Disusun oleh:
Tingkat 2 Keperawatan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
proses penyusunan laporan ini, baik yang terlibat secara langsung maupun yang tidak.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya laporan yang
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa pada tahun
sebagai penyebab utama kematian di dunia dan diperkirakan pada tahun 2030
sedang Lebih dari 3 juta meninggal karena PPOK pada tahun 2005, sekitar
yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan kel
uar udara
kematian kelima terbesar di Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang lebih dari
obstruksi jalan
nafas yang ireversibel dan peningkatan usaha bernapas. Istilah lainnya adalah
napas obstruktif kronik). PPOK meliputi bronchitis kronis dan emfisema yang
3
sering terjadi bersamaan (Ward, 2006). Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)
merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi
meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya paparan factor risiko,
seperti factor pejamu yang diduga berhubungan dengan kejadian PPOK, semakin
pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat kerja
(Mangunnegoro, 2003).
210 jiwa, dan penyakit ini merupakan penyebab kematian ke 5 pada tahun 2002
dan akan meningkat menjadi ke 4 pada tahun 2030 (WHO, 2007). Diperkirakan
jumlah penderita PPOK di Cina tahun 2006 mencapai 38,1 juta penderita, di
Kalimantan Timur pada tahun 2012 menunjukan terdapat 439 pasien 2 PPOK,
pada tahun 2013 sebanyak 434 orang, dan pada tahun 2014 sebanyak 224 orang.
dan gas-gas kimiawi akibat kerja, Riwayat infeksi saluran nafas dan Bersifat
Gagal jantung mudah lelah, kegiatan sehari-hari terganggu dan sesak nafas.
4
Dalam penatalaksanaan penderita PPOK, disamping pemberian terapi
farmakologis yaitu rehabilitasi paru. Salah satu rehabilitasi paru yaitu dengan
paru pada penderita PPOK merupakan pengobatan standar yang bertujuan untuk
optimal sehingga pasien dapat hidup mandiri dan berguna bagi masyarakat
(Ikalius, 2006)
hindari tempat yang penuh asap rokok dan debu kendaraan, jangan memasang
obat nyamuk didalam kamar, jaga kebugaran, dan berhentilah merokok (prof. dr.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
pengkajian.
5
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan secara komprehensif
C. Sistematika Penulisan
Penulis membagi penulisan asuhan keperawatan ini menjadi 5 bab, yang terdiri
dari :
BAB I : PENDAHULUAN
BAB V : PENUTUP
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
COPD atau yang lebih dikenal dengan PPOK merupakan suatu kumpulan
bronchial yang berlebihan dan batuk yang disebabkan oleh inflamasi kronis
jaringan paru dan penyempitan jalan napas kecil. Asma ditandai oleh penyempitan
PPOK paling sering diakibatkan dari iritasi oleh iritan kimia (industri dan
obstruksi yang menahun dan persisten dari jalan napas di dalam paru. Termasuk
karakteristik tersendiri tetapi sering secara klinis, radiologik, dan fisiologik terdapat
“Overlopping“ satu sama lain sehingga penegakan diagnosis pasti dari pada salah
7
peningkataan tahanan saluran napas. (“airways resistance”). ( Kapita selekta, 1982.
hal 218 ).
B. Anatomi Fisiologi
ANATOMI SALURAN PERNAFASAN
a. Rongga hidung
nasi), dan dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Hidung bekerja sebagai
8
membunuh kuman-kuman yang masuk bersama-sama udara pernapasan
b. Faring.
mulut sebelah depan ruas tulang leher, keatas berhubungan dengan rongga
faring terdapat dua buah tonsil atau amandel yang bersimpulkan kelenjar limfe
yang banyak mengandung lymfosit dan juga epiglotis yang berfungsi menutupi
c. Laring
d. Trakea
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda dan
panjangnya kurang lebih 5 inch. Trakea diliputi oleh selaput lendir yang
9
percabangan trakea menjadi bronkus utama kiri dan kanan. Bagian ini memiliki
banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika
di rangsang.
e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat pada ketinggian
dilapisi oleh jenis sel sama. Bronkus-bronkus ini berjalan kebawah dan
kesamping tumpukan paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar
dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus
kiri lebih panjang dan lebih kecil atau ramping, terdiri dari 9-12 cincin
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan salah satu alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
Jika dibentang luas permukaan kurang lebih 90 m2, pada lapisan inilah terjadi
pertukaran udara, O2 masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari dalam
Paru-paru ini dibagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3
lobus dan paru-paru kiri mempunyai 2 lobus. Letak paru-paru adalah pada
rongga dada tepatnya pada cavum mediastinum. Paru-paru dibungkus oleh dua
10
selaput halus yang disebut fleura visceral, sedangkan selaput yang berhubungan
langsung denga rongga dada sebelah dalam adalah selaput fleur parietal.
permukaan selaput fleura agar dapat bergerak akibat inspirsi dan ekspirasi,
total yang mengandung arti jumlah udara dapat mengisi paru-paru pada
ekspirasi di dalam paru-paru dapat masih tertinnggal kurang lebih 3 liter udara.
Pada waktu kita bernapas biasa udarayang masuk kedalam paru-paru 2. 600
CM3 atau 2 ½ M jumlah pernapasan. Dalam keadaan normal orang dewasa 16-
tertentu keadaan tersebut akan berubah, misalnya akibat dari suatu penyakit,
hal 106 ).
FISIOLOGI PERNAFASAN
Bernapas atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara luar kedalam tubuh
dari oksidasi, udara dihirup masuk melintasi traktus respiratorius sampai alveoli.
11
diteruskan di vertikel sinestra yang di pompa di aorta, kemudian dialirkan keseluruh
tubuh, didalam tubuh terjadi proses oksidasi atau pembakaran sisa pembakaran
arteri pulmonalis. Didalam sel paru-paru terjadi lagi proses oksidasi, karbon
traktus urogenital dalam bentuk air senidan kulit dalam bentuk keringat.
C. Etiologi
Ada tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya COPD yaitu rokok, infeksi dan
polusi, selain itu pula berhubungan dengan faktor keturunan, alergi, umur serta
a. Rokok.
pula inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofage alveolar dan surfaktan.
b. Infeksi
12
paling sering diawali dengan infeksi virus, yang kemudian menyebabkan
c. Polusi
Polusi zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan brokhitis adalah zat
dan ozon.
Pada umumnya COPD menimbulkan kelainan yang sama. Pada dasarnya ada
D. Patofisiologi
Walaupun COPD terdiri dari berbagai penyakit tetapi seringkali memberikan
kelainan fisiologis yang sama. Akibat infeksi dan iritasi yang menahun pada lumen
bronkus, sebagian bronkus tertutup oleh secret yang berlebihan, hal ini
menimbulkan dinding bronkus menebal, akibatnya otot-otot polos pada bronkus dan
mucus dan akhirnya terjadi edema dan inflamasi. Penyempitan saluran pernapasan
terutama disebabkan elastisitas paru-paru yang berkurang. Bila sudah timbul gejala
13
ventilasi yang berhubungan dengan obstruksi jalan napas mengakibatkan
hiperventilasi (napas lambat dan dangkal) sehingga terjadai retensi CO2 (CO2
tertahan) dan menyebabkan hiperkapnia (CO2 di dalam darah / cairan tubuh lainnya
bawah paru akan tertutup. Pada penderita COPD saluran saluran pernapasan
tersebut akan lebih cepat dan lebih banyak yang tertutup. Akibat cepatnya saluran
pernapasan menutup serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi
dan perfusi yang tidak seimbang. Tergantung dari kerusakannya dapat terjadi alveoli
pernapasan udara maupun aliran darah ke alveoli, antara alveoli dan perfusi di
alveoli (V/Q rasio yang tidak sama). Timbul hipoksia dan sesak napas, lebih jauh
polisitemia.
14
E. Patoflowdiagram
Gejala-gejala penyakit ini akan muncul ketika sudah terjadi kerusakan yang
15
4. Lemas.
Serangan kambuhan PPOK terkadang bisa terjadi secara tiba-tiba dengan gejala
yang lebih parah untuk beberapa hari dan bahkan bisa membahayakan. Kondisi ini
kemudian reda dan bisa terulang lagi. Makin lama seseorang mengidap PPOK,
gejala-gejala yang muncul saat serangan ulang terjadi juga akan makin parah.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam COPD adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan radiologis
Pada pemeriksaan fungsi paru FVC (kapasitas vital kuat) dan fev (volume
yang normal PH 7,35-7,45 dan PaCO2 35-45 mmHg, serta pO2 75-100 mmHg.
pulmonal, right bundle branch block, dan right ventricular hypertrophy (dapat
16
H. Penatalaksanaan Medis
1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara
peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode eksaserbasi.
tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 – 0,56 IV secara perlahan.
17
b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap
c. Fisioterapi
6. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II
terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.
I. Komplikasi
a. Hipoxemia
dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami
perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul
cyanosis.
b. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul
c. Infeksi Respiratory
d. Gagal jantung
18
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering
kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat
e. Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratory.
f. Status Asmatikus
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dari
sehingga didapatkan informasi yang tepat. Adapun hal yang perlu dikaji
a. Identitas klien
19
Kaji status riwayat kesehatan yang pernah dialami klien, apa upaya dan
Tanyakan kepada klien tentang jenis, frekuensi, dan jumlah klien makan
dan minum klien dalam sehari. Kaji selera makan berlebihan atau
penggunaan selang enteric, timbang juga berat badan, ukur tinggi badan,
lingkaran lengan atas serta hitung berat badan ideal klien untuk
d. Pola eliminasi.
pemakaian alat bantu seperti folly kateter, ukur juga intake dan output
setiap sift.
dan juga penggunaan alat bantu seperti tongkat, kursi roda dan lain-lain.
lemah.
20
f. Pola tidur dan istirahat
Tanyakan kepada klien kebiasan tidur sehari-hari, jumlah jam tidur, tidur
Bagaimana suasana tidur klien apaka terang atau gelap. Sering bangun saat
Kaji tingkah laku mengenai dirinya, apakah klien pernah mengalami putus
yang timbul. Berapa jumlah anak klien dan status pernikahan klien.
21
k. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress.
Kaji faktor yang membuat klien marah dan tidak dapat mengontrol diri,
selama ini. Kaji keadaan klien saat ini terhadap penyesuaian diri, ugkapan,
Kaji apakah klien dsering beribadah, klien menganut agama apa?. Kaji
apakah ada nilai-nilai tentang agama yang klien anut bertentangan dengan
kesehatan.
2. Diagnosa
Adapun diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan
3. Intervensi
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan langkah berikutnya adalah
22
Tahap dalam perencanaan meliputi penentuan prioritas masalah, tujuan,
kriteria hasil, menentukan rencana dan tindakan pelimpahan (medis dan tim
sebagai kebutuhan paling dasar, rasa aman, mencintai dan dicintai, harga diri
bersih/jelas.
3) Intervensi.
23
distress berat akan mencari posisi yang lebih mudah untuk
ekspansi dada.
bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif
24
pada posisi duduk paling tinggi atau kepala dibawah setelah
perkusi dada.
jantung.
keperluan tubuh.
2) Kriteria hasil :
napas.
25
b) Tanda-tanda vital dalam batas normal
3) Intervensi.
bunyi tambahan.
26
Rasional ; bunyi napas mungkin redup karena penurrunan aliran
2) Kriteria hasil :
3) Intervensi.
27
Respon : Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat
endokarditis.
umum.
episode batuk.
171 ).
28
d. Kurang pengetahuan mengenai proses dan prognosis penyakit berhubungan
pengobatannya..
2) Kriteria hasil :
COPD.
3) Intervensi.
29
c) Diskusikan obat pernapasan, efek samping dan reaksi yang tidak
diinginkan/
rumah.
merokok nyata.
30
f) Diskusikan tentang pentingnya mengikuti perawatan medik, foto
31
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN
DATA KEPERAWATAN
BIODATA KLIEN
Nama : Tn. D
Umur : 72 tahun
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
No Register : xx.xx.xx
32
I. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan Utama
Sesak
2. Waktu bangun
Dirumah : Klien mengatakan bangun pada pukul 05.00
33
Di rumah sakit : Klien mengatakan bangun pada pukul 05.00
4. Masalah tidur
Klien mengatakan selama ini tidak merasakan adanya masalah tidur
B. Pola Eliminasi
1. B.A.B
Dirumah : 1 kali/ hari
2. B.A.K
Dirumah : 1- 2 kali sehari
34
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Di rumah sakit : 3 kali/hari, 1 porsi bubur dgn lauk pauk (sayur, ayam/ikan)
Di rumah sakit : Pagi pukul 06.00, siang pukul 12.00, malam pukul 19.00
Di rumah sakit : klien mengatakan minum kurang lebih 1,5 liter air putih
35
D. Personal Hygiene
1. Pemeliharaan badan
Dirumah : 3 kali sehari
Di rumah sakit : Klien baru tiba di RS pukul 13.00, klien sempat menyeka-
nyeka 1 kali
3. Pemeliharaan kuku
Dirumah : Jika kuku terlihat panjang
36
Klien mengatakan lebih sering istirahat dan menonton tv saat ada waktu
senggang
E. Interaksi Sosial
Klien dapat berinteraksi dengan baik
37
Kulit kepala : bersih
2. Rambut
Penyebaran : Penyebaran rambut merata
3. Wajah
Struktur wajah : wajah simetris kanan dan kiri
b. Mata
1. Kelengkapan dan Kesimetrisan : Mata lengkap dan simetris
2. Kelopak mata/palepebra : frekuensi reflek berkedip simetris
3. Kornea mata : jernih
4. Konjungtiva dan sclera : Konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak
ikterik
5. Pupil dan iris : isokor
6. Ketajaman penglihatan/visus : Fungsi penglihatan pasien menurun
7. Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
8. Kelainan lain : Tidak ada kelainan
c. Hidung
1. Cuping hidung : Tidak ada cuping hidung
2. Lubang hidung : Bersih
3. Tulang hidung dan septum nasi : Normal
d. Telinga
1. Bentuk telinga : Bentuk telinga normal
Ukuran telinga : Sedang
38
Ketegangan telinga : Tidak dilakukan pemeriksaan
39
d. Axilla dan clavikula : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Perkusi
pekak
d. Auskultasi
1. Suara nafas : Suara nafas vesicular melemah
2. Suara ucapan : Suara ucapan jelas
3. Suara nafas tambahan : wheezing
2. Pemeriksaan jantung :
a. Inspeksi dan palpasi :
Tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi
40
c. Auskultasi
- Bunyi jantung I : Lup tunggal S1
F. Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Bentuk abdomen normal
2. Auskultasi
- Bising/peristaltik usus : Terdapat bising usus 5x/ menit
3. Palpasi
- Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
41
4. Perkusi
- Suara abdomen : Timpani
2. Auskultasi
- Lubang anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
42
Tidak ada kelainan pada punggung, ekstremitas dan kuku
I. Pemeriksaan Integumen
1. Kebersihan : Kulit bersih
2. Kehangatan : Akral teraba hangat
3. Warna : Kulit berwarna kuning langsat
4. Turgor : Turgor kulit lembab
5. Tekstur : Tekstur elastis
6. Kelembaban : lembab
7. Kelainan pada kulit/lesi : Tidak ada lesi pada kulit
J. Pemeriksaan Neurologis
1. Tingkat kesadaran : Compos mentis
2. Tanda rangsangan otak (meningeal sign) : Tidak ada
3. Pemeriksaan saraf otak (NI - XII)
NI : Pasien tidak dapat membedakan bau yang dirasakan
NII , N III : Pasien dapat melihat dengan jarak tertentu dan memutar bola
matanya
43
N VI, N IV : Pasien dapat menggerakkan bola mata ke kanan dan ke kiri,
keatas dan kebawah
4. Fungsi motorik
Fungsi motorik klien baik
5. Fungsi sensorik
Fungsi sensorik klien baik, klien dapat membedakan nyeri
6. Reflek
a. Reflek fisiologis : Baik
b. Reflek patofisiologis : Baik
c.
V. Pemeriksaan Status Mental
1. Kondisi emosi/perasaan
Kondisi emosi klien cukup baik
2. Orientasi
Orientasi klien terhadap waktu dan tempat masih baik, klien mengenal waktu
saat ini dan klien tau berada di RS
44
Klien masih mampu dan baik dalam ingatan klien di masa lalu ataupun
sekarang
4. Motivasi
Klien termotivasi untuk sembuh
5. Persepsi
Klien berharap bisa sembuh
1. Laboratorium :
Hemoglobin : 13,4 (13,0-18,0) Glukosa sewaktu : 138
45
46
2. Rontgen (tanggal) : Tidak ada
3. EGC (tanggal) : 14 Mei 2018 pukul 10.15 WITA
4. USG (tanggal) : Tidak ada
5. Lain - lain : Tidak ada
47
VIII. Data Fokus
1. Data subjektif
Klien mengatakan sesak nafas mulai subuh disertai dengan terkadang
adanya nyeri dada sebelah kiri, batuk tapi dahak susah keluar dan sakit
kepala.Klien juga mengatakan bahwa sesaknya bertambah saat ia berjalan
seperti ingin ke toilet, padahal ia ingin sekali bisa ke toilet sendiri sehingga
tidak merepotkan oranglain. Klien dibawa oleh keluarganya ke IRD RSKD
tiba pada pukul 09.00 dan sudah mendapatkan pertolongan pertama.
Kemudian klien dipindahkan ke flamboyan B pada jam 13.00 tanggal 14
mei 2018.
Klien mengatakan bahwa pernah merokok pada umur 30 tahun, dan anak
serta istrinya juga merokok. Dan klien juga mengatakan bahwa setelah
beliau pensiun dari pekerjaannya di RS Pertamina, klien beralih bekerja
dikebun dan sering terpapar debu saat menebang pohon.
2. Data Objektif
A. klien tampak sesak
B. Klien terlihat batuk tapi susah untuk mengeluarkan dahaknya
C. Klien terlihat ingin BAK ke toilet
D. Tidak terpasang selang kateter ataupun pampers
E. Terpasang nasal kanul 3 Lpm
F. Terdengar suara nafas tambahan wheezing
G. KU : sedang
H. pemeriksaan TTV: TD :150/100
S : 36,7 C
N : 78x/menit
R : 29x/menit
48
ANALISA DATA
No. Data (DO & DS) Masalah Penyebab
1. DS : Klien mengatakan Bersihan jalan nafas Produksi sekret
sesak nafas, batuk tetapi tidak efektif
dahak tidak bisa keluar,
klien juga mengeluh dada
sebelah kiri terasa nyeri
namun masih bisa dikontrol
DO :
Klien tampak kesulitan
bernafas, terdengar
suara nafas tambahan
wheezing
TTV :
TD = 150/100 mmHg
N = 78x/menit
R = 29x/menit
S = 36,70C
Klien terpasang nasal
kanul 3 Lpm
49
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal Teratasi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif 15 Mei 2018
b.d produksi secret
50
PERENCANAAN
51
3.1 Motivasi
3. Selasa Hambatan Setelah dilakukankepada klien agar
15 Mei 2018 mobilitas fisik b.d tindakan mampu
sesak keperawatan selama melakukan
2 x 24 jamaktivitasnya
diharapkan masalah sendiri
hambatan mobilitas
fisik dapat teratasi 3.2 Memberi
dengan criteria hasil : edukasi kepada
a. Aktivitas fisik keluarganya
meningkat
b. Memverbalisasi
kan perasaan
dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan
dalam
berpindah
52
PELAKSANAAN TINDAKAN
No Hari/Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
1. Selasa, 15 Mei 1.1 Memonitor TTV DS : Klien
2018 mengatakan masih
08.00 WITA sesak dan batuk
DO :
Kes: compos
mentis
TTV
TD = 150/100
mmHg
N = 75x/menit
R = 29x/menit
S = 36,70C
53
dahaknya
DO : Klien tampak
2.1 Memonitor TTV nyaman
12.20
DS : Klien
mengatakan masih
sesak
DO : TD : 130/90,
Nadi : 75x/menit,
RR : 26x/menit, S :
36,0 C
3.1 Memotivasi klien
12.30 agar mampu
melakukan DS : Klien
aktivitasnya sendiri mengatakan ia akan
mencoba
melakukannya
tetapi harus
ditemani
3.2 Memberi edukasi
kepada keluarga DO : Pasien tampak
kooperatif
DS : Keluarga klien
mengatakan
mengerti dan
paham
DO : Keluarga
klien tampak
mengerti
54
06.00 1.4 Pemberian DS : Klien
nebulizer mengatakan sesak
berkurang
DO : klien tampak
tenang
06.15 1.3 Membantu DS : Klien
melakukan fisioterapi mengatakan
dada bersedia
DO : Klien
kooperatif dan
terlihat batuk
dengan
mengeluarkan
dahak
07.00 2.1 Memonitor TTV DS : Klien
mengatakan sesak
dan batuk
berkurang
DO : TD : 120/80,
RR : 25x/menit, S :
36,0 C, N :
78x/menit
55
06.20 1.2 Membantu DS : klien
melakukan mengatakan
fisioterapi dada bersedia
DO : Klien
kooperatif
56
EVALUASI
57
EVALUASI
58
EVALUASI
59
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Dalam bab ini penulis membahas tentang keterkaitan dan kesenjangan antara
landasan teori dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.D dengan penyakit paru
Balikpapan.
adalah “Suatu pernyataan klinik yang disampaikan individu, keluarga, atau masyarakat
yang dapat menggambarkan tentang masalah kesehatan baik secara actual maupun
potensial sehingga dapat menggambarkan tentang masalah kesehatan baik secara actual
maupun potensial sehingga dapat menjadi dasar untuk penentuan intervensi yang tepat
Menurut Nursalam (2001), ditemukan 4 diagnosa yaitu bersihan jalan napas tak
gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada selaput
dengan kurang informasi. Sedangkan pada kasus kelolaan individu terdapat kesenjangan
antara teori dan aplikasi. Pada aplikasi ditemukan 3 diagnosa, yaitu bersihan jalan tidak
60
Adapun diagnose yang muncul pada Tn.D adalah sebagai berikut :
1. Diagnosa I
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi secret ditemukan
dalam tinjauan teori dan ditemukan juga didalam tinjauan kasus. Hasil
pengkajian sesuai dengan tinjuan teori dimana klien mengatakan sesak dan
batuk, namun secret terkadang tidak dapat keluar. Pasien tampak sesak, pasien
tampak terpasang nasal kanul 3 liter per menit, dengan tanda-tanda vital TD :
mengajarkan teknik nafas dalam dan fisioterapi dada, dan pemberian nebulizer.
pada perencanaan masalah sesak nafas belum teratasi karena pasien belum
Pada evaluasi hari kedua perawatan, klien mengatakan sesak dan batuk
hasil yang ditetapkan pada perencanaan masalah sesak sebagian teratasi karena
pasien mengatakan sesak dan batuk berkurang, pasien tampak mulai tenang.
Pada evaluasi hari ketiga perawatan klien mengatakan sesaknya masih sama
seperti kemaren tetapi batuk sudah mulai hilang dan, klien tampak tenang, TD :
61
120/80 mmHg, N :75x/menit, RR : 25x/menit, S : 36,0 C. berdasarkan criteria
hasil sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan, masalah sesak sebagian
teratasi karena pasien mengatakan sesak dan batuk berkurang, pasien tampak
mulai tenang
Diagnosa 2
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi paru terdapat pada
tinjauan kasus namun tidak terdapat pada tinjauan teori. Terdapat kesenjangan
antara teori dengan aplikasi saat dilapangan. Hasil pengkajian ditemukan klien
sesak. Klien tampak sesak, klien tampak terpasang O2 nasal kanul. Selama 3 x
Berdasarkan criteria hasil sesuai dengan perencanaan, masalah pola nafas tidak
Pada evaluasi hari kedua perawatan, klien mengatakan sesak berkurang sama
hasil yang ditetapkan pada perencanaan masalah sesak sebagian teratasi karena
Pada evaluasi hari ketiga perawatan, klien mengatakan sesaknya masih sama
62
yang telah ditetapkan, masalah sesak sebagian teratasi karena pasien mengatakan
Diagnosa 3
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan sesak tidak terdapat pada tinjauan
teori namun terdapat pada tinjauan kasus. Terjadi kesenjangan antara teori
Pada evaluasi hari kedua perawatan, klien mengatakan ia ingin BAB ke toilet
sendiri, dank klien tampak kuat sedang berjalan ke kamar mandi. Berdasarkan
teratasi karena klien sudahmenunjukkan tanda tanda seperti yang ada di criteria
hasil.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus kelolaan individu pada pasien Tn.D dengan penyakit paru obstruktif kronik,
data data yang dapat mendukung untuk menegakan 3 diagnosa yaitu bersihan jalan
nafas tidak efektif, pola nafas tidak efektif dan hambatan mobilitas fisik. individu
dapat membuat perencanaan sesuai kebutuhan untuk mengatasi masalah pada Tn.D
dan melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan dan sesuai SOP serta
rencana asuhan keperawatan yang telah di buat dengan hasil semua diagnosa
teratasi.
B. Saran
Hindarilah merokok dan asap rokok, asap kendaraan bermotor, dan lain-lain.
Karena hal itu dapat memicu munculnya penyakit paru obstruktif kronik. Penyakit
dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, untuk itu jaga lah kesehatan,
64
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 2, EGC, Jakarta.
65