Anda di halaman 1dari 25

Makalah Keperawatan Medikal-Bedah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA. PARU DAN


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TB PARU

DISUSUN OLEH :

1. PUTRI PUSPITA DEWI : 1340351984


2. FITRI FEBRIYANUR : 1340351979
3. MELLIANA : 1340351983
4. HAMZAH : 1340351980

DOSEN PEMBIMBING : AIDA KHAIRUNISA, SST., M.SI

AKADEMI KEPERAWATAN IBNU SINA KOTA SABANG


TAHUN AJARAN 2020/ 2021
KATA PENGANTAR
 Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan kita kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien CA. Paru dan
Asuhan Keperawatan pada Pasien TB. Paru”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal-Bedah I. Dalam makalah ini mengulas tentang konsep CA.
Paru dan TB Paru serta asuhan keperawatan pada pasien CA. Paru dan TB. Paru.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Aida
Khairunisa, SST., M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Medikal-Bedah I yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penulis juga
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Sabang, 18 November 2020

 
 
 
 
 

i
DAFTAR ISI
 

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1. KONSEP CA. PARU................................................................................3

2.2. KONSEP TUBERKULOSIS PARU-PARU.............................................8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS TUBERKULOSIS PARU....13

3.1. Pengumpulan Data..................................................................................13

3.2. Diagnosa Keperawatan............................................................................14

3.3. Intervensi.................................................................................................15

3.4. Implementasi dan Evaluasi......................................................................19

BAB IV PENUTUP...............................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

 
 

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebetulnya  suatu proses kanker diparu dapat berasal dari saluran pernapasan
itu sendiri, baik itu berasal dari sel-sel bronkus atau alveolus ataupun dari sel-sel
yang memproduksi mukus yang mengalami degenerasi maligna, ataupun dari
jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Tetapi dalam sekejap mata saja, karena
pertumbuhan suatu proses keganasan selalu cepat dan bersifat invasif, maka
proses kanker tersebut sudah meliputi jaringan saluran pernapsan dan sel-sel
penghasil mukus maupun jaringan ikat. Oleh karena itu, dalam praktek kedokteran
sehari-hari tidak dibedakan antara kanker bronkus dan kanker paru. Kedua istilah
ini lalu dianggap sebagai sinonim belaka. (Pengecualiannya ialah bila ditemukan
Carcinoma in situ pada mukosa bronkus). Pada umumnya tumor paru terbagi atas
tumor jinak (5%) antara   lain   adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%)
adalah karsinoma bronkogenik. Kanker  paru adalah pembunuh nomor satu
diantara pria di USA. Namun, kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih
besar pada wanita dibanding pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara
sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita.
Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat
limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Di Indonesia sendiri
menurut data GLOBOCAN (IARC) yang dikutip dari Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia memperlihatkan, estimasi persentase kasus baru dan kematian
akibat kanker pada tahun 2012, yaitu kanker paru pada laki-laki untuk kasus baru
mencapai 34,2 % dan kematian mencapai 30,0%. Menurut data yang dirilis WHO
tahun 2014 memperlihatkan, munculnya kanker (Cancer Incidence) pada laki-laki
Indonesia untuk jenis kanker paru-paru mencapai 25,322 orang, dan pada wanita
tiga kali lebih sedikit, sebesar 9,374 orang dengan profil mortalitas mencapai 9,1
persen/92,200 orang. Ini semua disebabkan karena ROKOK, rokoklah yang
menjadi sumber utama pemicu kanker paru.

1
1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan menerapkan asuhan keperawatan
dengan CA. Paru dan TB Paru
b. Tujuan Khusus
1. mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien
dengan diagnosa Ca. Paru dan TB Paru
2. mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan diagnosa Ca. Paru dan TB Paru
3. mahasiswa mampu memberikan intervensi keperawatan pada pasien
dengan diagnosa Ca. Paru dan TB Paru
4. mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien
dengan diagnosa Ca. Paru Dan TB Paru
5. mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilaksanakan pada
pasien dengan diagnosa Ca. Paru Dan TB Paru
 
 

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KONSEP CA. PARU


2.1.1. Definisi
Kanker Paru adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel paru
yang tidak terkontrol. Apabila tidak diobati dan dibiarkan maka pertumbuhan sel
Paru   akanberkembang dan menyebar keluar Paru. Kanker paru dapat dibedakan
dalam tiga kategori besar:
1. Kanker paru epidermoid (Squamous Cell Lung Cancer), dimana sel-sel
kankernya menunjukkan kemiripan dengan sel-sel epitel saluran pernapsan
atas.
2. Kanker paru adeno-karsinoma (Adeno-Carcinoma of the
Lungs), dimana sel-sel kankernya menunjukkan kemiripan dengan kelenjar-
kelenjar mukus dalam paru.
3. Kanker paru dengan sel-sel yang berdiferensiensi rendah, yang
kemudian dibagi lagi atas kanker paru dengan sel-sel besar (Large Cells Lung
Cancer) dan kanker paru dengan sel-sel kecil (Small Cell Lung Cancer).
 
2.1.2. Etiologi
Penyebab kanker paru masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa
inhalasi jangkan panjang dari bahan-bahan karsiogenik merupakan faktor utama,
tanpa mengesampingkan kemungkinan peran predisposisi hubungan keluarga
ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis seperti kekebalan tubuh.
Dari beberapa kepustakaan kebiasaan merokok menjadi penyebab lain seperti
polusi udara, diet yang kurang mengandung (vitamin A, selenin, dan betakaronin),
infeksi saluran pernapasan kronik, dan keturunan/genetik. (Sudoyo Aru)
Kalsifikasi/pentahapan klinik (clinical staging)
Klasifikasi berdasarkan TNM: tumor, nodul, dan metastase.
1. T: T0 : tidak tampak tumor primer.
T1 : diameter tumor > 3 cm,tanpa invasi ke bronkus.

3
T2 : diameter > 3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis, namun 
berjarak lebih dari 2 cm dari karina, serta belum ada efusi pleura.
T3 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah dekat
karina dan atau disertai efusi pleura.
 
2. N: N0 : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe ragional
N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral
N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
 
3. M: M0 : tidak terdapat metastase jauh
M1 : sudah terdapat metastase jauh ke organ-organ lain.

2.1.3. Manifestasi Klinis


Pada kanker paru primer gejala-gejala tak bedanya dengan TB paru, hanya
saja kemunduran kondisi penderita berjalan sangat cepat, misalnya saja dalm 1
bulan sejak mulai batuk-batuk beratnya dapat turun 5kg atau lebih. Perjalanan
penyakitnya juga sangat cepat, dalam 1 bulan setelah mulai batuk, sudah dapat
timbul nyeri dada ataupun sesak. Juga keadaan umum, pada umumnya akan
mundur dengan sangat cepat. Perlu diperhatikan bahwa tak selalu keluhan dimulai
dengan batuk, bisa juga dimulai dengan nyeri dada ataupun kemunduran keadaan
umum, penurunan berat badan dsb. Baru kemudian disusul dengan batuk/sesak).
Tak lama kemudian, akan timbul pula kelainan-kelainan karena metastasis jauh,
misalnya fraktura patologia ekstremitas atau timbul benjolan dipinggang, mata
menjadi kuning, gangguan fungsi otak, dsb. Salah satu ciri yang agak khas pada
kanker paru (juga tentunya pada kanker lainnya) ialah timbulnya rasa nyeri baik
didada maupun ditempat metastasis.
Ada 2 macam kanker paru yang mempunyai ciri-ciri khas yaitu:
1. Karsinoma in situ: sama sekali belum ada metastasis ataupun
pertumbuhan invasif, proses keganasan masih terbatas pada mukosa bronkus
dan belum menembus membrana basalis

4
2. Pancoast’s tumor : semua tumor (biasanya kanker) paru yang berlokasi
awal di apeks (kiri atau kanan) yang disertai dengan nyeri bahu ataupun
lengan ipsilateral. Yang belakangan ini diakibatkan oleh invasi proses
maligna tersebut ke jaringan disekitarnya yaitu tulang iga, pleksus
brachialis, kelenjer-kelenjer getah bening bahkan dapat pula mengenai
truncus sympathicus bagian servico-torakal. (FRASE & PARE, 1994) 

2.1.4. Klasifikasi
Klasifikasi menurut WHO untuk neoplasma pleura dan paru-paru
(1977):
Karsinoma bronkogenik
a) Karsinoma epidermoid (skuamosa)
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahaan epitel termasuk
metaplamasia, atau displasia, atau displasia akibat merokok yang kepanjangan,
secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan
menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa cm
dan cenderung menyebar langsung ke kelenjer getah bening hilus, dinding dada
dan mediastinum.
b) Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat)
Biasanya terletak di tengah sekitar percabangan utama bronki. Tumor ini timbul
dari sel-sel kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel-
sel kecil dengan inti hipekromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastis dini ke
mediastinum dan kelenjer limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran
hematogen ke organ-organ distal.
c) Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar)
Memperhatikan susunan selular seperti kelenjer bronkus dan dapat mengandung
mucus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang
dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru-paru dan fibrosis interstisial
kronik,. Lesi sering kali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium
dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala-gejala sampai terjadinya
metastasis yang jauh.

5
d) Karsinoma sel besar
Merupakan sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung
untuk timbulnya pada jaringan paru-paru perifer, tumbuh cepat dengan
penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
e) Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid
f) Lain-lain
 Tumor karsinoid (adema bronkus)
 Tumor kelenjer bronchial
 Tumor papilaris dari epitel permukaan
 Tumor campuran dan karsinosarkoma
 Sarcoma
 Tak terklasifikasi
 Mesotelioma
 Melanoma
(Price, Patofisiologi, 1995)

2.1.5. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan
adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan
displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan
displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi
langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari
salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan
ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala
yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut,
penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada

6
hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
2.1.6. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa:
1. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup
klien
2. Paliatif
Mengurangi  dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3. Rawat rumah (hospice care) pada kasus terminal
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
4. Supotif
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti permberian
nutrisi, transfuse  darah dan komponen darah, obat antinyeri dan antiinfeksi.`
(Ilmu Penyakit  Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan,
2000)
5. Pembedahan
Tujuan pembedahan pada kanker paru sama seperti penyakit paru lainnya,
untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru-paru yang tidak terkena kanker
a. Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkonfirmasi diagnose tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy
b. Pneumonektomi (pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiatesis bleb atau
bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois
d. Resesi segmental

7
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru
e. Resesi baji
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metasmetik, atau penyakit peradangan
yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru-paru
berbentuk baji (potongan es)
f. Dekortikasi
Merupakan pengangkatan bahan-bahan fibrin dari pleura (visceralis)
6. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan 
bisa juga sebagai terapi adjuvant/paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi atau penekanan terhadap pembuluh darah
7. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas
serta untuk melengkapi bedah terapi radiasi.
 
2.1.7. Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada kanker paru di antaranya adalah
sebagai berikut:
1.Reseksi Bedah dapat mengakibatkan gagal napas
2.Terapi radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru
3.Kemoterapi kombinasi radiasi  dapat menyebabkan pneumonitis
4.Kemoterapi menyebabkan toksisitas paru dan leukemia
Perawat menjelaskan pasien dan keluarganya tentang potensial efek samping dari
rencana pengobatan spesifik dan strategi untuk mengatasinya. Penatalaksanaan
gejala akan membantu pasien menghadapi tindakan terapeutik.

2.2. KONSEP TUBERKULOSIS PARU-PARU


2.2.1. Definisi Tuberkulosis Paru-Paru
Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang
parenkim paru-paru yang disebaban oleh Myobacterium tuberculosis. Penyakit ini

8
dapat juga menyebar ke seluruh tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan
nodus limfe.
2.2.2. Etiologi
Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-
0,6/um. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap
asam dan lebih tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob
yang menyukai daerah yang banyak oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi
daerah yang tinggi kandunagn oksigennya yang terdapat di daerah epikal paru,
daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit Tuberkulosis.

2.2.3. Patofisiologi
Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor
(makrofag), sedangkan limphosit (sel T) adalah sel imonoresponsifnya. Imunitas
ini biasanya melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit
dan limfokin, respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitifitas ( lambat). Basil
Tuberkel yang mencapai permukaan alveolus akan diinhalasi sebagai suatu unit
(1-3 basil), gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung
dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Yang berada
dialveolus dibagian bawah lobus atas paru basil tuberkel ini membuat peradangan.
Leukosit polimorfonuklear nampak pada tempay tersebut dan mempagosit, namun
tidak membunuh basil. Hari-hari berikutnya leukosit diganti oleh makrofag,
alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut.
Pneumoni selluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini dapat berjalan
terus, dan basil terus dipagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga
menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid
yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan waktu 10-20 hari). Nekrosis bagian
sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju (nekrosis
kaseosa) . Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang
dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan respon berbeda. Jaringan

9
granulasi akan lebih fibroblas membentuk jaringan parut dan ahirnya membentuk
suatu kapsul yang dikelilingi tuberkel.

2.2.4. Dampak Masalah


Pada keadaan tubericulosis paru muncul bermacam – macam masalah baik
bagi penderita maupun keluarga.
a. Terhadap penderita
Sebagaimana penderita penyakit yang lain, pada pasien effusi pleura
akan mengalami suatu perubahan baik bio, psiko sosial dan spiritual
yang akan selalu menimbulkan dampak yang diakibatkan oleh proses
penyakit atau pengobatan dan perawatan. Pada umumnya Px dengan
effusi pleura akan tampak sakit, suara nafas menurun adanya nyeri
pleuritik terutama pada akhir inspirasi, febris, batuk dan yang lebih khas
lagi adalah adanya sesak nafas, rasa berat pada dada akibat adnya
akumulasi cairan di kavum pleura.
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Tidak semua penderita mengerti benar tentang perjalanan
penyakitnya yang akan mengakibatkan kesalahan dalam perawatan
dirinya serta kurangnya informasi tentang proses penyakitnya dan
pelaksanaan perawatan dirumah kuman ini menyerang pada tubuh
manusia yang lemah dan para pekerja di lengkungan yang udaranya
sudah tercemar asap, debu, atau gas buangan (dr. Hendrawan Nodesu
1996, hal 14 – 15).
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada penderita tuberculosis paru mengeluh adanya anoreksia,
nafsu makan menurun, badan kurus, berat badan menurun, karena
adanya proses infeksi (Marilyn. E. Doenges, 1999).
3) Pola aktivitas
Pada penderita TB paru akan mengalami penurunan aktivitas
dan latihan dikarenakan akibat dari dada dan sesak napas (Marilyn.
E. Doenges, 2000).

10
4) Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya nyeri dada dan baluk darah pada penderita TB
paru akan mengakibatkan tergantung kenyamanan tidur dan istirahat
(Marilyn. E. Doenges, 1999).
5) Pola hubungan dan peran
Penderita dengan TB paru akan mengalami gangguan dalam
hal hubungan dan peran yang dikarenakan adanya isolasi untuk
menghindari penularan terhadap anggota keluarga yang lain.
(Marilyn. E. Doenges, 1999).
6) Pola persepsi dan konsep diri
Ketakutan dan kecemasan akan muncul pada penderita TB
paru dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang pernyakitnya yang
akhirnya membuat kondisi penderita menjadi perasaan tak
berbedanya dan tak ada harapan. (Marilyn. E. Doenges, 2000).
7) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatan stress pada diri penderita, sehingga banyak penderita
yang tidak menjutkan lagi pengobatan. (dr. Hendrawan Nodesul,
1996, hal 23).
8) Pola eliminasi
Pada penderita TB paru jarang dan hampir tidak ada yang
mengeluh dalam hal kebiasaan miksi maupun defeksi.
9) Pola senson dan kognitif
Daya panca indera (perciuman, perabaan, rasa, penglihatan
dan pendengaran) tidak ditemukan adanya gangguan.
10) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pola reproduksi tidak ada gangguan
tetapi pola seksual mengalami gangguan karena sesak nyeri dada dan
batuk.
b. Dampak Masalah Keluarga

11
Pada keluarga yang salah satunya menderita tuberkulosis paru
menimbulkan dampak kecemasan akan keberhasilan pengobatan,
ketidaktahuan tentang masalah yang dihadapi, biaya yang cukup mahal
serta kemungkinan timbulnya penularan terhadap anggota keluarga
yang lain.
Pada umumnya keluarga pasien akan merasa dituntut untuk
selalu menjaga dan memenuhi kebutuhan pasien. Apabila ada salah
satu anggota keluarga yang sakit sehingga keluarga pasien akan
memberi perhatian yang lebih pada pasien. Keluarga menjadi cemas
dengan keadaan pasien karena mungkin sebagai orang awam keluarga
pasien kurang mengerti dengan kondisi pasien dan tentang bagaimana
perawatannya. Lamanya perawatan pasien banyaknya biaya
pengobatan merupakan masalah bagi pasien dan keluarganya terlebih
untuk keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah.
Secara langsung peran pasien sesuai statusnya pun akan
mengalami perubahan bahkan gangguan selama pasien dirawat di
rumah sakit.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS TUBERKULOSIS PARU
3.1. Pengumpulan Data
1. Pengkajian

1. Aktivitas /Istirahat
- Kelemahan umum dan kelelahan.
- Napas pendek dgn. Pengerahan tenaga.
- Sulit tidur dgn. Demam/kerungat malam.
- Mimpi buruk.
- Takikardia, takipnea/dispnea.
- Kelemahan otot, nyeri dan kaku.

2. Integritas Ego :
- Perasaan tak berdaya/putus asa.
- Faktor stress : baru/lama.
- Perasaan butuh pertolongan
- Denial.
- Cemas, iritable.

3. Makanan/Cairan :
- Kehilangan napsu makan.
- Ketidaksanggupan mencerna.
- Kehilangan BB.
- Turgor kulit buruk, kering, kelemahan otot, lemak subkutan tipis.

4. Nyaman/nyeri :
- Nyeri dada saat batuk.
- Memegang area yang sakit.
- Perilaku distraksi.

5. Pernapasan :

13
- Batuk (produktif/non produktif)
- Napas pendek.
- Riwayat tuberkulosis
- Peningkatan jumlah pernapasan.
- Gerakan pernapasan asimetri.
- Perkusi : Dullness, penurunan fremitus pleura terisi cairan).
- Suara napas : Ronkhi
- Spuntum : hijau/purulen, kekuningan, pink.

6. Kemanan/Keselamatan :
- Adanya kondisi imunosupresi : kanker, AIDS, HIV positip.
- Demam pada kondisi akut.

7. Kemanan/Keselamatan:
- Perasaan terisolasi/ditolak.

3.2. Diagnosa Keperawatan

1). Ketidakefektifan pola pernapasan sehubungan dengan sekresi


mukopurulen dan kurangnya upaya batuk (Marilyn E. Doenges, 1999)
2). Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
sehubungan dengan keletihan, anorerksia atau dispnea. (Marilyn. E. Doenges,
1999)
3). Potensial terhadap transmisi infeksi yang sehubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang resiko potongan. (Marilyn. E. Doenges,
1999)
4). Kurang pengetahuan yang sehubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan dirumah.
5). Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubugan dengan
sekret kental, kelemahan dan upaya untuk batuk. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
6). Potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan
dengan penurunan permukaan efektif proses dan kerusakan membran alveolar
– kapiler. (Marilyn. E. Doenges, 1999)

14
7). Ganggguan pemenuhan kebutuhan tidur sehubungan daerah
sesak napas dan nyeri dada. (lynda, J. Carpenito, 1998)

3.3. Intervensi

Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
NOC NIC Rasional

Bersihan Jalan nafas  Jalan napas Independen


tidak efektif yang bersih dan efektif a. Mengkaji Adanya
berhubungan dengan : setelah 1 hari fungsi perubahan
- Sekret kental perawatan, dengan respirasi fungsi respirasi
atau criteria: antara lain dan
mengandung a. suara, penggunaan
darah menyatakan jumlah, otot tambahan
- Fatigue bahwa batuk irama, dan menandakan
- Kemampuan berkurang/hi kedalaman kondisi
batuk ,kurang lang, tidak napas serta penyakit yang
- Edema ada sesak catatan pula masih dalam
trachea/faring dan secret mengenai kondisi
berkurang. penggunaan penanganan
Data-Data: b. otot napas penuh.
Data Subjektif: normal buatan
- Pasien ( vesikular) Ketidak
mengeluh c. b. Mencatat mampuan
batuk napas 16- kemampuan mengeluarkan
- Pasien 20x/menit untuk secret
mengeluh (dewasa) mengeluarka menjadikan
sesak d. n sekret/ timbulnya
- Pasien dispnea batuk secara penumpukan
mengatakan efektif berlebihan
adanya secret pada saluran

15
di saluran nafas pernapasan.
Posisi
Data Objektif Semi/high
- Suara nafas fowler
abnormal c. Mengatur memberikan
(ronchi/rales, posisi tidur kesempatan
wheezing) semi atau paru-paru
- Frekuensi high fowler. berkembang
napas abnormal Membantu secara
30x/menit pasien untuk maksimal
(>dari normal) berlatih batuk akibat
dengan irama secara efektif diafragma
irregular dan menarik turun ke
- Dispnea nafas dalam. bawah. Batuk
efektif
mempermudah
ekspektorasi
mucus.

Pasien dalam
d. Membersihka kondisi sesak
n secret dari cenderung
dalam mulut untuk bernapas
dan trachea, melalui mulut
suction jika yang jika tidak
memungkink ditindak lanjuti
an akan
mengakibatkan
stomatitis.

16
Air digunakan
e. Memberikan untuk
minum menggantikan
kurang lebih keseimbangan
2.500 cairan tubuh
ml/hari, akibat cairan
menganjurka banyak keluar
n untuk melalui
minum dalam pernapasan. Air
kondisi hangat akan
hangat jika mempermudah
tidak ada pengenceran
kontra secret melalui
indikasi. proses
konduksi yang
mengakibatkan
arteri pada area
sekitar leher
vasodilatasi
dan
mempermudah
cairan dalam
pembuluh
darahdapat
diikat oleh
mucus/secret.

Berfungsi
Kolaborasi: meningkatkan

17
a. Memberikan kadar tekanan
O2 udara parsial O2 dan
inspirasi yang saturasi O2
lembab. dalam darah.
Berfungsi
untuk
b. Memberikan mengencerkan
pengobatan dahak
atas indikasi :
- Agen
mukolitik,
misal:
Acetylcystein
(mucomyst)
- Bronkodilator,
misal:
Theophyline, Meningkatkan/
Oxtriphyline memperlebar
- Kortikosteroid saluran udara
(prednisone),
misal:
Dexamethason
e

c. Memberikan
agen anti
infeksi, misal:
- Obat primer:
Isoniazid
(INH),

18
Ethambutol
(EMB), Mempertebal
Rifampin dinding saluran
(RMP) udara
- Pyrazinamide (bronkhus)
(PZA), Pyra
Amino Salisic Menurunnya
(PAS), keaktifan dari
Streptomycin. mikroorganism
- Monitor e akan
pemeriksaan menurunkan
laboratorium respons
(sputum) inflamasi
sehingga akan
berefek pada
berkurangnya
produksi secret.

 
3.4. Implementasi dan Evaluasi
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Rabu, 11 1. Mengajarkan klien tentang S : Klien mengatakan
November 2020 sudah tidak sesak lagi.
Jam 7.00 WIB metode yang tepat
pengontrolan batuk agar
O ; Klien tampak
tidak keras-keras. memakai pernapasan
perut (R ; 20 x/menit).
Jam 7.05 WIB 2. Auskultasi paru sebelum
: PosIsi klien masih
dan sesudah klien batuk. Semi Fowler.
3. Menganjurkan : Tidak ada bantuan
untuk
Jam 7. 10 WIB otot-otot pernapasan
minum agar menurunkan ketika bernapas.

19
viskositas sekresi : : Terapi Oksigen sudah
dilepas.
mempertahankan hidrasi
yang adekuat; meningkatkan
A : Masalah teratasi
masukan cairan 1500
P : Dihentikan, kecuali
sampai 2500 cc/hari No. 3, 4, 7.
4. Mendorong keluarga dalam
Jam 7.15 WIB
memberikan perawatan
mulut yang baik setelah
batuk.

5. Menjelaskan pada klien dan


Jam 7.20 WIB keluarga mematuhi anjuran
dari dokter dan perawat :
seperti menghindari
makanan yang
menyebabkan batuk, serta
bau-bauan, menghindari
banyak bergerak/bicara,
tidak boleh batuk dengan
keras-keras.

6. Memberikan advis dokter :


Jam 7.30 WIB
Pemberian obat transamin 3
x 1 amp., Acetylcystein 3 x
1 tab, posisi semi fowler.

20
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker paru
wanita maupun pria,yang sering kali disebabkan oleh merokok.
2. Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah pada
pencegahan misalnya dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai 
peluang 10x lebih besar  untuk mengalami kanker paru dibandingkan bukan
perokok, dan menghindari lingkungan polusi.
3. Penyakit tubercolosis (TBC) disebabkan karena adanya bakteri
Mikobakterium tuberkulosa.
4. Untuk mencegah penyakit tuberculosis sebaiknya harus menjaga
kebersihan diri dan lingkungan. Tuberculosis juga penyakit yang harus benar
benar segera ditangani dengan cepat.

4.2 Saran
Dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker paru dan
TB paru diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.
Informasi atau pendidikan kesehatan berguna untuk klien dengan kanker paru
misalnya mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok, memperhatikan
lingkungan kerja terkait dengan polusi.

21
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit
yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk
minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk
memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA
Wahid Abd dan Imam Suprapto.2013.Keperawatan Medikal Bedah Asuhan
Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV. Trans Info
Media
Padila.2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif Huda Amin dan Hardi Kusuma.2015. NANDA NIC NOC jilid 2.
Yogyakarta: MediAction
 

22

Anda mungkin juga menyukai