LITERATUR REVIEW
Disusun Oleh :
JUNITA PRATIWI
17018
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang mempengaruhi pergerakan udara dari dalam dan keluar paru, hal ini
perfusi. Salah satu manifestasi klinis yang diperlihatkan adalah gejala seperti
PPOK adalah suatu penakit yang tergolong dalam tidak menular dan
kardiovaskular dan diabetes (WHO, 2016). Lebih dari 3 juta jiwa meninggal
belas Negara di asia terdapat sebesar 6,3%, sedangkan di America Pada tahun
2013, di Amerika Serikat PPOK adalah penyebab utama kematian ketiga dan
lebih dari 11 juta orang telah didiagnosis dengan PPOK dan PPOK adalah
perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 18,9% dan 11,3%. Pada studi
PPOK adalah 10,1%, prevalensi pada laki-laki lebih tinggi yaitu 11,8% dan
sampel yang cukup tinggi yaitu di daerah DKI Jakarta sebesar 2,7 %, jawa
barat 4,0%, jawa tengah 3,4%, Yogyakarta 3,1%, jawa timur 3,6% dan bali
3,6% (Kemenkes, 2013). Angka dari penderita PPOK ini diprkirakan akan
udara yang tidak bersih akibat dari penggunaan kendaraan bermotor serta asap
pada tahun 2013 pada [populasi yang bukan perokok, usia lebih dari 40 tahun
yang dilakukan spirometri dan kuisioner di provinsi DKI Jakarta, Banten dan
Jawa barat di dapatkan prevalensi PPOK sebesar 6,3% yaitu 5,4% daerah
aka tetapi dapat menjadi penyebab dari kematian yang biasanya pada masih
PPOK menimbulkan gejla gejala yaitu : Gejala yang paling sering terjadi pada
pasien PPOK adalah sesak nafas. Sesak nafas juga biasnaya menjadi keluhan
utama pada pasien PPOK yang bersifat progresif, persisten dan bertambah
berat dengan adanya aktivitas, sesak nafas ini terjadi karena penurunan
bernafas, rasa berat saat bernafas, gasping dan air hunger (Tabrani, 2010).
Gambaran khas PPOK adalah adanya obstruksi saluran napas yang sangat
bergantung pada beratnya sesak, semakin berat derajat sesak nafas maka
terjadi sehingga dapat terjadi penurunan saturasi oksigen dalam darah ditandai
dengan pola pernafasan yang tidak teratur dan frekuensi pernafasan yang
tersebut bersifat jangka pajang. Kedua hal itu biasanya didapatkan dirumah
sakit, namun jika pasien mengalami sesak saat dirumah oksigen dan obat tidak
selalu ada drumah. Selain intervensi farmakologis pada pasien PPOK, terdapat
dalam, mengatur posisi semi fowler dan minum air hangat. Hal tersebut
tidaklah cukup untuk mengurangi keluhan sesak nafas dan saturasi oksigen
tetap stabil pada pasien PPOK karena latihan teknik nafas dalam hanya
menurunkan keluhan sesak nafas, begitu juga dengan poisi semi fowler dan
minum air hangat harus dilakukan dengan cara terus menerus untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Maka dari itu dibutuhkan intervensi non-
farmakologi lain untuk mengatasi keluhan sesak nafas pasien. Intervensi non-
program latihan pernafasan yang dapat diberikan pada pasien PPOK salah
satunya ialah metode Pursed Lip Breathing Exercise, teknik ini sangat mudah
pada pasien PPOK yang bertujuan untuk mengatur dan memperbaiki pola dan
Pursed lips breathing exercise mampu memperbaiki ventilasu dan alirn udara
serta memperbaiki volume paru penderita PPOK apabila latihan tersebut
exercise ini dapat ditingkatkan untuk peningkatan taraf kesehtan dan penurunn
gejala pada pasien PPOK. Intervensi Pursed lips breathing exercise juga perlu
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu Penerapan Pursed Lip
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus :
intervensi
D. Manfaat
Hasil literature review ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ruang
1. Bagi mahasiswa
modalitas bagi pasien penderita tuberculosis paru agar lebih mudah untuk
pernafasannya
BAB II
A. Desain penelitian
Desain dalam penelitian ini adalah literature review atau tinjauan pustaka.
Studi literature review adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan data atau
sumber yang berhubungan pada sebuah topik tertentu yang bisa di dapat dari
berbagai sumber litearature seperti jurnal, buku, internet, skripsi, dan pustaka
lainnya. Adapun sifat dari penelitian ini adalah analisis deskriptif, yakni
pemahaman dan penjelasan agar dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.
dengan mencari atau menggali data dari literatur yang terkait dengan apa yang
menggunakan database google scholar dan portal garuda dengan kata kunci yang
data tersebut didapatkan hasil artikel berjumlah 92 hasil yang kemudian dilakukan
seleksi berdasarkan artikel yang sesuai dengan tema dan kriteria inklusi dalam
penelitian ini. Rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 5 tahun terakhir (2016-
2020).
sampel lebih dari 8-30 respondent, penelitian ini dilakukan oleh manusia dewasa
penelitian, naskah publikasi, dan skirpsi publikasi terbitan tahun 2015-2020 full
text yang sesuai dengan topik penelitian yaitu teknik PLB pada pasien PPOK,
terdapat ISN atau DOI, artikel yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan oksigen
dari 8-30 responden, artikel yang tidak sesuai dengan tujuan dalam penelitian, dan
dengan kata kunci teknik batuk efektif, pengeluaran sputum, pasien Tuberculosis
google Scholar sesuar dengan kata kunci yaitu “pursed lip breathing exercise”,
hasil baik jurnal amupun skripsi penelitian lainnya. Setelah dilakukan penelusuran
tersebut maka peneliti melakukan seleksi jurnal maupun skripsi sesuai dengan
kriteria inklusi yang sudah ditentuan oleh peneliti yaitu diambil 3 jurnal dan 2
penelitian yang sesuai dengan tema dana memenuhi kriteria inklusi, hasil tersebut
akan ditelaan ecara mendalam oleh penulis dalam melakukan literature review ini.
RINGKASAN PUSTAKA
pulsed lip royal sebanyak 8 usia 30-55 dilakukan pada adalah quasi menunjukkan
breathing prima orang pasien tahun 8 responden experimental bahwa nilai P sebesar
sesak napas Royal Prima dengan lembar mengungkapkan diterima yang artinya
dalam jamus jenis kelamin dan 35 – breathing digunakan adalah memberikan latihan
vital (kv) perempuan 7 sebanyak 7 pemeriksaan PreandPost Test capasity (VC) dan
dan volume orang. orang. terlebih dahulu Design. Alat ukur Volume ekspirasi
keberhasilan nilai
perawatan.
Dengan demikian
dapat disimpulkan,
pemberian latihan
pernapasan sama
baiknya dengan
meningkatkan
Kapasitas (VC).
Perbedaan Rumah Teknik Rentang Intervensi Desain penelitian Hasil penelitian
Efektivitas Sakit Paru sampling usia 55-65 dilakukan yang digunakan menunjukkan bahwa
Pursed Lips Respira menggunakan tahun dengan dalam rata-rata FEV1 post
dengan Six a concecutive 2 grup yaitu adalah quasi lips breathing lebih
perlakuan. tensimeter
Perbedaan Poliklinik Sampel pada Rentang Pelaksanaan Penelitian ini Berdasarkan hasil dari
active cycle Paru RS penelitian ini usia 35-55 latihan teknik merupakan siklus aktif teknik
technique Muchtar orang breathing dan kuantitatif, dengan dan teknik bibir
dan pursed Bukitting pursed lips metode Quasi bernafas (PLBT), itu
Pada Selanjutnya,
pernapasan
responden
(pre test).
Kemudian
memberikan
intervensi
kepada
responden
berupa latihan
teknik
bernapas
pursed lips.
Selanjutnya
dilakukan
pengukuran
frekuensi
pernapasan
(post test).
Intervensi
dilakukan 10-
15 menit 2 kali
sehari selama
3 hari.
The Impact Sample size was Rentang 20 healthy 20 subjects: This study was a On evaluation within
of Pursed- selected to be usia 38-65 subjects were PLB three-group the COPD patient
lips 40 subjects. The tahun assigned to the intervention clinical trial, intervention group in
Respiratory, groups of demographic, group received which was index with the mean
Oxygenation and control with c information cares and conducted with the percent, Respiratory
Patients subjects were recording PLB COPD and healthy 1.6 bpm
parameters, cardiopulmonary
Maggiotiro
125
Spirometric
device.
BAB IV
PEMBAHASAN
secara terus-menerus. Hal ini sejalan dengan teori teori yang mengatakan
pernapasan yang abnormal pada pasien dengan PPOK, yaitu dari pernapasan
yang dangkal dan cepat berubah menjadai pernapasan yang dalam dan lambat
Gejala yang sering ditemukan pada pasien PPOK ialah sesak napas.
Keluhan sesak napas menjadi keluhan utama yang dirasakan oleh pasien
pada pasien PPOK yang bertujuan untuk mengatur dan memperbaiki pola dan
Pursed lips breathing exercise mampu memperbaiki ventilasu dan alirn udara
orang (11%) dan usia 30-35 tahun sebanyak 1 orang (11%). Begitu pula
dengan hasil penelitian berdasarkan usia pada penelitian Dika Riski Imania,
dkk tahun 2015 mendpatkan hasil bahwa usia yang dilakukan perakuan yaitu
antara usia 35-44 tahun sebanyak 7 orang (70%) , akan tetapi yang lebih
dominan pada usia 25-34 tahun 3 orang (30%) dari 10 responden yang
penelitian yang dilakukan oleh Eko Suryantoro pada tahun 2017 karakteristik
MWT dibagi dalam 12 orang kelompok PLB berumur yaitu 55-60 tahun 8
orang (40%), umur 61-65 tahun terdapat 12 orang (60%). Dan kelompok
intervensi 6 MWT usia 55-60 terdapat 9 orang (45%) dan usia 61-65 yaitu 11
orang (55%). Hasil penelitian artikel lainnya dalam penrapan teknik PLB
berdasarkan dengan usia seseorang yang dilakukan oleh Ida Suryati pada
tahun 2018 yaitu usia 35-55 tahun dari 20 responden. Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh shahriar sachaei pada tahun 2018 usia yang
dilakukan pada penelitian ini yaitu usia 35-55 dengan hasil 60.65 ± 12.80, dari
dalam penelitian ini karena penyakit COPD biasanya terjangkit pada umur
lebih dari 40 tahun ketas karena dengan bertambahnya usia akan terjadi
penuruan fungsi paru, maka dari itu usia dilibatkan dalam penelitian ini dan
Selain usia ada faktor lain yaitu jenis kelamin, hasil penelitian yang
Silalahi pada tahun 2019 digunakan dalam penelitian ini 8 orang responden
disana. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Dika Riski Imania
sebanyak 4 orang (40%) dan 6 orang lainnya perempuan (60%). Faktor jenis
kelamin yang dimasukkan dalam penelitian Eko Suryantoro pada tahun 2017
yaitu laki-laki pada kelompok PLB yaitu 10 orang (50%) dan perempuan 10
penelitian yang dilakukan oleh Ida Suryati tahun 2018 pada penelitiannya
jenis kelamin laki-laki sebanyak 9 orang (45%) dan perempuan 11 orang
(55%). Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Shahriar Sachaei
tanun 2018 yaitu 11 orang perempuan (55%) dan 9 orang laki-laki (45%).
menjadi tertinggi karena masih banyak sekali yang masih menjadi perokok
aktif dan berperilaku tidak sehat , tidak hanya itu penelitian yang dibuktikan
dinegara lain bahwa perokok pasif juga dapat menjadi salah satu faktor
penyebab COPD pada perempuan, dan faktor resiko COPD pada perempuan
juga dapat disebabkan karena asap biomassa yang didapatkan saat memasak.
pernapasan dan SpO2 pasien PPOK sebelum dan sesudah diberikan latihan
peneltian yang dilakukan oleh Ida Suryati tahun 2018, Teknik pursed lips
mekanisme yaitu proses inspirasi secara dalam dan kuat serta mekanisme
ekspirasi yang aktif dan panjang. Proses ekspirasi dikatakan normal apabila
energi.
terletak di bawah paru-paru adalah salah satu manfaat dari teknik pursed lips
akibatnya pasien PPOK akan bernapas dengan lebih efisien dan lebih lambat
Penelitian lain dilakukan oleh Eko Suryantoro, dkk tahun 2017. Peneliti
meningkatkan nilai FEV1 dari pada 6MWT. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Dika Riski Imania pada tahun 2015, dimana latihan
dan latihan pernapasan, serta psikologis. Latihan fisik yang dianjurkan salah
satunya ialah pursed lips breathing dengan tujuan memperbaiki ventilasi dan
pernapasan yang mudah digunakan dan tidak membutuhkan alat bantu apapun
breathing sangat bermanfaat bagi pasien PPOK yang mengalami sesak napas
teknik tersebut secara teratur dan terus- menerus. Teknik PLB dapat dilakukan
3 kali sehari pada pagi, siang, dan sore hari dengan durasi 6-30 menit untuk
melakukan proses bernapas secara normal. Hal ini dapat dikaitkan dengan
keperawatan.
hambatan dalam proses bernapas. Sesak napas dapat diketahui dengan pola
napas yang tidak teratur dan terjadi peningkatan pada frekuensi pernapasan.
Oleh karena adanya keluhan sesak nafas tersebut, pemenuhan kebutuhan dasar
manusia poin 1 yaitu bernapas secara normal yang dikemukakan oleh Virginia
dan abdomen sehingga pasien PPOK mampu bernapas lebih efektif dan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil Literatur Review yang telah dilakukan pada penelitian ini yaitu
frekuensi nafas dan peningkatan saturasi oksigen pada pasien penyakit paru
penelitian lain. Terapi latihan pernapasan dengan teknik pursed lips breathing
menit sebanyak 3 kali sehari, dampak positif yang diberikan ialah salah
B. Saran
sangat mudah untuk dilakukan dan tidak membutuhkan tempat serta alat yang
banyak. Terapi PLB dianjurkan untuk diterapkan di rumah sakit terutama pada
pasien PPOK karena sesuai dengan artikel penelitian teknik ini efektif dan
dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja dalam keseharian pasien.
Penelitian lanjutan tentang teknik ini sangat diperlukan dengan
waktu penelitian diperpanjang agar lebih akurat dalam meneliti subyek dalam
penelitian.