DOSEN PENGAMPU :
BINAR WAHYU S.kep.,Ns.,M.kep
DISUSUN OLEH :
AMEL SANDI FEBRIANTI 202202102
ARISTAWATI CAHAYANINGRUM 202202105
IKA DINA PERMATASARI 202202121
LINDA CAHYAWATI 202202126
penulis
PAGE \* MERGEFORMAT 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................ 3
BAB 4 PENUTUP......................................................................................................... 29
4.1 Kesimpulan................................................................................................ 29
4.2 Saran ......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 30
PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker paru masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak menyebabkan
kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal karena kanker paru.
Pada tahun 2008, tercatat sebanyak 1,38 juta kematian akibat kanker paru atau 18,2% dari
total kematian akibat kanker. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa
kanker paru merupakan penyebab terbanyak kematian akibat kanker pada tahun 2012,
yaitu sebanyak 1,59 juta kematian (Ridge, et al., 2013; Walser, et al., 2008; WHO, 2015).
Kanker paru merupakan penyebab utama kematian karena keganasan pada laki-laki dan
penyebab kedua pada perempuan. Menurut WHO, insiden kanker paru pada laki-laki
lebih tinggi dibandingkan perempuan. Data Center for Disease Control and Prevention
(CDC) pada tahun 2007 menunjukkan bahwa di Amerika tercatat 109.643 laki-laki dan
93.839 perempuan menderita kanker paru (Haryati, dkk., 2013; Horeweg, et al., 2013).
Data tahunan Jemal dkk menunjukkan bahwa kanker paru mempunyai prognosis yang
buruk dibandingkan dengan kanker jenis lain karena rendahnya angka ketahanan hidup
(Syahruddin, dkk., 2010). Angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien kanker paru di
Amerika Serikat mecapai 15%, Eropa 10%, dan di negara berkembang hanya 8,9%.
Kemajuan dalam penatalaksanaan kanker paru tidak meningkatkan angka ketahanan
hidup pasien secara signifikan karena mayoritas pasien telah mengalami metastasis jauh
saat didiagnosis (Horeweg, et al., 2013; Supartono dan Suryanto, 2012). Kanker paru
masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia disebabkan angka merokok
yang masih tinggi pada masyarakat (PDPI, 2011). Merokok merupakan penyebab utama
kanker paru karena di dalam rokok terkandung zat-zat karsinogen yang dapat memicu
kanker paru (Haryati, dkk., 2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013
menunjukkan bahwa perilaku merokok penduduk usia 15 tahun ke atas cenderung
meningkat dari 34,2% pada tahun 2007 menjadi 36,3% pada tahun 2013 (Balitbangkes,
2013). Hasil penelitian di laboratorium Patologi Anatomi RSUP Persahabatan
menunjukkan bahwa lebih dari 50% dari semua jenis kanker yang didiagnosis adalah
kanker paru. Hasil penelitian berbasis rumah sakit dari 100 Rumah Sakit di Jakarta
menunjukkan bahwa kanker paru merupakan kasus terbanyak pada lakilaki dan nomor 4
terbanyak pada perempuan tetapi merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki dan
perempuan (Kemenkes RI, 2015). Efusi pleura merupakan penyulit tersering dalam
penatalaksanaan kanker paru. Efusi pleura pada kanker paru dapat terjadi karena
peningkatan permiabilitas kapiler akibat proses inflamasi yang disebabkan infiltrasi sel-
sel kanker ke pleura viseral dan atau parietal. Efusi pleura juga dapat disebabkan oleh
invasi langsung tumor yang berdekatan dengan pleura dan obstruksi saluran limfa
(Syahruddin, dkk., 2009; Supartono dan Suryanto, 2012). Efusi pleura dapat menjadi
penyulit dalam penatalaksanaan kanker paru karena cenderung masif. Data divisi
onkologi toraks, Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS
Persahabatan menunjukkan bahwa efusi pleura masif menjadi penyulit terbesar dalam
penatalaksanaan kanker paru, yaitu 40% dikuti dengan sindrom vena kava superior 31%
dan batuk darah masif 10% (Syahruddin, 2010). Efusi pleura ditempatkan dalam sistem
TNM untuk kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) versi 7 sebagai
metastasis sehingga kanker paru dengan efusi pleura termasuk kategori stage IV
PAGE \* MERGEFORMAT 2
(Syahruddin, dkk., 2010). Keberadaan efusi pleura sama dengan keberadaan nodul
metastasis paru kontralateral yaitu M1a. Hal ini menunjukkan bahwa efusi pleura menjadi
salah satu faktor prognosis untuk kanker paru karena semakin tinggi stage penyakit akan
semakin pendek masa tahan hidup penderita (Syahruddin, 2010). Efusi pleura
mempengaruhi ketahanan hidup dan prognosis penderita kanker paru (Supartono dan
Suryanto, 2012). Angka tengah ketahanan hidup pasien efusi pada keganasan setelah
didiagnosis hanya 4-9 bulan (Görgün, et al., 2013). Penelitian yang dilakukan di RSUP
Dr. Kariadi Semarang selama tahun 2009- 2010 menunjukkan perbedaan ketahanan hidup
1 tahun antara pasien kanker paru tanpa efusi pleura dengan pasien kanker paru yang
disertai efusi pleura. Pasien kanker paru tanpa efusi pleura memiliki angka 1 tahun
ketahanan hidup yang lebih tinggi dibandingkan pasien kanker paru dengan efusi pleura.
Ketahanan hidup 1 tahun penderita kanker paru tanpa efusi pleura sebesar 37,5% dengan
median lama hidup 178 hari sedangkan yang disertai efusi pleura sebesar 6% dengan
median lama hidup 100 hari (Supartono dan Suryanto, 2012). Paling sedikit 25% pasien
kanker paru membentuk efusi pleura secara multifungsional dalam perjalanan
penyakitnya (Satolom, dkk., 2012). Penelitian berdasarkan rekam medik di RS
Persahabatan Jakarta selama tahun 2004-2007 menunjukkan terdapat 167 pasien kanker
paru dengan efusi pleura atau sekitar 31,2% dari 573 pasien kanker paru (Syahruddin,
2010). Kedokteran Universitas Andalas Efusi pleura pada keganasan menjadi penyebab
umum mortalitas dan morbiditas pada pasien kanker (Görgün, et al., 2013). Menurut
penelitian yang dilakukan melalui data rekam medik di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta
pada tahun 2010-2011, didapatkan bahwa efusi pleura merupakan penyebab kematian
terbanyak pada pasien kanker paru, yaitu sekitar 19,8% dari semua penyebab kematian
langsung pasien kanker paru (Anwar, dkk., 2014).
PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN CA PARU
Kanker paru-paru adalah kanker yang terbentuk di paru-paru. Kanker ini
merupakan salah satu kanker yang umum terjadi di Indonesia. Secara global, kanker paru-
paru merupakan penyebab pertama kematian akibat kanker pada pria dan penyebab kedua
kematian akibat kanker pada wanita.
Meski sering terjadi pada perokok, kanker paru-paru juga bisa terjadi pada orang yang
bukan perokok. Pada orang bukan perokok, kanker paru-paru terjadi akibat sering
terpapar asap rokok dari orang lain (perokok pasif) atau paparan zat kimia di
lingkungan kerja.
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan pada jaringan paru yang berasal dari
sel-sel di dalam paru-paru (primer) maupun keganasan dari luar paru (metastasis).
Sebagian besar kanker yang juga disebut dengan karsinoma bronkogenik memang
berasal dari dalam organ paru. Lebih dari 90% kanker paru-paru berawal dari bronki,
atau saluran udara besar yang masuk ke paru-paru.
Kanker paru tidak hanya terjadi di paru-paru tetapi juga di rongga thorax alias
mediastinum yaitu rongga di antara kedua paru kanan kiri. Selain itu, kanker ini juga
bisa berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru.
Kanker paru-paru merupakan penyakit dengan ciri khas adanya pertumbuhan sel yang
tidak terkontrol pada jaringan paru-paru. Bila tidak dirawat, pertumbuhan sel ini dapat
menyebar ke luar dari paru-paru melalui suatu proses yang disebut metastasis ke
jaringan yang terdekat atau bagian tubuh yang lainnya. Sebagian besar kanker yang
mulai di paru-paru, yang dikenal sebagai kanker paru primer, adalah karsinoma yang
berasal dari sel epitelium. Jenis kanker paru yang utama adalah SCLC (kanker paru
sel kecil), atau disebut juga kanker sel gandum, dan NSCLC (kanker paru non-sel-
kecil)
Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru (metastasis tumor
paru) maupun yang berasal dari paru sendiri, dimana kelainan dapat disebabkan oleh
kumpulan perubahan genetika pada sel epitel saluran nafas, yang dapat
mengakibatkan proliferasi sel yang tidak dapat dikendalikan. Kanker paru primer
yaitu tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (Purba,
2015).
Kanker paru adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel abnormal
pada satu atau kedua paru. Sementara sel-sel normal bereproduksi dan berkembang
menjadi jaringan paru yang sehat, sel-sel abnormal berkembang biak lebih cepat dan
tidak pernah tumbuh menjadi jaringan paru normal. Benjolan sel kanker (tumor)
kemudian terbentuk dan tumbuh. Selain mengganggu fungsi paru, sel-sel kanker dapat
menyebar dari tumor ke dalam aliran darah atau sistem limfatik di mana mereka dapat
menyebar ke organ lain. Kanker paru dalam arti luas adalah semuan penyakit
keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun
PAGE \* MERGEFORMAT 2
keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Kanker paru primer yaitu tumor
ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic
carcinoma) (Risnawati, Pradjoko, & Wati, 2020).
Ca Paru atau disebut dengan Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) Dalam pengertian klinik
yang dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari
epitel bronkus (karsinoma bronkus = bronchogenic carcinoma) (Kemenkes, 2016).
Kanker paru merupakan tumor ganas yang berasal dari saluran pernafasan ditandai
dengan pertumbuhan sel abnormal, tidak terbatas dan merusak sel- sel jaringan
normal yang disebabkan oleh asap rokok (Husen et al, 2016). Kanker paru merupakan
penyebab utama keganasan di dunia dan mencapai 13% dari semua diagnosis kanker.
Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat kanker
pada laki-laki (Kemenkes, 2016) (Saputri & Oktariani, 2020).
Paru normal CA paru (kanker paru)
PAGE \* MERGEFORMAT 2
3. Stadium III: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening yang letaknya
jauh dari paru-paru atau bagian tubuh lainnya, seperyti batang tenggorokan
(trakea), kerongkongan, dan pembuluh utama di jantung.
4. Stadium IV: kanker telah menyebar ke kedua paru-paru dan organ lai yang
letaknya jauh dari paru, seperti otak dan hati. Kanker juga menyebabkan
penumpukan di paru-paru.
Gambaran stadium 1-4 pada paru yang terpapar CA paru
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Sebagian besar gejala kanker terjadi dalam organ paru, tapi juga mungkin dialami di
beberapa bagian tubuh lain jika sel abnormal sudah menyebar. Gejala juga dibedakan
berdasarkan intensitas keparahan penyakit. Berikut ini beberapa gejala yang dialami
oleh pengidap:
1. Ketidaknyamanan atau nyeri di dada.
2. Batuk yang tidak hilang atau semakin memburuk dari waktu ke waktu.
3. Masalah pernapasan.
4. Mengi.
5. Darah dalam dahak.
6. Suara serak.
7. Masalah dalam menelan.
8. Kehilangan selera makan.
9. Kehilangan berat badan tanpa alasan.
10. Merasa sangat lelah.
11. Peradangan atau sumbatan di paru-paru.
12. Pembengkakan atau pembesaran kelenjar getah bening di daerah paru-paru
Kanker paru-paru NSCLC stadium 2 diklasifikasikan lebih lanjut menjadi salah satu
dari dua subtipe, berdasarkan penyebarannya ke kelenjar getah bening terdekat atau
bagian lain dari paru-paru atau dada.
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Tumornya berukuran antara 5 cm dan 7 cm, dan tidak ditemukan kanker di
kelenjar getah bening. Dalam banyak kasus, kanker telah menyebar ke selaput
yang melapisi bagian dalam dinding dada, atau dinding dada itu sendiri, atau
saraf frenikus yang dekat dengan paru-paru, atau lapisan jaringan luar dari
kantung yang mengelilingi jantung. Lebih dari satu tumor ditemukan di bagian
lobus paru yang sama.
1. Stadium 4a
saat sel kanker telah menyebar di dalam paru-paru atau ke satu area di luar
paru-paru
2. Stadium 4b
saat sel kanker telah menyebar ke beberapa tempat di satu atau lebih organ
yang jauh dari paru-paru, seperti otak, hati, dan tulang.
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Sementara, sejumlah tanda-tanda kanker paru-paru stadium 4b yang bisa muncul
meliputi:
1. Nyeri tulang atau patah tulang, jika sel kanker paru-paru menyebar ke tulang
Anda
2. Sakit kepala, masalah penglihatan, atau kejang, jika sel kanker paru-paru telah
menyebar ke otak Anda.
3. Mual, kembung, atau penyakit kuning, jika sel kanker paru-paru telah
menyebar ke hati Anda.
Selain tanda-tanda di atas, penderita kanker paru-paru stadium 4 kemungkinan besar
juga akan mengalami perubahan spiritual. Tingkat harapan hidup penderita kanker
paru-paru stadium 4 biasanya sudah sangat rendah. Harapan hidup relatif 5 tahun
penderita kanker paru-paru stadium akhir ini sebesar 8 persen, menurut National
Cancer Institute (NCI).
1. Berhenti merokok. Jika terlalu sulit berhenti, kamu bisa meminta bantuan ahli
medis untuk melakukan terapi.
2. Hindari asap rokok. Jika tinggal atau bekerja dengan seorang perokok, jauhi
saat mereka membakar rokok.
3. Hindari karsinogen. Caranya dapat dilakukan dengan menggunakan masker
wajah di mana pun.
4. Konsumsi buah dan sayuran. Keduanya merupakan sumber vitamin dan nutrisi
terbaik yang dapat menurunkan risiko kanker.
5. Berolahraga. Lakukan secara teratur, setidaknya 150 menit dalam seminggu
atau 30 menit dalam sehari.
6. Pengobatan Kanker Paru
7. Dalam beberapa kasus, pasien tidak ingin menjalani perawatan karena efek
samping pengobatan dinilai lebih besar ketimbang manfaat yang diberikan.
Jika hal tersebut yang menjadi keinginan pasien, dokter mungkin akan
menyarankan perawatan untuk mengobati gejalanya saja.
Operasi
Prosedur dilakukan dengan mengangkat sel abnormal kanker, yang dilakukan dengan
beberapa langkah berikut:
PAGE \* MERGEFORMAT 2
1. Reseksi baji untuk mengangkat bagian kecil paru-paru yang mengandung
tumor bersama dengan margin jaringan sehat.
2. Reseksi segmental untuk mengangkat sebagian besar paru-paru, tetapi tidak
seluruh lobus.
3. Lobektomi untuk mengangkat seluruh lobus satu paru-paru.
4. Pneumonektomi untuk mengangkat seluruh paru-paru.
Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan menggunakan sinar energi bertenaga tinggi dari sinar X dan
proton untuk membunuh sel kanker. Selama terapi radiasi, pasien diminta untuk
berbaring di atas meja khusus. Mesin akan bergerak dengan sendirinya di sekitar
pasien dan mengarahkan ke titik di mana sel kanker tubuh.
Bagi pasien dengan kondisi parah, terapi ini dapat dilakukan sebelum atau setelah
operasi. Prosedur ini biasanya dikombinasikan dengan perawatan kemoterapi. Jika
operasi bukanlah pilihan, kombinasi kemoterapi dan terapi radiasi mungkin menjadi
kombinasi pengobatan yang disarankan.
Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Obat
diberikan melalui pembuluh darah di lengan atau diminum. Kombinasi obat biasanya
diberikan dalam serangkaian perawatan selama beberapa minggu atau bulan, dengan
jeda di antaranya.
Kemoterapi sering digunakan setelah operasi untuk membunuh sel kanker yang
mungkin tersisa. Prosedur ini dapat dilakukan sendiri atau dikombinasikan dengan
terapi radiasi. Kemoterapi juga dapat digunakan sebelum operasi untuk mengecilkan
kanker dan membuatnya lebih mudah untuk diangkat.
Terapi Obat
Terapi obat yang dilakukan akan terfokus pada kelainan spesifik dalam sel kanker.
Dengan memblokir kelainan ini, perawatan obat yang ditargetkan dapat menyebabkan
sel kanker mati. Langkah pengobatan ini biasanya diberikan pada pasien dengan
kanker stadium lanjut atau rekuren.
Imunoterapi
Imunoterapi dilakukan menggunakan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker.
Sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk melawan penyakit mungkin tidak
PAGE \* MERGEFORMAT 2
menyerang kanker, karena protein yang diproduksi oleh sel kanker
menyembunyikannya. Imunoterapi bekerja dengan mengganggu proses itu.
Perawatan Paliatif
Orang dengan kanker paru sering mengalami tanda dan gejala kanker, serta efek
samping pengobatan. Perawatan suportif, juga dikenal sebagai perawatan paliatif,
adalah bidang khusus kedokteran yang melibatkan kerja sama dengan dokter untuk
meminimalisir munculnya tanda dan gejala.
PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CA PARU PARU
Pengkajian
A. Identitas klien
Nama :ny.suparni no. Reg : 190345
Usia :55 tahun tgl. Masuk :01-10-2023
Jenis kelamin :perempuan tgl. Pengkajian :01-10-2023
Alamat :jl.mawar no.10
rt.05/rw.08 madiun sumber informasi :suami
nama klg. Dekat yg bisa dihubungi :karno
Status pernikahan :sudah menikah status:sudah menikah
Agama :islam alamat :jl.mawar no.10 rt.05/rw.08
Suku :indonesia/jawa
B. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan pasien
Keluhan utama : sesak nafas
Riwayat kesehatan saat ini :
Pasien datang dari igd tanggal 01 oktober 2023 pukul 10.00 wib. Pasien datang
dengan kondisi nyeri dada nonkardiak dan kesulitan bernafas dengan ttv td:200/100
mmhg, n:96 x/m, rr:32 x/m,s:37°c. Saat pengkajian tanggal 01 oktober 2023 jam
13.00 wib. Pasien mengatakan nyeri dada dengan ttv td:140/80 mmhg,n:65
x/m,rr:23x/m,s:36°c.
PAGE \* MERGEFORMAT 2
4. Obat-obatan yang digunakan : ventolin inhaler
Genogram
PAGE \* MERGEFORMAT 2
C. Riwayat lingkungan
jenis rumah pekerjaan
Kebersihan bersih bersih
Bahaya kecelakaan tidak ada tidak ada
Polusi tidak ada tidak ada
Ventilasi ada ada
Pencahayaan ada ada
D. Pola aktifitas-latihan
rumah rumah sakit
Makan/minum 0…………………………… 2……………………….
Mandi 0…………………………… 2……………………….
Berpakaian/berdandan 0…………………………… 2……………………….
Toileting 0…………………………… 2……………………….
Mobilitas di tempat tidur 0…………………………… 2……………………….
Berpindah 0…………………………… 2……………………….
Berjalan 0…………………………… 2…………………………
Naik tangga 0…………………………… 4…………………………
Pemberian skor : 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu
orang lain, 4 = tidak mampu
PAGE \* MERGEFORMAT 2
F. Pola eliminasi
rumah rumah sakit
Bab
- Frekuensi/pola lancar belum bab 3hari
- Warna & bau kuning normal belum bab
- Kesulitan tidak ada belum bab
- Upaya mengatasi tidak ada beri suppositoria
Bak
- Frekuensi/pola lancar lancar
- Warna & bau kurang jernih kurang jernih
- Kesulitan tidak ada tidak ada
- Upaya mengatasi tidak ada tidak ada
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Upaya yg dilakukan tidak ada tidak ada
L. Pola seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit : ( √ ) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan :
( √ ) perhatian ( ) sentuhan ( ) lain-lain, seperti ;
PAGE \* MERGEFORMAT 2
2. Kegiatan agama/kepercayaan yang dilakukan dirumah (jenis & frekuensi)
:beribadah/sholat
N. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : composmentis (normal)
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/80 mmhg suhu : 36°c
Nadi : 65 x/m pernafasan : 23 x/m
c. Tinggi badan : 160 cm berat badan : 55 kg
2. Kepala dan leher
a. Kepala
Bentuk : bulat simetris massa : tidak ada
Distribusi rambut : hitam
Warna kulit kepala : sawo matang
b. Mata
Bentuk : simetris
Konjungtiva : sedikit pucat
Pupil : ( √ ) reaksi terhadap cahaya ( ) isokor ( ) miosis
Tanda-tanda radang : tidak ada
Fungsi penglihatan : ( √ ) baik ( ) kabur
Penggunaan alat bantu : ( ) ya ( √ ) tidak
c. Hidung
Bentuk : simetris
Warna : sawo matang
Pembengkakan : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada perdarahan : tidak ada
Riw. Alergi : tidak ada cara mengatasinya : tidak ada
d. Mulut dan tenggorokan
Warna bibir : pink kecoklatan
Mukosa : tidak ada
Ulkus : tidak ada
Lesi : tidak ada
Massa : tidak ada
PAGE \* MERGEFORMAT 2
warna lidah : merah muda
Perdarahan gusi : tidak ada
Karies : tidak ada
Kesulitan menelan : tidak ada
Sakit tenggorok : tidak ada
Gangguan bicara : tidak ada
e. Telinga
Bentuk : simetris
Warna : sawo matang
Lesi : tidak ada
Massa : tidak ada
Nyeri : tidak ada
Fs. Pendengaran : baik
Alat bantu pendengaran : tidak ada
f. Leher
Kekakuan : tidak ada nyeri/nyeri tekan : tidak ada
Benjolan/massa : tidak ada keterbatasan gerak : tidak ada
Vena jugularis : normal
3. Dada
Bentuk : simetris
Pergerakan dada : simetris
Nyeri/nyeri tekan : ada
Massa : tidak ada
peradangan : tidak ada
Pola nafas : tidak teratur
Jantung :
Inspeksi : simetris
Perkusi : dalness
Auskultasi : tidak ada suara tambahan
Paru – paru :
Inspeksi : pernapasan tidak teratur
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara tambahan
4. Payudara dan ketiak
PAGE \* MERGEFORMAT 2
benjolan/massa : tidak ada nyeri/nyeri tekan : tidak ada
bengkak : tidak ada kesimetrisan : simetris
5. Abdomen
Inspeksi : simetris,tidak ada jejas atau benjolan
Auskultasi : normal tidak ada suara tambahan
Palpasi : tidak ada benjolan
Perkusi : timpani
6. Genetalia
Inspeksi : tidak terkaji
Palpasi : tidak terkaji
7. Ekstremitas
Kekuatan otot : kelemahan otot
Kontraktur : tidak ada
Pergerakan : kesulitan bergerak
Deformitas : tidak ada
Pembengkakan : tidak ada
Nyeri/nyeri tekan : tidak ada
Pus/luka : tidak ada
8. Kulit
Warna : sawo matang lesi : tidak ada
Turgor : tidak ada pengisian kapiler : tidak ada
PAGE \* MERGEFORMAT 2
-Urea -33 -15-43
Radiologi
Tidak dilakukan tindakan/pengkajian
N. Terapi pengobatan
Ventolin 4x1
Bisolvon 2x1
Cefepime 2x1
Omz 2x1
Nebulazer 2x1
Infus RL 20 tpm
Oksigen 4liter\
O. Kesimpulan
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringn paru-
paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asep
rokok
…………, ……-……-20……
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Analisa data
PAGE \* MERGEFORMAT 2
keluarga.
Data objektif :
-klien tampak terbaring.
-klien tampak lemah.-
04/10/23 klien tampak dibantu Faktor psikologis
dalam beraktivitas. Defisit nutrisi
Data subjektif :
-klien mengatakan
nafsu makan berkurang
-klien mengatakan
badannya lemas.
-klien mengatakan
makanan yang
disediakan sering tidak
habis
Data objektif :
-klien tampak tidak
menghabiskan
makanannya.
-klien tampak kurus
-klien tampak lemas.
1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d ronkhi kering.
2. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d keadaan fisik lemah.
3. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis d.d cepat kenyang setelah makan.
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Intervensi keperawatan
PAGE \* MERGEFORMAT 2
hasil :
•batuk efektif meningkat
•produksi sputum cukup menurun
•mengi cukup menurun
•gelisah cukup menurun
•susah berbicara cukup menurun
•frekuensi nafas cukup membaik
•pola nafas cukup membaik
Senin
01/10/2023 Intoleransi aktifitas b.d kelemahan Setelah dilakukan intervensi
d.d keadaan fisik lemah. keperawatan selama 3 jam maka
intoleransi aktivitas meningkat
dengan hasil :
•frekuensi nadi meningkat
•saturasi oksigen meningkat
•kekuatan tubuh bagian atas
meningkat
•kekuatan tubuh bagian bawah
meningkat
•jarak berjalan cukup meningkat
•keluhan lelah cukup menurun
•perasaan lemah cukup menurun
•aritmia saat beraktivitas cukup
menurun
•frekuensi nafas membaik
•tekanan darah membaik
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Implementasi dan evaluasi keperawatan
Diagnosa
Shift Hari/tanggal Jam Implementasi Jam Evaluasi (soap) Paraf
keperawatan
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Observasi:
• manajemen jalan
nafas
• pemantauan
respirasi
Terapeutik:
• pemberian obat
inhalasi
• pengaturan posisi
• terapi oksigen
Edukasi:
• edukasi
S:klien
pengukuran
mengatakan sesak
respirasi
O:-klien tampak
• edukasi
terpasang oksigen
fisioterapi dada
4liter/menit
dalam aktivitas
Terapeutik:
• fasilitasi fokus
pada kempuan
• sepakati S: -klien
meningkatkan lemah
PAGE \* MERGEFORMAT 2
DAFTAR PUSTAKA
PAGE \* MERGEFORMAT 2