Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami kelompok II (Dua) dapat

menyusun makalah ini yang berjudul Pemasangan Infus tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari

bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis

harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................................1


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................................3


A. Latar Belakang ......................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................................................3
C. Tujuan .....................................................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................................................4
A. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia .....................................................................................4
B. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengaturan Cairan ...........................................................4
C. Jenis Cairan ............................................................................................................................................5
D. Gangguan/Masalah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan ................................................5
E. Pemasangan Infus ...............................................................................................................................6

BAB III PENUTUP ....................................................................................................................................... 11


A. Kesimpulan ......................................................................................................................................... 11
B. Saran ...................................................................................................................................................... 11
BAB IV DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis
kebutuhaan ini memiliki proporsi besar dalam tubuh dengan hampir 90% dari total
berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara
keseluruhan, presentase cairan tubuh berbeda berdasarkan usia. Presentase cairan
tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total
berat badan, wanita dewasa 55% dari tital berat badan, dan dewasa tua 45% dari total
berat badan. Selain itu, presentase jumlah cairan tubuh yang bervariasi juga bergantung
pada lemak dalam tubuh dan jenis kelamin. Jika lemak dalam tubuh sedikit, maka cairan
tubuh pun lebih besar. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit
dibandingkan pada pria, karena jumlah lemak pada tubuh wanita dewasa lebih banyak
dibandingkan dengan lemak pada tubuh pria dewasa.
Infus cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui
sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan
kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh (Yuda, 2010). Pemberian cairan
intravena (Infus) yaitu memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh
darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. (Potter,
2005)
Pada umumnya cairan infus intravena digunakan untuk penggantian caian tubuh dan
memberikan nutrisi tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal tubuh pasien
rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa penyembuhan
atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya yakni sebagai pembawa obat-
obatan lain. (Lachman, 2008)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemasangan infus?
2. Apakah fungsi dari pemasangan infus?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas Skill Lab
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui cara pemasangan infus.
b. Mahasiswa mampu mengetahui fungsi dari pemasangan infus.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia


Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis
kebutuhaan ini memiliki proporsi besar dalam tubuh dengan hampir 90% dari total
berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara
keseluruhan, presentase cairan tubuh berbeda berdasarkan usia. Presentase cairan
tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total
berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari total
berat badan. Selain itu, presentase jumlah cairan tubuh yang bervariasi juga bergantung
pada lemak dalam tubuh dan jenis kelamin. Jika lemak dalam tubuh sedikit, maka cairan
tubuh pun lebih besar. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit
dibandingkan pada pria, karena jumlah lemak pada tubuh wanita dewasa lebih banyak
dibandingkan dengan lemak pada tubuh pria dewasa.

B. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengaturan Cairan


1. Tekanan cairan
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan.dalam proses osmosis,
tekanan osmotik merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan
melalui membran. Bila terdapat dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka
larutan yang konsentrasi molekulnya lebih pekat dan tidak dapat bergabung disebut
koloit. Sedangkan larutan dengan kepekatan yang sama dan dapat bergabung, maka
larutan itu disebut kristaloit.
Prinsip tekanan osmotik sangat penting dalam proses pemberian cairan intra vena
biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus intravena bersifat
isotonik karena mempunyai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Larutan
intravena yang hipotonik, yaitu larutan yang mempunyai konsentrasi kurang pekat
dibanding konsentrasi plasma darah. Hal ini menyebabkan, tekanan osmotik plasma
akan lebih besar dibanding dengan tekanan osmotik cairan interstisial karena
konsentrasi protein dalam plasma lebih besar dibanding cairan interstisial dan molekul
protein lebih besar, sehingga bentuk larutan koloid dan sulit menembus membran
semipermiabel.
Tekanan Hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul yang bergerak dalam ruang
tertutup.
2. Membran semipermiable merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar
tidak bergabung. Membran semipermiable ini terdapat pada dinding kapiler pembuluh
darah, yang terdapat diseluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke
jaringan.

4
C. Jenis Cairan
1. Cairan zat gizi (nutrien)
Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari.
Cairan nutrien dapat diberikan melalui intra vena dalam bentuk karbohidrat, nitrogen
dan vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat
berkisar antara 200-1500 kalori per liter. Cairan nutrien terdiri atas:
a. Karbohidrat dan air, contoh: dekstrosa(glukosa), levulosa (fruktosa), serta invert
sugar (1/2 dekstrosa dan levulosa).
b. Asam amino, contoh: amigen, aminosol, dan travamin.
c. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.
2. Blood volume expanders
Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume
darah setelah kehilangan darah atau plasma. Hal ini terjadi pada saat pasien mengalami
perdarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume
darah. Pada pasien dengan luka bakar yang berat, sebagian besar cairan akan hilang
dari pembuluh darah didaerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan
cairan ini. Jenis blood volume expanders antara lain: humen serum albumin dan dextran
dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik,
sehinggan secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.

D. Gangguan/Masalah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan


1. Hipovolume atau dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan
kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespon kekurangan cairan tubuh
dengan mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan
cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial,tubuh
akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien
diare dan muntah.
Kehilangan cairan eksternal yang berlebihan akan menyebabkan volume
eksternal berkurang (hipovolume). Pada keadaan ini,tidak terjadi perpindahan
cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi
kekurangan cairan eksternal dalam waktu yang lama, maka kadar urea, nitrogen,
serta kreatinin akan meningkat dan menyebabkan terjadinya perpindahan cairan
intrasel ke pembuluh darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara
lambat atau cepat dan tidak selalu cepat diketahui. Kelebihan asupan pelarut
seperti protein dan klorida / natrium akan menyebabkan ekskresi atau
pengeluaran urine secara berlebihan, serta berkeringat banyak dalam waktu yang
lama dan terus menerus. Kelainan lain yang menyebabkan kelebihan pengeluaran
urine adalah adanya gangguan pada hipotalamus, kelenjar gondok dan ginjal, diare,
muntah yang terus menerus, terpasang drainage dan lain-lain. Macam dehidrasi
(kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya ;

5
A. Dehidrasi berat
1) Pengeluaran atau kehilangan cairan 4-6 L
2) Serum natrium 159-166 mEq/L
3) Hipotensi
4) Turgor kulit buruk
5) Oliguria
6) Nadi dan pernafasan meningkat
7) Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
B. Dehidrasi sedang
1) Kehilangan cairan 2-4 I atau antara 5-10% BB
2) Serum natrium 152-158 mEq/L
3) Mata cekung
C. Dehidrasi ringan,dengan terjadinya kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2 L

2. Hipervolume atau overhidrasi


Terdapat dua manifrestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu
hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada
interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan
hanya terdapat di antara jaringan. Keadaan hipervolume dapat menyebabkan piting
edema, merupakan edema yang berada pada darah perifer atau akan mencekung
setelah ditekan pada daerah yang bengkak. Manifestasi edema paru-paru adalah
penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan suara ronkhi. Keadaan edema ini disebabkan
oleh gagal jantung yang mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah
paru-paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru-paru.
E. Pemasangan Infus
a. Pemberian Cairan Melalui Pemasangan Infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui
intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan
ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai
tindakan pengobatan dan pemberian makanan.

b. Tujuan Pemasangan infus


1. Sebagai akses pemberian obat
2. Mengganti dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
3. Sebagai makanan bagi pasien yang tidak dapat atau tidak boleh makan melalui
mulut
c. Indikasi
Pasien dehidrasi, syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum transfusi
darah, pasien yang tidak bisa atau tidak boleh makan dan minum melalui mulut,
pasien yang memerlukan pengobatan tertentu.
d. Kontraindikasi

6
1. Inflamasi (bengkak, nyeri demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan
hemodialisis (cuci darah)
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang
aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki) (Yuda,
2010)

e. Resiko Pemasangan Infus


1. Flebitis (peradangan pembuluh vena)
Tanda-tanda: hangat, merah, bengkak di daerah luka tusukan.
Penyebab: kurangnya aliran darah di sekitar abbocath, gesekan di dalam vena.
Intervensi: ganti abbocath, gunakan kompres hangat, pemberian analgesik anti
inflamasi.
2. Hematoma
Yaitu darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah, terjadi
akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau tusukan berulang
pada pembuluh darah.
Tanda-tanda: tenderness, memar.
Penyebab: vena terembes, jarum tidak pada tempatnya dan darah mengalir.
Intervensi: abbocath dipindahkan, gunakan tekanan dan kompres, cek kembali tempat
keluar darah.
3. Infiltrasi
Yaitu masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah)
atau kebocoran cairan infus ke jaringan sekitar. Terjadi akibat ujung jarum infus
melewati pembuluh darah.
Tanda-tanda: kepucatan, bengkak, dingin, nyeri dan terhentinya tetesan infus.
Intervensi: kaji tingkat keparahan, lepas infus, tinggikan ekstremitas yang terpasang
infus.

f. Pedoman Pemilihan Vena


1. Gunakan vena distal terlebih dahulu
2. Gunakan tangan yang tidak dominan jika mungkin
3. Pilih vena yang cukup besar untuk memungkinkan aliran darah yang adekuat
4. Pilih lokasi yang tidak mempengaruhi prosedur atau pembedahan yang direncanakan
5. Pastikan lokasi yang dipilih tidak mengganggu aktivitas pasien

i. Pemilihan Abbocath
Macam-macam Ukuran Abocath Menurut Potter (1999) ukuran jarum infuse yang
biasa digunakan adalah :

7
1. Ukuran 16G warna abu-abu untuk dewasa, bedah mayor, trauma. Apabila sejumlah
besar cairan perlu diinfuskan. Pertimbangan perawat : Sakit pada insersi, butuh vena
besar
2. Ukuran 18G Warna hijau untuk anak dan dewasa, untuk darah, komponen darah, dan
infus kental lainnya. Pertimbangan Perawat : Sakit pada insersi, butuh vena besar
3. Ukuran 20G Warna merah muda untuk anak dan dewasa. Sesuai untuk kebanyakan
cairan infus, darah, komponen darah, dan infus kental lainnya. Pertimbangan Perawat :
Umum dipakai
4. Ukuran 22G Warna biru untuk bayi, anak, dan dewasa (terutama usia lanjut). Cocok
untuk sebagian besar cairan infus. Pertimbangan Perawat : Lebih mudah untuk insersi
ke vena yang kecil, tipis dan rapuh, Kecepatan tetesan harus dipertahankan lambat,
Sulit insersi melalui kulit yang keras
5. Ukuran 24G Warna kuning, 26 Warna putih untuk nenonatus, bayi, anak dewasa
(terutama usia lanjut). Sesuai untuk sebagian besar cairan infus, tetapi kecepatan
tetesan lebih lambat. Pertimbangan Perawat : Untuk vena yang sangat kecil, Sulit insersi

j. Jenis dan Kegunaan Selang Infus


1. Ukuran Macrodrip yang setiap 1ml nya terdiri dari 15 tetes dan biasanya digunakan
untuk pasien dewasa.
2. Ukuran Microdrip yang setiap 1ml nya terdiri dari 60 tetes dan biasanya digunakan
untuk pasien yang masih anak-anak.

k. Cara Menghitung Tetesan Infus


(Kebutuhan cairan x faktor tetes) = Jumlah tetesan/menit
Jumlah jam x 60 menit
1. Faktor tetes ( Otsuka )
1 cc = 15 tetes
2. Faktor tetes ( Terumo )
1 cc = 20 tetes
Contoh :
(Kebutuhan cairan x faktor tetes) = Jumlah tetesan/menit
(Jumlah jam x 60 menit)
Infus set Otsuka ( 2500 x 15 ) = 37.500 = 26 tetes/menit
24 x 60 = 1.440
Infus set Terumo ( 2500 x 20 ) = 50.000 = 35 tetes/menit
24 x 60 = 1.440

Macro
Jika yang ingin dicari tahu adalah berapa tetesan yang harus kita cari dengan modal kita
tahu jumlah cairan yang harus dimasukkan dan lamanya waktu maka rumusnya
adalah 1 cc = 20 tts/mnt
Tetes/menit : ( Jumlah cairan x 20) / (Lama Infus x 60)
Jika yang dicari adalah lama cairan akan habis maka rumusnya adalah sebagai berikut :
Lama Infus: (Jumlah Cairan x 20) / (Jumlah tetesan dlm menit x 60)
Misal : Seorang pasien harus mencatat terapi cairan 500 ml dalam waktu 4 jam
maka jumlah tetesan yang harus kita berikan adalah (500 x 20 ) / ( 4 x 60 ) = 10000/
240 = 41,6 = 22 tetes/menit begitupun untuk rumus lama infuse tinggal dibalik saja.

8
Micro
Selang infuse micro adalah selang infuse yang jumlah tetesannya lebih kecil dari macro,
biasanya terdapat besi kecil di selangnya, dan biasanya digunakan untuk bayi, anak dan
pasien jantung dan ginjal rumus untuk menghitung jumlah tetesannya adalah
sebagai berikut :

Jumlah tetes/menit : (Jumlah cairan x 60 ) / (Lama Infus x 60)


Sedangkan rumus lamanya cairan habis adalah sebagai berikut :
Lama waktu : ( Jumlah Cairan x 60) / (Jumlah tetesan dalam menit x 60 )
Contoh Kasus :
Dokter meresepkan kebutuhan cairan Nacl 0,9% kepada Tn N 1000 ml/12 jam, faktor
drips (tetes) 15 tetes/1 ml berapa tetes per menit cairan tersebut diberikan?
Strategi menjawab kasus:
2. Ketahui jumlah cairan yang akan diberikan
3. Konversi jam ke menit (1 jam = 60 menit)
4. Masukkan kedalam rumus (Jumlah cairan yang dibutuhkan dikali dengan faktor drips,
lalu dibagi dengan lamanya pemberian). Jadi jawabannya adalah (1000 x 15) / (12 x 60)
= 15000 / 720 = 20,86 dibulatkan jadi 21 cairan tersebut harus diberikan 21
tetes/menit
Terkadang kita agak kesulitan dalam menghitung tetesan infus yang akan kita berikan
kepada seorang pasien, berikut tips-tipsnya :
Rumus : 1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro
Contoh Soal :
1. Infus 500 cc diberikan kepada seorang pasien 20 tetes makro/menit habis dalam
berapa jam? jika dalam micro?
Jawab :
1 cc = 20 tetes makro berarti pasien diberikan 1 cc/ menit infus yang tersedia 500 cc
akan habis dalam 500 dibagi 60 menit = 8,333 jam kalo dalam micro tinggal di kali 3
saja jadinya = 24,99 jam
2. Berapa tetes macro per menit tetesan 500 cc RL infus harus diberikan agar habis dalam
4 jam?
Jawab :
500 cc dibagi 4 jam = 125 cc, ini jumlah cc RL yang harus diberikan per jamnya 125 cc
dibagi 60 = 2,083 cc / menit, ini jumlah cc yang harus diberikan per menitnya.
1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro jadi 2,083 cc = (2,083 x 20) 41,66tetes makro =
(2,083 x 60) 124,98 tetes mikro
l. Persiapan Alat pemasangan infus
1. Sarung tangan 1 pasang
2. Selang infus sesuai kebutuhan (makro drip atau mikro drip)
3. Cairan parenteral sesuai program
4. Jarum intra vena (ukuran sesuai)
5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
6. Desinfektan
7. Torniquet/manset
8. Perlak dan pengalas
9. Bengkok 1 buah
10. Plester / hypafix
11. Kassa steril

9
m. Prosedur pemasangan Infus
A. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

C. Tahap Kerja
1. Melakukan desinfeksi tutup botol cairan
2. Menutup saluran infus (klem)
3. Menusukkan saluran infus dengan benar
4. Menggantung botol cairan pada standard infuse
5. Mengisi tabung reservoir infus sesuai tanda
6. Mengalirkan cairan hingga tidak ada udara dalam slang
7. Mengatur posisi pasien dan pilih vena
8. Memasang perlak dan alasnya
9. Membebaskan daerah yang akan di insersi
10. Meletakkan torniquet 5 cm proksimal yang akan ditusuk
11. Memakai hand schoen
12. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari dalam keluar)
13. Mempertahankan vena pada posisi stabil
14. Memegang IV cateter dengan sudut 300
15. Menusuk vena dengan lubang jarum menghadap keatas
16. Memastikan IV cateter masuk intra vena kemudian menarik Mandrin + 0,5 cm
17. Memasukkan IV cateter secara perlahan
18. Menarik mandrin dan menyambungkan dengan selang infuse
19. Melepaskan toniquet
20. Mengalirkan cairan infuse
21. Melakukan fiksasi IV cateter
22. Memberi desinfeksi daerah tusukan dan menutup dengan kassa
23. Mengatur tetesan sesuai program

D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemasangan infus merupakan teknik yang mencakup penusukan vena melalui
transkutan dengan stilet tajam yang kaku seperti angiokateter atau dengan jarum yang
disambungkan.
Pemberian infus melalui vena.
Tujuan : Untuk mengembalikan kembali cairan tubuh yang hilang dan sebagai pengganti
nutrisi.
Indikasi : kecepatan aliran infus harus di pantau tiap jam
Kontraindikasi : Pada pasien dehidrasi berat

B. Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan atau paramedic sebaiknya kita mampu dalam
melakukan tindakan pemasangan infus secara tepat dan benar serta steril.

11
Daftar Pustaka

Darwis, Aprizal. (2014). Prosedur pemasangan infus. Diakses pada tanggal 15


Februari 2016 dari: http://www.abcmedika.com/2014/04/prosedur-pemasangan-
infus.html
Muchtar, Amrizal. (2015). Pemasangan infus. Diakses pada 16 Februari 2016 dari
: https://www.academia.edu/6658158/1_PEMASANGAN_INFUS
Potter&Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC
http://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-1-43233730p7
https://www.academia.edu/8540311/All_About_Infus
https://www.academia.edu/8970636/Rumus_Tetesan_Cairan_infus

12

Anda mungkin juga menyukai