mengungkapkan diterima yang artinya

pada pasien Medan observasi hubungan sebab bahwa

penyakit tahun 2018 mengenai akibat dengan cara adanya Pengaruh


paru yang diambil sesak nafas, melibatkan satu pulsed lip

obstruktif dengan setelah itu kelompok subjek, breathing exercise

kronik melakukan diberikan post dan alat ukur yang terhadap

(ppok) teknik sampling test digunakan adalah penurunan sesak napas

jenuh diobservasi lembar observasi pada


(Kritina L
kembali sesak nafas pasien pasien penyakit paru
Silalahi;
obstruktif
Tobus
kronik (PPOK) di
Hasiholan
RSU Royal
Siregar ,
Prima Medan tahun
2019)
2018 .

Breathing Pabrik Jumlah Rentang Sebelum Penelitian Pra Analisis signifikansi

exercise teh pt. sampel usia 25 – diberikan Eksperimental uji Pairedt

sama Candi penelitian ini 10 34 tahun perlakuan dengan rancangan (berpasangan)


baiknya loka orang dengan sebanyak 3 yaitu penelitian yang menunjukkan bahwa

dalam jamus jenis kelamin dan 35 – breathing digunakan adalah memberikan latihan

meningkatka ngawi laki-laki 3 orang 44 exercise The pernapasan

n kapasitas dan tahun dilakukan One Group meningkatkan vital

vital (kv) perempuan 7 sebanyak 7 pemeriksaan PreandPost Test capasity (VC) dan

dan volume orang. orang. terlebih dahulu Design. Alat ukur Volume ekspirasi

ekspirasi yaitu yang digunakan paksa (FEV1) berbeda

paksa detik pengukuran dalam penelitian nyata (p <0,05). Meski

pertama denyut nadi, ini adalah lembar berbeda

(vep1) pada pernafasan, observasi, teston VC dan FEV1

tenaga tekanan darah spirometri, dan setelah perawatan

sortasi yang dan tensi darah serta dengan Independentt-

mengalami pemeriksaan jam untuk test (tidak

gangguan spirometri menghitung berpasangan)


paru pada sampel. frekuensi nafas menunjukkan bahwa

Setelah 18 kali nilai p = 0,749.

(Dika Rizki perlakuan di Hasilnya berarti

Imania, dkk. evaluasi untuk bahwa tidak ada

2015) mengetahui peningkatan antara

keberhasilan nilai

latihan. volume ekspirasi

paksa dalam 1 detik

(FEV1) dan Kapasitas

Vital (VC) setelah

perawatan.

Dengan demikian

dapat disimpulkan,

pemberian latihan
pernapasan sama

baiknya dengan

meningkatkan

nilai volume ekspirasi

offorced dalam 1 detik

(FEV1) dan Vital

Kapasitas (VC).
Perbedaan Rumah Teknik Rentang Intervensi Desain penelitian Hasil penelitian

Efektivitas Sakit Paru sampling usia 55-65 dilakukan yang digunakan menunjukkan bahwa

Pursed Lips Respira menggunakan tahun dengan dalam rata-rata FEV1 post

Breathing Yogyakart metode menggunakan penelitian ini test kelompok pursed

dengan Six a concecutive 2 grup yaitu adalah quasi lips breathing lebih

Minutes sampling antara grup experiment besar daripada

Walk Test dengan jumlah pursed lip Eko Suryantoro : kelompok

terhadap responden breathing Perbedaan six minutes walk test,


Forced sebanyak 20 (PLB) dan Efektivitas Pursed dengan rata-rata nilai

Expiratory orang 6MWT yag Lips Breathing FEV1 post test

kelompok PLB masing- dengan Six kelompok pursed lips

Eko dan 20 orang masing Minutes Walk Test breathing sebesar

Suryantoro, kelompok sebelum 102 JKP - Volume 74,71 dan

dkk. 2017 6MWT diberikan 5 Nomor 2 nilai FEV1 post test

intervensi Agustus 2017 kelompok six muntes

tersebut dengan walk test sebesar

dipantau menggunakan 69,37. Berdasarkan

terlebih dahulu rancangan two hasil analisis tersebut,

frekuensi nafas groups dapat

dan spirometri pretest-postest dikatakan bahwa

serta tekanan design. Dengan pursed lips breathing

darah alat ukur yaitu lebih mampu


responden. lembar observasi, meningkatkan nilai

Setelah itu spirometri, jam FEV1 daripada six

dilakukan tangan dan minutes walk test.

perlakuan. tensimeter

Perbedaan Poliklinik Sampel pada Rentang Pelaksanaan Penelitian ini Berdasarkan hasil dari

active cycle Paru RS penelitian ini usia 35-55 latihan teknik merupakan siklus aktif teknik

of breathing Achmad sebanyak 20 tahun active cycle of penelitian pernapasan (ACBT)

technique Muchtar orang breathing dan kuantitatif, dengan dan teknik bibir

dan pursed Bukitting pursed lips metode Quasi bernafas (PLBT), itu

lips gi 2018 breathing, experimental dihitung menurunnya

breathing peneliti study. Populasi angka untuk 3,69 dan

technique terlebih dahulu dalam penelitian 2,25 masing-masing,

terhadap melakukan ini pada tahun untuk nilai 0,000 p.

frekuensi (pre test) pada 2018 dengan alat Disimpulkan bahwa


nafas nafas kelompok ukur Instrumen teknik siklus

pasien paru pertama yaitu yang digunakan pernafasan aktif

obstruksi menghitung pada penelitian ini (ACBT)

kronik frekuensi adalah lembar dan teknik teknik

pernapasan prosedur kerja pernapasan bibir

ida suryati, responden, active cycle of (PLBT) dapat

2018 kemudian breathing menurunkan frekuensi

memberikan technique (ACBT) pernafasan pasien

intervensi dan pursed lips PPOK

selanjutnya breathing dimana latihan siklus

Selanjutnya technique (PLBT) aktif teknik

dilakukan serta lembar pernapasan (ACBT)

pengukuran obsevasi frekuensi lebih berpengaruh

frekuensi nafas untuk menurunkan


pernapasan (penghitungan frekuensi

(post test). Respiratory Rate pernapasan.

Pada Selanjutnya,

kelompok disarankan agar hasil

Prosiding penelitian ini dapat

Seminar 20 diterapkan oleh

kedua, yaitu perawat di rumah

dengan sakit untuk

menghitung mengurangi keluhan

frekuensi pasien sesak nafas.

pernapasan

responden

(pre test).

Kemudian
memberikan

intervensi

kepada

responden

berupa latihan

teknik

bernapas

pursed lips.

Selanjutnya

dilakukan

pengukuran

frekuensi

pernapasan

(post test).
Intervensi

dilakukan 10-

15 menit 2 kali

sehari selama

3 hari.
The Impact Sample size was Rentang 20 healthy 20 subjects: This study was a On evaluation within

of Pursed- selected to be usia 38-65 subjects were PLB three-group the COPD patient

lips 40 subjects. The tahun assigned to the intervention clinical trial, intervention group in

Breathing patients were healthy and the control randomised Saturation of

Maneuver randomly intervention group. controlled and Peripheral Oxygen

on Cardiac, allocated to two group The The control interventional (SPO2)

Respiratory, groups of demographic, group received which was index with the mean

and intervention anthropometri just routine purposefully difference of 2.05

Oxygenation and control with c information cares and conducted with the percent, Respiratory

Parameters 20 patients, and form and drug participation of Rate(RR)-0.65 minute


in COPD 20 healthy checklist treatments. In patients with and Pulse Rate(PR)-

Patients subjects were recording PLB COPD and healthy 1.6 bpm

assigned to the changes in intervention individuals was significant (p ≤


Shahriar
healthy levels of group, the referring 0.05), and systolic
sachaei at al,
intervention oxygenation, patients with to the spirometric blood pressure index
2018
group. respiration, mild to unit of Madani in healthy subjects

temperature, moderate hospital Khoy, in was increased (3.35

heart rate and disease were 2017. The mmHg).

blood pressure selected. demographic,

with For data anthropometric

cardiopulmona gathering, first, information form

ry follow up in demographic and checklist

three stages and recording changes

before, anthropometric in levels of


during and information oxygenation,

after PLB was recorded respiration,

were used for then the temperature, heart

data collection pulmonary rate and blood

function pressure with

parameters, cardiopulmonary

vital signs and follow up in three

spo2 stages before,

were measured during and after

by the Italian PLB were used for

SpiroLab MIR data collec

Maggiotiro

125

Spirometric
device.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisis dan Sintesis

Teknik pernapasan pursed lips breathing memiliki banyak banyak manfaat

sebagai salah satu tindakan non-farmakologi manajemen pernapasan dalam

praktek mandiri keperawatan. Teknik ini mampu mengurangi frekuensi

pernapasan dan meningkatkan pemenuhan oksigenasi (SpO2) pasien PPOK.

Penuruan terjadinya dispnea juga dirasakan setelah melakukan teknik ini

secara terus-menerus. Hal ini sejalan dengan teori teori yang mengatakan

bahwa teknik pursed lips breathing dapat membantu memperbaiki frekuensi

pernapasan yang abnormal pada pasien dengan PPOK, yaitu dari pernapasan

yang dangkal dan cepat berubah menjadai pernapasan yang dalam dan lambat

(Bakti AK, 2015).

Gejala yang sering ditemukan pada pasien PPOK ialah sesak napas.

Keluhan sesak napas menjadi keluhan utama yang dirasakan oleh pasien

karena bersifat progresif, persisten dan bertambah berat apabila melakukan

suatu aktivitas seharihari. Latihan pernapasan dengan teknik pursed lips

breathing ini dapat memperbaiki keluhan sesak napas tersebut, memberikan

perasaan tenang dan nyaman, meningkatkana arus puncak ekspirasi, dan

mampu memperlambat frekuensi pernapasan termasuk pada saat pasien

melakukan aktivitas. Latihan pernapasan dengan tehnik pursed lips breathing

mampu meningkatkan volume tidal dan kekuatan otot pernapasan.


Pursed lip breathing exercise merupakan program latihan yang diterapkan

pada pasien PPOK yang bertujuan untuk mengatur dan memperbaiki pola dan

frekuensi pernafasan sehingga mampu mengurangi penumpukkan udara atau

air trapping, mengurangi sesak nafas serta mengkoordinasi frekuensi nafas

dengan memperbaiki ventilasi –alveoli dan pertukaran gas dalam paru-paru.

Pursed lips breathing exercise mampu memperbaiki ventilasu dan alirn udara

serta memperbaiki volume paru penderita PPOK apabila latihan tersebut

dilakukan secara teratur (Smeltze & Bare, 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristina L Silalahi dkk, 2019

penelitian berdasarkan usia di dapatkan hasil usia mayoritas berudia 40-45

tahun sebanyak 6 orang (78%), minoritas berusia 50-55 tahun sebanyak 1

orang (11%) dan usia 30-35 tahun sebanyak 1 orang (11%). Begitu pula

dengan hasil penelitian berdasarkan usia pada penelitian Dika Riski Imania,

dkk tahun 2015 mendpatkan hasil bahwa usia yang dilakukan perakuan yaitu

antara usia 35-44 tahun sebanyak 7 orang (70%) , akan tetapi yang lebih

dominan pada usia 25-34 tahun 3 orang (30%) dari 10 responden yang

dijadikan sebagai penelitian yang menderita penyakit PPOK. Selanjutnya

penelitian yang dilakukan oleh Eko Suryantoro pada tahun 2017 karakteristik

usia respoden pada penelitian nya dibagi 2 kelompok diantaranya kelompok

yang diberikan intervensi Pursed Lips Breathing Exercise dan intervensi 6

MWT dibagi dalam 12 orang kelompok PLB berumur yaitu 55-60 tahun 8

orang (40%), umur 61-65 tahun terdapat 12 orang (60%). Dan kelompok

intervensi 6 MWT usia 55-60 terdapat 9 orang (45%) dan usia 61-65 yaitu 11
orang (55%). Hasil penelitian artikel lainnya dalam penrapan teknik PLB

berdasarkan dengan usia seseorang yang dilakukan oleh Ida Suryati pada

tahun 2018 yaitu usia 35-55 tahun dari 20 responden. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh shahriar sachaei pada tahun 2018 usia yang

dilakukan pada penelitian ini yaitu usia 35-55 dengan hasil 60.65 ± 12.80, dari

19 responden yang mendapatkan perlakuan. Usia dapat berperan penting

dalam penelitian ini karena penyakit COPD biasanya terjangkit pada umur

lebih dari 40 tahun ketas karena dengan bertambahnya usia akan terjadi

penuruan fungsi paru, maka dari itu usia dilibatkan dalam penelitian ini dan

sangat penting untuk diketahui.

Selain usia ada faktor lain yaitu jenis kelamin, hasil penelitian yang

digubakan berdasarkan faktor jenis kelamin yang dilakukan oleh Kristina L

Silalahi pada tahun 2019 digunakan dalam penelitian ini 8 orang responden

berjenis kelamin laki-laki (100%) dan perempuan tidak diikutsertakan dalam

penelitian ini dikarenakan tidak terdapat pasien perempuan yang dirawat

disana. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Dika Riski Imania

pada tahun 2015 dari 10 responden menggunaka jenis kelamin laki-lakis

sebanyak 4 orang (40%) dan 6 orang lainnya perempuan (60%). Faktor jenis

kelamin yang dimasukkan dalam penelitian Eko Suryantoro pada tahun 2017

yaitu laki-laki pada kelompok PLB yaitu 10 orang (50%) dan perempuan 10

orang (50%), selanjutny pada kelompok 6 MWT mayoritas perempuan yaitu

13 orang (65%) dan 7 orang laki-laki (35%). Selanjutnya berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Ida Suryati tahun 2018 pada penelitiannya
jenis kelamin laki-laki sebanyak 9 orang (45%) dan perempuan 11 orang

(55%). Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Shahriar Sachaei

tanun 2018 yaitu 11 orang perempuan (55%) dan 9 orang laki-laki (45%).

Jenis kelamin dapat mempengaruhi daam terjadinya penyakit PPOK dalam

jurnal tersebut mayoritas penderita penyait COPD adalah laki-laki yang

menjadi tertinggi karena masih banyak sekali yang masih menjadi perokok

aktif dan berperilaku tidak sehat , tidak hanya itu penelitian yang dibuktikan

dinegara lain bahwa perokok pasif juga dapat menjadi salah satu faktor

penyebab COPD pada perempuan, dan faktor resiko COPD pada perempuan

juga dapat disebabkan karena asap biomassa yang didapatkan saat memasak.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shahriar Sachaei tanun 2018

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada frekuensi

pernapasan dan SpO2 pasien PPOK sebelum dan sesudah diberikan latihan

pernapasaan teknik pursed lips breathing. Penelitian tersebut sejalan dengan

peneltian yang dilakukan oleh Ida Suryati tahun 2018, Teknik pursed lips

breathing merupakan suatu latihan pernapasan yang terdiri dari dua

mekanisme yaitu proses inspirasi secara dalam dan kuat serta mekanisme

ekspirasi yang aktif dan panjang. Proses ekspirasi dikatakan normal apabila

proses tersebut dilakukan dengan cara pengeluaran nafas tanpa menggunakan

energi.

Penelitian yang dilakukan oleh Eko Suryantoro, dkk tahun 2017,

menunjukan bahwa teknik pernapasan pursed lips breathing mampu

meningkatkan nilai Forced Expiratory Volume in One Second (FEV1).


Teknnik pursed lips breathing dapat membantu penderita PPOK

mengosongkan udara dalam paru-paru dan memperlambat laju pernapasan

pasien. Pengembalian posisi digfragma yang merupakan otot pernapasan yang

terletak di bawah paru-paru adalah salah satu manfaat dari teknik pursed lips

breathing. Pada proses inspirasi paru-paru mengembang dan diagfragma

melengkung dan bergerak ke bawah. PLB juga menyebabkan otot perut

mengalami kontraksi ketika proses ekspirasi, sehingga diagfragma mengalami

pergerakan ke atas dan membantu proses pengosongan udara dalam paru-paru,

akibatnya pasien PPOK akan bernapas dengan lebih efisien dan lebih lambat

(Potter & Perry, 2006).

Penelitian lain dilakukan oleh Eko Suryantoro, dkk tahun 2017. Peneliti

mengidentifikasi perbedaan efektivitas PLB dengan sixminutes-walktest

(6MWT) terhadap FEV1. Jumlah sampel dalam penelitian tersebut ialah 40

orang, kemudian dibagi dalam dua kelompok intervensi dengan masing-

masing kelompok berjumlah 20 orang.

Hasil analisis didapatkan bahwa pursed lips breathing lebih mampu

meningkatkan nilai FEV1 dari pada 6MWT. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Dika Riski Imania pada tahun 2015, dimana latihan

pernapasan PLB dapat meningkatkan volume ekspirasi paksa detik pertama

(FEV1) serta dapat meningkatkan kapasitas paru. Pursed lips breathing

merupakan pernapasan melalui bibir yang dikerucutkan yang dapat

meningkatkan pola pernapasan.


Rehabilitasi penyakit paru dapat dilakukan dengan melakukan latihan fisik

dan latihan pernapasan, serta psikologis. Latihan fisik yang dianjurkan salah

satunya ialah pursed lips breathing dengan tujuan memperbaiki ventilasi dan

menyingkronkan kerja otot-otot toraks dan abdomen pada saat proses

bernapas (Kristiana L Silalahi, 2019).

Penulis menyimpulkan bahwa teknik pernapasan pursed lips breathing

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perbaikan pola pernapasan dan

peningkatan pemenuhan kebutuhan oksigenisasi pasien PPOK. Teknik pursed

lips breathing harus dilakukan secara terus-menerus dalam keseharian pasien

guna dalam usaha pencegahan terjadinya sesak dan pemulihan kondisi

pernapasan. Teknik pursed lips breathing merupakan salah satu teknik

pernapasan yang mudah digunakan dan tidak membutuhkan alat bantu apapun

dalam proses pelaksanaannya serta memiliki pengaruh besar terhadap proses

bernapas dan oksigenisasi pasien PPOK.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik pursed lips

breathing sangat bermanfaat bagi pasien PPOK yang mengalami sesak napas

dan penurunan oksigenisasi tubuh karena teknik tersebut mampu menurunkan

frekuensi pernapasan serta mampu mingkatkan pemenuhan kebutuhan

oksigenisasi pasien PPOK. Teknik pursed lips breathing ini mampu

memberikan efek yang baik terhadap fungsi pernapasan dengan melaksanakan

teknik tersebut secara teratur dan terus- menerus. Teknik PLB dapat dilakukan

3 kali sehari pada pagi, siang, dan sore hari dengan durasi 6-30 menit untuk

mendapatkan hasil yang optimal. Latihan pernapasan dengan teknik pursed


lips breathing dapat mengurangi frekuensi pernapasan, menjadikan pola napas

efektif, mengurangi sesak nafas, serta mampu meningkatkan pemenuhan

oksigenisasi manusia khususnya pada pasien PPOK sehingga pasien mampu

melakukan proses bernapas secara normal. Hal ini dapat dikaitkan dengan

teori keperawatan tentang bernafas secara normal sebagai salah satu

kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh Virginia Henderson.

Virginia Henderson dalam teorinya mengemukakan bahwa terdapat 14

kebutuhan dasar manusia yang merupakan komponen penanganan

keperawatan.

Penderita PPOK identik dengan terjadinya sesak napas. Sesak napas

terjadi akibat adanya obstruksi saluran pernapasan sehingga pasien mengalami

hambatan dalam proses bernapas. Sesak napas dapat diketahui dengan pola

napas yang tidak teratur dan terjadi peningkatan pada frekuensi pernapasan.

Oleh karena adanya keluhan sesak nafas tersebut, pemenuhan kebutuhan dasar

manusia poin 1 yaitu bernapas secara normal yang dikemukakan oleh Virginia

Henderson mengalami hambatan.

Untuk memenuhi kebutuhan bernapas secara normal sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Virginia Henderson salah satunya ialah dengan melakukan

teknik pernapasan pursed lips breathing. Teknik pursed lips breathing

bertujuan untuk memperbaiki ventilasi dan menyingkronkan kerja otot toraks

dan abdomen sehingga pasien PPOK mampu bernapas lebih efektif dan

normal serta saturasi oksigen dalam tubuh mengalami peningkatan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil Literatur Review yang telah dilakukan pada penelitian ini yaitu

tentang penerapan teknik pursed lips breathing (PLB) terhadap penurunan

frekuensi nafas dan peningkatan saturasi oksigen pada pasien penyakit paru

obstruksi kronis (PPOK) dapat disimpulkan bahwa keseluruhan artikel

penelitian yang menggunakan intervensi pernapasan pursed lips breathing

yaitu sebanyak 5 artikel dinilai efektif, baik artikel nasional maupun

internasional yang dibuktikan kerelevanan penelitian dengan beberapa

penelitian lain. Terapi latihan pernapasan dengan teknik pursed lips breathing

memberikan dampak positif terhadap pasien PPOK setelah mereka

menggunakan terapi tersebut secara terus-menerus yaitu dalam waktu 15-30

menit sebanyak 3 kali sehari, dampak positif yang diberikan ialah salah

satunya memperbaiki proses bernafas pasien sehingga pasien mampu bernapas

secara normal dan oksigenisasi tubuh dapat terpenuhi dengan baik.

B. Saran

Diharapkan institusi dapat menerapkan Teknik pursed lips breathing yang

sangat mudah untuk dilakukan dan tidak membutuhkan tempat serta alat yang

banyak. Terapi PLB dianjurkan untuk diterapkan di rumah sakit terutama pada

pasien PPOK karena sesuai dengan artikel penelitian teknik ini efektif dan

dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja dalam keseharian pasien.
Penelitian lanjutan tentang teknik ini sangat diperlukan dengan

memperbanyak sampel penelitian agar hasil penelitiannya lebih representative,

waktu penelitian diperpanjang agar lebih akurat dalam meneliti subyek dalam

penelitian.

Anda mungkin juga menyukai