Anda di halaman 1dari 22

Nafas Buatan ( Resusitasi

Jantung Paru )
 Diluar negeri sebagian besar penduduknya
sudah diberi pendidikan tindakan nafas buatan
serta indikasi kapan tindakan itu dibutuhkan,
bagaimana di Indonesia?
 Definisi RJP : merupakan suatu tindakan
kegawatan sederhana tanpa menggunakan alat
bertujuan menyelamatkan nyawa seseorang
dalam waktu yang sangat singkat.
 Prinsip utama kapan melakukan RJP : orang
yang berhenti bernafas atau henti jantung.
1) Orang yang tidak bernafas
Henti nafas ditandai dengan tidak adanya
gerakan dada dan aliran udara pernafasan dari
korban, henti nafas dapat terjadi pada keadaan :
- Tenggelam
- Stroke
- Obs jalan nafas
- Epiglotitis
- Overdosis obat-obatan
- Tersengat listrik
- IM
- Tersambar petir
- Koma akibat berbagai macam kasus
 Pada awal henti nafas O2 masih
dapat masuk ke dalam untuk
beberapa menit dan jantung masih
mensirkulasikan darah ke otak /
organ vital lainnya jika pada
keadaan ini diberi bantuan nafas
maka sangat bermanfaat agar
korban dapat tetap hidup dan
mencegah henti jantung.
2) Henti jantung
tanda awal henti jantung adalah pernafasan
yang terganggu (tersengal - sengal)
- pada saat henti jantung secara langsung
akan terjadi henti sirkulasi darah otak /
organ vital kekurangan O2 .
- bagaimana kalau kita ketemu dengan orang
seperti diatas
prinsip : 1.Cari bantuan
2.Pastikan kondisi memang sesuai
dengan kriteria RJP melalui
pemeriksaan primer.
Pemeriksaan primer
 Rumus ABC
 Sebelum melakukan tahap A (Airway),
lakukan prosedur awal pada korban :
- Pastikan keamanan lingkungan bagi korban
- Memastikan kesadaran korban
Untuk memastikan korban dalam keadaan
sadar / tidak dapat dilakukan dengan
menggoyang bahu korban sambil memanggil
namanya.
3) Meminta pertolongan
• Jika korban tidak memberikan respon
terhadap panggilan segera meminta
bantuan dengan cara berteriak “tolong”

4) Memperbaiki posisi korban / pasien


• Untuk melakukan RJP yang efektif korban
harus dalam posisi terlentang pada
permukaan yang rata dan keras.
• Bila posisi korban miring, ubahkah posisi
korban ke posisi terlentang.
ingat! : harus membalikkan dalam satu
kesatuan antara kepala, leher dan bahu
digerakan bersama.
5) Mengatur posisi
penolong
 Segera berlutut
sejajar dengan
bahu korban agar
waktu memberi
bantuan nafas dan
sirkulasi tidak perlu
merubah posisi.
A. (Airway) Jalan nafas
setelah melakukan prosedur diatas,
lanjutkan dengan melakukan tindakan :
a. Pemeriksaan
• Tujuannya mengetahui ada tidaknya sumbatan
jalan nafas.
• Jika ada sumbatan, cairan dapat dibersihkan
dengan jari telunjuk / jari – jari yang dilapisi kain.
Jika sumbatan oleh benda keras dapat
dibersihkan dengan menggunakan jari telunjuk
yang dibengkokkan.
b. Membuka jalan nafas
• Pada korban yang
tidak sadar tonus otot
menghilang
lidah dan epiglotis
menutup farink dan
larink
sumbatan jalan nafas.
• Cara : tengadahkan
kepala, topang dagu
( Head Tild Chin Lift )
dan manuve
pendorongan
mandibua.
B. (Breathing) Bantuan nafas
Terdiri dari 2 tahap :
1. Memastikan korban tidak bernafas
 Cara melihat naik turunnya dada,
mendengar bunyi nafas dan
merasakan hembusan nafas korban.
 Posisi telinga penolong diatas mulut /
hidung korban sambil
mempertahankan jalan nafas tetap
terbuka.
 Prosedur ini dilakukan tidak boleh
lebih dari 10 detik.
2. Memberikan bantuan nafas
 Dilakukan mulut ke mulut, mulut ke hidung,
mulut ke stoma.
 Caranya memberikan hembusan nafas 2x,
waktu yang dibutuhkan tiap kali hembusan
1,5 – 2 detik volume udara 7000-1000ml /
sampai dada korban mengembang.
 Perhatikan respon korban setiap memberikan
bantuan nafas.
 Mulut ke mulut
 Yang harus diperhatikan : volume udara
 Jangan terlalu berlebihan / laju inpirasi jangan
terlalu cepat, karena dapat menyebabkan
distensi lambung.
 Mulut ke hidung
 Dilakukan pada kondisi trismus, mulut
korban mengalami luka yang berat.
 Mulut ke stoma
 Dilakukan pada penderita yang dilakukan
laringostomi.
C. (Circulation) bantuan sirkulasi
Terdiri dari 2tahap :
1. Pastikan ada tidaknya denyut jantung
korban.
 Caranya dengan meraba a. Carotis
2. Memberikan bantuan sirkulasi
 Jika telah dipastikan tidak ada, denyut
jantung berikan bantuan sirkulasi /
komprasi jantung luar.
 Cara komprasi jantung luar
 Jari telunjuk dan jari tengah
menelusuri iga kanan / kiri sehingga
bertemu dengan tulang sternum.
 Dari tulang sternum diukur 2 / 3 jari ke
atas.
 Jari telunjuk dan jari tengah menelusuri iga
kanan / kiri sehingga bertemu dengan tulang
sternum.

 Dari tulang sternum diukur 2 / 3 jari ke atas


 Letakkan ke 2 tangan pada posisi menumpuk
satu telapak tangan diatas telapak tangan
lainnya. Hindari jari – jari menyentuh dinding
dada korban.
 Dengan posisi badan
tegak lurus, penolong
menekan dinding dada
korban dengan tenaga dari
berat badannya secara
teratur 30x (dalam 15detik
= 30x kompresi ). Dengan
kedalaman sekitar 3,8 –
5cm.
 Tekanan pada dada harus dilepaskan
keseluruhannya dan dada dibiarkan
mengembang kembali ke posisi semula.
Waktu melepas kompresi = waktu
melakukan kompresi (50% duty cycle).
 Tangan tidak boleh lepas dari
permukanan dada / berubah posisi
saat melepaskan kompresi.
 Rasio bantuan sirkulasi dan
pemberian nafas adalah 30 : 2 ( tiap
15detik=30xkompresi, 2x tiup nafas).
Dilakukan baik oleh 1 / 2 penolong.
Dari tindakan kompresi yang benar akan
menaikan tekanan sistolik 60 – 80 mmHg
dan diastolik yang sangat rendah.
Sedangkan curan jantung hanya 25% dari
curan jantung normal. Selang waktu dari
menemukan pasien sampai dilakukan
tindakan bantuan sirkulasi tidak boleh
lebih dari 30 detik.
6) Penilaian ulang
sesudah 4 siklus ventilasi dan kompresi
lakukan evaluasi :
 Jika tidak ada nadi dilakukan kembali
kompresi dan bantuan kapas.
 Jika ada nafas dan nadi teraba letakkan
korban dalam posisi miring.
 Jika tidak ada nafas tapi nadi teraba beri
bantuan nafas 10 – 12x / menit dan monitor
nadi setiap saat.
 Jika nafas spontan dan adekuat dan nadi
teraba, jaga jalan nafas tetap terbuka dan
tidurkan pada posisi mantap.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai