Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA LANSIA DENGAN KANKER PARU


Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Penilaian Semester Genap
Dosen Pembimbing : Dr. Rita Benya Adriani, SKp, MKes.

Disusun oleh :
Lilis Anggraini P27220018144
Sari Wijayanti P27220018161
Yosti Dewi Fortuna P27220018174

PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Kanker Paru” dengan
sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini, banyak dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Rita Benya Adriani, SKp, MKes. selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Gerontik yang telah memberikan bimbingan dukungan dan
arahan kepada penulis dalam penulisan makalah.
2. Teman-teman Kelas 3B D4 Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta
Angkatan 22 yang telah memberikan masukan demi terselesaikannya
makalah ini.
3. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam
penulisan makalah ini.
Meski demikian, kami menyadari masih banyak sekali kekurangan dan
kekeliruan di dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penulis.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk kami sendiri khususnya.

Surakarta, 07 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................3
KONSEP TEORI........................................................................................................3
A. Pengertian.........................................................................................................3
B. Klasifikasi.........................................................................................................3
C. Anatomi dan Fisiologi Kanker Paru.................................................................4
D. Etiologi.............................................................................................................9
E. Patofisiologi......................................................................................................9
F. Pathway...........................................................................................................10
G. Manifestasi Klinis...........................................................................................11
H. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................11
I. Penatalaksanaan..............................................................................................13
J. Komplikasi......................................................................................................14
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................15
A. Pengkajian.......................................................................................................15
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................17
C. Perencanaan Keperawatan..............................................................................18
D. Implementasi...................................................................................................20
E. Evaluasi...........................................................................................................21
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................22
I. Pengkajian Asuhan Keperawatan Gerontik........................................................22
II. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................48
III. Perencanaan Keperawatan..................................................................................48
IV. Implementasi......................................................................................................51
V. Evaluasi..............................................................................................................57
BAB IV PENUTUP....................................................................................................59
A. Kesimpulan.........................................................................................................59
B. Saran...................................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan
prognosis yang sering kali buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati
dan penyembuhan hanya mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, di
mana sekitar 13% dari klien yang menjalani pembedahan mampu bertahan
selama 5 tahun. Metastasis penyakit biasanya muncul dan hanya 16% klien
yang penyebaran penyakitnya dapat dilokalisasi pada saat diagnosis.
Dikarenakan terjadinya metastasis, penatalaksanaan kanker paru sering kali
hanya berupa tindakan paliatif (mengatasi gejala) di bandingkan dengan
kuratif (penyembuhan). Di perkirakan 85% dari kanker paru terjadi akibat
merokok. Oleh karena itu pencegahan yang paling baik adalah”jangan
memulai untuk merokok” (Somantri, 2012 : 112).
Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran
pernapasan itu sendiri dari jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari
saluran pernapasan, sel kanker dapat berasal dari sel bronkus, alveolus, atau
dari sel-sel yang memproduksi mucus yang mengalami degenerasi maligna.
Karena pertumbuhan suatu proses keganasan selalu cepat dan bersifat infasif,
proses kanker tersebut selalu sudah mengenai saluran pernapasan, sel-sel
penghasil mucus, maupun jaringan ikat (Danusantoso, 2013 : 311).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian kanker paru?
2. Apa sajakah klasifikasi kanker paru?
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi kanker paru?
4. Bagaimana etiologi kanker paru?
5. Bagaimana patofisiologi dari kanker paru?
6. Bagaimanakah pathway dari kanker paru?
7. Apa sajakah manifestasi klinis kanker paru?
8. Apakah pemeriksaan penunjang pada kanker paru?

1
9. Bagaimana penatalaksanaan kanker paru?
10. Apa sajakah komplikasi dari kanker paru?
11. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pasien dengan kanker paru?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian kanker paru.
2. Mengerti klasifikasi kanker paru.
3. Mengerti anatomi dan fisiologi kanker paru.
4. Memahami etiologi kanker paru.
5. Memahami patofisiologi dari kanker paru.
6. Mengetahui pathway dari kanker paru.
7. Mengerti manifestasi klinis kanker paru.
8. Mengerti pemeriksaan penunjang pada kanker paru.
9. Mengetahui penatalaksanaan kanker paru.
10. Mengetahui komplikasi dari kanker paru.
11. Mengerti konsep asuhan keperawatan pasien dengan kanker paru.
BAB II
TINJAUAN TEORI

KONSEP TEORI

A. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru-paru
merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria
maupun wanita. Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di
dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain
yang menyebar ke paru-paru (Suryo, 2010).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau
lesi primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah
bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus (Muttaqin,
2008). Kanker paru atau karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas
primer sistem mukosa pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan
berasal dari mukosa percabangan bronkus (Nanda, 2015).

B. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul, metatase, yaitu:
1. T : T0 : tidak tampak tumor primer
T1 : diameter tumor < 3cm, dapat disertai atelektasis atau
pneumonitis, namun berjarak lebih dari 2cm dari karina, serta
belum ada efusi pleura.
T2 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah
dekat karina dan atau disertai efusi pleura
2. N : N0 : tidak didapatkan perjalaran ke kelenjar limfe regional
N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau
kontralateral
N3: terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3. M : M0 : tidak terdapat metastase jauh
M1: sudah terdapat metastase jauh ke organ-organ lain
C. Anatomi dan Fisiologi Kanker Paru
1. Anatomi

Paru-Paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi


rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah dipisahkan
oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang
terletak didalam mediastinum. Paru-paru adalah organ yang berbentuk
kerucut dengan apeks (puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi
daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas
landai rongga toraks, di atas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan
luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampak
paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan
yang menutupi sebagian sisi depan jantung.
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, larings,
trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem
yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke
alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan
kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui
batuk ataupun bersin. Anatomi sistem pernafasan antara Lain :
a. Saluran pernafasan bagian atas:
1) Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat
banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir
disekresi secara terus menerus oleh sel–sel goblet yang melapisi
permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke
nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring
kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke
dalam paru-paru.
2) Faring
Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan
rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region;
nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah
untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.
3) Laring
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring
dan trakhea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan
terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah
dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
b. Saluran pernafasan bagian bawah :
1) Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu
kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea
bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai
karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan
bronko spasme dan batuk yang kuat jika dirangsang.
2) Bronkus
Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan
lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang
arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih
sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang
lebih tajam. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang
menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus segmentaliis.
Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel–sel yang permukaannya
dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi
untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju
laring.
3) Bronkiolus
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus
terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia.
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan
jalan udara pertukaran gas.
4) Alveoli Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga
jenis sel–sel alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang
membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel–sel yang aktif
secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang
melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel–
sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan penting.
5) Alveoulus
Struktur anatomi yang memiliki bentuk yang berongga. Terdapat
pada parenkim paru-paru, yang merupakan ujung dari pernapasan,
dimana kedua sisi merupakan tempat pertukaran darah.
6) Paru-paru Merupakan alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelombung hawa, alveoli).
2. Fisiologi
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih
tekanan yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik
otot-otot. Seperti yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai
penembus. Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena
diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu
sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot seratus,
skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga (Price,1994)
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat
elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis
eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke
atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang.
Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun
tekanan intrapulmonal.
Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik,
sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan
atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi (Price,1994) Tahap
kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi
membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 µm).
Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial
antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada
permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg.
Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka
tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar 103
mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa
udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomic
saluran udara dan dengan uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida
antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah menyebabkan
karbondioksida berdifusi ke dalam alveolus. Karbondioksida ini kemudian
dikeluarkan ke atmosfir (Price,1994).
Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan
oksigen di kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25
detik dari total waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan
kesan bahwa paru-paru normal memiliki cukup cadangan waktu difusi.
Pada beberapa penyakit misal; fibosis paru, udara dapat menebal dan
difusi melambat sehingga ekuilibrium mungkin tidak lengkap, terutama
sewaktu berolahraga dimana waktu kontak total berkurang. Jadi, blok
difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak diakui sebagai
faktor utama.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan
metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke
alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar
melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau
pernapasan eksterna :
a. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
b. Arus darah melalui paru–paru.
c. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam
jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.
d. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2
lebih mudah berdifusi drpd oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang
meninggalkan paruparu menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu
gerak badan, lebih banyak darah datang di paru–paru membawa terlalu
banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat
dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini
merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan
dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini mngeluarkan CO2
dan memungut lebih banyak O2.
Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah
menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari
seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak
sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk
memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai
gantinya, yaitu karbon dioksida. Perubahan–perubahan berikut terjadi
pada komposisi udara dalam alveoli, yang disebabkan pernapasan
eksterna dan pernapasan interna atau pernapasan jarigan. Udara (atmosfer)
yang di hirup: Nitrogen (79 %), Oksigen ( 20 %), Karbon dioksida ( 0-0,4
%). Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembapan
atmosfer. Udara yang dihembuskan: Nitrogen (79 %), Oksigen (16%),
Karbon dioksida (4-0,4 %).
Daya muat udara oleh paru-paru. Besar daya muat udara oleh paru–
paru adalah 4.500 ml sampai 5000 ml atau 41/2 sampai 5 liter udara.
Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10nya atau 500 ml adalah
udara pasang surut (tidal air), yaitu yang di hirup masuk dan dihembuskan
keluar pada pernapasan biasa dengan tenang. Kapasitas vital. Volume
udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan
napas paling kuat disebut kapasitas vital paru-paru. Diukurnya dengan alat
spirometer. Pada seorang laki-laki, normal 4-5 liter dan pada seorang
perempuan, 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-paru,
penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan kelemahan
otot pernapasan.

D. Etiologi
Penyebab dari kanker paru masih belum diketahui, namun diperkirakan
bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan-bahan karsiogenik merupakan
faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi
hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis
seperti kekebalan tubuh. Dari beberapa kepustakaan kebiasaan merokok
menjadi penyebab utama dan penyebab lain seperti polusi udara, diet yang
kurang mengandung (vitamin A, dan betakaronin), infeksi saluran
pernapasan kronik, dan keturunan/genetic (Nanda, 2015).

E. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala–gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat
terdengar pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur–struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
F. Pathway

Bahan karsinogenik Merokok, bahaya industry, Nyeri


mengendap karena diet & familial Ansietas
perokok yang < Vit. A Defisiensi pengetahuan
Perubahan epitel silia dan
mukosa/ulserasi bronkus Karsinoma sel besr Penyerbaran neoplastik
kemediastinum timbul
karena pleuritik
Hiperplasi, metaplasi KANKER PARU-PARU

Adenokarsinoma Karsinoma sel skuamosa, Iritasi, ulserasi,


karsinoma bronkus menjadi pneumoni
berkemmbang maka batuk
Mengandung mucus >> timbul lebih sering
Himoptisis
Menyumbat jalan nafas Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas

Sesak nafas
Anemis Gangguan pertukaran gas
Malas makan/anoreksia Resiko syok hipovolemik

Kelelahan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Intoleransi aktivitas

Karsinoma sel bronkial Ketidakefektifan pola


alveolus Dipsnea ringan
nafas

Membesar/metastase Obstruksi bronkus

Sumber : Edisi Revisi Jilid 1 NANDA NIC NOC, 2015


G. Manifestasi Klinis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala
klinis. Bila sudah menunjukkan gejala berarti pasien sudah dalam stadium
lanjut.
1. Gejala dapat bersifat local( tumor tumbuh setempat) :
a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Hemoptisis
c. Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas
d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
2. Invasi lokal
a. Nyeri dada
b. Dispnea karena efusi pleura
c. Sindrom vena cava superior
3. Gejala penyakit metastasi
a. Pada otak, tulang, hati, adrenal
b. Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastasis)
4. Sindrom paraneoplastik (terdapat pada 10 % kanker paru) dengan gejala :
a. Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
b. Hematologi : leukositosi, anemia
c. Neurologic : ataksia, tremor
d. Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalasemia)
5. Asimtomatik dengan kelainan radiologis
a. Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi
secara radiologis
b. Kelainan berupa nodul soliter

H. Pemeriksaan Penunjang
1. CT-scan dan MRI
Pemeriksaan CT-scan dada lebih sensitif dibandingkan dengan foto dada
PA karena dapat mendeteksi massa ukuran 3 mm. MRI dilakukan untuk
mengetahui penyebaran tumor ke tulang belakang.
2. Foto dada secara postero-anterior
Pada foto dada PA dapat dilihat adanya gambaran massa di daerah hilus
atau parahiler atau apeks, lesi parenkim, obstruksi, kolaps di daerah
peripleura dan pembesaran mediastinum.
3. Pemeriksaan sitologi sputum
Pemeriksaan sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan
seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif
karena ia tergantung dari :
a. Letak tumor terhadap bronkus
b. Waktu pemeriksaan sputum (sputum harus segar)
Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostic kanker paru dapat dilakukan
pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal, supraklavikula,
bilasan dan sikatan bronkus pada bronkoskopi.
4. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi merupakan standar baku penegakan diagnosis
kanker paru. Pengumpulan bahannya dapat melalui bronkoskopi, biopsi
transtorakal, torakoskopi, mediastinoskopi dan torakotomi. Hasil
pemeriksaan dapat mengklasifikasikan tipe kanker. SCLC ditandai dengan
gambaran yang khas dari sel kecil mirip gandum dengan sitoplasma yang
sedikit dalam sarang-sarang atau kelompok tanpa organisasi skuamosa
atau glandular.
Pada SCC ditandai dengan variasi sel-sel neoplasma yang berkeratin yang
berdiferensiasi baik sampai dengan tumor anaplastik dengan beberapa
fokus diferensiasi. Pada adenokarsinoma ditandai dengan sel-sel kanker
berbentuk sel kelenjar dengan produksi musin dan dikelilingi dengan
jaringan desmoplastik di sekitarnya. Sedangkan pada karsinoma sel besar
menunjukkan gambaran histologi yang aneh dan tidak khas selain ketiga
jenis lainnya, bisa dalam bentuk skuamosa dan glandular dengan
diferensiasi buruk dengan seldatia, sel jernih dan varian sel berbentuk
kumparan di dalamnya.
5. Pemeriksaan serologi
Beberapa petanda kanker paru yang dipakai sebagai penunjang diagnosis
yaitu CEA (carcinoma embryonic antigen), NSE (neuron-spesific enolase)
dan Cyfra 21 -1 (Cytokeratin fragment19).
6. Pemeriksaan bone scanning
Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis ke
tulang. Insedens metastasis tumor non small cell lung cancer (NSCLC) ke
tulang dilaporkan sebesar 15 %.

I. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Penatalaksanaan keperawatan adalah Terapi Oksigen. Jika terjadi
hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigen via masker atau
nasal kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak
terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai
yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan kecemasan.
b. Monitor asupan dan keluaran serta pertahankan hidrasi.
c. Anjurkan mobilisasi secara dini.
d. Periksa tanda-tanda vital dan awasi serta laporkan bila terjadi
respirasi abnormal dan perubahan lainnya.
e. Lakukan penghisapan secret sesuai kebutuhan dan anjurkan untuk
melakukan pernapasan dalam dan batuk sesegera mungkin. Periksa
sekresi lebih sering.
2. Medis
a. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru–paru yang tidak
terkena kanker.
b. Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
c. Pneumonektomi (pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi
bisa diangkat.
d. Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
e. Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis
bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
f. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/paliatif pada tumor dengan
komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/penekanan terhadap
pembuluh darah/ bronkus.
g. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

J. Komplikasi
1. Sindrom vena kava superior
Obstruksi sebagian atau menyeluruh vena kava superior, merupakan
komplikasi potensial kanker paru, terutama ketika tumor melibatkan
mediastinum superior atau nodus limfe mediatinal.
2. Sindrom paraneoplastik biasanya berkaitan dengan kanker paru mencakup
sindrom sekresi ADH yang tidak tepat (SIADH) dengan retensi cairan,
edema, terkait ACTH abnormal dan hiperkalsemia. Tumor paru juga
dapat menghasilkan faktor prokoagulasi, meningkatkan risiko thrombosis
vena, emboli paru, dan endokarditis trombotik. Pada kanker paru, gejala
neuromuscular seperti kelemahan otot dan keletihan ekstermitas dapat
menjadi indikasi pertama penyakit.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Berisikan data identitas pasien, dan penanggung jawab meliputi nama,
alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan, nomor RM, diagnose media,
hubungan dengan pasien, data didapat dari wawancara pasien, keluarga
pasien dan catatan medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien.
b. Riwayat penyakit sekarang
Kronologi yang dialami pasien hingga masuk rumah sakit.
c. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mempunyai penyakit yang sama atau penyakit
lain.
d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga mempunyai penyakit yang sama atau mempunyai
penyakit keturunan.
3. Riwayat kematian dalam keluarga 1 tahun terakhir
4. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
5. Aktivitas rekreasi
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Persepsi
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan.Gambaran
kesehatan secara umum dan saat ini, gambaran terhadap sakit,
penyebab dan penangan yang dilakukan
b. Nutrisi
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit,
nafsu makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir,
kesulitan menelan, mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi.
Gambaran yang biasa dimakan (pagi, siang, sore), gambaran nafsu
makan.
c. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kandung kemih dan kulit.
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urine, adakah masalah
dalam proses miksi, apakah menggunakan alat bantu, gambaran pola
BAB, karakteristik feses, bau badan, keringat berlebih, lesi dan
prunitus.
d. Personal hygiene
Menggambarkan pola kebersihan diri, meliputi mandi, oral hygiene,
cuci rambut dan kebersihan kuku serta tangan.
e. Istirahat dan tidur
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level
energi.Berapa lama tidur di malam hari, jam berapa tidur-bangun,
apakah terasa efektif, adakah kebiasaan sebelum tidur, apakah
mengalami kesulitan dalam tidur.
f. Kebiasaan mngisi waktu luang
g. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
h. Kronologi kegiatan sehari-hari
7. Psikologis
a. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
c. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
d. Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
e. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
f. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
g. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
h. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir,
alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan
masalah.
8. Sosial
Mencakup dukungan keluarga, hubungan antar penghuni dan hubungan
dengan orang lain.
9. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik meliputi:
a. Keadaan umum pasien
b. GCS
c. Tanda-tanda vital
d. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
e. Pemeriksaan antropometri (TB, BB, LiLa, IMT)
10. Data Penunjang
Digunakan sebagai data tambahan untuk menegakkan diagnosa
keperawatan agar lebih tepat. Data penunjang meliputi data pemeriksaan
Laboratorium maupun pemeriksaan radiologi.
11. Pengkajian Khusus
a. SPMSQ (Short Portable Status Quesioner)
b. MMSE (Mini Mental State Examinination)/ Deteksi kepikunan
c. Status Fungsional (Modifikasi Indeks Kemandirian Katz)
d. Status psikologis (Skala Depresi Geriatrik Yasavage, 1983)
e. MFS (Morse Fall Scale) / Skala Jatuh dari Morse
f. Inventaris depresi Beck
g. APGAR Keluarga

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan.
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Distres spiritual b.d menjelang ajal.
4. Ansietas b.d ancaman terhadap kematian.
C. Perencanaan Keperawatan
No.
Tujuan & KH Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan O: Kaji fungsi 1. Mengetahui pola
keperawatan selama 3 x 24 pernapasan (bunyi napas pasien
jam diharapkan masalah napas, kecepatan 2. Mengurangi sesak
bersihan jalan nafas teratasi irama) napas pada pasien
dengan kriteria hasil : N: 3. Membantu
1. TTV dalam rentang - Berikan O2 dengan mempermudah
normal menggunakan nasal pengeluaran sekret
TD : (100/70- 130/90 - Posisikan pasien 4. Mempercepat proses
mmHg) semifowler penyembuhan
HR : 60-100 x/menit E: Ajarkan batuk
RR : 18-24 x/menit efektif pada pasien
S : 36,5-37,5 °C C: Kolaborasi dengan
2. Pasien dapat dokter dalam
mengeluarkan secret pemberian obat
3. Tidak ada suara napas (nebulizer)
tambahan, sianosis, dan
dyspneu
4. Pasien dapat
mendemonstrasikan batuk
efektif
2 Setelah dilakukan tindakan O: Identifikasi defisit 1. Untuk mengetahui
selama 3 x 24 jam diharapkan tingkat aktivitas kondisi
intoleransi aktivitas teratasi N: Monitor respon perkembangan
dengan kriteria hasil: emosional, fisik, pasien, Untuk
1. Berpartisipasi dalam sosial, dan spiritual mengetahui kondisi
aktivitas fisik tanpa disertai terhadap aktivitas, perkembangan
peningkatan tekanan darah, Fasilitasi aktivitas pasien
nadi, dan RR. fisik rutin 2. Untuk meningkatkan
(perawatan diri) kondisi
E: Anjurkan keluarga perkembangan
untuk memberi pasien
penguatan positif 3. Untuk meningkatkan
atas partisipasi kondisi
dalam aktivitas perkembangan
C: Kolaborasi dengan pasien dan mampu
okupasi terapi dalam melakukan aktivitas
merencanakan dan 4. Untuk meningkatkan
memonitor program kondisi
aktivitas perkembangan
pasien dan mampu
melakukan aktivitas
3 Setelah dilakukan tindakan 3 x O: Identifikasi 1. Untuk mengetahui
24 jam, pasien diharapkan perasaan khawatir, perasaan pasien
mampu mengontrol distress kesepian, dan 2. Untuk menjalin
spiritual dengan kriteria hasil: ketidakberdayaan kepercayaan dengan
1. Verbalisasi makna dan N: - Berikan pasien
tujuan hidup meningkat kesempatan 3. Untuk mengurangi
2. Verbalisasi kepuasan mengekspresikan kegelisahan pasien
terhadap makna hidup perasaan tentang 4. Mempercepat proses
meningkat penyakit dan penyembuhan
3. Verbalisasi perasaan kematian
keberdayaan meningkat - Yakinkan bahwa
4. Perilaku marah pada tuhan perawat bersedia
menurun mendukung selama
5. Kemampuan beribadah masa
membaik ketidakberdayaan
6. TTV selalu dalam batas E: - Anjurkan
normal berinteraksi dengan
TD : (100/70- 130/90 keluarga, teman,
mmHg) dan/ orang lain,
HR : 60-100 x/menit - Ajarkan metode
RR : 18-24 x/menit relaksasi,
S : 36,5-37,5 °C meditasi, dan
imajinasi
terbimbing
C: Kolaborasi dengan
rohaniawan
(seperti: ustadz,
pendeta, romo,
biksu)
4. Setelah dilakukan asuhan O: Kaji tingkat dan 1. Mengetahui tingkat
keperawatan selama 3 x 24 penyebab ansietas, kecemasan pasien
jam diharapkan ansietas pasien Pantau tekanan 2. Memberikan
berkurang dengan kriteria darah dan nadi ketenangan bagi
hasil: sesuai indikasi pasien
1. TTV normal N: Berikan lingkungan 3. Mengurangi
2. Pasien dapat yang tenang dan kecemasan pasien
mengungkapkan perasaan nyaman untuk 4. Mempercepat proses
cemasnya. pasien penyembuhan
3. Lingkungan sekitar E: Anjurkan klien
pasien tenang dan mengungkapkan
kondusif perasaannya
C: Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian perawatan

D. Implementasi
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan
berupa tindakan asuhan keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (intervensi) keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain
dengan hasil :
1. Tanda–tanda vital dalam rentang normal.
2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tanda-tanda
vital.
3. Kemampuan beribadah membaik dan makna dan tujuan hidup meningkat.
4. Mengurangi kecemasan pasien.
BAB III
PEMBAHASAN

I. Pengkajian Asuhan Keperawatan Gerontik


Tanggal Pengkajian Selasa, 15 Februari 2021
Nama Mahasiswa 1. Lilis Anggrani (P27220018144)
2. Sari Wijayanti (P27220018161)
3. Yosti Dewi Fortuna (P27220018174)

A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Klien
Nama Tn. S
Tempat/tgl lahir Pacitan, 14 Juli 1950
Jenis Kelamin Laki-laki
Status Perkawinan Kawin
Agama Islam
Suku Jawa
Pendidikan SMA
Pekerjaan Purn. TNI
Alamat Rumah Kebonagung, Pacitan, Jawa Timur
Diagnosa Medis Kanker Paru

2. Keluarga yang bisa dihubungi (penanggung jawab)


Nama Ny. R
Alamat Kebonagung, Pacitan, Jawa Timur
No.Telfon 081xxxxxxxxx
Hubungan dg Klien Istri

3. Riwayat keluarga (genogram 3 generasi)


/

Keterangan :
= laki-laki = laki-laki meninggal = anggota yang tinggal serumah
= perempuan = perempuan meninggal = klien

4. Riwayat kematian dalam keluarga 1 tahun terakhir


Nama -
Umur -
Penyebab Kematian -

5. Riwayat Pekerjaan & Status Ekonomi


Pekerjan saat ini -
Pekerjaan sebelumnya TNI
Sumber pendapatan Klien mengatakan sumber
pendapatan dari diri sendiri
Jumlah penghasilan/bulan Klien mengatakan jumlah
penghasilan perbulan sekitar Rp.
4.5xx.xxx
Kecukupan pendapatan Klien mengatakan merasa cukup
dengan kondisi pendapatan yang
didapat.

6. Aktivitas Rekreasi
Hobi Klien mengatakan mempunyai hobby
memancing
Bepergian/wisata Klien mengatakan bila lebih suka berwisata
bersama keluarga ke alam.
Keanggotaan Organisasi Klien mengatakan tidak mengikuti
organisasi apapun di desanya.
Lain-lain -
B. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Persepsi lansia
Persepsi lansia terhadap Klien mengatakan kesehatan adalah
sehat – sakit anugerah luar biasa dari Allah sehingga klien
bisa beraktivitas. Bila sakit klien merasa
tidak nyaman, sering merasa cemas, dan
takut akan penyakitnya dan kematian yang
sewaktu-waktu akan dihadapinya.

2. Nutrisi
Frekuensi makan Makan sesuai dengan jadwal RS dengan
frekuensi 2-3 sendok makan dari porsi
RS.
Nafsu makan Keluarga Klien mengatakan klien nafsu
makannya berkurang karena sering
merasa pusing, terasa mual dan muntah.
Jenis makanan Keluarga Klien mengatakan makan
dengan nasi, sayur, dan lauk pauk atau
sesuai porsi RS.
Kebiasaan sebelum makan Keluarga Klien mengatakan terkadang
sebelum makan pasien minum air teh
hangat atau air putih.
Makanan yang tidak disukai Keluarga Klien mengatakan makanan
yang tidak disukai tidak ada.
Alergi makanan Keluarga Klien mengatakan tidak ada
alergi makanan.
Pantangan makanan Keluarga Klien mengatakan tidak ada
makanan pantangan.
Keluhan yang berhubungan -
dengan makanan

Pengkajian Nutrisi ABCD :


A (Antropometri)
- BB : 65 kg (turun 3 kg dari sblmnya 68 kg)
- TB : 171 cm
- IMT : 22,2 (normal)
B (Biochemical data)
- Hb : 8 gr/dl
- Eritrosit : 3,02 jt sel/ul
- SGOT/Asat : 99 u/l
- Kalium : 2,99 mEq/i
- Natrium : 126,8 mEq/i
- Klorida : 97 mEq/i
C (Clinical sign)
- Keadaan fisik : lemah, letih
- Berat badan turun 3 kg
- Konjungtiva anemis, kulit sedikit kering, mual dan muntah
D (Diit)
Diet TKTP (tinggi kalori dan tinggi protein)

3. Eliminasi
a. Buang Air Besar (BAB)
Frekuensi & waktu Keluarga Klien mengatakan BAB 1x dalam
sehari, pada pagi hari, klien memakai popok.
Konsistensi Keluarga Klien mengatakan konsistensi lunak,
bau khas feses, feses berwarna kuning
kecoklatan.
Keluhan BAB Keluarga Klien mengatakan belum pernah
mengalami keluhan.
Pengalaman memakai Keluarga Klien mengatakan belum pernah
pencahar memakai pencahar.

b. Buang Air Kecil (BAK)


Frekuensi & waktu Klien mengatakan BAK 3-4x dalam
sehari, klien memakai popok.
Kebiasaan BAK malam hari Klien mengatakan jarang sekali BAK di
malam hari.
Keluhan BAK Klien mengatakan tidak ada keluhan.

4. Personal hygiene
a. Mandi
Frekuensi Keluarga Klien mengatakan mandi (dilap)
sehari 2x.
Waktu Keluarga Klien mengatakan mandi (dilap) pada
pagi dan sore hari.
Pemakaian sabun Klien mengatakan jika mandi memakai sabun.

b. Oral hygiene
Frekuensi & waktu sikat gigi Keluarga Klien mengatakan sikat gigi 1x
sehari.
Menggunakan pasta gigi Klien mengatakan jika sikat gigi
menggunakan pasta gigi.

c. Cuci rambut
Frekuensi Keluaraga Klien mengatakan mencuci
rambut klien 2x dalam seminggu.
Penggunaan shampo Keluarga Klien mengatakan jika
(ya/tidak) mencuci rambut menggunakan shampo.

d. Kuku & tangan


Frekuensi gunting kuku Klien mengatakan menggunting kuku
2x dalam seminggu dibantu oleh
keluarga.
Mencuci tangan dengan sabun Klien mengatakan mencuci tangan
dengan air menggunakan sabun.

5. Istirahat & tidur


Lama tidur malam berapa Klien mengatakan tidur malam selama 7
jam jam.
Terbangun tidur malam Klien mengatakan bila terbangun di
berapa jam malam hari selama 30 menit.
Tidur siang berapa jam Klien mengatakan tidur siang selama 1
jam.
Keluhan tidur Klien tidak mengalami gangguan
tidur/insomnia, klien tidak menggunakan
obat tidur. Hanya terkadang klien merasa
sedikit sulit saat akan mulai tidur karena
khawatir akan keadaannya.

6. Kebiasaan mengisi waktu luang


Olahraga Klien mengatakan bahwa dirinya
jarang berolahraga.
Lihat TV Klien mengatakan jarang melihat TV.
Memancing Klien mengatakan senang sekali jika
memancing untuk mengisi waktu
luangnya.
Lain-lain -

7. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan


(jenis/frekuensi/jumlah/lama/pemakaian)
Merokok (ya/tidak) Klien mengatakan dirinya dulu biasa
merokok, namun sudah berhenti ± 1 tahun
lalu.
Berapa banyak Klien mengatakan biasa merokok kurang
lebih 3 bungkus perharinya
Minuman keras (ya/tidak) Klien mengatakan bahwa klien dulu
pernah mempunyai riwayat peminum
(mengonsumsi alkohol)
Ketergantungan obat Klien tidak memiliki ketergantungan obat
(ya/tidak)
Lain-lain -

8. Kronologis kegiatan sehari-hari (mulai bangun tidur sampai tidur lagi)


No. Jenis Kegiatan Lama waktu setiap kegiatan
1. Sholat subuh 10 menit
2. Mandi 15 menit
3. Sarapan 15 menit
4. Menonton TV/mendengar radio 1 jam
5. Makan Siang 20 menit
6. Sholat dzuhur 15 menit
7. Istirahat/tidur siang 1 jam
8. Sholat ashar 15 menit
9. Memancing 1 jam
10. Bersih-bersih/ mandi 20 menit
11. Sholat Maghrib 15 menit
12. Istirahat 30 menit
13. Sholat Isya’ 15 menit
14. Makan Malam 20 menit
15 Tidur malam 7 jam

C. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
Keluhan utama Klien mengatakan sesak napas dan batuk berdahak,
badan terasa lemas, mual dan muntah, cemas dan
khawatir penyakitnya tidak kunjung sembuh dan
putus asa.
Gejala yang dirasakan Klien mengatakan sesak napas, batuk, tidak nafsu
makan, penurunan berat badan, dan cepat letih,
sering melamun.
Faktor pencetus Klien mengatakan sesak terasa saat bernapas.
Timbul keluhan Klien mengatakan saat sesak rasanya seperti
secara tertekan, dan rasanya sudah tidak berdaya.
Waktu timbulnya Klien mengatakan saat sakit terasa, klien akan
keluhan istirahat sejenak.
Upaya mengatasi Saat penyakit kambuh klien hanya bisa berbaring di
penyakit tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu
oleh keluarganya, sering bercerita kepada keluarga.

2. Riwayat kesehatan masa lalu


Penyakit yang pernah diderita Klien pernah terkena penyakit bronkitis
sampai diopname.
Mulainya kapan Klien mengatakan ± 1 tahun yang lalu.
Pengobatan & tindakan medis Klien mengatakan diantar keluarga ke
Rumah Sakit untuk mendapat
pengobatan.
Riwayat alergi Klien mengatakan tidak mempunyai
alergi terhadap makanan.
Riwayat kecelakaan Klien pernah mengalami kecelakaan
motor namun tidak fatal.
Riwayat dirawat di Rumah Klien mengatakan pernah dirawat di
Sakit Rumah Sakit 1 tahun yang lalu.
Riwayat pemakaian obat Klien mengatakan minum obat hanya
pada saat penyakit kambuh

3. Pemeriksaan fisik (inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi)


1) Keadaan umum
Tanda vital TD : 130/90 mmHg,
Nadi : 112 x/menit
Respirasi : 36 x/menit
Suhu : 38ºC
Kesadaran Composmentis, lemah
Tinggi badan/berat badan TB : 171 cm, BB : 65 kg (turun 3 kg dari
sblmnya 68 kg)
2) Kepala
Rambut Lurus beruban, tidak berketombe
Mata Simetris, konjungtiva anemis, sklera
putih.
Hidung Simetris, hidung bersih tidak ada sekret,
tidak ada benjolan/massa.
Mulut, gigi, bibir Kebersihan mulut kurang (terdapat
kotoran disela-sela gigi) keadaan gigi
tidak lengkap, mukosa mulut kering,
tidak menggunakan gigi palsu, fungsi
pengecapan sedikit terganggu karena
saat makan terasa pahit, klien sering
mual dan muntah.
Telinga Simetris, bersih, tidak ada serumen.
3) Leher Tidak ada pembengkakan tiroid.
4) Dada/thorak
Dada Dada tampak bersih, klien tampak sesak
napas, batuk berdahak, gerakan dada
asimetris (dada sebelah sinistra tampak
tertinggal), pola napas ireguler,
frekuensi napas 36 x/menit, tampak
terpasang selang WSD di ICS 6-7
sinistra, tampak selang WSD
tersambung dengan suction continues,
jumlah cairan ± 100 cc dengan warna
hemoragis.
Paru-paru I: asimetris (dada sebelah sinistra
tampak tertinggal)
P: Saat diperkusi terdengar bunyi sonor
disebelah dekstra dan sebelah sinistra
terdengar bunyi paru redup.
P: Fokal fremitus dan taktil premitus
teraba getaran menurun disebelah
sinistra dan sebelah dekstra teraba
getaran kuat.
A: Sebelah dekstra bunyi napas
vesikuler, dan sinistra bunyi napas
terdengar menjauh.
5) Abdomen - Inspeksi: Tampak bersih, tidak ada
nyeri/luka, tidak ada distensi
abdomen dan tidak ada perdarahan.
- Auskultas: Peristaltik usus 9 x/menit
- Perkusi: Bunyi timpani
- Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pembesaran hepar.
6) Musculoskeletal (tingkat mobilisasi, paralisis, kifosis, ROM)
Klien beaktifitas dengan bantuan orang lain, ekstermitas sedikit
terganggu.
7) Neurologis Tidak ada gangguan pada sistem
neurologis
8) Kulit Tidak ada lesi, sedikit kering, warna
kulit sawo matang
9) Ekstermitas atas dan Kebersihan ekstremitas kurang, bentuk
bawah simetris, tidak ada fraktur, terpasang
infus RL 7 tpm di ektermitas atas
dekstra. Turgor kulit jelek (saat dicubit
kembali lebih dari 2 detik) di ekstremitas
sinistra atas tampak edema.
Skala kekuatan otot :
4 3
3 3
10) Genetalia Tidak ada peradangan/perdarahan, tidak
terpasang kateter, tidak ada keluhan.

D. Hasil Pengkajian Khusus (format terlampir)


1. Masalah kesehatan kronis √
2. Fungsi kognitif √
3. Status fungsional √
4. Dukungan keluarga √

E. Lingkungan tempat tinggal


1. Kebersihan & kerapihan ruang Bersih, ruangan tertata dengan rapi.
2. Penerangan Ruangan terang, baik.
3. Sirkulasi udara Tidak pengap, bagus, ada 2 pasang
jendela yang terpasang di ruangan
luar.
4. Keadaan kamar mandi & WC Bersih, tidak berbau.
5. Pembuangan air kotor Ada.
6. Sumber air minum Sumur gali.
7. Jarak sumber air dg WC 15 meter.
8. Pembuangan sampah Terdapat 1 tempat sampah di dapur
dan terdapat bus tempat
pembuangan sampah diluar rumah.
9. Sumber pencemaran Terdapat selokan.
10. Penataan halaman Halaman tertata rapi, terdapat
tanaman bunga, dan tempat parkir
juga.
11. Privasi Terdapat 3 kamar tidur yang
tertutup, 1 ruang kamar mandi, 1
ruang gudang, 1 ruang tamu.
12. Resiko injuri Klien hanya bisa berbaring di
tempat tidur, aktifitas terbatas, dan
klien dibantu oleh keluarganya.

F. Riwayat Psikologis (Aspek Klien mengatakan cemas terhadap


penyakitnya, sering merasa bahwa
Sosial Lansia) Tuhan jahat dan tidak menyembuhkan
penyakitnya, khawatir akan masa depan,
namun bila bersosialisasi dan bercerita
dengan keluarga klien merasa sedikit
tenang. Hanya saja akhir-akhir ini pasien
merasa jarang berinteraksi.
G. Aspek Spiritual/Kultural Klien mengatakan sudah putus asa dan
tidak mau beribadah lagi karena sia-sia.
Lansia
Klien mengatakan jika ada anggota yang
sakit segera dibawa ke pelayanan
kesehatan, klien juga rutin kontrol ke
RS.
H. Riwayat Psikososial (Aspek Klien sering tampak melamun,
Psikososial Lansia) terkadang merasa sedih dengan
keadaannya saat ini, sering merasa
hidupnya tidak bermakna. Klien
mengatakan biasanya suka berkumpul,
mengobrol, dan berinteraksi dengan
orang lain, termasuk tetangganya dan
anggota keluarganya. Klien juga
menceritakan apa yang dirasakan
mengenai penyakitnya kepada
keluarganya. Namun, saat ini dia
jarang/menolak berinteraksi.
I. Riwayat Terapi Klien mengatakan belum pernah
melakukan terapi.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Diagnose medis Ca Paru
2. Laboratorium Hb : 8 gr/dl
Eritrosit : 3,02 jt sel/ul
SGOT/Asat : 99 u/l
Kalium : 2,99 mEq/i
Natrium : 126,8 mEq/i
Klorida : 97 mEq/i
3. Rontgen EKG (tanggal 15 Februari 2021):
Interprestasi : sinus tachycardia

LAMPIRAN FORMAT PENGKAJIAN KHUSUS


A. Masalah Kesehatan Kronis
No. Keluhan kesehatan/Gejala yg Selalu Sering Jarang Tidak pernah
dirasakan pd 3 bulan terakhir (3) (2) (1) (0)
a. Fungsi Penglihatan
1. Penglihatan kabur √
2. Mata berair √
3. Nyeri pd mata √
b. Fungsi pendengaran
4. Pendengaran berkurang √
5. Telinga berdengung √
c. Fungsi paru (pernafasan)
6. Batuk lama disertai √
keringat malam hari
7. Sesak nafas √
8. Berdahak (sputum) √
d. Fungsi jantung
9. Jantung berdebar-debar √
10. Cepat lelah √
11. Nyeri dada √
e. Fungsi pencernaan
12. Mual/muntah √
13. Nyeri ulu hati √
14. Makan & minum √
banyak/berlebih
15. Perubahan BAB √
f. Fungsi pergerakan
16. Nyeri kaki saat berjalan √
17. Nyeri pinggan/tulang √
belakang
18. Nyeri √
persendian/bengkak
g. Fungsi persyarafan
19. Lumpuh/kelemahan pd √
kaki/tangan
20. Kehilangan rasa √
21. Gemetar/tremor √
22. Nyeri/pegal pd tengkuk √
h. Fungsi saluran kemih
23. BAK banyak √
24. Sering BAK malam hari √
25. Ngompol √
JUMLAH : 26 3 16 7 -
Analisa Hasil :
Skor < 25 : masalah kesehatan kronis Ringan (tidak ada masalah kesehatan kronis)
Skor 26-50 : masalah kesehatan kronis Sedang (√)
Skor > 51 : masalah kesehatan kronis Berat

B. Fungsi Intelektual dan Kognitif


Pengkajian fungsional kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji
kemempuan Lansia berdasarkan daya orientasi terhadap : waktu, orang,
tempat, dan daya ingat.
1. SPMSQ (Short Portable Status Quesioner)
Petunjuk isian pernyataan di bawah ini sesuai respon lansia
Benar Salah
No. Item pertanyaan Jawaban
(0) (1)
1. Jam berapa sekarang 10.30 WIB √
2. Tahun berapa sekarang 2021 √
3. Tahun berapa Bp/Ibu lahir 2060 √
4. Berapa umur Bp/ibu 59 √
5. Dimana alamat Bp/Ibu Pacitan √
6. Berapa Jml anggota keluarga 3 √
yg tinggal bersama Bp/Ibu
7. Siapa nama anggota keluarga Anak, Istri √
yg tinggal bersama Bp/Ibu.
8. Indonesia merdeka tahun 1975 √
berapa
9. Siapa nama presiden RI Jokowi √
sekarang
10. Coba hitung terbalik dari 20, 19, 18, √
angka 20 ke 1 17, 16, 15,
14, 13, 12,
11, 10, 9, 8,
7, 6, 5, 4, 3,
2, 1,
JUMLAH YANG BENAR 7
Analisis Hasil :
Skor 0-3 : Fungsi Intelektual Berat
Skor 4-5 : Fungsi Intelektual Kerusakan Sedang
Skor 6-8 : Fungsi Intelektual Kerusakan Ringan (√)
Skor 9-10 : Fungsi Intelektual Kerusakan Utuh

2. MMSE (Mini Mental State Examinination)/deteksi kepikunan


Skor
Skor
No. Pertanyaan Jawaban yg
Tertinggi
dicapai
1. Penilaian Orientasi
Tahun berapa sekarang 2021 1 1
Musim apa sekarang Penghujan 1 1
Tanggal berapa sekarang 11 1 0
Bulan apa sekarang Februari 1 1
Hari apa sekarang Rabu 1 0
2. Dimana kita sekarang
Apa nama Negara kita Indonesia 1 1
Apa nama propinsi kita Jawa Tengah 1 0
Apa nama kota kita Pacitan 1 1
Apa nama kecamatan kita Kebonagung 1 1
Apa nama desa kita Plumbungan 1 1
3. Penilaian Registrasi Motorik
Sebutkan 3 nama benda
(tiap objek 1”, betul nilai 1)
Mangkok nilai : 1 Mangkok 1 1
Piring nilai : 1 Piring 1 1
Sendok nilai : 1 Sendok 1 1
4. Perhatian & kakulasi
Hitung kurangi 7
100-7 93 1 1
93-7 76 1 0
86-7 79 1 1
79-7 72 1 1
72-7 65 1 1
Atau mengeja terbalik
“WAHYU”
U U 1 1
Y H 1 0
H Y 1 0
A U 1 0
W A 1 0
5. Pengenalan kembali (Recalling)
Tanyakan nama benda yg
sudah ditanyakan pd no.3
Mangkok Mangkok 1 1
Piring Piring 1 1
Sendok Sendok 1 1
6. Bahasa
Pemeriksa: menunjuk
pensil & kertas bergambar,
lansia diminta menyebut 2
benda yg ditunjuk
pemeriksa (benar nilai 1)
contoh:
Pensil nilai : 1 Pensil 1 1
Buku nilai : 1 Buku 1 1
7. Lansia diminta mengulang Namun, tanpa, 1 1
kata-kata pemeriksa: apabila
namun, tanpa, apabila
8. Lansia diminta utk
melakukan 3 perintah:,
ambil kertas itu dg tangan Bisa 1 1
kanan
lipatlah kertas menjadi 2 Bisa 1 1
letakkan kertas dilantai Bisa 1 1
9. Lansia diminta utk Tidak bisa 1 0
membaca & melakukan
perintah (berikan tulisan:
pejamkan mata anda, lansia
memejamkan mata)
10. Lansia diminta menulis Tidak bisa 1 0
kalimat secara spontan, 2
kata (subjek & predikat).
11. Lansia diminta Tidak bisa 1 0
menggambar segi lima &
berpotongan dg segi lima
membentuk segi empat,
disamping gambar ini

Total skor 30 24
Interprestasi :
Skor 0 – 10 : demensia berat
Skor 11 – 17 : demensia sedang
Skor 18 – 23 : demensia ringan
Skor 24 – 30 : normal (√)
3. Status Fungsional (Modifikasi Kemandirian Katz)
Modifikasi Indeks kemandirian Katz
Pengkajian status fungsional berdasarkan kemandirian lansia dlm
menjalankan aktifitas sehari-hari. Kemandirian berarti tanpa
pengawasan, pengarahan/ bantuan orang lain. Pengkajian ini
berdasarkan pada kondisi aktual lansia dan bukan pada kemampuan
(artinya jika klien menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap
tidak melakukan fungsi meskipun sebenarnya mampu).
Mandiri Tergantung
No. Aktivitas
(nilai 1) (nilai 0)
1. Mandi dikamar mandi (gosok gigi, 1
membersihkan, dan mengeringkan
badan)
2. Menyiapkan pakaian, membuka & 1
mengenakan pakaian
3. Memakan makanan yg sdh disiapkan 1
4. Memelihara kebersihan diri utk 1
penempilan diri (menyisir rambut,
mencuci rambut, mencukur kumis)
5. BAB di WC (membersihkan & 1
mengeringkan daerah bokong)
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses 0
7. BAK di kamar mandi (membersihkan 1
& mengeringkan daerah kemaluan)
8. Dapat mengontrol pengeluaran air 1
kemih
9. Berjalan dilingkungan tempat tinggal 1
tanpa alat bantu (tongkat)
10. Menjalankan ibadah sesuai Agama 1
11. Melakukan pekerjaan rumah 0
(merapihkan tempat tidur,memasak,
mencuci dll)
12. Belanja utk kebutuhan sendiri/ 0
keluarga
13. Mengelola keuangan (menyimpan, 1
menggunakan sendiri)
14. Menggunakan transpotasi umum utk 0
pergi
15. Menyiapkan obat & minum obat sesuai 0
aturan (dosis, waktu)
16. Merencanakan & mengambil 0
keputusan utk kepentingan penggunaan
uang, aktifitasan sosial yg dilakukan &
kebutuhan pelayanan kesehatan
17. Melakukan aktifitas di waktu luang 1
(kegiatan keagamaan, social, rekreasi,
olah raga, & menyalurkan hoby)
Jumlah nilai mandiri 11
Analisa hasil :
Skor 13 – 17 : mandiri
Skor 0 – 12 : ketergantungan (√)
Penjelasan Status Fungsional:
Pengkajian ini menggunakan indeks kemandirian utk aktivitas
kehidupan sehari-hari yg berdasarkan pd evaluasi fungsi mandiri/
tergantung dari klien dlm hal (makan, kontinen BAB/BAK, berpindah,
kekamar kecil, kamar mandi, berpakaian).
Indeks Keterangan
kemandirian
A Kemandirian dlm hal makan, kontinen (bab/bak),
berpindah, ke kamar kecil, mandi, dan berpakain
B Kemandirian dlm semua hal, kecuali 1 fungsi tsb
C Kemandirian dlm semua hal, kecuali mandi & 1
fungsi tambahan
D Kemandirian dlm semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, & 1 fungsi tambahan
E Kemandirian dlm semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, & 1 fungsi tambahan
F Kemandirian dlm semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah, & 1 fungsi
tambahan ketergantungan pd ke 6 fungsi tsb
G Kemandirian dlm semua hal
Lain-lain Tergantung pd sedikitnya 2fungsi, tetapi tdk dpt
diklasifikasikan sbg C, D, E, & F

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi


aktif, kecuali secara spesifik akan digambarkan di bawah ini. Pengkajian
ini didasarkan pd kondisi actual klien dan bukan pd kemampuan. Artinya,
jika klien menolak utk melakukan sesuatu fungsi, dianggap sebagai tidak
melakukan fungsi meskipun ia sebenarnya mampu.
No. Jenis Kegiatan Keterangan
1. Mandi Mandi: bantuan hanya pd satu bagian mandi
(seperti punggung/ ekstremitas yg tdk
mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya
2. Berpakaian Mandiri: mengambil baju dari almari,
memakai pakaian, melepas pakaian,
mengancing/ mengikat baju
Bergantung: tdk dpt memakai baji sendiri/
hanya sebagian
3. Ke kamar kecil Mandiri: masuk & keluar dari kamar kecil,
kemudian membersihkan genitalia sendiri.
Bergantung: menerima bantuanutk masuk
kekamar kecil & menggunakan pispot
4. Berpindah Mandiri: berpindah ke & dari tempat tidur
utk duduk, bangkit dari kursi sendiri
Bergantung: bantuan dlm naik/turun dari
tempat tidur atau kursi, tdk melakukan satu
atau lebih berpindah
5. Kontinen Mandiri: BAB/BAK seluruhnya dikontrol
sendiri
Bergantung: inkontinensia parsial/ total,
penggunaan kateter, pospot, enema, &
pampers
6. Makan Mandiri: mengambil makanan dari piring &
menyuapinya sendiri
Berganting: bantuan dlm hal mengambil
makanan dari piring & menyuapinya, tdk
makan sama sekali, dan makanan parenteral
(NGT).

4. Status Psikologis (Skala Depresi Geriatrik Yasavage, 1983)


No. Pertanyakan (1 minggu terakhir) Keterangan Nilai
1. Merasa puas dg kehidupan yg dialami Ya 1
2. Banyak meninggalkan kesenangan & Tidak 1
aktifitas anda
3. Merasa bahwa kehidupan hampa Tidak 1
4. Sering merasa bosan Tidak 1
5. Penuh penghargaan akan masa depan Ya 0
6. Mempunyai semangat yg baik setiap Ya 0
waktu
7. Diganggu oleh pikiran yg tdk dpt Tidak 1
diungkapkan
8. Merasa bahagia disebagian besar waktu Ya 0
9. Merasa takut sesuatu akan terjadi pada Tidak 1
anda
10. Sering merasa tdk berdaya Tidak 1
11. Sering merasa gelisah & gugup Tidak 1
12. Memilih tinggal di rumah dari pada pergi Tidak 0
melakukan sesuatu yg bermanfaat
13. Sering merasa kawatir akan masa depan Tidak 1
14. Merasa mempunyai banyak masalah dg Tidak 1
daya ingat dibanding orang lain
15. Sekarang berfikir bahwa hidup Ya 0
menyenangkan
16. Sering merasa merana Tidak 0
17. Merasa kurang bahagia Tidak 1
18. Sangat kawatir dg masa lalu Tidak 0
19. Merasa hidup ini menggairahkan Ya 0
20. Merasa berat untuk memulai sesuatu hal Tidak 1
yg baru
21. Merasa dalam keadaan penuh semangat Ya 1
22. Berfikir keadaan anda tdk ada harapan Tidak 1
23. Berfikir banyak orang yg lebih baik dari Tidak 1
pd anda
24. Sering kesal dg hal yg sepele Tidak 0
25. Sering merasa ingin menangis Tidak 1
26. Merasa sulit berkonsentrasi Tidak 0
27. Menikmati tidur Ya 1
28. Memilih menghindar dari pd perkumpulan Tidak 0
sosial
29. Mudah mengambil keputusan Ya 1
30. Mempunyai pikiran yg jernih Ya 1
Jumlah Item yang terganggu 19
Analisa Hasil:

: Terganggu = nilai 1 Skor 0-5 = normal


Skor 6-15 = depresi ringan s/p sedang
: Normal = nilai 0 Skor 16-30 =depresi berat √

5. MFS (Morse Fall Scale) / Skala Jatuh dari Morse


No. Pengkajian Skala Nilai Ket.
1. Riwayat jatuh: apakah Tidak 0 0
lansia pernah jatuh dlm 3 Ya 25
bln terakhir
2. Diagnose sekunder: apakah Tidak 0 15
lansia memiliki lebih dari 1 Ya 15
penyakit
3. Alat bantu jalan: bed rest/ 0 20
dibantu perawat
Kruk/ tongkat/ wolker 15
Berpegangan pd benda 30
disekitar (kursi,meja)
4. Terapi IV: apakah saat ini Tidak 0 20
Lansia terpasang infus Ya 20

5. Gaya berjalan/ cara 0 10


berpindah: normal/ bed
rest/ immobile (tdk dpt
bergerak sendiri)
Lemah tdk bertenaga 10
Ada gangguan/ pincang/ 20
diseret

6. Status mental: lansia 0 0


menyadari kondisi dirinya
Lansia mengalami 15
keterbatasan mental
Jumlah Skala 65

Keterangan
Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan
Tidak beresiko 0 – 24 Perawatan dasar
Resiko rendah 25 – 50 Pelaksanaan Intervensi pencegahan
jatuh standar
Resiko tinggi > 51 Pelaksanaan Intervensi pencegahan
jatuh resiko tinggi √

6. Inventaris Depresi Beck


No. Uraian Skor
1. KESEDIHAN
Saya sangat sedih tdk bahagia, dimana saya tdk dpt 3
menghadapinya
Saya galau/sedih sepanjang waktu & tdk dpt keluar darinya 2
Saya merasa sedih/galau 1
Saya tdk merasa sedih 0
3
2. PESIMISME
Saya merasa masa depan adalah sia-sia & sesuatu tdk dpt 3
membaik
Saya merasa tdk punya apa-apa & memendang ke masa 2
depan
Saya merasa kecil hati tentang masa depan 1
Saya tidak begitu pesimis 0
3
3. RASA KEGAGALAN
Saya merasa bener-bener gagal sebagai orang tua (Bapak/ 3
Ibu)
Saya melihat kehidupan ke belakang, semua yg saya lihat 2
kegagalan
Saya merasa telah gagal melebihi orang lain pd umumnya 1
Saya tdk merasa gagal 0
0
4. KETIDAKPUASAN
Saya tidak puas dg segalanya 3
Saya tdk lagi mendapat kepuasan dari apapun 2
Saya tdk menyukai cara yg saya gunakan 1
Saya tdk merasa tidak puas 0
2
5. RASA BERSALAH
Saya merasa sangat buruk tdk bahagia 3
Saya merasa sangat bersalah 2
Saya merasa buruk tdk berharga (sebagian dari waktu yg 1
baik)
Saya tdk merasa benar-benar bersalah 0
1
6. TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI
Saya benci diri saya sendiri 3
Saya muak dg diri saya sendiri 2
Saya tdk suka dg diri saya sendiri 1
Saya tdk merasa kecewa dg diri saya sendiri 0
0
7. MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI
Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan 3
Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri 2
Saya merasa lebih baik mati 1
Saya tdk punya pikiran ttg membahayakan diri sendiri 0
0
8. MENARIK DIRI DARI SOSIAL
Saya kehilangan semua minat pd orang lain & tdk peduli 3
pd mereka semua
Saya kehilangan semua minat pd orang lain, ttp 2
mempunyai sedikit perasaan pd mereka
Saya kurang berminat pd orang lain dari pd sebelumnya 1
Saya tdk kehilangan minat pd orang lain 0
1
9. KERAGU-RAGUAN
Saya tdk dpt membuat keputusan sama sekali 3
Saya mempunyai banyak kesulitan dlm membuat 2
keputusan
Saya berusaha mengambil keputusan 1
Saya membuat keputusan yg terbaik 0
1
10. PERUBAHAN GAMBARAN DIRI
Saya merasa jelek/ tampak menjijikan 3
Saya merasa ada perubahan yg permanen dlm penampilan 2
Saya kawatir Nampak tua/ tdk menarik 1
Saya tdk merasa Nampak lebih buruk dari sebelumnya 0
2
11. KESULITAN KERJA
Saya tdk melekukan pekerjaan sama sekali 3
Saya telah mendorong diri saya sendiri dg keras utk 2
melakukan sesuatu
Saya memerlukan tambahan utk memulai melakukan 1
sesuatu
Saya dpt bekerja dg sebaik-baiknya 0
3
12. KELETIHAN
Saya sangat lelah utk melakukan sesuatu 3
Saya merasa lelah utk melakukan sesuatu 2
Saya merasa lelah dari yg biasa 1
Saya tdk merasa lebih lelah dari biasanya 0
3
13. ANOREKSIA
Saya tdk lagi punya nafsu makan sama sekali 3
Nafsu makan saya sangat buruk sekarang 2
Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya 1
Nafsu makan saya tdk buruk dari biasanya 0
1
Keterangan: 20
0 – 4 : depresi tdk ada/ minimal
5 – 7 : depresi ringan
8 – 15 : depresi ringan
>16 : depresi berat √

7. APGAR Keluarga
SKOR
Tdk
No. FUNGSI URAIAN
Selalu Kadang2 pernah
(0)
1. ADAPTATION Saya puas bahwa √
saya dpt kembali pd
keluarga /teman-
teman saya utk
membantu pd waktu
sesuatu
menyusahkan saya
2. PARTNERSHIP Saya puas dg cara √
klg/ teman-teman
saya membicarakan
sesuatu dg saya dan
mengungkapkan
masalah pd saya
3. GROWTH Saya puas dg cara √
keluarga/ temen-
teman saya,
menerima &
mendukung
keininan saya utk
melakukan aktifitas/
arah baru
4. AFECTION Saya puas dg cara √
keluarga/ teman-
teman saya,
mengekpresikan
afek & berespon
thdp emosi saya
seperti : marah,
sedih, mencintai
5. RESOLVE Saya puas dg cara √
keluarga/ temen-
temen saya, dpt
menyediakan waktu
bersama-sama
Nilai Total 9

C. Analisis Data
Data Fokus Etiologi Problem
DS: Pasien mengatakan sesak Sekresi yang Bersihan jalan nafas
napas dan batuk berdahak, tertahan tidak efektif
dahak susah keluar
DO: Pasien tampak letih, susah
bernafas, pasien tampak
menggunakan alat bantu
oksigen, terpasang selang
WSD di ICS 6-7 sinistra
TTV: TD: 130/90 mmHg, N:
112 x/menit, RR: 36
x/menit, S: 38°C
DS: - Pasien mengatakan jika Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
berjalan mudah lelah antara suplai dan
- Pasien mengatakan jika kebutuhan oksigen
berjalan atau melakukan
aktivitas dadanya suka
sesak
DO: - Pasien tampak lemah,
hanya berbaring
- Pasien tampak dibantu
keluarga dalam semua
memenuhi kebutuhannya
DS: - Pasien mengatakan tuhan Menjelang ajal Distres spiritual
jahat dan tidak
menyembuhkan
penyakitnya
- Pasien mengatakan sudah
putus asa dan tidak mau
beribadah lagi karena sia-
sia
- Pasien mengatakan
hidupnya tidak bermakna
DO: - Pasien tampak menolak
berinteraksi dengan orang
terdekat/pemimpin
spiritual
- Pasien tidak berminat
untuk beribadah
- Pasien sering marah-
marah dan kesal dengan
Tuhan
DS: - Pasien mengatakan cemas Ancaman terhadap Ansietas
akan penyakitnya yang kematian
semakin hari semakin
parah
- Pasien mengatakan
merasa takut akan
penyakitnya dan kematian
DO: - Pasien tampak gelisah,
sering melamun
- Pasien tampak cemas
akan penyakitnya
- TTV: TD: 130/90 mmHg,
N: 112 x/menit, RR: 36
x/menit, S: 38°C

II. Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan.
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
3. Distres spiritual b.d menjelang ajal.
4. Ansietas b.d ancaman terhadap kematian.
III. Perencanaan Keperawatan
No.
Tujuan & KH Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan O: Kaji fungsi 1. Mengetahui pola
keperawatan selama 3 x 24 pernapasan (bunyi napas pasien
jam diharapkan masalah napas, kecepatan 2. Mengurangi sesak
bersihan jalan nafas teratasi irama) napas pada pasien
dengan kriteria hasil : N: 3. Membantu
1. TTV dalam rentang - Berikan O2 dengan mempermudah
normal menggunakan pengeluaran sekret
TD : (100/70- 130/90 nasal 4. Mempercepat proses
mmHg) - Posisikan pasien penyembuhan
HR : 60-100 x/menit semifowler
RR : 18-24 x/menit E: Ajarkan batuk
S : 36,5-37,5 °C efektif pada pasien
2. Pasien dapat C: Kolaborasi dengan
mengeluarkan secret dokter dalam
3. Tidak ada suara napas pemberian obat
tambahan, sianosis, dan (nebulizer)
dyspneu
4. Pasien dapat
mendemonstrasikan batuk
efektif
2 Setelah dilakukan tindakan O: Identifikasi defisit 1. Untuk mengetahui
selama 3 x 24 jam diharapkan tingkat aktivitas. kondisi
intoleransi aktivitas teratasi N: Monitor respon perkembangan
dengan kriteria hasil: emosional, fisik, pasien, Untuk
1. Berpartisipasi dalam sosial, dan spiritual mengetahui kondisi
aktivitas fisik tanpa terhadap aktivitas, perkembangan
disertai peningkatan Fasilitasi aktivitas pasien.
tekanan darah, nadi, dan fisik rutin 2. Untuk meningkatkan
RR. (perawatan diri) kondisi
E: Anjurkan keluarga perkembangan
untuk memberi pasien.
penguatan positif 3. Untuk meningkatkan
atas partisipasi kondisi
dalam aktivitas. perkembangan
C: Kolaborasi dengan pasien dan mampu
okupasi terapi dalam melakukan aktivitas.
merencanakan dan 4. Untuk meningkatkan
memonitor program kondisi
aktivitas perkembangan
pasien dan mampu
melakukan aktivitas.
3 Setelah dilakukan tindakan 3 x O: Identifikasi 1. Untuk mengetahui
24 jam, pasien diharapkan perasaan khawatir, perasaan pasien
mampu mengontrol distress kesepian, dan 2. Untuk menjalin
spiritual dengan kriteria hasil: ketidakberdayaan kepercayaan dengan
1. Verbalisasi makna dan N: - Berikan pasien
tujuan hidup meningkat kesempatan 3. Untuk mengurangi
2. Verbalisasi kepuasan mengekspresikan kegelisahan pasien
terhadap makna hidup perasaan tentang 4. Mempercepat proses
meningkat penyakit dan penyembuhan
3. Verbalisasi perasaan kematian
keberdayaan meningkat - Yakinkan bahwa
4. Perilaku marah pada tuhan perawat bersedia
menurun mendukung selama
5. Kemampuan beribadah masa
membaik ketidakberdayaan
6. TTV selalu dalam batas E: - Anjurkan
normal berinteraksi dengan
TD : (100/70- 130/90 keluarga, teman,
mmHg) dan/ orang lain
HR : 60-100 x/menit - Ajarkan metode
RR : 18-24 x/menit relaksasi, meditasi,
S : 36,5-37,5 °C dan imajinasi
terbimbing
C: Kolaborasi dengan
rohaniawan
(seperti: ustadz,
pendeta, romo,
biksu)
4. Setelah dilakukan asuhan O: Kaji tingkat dan 1. Mengetahui tingkat
keperawatan selama 3 x 24 penyebab ansietas, kecemasan pasien
jam diharapkan ansietas pasien Pantau tekanan 2. Memberikan
berkurang dengan kriteria darah dan nadi ketenangan bagi
hasil: sesuai indikasi pasien
1. TTV normal N: Berikan lingkungan 3. Mengurangi
2. Pasien dapat yang tenang dan kecemasan pasien
mengungkapkan perasaan nyaman untuk 4. Mempercepat proses
cemasnya. pasien penyembuhan
3. Lingkungan sekitar pasien E: Anjurkan klien
tenang dan kondusif mengungkapkan
perasaannya
C: Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian
perawatan

IV. Implementasi
No.
Hari/tgl Implementasi Respon TTD
Dx
Selasa, 1,2, Monitor tekanan DS: Pasien mengatakan bersedia
16 3,4 darah, nadi, dan DO:
Februari status pernafasan TTV : TD : 130/90 mmHg
2021 dengan tepat N : 112 x/menit
RR : 36 x/menit
S : 38 °C
1 Memberikan O2 DS: Pasien mengatakan bersedia
dengan dan mengatakan merasa
menggunakan nasal nyaman dengan posisi
dan posisikan pasien setengah duduk
semifowler DO: Pasien tampak lemah,
menggunakan alat bantu
pernafasan, RR: 36 x/menit
2 Mengobservasi DS: Pasien mengatakan apabila
defisit tingkat ingin berjalan merasa mudah
aktivitas lelah, saat melakukan
aktivitasnya dadanya sering
sesak dan aktivitas dibantu
oleh keluarga
DO : Pasien tampak lemah, hanya
berbaring, pasien dibantu
keluarga dalam semua
memenuhi kebutuhannya
3 Mengobservasi DS: Pasien mengatakan sudah
perasaan khawatir, putus asa dan tidak mau
kesepian, dan beribadah lagi karena sia-sia,
ketidakberdayaan merasa hidup tidak bermakna
DO: Pasien tampak tidak berminat
untuk beribadah, pasien sering
marah dan kesal dengan
Tuhan
4 Mengobservasi DS : Pasien mengatakan merasa
tingkat dan cemas akan penyakit yang
penyebab ansietas semakin parah, dan takut akan
kematian
DO : Pasien tampak gelisah, sering
melamun, dan cemas akan
penyakitnya
1 Berkolaborasi DS: Pasien mengatakan sudah
dengan dokter pernah di nebulizer
dalam pemberian DO: Pasien tampak sudah terbiasa
obat (nebulizer)
2 Menganjurkan DS: Keluarga pasien mengatakan
keluarga untuk bersedia membantu memenuhi
memberi penguatan kebutuhan dan merawat
positif atas pasien
partisipasi dalam DO: Keluarga pasien tampak
aktivitas memberi penguatan positif
agar pasien cepat sembuh
3 Memberikan DS: Pasien mengatakan Tuhan
kesempatan jahat dan tidak
mengekspresikan menyembuhkan penyakitnya.
perasaan tentang Khawatir akan penyakitnya
penyakit dan yang tidak kunjung sembuh
kematian dan semakin parah
DO: Pasien tampak kesal dan
gelisah, tidak berminat untuk
beribadah dan menolak
berinteraksi dengan orang
terdekat/pemimpin spiritual

4 Menganjurkan klien DS: Pasien mengatakan biasanya


mengungkapkan sering bercerita kepada
perasaannya keluarga tentang keadaannya,
namun akhir-akhir ini jarang
DO: Pasien tampak cemas, dan
bisa tenang apabila
menceritakan masalahnya
kepada keluarga
Rabu, 1,2, Monitor tekanan DS: Pasien mengatakan bersedia
17 3,4 darah, nadi, dan DO:
Februari status pernafasan TTV : TD : 120/90 mmHg
2021 dengan tepat N : 110 x/menit
RR : 34 x/menit
S : 37,5 °C
1 Mengidentifikasi DS: Pasien mengatakan masih
fungsi pernafasan sesak dan batuk
(bunyi nafas, DO: Pasien tampak duduk semi
percepatan irama) fowler, RR: 34 x/menit, pasien
dan Memberikan O2 tampak menggunakan O2 nasal
dengan nasal kanul kanul
2 Monitor respon DS: Pasien mengatakan sesak
emosional, fisik, nafas saat beraktifitas, emosi
sosial, dan spiritual pasien tampak cemas, pasien
terhadap aktivitas mengatakan selalu berdoa
untuk kesembuhannya
DO : Pasien tampak lemah dalam
beraktivitas dan dibantu oleh
keluarganya
3 Mengajarkan DS: Pasien mengatakan sedikit
metode relaksasi, tenang dan nyaman, namun
meditasi, dan masih belum bisa menerima
imajinasi keadaannya
terbimbing DO: Pasien tampak sedikit
nyaman dan tenang
4 Memberikan DS: Pasien mengatakan nyaman
lingkungan yang apabila lingkungan tidak
tenang dan nyaman berisik
untuk pasien DO: Pasien tampak tenang dalam
lingkungan yang kondusif
1 Memberikan posisi DS: Pasien mengatakan bersedia,
nyaman pasien merasa nyaman
(semifowler) dan DO: Pasien tampak mengerti apa
batuk efektif yang diajarkan
2 Memfasilitasi DS: Pasien mengatakan masih
aktivitas fisik rutin sesak nafas saat beraktivitas,
(perawatan diri) mengeluh badan masih lemas,
keluarga mengatakan aktivitas
masih dibantu keluarga
DO : Pasien tampak sesak nafas
saat beraktivitas, lemas, pasien
berbaring ditempat tidur, ADL
dibantu keluarga
3 Meyakinkan bahwa DS: Pasien mengatakan senang
perawat bersedia diperhatikan dan didukung,
mendukung selama meskipun masih ada pikiran
masa buruk akan kematian selalu
ketidakberdayaan datang tetapi berusaha ikhlas
dan mendekat pada Tuhan
DO: Pasien tampak sedikit lebih
tenang dan berusaha pasrah
dengan keadaannya
4 Menganjurkan klien DS: Pasien mengatakan masih
mengungkapkan sering khawatir terhadap
perasaannya keadaanya dan takut akan
kematian dan meninggalkan
keluarganya
DO: Pasien tampak gelisah dan
cemas
Kamis, 1,2, Monitor tekanan DS: Keluarga Pasien mengizinkan
18 3,4 darah, nadi, dan pemeriksaan
Februari status pernafasan DO:
2021 dengan tepat TTV : TD : 130/90 mmHg
N : 110 x/menit
RR : 36 x/menit
S : 37 °C
1 Mengidentifikasi DS: Keluarga Pasien mengatakan
fungsi pernafasan pasien masih sesak dan batuk
(bunyi nafas, sedikit berkurang, pasien
percepatan irama) seperti mengorok
dan Memberikan O2 DO: Pasien tampak duduk semi
dengan nasal kanul fowler, RR: 34 x/menit, pasien
tampak menggunakan O2 nasal
kanul, respon menurun
2 Memfasilitasi DS: Keluarga Pasien mengatakan
aktivitas fisik rutin bahwa pasien belum mampu
(perawatan diri) melakukan aktivitas apapun,
semua aktivitas masih dibantu
keluarga
DO: Pasien tampak lemas dan
letih, dan bantu fasilitasi
keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pasien, respon tidak
ada, dan lihat EKG
3 Kolaborasi dengan DS: Keluarga pasien mengatakan
rohaniawan (ustadz) sudah pasrah dengan keadaan
dan melakukan pasien dan sudah ikhlas
bimbingan spiritual apabila ditinggalkan serta
akan selalu menemani dan
berdoa agar pasien tenang
sampai akhir hayatnya
DO: Pasien tampak terbaring
lemah, tidak ada respon hanya
mengorok, dan keluarga sudah
berpasrah kepada Tuhan akan
keadaan pasien, bantu
keluarga untuk tenang dan
berdoa serta mempersiapkan
perawatan jenazah untuk
pasien (apabila sudah
dipastikan bila pasien
meninggal)
4 Mendorong DS: Keluarga pasien mengatakan
keluarga untuk selalu berdoa untuk pasien
menemani pasien dan selalu sabar, tabah serta
ikhlas dengan apa yang terjadi
DO: Keluarga pasien tampak
sedih, namun sudah pasrah
dengan keadaan
1,2, Monitor tekanan DS: Keluarga Pasien mengizinkan
3,4 darah, nadi, dan pemeriksaan
status pernafasan DO: Pasien tampak tidak ada
dengan tepat respon dan reflek, akral dingin,
pupil mata melebar, gambaran
EKG datar/tidak terdeteksi,
siapkan perawatan jenazah, dan
memberitahu/komunikasikan
dengan keluarga serta beri
dukungan untuk keluarga
V. Evaluasi
No.
Hari/tgl Evaluasi TTD
Dx
Kamis, 1 S: Keluarga Pasien mengatakan pasien masih sesak dan
18 batuk sedikit berkurang, pasien seperti mengorok
Februari O: Pasien tampak tidak ada respon dan reflek, akral
2021 dingin, pupil mata melebar, gambaran EKG datar/tidak
terdeteksi, siapkan perawatan jenazah, dan
memberitahu/komunikasikan dengan keluarga serta
beri dukungan untuk keluarga
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan (pasien meninggal)

Kamis, 2 S: Keluarga Pasien mengatakan bahwa pasien belum


18 mampu melakukan aktivitas apapun sampai akhir
Februari hayatnya, semua aktivitas masih dibantu keluarga
2021 O: Pasien tampak terbaring lemas dan letih, respon tidak
ada, dan gambaran EKG datar/tidak terdeteksi
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan (pasien meninggal)

Kamis, 3 S: Keluarga pasien mengatakan sudah pasrah dengan


18 keadaan pasien dan berusaha ikhlas karena
Februari ditinggalkan. Keluarga berharap agar pasien meninggal
2021 dengan rasa tenang dan nyaman (bebas dari rasa sakit)
serta akan selalu mendoakan pasien
O: Pasien tampak terbaring lemah, tidak ada respon hanya
mengorok, dan keluarga sudah berpasrah kepada Tuhan
akan keadaan pasien, bantu keluarga untuk tenang dan
berdoa serta mempersiapkan perawatan jenazah untuk
pasien
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan (pasien meninggal)
Kamis, 4 S : Keluarga pasien mengatakan selalu berdoa untuk
18 pasien dan selalu sabar, tabah serta ikhlas dengan apa
Februari yang terjadi
2021 O : Keluarga pasien tampak sedih, namun sudah pasrah
dengan keadaan, dan selalu berusaha mengikhlaskan
kepergian pasien dengan berdoa
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan (pasien meninggal)
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker paru atau karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas
primer sistem mukosa pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan
berasal dari mukosa percabangan bronkus. Kanker paru dikelompokkan
berdasarkan tumor, nodul, dan metatase. Paru-paru merupakan alat
pernapasan utama dengan saluran nafas yang dilalui udara yaitu hidung,
faring, larings, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Faktor penyebab
kanker paru belum diketahui, namun dari beberapa kepustakaan yang
menjadi penyebab utama adalah kebiasaan merokok. Adapun manifestasi
klinis pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala
klinis. Selain itu, bila sudah menunjukkan gejala berarti pasien sudah dalam
stadium lanjut. Ada beberapa pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
mendeteksi kanker paru yaitu diantaranya dengan CT-scan dan MRI, foto
dada secara postero-anterior, pemeriksaan sitologi sputum, pemeriksaan
histopatologi, pemeriksaan serologi, serta pemeriksaan bone scanning.
Dalam penatalaksanaan kanker paru dalam keperawatan dan medis salah
satunya yaitu dengan terapi oksigen dan kemoterapi. Kanker paru dapat
menimbulkan komplikasi seperti sindrom vena kava superior dan sindrom
paraneoplastik.

B. Saran
1. Bagi penulis
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran mengenai pembahasan makalah di atas tentang kanker paru.
2. Bagi pembaca
Diharapkan melalui makalah ini pembaca dapat menambah ilmu serta
wawasannya mengenai proses asuhan keperawatan pada lansia yang
menderita kanker paru.
DAFTAR PUSTAKA

Agustia, Pani. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Tn.I Dengan Ca Paru Di


Ruangan Paru Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018. Diploma
thesis, STIKes PERINTIS PADANG. (n, diakses pada 15 Februari
2021).

Herman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and


classification 2018-2020. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma.. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid 1. Jogjakarta:
Media Action.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai