Disusun oleh :
Lilis Anggraini P27220018144
Sari Wijayanti P27220018161
Yosti Dewi Fortuna P27220018174
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Kanker Paru” dengan
sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini, banyak dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Rita Benya Adriani, SKp, MKes. selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Gerontik yang telah memberikan bimbingan dukungan dan
arahan kepada penulis dalam penulisan makalah.
2. Teman-teman Kelas 3B D4 Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta
Angkatan 22 yang telah memberikan masukan demi terselesaikannya
makalah ini.
3. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam
penulisan makalah ini.
Meski demikian, kami menyadari masih banyak sekali kekurangan dan
kekeliruan di dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penulis.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk kami sendiri khususnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................3
KONSEP TEORI........................................................................................................3
A. Pengertian.........................................................................................................3
B. Klasifikasi.........................................................................................................3
C. Anatomi dan Fisiologi Kanker Paru.................................................................4
D. Etiologi.............................................................................................................9
E. Patofisiologi......................................................................................................9
F. Pathway...........................................................................................................10
G. Manifestasi Klinis...........................................................................................11
H. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................11
I. Penatalaksanaan..............................................................................................13
J. Komplikasi......................................................................................................14
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................15
A. Pengkajian.......................................................................................................15
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................17
C. Perencanaan Keperawatan..............................................................................18
D. Implementasi...................................................................................................20
E. Evaluasi...........................................................................................................21
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................22
I. Pengkajian Asuhan Keperawatan Gerontik........................................................22
II. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................48
III. Perencanaan Keperawatan..................................................................................48
IV. Implementasi......................................................................................................51
V. Evaluasi..............................................................................................................57
BAB IV PENUTUP....................................................................................................59
A. Kesimpulan.........................................................................................................59
B. Saran...................................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan
prognosis yang sering kali buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati
dan penyembuhan hanya mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, di
mana sekitar 13% dari klien yang menjalani pembedahan mampu bertahan
selama 5 tahun. Metastasis penyakit biasanya muncul dan hanya 16% klien
yang penyebaran penyakitnya dapat dilokalisasi pada saat diagnosis.
Dikarenakan terjadinya metastasis, penatalaksanaan kanker paru sering kali
hanya berupa tindakan paliatif (mengatasi gejala) di bandingkan dengan
kuratif (penyembuhan). Di perkirakan 85% dari kanker paru terjadi akibat
merokok. Oleh karena itu pencegahan yang paling baik adalah”jangan
memulai untuk merokok” (Somantri, 2012 : 112).
Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran
pernapasan itu sendiri dari jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari
saluran pernapasan, sel kanker dapat berasal dari sel bronkus, alveolus, atau
dari sel-sel yang memproduksi mucus yang mengalami degenerasi maligna.
Karena pertumbuhan suatu proses keganasan selalu cepat dan bersifat infasif,
proses kanker tersebut selalu sudah mengenai saluran pernapasan, sel-sel
penghasil mucus, maupun jaringan ikat (Danusantoso, 2013 : 311).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian kanker paru?
2. Apa sajakah klasifikasi kanker paru?
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi kanker paru?
4. Bagaimana etiologi kanker paru?
5. Bagaimana patofisiologi dari kanker paru?
6. Bagaimanakah pathway dari kanker paru?
7. Apa sajakah manifestasi klinis kanker paru?
8. Apakah pemeriksaan penunjang pada kanker paru?
1
9. Bagaimana penatalaksanaan kanker paru?
10. Apa sajakah komplikasi dari kanker paru?
11. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pasien dengan kanker paru?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian kanker paru.
2. Mengerti klasifikasi kanker paru.
3. Mengerti anatomi dan fisiologi kanker paru.
4. Memahami etiologi kanker paru.
5. Memahami patofisiologi dari kanker paru.
6. Mengetahui pathway dari kanker paru.
7. Mengerti manifestasi klinis kanker paru.
8. Mengerti pemeriksaan penunjang pada kanker paru.
9. Mengetahui penatalaksanaan kanker paru.
10. Mengetahui komplikasi dari kanker paru.
11. Mengerti konsep asuhan keperawatan pasien dengan kanker paru.
BAB II
TINJAUAN TEORI
KONSEP TEORI
A. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru-paru
merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria
maupun wanita. Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di
dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain
yang menyebar ke paru-paru (Suryo, 2010).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau
lesi primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah
bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus (Muttaqin,
2008). Kanker paru atau karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas
primer sistem mukosa pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan
berasal dari mukosa percabangan bronkus (Nanda, 2015).
B. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul, metatase, yaitu:
1. T : T0 : tidak tampak tumor primer
T1 : diameter tumor < 3cm, dapat disertai atelektasis atau
pneumonitis, namun berjarak lebih dari 2cm dari karina, serta
belum ada efusi pleura.
T2 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah
dekat karina dan atau disertai efusi pleura
2. N : N0 : tidak didapatkan perjalaran ke kelenjar limfe regional
N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau
kontralateral
N3: terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3. M : M0 : tidak terdapat metastase jauh
M1: sudah terdapat metastase jauh ke organ-organ lain
C. Anatomi dan Fisiologi Kanker Paru
1. Anatomi
D. Etiologi
Penyebab dari kanker paru masih belum diketahui, namun diperkirakan
bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan-bahan karsiogenik merupakan
faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi
hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis
seperti kekebalan tubuh. Dari beberapa kepustakaan kebiasaan merokok
menjadi penyebab utama dan penyebab lain seperti polusi udara, diet yang
kurang mengandung (vitamin A, dan betakaronin), infeksi saluran
pernapasan kronik, dan keturunan/genetic (Nanda, 2015).
E. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala–gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat
terdengar pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur–struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
F. Pathway
Sesak nafas
Anemis Gangguan pertukaran gas
Malas makan/anoreksia Resiko syok hipovolemik
Kelelahan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Intoleransi aktivitas
H. Pemeriksaan Penunjang
1. CT-scan dan MRI
Pemeriksaan CT-scan dada lebih sensitif dibandingkan dengan foto dada
PA karena dapat mendeteksi massa ukuran 3 mm. MRI dilakukan untuk
mengetahui penyebaran tumor ke tulang belakang.
2. Foto dada secara postero-anterior
Pada foto dada PA dapat dilihat adanya gambaran massa di daerah hilus
atau parahiler atau apeks, lesi parenkim, obstruksi, kolaps di daerah
peripleura dan pembesaran mediastinum.
3. Pemeriksaan sitologi sputum
Pemeriksaan sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan
seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif
karena ia tergantung dari :
a. Letak tumor terhadap bronkus
b. Waktu pemeriksaan sputum (sputum harus segar)
Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostic kanker paru dapat dilakukan
pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal, supraklavikula,
bilasan dan sikatan bronkus pada bronkoskopi.
4. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi merupakan standar baku penegakan diagnosis
kanker paru. Pengumpulan bahannya dapat melalui bronkoskopi, biopsi
transtorakal, torakoskopi, mediastinoskopi dan torakotomi. Hasil
pemeriksaan dapat mengklasifikasikan tipe kanker. SCLC ditandai dengan
gambaran yang khas dari sel kecil mirip gandum dengan sitoplasma yang
sedikit dalam sarang-sarang atau kelompok tanpa organisasi skuamosa
atau glandular.
Pada SCC ditandai dengan variasi sel-sel neoplasma yang berkeratin yang
berdiferensiasi baik sampai dengan tumor anaplastik dengan beberapa
fokus diferensiasi. Pada adenokarsinoma ditandai dengan sel-sel kanker
berbentuk sel kelenjar dengan produksi musin dan dikelilingi dengan
jaringan desmoplastik di sekitarnya. Sedangkan pada karsinoma sel besar
menunjukkan gambaran histologi yang aneh dan tidak khas selain ketiga
jenis lainnya, bisa dalam bentuk skuamosa dan glandular dengan
diferensiasi buruk dengan seldatia, sel jernih dan varian sel berbentuk
kumparan di dalamnya.
5. Pemeriksaan serologi
Beberapa petanda kanker paru yang dipakai sebagai penunjang diagnosis
yaitu CEA (carcinoma embryonic antigen), NSE (neuron-spesific enolase)
dan Cyfra 21 -1 (Cytokeratin fragment19).
6. Pemeriksaan bone scanning
Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis ke
tulang. Insedens metastasis tumor non small cell lung cancer (NSCLC) ke
tulang dilaporkan sebesar 15 %.
I. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Penatalaksanaan keperawatan adalah Terapi Oksigen. Jika terjadi
hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigen via masker atau
nasal kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak
terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai
yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan kecemasan.
b. Monitor asupan dan keluaran serta pertahankan hidrasi.
c. Anjurkan mobilisasi secara dini.
d. Periksa tanda-tanda vital dan awasi serta laporkan bila terjadi
respirasi abnormal dan perubahan lainnya.
e. Lakukan penghisapan secret sesuai kebutuhan dan anjurkan untuk
melakukan pernapasan dalam dan batuk sesegera mungkin. Periksa
sekresi lebih sering.
2. Medis
a. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru–paru yang tidak
terkena kanker.
b. Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
c. Pneumonektomi (pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi
bisa diangkat.
d. Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
e. Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis
bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
f. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/paliatif pada tumor dengan
komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/penekanan terhadap
pembuluh darah/ bronkus.
g. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
J. Komplikasi
1. Sindrom vena kava superior
Obstruksi sebagian atau menyeluruh vena kava superior, merupakan
komplikasi potensial kanker paru, terutama ketika tumor melibatkan
mediastinum superior atau nodus limfe mediatinal.
2. Sindrom paraneoplastik biasanya berkaitan dengan kanker paru mencakup
sindrom sekresi ADH yang tidak tepat (SIADH) dengan retensi cairan,
edema, terkait ACTH abnormal dan hiperkalsemia. Tumor paru juga
dapat menghasilkan faktor prokoagulasi, meningkatkan risiko thrombosis
vena, emboli paru, dan endokarditis trombotik. Pada kanker paru, gejala
neuromuscular seperti kelemahan otot dan keletihan ekstermitas dapat
menjadi indikasi pertama penyakit.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Berisikan data identitas pasien, dan penanggung jawab meliputi nama,
alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan, nomor RM, diagnose media,
hubungan dengan pasien, data didapat dari wawancara pasien, keluarga
pasien dan catatan medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien.
b. Riwayat penyakit sekarang
Kronologi yang dialami pasien hingga masuk rumah sakit.
c. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mempunyai penyakit yang sama atau penyakit
lain.
d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga mempunyai penyakit yang sama atau mempunyai
penyakit keturunan.
3. Riwayat kematian dalam keluarga 1 tahun terakhir
4. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
5. Aktivitas rekreasi
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Persepsi
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan.Gambaran
kesehatan secara umum dan saat ini, gambaran terhadap sakit,
penyebab dan penangan yang dilakukan
b. Nutrisi
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit,
nafsu makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir,
kesulitan menelan, mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi.
Gambaran yang biasa dimakan (pagi, siang, sore), gambaran nafsu
makan.
c. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kandung kemih dan kulit.
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urine, adakah masalah
dalam proses miksi, apakah menggunakan alat bantu, gambaran pola
BAB, karakteristik feses, bau badan, keringat berlebih, lesi dan
prunitus.
d. Personal hygiene
Menggambarkan pola kebersihan diri, meliputi mandi, oral hygiene,
cuci rambut dan kebersihan kuku serta tangan.
e. Istirahat dan tidur
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level
energi.Berapa lama tidur di malam hari, jam berapa tidur-bangun,
apakah terasa efektif, adakah kebiasaan sebelum tidur, apakah
mengalami kesulitan dalam tidur.
f. Kebiasaan mngisi waktu luang
g. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
h. Kronologi kegiatan sehari-hari
7. Psikologis
a. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
c. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
d. Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
e. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
f. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
g. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
h. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir,
alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan
masalah.
8. Sosial
Mencakup dukungan keluarga, hubungan antar penghuni dan hubungan
dengan orang lain.
9. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik meliputi:
a. Keadaan umum pasien
b. GCS
c. Tanda-tanda vital
d. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
e. Pemeriksaan antropometri (TB, BB, LiLa, IMT)
10. Data Penunjang
Digunakan sebagai data tambahan untuk menegakkan diagnosa
keperawatan agar lebih tepat. Data penunjang meliputi data pemeriksaan
Laboratorium maupun pemeriksaan radiologi.
11. Pengkajian Khusus
a. SPMSQ (Short Portable Status Quesioner)
b. MMSE (Mini Mental State Examinination)/ Deteksi kepikunan
c. Status Fungsional (Modifikasi Indeks Kemandirian Katz)
d. Status psikologis (Skala Depresi Geriatrik Yasavage, 1983)
e. MFS (Morse Fall Scale) / Skala Jatuh dari Morse
f. Inventaris depresi Beck
g. APGAR Keluarga
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan.
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Distres spiritual b.d menjelang ajal.
4. Ansietas b.d ancaman terhadap kematian.
C. Perencanaan Keperawatan
No.
Tujuan & KH Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan O: Kaji fungsi 1. Mengetahui pola
keperawatan selama 3 x 24 pernapasan (bunyi napas pasien
jam diharapkan masalah napas, kecepatan 2. Mengurangi sesak
bersihan jalan nafas teratasi irama) napas pada pasien
dengan kriteria hasil : N: 3. Membantu
1. TTV dalam rentang - Berikan O2 dengan mempermudah
normal menggunakan nasal pengeluaran sekret
TD : (100/70- 130/90 - Posisikan pasien 4. Mempercepat proses
mmHg) semifowler penyembuhan
HR : 60-100 x/menit E: Ajarkan batuk
RR : 18-24 x/menit efektif pada pasien
S : 36,5-37,5 °C C: Kolaborasi dengan
2. Pasien dapat dokter dalam
mengeluarkan secret pemberian obat
3. Tidak ada suara napas (nebulizer)
tambahan, sianosis, dan
dyspneu
4. Pasien dapat
mendemonstrasikan batuk
efektif
2 Setelah dilakukan tindakan O: Identifikasi defisit 1. Untuk mengetahui
selama 3 x 24 jam diharapkan tingkat aktivitas kondisi
intoleransi aktivitas teratasi N: Monitor respon perkembangan
dengan kriteria hasil: emosional, fisik, pasien, Untuk
1. Berpartisipasi dalam sosial, dan spiritual mengetahui kondisi
aktivitas fisik tanpa disertai terhadap aktivitas, perkembangan
peningkatan tekanan darah, Fasilitasi aktivitas pasien
nadi, dan RR. fisik rutin 2. Untuk meningkatkan
(perawatan diri) kondisi
E: Anjurkan keluarga perkembangan
untuk memberi pasien
penguatan positif 3. Untuk meningkatkan
atas partisipasi kondisi
dalam aktivitas perkembangan
C: Kolaborasi dengan pasien dan mampu
okupasi terapi dalam melakukan aktivitas
merencanakan dan 4. Untuk meningkatkan
memonitor program kondisi
aktivitas perkembangan
pasien dan mampu
melakukan aktivitas
3 Setelah dilakukan tindakan 3 x O: Identifikasi 1. Untuk mengetahui
24 jam, pasien diharapkan perasaan khawatir, perasaan pasien
mampu mengontrol distress kesepian, dan 2. Untuk menjalin
spiritual dengan kriteria hasil: ketidakberdayaan kepercayaan dengan
1. Verbalisasi makna dan N: - Berikan pasien
tujuan hidup meningkat kesempatan 3. Untuk mengurangi
2. Verbalisasi kepuasan mengekspresikan kegelisahan pasien
terhadap makna hidup perasaan tentang 4. Mempercepat proses
meningkat penyakit dan penyembuhan
3. Verbalisasi perasaan kematian
keberdayaan meningkat - Yakinkan bahwa
4. Perilaku marah pada tuhan perawat bersedia
menurun mendukung selama
5. Kemampuan beribadah masa
membaik ketidakberdayaan
6. TTV selalu dalam batas E: - Anjurkan
normal berinteraksi dengan
TD : (100/70- 130/90 keluarga, teman,
mmHg) dan/ orang lain,
HR : 60-100 x/menit - Ajarkan metode
RR : 18-24 x/menit relaksasi,
S : 36,5-37,5 °C meditasi, dan
imajinasi
terbimbing
C: Kolaborasi dengan
rohaniawan
(seperti: ustadz,
pendeta, romo,
biksu)
4. Setelah dilakukan asuhan O: Kaji tingkat dan 1. Mengetahui tingkat
keperawatan selama 3 x 24 penyebab ansietas, kecemasan pasien
jam diharapkan ansietas pasien Pantau tekanan 2. Memberikan
berkurang dengan kriteria darah dan nadi ketenangan bagi
hasil: sesuai indikasi pasien
1. TTV normal N: Berikan lingkungan 3. Mengurangi
2. Pasien dapat yang tenang dan kecemasan pasien
mengungkapkan perasaan nyaman untuk 4. Mempercepat proses
cemasnya. pasien penyembuhan
3. Lingkungan sekitar E: Anjurkan klien
pasien tenang dan mengungkapkan
kondusif perasaannya
C: Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian perawatan
D. Implementasi
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan
berupa tindakan asuhan keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (intervensi) keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain
dengan hasil :
1. Tanda–tanda vital dalam rentang normal.
2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tanda-tanda
vital.
3. Kemampuan beribadah membaik dan makna dan tujuan hidup meningkat.
4. Mengurangi kecemasan pasien.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Klien
Nama Tn. S
Tempat/tgl lahir Pacitan, 14 Juli 1950
Jenis Kelamin Laki-laki
Status Perkawinan Kawin
Agama Islam
Suku Jawa
Pendidikan SMA
Pekerjaan Purn. TNI
Alamat Rumah Kebonagung, Pacitan, Jawa Timur
Diagnosa Medis Kanker Paru
Keterangan :
= laki-laki = laki-laki meninggal = anggota yang tinggal serumah
= perempuan = perempuan meninggal = klien
6. Aktivitas Rekreasi
Hobi Klien mengatakan mempunyai hobby
memancing
Bepergian/wisata Klien mengatakan bila lebih suka berwisata
bersama keluarga ke alam.
Keanggotaan Organisasi Klien mengatakan tidak mengikuti
organisasi apapun di desanya.
Lain-lain -
B. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Persepsi lansia
Persepsi lansia terhadap Klien mengatakan kesehatan adalah
sehat – sakit anugerah luar biasa dari Allah sehingga klien
bisa beraktivitas. Bila sakit klien merasa
tidak nyaman, sering merasa cemas, dan
takut akan penyakitnya dan kematian yang
sewaktu-waktu akan dihadapinya.
2. Nutrisi
Frekuensi makan Makan sesuai dengan jadwal RS dengan
frekuensi 2-3 sendok makan dari porsi
RS.
Nafsu makan Keluarga Klien mengatakan klien nafsu
makannya berkurang karena sering
merasa pusing, terasa mual dan muntah.
Jenis makanan Keluarga Klien mengatakan makan
dengan nasi, sayur, dan lauk pauk atau
sesuai porsi RS.
Kebiasaan sebelum makan Keluarga Klien mengatakan terkadang
sebelum makan pasien minum air teh
hangat atau air putih.
Makanan yang tidak disukai Keluarga Klien mengatakan makanan
yang tidak disukai tidak ada.
Alergi makanan Keluarga Klien mengatakan tidak ada
alergi makanan.
Pantangan makanan Keluarga Klien mengatakan tidak ada
makanan pantangan.
Keluhan yang berhubungan -
dengan makanan
3. Eliminasi
a. Buang Air Besar (BAB)
Frekuensi & waktu Keluarga Klien mengatakan BAB 1x dalam
sehari, pada pagi hari, klien memakai popok.
Konsistensi Keluarga Klien mengatakan konsistensi lunak,
bau khas feses, feses berwarna kuning
kecoklatan.
Keluhan BAB Keluarga Klien mengatakan belum pernah
mengalami keluhan.
Pengalaman memakai Keluarga Klien mengatakan belum pernah
pencahar memakai pencahar.
4. Personal hygiene
a. Mandi
Frekuensi Keluarga Klien mengatakan mandi (dilap)
sehari 2x.
Waktu Keluarga Klien mengatakan mandi (dilap) pada
pagi dan sore hari.
Pemakaian sabun Klien mengatakan jika mandi memakai sabun.
b. Oral hygiene
Frekuensi & waktu sikat gigi Keluarga Klien mengatakan sikat gigi 1x
sehari.
Menggunakan pasta gigi Klien mengatakan jika sikat gigi
menggunakan pasta gigi.
c. Cuci rambut
Frekuensi Keluaraga Klien mengatakan mencuci
rambut klien 2x dalam seminggu.
Penggunaan shampo Keluarga Klien mengatakan jika
(ya/tidak) mencuci rambut menggunakan shampo.
C. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
Keluhan utama Klien mengatakan sesak napas dan batuk berdahak,
badan terasa lemas, mual dan muntah, cemas dan
khawatir penyakitnya tidak kunjung sembuh dan
putus asa.
Gejala yang dirasakan Klien mengatakan sesak napas, batuk, tidak nafsu
makan, penurunan berat badan, dan cepat letih,
sering melamun.
Faktor pencetus Klien mengatakan sesak terasa saat bernapas.
Timbul keluhan Klien mengatakan saat sesak rasanya seperti
secara tertekan, dan rasanya sudah tidak berdaya.
Waktu timbulnya Klien mengatakan saat sakit terasa, klien akan
keluhan istirahat sejenak.
Upaya mengatasi Saat penyakit kambuh klien hanya bisa berbaring di
penyakit tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu
oleh keluarganya, sering bercerita kepada keluarga.
Total skor 30 24
Interprestasi :
Skor 0 – 10 : demensia berat
Skor 11 – 17 : demensia sedang
Skor 18 – 23 : demensia ringan
Skor 24 – 30 : normal (√)
3. Status Fungsional (Modifikasi Kemandirian Katz)
Modifikasi Indeks kemandirian Katz
Pengkajian status fungsional berdasarkan kemandirian lansia dlm
menjalankan aktifitas sehari-hari. Kemandirian berarti tanpa
pengawasan, pengarahan/ bantuan orang lain. Pengkajian ini
berdasarkan pada kondisi aktual lansia dan bukan pada kemampuan
(artinya jika klien menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap
tidak melakukan fungsi meskipun sebenarnya mampu).
Mandiri Tergantung
No. Aktivitas
(nilai 1) (nilai 0)
1. Mandi dikamar mandi (gosok gigi, 1
membersihkan, dan mengeringkan
badan)
2. Menyiapkan pakaian, membuka & 1
mengenakan pakaian
3. Memakan makanan yg sdh disiapkan 1
4. Memelihara kebersihan diri utk 1
penempilan diri (menyisir rambut,
mencuci rambut, mencukur kumis)
5. BAB di WC (membersihkan & 1
mengeringkan daerah bokong)
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses 0
7. BAK di kamar mandi (membersihkan 1
& mengeringkan daerah kemaluan)
8. Dapat mengontrol pengeluaran air 1
kemih
9. Berjalan dilingkungan tempat tinggal 1
tanpa alat bantu (tongkat)
10. Menjalankan ibadah sesuai Agama 1
11. Melakukan pekerjaan rumah 0
(merapihkan tempat tidur,memasak,
mencuci dll)
12. Belanja utk kebutuhan sendiri/ 0
keluarga
13. Mengelola keuangan (menyimpan, 1
menggunakan sendiri)
14. Menggunakan transpotasi umum utk 0
pergi
15. Menyiapkan obat & minum obat sesuai 0
aturan (dosis, waktu)
16. Merencanakan & mengambil 0
keputusan utk kepentingan penggunaan
uang, aktifitasan sosial yg dilakukan &
kebutuhan pelayanan kesehatan
17. Melakukan aktifitas di waktu luang 1
(kegiatan keagamaan, social, rekreasi,
olah raga, & menyalurkan hoby)
Jumlah nilai mandiri 11
Analisa hasil :
Skor 13 – 17 : mandiri
Skor 0 – 12 : ketergantungan (√)
Penjelasan Status Fungsional:
Pengkajian ini menggunakan indeks kemandirian utk aktivitas
kehidupan sehari-hari yg berdasarkan pd evaluasi fungsi mandiri/
tergantung dari klien dlm hal (makan, kontinen BAB/BAK, berpindah,
kekamar kecil, kamar mandi, berpakaian).
Indeks Keterangan
kemandirian
A Kemandirian dlm hal makan, kontinen (bab/bak),
berpindah, ke kamar kecil, mandi, dan berpakain
B Kemandirian dlm semua hal, kecuali 1 fungsi tsb
C Kemandirian dlm semua hal, kecuali mandi & 1
fungsi tambahan
D Kemandirian dlm semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, & 1 fungsi tambahan
E Kemandirian dlm semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, & 1 fungsi tambahan
F Kemandirian dlm semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah, & 1 fungsi
tambahan ketergantungan pd ke 6 fungsi tsb
G Kemandirian dlm semua hal
Lain-lain Tergantung pd sedikitnya 2fungsi, tetapi tdk dpt
diklasifikasikan sbg C, D, E, & F
Keterangan
Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan
Tidak beresiko 0 – 24 Perawatan dasar
Resiko rendah 25 – 50 Pelaksanaan Intervensi pencegahan
jatuh standar
Resiko tinggi > 51 Pelaksanaan Intervensi pencegahan
jatuh resiko tinggi √
7. APGAR Keluarga
SKOR
Tdk
No. FUNGSI URAIAN
Selalu Kadang2 pernah
(0)
1. ADAPTATION Saya puas bahwa √
saya dpt kembali pd
keluarga /teman-
teman saya utk
membantu pd waktu
sesuatu
menyusahkan saya
2. PARTNERSHIP Saya puas dg cara √
klg/ teman-teman
saya membicarakan
sesuatu dg saya dan
mengungkapkan
masalah pd saya
3. GROWTH Saya puas dg cara √
keluarga/ temen-
teman saya,
menerima &
mendukung
keininan saya utk
melakukan aktifitas/
arah baru
4. AFECTION Saya puas dg cara √
keluarga/ teman-
teman saya,
mengekpresikan
afek & berespon
thdp emosi saya
seperti : marah,
sedih, mencintai
5. RESOLVE Saya puas dg cara √
keluarga/ temen-
temen saya, dpt
menyediakan waktu
bersama-sama
Nilai Total 9
C. Analisis Data
Data Fokus Etiologi Problem
DS: Pasien mengatakan sesak Sekresi yang Bersihan jalan nafas
napas dan batuk berdahak, tertahan tidak efektif
dahak susah keluar
DO: Pasien tampak letih, susah
bernafas, pasien tampak
menggunakan alat bantu
oksigen, terpasang selang
WSD di ICS 6-7 sinistra
TTV: TD: 130/90 mmHg, N:
112 x/menit, RR: 36
x/menit, S: 38°C
DS: - Pasien mengatakan jika Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
berjalan mudah lelah antara suplai dan
- Pasien mengatakan jika kebutuhan oksigen
berjalan atau melakukan
aktivitas dadanya suka
sesak
DO: - Pasien tampak lemah,
hanya berbaring
- Pasien tampak dibantu
keluarga dalam semua
memenuhi kebutuhannya
DS: - Pasien mengatakan tuhan Menjelang ajal Distres spiritual
jahat dan tidak
menyembuhkan
penyakitnya
- Pasien mengatakan sudah
putus asa dan tidak mau
beribadah lagi karena sia-
sia
- Pasien mengatakan
hidupnya tidak bermakna
DO: - Pasien tampak menolak
berinteraksi dengan orang
terdekat/pemimpin
spiritual
- Pasien tidak berminat
untuk beribadah
- Pasien sering marah-
marah dan kesal dengan
Tuhan
DS: - Pasien mengatakan cemas Ancaman terhadap Ansietas
akan penyakitnya yang kematian
semakin hari semakin
parah
- Pasien mengatakan
merasa takut akan
penyakitnya dan kematian
DO: - Pasien tampak gelisah,
sering melamun
- Pasien tampak cemas
akan penyakitnya
- TTV: TD: 130/90 mmHg,
N: 112 x/menit, RR: 36
x/menit, S: 38°C
IV. Implementasi
No.
Hari/tgl Implementasi Respon TTD
Dx
Selasa, 1,2, Monitor tekanan DS: Pasien mengatakan bersedia
16 3,4 darah, nadi, dan DO:
Februari status pernafasan TTV : TD : 130/90 mmHg
2021 dengan tepat N : 112 x/menit
RR : 36 x/menit
S : 38 °C
1 Memberikan O2 DS: Pasien mengatakan bersedia
dengan dan mengatakan merasa
menggunakan nasal nyaman dengan posisi
dan posisikan pasien setengah duduk
semifowler DO: Pasien tampak lemah,
menggunakan alat bantu
pernafasan, RR: 36 x/menit
2 Mengobservasi DS: Pasien mengatakan apabila
defisit tingkat ingin berjalan merasa mudah
aktivitas lelah, saat melakukan
aktivitasnya dadanya sering
sesak dan aktivitas dibantu
oleh keluarga
DO : Pasien tampak lemah, hanya
berbaring, pasien dibantu
keluarga dalam semua
memenuhi kebutuhannya
3 Mengobservasi DS: Pasien mengatakan sudah
perasaan khawatir, putus asa dan tidak mau
kesepian, dan beribadah lagi karena sia-sia,
ketidakberdayaan merasa hidup tidak bermakna
DO: Pasien tampak tidak berminat
untuk beribadah, pasien sering
marah dan kesal dengan
Tuhan
4 Mengobservasi DS : Pasien mengatakan merasa
tingkat dan cemas akan penyakit yang
penyebab ansietas semakin parah, dan takut akan
kematian
DO : Pasien tampak gelisah, sering
melamun, dan cemas akan
penyakitnya
1 Berkolaborasi DS: Pasien mengatakan sudah
dengan dokter pernah di nebulizer
dalam pemberian DO: Pasien tampak sudah terbiasa
obat (nebulizer)
2 Menganjurkan DS: Keluarga pasien mengatakan
keluarga untuk bersedia membantu memenuhi
memberi penguatan kebutuhan dan merawat
positif atas pasien
partisipasi dalam DO: Keluarga pasien tampak
aktivitas memberi penguatan positif
agar pasien cepat sembuh
3 Memberikan DS: Pasien mengatakan Tuhan
kesempatan jahat dan tidak
mengekspresikan menyembuhkan penyakitnya.
perasaan tentang Khawatir akan penyakitnya
penyakit dan yang tidak kunjung sembuh
kematian dan semakin parah
DO: Pasien tampak kesal dan
gelisah, tidak berminat untuk
beribadah dan menolak
berinteraksi dengan orang
terdekat/pemimpin spiritual
A. Kesimpulan
Kanker paru atau karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas
primer sistem mukosa pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan
berasal dari mukosa percabangan bronkus. Kanker paru dikelompokkan
berdasarkan tumor, nodul, dan metatase. Paru-paru merupakan alat
pernapasan utama dengan saluran nafas yang dilalui udara yaitu hidung,
faring, larings, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Faktor penyebab
kanker paru belum diketahui, namun dari beberapa kepustakaan yang
menjadi penyebab utama adalah kebiasaan merokok. Adapun manifestasi
klinis pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala
klinis. Selain itu, bila sudah menunjukkan gejala berarti pasien sudah dalam
stadium lanjut. Ada beberapa pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
mendeteksi kanker paru yaitu diantaranya dengan CT-scan dan MRI, foto
dada secara postero-anterior, pemeriksaan sitologi sputum, pemeriksaan
histopatologi, pemeriksaan serologi, serta pemeriksaan bone scanning.
Dalam penatalaksanaan kanker paru dalam keperawatan dan medis salah
satunya yaitu dengan terapi oksigen dan kemoterapi. Kanker paru dapat
menimbulkan komplikasi seperti sindrom vena kava superior dan sindrom
paraneoplastik.
B. Saran
1. Bagi penulis
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran mengenai pembahasan makalah di atas tentang kanker paru.
2. Bagi pembaca
Diharapkan melalui makalah ini pembaca dapat menambah ilmu serta
wawasannya mengenai proses asuhan keperawatan pada lansia yang
menderita kanker paru.
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma.. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid 1. Jogjakarta:
Media Action.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.