Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PPOK EKSARBASI

ANGGOTA KELOMPOK KE1:

1. AGNES FERONIKA
2. ARIS PERANSISKA
3. BAYU PRAYUDA KUSWANDI
4. DELLA PARWATI
5. FHAZLLAHTUL ZHORRAYAH
6. KLARA LOVA KONTESA
7. M. ZACKY ANDIRA
8. NOVIYEN
9. RANITA SAFITRI
10. SHINTIYA ANGGRAINI AB
11. WAHYUNI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
DIPLOMA III CURUP
TAHUN AJARAN
TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah mata kuliah “KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I (KMB I)”. Shalawat
serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di
dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah I (KMB). Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada bapak Chandra buana .MPH selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Curup.13 Desember 2022

Kelompok I
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit pada saluran
pernapasan, yang dapat mengakibatkan hambatan aliran udara dengan
manifestasi sesak napas dan gangguan oksigenasi jaringan serta diikuti dengan
adanya obstruksi jalan napas yang sifatnya menahun, berkurangnya kapasitas
kerja, dan kekambuhan yang sering terjadi berulang menyebabkan
menurunnya kualitas hidup penderita (Khasanah et al., 2013).
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyakit yang umum,
dapat dicegah dan diobati, penyakit yang ditandai dengan gejala pernapasan
yang persisten dan keterbatasan aliran udara karena jalan napas dan / atau
kelainan alveolar biasanya disebabkan oleh pajanan partikel yang signifikan
atau gas berbahaya (Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease,
2017). Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
(2017) Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) saat ini merupakan penyebab
utama keempat kematian di dunia, namun diproyeksikan menjadi ke-3
penyebab utama kematian pada tahun 2020. Lebih dari 3 juta orang meninggal
karena COPD pada tahun 2012 terhitung 6% dari semua kematian secara
global. Prevalensi morbiditas dan mortalitas terkait PPOK telah meningkat
dari waktu ke waktu. Terdapat 600 juta orang menderita PPOK di dunia
dengan 65 juta orang menderita PPOK derajat sedang hingga berat (WHO,
2015). Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukan
prevalensi PPOK di Indonesia sebesar 3,7% dan lebih tinggi pada laki-laki
sebesar 4,2% sedangkan pada perempuan 3,3%. Pravelensi PPOK tertinggi
terdapat di Nusa Tenggara Timur (10,0%), diikuti Sulawesi Tengah (8,0%),
Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan masing-masing (6,7%), serta prevalensi
penyakit PPOK khususnya di Provinsi Bali mencapai 3,5% (Riskesdas, 2013).
Data rekam medik ruang IGD RSUD Sanjiwani Gianyar pada tahun 2020
rata-rata jumlah kasus PPOK 97 kasus, tahun 2021 dalam 4 bulan terakhir
yaitu terdapat 8 kasus (Rekam Medik RSUD Sanjiwani Gianyar, 2021).
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok
penyakit yang tidak menular akan tetapi menjadi masalah kesehatan
masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia angka
harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor resiko, seperti jumlah
perokok yang semakin meningkat, dan juga pencemaran udara didalam
ruangan maupun diluar ruangan (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2015).
Penyebab salah satu dari PPOK adalah asap tembakau (perokok aktif),
perubahan gaya hidup karena pembangunan ekonomi juga mempengaruhi
peningkatan penggunaan tembakau di negara-negara berpenghasilan tinggi.
Kematian karena PPOK terus meningkat dari tahun ke tahun (WHO, 2015).
Masalah utama dan juga alasan paling sering yang menyebabkan penderita
PPOK mencari pengobatan adalah sesak napas dan batuk yang diderita yang
bersifat persisten dan progresif (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2015).
Karakteristik PPOK adalah kecenderungan untuk eksaserbasi. Eksaserbasi
PPOK didefinisikan sebagai peristiwa akut yang ditandai dengan semakin
memburuknya kondisi penyakit pasien dari kondisi sebelumnya dan
menyebabkan perubahan dalam pengobatannya (Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease, 2017). Menurut Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia (2015) PPOK dengan eksaserbasi akut ditandai dengan batuk atau
sesak bertambah, sputum bertambah dan sputum berubah warna. PPOK
biasanya dialami oleh usia dewasa menengah dan lansia dan sangat terkait
dengan kebiasaan merokok karena rokok mengandung bahan kimia yang
mengiritasi jalan nafas, merangsang inflamasi dan kerusakan jaringan.
Merokok menyebabkan aktivitas dari silia mengalami penurunan dan
perkembangan sel goblet menjadi tidak normal, mengakibatkan peningkatan
produksi mukus yang berlebih dan mempersempit jalan nafas, apabila
produksi mukus berlebihan karena kondisi abnormal (karena infeksi,
gangguan fisik, dan kimiawi) di membran mukosa akan menyebabkan
terjadinya penumpukan mucus (Kristanti & Nugroho, 2011) . Penumpukan
mucus terjadi karena terhambatnya pembersihan mukosiliar dan berkurangnya
epitel bersilia yang membersihkan mucus yang disebabkan oleh asap rokok
sehingga mengakibatkan bersihan jalan nafas menjadi tidak efektif (Ikawati,
2016). Dampak yang dapat terjadi dari bersihan jalan nafas tidak efektif
adalah pasien dapat mengalami kesulitan bernapas dan gangguan pertukaran
gas yang terjadi di paru-paru dan akan mengakibatkan sesak, kelelahan,
sianosis, apatis dan merasa lemah (Oemiati, 2013). Berdasarkan penelitian
oleh Marpaung (2017) keluhan utama yang paling banyak dirasakan oleh
pasien PPOK adalah batuk kronik disertai berdahak kronik dan sesak nafas,
proporsi keluhan yang ditemukan pada pasien PPOK yaitu pasien mengeluh
batuk sejumlah 91%, berdahak sebanyak 65%. Penderita PPOK mengeluarkan
dahak hampir setiap hari (5,4 %), mengeluh berdahak yang lamanya kurang
lebih 1 bulan (3,5 %), dan mengalami batuk kronik disertai dahak minimal 3
bulan/ tahun (1,3 %) (Tana et all., 2016)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan
ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronis di Ruang SARAF RSUD Rejang Lebong
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Secara umum penulisan ini bertujuan untuk mengetahui Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis di Ruang
Instalasi Gawat Darurat RSUD Sanjiwani Gianyar.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien PPOK
b. Mendeskripsikan diagnosis keperawatan pada pasien PPOK
c. Mendeskripsikan perencanaan keperawatan pada pasien PPOK
d. Mendeskripsikan implementasi asuhan keperawatan yang dilakukan
pada pasien PPOK
e. Mendeskripsikan evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan pada
pasien PPOK
f. Menganalisa pemberian fisioterapi dada pada pasien PPOK

D. Manfaat
a. Hasil penulisan studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman terhadap asuhan keperawatan pasien PPOK sehingga perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan yang optimal pada pasien.
b. Hasil penulisan studi kasus ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
institusi pelayanan kesehatan dalam memberikan standar asuhan keperawatan yang
optimal terhadap pasien PPOK.
BAB II

KONSEP TEORI

1. Definisi
Penyakit paru obstuksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang dikarenakan
hambatan pada saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel, ppok juga
merupakan penyakit respiratori yang menghambat pada saluran nafas progresif
serta berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas
beracun dan berbahaya (Ridho,2017).
PPOK adalah nama yang diberikan untuk gangguan ketika dua penyakit paru
terjadi pada waktu bersamaan yaitu bronkitis kronis dan emfisema. Asma kronis
yang dikombinasikan dengan emfisema atau bronkitis juga dapat menyebabkan
PPOK (Hurst, 2016).
PPOK adalah penyakit yang dicirikan oleh keterbatasan aliran udara yang
tidak dapat pulih sepenuhnya. Keterbatasan aliran udara biasanya bersifat
progresif dan di kaitkan dengan respon inflamasi paru yang abnormal terhadap
partikel atau gas berbahaya, yang menyebabkan penyempitan jalan nafas,
hipersekresi mucus, dan perubahan pada system pembuluh darah paru. Penyakit
lain seperti kistik fibrosis, bronkiektasis, dan asama yang sebelumnya
diklasifikasiakan dalam jenis COPD kini di klasifikasikan paru kronis, meskipun
gejala tupang tindih dengan COPD lain. Merokok singaret, polusi udara, dan
pajanan di tempat kerja (batu bara, katun, biji-bijian padi) merupakan factor
penting yang menyebabkan terjadinya COPD, yang dapat terjadi dalam rentang
waktu 20-30 tahun (Suddarth, 2015
1. Definisi
Penyakit paru obstuksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang dikarenakan
hambatan pada saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel, ppok juga
merupakan penyakit respiratori yang menghambat pada saluran nafas progresif
serta berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas
beracun dan berbahaya (Ridho,2017).
PPOK adalah nama yang diberikan untuk gangguan ketika dua penyakit paru
terjadi pada waktu bersamaan yaitu bronkitis kronis dan emfisema. Asma kronis
yang dikombinasikan dengan emfisema atau bronkitis juga dapat menyebabkan
PPOK (Hurst, 2016).
PPOK adalah penyakit yang dicirikan oleh keterbatasan aliran udara yang
tidak dapat pulih sepenuhnya. Keterbatasan aliran udara biasanya bersifat
progresif dan di kaitkan dengan respon inflamasi paru yang abnormal terhadap
partikel atau gas berbahaya, yang menyebabkan penyempitan jalan nafas,
hipersekresi mucus, dan perubahan pada system pembuluh darah paru. Penyakit
lain seperti kistik fibrosis, bronkiektasis, dan asama yang sebelumnya
diklasifikasiakan dalam jenis COPD kini di klasifikasikan paru kronis, meskipun
gejala tupang tindih dengan COPD lain. Merokok singaret, polusi udara, dan
pajanan di tempat kerja (batu bara, katun, biji-bijian padi) merupakan factor
penting yang menyebabkan terjadinya COPD, yang dapat terjadi dalam rentang
waktu 20-30 tahun (Suddarth, 2015
1. Definisi
Penyakit paru obstuksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang dikarenakan
hambatan pada saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel, ppok juga
merupakan penyakit respiratori yang menghambat pada saluran nafas progresif
serta berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas
beracun dan berbahaya (Ridho,2017).
PPOK adalah nama yang diberikan untuk gangguan ketika dua penyakit paru
terjadi pada waktu bersamaan yaitu bronkitis kronis dan emfisema. Asma kronis
yang dikombinasikan dengan emfisema atau bronkitis juga dapat menyebabkan
PPOK (Hurst, 2016).
PPOK adalah penyakit yang dicirikan oleh keterbatasan aliran udara yang
tidak dapat pulih sepenuhnya. Keterbatasan aliran udara biasanya bersifat
progresif dan di kaitkan dengan respon inflamasi paru yang abnormal terhadap
partikel atau gas berbahaya, yang menyebabkan penyempitan jalan nafas,
hipersekresi mucus, dan perubahan pada system pembuluh darah paru. Penyakit
lain seperti kistik fibrosis, bronkiektasis, dan asama yang sebelumnya
diklasifikasiakan dalam jenis COPD kini di klasifikasikan paru kronis, meskipun
gejala tupang tindih dengan COPD lain. Merokok singaret, polusi udara, dan
pajanan di tempat kerja (batu bara, katun, biji-bijian padi) merupakan factor
penting yang menyebabkan terjadinya COPD, yang dapat terjadi dalam rentang
waktu 20-30 tahun (Suddarth, 2015
1. Definisi
Penyakit paru obstuksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang dikarenakan
hambatan pada saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel, ppok juga
merupakan penyakit respiratori yang menghambat pada saluran nafas progresif
serta berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas
beracun dan berbahaya (Ridho,2017).
PPOK adalah nama yang diberikan untuk gangguan ketika dua penyakit paru
terjadi pada waktu bersamaan yaitu bronkitis kronis dan emfisema. Asma kronis
yang dikombinasikan dengan emfisema atau bronkitis juga dapat menyebabkan
PPOK (Hurst, 2016).
PPOK adalah penyakit yang dicirikan oleh keterbatasan aliran udara yang
tidak dapat pulih sepenuhnya. Keterbatasan aliran udara biasanya bersifat
progresif dan di kaitkan dengan respon inflamasi paru yang abnormal terhadap
partikel atau gas berbahaya, yang menyebabkan penyempitan jalan nafas,
hipersekresi mucus, dan perubahan pada system pembuluh darah paru. Penyakit
lain seperti kistik fibrosis, bronkiektasis, dan asama yang sebelumnya
diklasifikasiakan dalam jenis COPD kini di klasifikasikan paru kronis, meskipun
gejala tupang tindih dengan COPD lain. Merokok singaret, polusi udara, dan
pajanan di tempat kerja (batu bara, katun, biji-bijian padi) merupakan factor
penting yang menyebabkan terjadinya COPD, yang dapat terjadi dalam rentang
waktu 20-30 tahun (Suddarth, 2015
1. Definisi
Penyakit paru obstuksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang dikarenakan
hambatan pada saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel, ppok juga
merupakan penyakit respiratori yang menghambat pada saluran nafas progresif
serta berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas
beracun dan berbahaya (Ridho,2017).
PPOK adalah nama yang diberikan untuk gangguan ketika dua penyakit paru
terjadi pada waktu bersamaan yaitu bronkitis kronis dan emfisema. Asma kronis
yang dikombinasikan dengan emfisema atau bronkitis juga dapat menyebabkan
PPOK (Hurst, 2016).
PPOK adalah penyakit yang dicirikan oleh keterbatasan aliran udara yang
tidak dapat pulih sepenuhnya. Keterbatasan aliran udara biasanya bersifat
progresif dan di kaitkan dengan respon inflamasi paru yang abnormal terhadap
partikel atau gas berbahaya, yang menyebabkan penyempitan jalan nafas,
hipersekresi mucus, dan perubahan pada system pembuluh darah paru. Penyakit
lain seperti kistik fibrosis, bronkiektasis, dan asama yang sebelumnya
diklasifikasiakan dalam jenis COPD kini di klasifikasikan paru kronis, meskipun
gejala tupang tindih dengan COPD lain. Merokok singaret, polusi udara, dan
pajanan di tempat kerja (batu bara, katun, biji-bijian padi) merupakan factor
penting yang menyebabkan terjadinya COPD, yang dapat terjadi dalam rentang
waktu 20-30 tahun (Suddarth, 2015
1. Definisi
Penyakit paru obstuksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang dikarenakan
hambatan pada saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel, ppok juga
merupakan penyakit respiratori yang menghambat pada saluran nafas progresif
serta berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas
beracun dan berbahaya (Ridho,2017).
PPOK adalah nama yang diberikan untuk gangguan ketika dua penyakit paru
terjadi pada waktu bersamaan yaitu bronkitis kronis dan emfisema. Asma kronis
yang dikombinasikan dengan emfisema atau bronkitis juga dapat menyebabkan
PPOK (Hurst, 2016).
PPOK adalah penyakit yang dicirikan oleh keterbatasan aliran udara yang
tidak dapat pulih sepenuhnya. Keterbatasan aliran udara biasanya bersifat
progresif dan di kaitkan dengan respon inflamasi paru yang abnormal terhadap
partikel atau gas berbahaya, yang menyebabkan penyempitan jalan nafas,
hipersekresi mucus, dan perubahan pada system pembuluh darah paru. Penyakit
lain seperti kistik fibrosis, bronkiektasis, dan asama yang sebelumnya
diklasifikasiakan dalam jenis COPD kini di klasifikasikan paru kronis, meskipun
gejala tupang tindih dengan COPD lain. Merokok singaret, polusi udara, dan
pajanan di tempat kerja (batu bara, katun, biji-bijian padi) merupakan factor
penting yang menyebabkan terjadinya COPD, yang dapat terjadi dalam rentang
waktu 20-30 tahun (Suddarth, 2015).
2.1 Difinisi
Penyakit paru-paru Obstruksi kronis PPOK merupakan penyakit
dikarenakan hambatan pada saluran napass yang tidak sempurna revesible
ppok juga merupakan penyakit respiratori yang menghambat pada saluran
kenapa pas Progresif serta berhubungan dengan respon inflamasi paru
terhadap partikel atau gas beracun dan berbahaya (Ridho , 2017 ).
PPOK adalah penyakit yang dicirikan oleh keterbatasan aliran udara yang
tidak dapat pulih sempurna keterbatasan aliran udara biasanya bersifat
Progresif dan dikaitkan dengan respon inflamasi paru yang abnormal terhadap
Particle atau gas berbahaya yang menyebab penyempitan jalan nafas
hipersekresi mucus Dan perubahan pada sistem pembuluh darah paru
penyakit lain seperti Kistik fibrosis bronkiektasis dan asma yang sebelumnya
diklasifikasiakan dalam jenis COPD kini diklasifikasikan paru kronis
meskipun gejala tumpang Tindih dengan COPD lain. Merokok singaret ,
polusi udara dan Pajanan di tempat kerja ( batu bara , katun biji bijian padi )
merupakan faktor penting yang menyebabkan terjadinya copd Yang dapat
terjadi dalam Rentang waktu 20 -30 tahun ( Suddrth, 2015 )

2.2 Tanda dan gejala


Tanda dn gejala akan mengarah pada dua tipe:
1.Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis(blue bloater)
2.Mempunyaigambaran klinik kearah emfisema ( pink puffers)
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:
1. Kelemahan badan
2. Batuk
3. Sesak nafas
4. Sesak nafas saat aktivitas dan nafas bunyi
5. Mengi atau wheezing
6. Ekspirasi yang memanjang
7. Bentuk dada tong ( Barrel cest) pada penyakit lanjut.
8. Penggunaan otot bantu pernapasan
9. Suara nafas melemah
10. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
11. Edema kaki,asites dan jari tabuh.
. Etiologi
Penyebab dari timbulnya penyakit Penyakit Paru Obstruksi Kronik
berdasarkan (Djojodibroto, 2016):
a. Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara
berkembang. Perokok aktif dapat mengalami hipersekresi mucus dan obstruksi
jalan napas kronik. Sejumlah zat iritan yang ada di dalam rokok menstimulasi
produksi mucus berlebih, batuk, merusak fungsi silia, menyebabkan inflamasi,
serta kerusakan bronkiolus dan dinding alveolus (Elsevier). Perokok pasif juga
. Etiologi
Penyebab dari timbulnya penyakit Penyakit Paru Obstruksi Kronik
berdasarkan (Djojodibroto, 2016):
a. Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara
berkembang. Perokok aktif dapat mengalami hipersekresi mucus dan obstruksi
jalan napas kronik. Sejumlah zat iritan yang ada di dalam rokok menstimulasi
produksi mucus berlebih, batuk, merusak fungsi silia, menyebabkan inflamasi,
serta kerusakan bronkiolus dan dinding alveolus (Elsevier). Perokok pasif juga
. Etiologi
Penyebab dari timbulnya penyakit Penyakit Paru Obstruksi Kronik
berdasarkan (Djojodibroto, 2016):
a. Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara
berkembang. Perokok aktif dapat mengalami hipersekresi mucus dan obstruksi
jalan napas kronik. Sejumlah zat iritan yang ada di dalam rokok menstimulasi
produksi mucus berlebih, batuk, merusak fungsi silia, menyebabkan inflamasi,
serta kerusakan bronkiolus dan dinding alveolus (Elsevier). Perokok pasif juga
. Etiologi
Penyebab dari timbulnya penyakit Penyakit Paru Obstruksi Kronik
berdasarkan (Djojodibroto, 2016):
a. Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara
berkembang. Perokok aktif dapat mengalami hipersekresi mucus dan obstruksi
jalan napas kronik. Sejumlah zat iritan yang ada di dalam rokok menstimulasi
produksi mucus berlebih, batuk, merusak fungsi silia, menyebabkan inflamasi,
serta kerusakan bronkiolus dan dinding alveolus (Elsevier). Perokok pasif juga
2.3 Patofisiologi
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK
yang diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas
bagian proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan
adanya suatu inflamasi yang kronik dan perubahan struktural pada paru.
Terjadinya peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil dengan
peningkatan formasi folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar
saluran nafas mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen
saluran nafas kecil berkurang akibat penebalan mukosa yang mengandung
eksudat inflamasi, yang meningkat sesuai beratsakit. Dalam keadaan normal
radikal bebas dan antioksidan berada dalam keadaan seimbang.Apabila
terjadi gangguan keseimbangan maka akan terjadi kerusakan di paru.
Radikal bebas mempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan
menjadi dasar dari berbagai macam penyakit paru. Pengaruh gas polutan
dapat menyebabkan stress oksidan, selanjutnya akan menyebabkan
terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya akan menimbulkan
kerusakan sel daninflamasi. Proses inflamasi akan mengaktifkan sel
makrofag alveolar, aktivasi sel tersebut akan menyebabkan dilepaskannya
faktor kemotataktik neutrofil seperti interleukin 8 dan leukotrien B4, tumuor
necrosis factor (TNF), monocyte chemotactic peptide (MCP)-1 dan reactive
oxygen species (ROS). Faktorfaktor tersebut akan merangsang neutrofil
melepaskan protease yang akan merusak jaringan ikat parenkim paru
sehingga timbul kerusakan dinding alveolar dan hipersekresi mukus.
Rangsangan sel epitel akan menyebabkan dilepaskannya limfosit CD8,
selanjutnya terjadi kerusakan seperti proses inflamasi. Pada keadaan normal
terdapat keseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Enzim NADPH yang
ada dipermukaan makrofag dan neutrofil akan mentransfer satu elektron ke
molekul oksigen menjadi anion super oksida dengan bantuan enzim
superoksid dismutase. Zat hidrogen peroksida (H2O2) yang toksik akan
diubah menjadi OH dengan menerima elektron dari ion feri menjadi ion fero,
ion fero dengan halida akan diubah menjadi anion hipohalida (HOCl).
Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat menginduksi
batuk kronisse hingga percabangan bronkus lebih mudah terinfeksi. Penurunan
fungsi paru terjadi sekunder setelah perubahan struktur saluran napas. Kerusakan
struktur berupa destruksi alveol yang menuju ke arah emfisema karena produksi
radikal bebas yang berlebihan oleh leukosit dan polusidan asap rokok. Muttaqin
(2008),

2.4 Woc
Rokok , Polusi, Etiologi

PPOK

Perubahan Anatomis Parenkin


Inflamasi Paru
Pembesaran Hati
Sputum Leukosit

Hipertropi kelenjar
Batuk Imun mukosa

Peneyempitan saluran
udara secara periodik
Bersihan jalan
nafas tidak Kuman patogen
efektif dan endogen di Ekpansi paru
fagosit
makrofag
Suplai o2 tidak adekuat

Sesak nafas
Anoreksia

Hipoksia
Ketidakseimban
gan nutrisi
Intoleransi aktivitas
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Pola nafas tidak Gangguan pola tidur
efektif

2.5 Komplikasi
Komplikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Irman
Soemantri (2009) :
1. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 < 55 mmHg,
dengan nilai saturasi okesigen awalnya klien akan mengalami perubahan
mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap lanjut akan
timbul sianosis
2. Asidosis Respiratori
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang
muncul antara lain nyeri kepala, fatgue, letargi, dizzines, dan takipnea
3. Asidosis Respiratori
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang
muncul antara lain nyeri kepala, fatgue, letargi, dizzines, dan takipnea
Terbatasnya aliran akan menyebabkan peningkatan kerja otot napas dan
timbulnya dispnea.
4. Gagal jantung
Teutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat. Komplikasi ini
sering kali berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi klien dengan
emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
5. Kardiak Disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratori
6. Status Asmatikus
Merupakan komplkasi mayor yang berhubungan dengan asma bronkial.
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan, dan sering kali
tidak berespon terhadap terapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bentu
pernapasan dan distensi vena leher sering kali terlihat pada klien dengan asma.

2.6 Pemeriksaan Penungjang


Menurut perasetyo ( 2020 ) pemeriksaan pada pasien PPOK melalui
beberapa pemeriksaan untuk menemukan diagnosa :
1.) uji faal paru
Uji faal paruh dengan sprometri bertujuan untuk menenangkan
diagnosa mengobservasi perkembangan penyakit dan menentukan
pronoksa pemeriksaan digunakan untuk melihat secara objektif adanya
observasi saluran napas dan berbagi tingkat spirometri digunakan untuk
mengukur volume maksimal Udara yang dikeluarkan setelah inspirasi
maksimal atau disebut forced vital capacity ( FVC ). Spirometri
merupakan pemeriksaan penunjang definitif untuk diagnosis ppok rasiko
pengukuran FEV FVC <0,7.

2) Radiologi

Abnormalitas pada rontgen atau CT scan, yaitu hiperinflasi ,


penebalan dinding jalan nafas air trapping hiperlusensi , bullae atau
gambaran lain emfisema namun pada stadium awal dapat normal. Sehingga
teridentifikasi diagnosis lain yaitu bdokiektasis , infeksi paru seperi
tuberkuosis penyakit paru insterstisial atau gagal jantung

3) Analisis gas darah


Analisis gas darah dilakukan untuk mengetahui kadar pH dalam
darah atau bersama radiografi bisa dilakukan untuk membantu menentukan
diagnosa PPOK
4) Computed
Tomgraphy (CT) scan dilakukan untuk melihat adanya emfisema pada
alveoli. beberapa studi juga menyebut bahwa kekurangan 0-1 antitripsin
dapat diperiksa pada pasien ppok maupun asma

2.7 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya
pada faseakut, tetapi juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas
harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebihawal.

Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:


1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera
menghentikan merokok,menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
3. antimikrobatidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat
sesuai dengan kumanpenyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji
sensitivitasatau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator
Penggunaankortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi
(bronkospasme) masihkontroversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan
denganaliran lambat 1 - 2 liter/menit.

Tindakan rehabilitasi yang meliputi:

1. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret


bronkus.
2. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernapasanyang paling efektif.
3. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkankesegaran jasmani.
4. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita
dapatkembali mengerjakan pekerjaan semula

Pathogenesis Penatalaksanaan (Medis)


1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi
udara
2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi
Infeksi iniumumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia,
maka digunakanampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin 4×0.56/hari
Augmentin (amoksilindan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman
penyebab infeksinya adalah H.Influenza dan B. Cacarhalis yang
memproduksi B. Laktamase Pemberiamantibiotik seperti kotrimaksasol,
amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yangmengalami eksaserbasi akut
terbukti mempercepat penyembuhan danmembantu mempercepat
kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10hari selama periode
eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia,
maka dianjurkan antibiotik yang kuat.
b. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernapasan
karenahiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2
c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum
dengan baik.
d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk
di dalamnyagolongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat
diberikansalbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250 mg diberikan
tiap 6 jamdengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56 IV secara perlahan.

3 . Terapi jangka panjang di lakukan :

a.Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin


4×0,25- 0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut.
b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran
napas tiappasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan
pemeriksaan obyektif darifungsi faal paru.
4. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
5. Mukolitik dan ekspektoran
6. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas
tipe IIdengan PaO2 (7,3Pa (55 MMHg)Rehabilitasi, pasien cenderung
menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri danterisolasi, untuk itu perlu
kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a.Pengumpulan data Pengumpulan data yang akurat dan sistematis


akan membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola
pertahanan penderita mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapatdiperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik,
pemerikasaan laboratoriumserta pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Anamnese

1) Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.

2) Keluhan Utama Batuk, sesak nafas, dahak tidak bisa keluar dan demam tidak
terlalu tinggi tiga hari yang lalu.

3) Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang kapan terjadinya sesak nafas,


penyebab terjadinya sesak nafas, serta upaya yang telah dilakukan oleh pasien
untuk mengatasinya.

4) Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat sesak nafas atau penyakit penyakit
lain yang ada kaitannya dengan pernafasan pada kasus terdahulu serta tindakan
medis yang pernah di dapat maupun obatobatan yang biasa digunakan oleh
penderita.

5) Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat sakit yang sama pada keluarga
atau penyakit lain yang berpotensi menurun atau menular pada anggota keluarga
lain

6) Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan


emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.

c. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara
bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
3) Sistem integument
Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun, luka atau
warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit, tekstur rambut
dan kuku.
4) Sistem pernafasan
Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada dan terdapat
retraksi dinding dada, serta suara tambahan nafas.
5) Sistem kardiovaskuler
Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan menurun, nadi
perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi,
aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal
Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi, mual, muntah,
diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
7) Sistem urinary
Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem musculoskeletal
Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
apakah cepat lelah, lemah dan nyeri, apakah adanya gangren di
ekstrimitas.
9) Sistem neurologis Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi
penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, dan disorientasi.

3.2 Analisa Data


Analisa data yang diperlukan sebelum dan sesudah melakukan pengkajian
kepada klien. Tujuan analisa data yaitu untuk menjelaskan serta
memberitahukan kepada mahasiswa keperawatan bagaimana analisis data
yang terdapat pada pengkajian di proses keperawatan serta mahasiswa
keperawatan dapat menerapkan analisis data pada saat pengkajian data dan
setelah pengkajian data.
Hasil yang dapat disimpulkan dari kajian ini bahwa analisa data
merupakan suatu kemampuan untuk mengkaitkan serta menghubungkan
data dengan konsep dan prinsip yang relevan. Terdapat empat (4) cara
untuk menganalisi data yaitu: Memvalidasi data dan Observasi ,
Mengenali Pola atau Pengelompokan, Membuat kesimpulan.

A. Pengobatan Farmakologi
1. Anti inflamasi (kortikosteroid, natrium kromolinm dan lain-lain)
(Muttaqin, 2014).
2. Bronkodilator
Bronkodilator adalah bagian penting penatalaksanaan gejala pada
pasien PPOK dan diresepkan sesuai kebutuhan atau secara teratur
untuk mencegah atau mengurangi gejala. Brokodilator memperbaiki
pengosongan paru mengurangi hiperinflasi pada saat istirahat dan
selama latihan dan memperbaiki performa latihan. Golongan adrenalin:
isoprote Ncl, ossiprenalin, golongan xantin: aminophilin, teophilin
(Murwani, 2011).
3. Antibiotik
Terapi antibiotik sering diresepkan pada eksaserbasi PPOK dengan
pemilihan antibiotik bergantung kepada kebijakan lokal, terapi secara
umum berkisar pada penggunaan yang disukai anatra amoksilin,
klaritromisin atau trimotopri. Biasanya lama terapi tujuh hari sudah
mencukupi (Muwarni, 2011).
4. Ekspektoran: Amnium karbonat, asetil sistein, bronheksin, bisolvon,
tripsin
5. Vaksinasi
Vaksinasi Influenza mengurangi penyakit serius dan kematian
sekitar 50% pada pasien PPOK. Vaksin yang mengandung virus
tidak aktif, hidup atau mati direkomendasikan karean vaksin tersebut
lebih efektif pada pasien lansia yang mengalami PPOK. Vaksina influenza dapat
mengurangi angka kesakitan yang serius. Jika tersedia,
vaksin pneumococcus direkomendasikan bagi penderita PPOK yang
berusia diatas 65 tahun dan mereka kurang dari 65 tahun tetapi bila
FEV1 nya < 40 % prediksi (Ikawati, 2011).
6. Indikasi oksigen
Asma, bronkitis, pneomonia, cedera paru akut, ARDS, PPOK dan
efisema merupakan beberapa penyakit yang mengubah suplai oksigen.
Pasie PPOK atau efisema harus dipantau dengan ketat untuk melihat
adanya retensi karbon dioksida yang tinggi, sebab komoreseptor
mereka tidak lagi berespon normal tekann parsial karbon dioksida
(PaCO2) dan Ph serum. Tujuan yang diharapkan pada pasien dengan
terapi oksigen adalah nilai saturasi O2 stabil, pernafasan eupnea, serta
mengurangi kecemasan dan sesak nafas (Patricia Gonce et al, 2013).
Oksigen diberikan 12 jam/liter, hal ini akan mengurangi kelebihan sel
darah merah yang disebabkan menurunnya kadar oksigen dalam darah.
Pengkajian keperawatan meliputi penilaian tingkat kesadaran pasien,
tanda-tanda vital (termasuk frekuensi, kedalamam nafas), warna
bantalan kuku, kepatenan jalan nafas atau adanya jalan nafas buatan,
SaO2 dan GDA. Sistem penghantaran oksigen sederhana terbagi
menjadi sistem aliran tinggi dan sitem aliran rendah.

B. Pengobatan non farmakologi


1. Rehabilitasi Paru
a) Fisioterapi : terutama di tujukan untuk membantu mengeluarkan sekret
bronkus.
b) Latihan pernafasan: untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernafasan yang paling efektif baginya.
c) Vocational Suidance: usaha yang dilakukan terhadap penderita agar
dapat kembali mampu mengerjakan perkerjaan semula.
d) Pengelolaan psikososila: terutama di terutama ditujukan untuk
menyesuaikan diri penderita dengan penyakit yang dideritanya (Padila,
2019).

Manfaat rehabilitasi paru pada pasien PPOK meliputi hal-hal berikut ini:
1. Memperbaiki kapasitas aktifitas fisik.
2. Menguarangi intensitas sesak nafas yang dirasakan.
3. Memperbaiki kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan.
4. Mengurangi hospitalisasi dan hari rawat di ruamah sakit.
5. Mengurangi ansietas dan depresi yang berkaitan dengan PPOK.
6. Memperbaiki fungsi lengan dengan latihan kekuatan dan daya tahan
ekstermitas atas.
7. Manfaat yang berlebih periode latihan segera.
8. Memperbaiki harapan hidup (Rab Tabrani, 2010).
2. Konseling Nutrisi
Malnutrisi adalah umum pada pasien PPOK dan terjadi pada lebih dari
50% pasien PPOK yang masuk rumah sakit. Insiden malnutrisi bervariasi
sesuai dengan derajat abnormalitas pertukaran gas. Malnutri menyebabkan
penurunan otot pernafasan dan kelemahan otot pernafasan lebih lanjut.
Tindakan preventif dapat mencakup pemberian makanan yang sedikit dan
sering untuk pasien yang mengalami sesak nafas ketika makan: dapat
mengatasi kemorbiditas, misalnya: sepsis pulmonal, tumor paru secara
tepat (Morton, 2012).
3. Penyuluhan
Berhenti merokok adalah metode tunggal yang paling efektif dalam
mengurangi resiko terjadinya PPOK dan memperlambat kemajuan tingkat
penyakit. Selain itu, metode ini adalah yang paling hemat biaya. Sesi konseling
singakat (3 menit) untuk mendorong perokok berhenti merokok
yang menyebabkan angka berhenti merokok menjadi 5% sampai 10%
(Morton, 2012).
4. Aktifitas Olahraga
Program aktifitas untuk PPOK atas sepeda ergometri, latihan treadmill
atau berjalan diatur waktunya dan frekuensinaya dapat berkisar dari setiap
minggu, dengan durasi 10 sampai 45 menit persesi dan intensitas latihan
latihan dari 50% konsumsi oksigen puncak sampai maksimum yang di
toleransi. Banyak dokter menganjurkan pasien untuk melatih diri sendiri
(misalnya: berjalan 20 menit setiap hari) jika mereka tidak mampu
berpartisipasi dalam progaram latihan terstuktur

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Sekresi Yang
Tertahan
2. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan Ketidak seimbangan Antara
Suplai Dan kebutuhan Oksigen
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan Kekuatan
Otot

3.4 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah tindakan perawat yang dilakukan


berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan klinis untuk meningkatkan
perawatan klien. Tahap ini harus memperhatikan beberapa hal yaitu
menentukan prioritas, menentukan tujuan, melakukan kriteria hasil, dan
merumuskan tindakan (Herdman & Kamitsuru, 2018).

Pada anak yang mengalami hidrosefalus perlu dilakukkannya memonitor


tanda dan gejala peningkatan TIK dan juga monitor CPP. Serta juga perlu
diciptakannya lingkungan yang aman dan nyaman, suhu tubuh anak juga perlu
diperhatikan

3.5 Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan dari sebuah perencanaan, tindakan


keperawatan terdiri dari tindakan mandiri dan kolaborasi (Herdman &
Kamitsuru, 2018).

Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan evaluasi proses dan


hasil mengacu pada kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada masing-
masing diagnosa keperawatan sehingga :

1. Masalah teratasi atau tujuan tercapat (intervensi dihentikan)

2. Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi dilanjutkan)

3.Masalah tidak teratasi atau tujuan tidak tercapai (perlu dilakukannya


pengkajian ulang dan intervensi diubah)

3.6 Evaluasi

Pengertian evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan adalah mengkaji


respon pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang
asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2015).

Evaluasi adalah tahap terakhir untuk menentukan tercapainya asuhan


keperawatan, evaluasi membandingkan antara intervensi dan hasil
implementasi apakah sudah tercapai dengan maksimal atau belum terpenuhi
(Herdman & Kamitsuru, 2018).
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.K

DENGAN PPOK

4.1 Pengkajian

1) Identitas pasien

Nomor Registrasi : 241560


Tanggal Pengkajian : 12 Desember 2022 Pada Jam 10.00
Tanggal Pasien Masuk RS : 10 Desember 2022 Pada jam 14.45
Inisial Nama Pasien : Tn. K
Tanggal Lahir : 23 Juli 1954
Usia : 68 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan Terakhir : Tamat SD Sederajat
Bahasa Yang Digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Karang Anyar
2) Identitas Penanggung Jawab
Inisial Nama : Tn. A
Usia : 51 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir :-
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Karang Anyar

2) Riwayat Utama Masuk RS : Klien datang ke IGD dengan keluhan batuk


,sesak kurang lebih 1 minggu Susah
berjalan dan fisik terlemah.

3) Riwayat Kesehatan Sekarang : Pada tanggal 11desember dilakukan


pengkajian Klien merasakan sesak, tidak
berkurang awal masuk rumah sakit sampai
sekarang belum terdapat Perubahan
terhadap klien.

4) Riwayat Kesehatan Dulu : Pada saat pengkajian tidak ditemukan


riwayat penyakit Yang lain terhadap
klien .

5) Riwayat kesehatan Keluarga : Pada saat pengkajian tidak ditemukan


gejala atau Riwayat penyakit yang
sama seperti yang dialami Oleh klien.
: :Laki laki Meninggal

: :Perempuan Meninggal

: :Laki laki

:Tinggal 1 rumah

: Pasien

: Perempuan

6) Riwayat Pola Aktivitas

Pola Kebutuhan Dasar Sebelum Masuk Saat Di RS


RS
Kebutuhan Oksigensi
1. Sesak Ada Ada
2. Penggunaan Oksigen Ada Ada
3. Keluhan
Klien mengatakan sesak Klien mengeluh sesak
Susah untuk bernafas tambah parah
Kebutuhan sirkulasi
1. Mudah lelah Tidak Ada Ada
2. Kesadaran Sadar Sadar
3. Edema Tidak Ada Tidak Ada
4. Perdarahan Tidak Ada Tidak Ada
5. Keluhan Tidak Ada Lelah akibat sesak

Kebutuhan Nutrisi dan Cairan


1. Frekuensi Makan 3x 1 hari 3x1 hari
x/hari
2. Nafsu makan Baik / Baik Tidak Baik
Tidak baik alasan
3. Porsi Makan Yang di 1 porsi Kurang dari 1 porsi
habiskan
4. Makan yang Tidak Tidak Ada Makanan Rumah Sakit
Disukai
5. Makan yang membuat Tidak Ada Tidak Ada
alergi
6. Penggunaan obat Tidak Ada Tidak Ada
sebelum makan
7. Penggunaan alat Tidak Ada Tidak Ada
bantu Meraskan sesak Klien sesak dan tidak
8. Keluhan nafsu makan dan saat
makan klien merasakan
mualdan muntah kalau
memakan makanan
rumah sakt.
Kebutuhan Eliminasi
1.BAK:
a.Frekuensi 3x 1hari 3x selama RS
b.Warna Kuning Bening Kuning Pekat
c. Keluhan Tidak Ada Tidak Ada
d. Penggunaan alat bantu Tidak Ada Tidak Ada
2.BAB
a. Frekuensi 3x dalam 1 hari 3x selama di RS
b. Waktu Pagi dan Sore Pagi dan Sore
c. Warna Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan
d. Konsistensi Keras Keras
e. Penggunaan lakxatif Tidak Ada Tidak Ada
Kebutuhan Istirahat dan Tidur
1. Lama tidur siang Tidak Ada 1 jam
2. Lama tidur malam 8 jam Kurang lebih 1-2 jam
Keluhan Aktivitas/Mobilisai
1. Kelemahan Otot Tidak Ada Ada Pada Bagian Kaki
2. Keterbatasan Gerak Tidak Ada Ada
3. Mengganggu Aktivitas Tidak Ada Ada
4. Mengganggu Tidur
Tidak Ada Ada
Kebutuhan Rasa Nyaman
1. Nyeri Tidak Ada Tidak Ada
2. Bagian Yang Nyeri Tidak Ada Tidak Ada
3. Mengganggu Aktivitas Tidak Ada Tidak Ada
4. Mengganggu tidur
Tidak Ada Tidak Ada
Kebutuhan Personal Hygiene
1.Mandi
a.Frekuensi 2x 1 Hari Tidak Dilakukan
b.Waktu Pagi dan Sore Tidak Dilakukan
2.Oral Hygiene
a.Frekuensi 2x1 Hari Tidak Diakukan
b.Waktu Pagi dan Sore Tidak Dilakukan
3.Cuci Rambut
a.Frekuensi 2x1 Hari Tidak Dilakukan
b.Waktu Pagi dan Sore Tidak Dilakukan

7) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Hasil
Fisik
Keadaan Umum Keadaaan Umum : Lemah
TD : 100/80 mmhg
HR : 105 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36℃
SpO2: 99 %
Tingkat Kesadaran GCS: (E: V: M: )
Sistem Penglihatan Posisi mata : Simetris
Konjungtiva : AnAnemis
Sclera : Anikterik
Pupil : Isokor
Kesulitan Menggerakkkan Bola Mata :Tidak ada
Sistem Pendengaran Bentuk daun Telinga : Baik dan simetris
Lesi : Tidak terdapat
Membran Timpani : Utuh
Fungsi Pendengaran : Baik
Sistem Pernafasan Jenis Pernapasan : cepat
Frekuensi Nafas : 24 x/m
Irama Nafas : Irregular
Suara Nafas Tambahan : Ada, wheezing
Sistem Kardivaskuler Frekuensi Nadi : 105 x/m
Irama : Tidak Teratur
Teraba : Lemah
TD : 100/80 mmhg
Suara Tambahan : Tidak Ada
Sistem Hematologi Pasien Tampak : Pucat dan Lemah
Perdarahan : Tidak Ada
Sistem Syaraf Pusat Sakit Kepala : Tidak Ada
Tingkat Kesadaran :
Sistem Pencernaan Keadaan Mulut : Bersih
Lidah Tidak Kotor : Tidak
Muntah : Ada
Gangguan Menelan : Ada
Abdomen : Simetris
Nyeri Tekan : Tidak Ada
Pemebesaran Hepar : Tidak Ada

Sistem Endokrin Pembesaran Kelenjar Tyroid : Tidak Ada


Sistem Urogenital Warna.: Kuning Pekat
Sistem Integumen Turgor kulit : Tidak Elatis
Warna kulit : Sianosis
Luka : Tidak Ada
Kelainan pigmen : Tidak Ada
Pasien terpasang : Ditangan bagian dektra
Pembengkakan daerah : Tidak Ada
Kemerahan daerah sekitar infus: Tidak Ada
Sistem muskuluskletal Keadaan muskulus otot melemah: Lemah
Pasien tampak : Lemah
Edema : Tidak Ada
Kekuatan otot:
4 4
3 3

8) Pemriksaan Diagnostik
Hasil laboratorium klinik

Jenis Hasil Satuan Nilai


pemriksaan pemeriksaan rujukan
1 2 3 5
Hemoglobin 14,4 g/Dl W:11,7-15,5L
Jumlah 12,900 Ul W:3,600-11.000 L
leukosit
Jumlah 5,02 Juta/Ul W:3,8-5,2 L
Eritrosit
Jumlah 452.000 uL 150.000-440.000
Trombosit
Laju Endap 48 Mm W:0-20L
Darah( LED)
Diff Count 0/0/0/86/8/6 % 0-1/2-4/3-5/50-70/25-
40/2-8
Hematrokit 42 % W:35.47L.40 -52
MCV 84 FL 80-100
MCH 29 Pg 26-34
MCHC 34 g/dL 32-36

9)Penatalaksanaan kolaborasi
Terapi hari Senin tanggal 12 Desember 2022

Obat Fungsi obat Pemberian obat Dosis


1. IVPD NaCl Untuk mengatur jumlah air IV line 20 tetes
dalam tubuh per menit

Terapi hari Selasa tanggal 13 Desember 2022

No Nama obat Fungsi obat Pemberian obat Dosis


1 IVPD NaCl Untuk mengatur jumlah air IV line 20 tetes
dalam tubuh per menit
2 Dexamethasone Untuk mengurangi atau IV line 500 mg
menekan proses peradangan 3x1
dan alergi yang terjadi pada
tubuh.
3 Esomax untuk mengobati penyakit IV line 40 mg
asam lambung atau 1x1
gastroesophageal reflux
disease(GERD). Obat ini juga
dapat digunakan untuk
mengobati sindrom Zollinger-
Ellison, esofagitis erosif, atau
tukak lambung.
4 Dexprofen Untuk meredakan rasa nyeri. IV line 25 mg
3x1
5 Floxaris Untuk mengobati berbagai IV line 400 mg
infeksi saluran pernafasan
6 Gabaxa Untuk penambahan nutrisi IV line 200 mg
untuk tubuh 1x1

ANALISA DATA

Nama : Tn. K Ruangan : Rafflesia

Umur : 68 tahun No RM : 241560

No Hari/tanggal Data Etiologi Masalah


1. Senin, 12 Ds : Sekresi Yang Bersihan Jalan
Desember - Klien mengatakan batuk Tertahan Nafas Tidak
2022 berdahak susah di keluarkan Efektif
- pasien mengatakan sesak
nafas meningkat ketika
beraktifitas ringan.
-
Do :
- Klien tampak Lemas
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak sesak dan
terdapat suara tambahan
wheezing dan ronchi
- TTV
TD : 140/80 mmHg
HR : 71 x/m
RR : 24x/m
T : 36,4 c

2. Senin, 12 Ds : Ketidak Intoleransi


Desember - Klien mengatakan nafas Seimbangan Aktivitas
2022 terasa sesak Antara
- pasien mengatakan sesak Suplai Dan
bertambah dengan kebutuhan
adanya aktifitas ringan oksigen
- pasien mengatakan
tubuh terasa lemah
- pasien mengatakan
aktifitas di bantu oleh
keluarga dan perawa
Do :
- Klien tampak Lemah
- Klien tampak pucat
- pasien terpasang infus
- pasien terpasang oksigen
- TTV
TD : 140/80 mmHg
HR : 71 x/m
RR : 24x/m
T : 36,4 c
SpO2: 99 %

3. Senin, 12 Ds: Penurunan Gangguan


Desember - Klien mengatakan lemas kekuatan Mobilitas Fisik
2022 di bagian kaki Otot
- Keluarga Klien
Mengatakan klien tidak
dapat berjalan karena
lemah
Do:
- klien tampak lemah
- klien tidak bisa
melakukan kegiatan
seperti biasa

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Tn. K Ruangan : Rafflesia

Umur : 68 tahun No RM : 241560

NO DITEMUKAN TERATASI DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. 12 Desember 14 Desember Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


2022 2022 berhubungan dengan Sekresi Yang
Tertahan
2. 12 Desember 14 Desember Intoleransi Aktifitas berhubungan
2022 2022 dengan Ketidak seimbangan Antara
Suplai Dan kebutuhan Oksigen

3. 12 Desember 14 Desember Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan


2022 2022 dengan penurunan Kekuatan Otot

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama : Tn. K Ruangan : Rafflesia

Umur : 68 tahun No RM : 241560

Hari/tanggal No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


Senin 12 1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
Desember asuhan keperawatan Intervensi Utama
2022 selama …. Pasien Observasi
menyatakan Sesak Nafas
berkurang atau menurun a) Monitor pola napas
dengan kriteria hasil: (frekuensi, kedalaman,
batuk efektif usaha napas)
a) Produksi sputum b) Monitor bunyi napas
menurun tambahan (misalnya:
b) Gelisah membaik gurgling, mengi, wheezing,
c) Dispenia membaik ronchi kering)
d) Kesulitan Berbicara c) Monitor sputum (jumlah,
membaik warna, aroma)

Terapeutik
a) Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt
dan chin-lift (jaw thrust jika
curiga trauma fraktur
servikal)
b) Posisikan semi-fowler atau
fowler
c) Berikan minum hangat
d) Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
e) Lakukan penghisapan lender
kurang dari 15 detik
f) Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
g) Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
h) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi

a) Anjurkan asupan cairan


2000 ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
b) Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

Intervensi Pendukung
Observasi:
a) Auskultasi suara napas
sebelum dan sesudah
dilakukan penghisapan
Terapeutik :
a) Lakukan penghisapan lebih
dari 15 detik
Edukasi:
a) Anjurkan melakukan teknik
napas dalam
Senin 12 2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
Desember asuhan keperawatan Observasi:
2022 selama … pasien aktifitas f) Identifikasi gangguan fungsi
pasien meningkat dengan tubuh
kriteria hasil: g) yang mengakibatkan
b) Saturasi oksigen kelelahan
membaik h) Monitor pola dan jam tidur
c) Kekuatan tubuh i) Monitor kelelahan fisik dan
bagian atas emosional
meningkat Edukasi:
d) Kekuatan tubuh a) Anjurkan tirah baring
bagain bawah b) Anjurkan melakukan aktivitas
meningkat secara bertahap
e) Persaan Lemah Terapeutik:
a) Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
b) Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
c) Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
d) Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

Intervensi Pendukung :
Observasi
a) Memonitor kondisi umum
selama melakukan ambulasi
Terapeutik
a) Linatkan keluarga untuk
membantu pasien
dalammeningkatkan
ambulasi
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
Senin 12 3 Setelah dilakukan tindakan Gangguan Mobilitas Fisik
Desember asuhan keperawatan Intervensi Utama
2022 selama 3x24 jam Mobilitas Observasi
fisik meningkat dengan a) identifikasi adanya nyeri
kriteria hasil: atau keluhan fisik lainnya
a) Pergerakan b) monitor kondisi umum
ekstremitas selama melakukan ambulasi
meningkat Terapeutik
b) Kekuatan Otot a) melibatkan keluarga untuk
Meningkat membantu pasien dalam
c) Nyeri Menurun meningkatkan ambulasi
d) Kelemahan fisik b) fasilitasi melakukan
Menurun mobilisasi fisik jika perlu
edukasi
a) jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan
Intervensi Pendukung
Observasi
a) identifikasikan kebiasaan
aktivitas perawatan diri
sesuai usia
b) identifikasi kebutuhan alat
bantu kebersihan diri
berpakaian berhias dan
makan
Terapeutik
a) siapkan keperluan pribadi
jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi
a) anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Tn. K Ruangan : Rafflesia

Umur : 68 tahun No RM : 241560

Hari ke 1

Tanggal No Jam/waktu Implementasi Paraf

Selasa, 12 1. Memonitor pola nafas


Desember RH: Klien mengatakan kesulitan untuk bernapas
2022 dengan baik.
RR: 24 x/m

2.Memonitor bunyi napas tambahan


RH: Klien saat bernafas terdengar suara
wheezing.

3.Memonitor sputum
RH: Keluarga klien mengatakan sputum
berwarna kuning keputihan

4.Posisikan semi fowler atau fowler


RH:Klien merasakan nyaman setelah di posisikan

5.Berikan minuman hangat


RH: Klien mengatakan belum ingin minum air
hangat

6.Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15


detik
RH: Keluarga klien menyetujui tindakan yang
ingin
dilakukn oleh perawat.

7.Berikan oksigen , jik perlu


RH: Klien udah terpasang nasal kanul

8.Mengajarkan teknik batuk efektif


RH: Klien dan keluarga paham saat dilakukan
penjelasan.

Senin,12 1.Memonitor pola dan jam tidur


Desember RH: Klien mengatakan kesulitan tidur karena
2022 sesak
nafas yang dialami klien

2.Monitor kelelahan fisik dan emosional


RH: Klien mengatakan lelah dan lemah karena
mengalami kesulitan tidur.

3.Mengindentifikasikan gangguan fungsi tubuh


yang mengakibatkan kelelahan.
RH: Klien mengatakan batuk dan sesak nafas
yang
membuat tubuh kelelahan.

4.Menganjurkan tirah baring


RH: Klien mengerti saat dijelaskan dan mengikuti
arahan perawat.

5.Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah


stimulus
RH: Klien mengatakan sudah nyaman dengan
lingkungan sekitar.

6.Memfasilitasi duduk ditempat tidur ,jika tidak


dapat berpindah atau berjalan
RH: Klien mengerti tapi belum bisa mengikuti
arahan

Selasa,12 1.Memonitor keadaan umum selama melakukan


Desember ambulasi
2022 RH: Klien masih lemah dan belumkuat untuk
berjalan

2.Melibatkan keluarga untuk membantu klien


dalam meningkatkan ambulasi
RH: Keluarga klien mau mendengarkan arahan
dari perawat

3.Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi


RH: Klien dan keluarga mendengarkan dengan
baik
IMPLEMETASI HARI KE-2
Selasa,13 1.Memonitor pola nafas
Desember RH: Klien mengatakan masih kesulitan untuk
2022 bernafas

2.Memonitor bunyi nafas tambahan


RH: Masih terdapat suara wezing saat kalian
bernafas

3.Memonitor sputum
RH: Keluarga klien mengatakan foto masih
berwarna kuning keputihan

4.Memposisikan semi follower atau fowler


RH: Klien merasa nyaman dengan posisi seperti
itu
1.Memonitor pola dan jam tidur
RH: Klien mengatakan masih kesulitan tidur
karena sesak nafas yang dialami.

2.Menganjurkan tirabaring
RH: klien mengerti saat dijelaskan dan mengikuti
arahan perawat

3.Memonitor kelelahan fisik dan emosional


RH: Klien mengatakan masih lelah dan lemah
karena kesulitan tidur
1.Memonitor keadaan umum selama melakukan
ambulasi
RH: Klien masih lemah dan belumkuat untuk
berjalan

2.Melibatkan keluarga untuk membantu klien


dalam meningkatkan ambulasi
RH: Keluarga klien mau mendengarkan arahan
dari perawat

3.Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi


RH: Klien dan keluarga mendengarkan dengan
baik
IMPLEMENTASI HARI KE-3
Rabu,14 1 1. Monitor pola nafas
Desember RH: kalian mengeluh masih sulit bernapas dan
2022 akan
dirujuk ke RS Bengkulu

2.Monitor bunyi nafas tambahan


RH: terdapat suara wezing
3.Memonitor sputum
RH: keluarga klean mengatakan sputum masih
berwarna kuning keputihan

4.Memonitor posisi klien


RH: pelayan rasa nyaman dengan posisi seperti
itu

Rabu 14 2 1. Memonitor pola dan jam tidur


Desember RH: klien mengatakan masih kesulitan tidur
2022 karena
sesak nafas yang dialami

2.Memonitor kelelahan fisik dan emosional


RH: Klien masih lelah dan lemah karena tidur
yang
Kurang
3. Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas
perawatan dari sesuai usia
RH: keluarga klien mengatakan klien masih tidak
bisa
melakukan perawatan diri secara mandiri

4.Memonitor tingkat kemandirian


RH: klien mengatakan masih belum mampu
melakukan apapun secara mandiri karena
klien
tidak mampu berjalan dan merasa lemah
jadwalkan rutinitas perawatan diri

Rabu 14 3 1.Memonitor keadaan umum selama melakukan


Desember ambulasi
2022 RH: Klien masih lemah dan belumkuat untuk
berjalan

2.Melibatkan keluarga untuk membantu klien


dalam meningkatkan ambulasi
RH: Keluarga klien mau mendengarkan arahan
dari perawat

3.Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi


RH: Klien dan keluarga mendengarkan dengan
baik

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Tn. K Ruangan : Rafflesia


Umur : 68 tahun No RM : 241560

Tangal dan No Evaluasi

Jam Diagnosa

Senin,12- 1 S :-Klien mengatakan batuk berdahak susah dikeluarkan


desember- -Klien mengatakan sesak nafas dan klien merasa sesak
meningkat ketika beraktifitas ringan
2022
O : -Klien tampak lemas

-Klien tampak gelisah

-Klien tampak sesak

-TTV

TD:140/80 MmHg

HR:71x/m

RR:24x/m

T:36,4℃

A : Masalah belum teratasi

No Kriteria hasil 1 2 3 4 5

1. Produksi sputum menurun

2. Gelisah membaik

3. Dispnea membaik

4. Kesulitan berbicara membaik

P: Intervensi dilanjutkan

2 S: -Klien mengatakan nafa terasa sesak


-Klien mengatakan tubuh teraa lemah
-Klien mengatakan aktivitas dibantu keluarga
O: -Klien tampak lemah
-Klien tampak pucat
-Pasien terpasang infus
-Pasien terpasang oksigen
-TTV
TD:140/80MmHg
HR:71x/m
RR:24x/m
T:36,4℃
A:Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5

1. Saturasi oksigen membaik

2. Kekuatan tubuh bagian atas

meningkat

3. Kekuatan tubuh bagian bawah

meningkat

4. Perasaan lemah

P:Intervensi dilanjutkan
3 S: - Klien mengatakan lemas di bagian kaki
- Keluarga Klien Mengatakan klien tidak dapat
berjalan karena lemah
O - klien tampak lemah
- klien tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasa
A: Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5

1. Pergerakan Ekstremitas

Meningkat

2. Kekuatan otot Meningkat

3. Nyeri Menurun

4. Kelemahan fisik Menurun

P:Intervensi dilanjutkan
SELASA,13- 1 S: -Klien mengatakan sputum masih susah dikeluarkan
-Klien mengatakan masih sesak nafas dan klien masih
Desember-
merasa sesak meningkat ketika beraktifitas ringan
2022
O: -Klien masih tampak lemas
-Klien masih tampak gelisah
-Klien masih tampak sesak
-TTV
TD:130/90 MmHg
HR:84x/m
RR:22x/m
T:36,1℃
A:Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5

1. Produksi sputum menurun

2. Gelisah membaik

3. Dispnea membaik

4. Kesulitan berbicara membaik

P:Intervensi dilanjutkan
2. S: -Klien mengatakn nafas masih terasa sesak
-Klien mengatakan tubuh masih terasa lemah
-Klien mengatakan aktivitas masih dibantu keluarga
O: -Klien masih tampak lemah
-Klien masih tampak pucat
-Pasien masih terpasang infus
-Pasien masih terpasang oksigen
-TTV
TD:130/90MmHg
HR:84x/m
RR:22x/m
T:36,1℃
A:Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5

1. Saturasi oksigen membaik

2. Kekuatan tubuh bagian atas

meningkat

3. Kekuatan tubuh bagian bawah

meningkat

4. Perasaan lemah

P: Intervensi dilanjutkan

RABU,14 1 S: -Klien sputum sudah mulai bisa untuk dikeluarkan


Desember -Klien mengatakan masih merasa sesak
2022
O: -Klien masih tampak lemas
-Klien masih tampak gelisah
-Klien masih tampak sesak
-TTV
TD:130/90 MmHg
HR:84x/m
RR:22x/m
T:36,1℃
A:Masalah teratasi sebagian
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5

1. Produksi sputum menurun

2. Gelisah membaik

3. Dispnea membaik

4. Kesulitan berbicara membaik

P:Intervensi dihentikan

2 S: -Klien mengatakn batuk berdahak susah dikeluarkan


-Klien mengatakan sesak nafas dan klien merasa sesak
meningkat ketika beraktifitas ringan
O: -Klien masih tampak lemas
-Klien masih tampak gelisah
-Klien masih tampak sesak
-TTV
TD:130/90 MmHg
HR:84x/m
RR:22x/m
T:36,1℃
A:Masalah teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Produksi sputum menurun

2. Gelisah membaik

3. Dispnea membaik

4. Kesulitan berbicara membaik

P:Intervensi dihentikan

3 S: - Klien mengatakan lemas di bagian kaki


- Keluarga Klien Mengatakan klien tidak dapat
berjalan karena lemah
O - klien tampak lemah
- klien tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasa
A: Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5

1. Pergerakan Ektremitas

Meningkat

2. Kekuatan Otot Meningkat

3. Nyeri Menurun

4. Kelemahan Fisik Menurun

P:Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai