Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR PARU

Disusun Oleh :
YUNITA
NIP: 197606112005012001

BADANG PENGUSAHAAN BATAN

BADAN USAHA RUMAH SAKIT

2020
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-
Nya. Hanya dengan karunia-Nya penulisan makalah ini yang berjudul Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Tumor Paru dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ada beberapa
kendala yang menghambat terselesainya karya tulis ini diantaranya keterbatasan pengetahuan
serta sumber yang penulis miliki.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga tugas makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Batam, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1.1 Rumusan Masalah......................................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tumor Paru........................................................................................
2.2 Klasifikasi Tumor Paru........................................................................................
2.3 Etiologi.................................................................................................................
2.4 Petofisiologi.........................................................................................................
2.5 Manifestasi Klinis................................................................................................
2.6 Komplikasi...........................................................................................................
2.7 Pemeriksaaan Penunjang.....................................................................................
2.8 Pemeriksaan Medis Dan Non Medis....................................................................
2.9 Penatalaksanaan Keperawatan.............................................................................
2.10 Pencegahan........................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian............................................................................................................
3.2 Diagnosa keperawatan.........................................................................................
3.3 Intervensi keperawatan........................................................................................
3.4 Implementasi keperawatan...................................................................................
3.5 Evaluasi ...............................................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan..............................................................................................................
4.2 Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas. Tetapi virus, faktor lingkungan, dan
faktor genetik semuanya berkaitan dengan risiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya
tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan
terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan
untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kesehatan dan merupakan
salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan
yang bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain.
Sel kanker adlah sel normal yang mengalami mutasi atau perubahan genetik dan tumbuh
tanpa terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain.
Proses pembentukan kanker atau karsinogenesis merupakan kejadian somatik dan
sejak lama di duga disebabkan karena akumulasi perubahan genetik dan epigenetik yang
menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler perkembangbiakan sel.
Perubahan genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan atau inaktivasi gen
penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar progresinya.
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru atau disebut
metastasis tumor di paru. Dalam pedoman penatalaksaan ini yang di maksud dengan
kanker paru ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus
atau karsinoma bronkus.
Menurut Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001, penyakit saluran napas
merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia setelah penyakit
gangguan pembuluh darah. Penyakit tumor paru ini merupakan salah satu penyakit utama
yang menyebabkan pasien memerlukan perawatan, baik di rumah sakit maupun di rumah.
Namun demikian, tumor paru dapat dimulai pada segala usia, mempengaruhi pria dan
wanita tanpa kecuali, dan bisa terjadi pada setiap orang pada segala etnis.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan tumor paru?
b. Ada berapa klasifikasi tumor paru?
c. Bagaimana etiologi tumor paru?
d. Bagaimana patofisiologi tumor paru?
e. Apa manifestasi klinis tumor paru?
f. Apa komplikasi dari tumor paru?
g. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan tumor paru?
h. Bagaimana pemeriksaan medis dan non medis pasda tumor paru?
i. Bagaimana penatalaksanaan tumor paru?
j. Bagaimana pencegahan tumor paru?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian tumor paru.
b. Untuk mengetahui klasifikasi tumor paru.
c. Untuk mengetahui etiologi.
d. Untuk mengetahui petofisiologi.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis.
f. Untuk mengetahui komplikasi.
g. Untuk mengetahui pemeriksaaan penunjang.
h. Untuk mengetahui pemeriksaan medis dan non medis.
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan keperawatan.
j. Untuk mengetahui pencegahan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Tumor Paru
Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari bahasa
latin, yang berarti bengkak. Istilah Tumor ini digunakan untuk menggambarkan
pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut Brooker, 2001
pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).
(Muhammad sidik hasanuddin, 2011)
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada
umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara
serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan
tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak
mudah dikeluarkan dengan cara operasi. (http://www.academia.edu/5218241)
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang
abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga
dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC (Small Cell Lung
Cancer) dan NSLC (Non Small Cell Lung Cancer) atau Karsinoma Skuamosa, adeno-
karsinoma, karsinoma sel besar. (Astried Indasari, 2003)
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru
berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang
terkena kanker. (Astried Indasari, 2003)
Keganasan yang terjadi 90% di epithelium bronkus yang tumbuh lambat memakan
waktu 8-10 tahun dan tumor mencapai ukuran 1 cm, dimana lesi terkecil dapat dideteksi
dengan X-Ray. (Astried Indasari, 2003)
Kanker paru atau disebut karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primer
sistem pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal dari mukosa
percabangan bronkus. (Astried Indasari, 2003)

2.2 Klasifikasi Tumor Paru


Klasifikasi tumor paru terdiri dari tumor paru jinak dan tumor paru ganas. Menurut
Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau
jinak (benign). (Mansjoer,2000)
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada
umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara
serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan
tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak
mudah dikeluarkan dengan cara operasi.
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
napas. Lebih dari 90% kanker paru-paru berawal dari bronki (saluran udara besar yang
masuk ke paru-paru), kanker ini disebut karsinoma bronkogenik, yang terdiri dari :
(Muhammad sidik Hasanuddin, 2011)
1. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik karsinoma
bronkogenik yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus.
2. Adenokarsinoma. Memperlihatkan susunan karsinoma seperti kelenjar bronkus dan
dapat mengandung mucus
3. Karsinoma sel besar : sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.
4. Karsinoma sel kecil : seperti tipe sel skuamosa, biasanya terletak di tengah disekitar
percabangan utama bronki.
5. Karsinoma sel alveolar berasal dari kantong udara (alveoli) di paru-paru. Kanker ini
bisa merupakan pertumbuhan tunggal, tetapi seringkali menyerang lebih dari satu
daerah di paru-paru.

2.3 Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa
faktor yang bertanggung jawab dalam peningkatan insiden tumor paru atau faktor
pendukung dari tumor paru, antara lain : (Price Sylvia, 2006)
1. Merokok dan asap rokok
Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru
pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin
besar risiko untuk menderita tumor atau kanker paru-paru.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari)
dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai
kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang
perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali
ke pola risiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon
karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan
pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
Kanker paru adalah sepuluh kali lebih umum terjadi pada perokok dibanding pada
bukan perokok. Resiko ditentukan dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun
(jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah tahun merokok).
Selain itu, makin muda individu memulai merokok, makin besar resiki terjadinya
kanker paru. Faktor lain juga dipertimbangkan termasuk jenis rokok yang dihisap
(kandungan tar, filter dengan tidak berfilter).
Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan
tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan
menderita kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa penelitian mengatakan
bahwa perokok pasif pun akan berisiko terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar
asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena risiko kanker paru dua kali
lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan perempuan yang hidup dengan
suami atau pasangan perokok juga terkena risiko kanker paru 2-3 kali lipat.
Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif.
Insiden kanker paru pada perempuan di USA dalam 10 tahun terakhir ini juga naik
menjadi 5% per tahun, antara lain karena meningkatnya jumlah perempuan perokok
atau sebagai perokok pasif.
Jika seseorang perokok menghentikan kebiasaan merokok, maka penurunan risiko
baru tampak setelah 3 tahun penghentian dan akan menunjukkan risiko yang sama
dengan bukan perokok setelah 10-13 tahun.
Perokok pasif telah diidentifikasi sebagai penyebab yang mungkin dari kanker
paru pada bukan perokok. Dengan kata lain, individu yang secara involunter terpajang
pada asap tembakau dalam lingkungan yang dekat (mobil, gedung) berisiko terhadap
terjadinya kanker paru. Opini publik telah mengarah pada berbagai kampanye untuk
melarang merokok pada tempat-tempat umum seperti restoran, kantor, dan pesawat
udara.
2. Paparan zat karsinogen (asbestos, radiasi ion, radon arse)
Pemajanan (paparan) kronik terhadap karsinogen industrial, seperti arsenic,
asbestos, gas mustard, krom, asap oven untuk memasak, nikel, minyak, dan radiasi
telah dikaitkan dengan terjadinya tumor atau kanker paru. Hukum telah dibuat untuk
mengendalikan pemajanan terhadap elemen tersebut ditempat kerja.
Radon adalah gas tidak berwarna, tidak berbau yang ditemukan dalam tanah dan
bebatuan. Gas berat yg mengandung radioaktif, berasal dari peluruhan radium, yang
terberat dikenal dengan nomor massa 222 dan termasuk seri radioaktif uranium.
Selama bertahun-tahun, gas ini telah dikaitkan dengan pertambangan uranium tetapi
sekarang diketahui gas tersebut dapat menyusup ke rumah-rumah melalui bebatuan
didasar tanah.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru)
berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga
merupakan agen etiologi operatif.
Bahan-bahan industri yang paling banyak dihubungkan dengan karsinoma
bronkogenik adalah asbestos. Dinyatakan bahwa asbestos dapat meningkatkan risiko
kanker 6-10 kali. Paparan industri ini baru tampak pengaruhnya setelah 15-20 tahun.
Lapangan pekerjaan lain yang dikaitkan dengan peningkatan risiko terhadap
kemungkinan menderita kanker paru adalah penambang nikel, industri ion exchange
resin yang menggunakan klormetil eter dan bisklorometil eter, penambang biji kromit
serta industri pemakai arsenikum.
Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard
dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru. Terdapat insiden yang
tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic
(pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru-paru hematite) dan orang-orang
yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan
insiden.
3. Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari
pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen
dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
Berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk di dalamnya adalah sulfur,
emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan pabrik. Bukti-bukti
menunjukkan bahwa insiden kanker paru lebih besar di daerah perkotaan sebagai
akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan bermotor.
2.4 Patofisiologi (Price Sylvia, 2006)
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, faktor lingkungan seperti polusi
udara, merokok, bekerja di industri, semunya berkaitan dengan risiko terjadinya tumor.
Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang
merangasang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama
dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang
berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik
(DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan
berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama
mingguan sampai tahunan.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia, dan displasia. Bila
lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia, dan displasia menembus ruang
pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi
ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala-gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengar pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat
tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa). Karsinoma
sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel
skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial.
Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial. Karsinoma sel
besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan alveoli.
Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai
progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ
yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma
prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.
2.5 Manifastasi Klinis
Manifestasi klinis pada penderita tumor paru yaitu : (Muhammad Sidik Hasanuddin,
2011)
a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan.
b. Napas pendek-pendek dan suara parau.
c. Batuk berdarah dan berdahak.
d. Nyeri pada dada ketika batuk dan menarik napas yang dalam.
e. Hilang nafsu makan dan berat badan menurun.

2.6 Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada kanker paru di antaranya: (Muhammad Sidik
Hasanuddin, 2011)
a. Reseksi bedah dapat mengakibatkan gagal napas.
b. Terapi radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru.
c. Kemoterapi kombinasi radiasi  dapat menyebabkan pneumonitis.
d. Pneumotorak : udara yang terperangkapdi dalam rongga pleura, yang
menyebabkan paru-paru mengempis
e. Empiema : akumulasi nanah di dalam rongga
f. Edokarditis : infeksi lapisan dalam jantung (endokardium). Endokarditis
biasanyaterjadi ketika bakteri atau kuman lain dari bagian lain dari tubuh anda,
seperti mulut, menyebar melalui aliran darah dan menempel pada ke daerah2 yang
rusak di dalam jantung anda. Jika tidak diobati,endokarditis dapat merusak atau
menghancurkan katup jantung dam dapat menyebabkan komplikasi yang
mengancam jiwa.
g. Atelektasis : pengembangan paru-paru tidak lengkap.
h. Sesak nafas.
i. Batuk darah.
j. Nyeri.
k. Cairan di dada (efusi pleura).
l. Kanker yang menyebar ke bagian lain dari tubuh (metastasis)
m. Kematian.
2.7 Pemeriksaan Penunjang (Muhammad Sidik HAsanuddin, 2011 dan
http://www.academia.edu/5218241)
1. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura
2. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
3. Radiologi
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa
udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau
vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
4. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
5. Histopatologi.
a. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostik kanker paru dikerjakan bila bermacam-macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
2.8 Penatalaksanaan Medis Dan Non Medis (Astried Indasari, 2003)
Penatalaksanaan medis
Sasaran penatalaksanaan ialah untuk memberikan penyembuhan jika memungkinkan.
Secara umum, pengobatan dapat mencakup pembedahan, terapi radiasi, dan kemoterapi.
1. Pembedahan reseksi
Pembedahan Reseksi bedah adalah metoda yang lebih dipilih untuk pasien dengan
tumor setempat tanpa adanya penyebaran metastasis dan mereka yang fungsi
jantung parunya baik. Reseksi bedah jarang menghasilkan penyembuhan
sempurna.
2. Terapi radiasi
Terapi radiasi dapat menyembukan pasien dalam persentasi kecil, namun
bermanfaat dalam pengendalian neoplasma yang tidak dapat di reseksi tetapi yang
responsif terhadap radiasi. Radiasi dapat digunakan untuk mengurangi ukuran
tumor dan dapat digunakan sebagai pengobatan paliatif untuk menghilangkan
tekanan tumor, radiasi dapat membantu menghilangkan batuk, nyeri dada,
dispnea, hemoplisis, dan nyeri tulang serta hepar.
3. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk menganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasis luas, untuk
melengkapi bedah atau terapi radiasi.
Penatalaksanaan non medis
1. Manganjurkan pasien untuk tidak merokok.
2. Hidup dalam lingkungan yang tidak cemar polusi.
3. Beri dukungan terhadap pasien.

2.9 Penatalaksanaan Keperawatan (http:/www.academia.edu/5218241)


a. Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya
b. Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi yang
sering, sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk
c. Mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan.

2.10 Pencegahan (Muhammad Sidik Hasanuddin, 2011)


Tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker paru-paru, tetapi dapat mengurangi
risiko jika :
1. Tidak merokok. Jika belum pernah merokok, jangan mulai. Bicaralah dengan anak-
anak untuk tidak merokok sehingga mereka bisa memahami bagaimana untuk
menghindari faktor risiko utama kanker paru-paru. Banyak perokok mulai merokok di
usia remaja. Memulai percakapan tentang bahaya merokok dengan anak-anak lebih
awal sehingga mereka tahu bagaimana harus bereaksi terhadap tekanan teman sebaya.
2. Berhenti merokok. Berhenti merokok sekarang. Berhenti merokok mengurangi risiko
kanker paru-paru, bahkan jika telah merokok selama bertahun-tahun. Konsultasi
dengan dokter tentang strategi dan bantuan berhenti merokok yang dapat membantu
berhenti. Pilihan meliputi produk pengganti nikotin, obat-obatan dan kelompok-
kelompok pendukung.
3. Hindari asap rokok. Hindari daerah di mana orang merokok, seperti bar dan restoran,
dan memilih area bebas asap.
4. Tes radon rumah. Periksa kadar radon di rumah, terutama jika tinggal di daerah
dimana radon diketahui menjadi masalah. Kadar radon yang tinggi dapat diperbaiki
untuk membuat rumah lebih aman. Untuk informasi mengenai tes radon, hubungi
departemen kesehatan.
5. Hindari karsinogen di tempat kerja. Tindakan pencegahan untuk melindungi diri dari
paparan bahan kimia beracun di tempat kerja. Perusahaan harus memberitahu jika
terkena bahan kimia berbahaya di tempat kerja. Misalnya, jika diberi masker untuk
perlindungan, selalu memakainya. Tanyakan kepada dokter apa lagi yang bisa
lakukan untuk melindungi diri di tempat kerja. Risiko kerusakan paru-paru dari
karsinogen ini meningkat jika merokok.
6. Makan-makanan yang mengandung buah-buahan dan sayuran. Pilih diet sehat dengan
berbagai buah-buahan dan sayuran. Makanan sumber vitamin dan nutrisi yang terbaik.
Hindari mengambil dosis besar vitamin dalam bentuk pil, karena mungkin akan
berbahaya. Sebagai contoh, para peneliti berharap untuk mengurangi risiko kanker
paru-paru pada perokok berat memberi mereka suplemen beta karoten. Hasilnya
menunjukkan suplemen benar-benar meningkatkan risiko kanker pada perokok.
7. Minum alkohol dalam jumlah sedang, jika bisa sama sekali tidak. Batasi diri untuk
satu gelas sehari. Jika seorang wanita atau dua gelas sehari jika seorang laki-laki.
Setiap orang usia 65 atau lebih tua harus minum alkohol tidak lebih dari satu gelas
satu hari.
8. Olah raga. Capai minimal 30 menit olah raga pada setiap hari dalam seminggu.
Periksa dengan dokter terlebih dahulu jika belum berolahraga secara teratur.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR PARU
1.1 Pengkajian
A. Pengumpulan Data.
1. Keadaan umum : lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada, bingung, cemas,
kurang istirahat.
2. Kebutuhan dasar:
a. Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya sekret dan terjadi
kesulitan menelan (disfagia), penurunan berat badan.
b. Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)
c. Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada.
d. Aktivitas : keletihan, kelemahan.
B. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan
a. Sesak nafas, nyeri dada
b. Batuk produktif tak efektif
c. Suara nafas : ronchi, wheezing, stridor, penurunan suara nafas pada inspirasi
d. Serak, paralysis pita suara.
b. Retraksi dinding dada, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, menurunnya
pergerakkan dinding dada, peningkatan usaha untuk bernafas.
c. Sekret bisa mengalami meningkat, purulent.
2. Sistem kardiovaskuler dan sirkulasi
a. Takikardi, disritmia.
b. Menunjukkan efusi (gesekan pericardial).
c. Pucat, sianosis, diaphoresis, hipotensi, aritmia pada atrial maupun ventrikular,
penurunan cardiac out put (COP), shock.
3. Sistem gastrointestinal
Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, dan berat badan menurun.
4. Sistem urinarius
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine.
5. Sistem neurologis
a. Perasaan takut/ takut hasil pembedahan.
b. Kegelisahan.
B. Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
Perasaan lemah, Sesak nafas, nyeri dada, batuk tak efektif, serak, haus, anoreksia,
disfalgia, berat badan menurun, peningkatan frekuensi/ jumlah urine, dan takut.
2. Data Objektif
Batuk produktif, takikardi/ disritmia, menunjukkan efusi, sianosis, pucat, gelisah,
suara nafas : ronchi, wheezing, stridor, penurunan suara nafas pada inspirasi.
C. Pemeriksaan penunjang
Analisa gas darah (didapatkan hypoksemia, acidosis, peningkatan atau penurunan
CO2). Fungsi pernafasan (penurunan VC, peningkatan volume tidal). ECG (mungkin
ditunjukkan adanya arrytmia).
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
b. Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada jaringan paru.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk bernafas.
e. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor paru.
f. Ketidakseimbangan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelelahan dan dyspnea.
3.3 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Ketidakefektifan pola nafas NOC : NIC :
berhubungan dengan  Respiratory status:  Airway Management
penurunan ekspansi paru ventiolation Buka jalan nafas
Definisi : Inspirasi atau  Respiratory status: dengan teknik chin
ekspirasi yang tidak memberi Airway patency lift atau jaw thrust
ventilasi  Vital sign status bila perlu
Batasan Karakteristik: Kriteria Hasil : Posisikan pasien
 Perubahan kedalaman - Mendemonstrasikan untuk
bernafas batuk efektif dengan memaksimalkan
 Perubaham ekskursi dada suara nafas yang ventilasi
 Mengambil posisi  tiga titik besih, tidak ada Identivikassi pasien
 Bradipneu sianosis dan dyspneu perlunya
 Penurunan tekanan ekspirasi (mamou mengeluar- pemasangan alat
 Penurunan ventilasi se kan septum, mampu jalan nafas buatan
menit bernafas dengan Pasang mayo bila
 Penurunan kapsitas vital mudah, tidak ada perlu
 Dipneu pursed lips) Lakukan fisioterapi
 Peningkatan diameter - Menunjukkan jalan bila perlu
anterior posterior nafas yang paten Kluarkan sekret
 Pernapasan cuping hidung (klien tidak merasa dengan batuk atau
 Ortopneu tercekik, irama suction
 Fese ekspirassi memanjang nafas, frekuensi Auskultassi suara
 Pernapasan bibir pernafasan dalam nafas, catat adanya
 Takipneu rentang normal, suara tambahan
 Penggunaan otot eksesorius tidak ada suara Lakulkan suction
untuk bernapas abnormal) pada mayo
Faktor faktor yang - Tanda- tanda vital Berikan brinkodilator
berhubungan : dalam rentang bila perlu
• Ansietas normal (tekanan Berikan pelembab
• Posisi tubuh darah, nadi, udara kassa basah
• Defomitas tulang pernafasan) NaCl lembab
• Defomitas dinding dada Atur intake untuk
• Keletihan cairan
• Hiperventilasi mengoptimalkan
• Sindrom hipoventilasi keseimbangan.
• Gangguan muskuloskeletal Monitor respirasi dan
• Kerusakan neurologis status O2
• Imaturitas neurologis Oxygen Therapy
• Disfungsi neuromuskular Bersihkan mulut,
• Obesitas hidung dan sekret
• Nyeri trakea
• Keletihan otot pernafasan Pertahankan jalan
cedera medula spinalis nafas yang paten
Atur peralatan
oksigen
Monitor aliran
oksigen
Pertahankan posisi
pasien
Observasi adanya
tanda – tanda
hiperventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadan oksigenasi
Vital Sign Monitoring
Monitor
TD,nadi,suhu,dan
RR
Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
Monitor Vs saat
pasien berbaring,
duduk n, atau berdiri
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD, nadi,
RR,sebelum,selama,
dan setelah
aktivitass
Monitor kualitas
dari nadi
Monitor frekuensi
dan irama
pernafasan
Monitor suara paru
Monitor pola
pernafasan abnormal
Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing
triad(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,peningkat
an sistolik)
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
2. Ketidakefektifan NOC: NIC:
pembersihan jalan nafas  Respiratory Status: Airway Suction
berhubungan dengan Ventilation Pastikan kebutuhan
obstruksi jalan nafas.  Respiratory status: oral / trakeal
Definisi : Ketidakmampuan Airway patency suctioning
untuk membersihkan sekresi Kriteria Hasil: Auskultassi suara
atau obstruksi dari saluran - Mendemonstrasikan nafas sebelum dan
pernafasan untuk batuk efektif dan sesudah suctioning
mempertahankan kiebersihan suara nafas yang Informasikan pada
jalan nafas. bersih, tidak ada klien dan kluarga
Batasan Karakteristik : sianosis dan dyspneu tentang suctioning
 Tidak ada batuk (mampu mengeluar- Minta pasien nafas
 Suara napas tambahan kan sputum, mampu dalam sebelum
 Perubahan frekuensi napas bernafas dengan suction dilakukan
 Perubahan irama napas mudah, tidak ada Berikan O2 dengan
 Sianosis suara nafas menggunakan nasal
 Kesulitan berbicara atau abnormal) untuk memfasilitassi
mengeluarakan suara - Menunjukkan jalan suction nasotrakeal
 Penurunan bunyi napas nafas yang paten Gunakan alat yang
 Dipsneu (klien tidak merasa steril setiap
 Sputum dalam jumlah yang tercekik, irama nafas, melakukan tindakan
berlebihan frekuensi pernafasan Anjurkan passien
 Batuk yang tidak efektif dalam rentang untuk istirahat dan
 Orthopneu normal, tidak ada nafass dalam setelah
 Gelisah suara nafas kateter dikeluarkan
 Mata terbuka lebar abnormala) dari nasotrakeal
Faktor Yang berhubungan: - Mampu Monitor status
• Lingkungan: mengidentifikasikan oksigen pasien
- Perokok pasif dan mencegah faktor Ajarkan keluarga
- Pengisap asap yang dapat bagaimana cara
- Merokok menghambat bjalan melakukan suction
• Obstruksi jalan nafas: nafas Hentikan suction
- Spasme jalan nafas dan berikan oksigen
- Mokus dalam jumlah apabila pasien
berlebihan menunjukkan
- Eksudat dalam jalan bradikardi,
alveoli peningkatan
- Mareti asing dalam jalan saturassi O2, dll.
nafas Airway Management
- Adanya jalan nafas Buka jalan nafas,
buatan gunakan teknik chin
- Sekresi bertahan/sisa lift atau jaw thrust
sekresi bila perlu
- Sekresi dalam bronki Posisikan pasien
• Fisiologis: untuk
- Jalan nafas alergik memaksimalkan
- Asma ventilasi
- Penyakit paru obstruktif Identifikasi pasien
kronik perlunya
- Hiperplasihiperplasi pemasangan alat
dinding bronkial jalan nafas buatan
- Infeksi Pasang mayo bila
- Disfungsi perlu
neuromuskular Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultassi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
Lakukan suction
pada mayo
Berikan
bronkodilator bila
perlu
Berikan pelembab
udara kassa basah
NaCl lembab
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
Monitor rspirasi dan
status O2
3. Gangguan pertukaran gas NOC : NOC:
berhubungan dengan  Respiratory Status: Airway Management
hipoksia kronik pada Gas exchange Buka jalan nafas,
jaringan paru.  Respiratory status: gunakan teknik chin
Definisi : Kelebihan atau Ventilation lift atau jaw thrust
defisit pada oksigenasi atau  Vital Sign status bila perlu
eleminassi karbon dioksida Kriteria Hasil : Posisikan passien
pada membran alveolar - - Mendemonstrasikan untuk
kapiler peningkatan mamaksimalkan
Batasan karakteristik : ventilassi dan ventilasi
 PH darah arteri abnormal oksigenassi yang Identifikasi pasien
 PH arteri abnormal adekuat perlunya
 Pernafasan - Memelihara pemasangan alat
abnormal(mis,pucat,kehita kebersihan paru- jalan nafas buatan
man) paru dan bebas dari Pasang mayo bila
 Konfusi tanda-tanda distress perlu
 Sianosis(pada neonatus pernafasan Lakukan fisioterapi
saja) - Mendemonstrasikan dada jika perlu
 Penurunan karbondioksida batuk efektif dan Keluarkan sekret
 Diaforesis suara nafas yang dengan batuk atau
 Dispneu bersih,tidak ada suction
 Sakit kepala saat bangun sianosis dan Auskultassi suara
 Hiperkapnia dyspneu (mampu nafass , catat
 Hipoksemia mengeluarkan adanya suara
 Hipoksia sputum, mampu tambahan
 Iritabilitas bernafas dengan Lakukan suction
 Nafas cuping hidung mudah,tidak ada pada mayo
 Gelisah pursed lips) Berikan
 Samnolen - Tanda – tanda vital bronkodilator bila
 Takikardi dalam rentang perlu
gangguan penglihatan normal Berikan pelembab
Faktor-faktor yang udara kassa basah
berhubungan : NaCl lembab
 Perubahan membran Atur intake untuk
alveolar – kapiler cairan
 Ventilasi - perfusi mengoptimalkan
keseimbangan
Monitor rspirasi dan
status O2
Respiratory
Monitoring
Monitor rata-rata,
kedalaman, irama,
dan usaha respirasi
Catat pergerakan
dada, amati
kesimetrisan,
pengguanaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
Monitor suara nafas,
seperti dengkur
Monitor pola nafas:
bradipneu, takipneu,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Catat lokassi trakea
Monitor kelelahan
otot
diafragma(gerakan
paradoksis)
Auskultassi suara
nafas ,catat area
penurunan/ tidak
adaventilasi dan
suara nafas
tambahan
Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan rocki
pada jalan nafs
trauma
Auskultassi suara
paru setelah
tindakan untuik
mengetahui
hasilnya.
4. Intoleransi aktivitas NOC: NIC :
berhubungan dengan  Energy Activity Therapy
kelemahan secara umum. Consevation Kolaborasikan
Definisi:  Activity tolerance dengan tenaga
 SelfCare: ADls rehabilitasi medik
Kriteria Hasil : dalam
- Berpartisipassi dalam merencanakan
aktifitas fisik tanpa program terapi yang
disertai peningkatan tepat
tekanan darah , nadi Bantu klien untuk
dan RR mengidentifikasi
- Mampu melakukan aktivitas yang
aktifitass sehari -  mampu dilakukan
harib (ADLs)secara Bantu untuk
mandiri memilih aktivitas
- Tanda – tanda vital yang konsisten yang
normal sesuai dengan
- Energy psikomotor kemampuan fisik ,
- Level kelemahan psikologi dan sosial
- Mampu Bantu untuk
berpindah:dengan mengidentifikasi
atau tanpa bantuan dan mendapatkan
alat sumber yang
- Status diperlukan untuk
kardiopulmonari aktivitas yang di
adekuat inginkan
- Sirkulassi status baik Banytu untuk
- Status respirasi: mendapatkan alat
pertukaran gas dan bantuan aktivitas
ventilasi adekuat seperti kursi roda,
krek,
Bantu untuk
mengidentivikasi
kegiatan yang
disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
Bantu pasien /
keluarga untuk
,mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktifitas
Sediakan penguatan
positif bagi yang
aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diridan
penguatan
         Monitor
respon
fisik,emosi,sosial
dan spiritual
5. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan  Nutritional Status : Nutrition
tubuh  Nutritional status : Management
Definisi : asupan nutrisi tidak food and fluid Kaji adanya alergi
cukup untuk memenuhi  Intake makanan
kebutuhan metabolik  Nutritional status : Kolaborasi dengan
Batasan karakteristik : nutrrient intake ahli gizi untuk
 kram abdomen  Weight control menentukan jumlah
 nyeri abdomen Kriteria hasil : kalori dan nutrisi
 menghindari makanan - Adanya peningkatan yang di butuhkan
 berat badan 20% atau lebih berat bedan sesuai pasien
di bawah berat badab ideal dengan tujuan Anjurkan pasen
 kerapuhan kapiler - Berat badan ideal untuk
 diare sesuai dengan tinggi meningkatkan
 kehilangan rambut badan intake Fe
berlebihan - Mampu Anjurkan pasien
 bising usus hiperaktif mengidentifikasi untuk
 kurang makanan kebutuhan nutrisi meningkatkan
 kurang informasi - Tidak ada tanda- protein dan vitamin
 kurang minat pada makanan tanda malnutrisi C
 penurunan berat badan - Menunjukkan Berikan substansi
dengan asupan makanan peningkatan fungsi gula
adekuat pengecapan dari Yakinkan diet yang
 kesalahan konsepsi menelan dimakan
 kesalahan informasi - Tidak terjadi mengandung tinggi
 membran mukosa pucat penurunan berat serat unuk
 ketidakmampuan memakan badan mencegah
makanan konstipasi
 tonus otot menurun Berikan makanan
 mengeluh gangguan sensasi yang terpilih (sudah
rasa konsultasikan
 mengeluh asupan makanan dengan ahli gizi)
kurang dari RDA Ajarkan pasien
(recommended daily bagaimana
allowance) membuat catatan
 cepat kenyang setelah makanan harian
makan Monitor jumlah
 sariawan rongga mulut nutrisi dan
 steatorea kandungan kalori
 kelemahan otot pengunyah Berikan informasi
 kelemahan otot untuk tentang kebutuhan
menelan nutrisi
faktor-faktor yang Kaji kemampuan
berhubungan: pasien untuk
• faktor biologis mendapatkan
• faktor ekonomi nutrisi yang
• ketidakmampuan untuk dibutuhkan
mengabsorbsi nutrien Nutrition monitoring
• ketidakmampuan untuk BB pasien dalam
mencerna makanan batas normal
• ketidakmampuan menelan Monitot adanya
makanan penurunan berat
• faktor psikologis badan
Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
monitor turgor kulit
monitor
kekeringan, rambut
kusam, dan mudah
patah
monitor mual dan
muntah
monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
monitor kalori dan
intake nutrisi
catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral
catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
6. Gangguan rasa nyaman NOC NIC
Definisi : merasa kurang  Ansiety Anxiety reduction
senang, lega dan sempurna  Fear leavel (penurunan
dalam dimensi fisik,  Sleep deprivation kecemasan)
psikospiritual, lingkungan dan  Comfort, readines Gunakan
sosial for enchanced pendekatan yang
Batasan karakteristik kriteria hasil : menenangkan
 Ansietas - Mampu mengontrol Nyatakan dengan
 Menangis kecemasan jelas harapan
 Gangguan pola tidur - Status lingkungan terhadap pelaku
 Takut yang nyaman pasien
 Ketidakmampuan untuk - Mengontrol nyeri Jelaskan semua
rileks - Kualitas tidur dan prosedur dan apa
 Iritabiitas istirahat adekuat yang dirasakan
 Merintih - Agresi pengendalian selama prosedur
 Melaporkan merasa dingin diri Pahami prespektif
 Melaporkan merasa panas - Respon terhadap pasien terhadap
 Melaporkan perasaan tidak pengobatan situasi stress
nyaman - Control gejala Temani pasien
 Melaporkan gejala distress - Status kenyamanan untuk memberikan
 Melaporkan rasa lapar meningkat keamanan dan
 Melaporkan rasa gatal - Dapat mengontrol mengurangi takut
 Melaporkan kurang puas ketakutan Dorong keluarga
dengan keadaan - Support social untuk menemani
 Melaporkan kurang senang - Keinginan untuk anak
pada situasi tersebut hidup Lakukan back /
 Gelisah neck rub
 Berkeluh kesah Dengarkan dengan
Faktor yang berhubungan penuh perhatian
 Gejala terkait penyakit Identifikasi tingkat
 Sumber yang tidak adekuat kecemasan

 Kurang pengendalian Bantu pasien

lingkungan mengenal situasi

 Kurang privasi yang menimbulkan

 Kurang kontrol situasional kecemasan


Dorong pasien
 Stimulasi lingkungan yang
untuk
mengganggu
mengungkapkan
 Efek samping terkait terapi
perasaan, ketakutan,
(mis., medikasi, radiasi)
persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan
tekhnik relaksasi
Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
Environment
Management Confort
Pain Management

3.4 Implementasi Keperawatan


Dari hasil entervensi yang telah tertulis implementasi / pelaksanaan yang dilakukan
disesuaikan dengan keadaan pasien dirumah sakit pekasanaan perupakan pengelolahan
dan perwujudan, dan rencana tindakan yang meliputi beberapa bagina, yaitu validasi,
rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.
3.5 Evaluasi
1. Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang keresahan klien
dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
2. Dalamevaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :

a. Tujuan tercapai : pasien menunjukkan perubahan dengan standart yang telah


ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian : Pasien menunjukkan perubahan sebagai sebagian
sesuai dengan standart yang telah ditetapkan.
c. Tujuan tidak tercapai : Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama
sekali.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
napas. Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila
lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang
pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra.
Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu batuk yang terus menerus dan
berkepanjangan, napas pendek-pendek dan suara parau, batuk berdarah dan berdahak,
nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam, hilang nafsu makan dan
berat badan
4.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis
dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Indrasari, Astried. 2003. Diagnosis Dini Kanker Paru. Diunduh dari


https://id.scribd.com/doc/79638724/REFRAT-KANKER-PARU oleh marlina sihombing
pada tanggal 11 November 2015 pukul 14.07 WIB
Diunduh dari https://id.scribd.com/doc/87190282/Kanker-paru oleh tpuspitasary pada
tanggal 11 November 2015 pukul 14.09 WIB
Hasanuddin, Muhammad sidik. 2011. Refrat Tumor Paru. Diunduh dari
https://id.scribd.com/doc/91209529/Tumor-Paru-Referat oleh muhammad sidik hasanuddin
pada tanggal 11 November 2015 pukul 14.06 WIB
Diunduh dari https://www.academia.edu/5218241/MAKALAH-KMB-TUMOR-
PARU oleh muhammad hakim pada tanggal 11 November 2015 pukul 14.10 WIB
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Diagnosa Medis Dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Anda mungkin juga menyukai