Disusun Oleh :
1. Daniel Pratama Putra (113063C2120001)
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “PENGUKURAN KAPASITAS
FUNGSIONAL PADA KASUS PPOK” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
pengajar pada mata kuliah fisioterapi integument dan kesehatan wanita. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang PPOK bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
D. Batasan Masalah.....................................................................................................2
E. Manfaat Penulisan..................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3
A. Definisi...................................................................................................................3
B. Etiologi...................................................................................................................3
C. Tanda dan Gejala....................................................................................................3
BAB III.............................................................................................................................5
PENUTUP.........................................................................................................................5
A. Kesimpulan............................................................................................................5
LAMPIRAN.....................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................7
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit
kronis yang disebabkan oleh rusaknya paru-paru yang tidak dapat
disembuhkan.Penyakit ini tergolong berbahaya karena mengancam jiwa
dan dapat mengakibatkan kematian. Penderita PPOK biasanya berkaitan
erat dengan asap rokok baik dihirup oleh pengguna rokok tersebut
maupun orang yang berada di sekelilingnya yang telah terpapar asap
dalam jangka waktu lama (Krishna, 2013). WHO mengemukakan pada
tahun 2017 bahwa gejala umum umum yang paling sering muncul adalah
batuk kronis, produksi sputum meningkat, dan sesak napas. Prevalensi
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) di dunia pada tahun 2016
menurut The Global Burden Of Disease Study adalah sekitar 251 juta
kasus. Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa angka pengidap PPOK
di Indonesia ada dikisaran 3,7 % atau sama dengan 4,8 juta jiwa. Jumlah
pengidap penyakit ini dapat meningkat pesat seiring dengan
meningkatnya jumlah perokok di Indonesia. Menurut Riskesdas 2018,
prevalensi pengidap asma di Indonesia adalah sekitar 2,4%, perlu
diketahui bahwa asma sendiri merupakan bagian dari PPOK. Prevalensi
pengidap PPOK di Jawa Timur adalah sekitar 3,6% dan lebih tinggi pada
laki-laki. Menurut studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Mardi
Waluyo khususnya di Ruang Mawar prevalensi PPOK terlihat semakin
meningkat, dilihat dari jumlah pasien pada bulan Januari-Desember 2017
yakini 133 pasien bertambah menjadi 166 pasien pada bulan Januari-
Desember 2018.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
ingin dibahas dalam makalah ini bagaimana pengukuran kualitas
fungsional dan kualitas hidup penderita PPOK menggunakan 6
menit berjalan kemampuan fungsional
D. Batasan Masalah
Lingkup dari pengukuran kualitas fungsional dan kualitas hidup
yang dibahas meliputi pengukuran 6 MWT kemampuan fungsional
pada penderita PPOK.
E. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat agar mengetahui pengukuran kualitas fungsional dan
kualitas hidup penderita ppok menggunakan 6MWT kemampuan
fungsional.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) adalah penyakit paru kronik
yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat
non-reversibel progresif atau reversibel parsial. PPOK merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian di seluruh dunia yang disebabkan
oleh merokok dan paparan gas beracun, yang kemudian akan
menimbulkan inflamasi, kerusakan jalan nafas dan parenkim paru, yang
berakibat pada keterbatasan aliran jalan napas. Kematian akibat PPOK
menduduki peringkat ke-4 dunia saat ini dan WHO (World Health
Organization) memperkirakan kematian akibat PPOK akan menjadi
peringkat ketiga, setelah penyakit jantung koroner dan stroke pada tahun
2020. Pasien biasaya datang dengan keluhan sesak nafas yang berat saat
melakukan aktivitas dan batuk berulang yang disertai produksi dahak.
Tatalaksana pada PPOK secara medikamentosa menggunakan obat
bronkodilator dan nonmedikamentosa dengan fisioterapi dada. Fisioterapi
dada merupakan salah satu program fisioterapi yang bermanfaat untuk
beberapa kasus respirasi akut dan kronis, pada PPOK dapat membantu
meningkatkan proses penyembuhan secara efektif dan efisien. Fisioterapi
dada dapat membantu mengurangi sekret di saluran pernapasan,
meningkatkan fungsi pernapasan, dan mencegah kolaps paru-paru.
B. Etiologi
Merokok merupakan resiko utama terjadinya Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK). Sejumlah zat iritan yang ada didalam rokok
menstimulasi produksi mukus berlebih, batuk, merusak fungsi silia,
menyebabkan inflamasi, serta kerusakan bronkiolus dan dinding
alveolus. Faktor resiko lain termasuk polusi udara, perokok pasif, riwayat
infeksi saluran nafas saat anak-anak, dan keturunan. Paparan terhadap
beberapa polusi industri tempat kerja juga dapat meningkatkan resiko
terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejalayang sering terjadi iyalah sesak nafas, yang
dikarenakan penyempitan saluran pernafasan, Batu kronik dengan atau
D. Instrument pengukuran
Tes jalan 6 menit (6MWT, 6-minute walking test) merupakan uji
yang bersifat sederhana, objektif, dan murah yang dapat dilakukan di
klinik dengan manajemen waktu yang cepat dan efisien. Tes ini dapat
digunakan untuk menilai kapasitas fungsional dan sangat berguna untuk
menilai prognosis pasien dalam menjalani kehidupan. Tujuannya adalah
berjalan sejauh mungkin dalam jangka waktu 6 menit, dan orang tersebut
menentukan kecepatannya sendiri. Karena ini adalah ukuran berjalan,
yang merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, kemungkinan ini
merupakan representasi yang lebih baik dari tingkat latihan fungsional
seseorang daripada latihan intens. Penilaian 6MWT melibatkan mencari
tahu jarak yang telah ditempuh seseorang dengan mengalikan jumlah
panjang dengan jarak lintasan. Misalnya, jika seseorang menyelesaikan
40 lintasan sepanjang 12 meter (m), mengalikan 40 dengan 12 akan
menghasilkan skor 480 m.
Cara melakukan 6MWT :
1) Sebelum tes dimulai, penguji mengukur denyut nadi, tekanan
darah, kadar oksigen, dan sesak napas peserta.
2) Peserta menerima instruksi untuk berjalan bolak-balik dengan
langkah mereka sendiri ke tempat yang ditentukan selama 6
menit.
3) Peserta dapat memperlambat atau istirahat seperlunya sambil
berdiri.
4) Penguji menginstruksikan peserta untuk mengatakan apakah
mereka mengalami kesulitan bernapas atau nyeri dada.
5) Baik penguji maupun peserta harus mencatat jumlah panjang
yang diselesaikan peserta, karena penguji akan
menggunakannya untuk menghitung skor mereka.
6) Setelah 6MWT, penguji akan kembali mengukur denyut nadi,
tekanan darah, kadar oksigen, dan sesak napas peserta.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor risiko terjadinya PPOK yaitu merokok, usia, jenis kelamin,
hiperesponsif saluran pernafasan, riwayat infeksi saluran napas bawah
berulang, pemaparan akibat kerja polusi udara, faktor genetik, dan
defisiensi antitripsin alfa-1. Infeksi berulang dapat menyebabkan
kolonisasi bakteri dan juga mengakibatkan inflamasi pada jalan napas,
sehingga dapat mempermudah terjadinya eksarsebasi. Inflamasi kronis
yang disebabkan oleh zat polutan ataupun asap rokok dapat membuat
kerusakan pada jaringan parenkimal paru atau lebih dikenal dengan
empisema.