Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TANDA - TANDA VITAL

DISUSUN OLEH:

SELMA LAGON

X – KEPERAWATAN

SMK MUHAMMADIYAH
JAILOLO – HALBAR
2017
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Tanda – Tanda Vital ........................................................................................... 2

B. Jenis – Jenis Tanda Vital

1. Tekanan Darah .................................................................................................... 2

2. Nadi ..................................................................................................................... 6

3. Pernafasan ........................................................................................................... 9

4. Suhu ................................................................................................................... 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 19

B. Saran .................................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam melakukan suatu asuhan keperawatan, pemeriksaan tanda-tanda vital sangat


dibutuhkan, karena dengan pemeriksaan tersebut kita dapat membuat beberapa diagnosa tentang
apa yang dialami pasien. Ada beberapa pemeriksaan fisik diantaranya adalah pemeriksaan
pernafasan, nadi, tekanan darah dan suhu.

Pemeriksaan tanda-tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam memantau
kondisi pasien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respons terhadap intervensi yang
diberikan. Data ini juga memberikan sebagian keterangan pokok yang memungkinkan
disusunnya rencana keperawatan. Selanjutnya pengambilan tanda-tanda vital ini dilakukan
dengan jarak waktu pengambilan tergantung pada keadaan umum pasien.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja prosedur pelaksanaan dan tanda-tanda vital ?

2. Apa saja masalah yang harus dikaji dan tanda- tanda vital ?

3. Berapakah batasan normal setiap tanda-tanda vital ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengatahui prosedur pelaksanaan dari tanda-tanda vital.

2. Untuk mengatahui masalah yang harus dikaji dan tanda-tanda vital.

3. Untuk mengetahui batasan normal setiap tanda-tanda vital.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Tanda-Tanda Vital

Tanda-tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam memantau kondisi pasien
atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respons terhadap intervensi yang diberikan.
Penggunaan tanda-tanda vital memberikan data dasar untuk mengetahui respons terhadap stress
fisiologi/psikologi, respons terapi medis dan keperawatan. Hal ini sangatlah penting sehingga
disebut sebagai tanda-tanda vital. Waktu untuk mengukur tanda-tanda vital:

a. Saat pasien pertama kali masuk ke fasilitas kesehatan.


b. Saat memeriksa pasien pada kunjungan rumah.
c. Di rumah sakit/fasilitas kesehatan dengan jadwal rutin sesuai program.
d. Sebelum dan sesudah prosedur bedah atau diagnostik invasif.
e. Sebelum, saat, dan setelah transfuse darah.
f. Saat keadaan umum pasien berubah.
g. Sebelum, saat, dan sesudah pemberian obat.
h. Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang mempengaruhi tanda-tanda vital.
i. Saat pasien mendapat gejala fisik yang non spesifik.
j. Menggigil adalah respon tubuh terhadap perbedaan suhu dalam tubuh.

B. Jenis- Jenis Tanda-Tanda Vital

a. TEKANAN DARAH

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Darah mengalir
karena adanya perubahan tekanan, dimana terjadi perpindahan dari area bertekanan tinggi ke
area bertekanan rendah. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkonstraksi dan disebut tekanan
sistolik. Tekanan darah sistemik atau arterial merupakan indikator yang paling baik untuk
kesehatan kardiovaskuler. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung
beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap
tekanan diastolic, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 – 140/90. Rata-rata
tekanan darah normal biasanya 120/80. Menurut Hayens (2003) tekanan darah timbul ketika
bersikulasi di dalam pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai
pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah dan pembuluh darah yang
memiliki dinding yang elastik dan ketahanan yang kuat. Tekanan darah di ukur dalam satuan
millimeter air raksa (mmHg). Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran
darah secara rutin.

1. Pemeriksaan tekanan darah

 Alat yang digunakan

a. Tensi meter

b. Stetoskop

c. Buku catatan

 Pelaksanaan

a. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

b. Mendekatkan alat kesamping pasien

c. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan

d. Mengatur posisi pasien

e. Membuka pakaian yang menutupi lengan atas

f. Membalutkan kantong tensi meter pada lengan atas kira – kira 3 cm di atas fossa cubiti,
dengan tinta karet di sebelah luar lengan, balutkan tapi jangan terlalu kencang.

g. Memakai stetoskop

h. Meraba detik arteri brakialis dengan ujung tengah dan jari telunjuk. Pastikan tidak
diperkenankan menggenggamkan tangan atau menempelkan tangannya.

i. Meletakkan piringan stetoskop diatas arteri brakialis.

j. Mengunci skrup balon karet kearah kanan


k. Memompakan udara kedalam kantong dengan cara memijat balon berulang-ulang, air
raksa didalam pipa naik, dipompa terus sampai denyut arteri tidak terdengar lagi

l. Membuka sekrup balon dengan menurunkan tekanan dengan perlahan-lahan ke kiri

m. Mendengar denyut dengan teliti dan memperhatikan sampai angka berapa pada skala
mulai terdengar denyut pertama dan mencatat sebagai tekanan sistole.

n. Meneruskan membuka skrup tadi perlahan-lahan sampai suara nadi terdengar lambat dan
menghilang, dicatat sebagai tekanan diastole.

o. Membuka kantong karet, digulung dengan rapi.

p. Mengunci tensi meter.

q. Merapikan pasien

r. Membereskan alat

s. Mencuci tangan

t. Mendokumentasikan/mencatat hasil pemeriksaan.

2. Masalah Yang Harus Dikaji Pada Tekanan Darah

 Hipertensi

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yaitu tekanan diastolic mencapai 140mmHg atau
lebih, terapi tekanan diastolik kurang dari 90mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut sejalan dengan bertambahnya usia,
hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 80 kemudian berkurang perlahan – lahan bahkan menurun drastis. Hipertensi ini
juga disebabkan oleh berbagai masalah kebutuhan nutrisi, seperti penyebab dari adanya obesitas
serta asupan kalsium, natrium dan gaya hidup. Penatalaksanaan hipertensi juga dapat
menganjurkan pasien untuk memakai obat anti hipertensi dan turunkan jumlah dosisnya yang
disediakan dengan langkah-langkah :

a. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indek masa tubuh lebih dari 27 kg)

b. Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30/35 menit/hari)

c. Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na/2,4 gr Na/ 6gr Nacl/hari)
d. Mempertahankan asupan kalsium yang adekuat (90 mmHg/hari)

e. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.

 Batasan normal tekanan darah :

Umur Tekanan Sistole/diastole

1 bulan 86/54

6 bulan 90/60

1 tahun 96/65

2 tahun 99/65

4 tahun 99/65

6 tahun 100/60

8 tahun 105/60

10 tahun 110/60

12 tahun 115/60

14 tahun 118/60

16 tahun 120/65

17 tahun-keatas 120/80

b. NADI

Nadi adalah gerakan atau aliran darah pada pembuluh darah arteri yang dihasilkan oleh
kontraksi dari ventrikel kiri jantung. Denyut nadi adalah rangsangan kontraksi jantung yang
dimulai dari NODES SINOURI atau NODUS SINOS ATRIAL yang merupakan bagian atas
serambi kanan jantung. Salah satu indikator kesehatan jantung adalah terjadinya peningkatan
denyut nadi pada saat beristirahat. Pemeriksaan nadi sangat penting dilakukan agar petugas
kesehatan yang melakukan pemeriksaan nadi dapat mengetahui keadaan nadi (frekuensi irama
dan kuat lemah nadi). Mengukur denyut nadi yang terasa pada pembuluh darah arteri yang
disebabkan oleh gelombang darah yang mengalir di dalamnya sewaktu jantung memompa darah
ke dalam aorta atau arteri. Tujuan pemeriksaan nadi adalah :
1. Untuk mengetahui kerja jantung
2. Untuk menegetahui jumlah denyut jantung yang terasa pada pembuluh darah.
3. Untuk menentukan denyut nadi normal atau tidak.
Kecepatan denyut jantung bereaksi terdapat rangsangan yang ditimbulkan oleh system
saraf simpatis dan saraf parasimpatis, beberapa hal yang mempengaruhi jumlah denyut: emosi,
nyeri, aktivitas, dan obat-obatan. Kecepatan denyut nadi bertambah bila tekanan darah turun
karena jantung berusaha meningkatkan keluarnya darah.

 Pemeriksaan nadi

a. Alat yang digunakan :

1. Alat penghitung denyut nadi


2. Jam tangan / arloji
3. Buku catatan
b. Pelaksanaan

1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

2. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan

3. Membawa alat kedekat pasien

4. Mengatur posisi pasien

5. Meraba/menghitung denyut nadi pada tempat-tempat denyut nadi (temporalis, karotis,


apikal, brakhialis, radialis, femoralis, poplitea, tibialis posterior, dorsalis pedis) sesuai
keadaan umum pasien.

6. Menghitung dengan ujung jari kedua, ketiga, empat dan tekan dengan lembut.

7. Mengetahui atau melaksanakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung


denyut jantung.

8. Jika denyut teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya dengan 2. Apabila denyut
tidak teratur dan pada paien yang baru dilakukan pemeriksaan hitung selama 1 menit
penuh.

9. Mencuci tangan.
10. Mencatat hasil.

 Masalah Yang Harus Dikaji Pada Pemeriksaan Nadi

a. Kecepatan Nadi (Pulse Rate) : Pulse Rate (jumlah denyutan perifer yang dirasakan selama 1
menit) dihitung dengan menekan arteri perifer dengan menggunakan ujung jari. Tachycardia:
nadi >100-150 x/menit jantung overwork oksigenasi sel tidak adekuat.

b. Palpitasi : perasaan berdebar-debar, sering menyertai tachycardia.

c. Bradycardia : denyut nadi < 60 x/mnt àkejadian lebih sedikit dibandingkan tachycardia

d. Denyut Nadi sangat fluktuatif dan meningkat dengan :

1. exercise,

2. illness,

3. injury

4. emotions.

batasan normal nadi

Usia

Denyut nadi (x/permenit)

Balita

120-160

Anak

90 – 140

Pra sekolah

80 – 110
Sekolah

75 – 100

Remaja

60 – 90

Dewasa

60-100

3. PERNAFASAN

Pernafasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2
(oksigen) ke dalam tubuh, serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbon
dioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi. Secara normal orang dewasa bernafas kira – kira 16 – 20
x/menit, sementara bayi dan anak kecil lebih cepat daripada orang dewasa. Naiknya kecepatan
bernafas disebut polypnea. Jika suhu badan naik kecepatan bernafas bertambah, karena tubuh
berusaha melepaskan diri dari kelebihan panas. Pemeriksaan pernafasan merupakan pemeriksaan
yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola
pernafasan.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pola pernafasan:

1. Faktor fisiologis

Ø Menurunnya kemampuan meningkatkan O2 seperti pada anemia

Ø Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti obstruksi saluran pernafasan bagian atas.

Ø Hivopolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan terganggunya O2

Ø Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obeisitas,
penyakit kronis, seperti TBC paru.
2. Faktor perkembangan

Ø Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok

Ø Dewasa, muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru.

Ø Dewasa tua adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis,


elastisitas menurun

3. Faktor perilaku

Ø Nutrisi

Ø Exercise: akan meningkatkan kebutuhan oksigen

Ø Merokok: nikotin menyebabkan fase konstruksi pembuluh darah perifer dan koroner.

Ø Kecemasan

4. Faktor lingkungan

Ø Tempat kerja

Ø Suhu lingkungan

Ø Ketinggian dari permukaan air laut

Faktor yang meningkatkan frekuensi pernafasan:

Ø Olahraga

Ø Stress

Ø Peningkatan suhu lingkungan

Ø Penurunan konsentrasi oksigen pada darah yang tinggi

Tujuan menghitung pernafasan :

1. Mengetahui keadaan umum pasien


2. Mengikuti perkembangan penyakit

3. Membantu menentukan salah satu penyokong diagnose

a.Menghitung pernafasan

Ø Alat yang digunakan

1. Jam tangan/arloji

2. Buku catatan

Ø Pelaksanaan

1. menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

2. membawa alat kesamping pasien

3. mencuci tangan

4. hitunglah naik turunnya dada pasien (pernafasan) sambil memegang arteri radialis dan
menekukkan ke dada pasien seperti pura – pura menghitung denyut nadi (mengupayakan agar
pasien tidak merasa di observasi).

5. jika irama respirasi teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya dengan dua. Jika irama
respirasi tidak teratur hitung selama 1 menit penuh

6. membereskan alat

7. mencuci tangan

8. mencatat hasil

b. Masalah yang harus dikaji pada pernafasan

1. Ritme pernafasan

· Eupnea : irama normal

· Kusmaul : cepat dan dalam


· Hiperventilasi : pernafasan dalam, kecepatan normal

· Biot’S : Cepat dan dalam, berhenti tiba2, kedalaman sama (kerusakan saraf)

· Cheyne stoke : bertahap dangkal – lebih cepat dan dalam – lambat –apnea (kerusakan
saraf)

a. Retraksi interkosta : kemungkinan retraksi pada obstruksi jalan nafas

b. Orthopnea : sesak pada waktu posisi berbaring

c. Suara batuk : produktif / tidak

2. Palpasi

a. Nyeri dada tekan :kemungkinan fraktur iga

b. Kesimetrisan ekspansi dada

· Caranya : letakkan kedua telapak tangan secara datar

Bisa pada anterior, sisi dan posterior

Anjurkan tarik nafas

· Amati : normal bila gerakan tangan simetris

Taktil fremitus

· Caranya : -letakkan tangan sama dengan cara pemeriksaan ekspansi dada

-anjurkan pasien menyebut tujuh-tujuh / enem-enam

-rasakan getaran

· Kurang bergetar : pleura effusion, pneumothoraks

-lakukan pada seluruh permukaan dada (atas,bawah,kiri,kanan, depan,belakang)

3. Perkusi
· Suara perkusi

o Paru normal : sonor/resonan

o Pneumothoraks : hipersonor

o Jaringan padat (jantung, hati) : pekak/datar

o Daerah yang berongga : tympani

o Batas organ

§ Sisi dada kiri : dari atas ke bawah ditemukan sonor/resonan- tympani : ICS 7/8 (Paru-
lambung)

§ Sisi dada kanan : ICS 4/5 (paru-Hati)

§ Dinding posterior :-Supraskapularis (3-4jari di pundak) batas atas paru

-Setinggi vertebratorakal 10 garis skapula batas bawah paru

4. Auskultasi

· Suara / bunyi nafas vesikuler

o Terdengar disemua lapang paru normal

o Bersifat halus, nada rendah

o Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi

o Bronchovesikuler

§ Ruang interkostal pertama dan kedua area interskapula

§ Nada sedang, lebih kasar dari vesikuler

§ Inspirasi sama dengan ekspirasi

§ Bronchial
§ Terdengar di atas manubarium,

§ Bersifat kasar, nada tinggi

§ Inspirasi lebih pendek dari ekspirasi

§ Suara ucapan

§ Anjurkan penderita mengucapkan tujuh-tujuh berulang2 secara berisik sesudah inspirasi

§ Lakukan dengan intonasi yang sama kuat sambil mendengarkan secara sistematik disemua
lapang paru dengan menggunakan stetoskop

§ Bandingkan bagian kiri dan kanan

5. Suara Tambahan

a. Ronchi (ronchi kering)

Suara yang tidak terputus, akibat adanya getaran dalam lumen saluran pernafasan karena
penyempitan : ada sekret kental/lengket

a. Rales (ronchi basah)

Suara yang terputus, akibat aliran udara melewati cairan dan terdengar pada saat inspirasi

b. Wheezes – wheezing

Suara terdengar akibat obstruksi jalan napas, terjadi penyempitan sehingga ekspirasi dan
inspirasi terganggu, sangat jelas terdengar saat ekspirasi.

c. Batasan Normal Pernafasan

Usia
Frekuensi (x/menit)

Balita

30 – 60

Anak

30 – 50

Pra sekolah

25 – 32

Sekolah

20 – 30

Remaja

16 – 19

Dewasa

12 – 20

4. SUHU

Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai kondisi
metabolisme dalam tubuh , dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui
metabolisme darah. Suhu tubuh perlu dijaga keseimbangannya, yaitu antara jumlah panas yang
hilang dengan jumlah panas yang diproduksi. Proses pengaturan suhu terletak pada
hypothalamus dalam sistem saraf pusat. Bagian depan hypothalamus dapat mengatur
pembuangan panas dan bagian hypothalamus belakang mengatur upaya penyimpanan panas.

Perubahan suhu tubuh diluar kisaran normal akan mempengaruhi titik pengaturan hypothalamus.
Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas berlebihan, kehilangan panas minimal, atau
kombinasi hal di atas. Sifat perubahan akan mempengaruhi jenis masalah klinis yang dialami
pasien

Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh:

1. Usia : pengaturan suhu tubuh tidak stabil sampai pubertas, lansia sangat sensitif terhadap
suhu yang ekstrem.

2. Olahraga: meningkatkan produksi panas.

3. Kadar hormon: perempuan mengalami frekuensi suhu tubuh yang lebih besar dari laki –
laki.

4. Lingkungan : suhu tubuh secara normal berubah 0,5˚ selama 24 jam titik terendah pada
pukul 1 – 4 dini hari.

a. Pemeriksaan suhu

* Dimulut Atau Oral

Ø Alat yang digunakan :

1. Thermometer oral

2. Botol berisi larutan sabun

3. Botol larutan desinfektan

4. Botol berisi air bersih didalamnya, dialasi dengan kain kasa

5. Potongan tertutup pada tempatnya

6. Bengkok

7. Alat tulis

8. Buku catatan

Ø Pelaksaan :
1. Mencuci tangan

2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

3. Mengatur posisi pasien (duduk/tidur)

4. Thermometer diperiksa apakah air raksa sudah turun jika belum ayun – ayun dengan hati –
hati sampai air raksa penuh pada titik angka terendah (dibawah 35˚c).

5. Anjurkan pasien untuk membuka mulut, letakkan reservoin thermometer dibawah lidah
kemudian anjurkan pasien untuk menutup mulut.

6. Tunggu 10 menit, keluarkan thermometer dan keringkan dengan silstep 1 kali dengan
tekanan yang mantab dari atas ke reservoin dengan putaran.

7. Baca hasilnya dengan meletakkan thermometer horizontal setinggi mata putar – putar
diantaranya jari sampai batas air raksa jelas.

8. Catat hasil di buku catatan

* Diketiak/ aksila

Ø Alat yang digunanakan :

1. Thermometer aksila

2. botol berisi larutan sabun

3. botol berisi larutan desinfektan

4. botol berisi air bersih didalamnya, dialasi dengan kain kasa

5. potongan tertutup pada tempatnya

6. menempatkan thermometer ke tengah ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan di


bawah pasien.

7. Biarkan thermometer di tempat tersebut

ü Termomter air raksa 5 – 10 menit


ü Thermometer digital sampai sinyal terdengar

8. Keluarkan thermometer dengan hati – hati

9. Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar dari arah atas ke reservoir, buang
tisu di bengkok.

10. Baca air raksa atau digitalnya

11. Membantu pasien merapikan bajunya

12. Menurunkan tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer digital ke skala awal

13. Mengembalikan thermometer pada tempatnya

14. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan

15. Mencatat hasil

* Dianus Atau Rectal

alat yang digunakan:

1. Thermometer rektal

2. Botol berisi larutan sabun

3. Botol berisi larutan desinfektan

4. Botol berisi air bersih didalamnya dialasi dengan kain kasa

5. Potongan tertutup pada tempatnya

6. Bengkok

7. Alat tulis

8. Buku catatan

Ø Pelaksanaan :
1. Menjelaskan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

2. Mendekatkan alat ke samping pasien

3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan

4. Memasang tirai

5. Membuka pakaian bawah

6. Mengatur posisis pasien

7. Dewasa : SIM atau miring dan kaki sebelah atas tekuk ke arah perut

8. Bayi atau anak : tengkurap atau terlentang

9. Melumasi ujung thermometer dengan Vaseline

10. Membuka anus dengan menaikkan bokong atas dengan tangan kiri (untuk orang dewasa)

11. Minta pasien menarik nafas dalam dan memasukkan thermometer secara perlahan ke dalam
anus sekitar 3,5 cm pada orang dewasa. Dan pada bayi 1,2 – 2,5 cm

12. Pegang thermometer di tempatnya selama 2 – 3 menit (orang dewasa) dan 5 menit (untuk
orang laki – laki)

13. Keluarkan thermometer dengan hati – hati

14. Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar dan buang tisu ke bengkok

15. Baca air raksa dan digitalnya

16. Merapikan pasien

17. Membersihkan thermometer air raksa

18. Menurunakn tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer digital ke skala awal.

19. Mengembalikan thermometer pada tempatnya.

20. Melepas sarung tangan


21. Mencuci tangan

22. Mencatat hasil

b. Masalah yang harus dikaji pada pemeriksaan suhu

Demam

Demam bisa terjadi disebabkan karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
memertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas sehingga mengakibatkan suhu
dalam tubuh menjadi tidak normal.

Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan ringan suhu sampai 39°C
meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga meruapakan bentuk pertarungan akibat infeksi
karena virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan virus).

Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen
berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda.

Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme tubuh
meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung dan pernapasan meningkat
untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrient. Metabolisme yang meningkat
menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan.

Hipertermia

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.

Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat memengaruhi mekanisme pengeluaran
panas. Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan dimana tidak dapat mengontrol produksi
panas yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.

Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin memengaruhi kemampuan
tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan mengakibatakan hipotermia. Hipotermia
diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti:

· Ringan: 33°-36°.

· Sedang: 30°-33°.

· Berat: 27°-30°.

· Sangat berat: <30°.

Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa
jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang mengalami hipotermia mengalami
gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai.

Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4°c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun.
Jika hipotermia terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan kesadaran,
dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri.

Kelelahan Akibat Panas

Kelelahan akibat panas terjadi akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Disebabkan oleh lingkungan yang terlalu panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah
hal yang umum selama kelelahan akibat panas.

Heat Stroke

Lingkungan dengan suhu tinggi dapat memengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini
disebut heat stroke. Penderita heat stroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat
berat dan malfungsi hipotalamus. Heat stroke dengan suhu yang lebih besar dari 40,5°C
mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.

Itulah beberapa kondisi penyakit yang disebabkan oleh adanya perubahan suhu tubuh. Adanya
perubahan suhu tubuh memang sangat sulit dicegah dan manusia hanya dapat melakukan
peminimalan resiko dari penyakit-penyakit yang berkaitan dengan perubahan suhu tubuh seperti
demam, kelelahan, heat stroke, dan lainnya.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan rajin memeriksakan kondisi tubuh ke dokter secara rutin,
mengonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur, dan mencukupi kebutuhan tidur Anda.

Dengan demikian, penyakit apapun bisa dicegah. Jika mampu menyerang sekalipun, resiko
penyakitnya tak akan terlalu parah dan juga proses penyembuhannya relatif cepat karena orang
yang senantiasa menjaga kebugaran dan kesehatan tubuhnya memiliki daya imun yang kuat.

c. Batasan normal pemeriksaan suhu

Usia Suhu
(Derajat Celcius)
3 bulan 37,5

1 tahun 37,7

3 tahun 37,2

5 tahun 37,0

7 tahun 36,8

9 tahun 36,7

13 tahun 36,6
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah memahami tentang tanda-tanda vital. Dan kesimpulannya adalah kesehatan pada
tubuh kita itu sangat penting. Terutama bagi tanda-tanda vital seperti denyut nadi, tekanan darah,
pernapasan, suhu badan, dan berat badan. Bagaimana prosedur pelaksanaan yang berperan
penting kepada masyarakat atau pun pasien dan bertujuan untuk menambah pengetahuan. Seperti
pada tekanan darah, seiring dengan bertambahnya umur seseorang maka tekanan darah akan
meningkat. Dan emosi ataupun rasa nyeri yang di alami oleh seseorang itu juga berpengaruh
terhadap meningkatnya tekanan darah.

Dengan demikian Suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh,
denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskular, frekuensi pernapasan
dapat menunjukkan fungsi pernapasan, dan tekanan darah dapat menilai kemampuansistem
kardiovaskuler, yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.

B. SARAN

Dari penjelasan di atas kita harus lebih teliti untuk mengkaji suatu tanda – tanda vital.
Karena kalau kita tidak teliti dalam mengkaji tanda – tanda vital maka kita tidak bisa
memberikan evaluasi respon pasien terhadap intravena yang diberikan karena pemeriksaan tanda
– tanda vital merupakan bagian dari proses pemeriksaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H. A. Aziz. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Jakarta: Salemba Medika.

.2009. Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 2. Jakarta: Salemba Medika.

Yuni Kusmiati. 2010. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Keperawatan. Yogyakarta:


Fitramaya .

Depkes RI.1994. Prosedur Perawatan Dasar. Jakarta.

http://www.deherba.com Keterampilan Dasar Praktik Klinik


Keperawatan./.html#ixzz2N9JXTthu

Anda mungkin juga menyukai