Anda di halaman 1dari 6

SOP RESUSITASI JANTUNG PARU

No. Dokumen :

No. Revisi :
SOP
TanggalTerbit : 2 Mei 2017

Halaman :

Puskesmas UntungSetiono,SKM,Sip
Lumbir NIP.196311141988021001

1. Pengertian 1. Resusitasi jantung parusuatu sistem/metode untuk mengatasi henti


jantung dan/atau henti nafas.
2. Henti jantung adalah berhentinya kontraksi jantung yang ditandai
tak terabanya denyut jantung, denyut nadi dan/atau denyut arteri
karotis.
3. Tujuan Agar nyawa penderita henti jantung dan/atau henti paru segera bias
diselamatkan dan tidak memberikan gejala sisa.
4. Kebijakan
5. Referensi Kebijakan Kepala Puskesmas Lumbir
6. Prosedur Periksa respon:
a) Petugas segera memeriksa ada tidaknya cedera dan tentukan
ada respon atau tidak.
b) Tepuk atau guncangkan secara halus, panggil atau tanya.
c) Bila diduga ada trauma kepala atau leher, pasien tak boleh
digerakkan kecuali bila benar-benar diperlukan.
Aktifkan sistem pelayanan emergensi yang ada:
Bila terjadi di luar RS :
a. panggil bantuan,
b. sebutkan jenis bantuan yang diperlukan,
c. lokasi korban,
d. nomor telpon yang digunakan,
e. apa yang terjadi,
f. jumlah orang yang memerlukan pertolongan,
g.kondisi korban, dan informasi lainnya.
AIRWAY (Jalan nafas):
Bila korban tak memberikan respon:
a) petugas harus menentukan apakah korban tersebut bernafas
secara adekuat
b) Letakkan korban pada posisi terlentang dan jalan nafas terbuka.
c) Posisi korban :
 Tempatkan korban pada posisi terlentang, pada tempat yang
keras dan datar
 Bila korban telungkup, balikkan korban dalam satu kesatuan
sehingga kepala, bahu dan badan bergerak serentak hingga tak
ada yang terputar. Kepala dan leher harus berada pada satu
bidang, lengan berada di samping badan.
d) Posisi petugas/penolong:
Penolong harus berada pada sisi korban sehingga memungkinkan
melakukan bantuan nafas dan kompresi dada.
e) Buka jalan nafas:
 Bila korban tak berrespon/tak sadar lakukan manuver ”head tilt-
chin lift” untuk membuka jalan nafas, dengan syarat pasien tak
ada bukti trauma kepala atau leher.
 Bila dicurigai adanya trauma leher lakukan manuver ”jaw-
thrust”
 Bila ada benda asing yang terlihat atau muntahan, segera
keluarkan dari dalam mulut dengan jari tangan yang memakai
sarung tangan. Benda yang keras dapat dikeluarkan dengan jari
telunjuk, sementara tangan yang lain tetap mempertahankan
lidah dan rahang.
Manuver ”head tilt-chin lift”:
a. Letakkan satu tangan pada dahi korban, tekan dengan telapak
tangan hingga kepala menjungkit ke belakang. Letakkan jari-jari
tangan yang sebelah lagi di bawah tulang rahang bawah dekat
dagu. Angkat rahang dan dagu ke depan.
b. Jangan menekan bagian lunak di bawah dagu dan jangan
menggunakan ibu jari untuk mengangkat dagu. Buka mulut
sehingga memungkinkan pernafasan spontan dan
memungkinkan bantuan nafas dari mulut ke mulut. Bila gigi
korban goyah atau ada gigi palsu, maka gigi tsb harus
lepaskan.
Manuver ”jaw-thrust”:
Letakkan tangan penolong pada masing-masing sisi kepala
korban, letakkan siku penolong pada bidang dimana korban
berbaring. Raih sudut rahang bawah korban dan angkat dengan
ke dua tangan. Bila bibir korban terkatup, regangkan atau buka
dengan ibu jari ke dua tangan.

BREATHING (Pernafasan):
a. Periksa ada tidaknya nafas:
1) Tempatkan telinga penolong dekat mulut dan hidung korban
sambil tetap membuka jalan nafas. Sambil memperhatikan
dada korban lakukan:
 Look: lihat ada tidaknya pergerakan dada
 Listen: dengar ada tidaknya hembusan nafas
 Feel: rasakan adanya hembusan
2) Prosedur pemeriksaan ini tak boleh lebih dari 10 detik.
b. Tentukan ada/tidaknya dan adekuat/tidaknya pernafasan.
1) Bila korban tak berespon/tak sadar dengan nafas normal, tak
ada cedera tulang belakang, posisikan penderita pada posisi
mantap, jaga jalan nafas terbuka
2) Bila korban tak berespon dan tak bernafas, lakukan bantuan
nafas 2 kali. Bila tak dapat dilakukan pemberian bantuan nafas
awal, atur ulang posisi kepala dan ulang lagi usaha ventilasi.
3) Bila tetap tak berhasil memberikan ventilasi hingga dada
mengembang, tenaga terlatih harus melakukan manuver untuk
mengatasi sumbatan jalan karena benda asing (Heimlich
manuver atau abdominal thrust/back thrust)
4) Pastikan dada korban turun naik pada tiap bantuan nafas yang
diberikan.
5) Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi.

CIRCULATION (Sirkulasi)
a. Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi;
1) Setelah pemberian bantuan nafas awal, periksa adanya
pernafasan normal, k atau gerakan dari korban sebagai respon
terhadap bantuan nafas yang diberikan. Sekaligus periksa ada
tidaknya nadi karotis jangan lebih dari 10 detik.
2) Periksa denyut nadi arteri karotis adalah dengan
mempertahankan posisi kepala (head tilt) dengan satu tangan.
Raba trakhea dengan 2 atau 3 jari tangan yang lain, geser jari-
jari tersebut ke lateral sisi penolong hingga celah antara trakhea
dan otot.
3) Gunakan tekanan yang lembut saja sehingga tidak menekan
arterinya. Bila denyut arteri karotis tak teraba lakukan kompresi
dada.
b. Kompresi dada:
1) Jari penolong mencari arkus kosta bagian bawah.
2) Ditelusuri ke atas hingga teraba bagian terbawah sternum.
3) Taruh salah satu pangkal tangan pada bagian separuh bawah
sternum, dan taruh tangan yang satu lagi di atas punggungn
tangan yang pertama, sehingga tangan dalam keadaan paralel.
Pastikan sumbu pangkal tangan tepat pada sumbu sternum.
4) Jari-jari tangan dapat dibiarkan terbuka atau saling mengunci
satu sama lain tetapi jangan menekan dada.
5) Usahakan mendapatkan posisi yang tepat di sternum dengan
cara meletakkan pangkal tangan penolong diantara ke dua
papilla mammae.
6) Lakukan kompresi yang efektif dengan memperhatikan hal- hal
sebagai berikut:
 Posisi siku tidak menekuk, posisi lengan tegak lurus dengan
dada korban.
 Tekan di tengah sternum.
 Lepaskan tekanan hingga dada kembali ke posisi normal
agar darah masuk ke dada dan jantung, posisi tangan tetap
menempel di sternum.
 Lakukan 30 kali kompresi dada, pastikan dada kembali ke
posisi semula diantara dua kompresi. Buka lagi jalan nafas
dan berikan lagi 2 kali bantuan nafas, masing- masing 1
detik. Bila sudah dilakukan intubasi kompresi dada dan
ventilasi dapat dilakukan kontinyu dan tidak perlu sinkron.

REASSESSMENT:
a. Evaluasi ulang korban, bila tetap tak ada tanda-tanda sirkulasi
ulangi RJP dengan dimulai dari kompresi dada. Bila tanda-tada
sirkulasi sudah tampak, periksa pernafasan.
b. Bila ada nafas, tempatkan dalam posisi mantap dan awasi nafas
dan sirkulasi.
c. Bila tak ada nafas tapi ada tanda-tnda sirkulasi, berikan bantuan
nafas 10-12 kali/menit dan awasi adanya tanda-tanda sirkulasi tiap
menit.
d. Bila tak ada tanda sirkulasi teruskan kompresi dada dan ventilasi
dengan rasio 30 kompresi 2 ventilasi.
e. Berhenti dan periksa tanda-tanda sirkulasi dan adanya pernafasan
spontan tiap menit.
f. Jangan berhenti RJP kecuali karena keadaan khusus.
g. Bila didapatkan adanya pernafasan yang adekuat dan adanya
tanda-tanda sirkulasi, pertahankan jalan nafas tetap terbuka dan
posisikan dalam posisi mantap; dengan cara:
 Satu lutut difleksikan
 Satu lengan yang sepihak diletakkan dibawah pantat, lengan
yang lain difleksikan didepan dada
 Pelan pelan diguligkan kearah yang sepihak dengan lutut yang
fleksi
 Kepala di ekstensikan, lengan yang fleksi didepan dada
diletakkan mengganjal rahang bewah (agar tidak terguling ke
depan )
7. Bagan Alir

8. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
9. Unit terkait Semua Unit Puskesmas Lumbir

10. Dokumen
terkait
11. Rekaman TglMulaidiberlaku
No. Yang diubah Isi Perubahan
Historis kan
perubahan

Anda mungkin juga menyukai