Disusun Oleh :
Santi Dewi Sartika Lubis
00319039
(Ns. Jupina Samosir, S.Kep) (Ns. Rizki Sari Utami Muchtar, S.Kep, M.Kep)
A. Pengertian
Demam typoid atau typoid fever adalah penyakit yang disebabkan
oleh bakteri salmonella typii yang merupakan gram negatif berbentuk
batang yang masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Tapan, 2004). Demam tipoid adalah infeksi sismetik yang disebabkan
oleh salmonella typhii (Elsevier, 2013). Jadi demam typoid merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri gram negatif yang
menurubkan sistem pertahanan tubuh dan masuk melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
B. Penyebab Dan Faktor Predisposisi
1. Salmonella typhii
2. S. Paratyphii A.S Paratyphii B.S Paratyphii C
3. S Typhii atau S Paratyphii hanya ditemukan pada manusia
4. Demam bersumber dari makanan atau air yang terkontaminasi oleh
manusia.
5. Di USA, kebanyakan kasus demam bersumber baik dari wisatawan
mancanegara atau makanan yang kebanyakan diimpor dari luar
Salmonella typhii, S. Paratyphii A.S, Paratyphii B.S, Paratyphii C,
merupakan bakteri penyebab demam typoid menembus dinding usus
dan selanjutnya masuk ke dalam peredaran darah dan menyusup
kedalam sel makrofag manusia. Bakteri ini melalui air dan makanan
yang terkontaminasi dari urin dan feses yang terinfeksi dengan masa
inkubasi 3 sampai 25 hari. Pemulihan terjadi mulai terjadi pada
minggu ke4 dalam perjalanna penyakit, orang yang pernah terkena
demam typoid akan memeproleh kekebalan darinya, sekaligus dari
karier bakteri. Jadi, orang yang pernah menderita tipus akan menjadi
orang yang menularkan tipus pada yang belum pernah menderita
typoid.
C. Manifestasi klinis (tanda dan gejala)
Tanda dan gejala dari demam thypoid sebagai berikut (Nanda NIC-NOC.
2013) :
1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14
hari
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama.
3. Demam turun pada minggu ke4 kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor dan koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7 sampai 10 hari dan bertahan selam 2-3
hari
5. Nyeri kepala
6. Nyeri perut
7. Mual dan muntah
8. Diare
9. Pusing
10. Hepatomegali
11. Splenomegali
12. Meteroismus
D. Patofisiologi
Kuman Salmonella masuk bersama makanan/minuman. Setelah
berada dalam usus halus kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid
usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah
menyebabkan peradangan dan nekrose setempat, kuman lewat pembuluh
limfe masuk ke aliran darah (terjadi bakteremi primer) menunju ke organ-
organ terutama hati dan limfa.
Kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak dalam hati dan
limfa sehingga organ tersebut membesar disertai nyeri pada perabaan.
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah
(bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam
kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas
plak peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi
usus, pada masa bakteremi ini kuman mengeluarkan endotoksin yang
mempunyai peran membantu proses peradangan lokal dimana kuman ini
berkembang.
Demam tyfoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan
endotoksinnya merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit
pada jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah
dan mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang
menimbulkan gejala demam. Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi
pembuluh darah disekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis
dan hiperplasia.
Proses patolpgis ini dapat berlangsung hingga lapisan otot, serosa
usus dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di
reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti
gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan, dan gangguan organ
lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadinya hyperplasis
plak peyeri. Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan
ulserasu plak peyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke
empat akan terjadi proses penyembuhan ilkus dengan meninghalkan
sikatriks (jaringan perut).
.
E. PATHWAY
Bakteri masuk
Pembuluh darah limfe Usus halus
Empedu Endotoksin
Mempengaruhi pusat
Lase plak peyer Penurunan/ peningkatan termoreguler
mobilitas usus hipotalamus
Erosi
Penurunan/ peningkatan
peristaltic usus Mk: Hipertermi
J. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2) Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
3) Mual berhubungan dengan distensi lambung
4) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
K. Perencanaan Keperawatan
DAFTARPUSTAKA
Nanda Internasional. (2015). Diangnosa keperawatan : definisi dan
klasifikasi 2015- 2017 (10 th ed). Jakarta : EGC
TYPHOID FEVER
A. Riwayat Singkat Klien
1. Identitas Klien : Ny. L
Umur : 42 Tahun
Status Pekawinan : Kawin
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Kristen
Tgl Masuk Rs : 18 November 2019
Tanggal Pengkajian : 18 November 2019
Unit Kamar : Santa Fransiskus
Diagnose Medis Saat Masuk : Typhoid fever
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan demam sejak 1 minggu, demam pada sore hari,
seluruh tubuhnya terasa lemah
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh demam naik – turun, pusing berputar, nafsu makan
berkurang, mual, muntah setiap mau makan dan minum
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan kelurganya tidak ada menderita penyakit yang
sama
B. Pengkajian Pola Gordon
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit, biasanya keluarga
minum obat-obat herbal. Jika tidak ada perubahan keluarga di
bawa ditempat pelayanan kesehatan ataupun Rumah Sakit.
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan badan terasa lemah, demam pada sore hari,
bawaan mau istirahat.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan makan 3 x sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk
dan minum air putih 5-6 gelas perhari, tidak ada pantangan
makanan.
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan nafsu makan tidak selera, setiap mau makanan
muntah dengan frekuensi 2 kali
3. Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB 1 x sehari dengan konsisten keras warna
dan bau khas, BAK 5-8 x sehari.
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan BAK seperti biasa sedangkan BAB berbentuk
cair tapi masih ada hampasnya, dengan frekuensi 3 kali
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasanya bekerja di rumah, mengurus suami
dan anak-anaknya
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan hanya berbaring di tempat tidur, malas untuk
beraktivitas
5. Pola Tidur dan Istirahat
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidur seperti biasa jam 22:00WIB – 05:00WIB.
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan kesulitan untuk tidur dan beristirahat, karena
pasien tengah malam demam
6. Persepsi dan Kognitif
a) Sesudah sakit
Pasien mengatakan selalu senang dalam menjalani aktivitas setiap
harinya.
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan gelisah dengan keadaan yang setiap hari bisa
melakukan aktivitas
7. Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Aktivitas
a) Sesudah sakit
Pasien mengatakan senang beraktivitas karena tubuhnya masih
sehat.
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan pusing yang disarakan, tidak mampu untuk
melakukan sesuatu pekerjaan.
8. Pola Hubungan dan Peran
a) Sesudah sakit
Pasien mengatakan sebagai ibu rumah tangga
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan mengurangi aktivitas sehari-hari sebagai ibu
rumah tangga.
9. Pola Reproduksi
a) Sesudah sakit
Pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan
seksual.
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan sering kesulitan dalam berhubungan seksual
karena penyakitnya
10. Pola Nilai dan Keyakinan
a) Sesudah sakit
Pasien mengatakan beribadah setiap minggu ke gereja
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan sedikit kesulitan menjalani ibadah ke gereja
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: compos mentis
2. Tanda-tanda vital
TD: 130/90mmhg, HR: 98 x/menit, RR: 22 x/menit, T : 39, 8°C
3. Pemeriksaan kepala dan leher
Rambut: hitam sedikit berminyak.
Mata: pupil isokor (3mm/3mm), refleks cahaya (+),gerakan bola mata
(+)
Telinga: tidak ada kotoran, tidak ada darah, tidak ada nyeri tekan
mastoid Hidung: bentuk simetris, tidak ada gangguan pola napas, tidak
ada sekret darah.
Mulut: lidah bersih, tidak ada gigi tanggal
Leher: nyeri tekan tidak ada.
4. Pemeriksaan integumen
Warna kulit: sawo matang, turgor kulit baik
5. Pemeriksaan dada/thorax
Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan sama dengan
kiri.
Jantung Inspeksi: ictus cordis tidak tampak,
Palpasi: ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi: batas jantung kesan tidak melebar,
Auskultasi: bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo Inspeksi: pengembangan dada kanan sama dengan kiri,
Palpasi: fremitus raba dinding dada kanan sama dengan kiri
Perkusi: sonor / sonor,
Auskultasi: suara dasar vesikuler (+), suara tambahan (-)
6. Pemeriksaat payudara
Bentuk payudara simetris, tidak ada benjolan, puting kenyal
kehitaman.
7. Abdomen
Inspeksi: simetris, distended (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi: timpani
Palpasi: supel, nyeri tekan (+) di regio hipokondriaka sinistra, defans
muskuler (-)
8. Genetalia
BAK berair, tidak ada BAK darah, tidak ada BAK nanah, tidak nyeri
saat BAK.
9. Ekstremitas
Atas: tidak ada nyeri, tidak ada pembengkakan, tidak ada benjolan
Bawah: tidak ada nyeri, tidak ada pembengkakan, tidak ada benjolan
10. Neorologis
tidak adanya gangguan sistem persyarafan.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI
Leukosit (WBC) 7.96 Ribu/L 4.5-11
Eritrosit (RBC) 4.66 Juta/L 4.4-5.9
Hemoglobin (HGB) 15.6 g/dl 13.2-17.3
Hematokrit (HTC) 41.1 % 40-52
Trombosit (PLT) 309 Ribu/L 150-440
MCV 88.1 FI 80-100
MCH 33.3 Pg 26-34
MCHC 37.9 g/dl 32-36
RDW 12 % <14
Foto Rogent
Corakan bronchovaskuler paru meningkat
Tampak infitrat perihilar kiri
Cor , CTR < 50%
Sinus costofrenicus bilateral lancip
Diafragma kanan+kiri licin
Sisteama tulang intal
USG
CT Scan
E. TERAPI
F. ANALISA DATA
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
3. Mual berhubungan dengan distensi lambung
4. Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena jika
perluh.
5. Anjurkan tirah
baring.
I. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
5. Menganjurkan pasien S:
09.10
untuk istirahat Pasien tidak nafsu
makan, serasa ingin
muntah
09.40 O:
Pasien tampak lemas,
2 makanan yang di
1. Mengidentifikasi faktor habiskan ¾ porsi.
10.20 penyebab mual, misalnya: Observasi tanda-tanda
pengobatan dan prosedur. vital sign
2. Memonitor muntah: T: 39,80C, HR:
10.55 misalnya: frekuensi, 98x/mnt, RR: 22x/mnt,
durasi dan tingkat TD: 110/70mmHg
keparahan. A:
a. Frekuensi muntah 2 Masalah mual tidak
kali sehari. terasi
3. Memberikan makanan P:
dalam jumlah kecil dan Intervensi dilanjutkan
menarik. 1. Observasi tanda-
a. Memberikan snek tanda vital sign
kepada pasien. 2. Kaji muntah
08.45 4. Berkolaborasi pemberian 3. Kolaborasi
antiemetic. pemberian obat
a. Memberikan obat
injeksi ondancentron
8mg kepada pasien
09.10 5. Mengajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual.
a. Anjurkan pasien
untuk relaksasi tarik
09.40 nafas
Manajeman Diare
S:
Pasien mengatakan
10.20 1. Identifikasi penyebab mencret 3 kali sehari
diare, misalkan: inflamasi O:
gastrointestinal, iritasi Pasien tampak lemas,
gastrointestinal, proses cair berbentuk
10.55 infeksi, malabsorbsi, kekuningan, tapi
ansietas, stress, efek obat- sedikit ada hampasnya
obatan.
3 a. Penyebab diare Observasi tanda-tanda
adalah bakteri. vital sign:
T: 39,80C, HR:
2. Monitor warna, volume, 98x/mnt, RR: 22x/mnt,
frekuensi, dan konsistensi TD: 110/70mmHg
tinja.
a. Warna kuning, tapi A:
masi ada hampasnya
sedikit. Masalah kekurangan
volume cairan
3. Berikan asupan cairan
oral, misalkan: larutan P:
garam gula, oralit, Intervensi di lanjutkan
pedialyte, renalyte.
a. IVFD RL 500 cc/12 1. Kaji manajemen
jam. diare
2. Pantau cairan
4. Kolaborasi pemberian obat intake dan out
antimotilitas, misalkan, pasien
loperamide, difenoksilat. 3. Anjurkan kepada
a. memberian obat pasien tidak
arcapec 2 tab. makan-makanan
yang pedas
5. Menganjurkan untuk 4. Kolaborasi dalam
menghindari makanan pemberian obat
membentuk gas, pedas kepada pasien
S:
2 20 /11/2019 1 1. Mengidentifikasi penyebab Pasien mengatakan
hipertermi (misalnya demam masih ada
dehidrasi, tepapar lingkungan T: 38,5˚C
08.45 panas, penggunaan ingkubator HR: 90 ×/menit
b. Penyebab hipertermi A:
09.10 adalah dehidrasi. Masalah hipertermi
tidak teratasi
2. Monitor suhu tubuh P:
a. T: 38,5˚C Intervensi dilanjutkan
09.40 3. Menganjurkan untuk 1. Monitor tanda-
kompres air hangat, tanda vital
minum air hangat sedikit- 2. Kolaborasi
10.20 dikit tapi sering, dalam
berpakaian yang tipis-tipis. pemberian obat
a. Menurunkan demam
10.55 4. Memberikan obat
antipiretik
a. Memberi obat
paramol 1 fls kepada
08.45 pasien
5. Menganjurkan pasien
09.10 untuk istirahat
S:
Pasien mengatakan
09.40 setiap mau makan
masih muntah
O:
Observasi:
10.20 1.Mengidentifikasi faktor TD: 110/80 mmhg
2 penyebab mual (misalnya : RR: 22 ×/menit
pengobatan dan prosedur T: 38,5˚C
a. Penyebab mual HR: 90×/menit
adalah A:Masalah mual tidak
10.55 Sakit perut terasi
2.Memonitor muntah P: Intervensi
misalnya: frekuensi,durasi,dan dilanjutkan
tingkat keparahan) 1. Observasi tanda-
a. muntah (+) tanda vital sign
b. Frekuensi mual 1 kali 2. Kaji muntah
sehari 3. Kolaborasi
08.35 3.Memberikan makanan dalam pemberian obat
jumlah kecil dan menarik antimetic
a. Memberikan snek
kepada pasien
4.Berkolaborasi pemberian
09.45 antiemetic
a. memberi obat injeksi
ondancentron 4mg
10.25 kepada pasien
5.Mengajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologis untuk Manajeman Diare
mengatasi mual
11.35 S:
Pasien mengatakan
mencret 2 kali sehari
1. Identifikasi penyebab O:
12.45 diare, misalkan: inflamasi Pasien tampak lemas,
gastrointestinal, iritasi cair berbentuk
gastrointestinal, proses kekuningan, tapi
infeksi, malabsorbsi, sedikit ada hampasnya
ansietas, stress, efek obat-
obatan Observasi tanda-tanda
a. penyebab diare adalah vital sign:
3 bakteri.
2. Monitor warna, volume, TD: 110/80 mmhg
frekuensi 2 kali sehari dan RR: 22 ×/menit
konsistensi tinja cair T: 38,5˚C
a. Warna kuning, tapi HR: 90×/menit
masi ada sedikit
hampasnya. A:
3. Berikan asupan cairan
oral, misalkan: larutan Masalah kekurangan
garam gula, oralit, volume cairan
pedialyte, renalyte)
a. IVFD RL 500 cc/24 P:
jam. Intervensi di lanjutkan
4. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas, misalkan, 1. Kaji manajemen
loperamide, difenoksilat diare
a. memberian obat 2. Pantau cairan
arcapec 2 tab. intake dan out
pasien
5. Menganjurkan untuk 3. Anjurkan kepada
menghindari makanan pasien tidak
membentuk gas, pedas makan-makanan
yang pedas
4. Kolaborasi dalam
pemberian obat
kepada pasien
3. 21/11/2019 2 1. Mengidentifikasi penyebab S:
hipertermi (misalnya Pasien mengatakan
11.45 dehidrasi, tepapar demam sudah tidak ada
lingkungan panas, O:
penggunaan ingkubator Obseervasi tanda-tanda
vital sign:
a. Penyebab hipertermi TD : 110/70 mmHg
adalah dehidrasi. RR: 19 ×/menit
13.00 T: 37,1˚C
2. Monitor suhu tubuh HR: 78 ×/menit
A:
a. T: 37,1˚C. Masalah Hipertermi
teratasi
3. Melonggarkan atau P:
13.35 lepaskan pakaian Hentikan intervensi
perawatan hipertermi
a. Menganjurkan pasien
memakai baju tipis.
4. Berkolaborasi pemberian
obat oral pulang.
a. Menganjurkan pasien
untuk istirahat yang
cukup
S:
Pasien mengatakan
tidak ada muntah
O:
Observasi tanda-tanda
vital sign
TD : 110/70 mmHg
RR: 19 ×/menit
1. Mengidentifikasi faktor T: 37,1˚C
11.45 2 penyebab mual, misalnya: HR: 78 ×/menit
pengobatan dan prosedur A: Mual teratasi
a. mengajurkan kepada P: Hentikan intervensi
pasien untuk makan manajemen muntah
secara teratur.
2. Memonitor muntah,
13.00 misalnya: frekuensi durasi
dan tingkat keparahan
a. Muntah (-)
b. Frekuensi (-)
3. Memberikan makanan
dalam jumlah kecil dan
13.35 menarik
a. anjurkan kepada
pasien tidak makan.
4. Berkolaborasi pemberian
antiemetic
a. kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat pulang
14.00
pasien.
S:
1. Identifikasi penyebab
Pasien mengatakan
diare, misalkan: inflamasi
sudah normal seperti
gastrointestinal, iritasi
biasa BAB
gastrointestinal, proses
O:
infeksi, malabsorbsi,
Observasi tanda-tanda
ansietas, stress, efek obat-
vital sign
obatan. TD : 110/70 mmHg
2. Monitor warna, volume, RR: 19 ×/menit
frekuensi, dan konsistensi
T: 37,1˚C
tinja. HR: 78 ×/menit
A:
a. warna hitam Kekurangan volume
kecoklatan, sudah cairan teratasi
normal untuk BAB P:
Hentikan intervensi
3. Berikan asupan cairan
3 oral, misalkan: larutan
garam gula, oralit,
11.45 pedialyte, renalyte.
a. anjurkan kepada
pasien tidak
mengkomsumsi
makanan yang terlalu
13.00 pedas.
14.00