Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN I

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


ASUHAN KEPERAWATAN TYPOID FEVER

Disusun Oleh :
Santi Dewi Sartika Lubis
00319039

Preseptor Klinik Preseptor Akademik

(Ns. Jupina Samosir, S.Kep) (Ns. Rizki Sari Utami Muchtar, S.Kep, M.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes AWAL BROS BATAM
TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
TYPOID FEVER

A. Pengertian
Demam typoid atau typoid fever adalah penyakit yang disebabkan
oleh bakteri salmonella typii yang merupakan gram negatif berbentuk
batang yang masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Tapan, 2004). Demam tipoid adalah infeksi sismetik yang disebabkan
oleh salmonella typhii (Elsevier, 2013). Jadi demam typoid merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri gram negatif yang
menurubkan sistem pertahanan tubuh dan masuk melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
B. Penyebab Dan Faktor Predisposisi
1. Salmonella typhii
2. S. Paratyphii A.S Paratyphii B.S Paratyphii C
3. S Typhii atau S Paratyphii hanya ditemukan pada manusia
4. Demam bersumber dari makanan atau air yang terkontaminasi oleh
manusia.
5. Di USA, kebanyakan kasus demam bersumber baik dari wisatawan
mancanegara atau makanan yang kebanyakan diimpor dari luar
Salmonella typhii, S. Paratyphii A.S, Paratyphii B.S, Paratyphii C,
merupakan bakteri penyebab demam typoid menembus dinding usus
dan selanjutnya masuk ke dalam peredaran darah dan menyusup
kedalam sel makrofag manusia. Bakteri ini melalui air dan makanan
yang terkontaminasi dari urin dan feses yang terinfeksi dengan masa
inkubasi 3 sampai 25 hari. Pemulihan terjadi mulai terjadi pada
minggu ke4 dalam perjalanna penyakit, orang yang pernah terkena
demam typoid akan memeproleh kekebalan darinya, sekaligus dari
karier bakteri. Jadi, orang yang pernah menderita tipus akan menjadi
orang yang menularkan tipus pada yang belum pernah menderita
typoid.
C. Manifestasi klinis (tanda dan gejala)
Tanda dan gejala dari demam thypoid sebagai berikut (Nanda NIC-NOC.
2013) :
1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14
hari
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama.
3. Demam turun pada minggu ke4 kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor dan koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7 sampai 10 hari dan bertahan selam 2-3
hari
5. Nyeri kepala
6. Nyeri perut
7. Mual dan muntah
8. Diare
9. Pusing
10. Hepatomegali
11. Splenomegali
12. Meteroismus

D. Patofisiologi
Kuman Salmonella masuk bersama makanan/minuman. Setelah
berada dalam usus halus kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid
usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah
menyebabkan peradangan dan nekrose setempat, kuman lewat pembuluh
limfe masuk ke aliran darah (terjadi bakteremi primer) menunju ke organ-
organ terutama hati dan limfa.
Kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak dalam hati dan
limfa sehingga organ tersebut membesar disertai nyeri pada perabaan.
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah
(bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam
kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas
plak peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi
usus, pada masa bakteremi ini kuman mengeluarkan endotoksin yang
mempunyai peran membantu proses peradangan lokal dimana kuman ini
berkembang.
Demam tyfoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan
endotoksinnya merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit
pada jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah
dan mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang
menimbulkan gejala demam. Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi
pembuluh darah disekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis
dan hiperplasia.
Proses patolpgis ini dapat berlangsung hingga lapisan otot, serosa
usus dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di
reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti
gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan, dan gangguan organ
lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadinya hyperplasis
plak peyeri. Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan
ulserasu plak peyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke
empat akan terjadi proses penyembuhan ilkus dengan meninghalkan
sikatriks (jaringan perut).
.
E. PATHWAY

Kuman salmonella typhi lolos dari asam dimusnahkan oleh


Yang masuk ke saluran asam lambung
Gastrointestinal

Bakteri masuk
Pembuluh darah limfe Usus halus

Peredaran darah Masuk retikulo endhotelial


(bakterimia promer) (RES) terutama hati dan limfa

Berkembang biak di hati dan limfa Masuk kealiran darah


(bakteremia sekunder)

Empedu Endotoksin

Rongga usus pada Terjadi kerusakan


Kel. Limfoid halus sel

Pembesaran hati Pembesaran limfe Merangsang melepas


zat epirogen oleh
Hepatomegali Splenomegali leukosit

Mempengaruhi pusat
Lase plak peyer Penurunan/ peningkatan termoreguler
mobilitas usus hipotalamus

Erosi
Penurunan/ peningkatan
peristaltic usus Mk: Hipertermi

Mk: Nyeri akut


Asam lambung
Mk: Diare
Anoreksia
Mk: Mual
F. Penatalaksanaan
1. Perawatan Umum dan Nutrisi
Penderita demam tifoid dengan gambaran klinis jelas, sebaiknya
dirawat di rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lainnya.
a. Tujuan perawatan adalah:
i. Optimalisasi pengobatan dan mempercepat penyembuhan
ii. Observasi terhadap perjalanan penyakit
iii. Minimalisasi komplikasi
iv. Isolasi untuk menjamin pencegahan terhadap pencemaran
dan kontaminasi
v. Tirah baring, pasien harus tirah baring absolut sampai
minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14
hari. Tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya
komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus.
2. Diet
Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya
rendah selulosa (rendah serat) untuk mencegah perdarahan dan
perforasi. Diet untuk penderita demam tifoid, diklasifikasikan atas: diet
cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa.
3. Nutrisi.
Penderita harus mendapat terapi cairan yang cukup baik secara oral
maupun parenteral. Pemberian parenteral diindikasikan pada penderita
sakit berat, terdapat komplikasi, sulit makan dan penurunan kesadaran.
4. Terapi simptomatik
Terapi simtomatis dapat diberikan dengan pertimbangan untuk
memperbaiki keadaan umum penderita:
a. Roboransia/Vitamin
b. Antipiretik. Paracetamol 500 mg tablet.
c. Antiemetik
5. Terapi Defenitif
Terapi defenitif yang diberikan adalah pemberian antibiotik. Antibiotik
lini pertama yang diberikan adalah:
a. Kloramfenikol
b. Ampisilin atau amoksisilin (aman untuk penderita yang sedang
hamil)
c. Trimetroprim-sulfametoxazole (Kotrimoxazole). Bila pemberian
antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif,
6. Golongan antibiotik yang lain atau dipilih antibiotik lini kedua yaitu:
a. Seftriakson
b. Sefiksim
c. Kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun karena dinilai
mengganggu pertumbuhan tulang). Bila penderita dengan riwayat
pernah mendapat tifoid serta predisposisi untuk carier, maka
pengobatan pertama adalah pemberian quinolone selama 4 minggu
(Ciprofloxaxin 2x750 mg atau Norfloxacin 2x400mg).
d. Bila penderita dengan keadaan klinis berat sampai toksik atau syok
septik, maka pemberian antibiotik harus ganda dan diberikan secara
parenteral (Ampicilin dengan kloramfenikol, dan ditambah denga
pemberian kortikosteroid dexametasone dosis 4x10 mg).
G. Pemeriksaan penunjang
1. Darah tepi: leukopeni, aneosinofilia, limfositosis relatif,
trombositopenia (pada demam tifoid berat).
2. Serologi: interpretasi harus dilakukan dengan hati-hati.
H. Pengkajian fokus
Data yang diperoleh haruslah mampu menggambarkan status kesehatan
klien ataupun masalah utama yang dialami oleh klien. Dalam melakukan
pengkajian, diperlukan teknik khusus dari seorang perawat, terutama
dalam menggali data, yaitu dengan menggunakan komunikasi yang efektif
dan teknik terapeutik. (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Pengkajian fokus pada klien ganglion antara lain:
1. Wawancara
a. Identitas Penderita
Yang menjadi pengkajian dasar meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku
bangsa, nomor rekam medis, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien
dengan penyakit typoid dengan gejala demam tinggi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit, penyebab lain yang
menyertai terjadinya typhoid serta upaya yang telah dilakukan oleh
penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat Penyakit Sekarang.
Adanya riwayat typhoid sebelumnya. Riwayat aktifitas dan
pekerjaan klien yang mungkin berhubungan dengan terjadinya
typhoid.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perluh diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang
menderita sakit yang sama, dikaji pula mengenai adanya penyakit
keturunan atau menular dalam keluarga.
f. Riwayat Psikologis
Secara umum klien dengan post appendisitis tidak mengalami
penyimpangan dalam fungsi psikologis. Namun demikian tetap
perlu dilakukan mengenai kelima konsep diri klien (citra tubuh,
identitas diri, fungsi peran, ideal diri dan harga diri).
g. Riwayat Sosial
Klien dengan penyakit typhoid tidak mengalami gangguan dalam
hubungan sosial dengan orang lain, akan tetapi harus dibandingkan
hubungan sosial klien antara sebelum dan sesudah menjalani
operasi.
h. Riwayat Spiritual
Pada umumnya klien yang menjalani perawatan akan mengalami
keterbatasan dalam aktivitas begitu pula dalam hal ibadah. Perlu
dikaji keyakinan klien terhadap keadaan sakit dan motivasi untuk
kesembuhannya.
i. Kebiasaan Sehari-hari
Klien yang menjalani operasi ganglion pada umumnya sedikit
mengalami kesulitan dalam beraktivitas karena nyeri dan
kelemahan. Pola istirahat klien dapat terganggu maupun tidak
terganggu, tergantung toleransi klien terhadap nyeri yang dirasakan.
I. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum, meliputi keadaan penderita secara umum, kesadaran,
tinggi badan, berat badan dan tanda-tanda vital.
2) Kepala dan Leher: bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran
pada leher, adakah gangguan pendengaran, keadaan lidah, gigi, gusi dan
indera penglihatan.
3) Sistem Integumen: turgor kulit dan adanya perubahan warna kulit.
4) Sistem Pernafasan: adakah batuk, nyeri dada.
5) Sistem Kardiovaskuler: perfusi jaringan, nadi perifer, adakah
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem Gastrointestinal: apakah ada rasa mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
7) Sistem Urinary: keadaan umum sistem urinari klien, adakah keluhan
pada sistem urinari.

J. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2) Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
3) Mual berhubungan dengan distensi lambung
4) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
K. Perencanaan Keperawatan

NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL NOC NIC


KEPERAWAT
AN
1 Hipertermi Setelah dilakukan Termoregulasi Manajeman
berhubungan tindakan keperawatan Hipertermia
dengan proses 3x24 jam, maka 1. Identintifikasi
penyakit kriteria hasil yang penyebab
diharapkan: hipertermia,
1. Tidak Merasa misalkan:
merinding saat dehidrasi,terpapar
dingin. lingkungan panas,
2. Tidak mengalami penggunaan
Berkeringat saat incubator.
panas. 2. Monitor suhu
3. Tidak ada tubuh.
Peningkatan suhu 3. Longgarkan atau
kulit lepaskan
4. Tidak terjadi pakaian .
Hipertermia 4. Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolik
intravena, jika
perluh.
5. Anjurkan tirah
baring.

2 Diare Setelah dilakukan 1.Tingkat ketidak Manajeman diare


berhubungan tindakan keperawatan nyamanan 1. Identifikasi
dengan inflamasi 3x24 jam, maka 2.Tingkat kecemasan penyebab diare,
gastrointestinal kriteria hasil yang misalkan:
diharapkan: inflamasi
1. Dapat gastrointestinal,
beristirahat. iritasi
2. Masalah perilaku. gastrointestinal,
3. Tidak ada nyeri. proses infeksi,
4. Tidak mengalami malabsorbsi,
Cemas ansietas, stress,
efek obat-obatan.
2. Monitor warna,
volume,
frekuensi, dan
konsistensi tinja.
3. Berikan asupan
cairan oral,
misalkan: larutan
garam gula, oralit,
pedialyte,
renalyte.
4. Kolaborasi
pemberian obat
antimotilitas,
misalkan:
loperamide,
difenoksilat.
5. Anjurkan
menghindari
makanan
pembentuk gas,
pedas dan
mengandung
laktosa
3 Mual Setelah dilakukan 1. Kontrol mual – Manajemen mual:
berhubungan tindakan keperawatan muntah 1. Identifikasi
dengan distensi 3x24 jam, maka 2. Mual dan pengalaman mual.
lambung kriteria hasil yang muntah: efek 2. Monitor mual,
diharapkan: yang misalkan:
1. Mendeskripsikan menggangu .frekuensi,durasi,
faktor-faktor dan tingkat
penyebab. keparahan.
2. Mengenali 3. Berikan makanan
pencetus stimulus dalam jumlah
(muntah)/ kecil dan
3. Meningkatkan menarik.
selera makan. 4. Kolaborasi
4. Asupan makanan pemberian
yang meningkat antiemetic,jika
perluh.
5. Ajarkan
penggunaan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengatasi
mual, misalkan:
.biofeedback,
hipnosis,
relaksasi, terapi
music, akupresur.
4 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kontrol nyeri. Manajemen nyeri
berhubungan tindakan keperawatan 2. Tingkat nyeri 1. Lakukan
dengan agen 3x24 jam, maka pengkajian nyeri
cedera biologis kriteria hasil yang komprehensif
diharapkan: yang meliputi
1. Mengenali kapan likasi,
nyeri terjadi karakteristik,
2. Menggunakan onse/durasi,
tindakan pencegahan kualitas atau
3. Dapat beratnya nyeri
Mengeluarkan dan factor
keringat pencentus
4. Tidak berkerigat 2. Observasi adanya
berlebihan petunjuk
nonverbal
mengenai
ketidaknyamanan
terutama pada
mereka yang tidak
dapat
berkomunikasi
secara efektif
3. Pastikan
perawatan
analgesic bagi
pasien dilakukan
dengan
pemantauan yang
ketat
4. Gunakan strategi
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
dan sampaikan
penerimaan
pasien terhadap
nyeri
5. Gali pengetahuan
dan kepercayaan
pasien mengenai
nyeri

DAFTARPUSTAKA
Nanda Internasional. (2015). Diangnosa keperawatan : definisi dan
klasifikasi 2015- 2017 (10 th ed). Jakarta : EGC

Rachmawaty, A., 2015, Analisis Spasiotemporer kasus Demam Tifoid di


kota Semarang, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponogoro

Bulter T.,2015. Treatment of Typoid Fever in the 21 st Century : Promiss


and Shortcomoming, Departement of Microbiology and Immunology, 17
(7), 959-963

Herdman heather, T dan Komitsaru shigemi, 2015. NANDA International


Inc. Nursing Diangnosis : difinitions and classifications, edisi 11, 2018-
2020. Jakarta : EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indoonesia, 2014, Pedoman


pengendalian Demam Typoid. Mentri Kesehatan Republik Indomenia,
Jakarta
LAPORAN KASUS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

TYPHOID FEVER
A. Riwayat Singkat Klien
1. Identitas Klien : Ny. L
Umur : 42 Tahun
Status Pekawinan : Kawin
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Kristen
Tgl Masuk Rs : 18 November 2019
Tanggal Pengkajian : 18 November 2019
Unit Kamar : Santa Fransiskus
Diagnose Medis Saat Masuk : Typhoid fever
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan demam sejak 1 minggu, demam pada sore hari,
seluruh tubuhnya terasa lemah
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh demam naik – turun, pusing berputar, nafsu makan
berkurang, mual, muntah setiap mau makan dan minum
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan kelurganya tidak ada menderita penyakit yang
sama
B. Pengkajian Pola Gordon
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit, biasanya keluarga
minum obat-obat herbal. Jika tidak ada perubahan keluarga di
bawa ditempat pelayanan kesehatan ataupun Rumah Sakit.
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan badan terasa lemah, demam pada sore hari,
bawaan mau istirahat.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan makan 3 x sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk
dan minum air putih 5-6 gelas perhari, tidak ada pantangan
makanan.
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan nafsu makan tidak selera, setiap mau makanan
muntah dengan frekuensi 2 kali
3. Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB 1 x sehari dengan konsisten keras warna
dan bau khas, BAK 5-8 x sehari.
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan BAK seperti biasa sedangkan BAB berbentuk
cair tapi masih ada hampasnya, dengan frekuensi 3 kali
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasanya bekerja di rumah, mengurus suami
dan anak-anaknya
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan hanya berbaring di tempat tidur, malas untuk
beraktivitas
5. Pola Tidur dan Istirahat
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidur seperti biasa jam 22:00WIB – 05:00WIB.
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan kesulitan untuk tidur dan beristirahat, karena
pasien tengah malam demam
6. Persepsi dan Kognitif
a) Sesudah sakit
Pasien mengatakan selalu senang dalam menjalani aktivitas setiap
harinya.
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan gelisah dengan keadaan yang setiap hari bisa
melakukan aktivitas
7. Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Aktivitas
a) Sesudah sakit
Pasien mengatakan senang beraktivitas karena tubuhnya masih
sehat.
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan pusing yang disarakan, tidak mampu untuk
melakukan sesuatu pekerjaan.
8. Pola Hubungan dan Peran
a) Sesudah sakit
Pasien mengatakan sebagai ibu rumah tangga
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan mengurangi aktivitas sehari-hari sebagai ibu
rumah tangga.
9. Pola Reproduksi
a) Sesudah sakit
Pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan
seksual.

b) Sejak sakit
Pasien mengatakan sering kesulitan dalam berhubungan seksual
karena penyakitnya
10. Pola Nilai dan Keyakinan
a) Sesudah sakit
Pasien mengatakan beribadah setiap minggu ke gereja
b) Sejak sakit
Pasien mengatakan sedikit kesulitan menjalani ibadah ke gereja

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: compos mentis
2. Tanda-tanda vital
TD: 130/90mmhg, HR: 98 x/menit, RR: 22 x/menit, T : 39, 8°C
3. Pemeriksaan kepala dan leher
Rambut: hitam sedikit berminyak.
Mata: pupil isokor (3mm/3mm), refleks cahaya (+),gerakan bola mata
(+)
Telinga: tidak ada kotoran, tidak ada darah, tidak ada nyeri tekan
mastoid Hidung: bentuk simetris, tidak ada gangguan pola napas, tidak
ada sekret darah.
Mulut: lidah bersih, tidak ada gigi tanggal
Leher: nyeri tekan tidak ada.
4. Pemeriksaan integumen
Warna kulit: sawo matang, turgor kulit baik
5. Pemeriksaan dada/thorax
Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan sama dengan
kiri.
Jantung Inspeksi: ictus cordis tidak tampak,
Palpasi: ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi: batas jantung kesan tidak melebar,
Auskultasi: bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo Inspeksi: pengembangan dada kanan sama dengan kiri,
Palpasi: fremitus raba dinding dada kanan sama dengan kiri
Perkusi: sonor / sonor,
Auskultasi: suara dasar vesikuler (+), suara tambahan (-)
6. Pemeriksaat payudara
Bentuk payudara simetris, tidak ada benjolan, puting kenyal
kehitaman.
7. Abdomen
Inspeksi: simetris, distended (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi: timpani
Palpasi: supel, nyeri tekan (+) di regio hipokondriaka sinistra, defans
muskuler (-)
8. Genetalia
BAK berair, tidak ada BAK darah, tidak ada BAK nanah, tidak nyeri
saat BAK.
9. Ekstremitas
Atas: tidak ada nyeri, tidak ada pembengkakan, tidak ada benjolan
Bawah: tidak ada nyeri, tidak ada pembengkakan, tidak ada benjolan
10. Neorologis
tidak adanya gangguan sistem persyarafan.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

HEMATOLOGI
 Leukosit (WBC) 7.96 Ribu/L 4.5-11
 Eritrosit (RBC) 4.66 Juta/L 4.4-5.9
 Hemoglobin (HGB) 15.6 g/dl 13.2-17.3
 Hematokrit (HTC) 41.1 % 40-52
 Trombosit (PLT) 309 Ribu/L 150-440
 MCV 88.1 FI 80-100
 MCH 33.3 Pg 26-34
 MCHC 37.9 g/dl 32-36
 RDW 12 % <14

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT
 Natrium (Na) 140 Mmol/L 135 - 155
 Kalium (K) 4.0 Mmol/L 3.6 - 5.5
 Klorida (CI) 100 Mmol/L 98 - 109

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


KIMIA KLINIK
HATI

 AST/SGOT 25 MU/dl < 27


 ALT/SGPT 30 MU/dl < 34

 Foto Rogent
Corakan bronchovaskuler paru meningkat
Tampak infitrat perihilar kiri
Cor , CTR < 50%
Sinus costofrenicus bilateral lancip
Diafragma kanan+kiri licin
Sisteama tulang intal
 USG
 CT Scan
E. TERAPI

NAMA OBAT DOSIS FUNGSI


Pantoprazole 2x1 Meredakan gejala meningkatnya
asam lambung seperti maag dan
gejala refluks asam
lambung,missalnya rasa perih dan
panas di dada (heartburn), sulit
menelan, serta batuk yang tidak
berhenti
Paramol 3x1 Obat yang digunakan untuk
menurunkan demam untuk segala
usia dan pereda nyeri seperti sakit
kepala, sakit gigi dan nyeri ringan
lainnya.
Cetazon 1gr Obat golongan kortikosteroid
yang berfungsi untuk mengurangi
peradangan dalam beberapa
kondisi medis, seperti atritis,
asma, kelainan darah, gangguan
paru dan pernapasan, alergi
parah, penyakit persendian dan
otot, serta penyakit kulit.
Diazepam 1tab Obat untuk mengobati
kecemasan, gejala putus alcohol,
dan kejang. Obat ini juga
digunakan untuk melemaskan
kejang otot dan sebagai obat
penenang menjelang prosedur
medis.

F. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1 DS: Hipertermi Proses penyakit
Pasien mengatakan demam sejak
1 minggu, pusing berputar, nafsu
makan berkurang.
DO:
Tampak lemah, keringat
Observasi: T: 39,80C
2 DS: Diare Inflamasi
Pasien mengatakan mencret 3 kali gastrointestinal
sehari
DO:
Pasien tampak lemas, cair
kekuningan, sedikit ada hampas
Observasi: HR: 90x/mnt

3 DS: Mual Distensi lambung


Pasien tidak nafsu makan, serasa
ingin muntah
DO:
Pasien tampak lemas, makanan
yang di habiskan ¾ porsi.
Observasi:
T: 36,50C, HR: 78x/mnt, RR:
20x/mnt, TD: 110/70mmHg

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
3. Mual berhubungan dengan distensi lambung

H. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL NOC NIC


KEPERAWATAN
1. Hipertermi Setelah dilakukan Termoregulasi Manajemen
berhubungan tindakan keperawatan Hipertermi
dengan proses selama 3×24 jam klien
penyakit menunjukan masalah 1. Identifikasi penyebab
DS: Pasien Hipertermi teratasi hipertermi (misalnya
mengatakan yang ditandai dengan: dehidrasi, tepapar
badannya terasa 1. Suhu: 39,80C lingkungan panas,
panas 2. Pasien penggunaan
DO : suhu 39,8 0C, keringat ingkubator
tampak lemah, 2. Monitor suhu tubuh
keringat
3. Longgarkan atau
lepaskan pakaian

4. Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena jika
perluh.

5. Anjurkan tirah
baring.

2. Diare berhubungan Setelah dilakukan 1. Tingkat Manajeman Diare


dengan inflamasi tindakan keperawatan ketidak 1. Identifikasi
gastrointestinal 3x24 jam, maka nyamanan. penyebab diare,
DS: kriteria hasil yang 2. Tingkat misalkan: inflamasi
Pasien mengatakan diharapkan: kecemasan gastrointestinal,
mencret 3 kali sehari 1. Dapat iritasi
DO: beristirahat gastrointestinal,
Pasien tampak lemas, 2. Masalah proses infeksi,
cair berbentuk perilaku malabsorbsi,
kekuningan, tapi 3. Tidak ansietas, stress, efek
sedikit ada mengalami obat-obatan.
hampasnya Cemas 2. Monitor warna,
volume, frekuensi,
dan konsistensi tinja.
3. Berikan asupan
cairan oral, misalkan
larutan garam gula,
oralit, pedialyte,
renalyte.
4. Kolaborasi
pemberian obat
antimotilitas
(mis,loperamide,
difenoksilat)
5. Anjurkan
menghindari
makanan pembentuk
gas, pedas dan
mengandung laktosa
3. Mual berhubungan Setelah dilakukan 1. Kontrol Manajemen mual
dengan distensi tindakan keperawatan mual- 1. Dorong pasien untuk
lambung 3x24 jam, maka muntah. memantau
DS: kriteria hasil yang 2. Mual dan pengalaman diri
Pasien tidak nafsu diharapkan: muntah: efek terhadap mual
makan, serasa ingin 1. Mendeskripsikan yang 2. Dorong pasien untuk
muntah faktor-faktor penyebab menggangu belajar stategi
DO: 2. Mengenali pencetus mengatasi mual
Pasien tampak lemas, stimulus (muntah) sendiri.
makanan yang di 3. Kehilangan selera 3. Monitor asupan
habiskan ¾ porsi. makan makanan terhadap
Observasi: 4. Asupan makanan kandungan gizi dan
T: 36,50C, HR: yang berkurang kalori
78x/mnt, RR: 4. Berikan informasi
20x/mnt, TD: mengenai mual,
110/70mmHg seperti penyebab
mual dan berapa
lama itu kan
berlangsung
5. Monitor efek dari
manajemen mual
secara keseluruhan.

I. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO TGL/JAM NO. IMPLEMENTASI EVALUASI


DX KEP
1. 19/11/ 2019
08.45 1. Mengidentifikasi S:
1 penyebab hipertermi, Pasien mengatakan
misalkan: dehidrasi, demam 1 minggu
tepapar lingkungan O:
panas, penggunaan Pasien tampak lemas,
incubator. keringat,
09.10 a. Penyebab hipertermi T: 39,8˚C
adalah dehidrasi A:
Masalah hipertermi
09.40 2. Monitor suhu tubuh: tidak teratasi
a. T: 39,8˚C P:
Intervensi dilanjutkan
3. Menganjurkan untuk 1. Monitor tanda-
10.20 kompres air hangat, tanda vital
berpakaian yang tipis- 2. Longgarkan/lepask
tipis. an pakaian
10.55 a. Menurunkan demam. 3. Anjurkan untuk
minum air hangat
4. Kolaborasi dengan sedikit tapi sering
dokter dalam pemberian 4. Kolaborasi dalam
obat antipiretik pasien. pemberian obat
a. Memberikan obat antipiretik
paramol 1 fls kepada
08.45
pasien.

5. Menganjurkan pasien S:
09.10
untuk istirahat Pasien tidak nafsu
makan, serasa ingin
muntah
09.40 O:
Pasien tampak lemas,
2 makanan yang di
1. Mengidentifikasi faktor habiskan ¾ porsi.
10.20 penyebab mual, misalnya: Observasi tanda-tanda
pengobatan dan prosedur. vital sign
2. Memonitor muntah: T: 39,80C, HR:
10.55 misalnya: frekuensi, 98x/mnt, RR: 22x/mnt,
durasi dan tingkat TD: 110/70mmHg
keparahan. A:
a. Frekuensi muntah 2 Masalah mual tidak
kali sehari. terasi
3. Memberikan makanan P:
dalam jumlah kecil dan Intervensi dilanjutkan
menarik. 1. Observasi tanda-
a. Memberikan snek tanda vital sign
kepada pasien. 2. Kaji muntah
08.45 4. Berkolaborasi pemberian 3. Kolaborasi
antiemetic. pemberian obat
a. Memberikan obat
injeksi ondancentron
8mg kepada pasien
09.10 5. Mengajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual.
a. Anjurkan pasien
untuk relaksasi tarik
09.40 nafas
Manajeman Diare

S:
Pasien mengatakan
10.20 1. Identifikasi penyebab mencret 3 kali sehari
diare, misalkan: inflamasi O:
gastrointestinal, iritasi Pasien tampak lemas,
gastrointestinal, proses cair berbentuk
10.55 infeksi, malabsorbsi, kekuningan, tapi
ansietas, stress, efek obat- sedikit ada hampasnya
obatan.
3 a. Penyebab diare Observasi tanda-tanda
adalah bakteri. vital sign:
T: 39,80C, HR:
2. Monitor warna, volume, 98x/mnt, RR: 22x/mnt,
frekuensi, dan konsistensi TD: 110/70mmHg
tinja.
a. Warna kuning, tapi A:
masi ada hampasnya
sedikit. Masalah kekurangan
volume cairan
3. Berikan asupan cairan
oral, misalkan: larutan P:
garam gula, oralit, Intervensi di lanjutkan
pedialyte, renalyte.
a. IVFD RL 500 cc/12 1. Kaji manajemen
jam. diare
2. Pantau cairan
4. Kolaborasi pemberian obat intake dan out
antimotilitas, misalkan, pasien
loperamide, difenoksilat. 3. Anjurkan kepada
a. memberian obat pasien tidak
arcapec 2 tab. makan-makanan
yang pedas
5. Menganjurkan untuk 4. Kolaborasi dalam
menghindari makanan pemberian obat
membentuk gas, pedas kepada pasien
S:
2 20 /11/2019 1 1. Mengidentifikasi penyebab Pasien mengatakan
hipertermi (misalnya demam masih ada
dehidrasi, tepapar lingkungan T: 38,5˚C
08.45 panas, penggunaan ingkubator HR: 90 ×/menit
b. Penyebab hipertermi A:
09.10 adalah dehidrasi. Masalah hipertermi
tidak teratasi
2. Monitor suhu tubuh P:
a. T: 38,5˚C Intervensi dilanjutkan
09.40 3. Menganjurkan untuk 1. Monitor tanda-
kompres air hangat, tanda vital
minum air hangat sedikit- 2. Kolaborasi
10.20 dikit tapi sering, dalam
berpakaian yang tipis-tipis. pemberian obat
a. Menurunkan demam
10.55 4. Memberikan obat
antipiretik
a. Memberi obat
paramol 1 fls kepada
08.45 pasien
5. Menganjurkan pasien
09.10 untuk istirahat
S:
Pasien mengatakan
09.40 setiap mau makan
masih muntah
O:
Observasi:
10.20 1.Mengidentifikasi faktor TD: 110/80 mmhg
2 penyebab mual (misalnya : RR: 22 ×/menit
pengobatan dan prosedur T: 38,5˚C
a. Penyebab mual HR: 90×/menit
adalah A:Masalah mual tidak
10.55 Sakit perut terasi
2.Memonitor muntah P: Intervensi
misalnya: frekuensi,durasi,dan dilanjutkan
tingkat keparahan) 1. Observasi tanda-
a. muntah (+) tanda vital sign
b. Frekuensi mual 1 kali 2. Kaji muntah
sehari 3. Kolaborasi
08.35 3.Memberikan makanan dalam pemberian obat
jumlah kecil dan menarik antimetic
a. Memberikan snek
kepada pasien
4.Berkolaborasi pemberian
09.45 antiemetic
a. memberi obat injeksi
ondancentron 4mg
10.25 kepada pasien
5.Mengajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologis untuk Manajeman Diare
mengatasi mual
11.35 S:
Pasien mengatakan
mencret 2 kali sehari
1. Identifikasi penyebab O:
12.45 diare, misalkan: inflamasi Pasien tampak lemas,
gastrointestinal, iritasi cair berbentuk
gastrointestinal, proses kekuningan, tapi
infeksi, malabsorbsi, sedikit ada hampasnya
ansietas, stress, efek obat-
obatan Observasi tanda-tanda
a. penyebab diare adalah vital sign:
3 bakteri.
2. Monitor warna, volume, TD: 110/80 mmhg
frekuensi 2 kali sehari dan RR: 22 ×/menit
konsistensi tinja cair T: 38,5˚C
a. Warna kuning, tapi HR: 90×/menit
masi ada sedikit
hampasnya. A:
3. Berikan asupan cairan
oral, misalkan: larutan Masalah kekurangan
garam gula, oralit, volume cairan
pedialyte, renalyte)
a. IVFD RL 500 cc/24 P:
jam. Intervensi di lanjutkan
4. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas, misalkan, 1. Kaji manajemen
loperamide, difenoksilat diare
a. memberian obat 2. Pantau cairan
arcapec 2 tab. intake dan out
pasien
5. Menganjurkan untuk 3. Anjurkan kepada
menghindari makanan pasien tidak
membentuk gas, pedas makan-makanan
yang pedas
4. Kolaborasi dalam
pemberian obat
kepada pasien
3. 21/11/2019 2 1. Mengidentifikasi penyebab S:
hipertermi (misalnya Pasien mengatakan
11.45 dehidrasi, tepapar demam sudah tidak ada
lingkungan panas, O:
penggunaan ingkubator Obseervasi tanda-tanda
vital sign:
a. Penyebab hipertermi TD : 110/70 mmHg
adalah dehidrasi. RR: 19 ×/menit
13.00 T: 37,1˚C
2. Monitor suhu tubuh HR: 78 ×/menit
A:
a. T: 37,1˚C. Masalah Hipertermi
teratasi
3. Melonggarkan atau P:
13.35 lepaskan pakaian Hentikan intervensi
perawatan hipertermi
a. Menganjurkan pasien
memakai baju tipis.

4. Berkolaborasi pemberian
obat oral pulang.

14.00 a. menganjurkan kepada


pasien untuk minum
obat secara teratur

5. Menganjurkan tirah baring

a. Menganjurkan pasien
untuk istirahat yang
cukup

S:
Pasien mengatakan
tidak ada muntah
O:
Observasi tanda-tanda
vital sign
TD : 110/70 mmHg
RR: 19 ×/menit
1. Mengidentifikasi faktor T: 37,1˚C
11.45 2 penyebab mual, misalnya: HR: 78 ×/menit
pengobatan dan prosedur A: Mual teratasi
a. mengajurkan kepada P: Hentikan intervensi
pasien untuk makan manajemen muntah
secara teratur.
2. Memonitor muntah,
13.00 misalnya: frekuensi durasi
dan tingkat keparahan
a. Muntah (-)
b. Frekuensi (-)
3. Memberikan makanan
dalam jumlah kecil dan
13.35 menarik
a. anjurkan kepada
pasien tidak makan.
4. Berkolaborasi pemberian
antiemetic
a. kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat pulang
14.00
pasien.

S:
1. Identifikasi penyebab
Pasien mengatakan
diare, misalkan: inflamasi
sudah normal seperti
gastrointestinal, iritasi
biasa BAB
gastrointestinal, proses
O:
infeksi, malabsorbsi,
Observasi tanda-tanda
ansietas, stress, efek obat-
vital sign
obatan. TD : 110/70 mmHg
2. Monitor warna, volume, RR: 19 ×/menit
frekuensi, dan konsistensi
T: 37,1˚C
tinja. HR: 78 ×/menit
A:
a. warna hitam Kekurangan volume
kecoklatan, sudah cairan teratasi
normal untuk BAB P:
Hentikan intervensi
3. Berikan asupan cairan
3 oral, misalkan: larutan
garam gula, oralit,
11.45 pedialyte, renalyte.

a. anjurkan kepada
pasien tidak
mengkomsumsi
makanan yang terlalu
13.00 pedas.

4. Kolaborasi pemberian obat


antimotilitas, misalkan,
loperamide, difenoksilat

13.35 a. memberian obat


arcapec 2 tab untuk di
minum di rumah

14.00

Anda mungkin juga menyukai