Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PENCERNAAN DENGAN

GASTROENTRITIS PADA An.A DI RUANG POLY KLINIK ANAK


RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH LUBUK BAJA BATAM

Di susun oleh:

SANTI DEWI SARTIKA LUBIS

00319039

Preseptor Klinik Preseptor Akademik

(Ns. Jupina Samosir, S.Kep) (Ns. Utari Ch Wardhani, S.Kep, M.Kep)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGU KESEHATAN AWAL BROS BATAM
TA 2019/2020

LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI.
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair.
(Suriadi, Rita Yuliani, 2013). Diare merupakan peningkatan massa tinja, frekuensi
buang air besar, fluiditas (tingkat keenceran) tinja dan pembentukan feses yang
melebihi 250gr/hari yang mengandung air 70% hingga 95% (Robbins, 2017).
Diare atau gastroentritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cair dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml/jam tinja). (Hendarwanto, 2016). Diare adalah suatu
keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti: biasanya pada bayi
dan anak dengan konsistensi feses encer, dapat juga berwarna hijau atau bercampur
lender atau darah (Ngastyah, 2015). Menurut Smeltzer (2013) diare dikategorikan
yaitu:
1. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.
2. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
B. ETIOLOGI.
Menurut Smeltzer, 2013 etiologi diare adalah proses infeksi virus, bakteri (disentri,
shigelosis, keracunan makanan) obat-obatan tertentu misalnya: (pergantian hormon
tiroid, pelunak feses, laksatif, antibiotik, kemoterapi dan antasida), gangguan
metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi dan malabsorbsi. Menurut Ngastiyah, 2015
penyebab diare ada beberapa faktor yaitu:
1. Faktor Infeksi.
a. Infeksi enteral adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral meliputi:
1) Infeksi bakteri: Vibria, E.Coli, Salmonella, Shigella, Compylobacter, Yersiria,
Aeromonas.
2) Infeksi virus: Enterovirus, (Virus Echo, Coxsackie, Poliomielitis) Adenovirus,
Rofavirus, Astrovirus, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides, Protozoa, (Entomoeba
Histolyfica, Giardia, Lamblia, Trichomonas Hominis), jamur (candida albicans).
b. Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti: Otitis
Media Akut (OMA), Tonsillitis/ Tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,
pemberian makanan perselang, gangguan metabolic dan endokrin (Diabetes, Addison,
Tirotoksikosis) serta proses infeksi virus/ bakteri (disentri, shigellosis, keracunan
makanan).
2. Faktor malabsorbsi terdiri dari: malabsorbsi karbohidrat, malabsorbsi lemak,
malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan yaitu: makanan basi, beracun, alergi pada makanan.
4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar). Abdul Latief, 2017. Berdasarkan jumlah cairan tubuh yang hilang
dan keadaan klinis pasien, dehidrasi dapat diklasifikasikan kedalam 3 kelompok yaitu:
1. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5%BB), gambaran klinis: torgor kulit sudah
mulai berkurang.
2. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8%BB), gambaran klinis: togor buruk, suara
serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.
3. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10%BB), gambaran klinis: kelanjutan dari tanda
dehidrasi sedang, kesadaran menurun, otot-otot kaku, sianosis.

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Anatomi Sistem Pencernaan.


a. Mulut merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan. Dinding kavum oris
memiliki struktur untuk fungsi mastikasi dimana makanan akan dipotong,
dihancurkan oleh gigi dan dilembabkan oleh saliva. Didalamnya terdapat gigi, lidah
dan kelenjar air liur. Gigi manusia dilengkapi dengan dua set gigi yang tampak pada
masa kehidupan yang berbeda-beda. Set pertama adalah gigi primer (gigi susu atau
desidua), yang bersifat sementara. Selanjutnya set kedua atau set permanen,
menggantikan gigi primer dan mulai tumbuh pada umur 6 tahun, gigi susu akan
berangsur-angsur tanggal (lepas) pada umur 6 tahun. Mulut merupakan jalan masuk
untuk sistem pencernaan, bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Mulut (oris)
berfungsi untuk memotong makanan, mengunyah makanan, mengaduk makanan,
sebagai alat pengecap dan menelan serta merasakan makanan.

b. Tekak atau Faring.


Penghubung rongga mulut dengan kerongkongan, pada bagian ini terdapat
persimpangan antara saluran pencernaan dan saluran pernapasan. Faring berfungsi
untuk menelan makanan yang masuk. Gerakan menelan mencegah masuknya
makanan kejalan udara, pada waktu yang sama jalan udara ditutup sementara.
Permulaan menelan, otot mulut dan lidah kontraksi secara bersamaan.didalam
lengkung faring terdapat tonsil yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak
mengandung limfosit yang merupakan pertahanan terhadap infeksi.
c. Kerongkongan atau Esofagus
Saluran memanjang yang menghubungkan tekak dengan lambung atau ventrikel.
Esofagus fungsinya sama dengan faring yaitu untuk menelan makanan. Didalam
esofagus terdapat sfingter esofagus gastrika, sfingter ini berfungsi untuk mencegah
alir balik isi lambung ke dalam esofagus.
d. Lambung atau gaster/ventrikel
Pembesaran saluran pencernaan yang membentuk kantong. Lambung merupakan
organ otot berongga yang besar dan berbentuk, seperti: kacang kedelai terdiri dari 3
bagian yaitu: kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari
kerongkonan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan
menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung
ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi untuk menampung makanan,
menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltik lambung dan getah
lambung.
e. Usus halus
Usus halus adalah saluran yang memiliki panjang 12 kaki (± 6m). Usus halus
memanjang dari pyloric sphincter lambung sampai sphincter ileocaecal tempat
bersambung dengan usus besar. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga
abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8cm tetapi semakin kebawah
lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5cm. Usus halus
terdiri atas tiga bagian, yaitu: duodenum, jejunum, ileum. Duodenum, bagian
terpendek (25cm) yang dimulai dari pyloric sphincter di perut sampai jejunum.
Berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pancreas
dan duodenal papilla, tempat bermuaranya pancreas dan kantung empedu. Jejunum
memiliki panjang antara 1,5m-1,75m. Di dalam usus ini, makanan mengalami
pencernaan secara kimiawi oleh enzim yang dihasilkan dinding usus. Getah usus yang
dihasilkan mengandung lendir dan berbagai macam enzim yang dapat memecah
makanan menjadi lebih sederhana. Di dalam jejunum, makanan menjadi bubur yang
lumat dan encer. Usus penyerapan (ileum), panjangnya antara 0,75m-3,5m terjadi
penyerapan sari–sari makanan. Permukaan dinding ileum dipenuhi oleh jonjot-jonjot
usus/ vili. Adanya jonjot usus mengakibatkan permukaan ileum menjadi semakin luas
sehingga penyerapan makanan dapat berjalan dengan baik. Usus halus berfungsi
untuk:
1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-
kapiler darah dan saluran-saluran limfe
2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino
3) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
4) Di dalam usus halus terdapat kelenjar yang berfungsi sebagai enzim pencernaan
f. Usus besar
Terdiri atas usus tebal atau kolon dan poros usus atau rectum. Usus besar terdiri dari:
Kolon asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid
(berhubungan dengan rektum). Usus besar berfungsi untuk menyerap air dari
makanan, tempat tinggal bakteri koli dan tempat feces.
g. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di
tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Anus merupakan lubang di
ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Rektum
berfungsi sebagai tempat penampungan feses sebelum akhirnya di keluarkan melalui
anus, sedangkan anus berfungsi sebagai saluran pembuangan akhir feses.
D. PATOFISIOLOGI.
Penyebab gastroenteritis terdiri dari faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor
makanan, dan faktor psikologis. Pertama, faktor infeksi akan mengalami reaksi
inflamasi sehingga terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit yang
menyebabkan isi rongga usus meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi makanan di usus
menyebabkan tekanan osmotik meningkat dan terjadi pergeseran cairan dan elektrolit
ke usus sehingga juga menyebabkan isi rongga usus meningkat. Ketiga faktor
makanan, dimana faktor makanan disini adlah makanan yang beracun, basi maupun
alergi terhadap makanan dimana hal ini akan menyebabkan gangguan motilitas usus.
Keempat, faktor psikologis (cemas atau rasa takut yag berlebih) yang menyebabkan
adanya rangsangan simpatis dan juga terjadi gangguan motilitas usus.
Gangguan motilitas usus terbagi menjadi 2 yaitu: hipermotilitas dan hipomotilitas.
Hipermotilitas akan menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi air dan elektrolit.
Hipomotilitas akan menyebabkan adanya pertumbuhan bakteri. Terjadinya
peningkatan di isi rongga usus, sekresi air dan elektrolit, serta adanya pertumbuhan
bakteri menyebabkan terjadi penyakit gastroenteritis. Gastroenteritis memiliki gejala
dehidrasi yaitu: kehilangan cairan dan elektrolit tubuh dimana pada saat itu terjadi
penurunan volume cairan ekstra sel dan juga terjadi penurunan cairan interstesial yang
menyebabkan turgor kulit menurun. Maka dalam hal ini timbul masalah yaitu:
kekurangan volume cairan dan cemas pada pasien. Gejala yang kedua yaitu:
kerusakan mukosa usus yang menyebabkan si pasien merasakan nyeri, gejala yang
ketiga adalah sering terjadinya defekasi yang menyebabkan terjadi resiko kerusakan
integritas kulit. Gejala selanjutnya adalah terjadinya peningkatan eksresi sedangkan
asupan nutrisi tidak terpenuhi, hal terjadi ketidakseimbangan nutrisi.
E. MANIFESTASI KLINIS.
1. Nyeri perut (abdominal discomfort)
2. Rasa perih di ulu hati
3. Mual, kadang-kadang sampai muntah.
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang.
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada dan perut.
8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).
9. Diare.
10. Demam.
11. Membran mukosa mulut dan bibir kering.
12. Lemah
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium yang meliputi:
1. Pemeriksaan Tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila
diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2. Pemeriksaan Darah.
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan
Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
3. Intubasi Duodenum (Doudenal Intubation).
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.
G. KOMPILKASI.
1. Dehidrasi.
2. Renjatan hipovolemik.
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Mal nutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
H. PENATALAKSANAAN.
1. Medis.
a. Pemberian cairan, jenis, cara dan jumlah pemberian cairan.
b. Dietetik: pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan:
1) Memberikan asi.
2) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral,
makanan yang bersih.
3) Obat-obatan: berikan antibiotic, anti sekresi, anti spasmolitik
2. Keperawatan.
Penyakit diare walaupun semua tidak menular, misalnya: diare karena faktor
malabsorbsi, tetapi perlu perawatan di kamar yang terpisah dengan perlengkapan cuci
tangan untuk mencegah infeksi (selalu tersedia disinfektan dan air bersih) serta tempat
pakaian kotor sendiri, ini bertujuan untuk mempercepat penyembuhan.

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.


1. Pengkajian.
a. Identitas klien.
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tanggal lahir, nama orang tua, pekerjaan
dan pendidikan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu.
Penyakit yang pernah diderita, apakah sebelumnya pernah menderita diare, kebiasaan
hidup, riawayat alergi dan lain-lain.
c. Riwayat kesehatan sekarang.
1) Keluhan utama: keluhan yang sering ditemukan adalah BAB encer lebih dari
empat kali sehari, warna feses kuning kehijauan, hijau, bentuk mukoid dan
mengandung darah.
2) Riwayat perjalanan penyakit: beberapa lama penyakit diderita, hal-hal yang
meringankan dan memperberat penyakit.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Ada riwayat penyakit gastroenteritis atau diare.
2. Pemeriksaan Fisik.
a. Observasi tanda-tanda vital: tekanan darah menurun akibat ketidakseimbangan
cairan elektrolit, suhu meningkat, nadi cepat, lemah, respirasi meningkat akibat
asidosis metabolic.
b. Keadaan Umum Klien.
Mula-mula jatuh pada dehidrasi ringan yang apabila tidak segera diatasi maka akan
jatuh pada dehidrasi sedang dan berat, yang diawali kelemahan fisik, gelisah, rewel,
lesu, sampai kesadaran menurun.
c. Sistem Pencernaan: mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat
> 35x/menit, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum.
d. Sistem Pernafasan: dispnea, pernafasan cepat > 40x/menit karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan).
e. Sistem Kardiovaskuler: nadi cepat > 120x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang.
f. Sistem Integumen: warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu meningkat >
37,50C, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2
detik, kemerahan pada daerah perianal.
g. Sistem Perkemihan: urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24jam),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
h. Dampak hospitalisasi: semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon
yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Gangguan pola defeksi : diare
2. Defisit volume cairan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
4. Hipertemi.
5. Nyeri.
6. Risiko kerusakan integritas kulit.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Diare Setelah dilakukan asuhan Kaji ststus pencrnaan secara
Batasan karakteristik: keperawatan selama 1x24 berkala.
Karakteristik feses cair.jam. Kriteria hasil: Ajarkan keluarga dan pasien
Peningkatan bising usus. Pasien mengalami mengenal langkah-langkah
Frekuensi BAB melebihi penurunan frekuensi BAB. pencegahan dan cara mengurangi
batas normal (4-5x/hari). Bising usus pasien berada
resiko kejadian diare.
Keluhan nyeri abdomen.pda rentang normal Identifikasi penyebab diare.
Kehilangan berat badan Pantau frekuensi BAB dan
karakteristik tinja.
Faktor yang berhuungan: Pantau intake dan output
Alergi klien.
Diet Pantau diet sesuai dengan
Infeksi keperluan.
Disfungsi saluran cerna
Obat-obatan
Faktor psikologi
2 Defisit volume cairan Setelah dilakukan asuhan Monitor status hidrasi
Batasan karakteristik: keperawatan selama 1x24 (kelembaban membran mukosa,
Membran mukosa/ kulit jam. Kriteria hasil: nadi), jika diperlukan.
kering Mempertahankan urine Lakukan pemeriksaan
Temperatur tubuhoutput sesuai dengan usia dan
laboratorium (HB, HT, dan
meningkat BB, hasil laboratorium dalamTrombosit).
Nilai laboratorium batas normal. Monitor tanda-tanda vital
meningkat. Tidak ada tanda tanda sign.
Perubahan tingkat
dehidrasi. Monitor masukan makanan/
kesadaran Elastisitas turgor kulit
cairan dan hitung intake.
Faktor yang berhubungan baik, membran mukosa Kolaborasi pemberian cairan
dengan: lembab, tidak ada rasa haus
IV.
Intake yang yang
tidak berlebihan Monitor status nutrisi dan
adekuat. pemenuhan cairan.
Banyak kehilangan Anjurkan keluarga untuk
cairan meningkatkan asupan cairan
kepada klien.
3 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tidakan Berikan informasi tentang
kurang dari kebutuhan tubuhkeperawatan 1x24jam.
kebutuhan nutrisi.
Batasan karakteristik: Kriteria hasil: Kaji kemampuan pasien
Berat badan 20% atau Adanya peningkatan
untuk mendapatkan nutrisi yang
lebih di bawah ideal. berat badan sesuai dengan dibutuhkan.
Dilaporkan tujuan.
adanya Kaji adanya alergi makanan.
intake makanan yang kurang Berat badan ideal sesuai Anjurkan klien untuk makan
dari RDA (Recomended dengan tinggi badan. sedikit tapi sering.
Daily Allowance). Mampu mengidentifikasi Anjurkan klien agar selalu
Membran mukosa dan kebutuhan nutrisi. menjaga kebersihan mulut untuk
konjungtiva pucat. Tidak ada tanda tanda meningkatkan nafsu makan.
Kelemahan otot yang malnutrisi. Kolaborasi dengan ahli gizi
digunakan untuk menelan/ Tidak terjadi penurunan
untuk menentukan jumlah kalori
mengunyah berat badan yang berarti dan nutrisi yang dibutuhkan
Faktor-faktor yang pasien.
berhubungan:
Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna
makanan atau mengabsorpsi
zat-zat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.
4 Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Kaji TTV secara berkala.
Batasan karakteristik: keperawatan selama 1x24 Monitor warna dan suhu
Kenaikan suhu tubuh jam. Kriteria hasil: kulit.
diatas rentang normal. Suhu tubuh dalam Monitor WBC, Hb, dan Hct.
Tanda-tanda dehidrasi. rentang normal (36,50C Monitor intake dan output.
Takikaerdia 0
-37,5 C). Berikan selimut tipis kepada
Faktor - faktor yang Tidak ada perubahan pasien.
berhubungan: warna kulit dan tidak ada Kalaborasi dalam pemberian
Aktifitas. pusing antipiretik.
Usia. Kolaborasi pemberian cairan
Dehidrsasi. intravena
Infeksi.
Kegagalan fungsi
termoregulasi

5. Nyeri Setelah dilakukan tidakan Lakukan pengkajian nyeri


Batasan karakteristik: keperawatan 1x24 jam. secara komprehensif termasuk
Laporan secara verbal Kriteria hasil: lokasi, karakteristik, durasi,
atau non verbal. Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan faktor
Respon autonom, (tahu penyebab nyeri, mampu presipitasi.
misalkan: diaphoresis, menggunakan tehnik Observasi reaksi nonverbal
perubahan tekanan darah, nonfarmakologi dari ketidaknyamanan.
untuk
perubahan nafas, nadi dan mengurangi nyeri, mencari Gunakan teknik komunikasi
dilatasi pupil. bantuan). terapeutik untuk mengetahui
Ekpresi non verbal yang Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri pasien.
menunjukkan nyeri. berkurang dengan Kontrol lingkungan yang
Tingkah laku ekspresif, menggunakan manajemen dapat mempengaruhi nyeri
seperti: gelisah, merintih, nyeri. seperti suhu ruangan,
menangis, waspada, iritabel, Mampu mengenali nyeri pencahayaan dan kebisingan.
nafas panjang/berkeluh (skala, intensitas, frekuensi Ajarkan tentang teknik
kesah. dan tanda nyeri). relaksasi dan pengalihan untuk
Menyatakan rasa nyaman mengatasi nyeri.
Faktor yang berhubungan: setelah nyeri berkurang. Kolaborasikan dengan
Agen injuri (biologi, kimia, Tanda - tanda vital dalamdokter dalam pemberian
fisik, psikologis) rentang normal analgetik jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil.
Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

6. Risiko kerusakan integritas Setelah dilakukan asuhan Anjurkan pasien untuk


kulit berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 menggunakan pakaian yang
peningkatan frekuensi BABjam. longgar.
Integritas kulit yang baik Hindari kerutan pada tempat
bisa dipertahankan (sensasi, tidur.
elastisitas, temperatur, Jaga kebersihan kulit agar
hidrasi, pigmentasi). tetap bersih dan kering.
Tidak ada luka/lesi pada Mobilisasi pasien (ubah
kulit. posisi pasien) setiap dua jam
Perfusi jaringan baik. sekali.
Menunjukkan Monitor kulit akan adanya
pemahaman dalam proses kemerahan.
perbaikan kulit dan mencegah Oleskan lotion atau
terjadinya sedera berulang. minyak/baby oil pada derah yang
Mampu melindungi kulittertekan.
dan mempertahankan Monitor aktivitas dan
kelembaban kulit dan mobilisasi pasien.
perawatan alami Monitor status nutrisi pasien.
Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat.

A. IDENTITAS DATA.
Nama : An. A
Tempat/Tanggal lahir : Batam/ 21 Juni 2014.
Jenis kelamin : Perempuan
Nama Ayah : Tn. D
Nama Ibu : Ny. F
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Gunung Bromo, Baloi Indah I No. 21.
Suku : Batak Karo
Agama : Kristen Protestan
Diagnosa Medik : Gastroentritis
No RM : 00 - 24 - 46 -70
B. Riwayat Kesehatan.
1. Riwayat Kesehatan Sekarang.
a. Riwayat Masuk Rumah Sakit:
Ibu pasien mengatakan alasan anaknya masuk Rumah Sakit, karena anaknya
mengalami mencret 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit, frekuensi ± 3 kali, warna:
warna, lendir ada, demam naik-turun 2 hari, batuk dan pilek 2 hari yang lalu.
b. Keadaan pasien saat pengkajian:
Pada saat pengkajian tanggal 3 Februari 2020 pasien tampak lemah. Menurut ibu
pasien sejak 1 hari mencret dengan frekuensi ± 3 kali di rumah, demam naik-turun 2
hari, batuk dan pilek 2 hari, pasien mengatakan badannya terasa lemah dan terasa
hangat dan menurut ibu pasien susah makan dan minum sedikit semenjak mengalami
diare.
2. Riwayat Kesehatan masa lalu.
a. Riwayat penyakit yang sama, riwayat faktor resiko terjadinya penyakit saat ini:
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya.
b. Riwayat Alergi.
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat,
makanan dan cuaca.
c. Riwayat Kecelakaan.
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami kecelakaan.
d. Riwayat Dirawat.
Ibu pasien mengatakan anaknya pernah dirawat pada saat usia 4 tahun dengan
mencret di Rumah Sakit Santa Elisabeth.
e. Riwayat Pemakaian Obat.
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mengkonsumsi obat atau ketergantungan obat,
namun jika anaknya sakit biasanya mengkonsumsi obat warung.
f. Riwayat Kehamilan: 40 minggu (9 bulan)
g. Riwayat Persalinan.
Bayi lahir secara normal dengan 3250 gram.
h. Riwayat Imunisasi.
Bayi mendapatkan imunisasi Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, campak.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


Genogram Keluarga
An. A

6 tahun

: Laki-laki : hubungan pernikahan

: Perempuan : tinggal serumah

: Meninggal : pasien
An. A

D. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh : Orang tua.

2. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik

3. Hubungan dengan teman sebaya : Tidak ada

E. Kebutuhan Dasar

No Pola Kebiasaan Sebelum Sakit


1. Pola makan Mengkonsumsi nasi lauk pauk dan
kadang-kadang buah-buahan
2. Pemenuhan Cairan Mengkonsumsi air putih sebanyak
± 1200-1500 ml/hari
3. Pola Eliminasi BAK : ± 4-6 kali/hari

BAK BAB : ± 1-2 kali/hari

BAB
4. Pola Istirahat dan ± 8-10 jam/hari
Tidur

5. Personal Hygiene Mandi 1-2 kali/sehari


F. Pemeriksaa Fisik.

1. Keadaan Umum : Compos metis.

2. TB/BB : 150 cm/ 18 kg.

3. Mata : Simetrsis

4. Hidung : Normal.

5. Mulut : Mukosa mulut tampak kering dan bibir sedikit mengalami


pecah-pecah.

6. Telinga : Normal

7. Dada : Normal

8. Jantung : Normal.

9. Paru-paru : Normal.

10. Punggung : Normal.

11. Genitalia : Normal.

12. Ekstremitas : Akral hangat

13. Kulit : keadaan kulit masih lembab dan turgor kulit baik

14. Tanda-tanda vital sign :

TD : 110/70mmHg HR: 98x/menit

RR: 24x/menit T: 38,8oC

G. Therapy

No NAMA OBAT DOSIS RUTE


1 Sanbekids 1 dd 1 cth Oral
2 Mucera forte 3 dd 1 cth Oral
3 Probiokids 1 dd 1cth Oral
4 Ceptik 2 dd ½ cth Oral
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : An. A
Nama ibu : Ny. F
No. RM : 00 - 24 - 46 -70
Diagnosa medic : Gastroentritis
Ruangan : Poly Anak
No Hari/ Tgl Implementasi Evalusi Paraf
45
1 Senin/03
Pukul 09 wib S:
Februari 2020Mengobservasi tanda-tanda vital
sign: suhu: 38,80C, RR: 24x/menit,Ibu pasien mengatakan pasien demam
HR: 98x/menit, TD: 110/70mmHgnaik-turun 2 hari
Pukul 1015wib
Menganjurkan kepada ibu pasien Ibu pasien mengatakan pasien tidak
untuk memberi minum air hangat selera untuk mau makan dan minum
sedikit-dikit tapi sering Ibu pasien mengatakan pasien BAB
Pukul 1055wib cair 1 hari yang lalu, dengan frekuensi
Menganjurkan kepada ibu supanya kurang lebih 3 kali
anaknya tetap di mandikan dengan
air hangat O:
Pukul 1125wib
Menganjurkan ibu untuk memberi Tampak lemah
makanan yang bergizi dan sehat
kepada anaknya Ektermitas: akral hangat
55
Pukul 11 wib
Observasi: TD: 110/70mmHg, HR:
Menganjurkan kepada pasien
98x/menit, RR: 24x/menit, T: 38,80C
supanya tidak memakanan
makanan yang sembarangan. Bibir tampak kering
Pukul 1215wib
Menganjurkan kepada ibu untuk Nafsu makan dan minum berkurang
memberi obat oral sesuai dengan
aturan jam yang diberikan A: Hipertermi belum teratasi

P: Intervensi di lanjutkan
DAFTAR PUSTAKA

1. Al sagaff H dan Mukti. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga


University Press, Surabaya.

2. Hendrayanto. 2014. Ilmu Penyakait Dalam. Jilid 1. Jakarta: FKUI

3. Junadi P, sumasto A, amelsz H. 2013. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi: 2. Media


Aeskulapius. Fakultas kedikteran UI.

4. Mansjoer, Arif dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta.

5. NANDA, 2013, Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2013-2014,


Philadelphia.

6. Price Sylvia, A. 2014. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid


2. Edisi 4. Jakarta. EGC.

7. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 8. Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

8. Suriadi, Rita yuliani. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1.

Anda mungkin juga menyukai