Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN KANKER PARU


TAHUN 2021
Makalah yang ditulis untuk memenuhi sebagaian Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Menjelang Ajal & Paliatif Care I
Dosen Pengampu : Ns Dyah Juliastuti, M. Kep., Sp. Mat. Ph. D

Disusun oleh Kelompok 3 :


1. Dede Masitoh ( 201941003 )
2. Desyana (201941030)
3. Muhammad Aditiya ( 201941013 )
4. Rita Eviany ( 201941015 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES IMC BINTARO

TAHUN AKADEMIK 2019 / 2020


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Kanker Paru” dapat terselesaikan dengan baik. Maksud dan tujuan dari penulisan makalah
ini tidak lain untuk memenuhi salah satu dari sekian kewajiban Mata Kuliah Keperawatan
Menjelang Ajal & Paliatif Care I serta merupakan bentuk langsung tanggung jawab penulis
pada tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Ns Dyah Juliastuti, M. Kep., Sp. Mat. Ph. D selaku dosen pengampu serta semua pihak
yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan. Akhir kata kami
ucapkan Terima Kasih.
WassalamualaikumWr. Wb

Tangerang, April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II TINJUAN TEORITIS
1. KONSEP DASAR
A. Pengertian
B. Anatomi Fisiologi Paru
C. Etiologi
D. Manisfestasi Klinis
E. Patofisiologi
F. Klasifikasi
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan
I. Komplikasi
2. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian Keperawatan
B. Kemungkinan Diagnosa Muncul
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paru-paru merupakan salah satu organ paling vital pada tubuh manusia yang
berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dan mengeluarkan CO2 hasil sisa proses
pernapasan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Karenanya menjaga kesehatan
paru-paru mutlak harus dilakukan oleh setiap orang. Semakin tercemarnya udara serta
berbagai bibit penyakit di udara dapat menimbulkan berbagai penyakit paru-paru. Salah
satunya adalah kanker paru-paru. Penyakit Kanker Paru-paru tergolong dalam penyakit
kanker yang mematikan, baik bagi pria maupun wanita. Dibandingkan dengan jenis
penyakit kanker lainnya, seperti kanker prostat, kanker usus, dan kanker payudara,
penyakit kanker paru-paru dewasa ini cenderung lebih cepat meningkat
perkembangannya. Penyakit kanker paru-paru adalah sebuah bentuk perkembangan sel
yang sangat cepat (abnormal) didalam jaringan paru yang disebabkan oleh perubahan
bentuk jaringan sel atau ekspansi dari sel itu sendiri. Jika dibiarkan pertumbuhan yang
abnormal ini dapat menyebar ke organ lain, baik yang dekat dengan paru maupun yang
jauh misalnya tulang, hati, atau otak.

Penyakit kanker paru-paru lebih banyak disebabkan oleh merokok (87%),


sedangkan sisanya disebabkan oleh zat asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil
eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru,
meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Kanker paru ini
meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria dan
sekarang melebihkan ke payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibatkan
kepada wanita. Menurut hasil penelitian, hampir 70% pasien kanker paru mengalami
penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Beberapa
bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul di tempat jaringan perut
sebelumnya (tuberculosis fibrosis ) di dalamparu . Kanker paru mengacu pada lapisan
epithelium saluran napas.
Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan penyembuhan hanya
mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, di mana sekitar 13% dari klien
yang menjalani pembedahan mampu bertahan selama 5 tahun. Metastasis penyakit
biasanya muncul dan hanya 16% klien yang penyebaran penyakitnya dapat
dilokalisasi pada saat diagnosis. Dikarenakan terjadinya metastasis,
penatalaksanaan kanker paru sering kali hanya berupa tindakan paliatif (mengatasi
gejala) di bandingkan dengan kuratif (penyembuhan). Di perkirakan 87% dari
kanker paru terjadi akibat merokok. Oleh karena itu pencegahan yang paling baik
adalah ”jangan memulai untuk merokok”.

Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan


yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru
melalui upaya preventif, promotor, kuratif dan rehabilitatif. Berdasarkan pemaparan
diatas, penulis tertarik membahas Asuhan Keperawatan Dengan Kanker Paru.

B. Tujuan
1) Tujuan umum
Untuk mendapatkan pemahaman tentang Asuhan Keperawatan pada klien yang dengan
Kanker Paru

2) Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian pada klien dengan kanker paru


b. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan keperawatan pada klien dengan kanker
paru
c. Mahasiswa mampu memberikan tindakan keperawatan pada klien dengan kanker
paru
d. Mahasiswa mampu memberikan evaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan
kanker paru
e. Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan dengan baik dan
benar
C. Manfaat
1) Bagi Mahasiswa
Sebagai sumber informasi dan tolak ukur keberhasilan program pendidikan
keperawatan
2) Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit khususnya
perawat di ruangan paru untuk mengambil langkah-langkah dan kebijakan dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya pada penderita kanker
paru.
3) Bagi klien
Sebagai bukti tertulis yang menunjukkan bahwa klien telah menerima asuhan
keperawatan yang merupakan bantuan dalam pemecahan masalah kesehatan yang
dialami.
4) Bagi penulis
a. Merupakan bahan evaluasi tentang kemampuan penerapan konsep keperawatan
yang didapatkan selama pendidikan dalam praktik keperawatan secara nyata.
b. Sebagai bahan untuk memperoleh tambahan pengetahuan dan keterampilan
tentang asuhan keperawatan klien dengan gangguan system pernapasan (kanker
paru).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. KONSEP DASAR

A. Pengertian
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan
paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap
rokok (Suryo, 2010 : 27).

Menurut World Health Organization(WHO), kanker paru-paru merupakan penyebab


kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Sebagaian besar
kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari
kanker di bagian tubuh lain yang menyebar ke paru-paru(Suryo, 2010 : 27). Karsinoma
bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi primer. Kebanyakan
tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat epithelial dan berasal dari
mukosa percabangan bronkhus (Muttaqin, 2008: 198).

B. Anatomi Fisiologi Paru

Paru merupakan organ yang elastis dan terletak di dalam rongga dada bagian atas,
bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan bagian bawah dibatasi oleh diafragma
yang berotot kuat. Paru terdiri dari dua bagian yang dipisahkan oleh mediastinum yang
berisi jantung dan pembuluh darah. Paru kanan mempunyai tiga lobus yang dipisahkan
oleh fissura obliqus dan horizontal, sedangkan paru kiri hanya mempunyai dua lobus
yang dipisahkan oleh fissura obliqus. Setiap lobus paru memiliki bronkus lobusnya
masing-masing. Paru kanan mempunyai sepuluh segmen paru, sedangkan paru kiri
mempunyai sembilan segmen (Syaifuddin, 2011).
Paru diselubungi oleh lapisan yang mengandung kolagen dan jaringan elastis,
dikenal sebagai pleura visceralis. Sedangkan lapisan yang menyelubungi rongga dada
dikenal sebagai pleura parietalis. Di antara kedua pleura terdapat cairan pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura bergerak selama bernafas dan
untuk mencegah pemisahan thoraks dan paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah
dari tekanan atmosfer, sehingga mencegah terjadinya kolaps paru. Selain itu rongga
pleura juga berfungsi menyelubungi struktur yang melewati hilus keluar masuk dari paru.
Paru dipersarafi oleh pleksus pulmonalis yang terletak di pangkal tiap paru. Pleksus
pulmonalis terdiri dari serabut simpatis (dari truncus simpaticus) dan serabut
parasimpatis (dari arteri vagus). Serabut eferen dari pleksus ini mempersarafi otot-otot
bronkus dan serabut aferen diterima dari membran mukosa bronkioli dan alveoli
(National Cancer Institute, 2015).
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal
terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru
dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan
dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer. Fungsi utama paru-paru yaitu untuk
pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan
oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan
metabolisme seseorang tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen
dan karbon dioksida tersebut. Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara
darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan (Guyton, 2007).
C. Etiologi
Etiologi kanker paru menurut Arif Muttaqin (2008: 198-199) :

1. Merokok
Kanker paru beresiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat dibandingkan
dengan bukan perokok. Peningkatan faktor resiko ini berkaitan dengan riwayat jumlah
merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari dikali
jumlah tahun merokok) serta faktor saat mulai merokok (semakin muda individu
mulai merokok, semakin besar resiko terjadinya kanker paru). Faktor lain yang juga
dipertimbangkan termasuk didalamnya jenis rokok yang diisap (kandungan tar, rokok
filter dan kretek).
2. Polusi udara
Ada berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk didalamnya adalah sulfur,
emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti
menunjukkan bahwa insiden kanker paru lebih besar didaerah perkotaan sebagai
akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan.
3. Polusi lingkungan kerja
Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkogenik tampaknya merupakan suatu
penyakit akibat polusi di lingkungan kerja. Dari berbagai bahaya industri, yang paling
berbahaya adalah asbes yang kini banyak sekali diproduksi dan digunakan pada
bangunan. Resiko kanker paru diantara para pekerja yang berhubungan atau
lingkungannya mengandung asbes ±10 kali lebih besar daripada masyarakat umum.
Peningkatan resiko ini juga dialami oleh mereka yang bekerja dengan uranium,
kromat, arsen (misalnya insektisida yang digunakan untuk pertanian), besi, dan oksida
besi. Resiko kanker paru akibat kontak dengan asbes maupun uranium akan menjadi
lebih besar lagi jika orang itu juga perokok.
4. Penyaki-penyakit paru
Kehadiran penyakit-penyakit paru tertentu, khususnya chronic obstructive
pulmonary disease (COPD), dikaitkan dengan suatu risiko yang meningkat sedikit
(empat sampai enam kali risiko dari seorang bukan perokok) untuk mengembangkan
kanker paru bahkan setelah efek-efek dari menghisap rokok serentak telah ditiadakan.
5. Rendahnya asupan vitamin A
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perokok yang dietnya rendah
vitamin A dapat memperbesar resiko terjadinya kanker paru. Hipotesis ini didapat dari
berbagai penelitian yang menyimpulkan bahwa vitamin A dapat menurunkan resiko
peningkatan jumlah sel-sel kanker. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama vitamin A
yang turut berperan dalam pengaturan diferensiasi sel.
6. Faktor herediter
Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari penderita kanker paru memiliki
resiko yang lebih besar mengalami penyakit yang sama. Walaupun demikian masih
belum diketahui dengan pasti apakah hal ini benar-benar herediter atau karena faktor-
faktor familial.

D. Manifestasi Klinis
1) Manifestasi kanker paru (Danusantoso, 2000)
a) Gejala awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi
bronkus
b) Gejala umum
o Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang
sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam
berespon terhadap infeksi sekunder
o Infeksi saluran nafas bawah berulang
o Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi
o Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan
o Kelelahan
o Suara serak
o Nyeri atau disfungsi pada organ yang jauh menandakan metastasis
2) Manifestasi kanker baru berdasarkan fase metastase tumor
a) Local (tumor tumbuh setempat)
o Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
o Hemoptisis
o Terdengar wheezing, stridor karena adanya obstruksi jalan nafas
o Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
o Atelektasis
b) Infasi local
o Nyeri dada
o Dispnea karena efusi pleura
o Invasi ke pericardium sehingga menyebabkan temponade atau aritmia
o Suara serak karena adanya penekanan pada nervus (laryngeal recurrent)
c) Gejala terjadinya metastasis
o Menyebar ke otak, tulang, hati, adrenal
o Limfadenopati servikal dan supraklavikula
d) Sindrom paraneoplastik : terdapat pada 10% kanker paru
o Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
o Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
o Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
o Endokrin : sekresi berlebih hormone paratiroid (hiperkalsemia)

(Sudoyo, dkk. 2008)


E. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyebabkan Ca paru ada 2 jenis yaitu primer dan sekunder.
Primer yaitu berasal dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll dan sekunder berasal
dari metastase organ lain, Etiologi primer menyerang percabangan segmen/sub bronkus
menyebabkan cilia hilang. Fungsi dari cilia ini adalah menggerakkan lendir yang akan
menangkap kotoran kecil agar keluar dari paru-paru. Jika silia hilang maka akan terjadi
deskuamasi sehingga timbul pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka akan menimbulkan ulserasi bronkus dan menyebabkan metaplasia,
hyperplasia dan displasia yang selanjutnya akan menyebabkan Ca Paru (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Ca paru ada beberapa jenis yaitu karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma,
karsinoma sel bronkoalveolar, dan karsinoma sel besar. Setiap lokasi memiliki tanda dan
gejala khas masing masing. Pada karsinoma sel skuamosa, karsinoma bronkus akan
menjadi berkembang sehingga batuk akan lebih sering terjadi yang akan menimbulkan
iritasi, ulserasi, dan pneumonia yang selanjutnya akan menimbulkan himoptosis. Pada
adenokarsinoma akan menyebabkan meningkatnya produksi mukus yang dapat
mengakibatkan penyumbatan jalan nafas. Sedangkan pada karsinoma sel bronkoalveolar
sel akan membesar dan cepat sekali bermetastase sehingga menimbulkan obstruksi
bronkus dengan gejala dispnea ringan. Pada karsinoma sel besar akan terjadi penyebaran
neoplastik ke mediastinum sehingga timbul area pleuritik dan menyebabkan nyeri akut.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur–struktur terdekat
seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Sedangkan pada Ca paru sekunder, paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker
yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita
penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus berkembang
dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat imortal dan bisa
menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-paru itu adalah end organ
bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker, yang sebelumnya dapat menyebar di
aera payudara, ovarium, usus, dan lain-lain (Stopler, 2010).
F. Klasifikasi

Klasifikasi/pentahapan klinik (clinical stanging)


Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul, dan metastase.
2. T : T0 : tidak tampak tumor primer
T1 : diameter tumor <3 cm, tanpa invasi ke bronkus
T2 : diameter >3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis, namun
berjarak lebih dari 2 cm, dari karina, serta belum ada efusi pleura
3. N : N0 : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjer
limferegional
N1 : terdapat penjalaran ke kelenjer limfe hilus ipsilateral
N2 : terdapat penjalaran ke kelenjer limfe mediastinum atau kontralateral
N3 : terdapat penjalaran ke kelenjer limfe ekstratorakal
2. M : M0 : tidak terdapat metastase
M1 : sudah terdapat metastase jauh ke organ-organ lain.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto dada secara postero-anterior
Pada foto dada PA dapat dilihat adanya gambaran massa di daerah hilus atau
parahiler atau apeks, lesi parenkim, obstruksi, kolaps didaerah peripleura dan
pembesaran mediastinum.
2. Pemeriksaan CT-scan dan MRI
Pemeriksaan CT-scan dada lebih sensitif dibandingkan dengan fotodada PA
karena dapat mendeteksi massa ukuran 3 mm. MRI dilakukan untuk mengetahui
penyebaran tumor ke tulang belakang
3. Pemeriksaan Bone scaning
Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui adanya metastasis tumor ke
tulang. Zat radioaktif yang dialirkan pada pembuluh darah yang melayani tulang
yang dicurigai telah mengalami metastasis akan diserap oleh sel kanker yang
kemudian di scan akan memperlihatkan gambaran berbeda dari sel normal
sekitarnya.
3. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi dilakukan dengan pemeriksan sitologi sputum terutama
pada kasus tumor paru yang menginvasi saluran nafas dengan gejala batuk. Dalam
pemeriksaan mikroskopis akan ditemukan gambaran sel-sel kanker dalam sputum.
Pemeriksaan ini tidak invasif
4. Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan histopatologi merupakan standar baku penegakan diagnosis
kanker paru. Pengumpulan bahannya dapat melalui bronkoskopi, biopsi transtorakal,
torakoskopi, mediastinoskopi dantorakotomi. Hasil pemeriksaan dapat
mengklasifikasikan tipe kanker. SCLC ditandai dengan gambaran yang khas dari sel
kecil mirip gandum dengan sitoplasma yang sedikit dalam sarang-sarang atau
kelompok tanpa organisasi skuamosa atau glandular. Pada SCC ditandai dengan
variasi sel-sel neoplasma yang berkeratin yang berdiferensiasi baik sampai dengan
tumor anaplastik dengan beberapa fokus diferensiasi. Pada adenokarsinoma ditandai
dengan sel-sel kanker berbentuk sel kelenjar dengan produksi musin dan dikelilingi
dengan jaringan desmoplastik di sekitarnya. Sedangkan pada karsinoma sel besar
menunjukkan gambaran histologi yang aneh dan tidak khas selain ketiga jenis
lainnya, bisa dalam bentuk skuamosa dan glandular dengan diferrensiasi buruk
dengan seldatia, sel jernih dan varian sel berbentuk kumparan di dalamnya.
5. Pemeriksaan Serologi
Beberapa petanda kanker paru yang dipakai sebagai penunjang diagnosis yaitu
CEA (carcinoma embryonic antigen), NSE (neuron-spesific enolase) dan Cyfra 21-1
(Cytokeratin fragment 19)
6. Bronkoskopi
Dilakukan dengan memasukkan alat bronkoskof ke dalam bronkus untuk
melihat secara langsung tumor atau kanker pada saluran nafas dan juga dapat
digunakan untuk mengambil bahan biopsi. Jika kanker terdapat pada saluran nafas
maka akan tampak jaringan kanker yang mengisi ruang saluran nafas di antara sel
normal.
7. Thorakosintesis
Dilakukan apabila kanker yang mengenai jaringan paru telah menimbulkan
efusi pleura atau suatu ruang dalam paru yang terisi cairan eksudat atau transudat
akibat invasi sel-sel kanker
8. Pemeriksaan laboratorium lainnya
Pada pemeriksaan darah lengkap dan serum penderita kanker paru dapat
ditemukan adanya tanda-tanda yang terkait dengan paraneoplastik sindrom dan
adanya metastasis seperti : anemia, trombosis, granulositosis, sitopenia dan
leukoeritroblastosis (pada pemeriksaan sumsum tulang), hiperkalsemia,
hipofosfatemia,hiponatremia dan hipokalemia.

H. Penatalaksanaan
1) Keperawatan
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup
klien.
b. Paliatif
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
d. Suporotif
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,
tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000).
2) Medis
a. Pembedahan
Indikasi
o Tumor stadium I
o Stadium II jenis karsinoma dan karsinoma sel besar tidak dapat di bedakan
(undifferentiated)
o Dilakukan secara khusus pada stadium III
Secara individual yang mencakup 3 kriteria :
o Karakteristik biologis tumor
Hasil baik (Tumor dari skuamosa atau epidermoid), hasil cukup baik
(adenokarsinoma dan karsinoma sel besartak terdiferensiasi), Hasil buruk
(oat cell)
o Letak tumor dan pembagian stadium klinis menentukan teknik reseksi
terbaik yang dilakukan
o Keadaan fungsional penderita
Terdapatnya penyakit degeneratif lain atau penyakit gangguan
kardiovaskuler, operasi harus dipertimbangkan masak-masak.
b. Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsi.
c. Pneumonektomi (pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat
d. Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau
bula emfisematosa, abses paru, infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois
e. Reseksi segmental
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru
f. Reseksi baji
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metasmetik atau penyakit peradangan
yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru-paru berbentuk
baji (potongan es)
g. Dekortikasi
Merupakan pengangkatan bahan-bahan fibrin dari pleura viscelaris).
h. Radiasi
Indikasi dan syarat pasien dilakukan tindakan radiasi adalah :
o Pasien dengan tumor yang operabel tetapi karena resiko tinggi maka
pembedahan tidak dapat dilakukan
o Pasien kanker jenis adenokarsinoma atau sel skuamosa yang inoperabel yang
diketahui terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan
mediastinal.
o Pasien dengan karsinoma bronkus dengan histology sel gandum atau
anaplastik pada satu paru tetapi terdapat penyebaran nodul pada kelenjar getah
bening dibawah supraklavikula
o Pasien kambuh sesudah lobektomi atau pneumonektomi tanpa bukti
penyebaran diluar rongga dada
i. Kemoterapi
o Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta
untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
o Pada karsinoma sel skuamosa sangat responsive pada kemoterapi.
o Sedangkan pada non small cell carcinoma kurang memberi hasil yang baik.
o Syarat untuk pelaksanaan radioterapi dan kemoterapi:
 Hb > 10 gr%,
 Leukosit > 4000/dl,
 Trombosit > 100.000/dl
o Skala Karnofsky
Selama pemberian kemoterapi atau radiasi perlu diawasi terjadinya
melosupresi dan efek samping obat atau toksisiti akibat tindakan lainnya.

I. Komplikasi
1. Efusi pleura
Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruangan yang mengelilinggi
paru-paru di rongga dada ruangan pleura.
2. Metastase pada tulang pinggang/tulang punggung
Ini sering menyebar (bermetasis) ke area lain tubuh, biasanya berlawanan
dengan paru-paru,seperti tulamg otak, hati dan kelenjer adrenal.kanker yang meluas
dapat menyebabkan rasa sakit, sakit kepala, mual atau tanda tanda dan gejala lain
bergantungan pada organ yang terkena
3. Sesak nafas
Orang dengan kanker paru dapat mengalami sesak napas jika kanker
berkembang untuk menutup saluran udara yang utama.
4. Batuk darah
Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas,yang dapat
membuat anda batuk (Hemnoptisis).
5. Nyeri
Kanker paru-paru yang dapat meluas ke lapisan Kanker paru-paru atau bagian
lain dari tubuh dapat menyebabkan rasa sakit.

2. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sitematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian
keperawatan ditunjukan pada respon klien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan
dengan kebutuhan dasar manusia (Nursalam 2001).

1) Pengkajian
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah, pendidikan terakhir,
agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, TB/BB, alamat

2) Identitas penanggung jawab


Nama, umur, hubungan keluarga, pekerjaan

3) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Umumnya keluhan yang dialami meliputi batuk produktif, dahak bersifat mukoid
atau purulen, batuk berdahak, malaise, demam, anoreksia, berat badan menurun,
suara serak, sesak napas pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang
makin luas, serta mengalami nyeri dada yang dapat bersifat lokal atau pleuritik.

b. Riwayat kesehatan dahulu


Biasanya memiliki riwayat terpapar asap rokok, industri asbes, uranium, kromat,
arsen (insektisida), besi dan oksida besi, serta mengkonsumsi bahan pengawet.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya ditemukan adanya riwayat keluarga yang pernah menderita penyakit
Kanker.
4) Kebutuhan dasar
a. Makanan dan cairan
Biasanya mengalami kehilangan nafsu makan, mual/muntah, kesulitan menelan
mengakibatkan kurangnya nafsu makanan, kurus karena terjadi penurunan berat
badan dan mengalami rasa haus.
b. Eliminasi
Biasanya ditemukan adanya diare, serta mengalami peningkatan frekuensi dan
jumlah urine.
c. Hygiene/ pemeliharaan kesehatan
Biasanya memiliki kebiasaan merokok atau sering terpapar oleh asap rokok,
mengkonsumsi bahan pengawet, terjadi penurunan toleransi dalam melakukan
aktivitas personal hygiene.
d. Aktivitas/ istirahat
Biasanya ditemukan adanya kesulitan beraktivitas, mudah lelah, susah untuk
beristirahat, mengalami nyeri, sesak, kelesuan serta insomnia.
5) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien Ca paru menurut Wijaya (2013):
a. Inspeksi
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa
melalui pengamatan.cahaya yang adekuat diperlukan
b. Keadaan umum: biasanya ditemukan keadaan umum lemah, sesak yang disertai
dengan nyeri dada
c. Tingkat kesadaran : biasanya mengalami penurunan kesadaran
d. TTV
RR : biasanya mengalami takipnea
N : biasanya mengalami takhikardi
S : biasanya mengalami hipertermi jika ada infeksi
TD : biasanya bisa hipotensi dan hipertensi
e. Kepala dan leher : Peningkatan tekanan vena jugularis, devisiasi trakea.
f. Mata : biasanya ditemukan adanya pucat pada konjungtiva sebagai akibat anemia
atau gangguan nutrisi.
g. Kulit : biasanya ditemukan adanya pucat atau sianosis sentral atau perifer,
yang dapat dilihat pada bibir atau ujung jari/ dasar kuku menandakan penurunan
perfusi perifer.
h. Jari dan kuku : biasanya ditemukan adanya sianosis, clubbing finger
i. Muka, hidung dan rongga mulut : biasanya ditemukan adanya pucat atau sianosis
bibir/ mukosa menandakan penurunan perfusi, ketidakmampuan menelan dan
suara serak.
j. Vena leher : biasanya ditemukan adanya distensi atau bendungan
k. Thorak
o Paru : biasanya ditemukan adanya pernapasan takipnea, napas dangkal,
penggunaan otot aksesori pernapasan, batuk kering/ nyaring/ non produktif
atau mungkin batuk terus menerus dengan atau tanpa sputum, terjadi
peningkatan fremitus, krekels inspirasi atau ekspirasi. Terdengar wheezing,
stridor karena adanya obstruksi jalan nafas.
o Jantung : biasanya ditemukan adanya frekuensi jantung mungkin meningkat/
takikardia, bunyi gerakan perikardial (pericardial effusion).
l. Abdomen, biasanya ditemukan adanya bising usus meningkat/ menurun.
m. Sistem urogenital, biasanya adanya peningkatan frekuensi atau jumlah urine.
n. Sistem muskuluskeletal, Piasanya ditemukan adanya penurunan kekuatan otot.
o. Sistem persarafan : biasanya ditemukan adanya perubahan status mental.
6) Data Psikologis
Biasanya terjadi kegelisahan, pernyataan yang diulang ulang, perasaan tidak berdaya,
putus asa, emosi yang labil serta kesulitan berkonsentrasi.
7) Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan non invasif
o Sinar X (PA dan lateral), tomografi dada: menggambarkan bentuk, ukuran
dan lokasi lesi. Dapat menyatakan masa udara pada bagian hilus, efusi
pleura, dll.
o Pemeriksaan sitologi: mengkaji tahapan karsinoma
o Mediastinoskopi: digunakan untuk per tahapan karsinoma
o Scan Radioisotop: digunakan pada paru, hati, otak ,tulang dan organ lain
untuk bukti metastasis.

o Pemeriksaan fungsi paru dan GDA: dilakukan untuk mengkaji kapasitas


untuk memenuhi kebutuhan ventilasi pasca operasi.
b. Pemeriksaan invasif
o Bronkoskopi dan biopsi dan penyikatan mukosa bronkus serta pengambilan
bilasan bronkus yang kemudian diperika secara patologianatomik.
o Biopsi transtorakal dengan bimbingan USG atau CT Scan.
o Biopsi dapat dilakukan pada nodus skalen, nodus limfe hilus, dll.
o Tes kulit, jumlah absolut limfosit untuk mengevaluasi kompetensi imun
pada kanker paru
B. Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas
2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi bronkus,deformitas
dinding dada,keletihan otot pernapasan
3) Nyeri akut berhubungan dengan cidera (karsinoma), penekanan saraf oleh tumor paru
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
mampuan menelan makanan,anoreksia,kelelahan dan dyspnea
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (anemis)
6) Ansietas berhubungan dengan proses perkembangan penyakit
7) Defenisi pengetahuan berhubungan keterbatasan informasi proses dan pengetahuan
penyakit.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan pasien individu, keluarga, dan
komunitas.(PPNI, 2018a)(PPNI, 2018b)
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994,
dalam (Potter & Perry, 2011).
Komponen tahap implementasi :
o Tindakan keperawatan mandiri
o Tindakan keperawatan kolaboratif
o Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan
apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009). Evaluasi dilakukan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan,
membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak,dkk.,2011).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam Wardani, 2013):
o S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
o O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif.
o A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
o P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai dengan
kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam
memberikan asuhan keperawatan. (Nurhayati, 2011)
Ada 3 alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :
1) Masalah teratasi
Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah laku dan
perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
2) Masalah sebagian teratasi
Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan dan
perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
3) Masalah belum teratasi
Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tindak menunjukkan perubahan
perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah yang baru.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tn. X 85 tahun dirawat di RS sejak 2 minggu yang lalu karena kanker paru stadium akhir.
Pasien terlihat gelisah dan mengalami nyeri dada dan sulit tidur. Dia menerima morfin (3 x 5
mg) bersama dengan diazepam (2 mg) dengan beberapa efek samping. Pasien terlihat sedih,
depresi dan kadang-kadang bingung. Dia menerima diazepam (10 mg) per suppositoria
karena agitasi dan kecemasan, nyeri hebat dan peningkatan sekresi pernapasan. Dia
menerima furosemide ( 20 mg / IM) bersama dengan morfin (7,5 mg subkutan) pada pukul
21.45 wib dengan efek yang baik. Pasien tahu ahwa dia sedang menjelang kematian dan
menunjukkan kecemasan yang meningkat. Bagaimana perawat merespon hal ini ? buat
perencanaan keperawatan yang tepat untuk Tn. X lenkap denan LP yang sederhana.

A) Pengkajian
a Pengumpulan Data
1) Identitas Pasien
Nama / Inisial : Tn. X
Umur : 85 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Tanggal Masuk : 15 April 2021
Anggal Pengkajian : 29 April 2021
2) Alasan Masuk RS
Pasien datang ke RS pada taggal 15 april 2021 dengan keluhan nyeri dada, terasa
gelisah dan sulit tidur.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian tanggal 29 april 2021, pasien mengatakan terasa nyeri hebat pada
dada dan batuk. Pasien mengatakan mengetahui tentang penyakitnya yaitu kanker
paru stadium akhir dan saat ini sedang pada menjelang kematian sehingga merasa
sangat cemas.
4) Data Pengobatan
N Nama Dosi Waktu Indikasi Kontra Efek Samping
o Obat s Pemberia Indikasi
n
1 Morfin 5 mg per 8 jam Pereda Nyeri Depresi bradikardi/takikardi
7,5 Single napas, asma ,
mg dose akut/berat, hipertensi/hipotensi
hiperkarbia, , vasodilatasi, rasa
ileus haus, dyspepsia,
paralitik anoreksia,
konstipasi, anemia,
otot skeletal/lurik
jadi kaku,
hipoventilasi,
agitasi, rasa
Tegang,
kebingungan,
delirium, sakit
kepala, urtikaria,
amblyopia,
ejakulasi abnormal,
oliguria.
2 Diazepam 2 mg per 8 jam  Mengatasi Depresi Mengantuk,
10 single kejang pernapasan, kelemahan otot, gg.
mg dose  Memberikan . hati berat, Mental, amnesia,
efek insufisiensi bingung,
penenang pulmoner hipotensi,vertigo,
akut, nyeri kepala
serangan
asma akut,
psikotis
3 Furosemi 20 single Oedem karena gagal ginjal dehidrasi,
d mg dose penyakit dg anuria, hypovolemia,
jantung, hati dan prekoma hipotensi,
ginjal dan koma meningkatnya
hepatic, kreatinin darah,
difesiensi hypokalemia,
elektrolit, meningkat volume
hipovolemi urine
a

b Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : tampak sakit sedang
2) Tanda-tanda Vital: TD : 150/90 mg/dl Rr : 26x/menit Sh : 36.7 N : 110x/menit
3) Kepala : tidak ada gangguan, tidak ada benjolan, simetris, tidak ada
nyeri kepala
4) Leher : tidak ada gangguan, tidak ada benjolan, simetris
5) Wajah : tampak menahan nyeri, simetris, tidak ada edema
6) Mulut dan faring : mulut tidak ada masalah, faring terdapat penumpukan sputum
7) Thorax :
a) Paru : Inspeksi : pernapasan normal, frekuensi 26x/menit
Palpasi : pergerakan dada tidak simetris
Perkusi : redup
Auskultasi : terdengar Wheezing
b) Jantung : Inspeksi : tidak ada iktus cordis
Palpasi : nadi meningkat, frekuensi : 110x/menit
Auskultasi : bunyi jantung normal
7) Abdomen : Inspeksi : bentuk normal
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : suara tympani
Auskultasi : terdengar peristaltic usus
8) Data Psikologis
a) Status Emosional : tampak sedih
b) Kecemasan : tampak cemas
c) Pola Koping : tampak kebingungan
d) Gaya Komunikasi : sulit berkomunikasi karena menahan rasa nyeri
9) Data Fokus
a Data Subjektif
1. Pasien mengatakan terasa nyeri hebat pada dada
2. Pasien mengatakan batuk dan susah untuk mengeluarkan dahak
3. Pasien mengatakan sulit tidur
4. Pasien mengatakan merasa sangat cemas
b Data Objektif
1. Pasien tampak batuk berdahak
2. Pasien tampak meringis menahan rasa nyeri
3. Pasien tampak gelisah
4. Pasien tampak sulit tidur dan sering terbangun
5. Pasien tampak sedih, depresi dan terkadang kebingungan
6. TTV Pasien : TD : 150/90 mg/dl Rr : 26x/menit Sh : 36.7 N : 110x/menit

10) Analisa Data


No Data Masalah Etiologi
1 Ds : Ketidakefektian Sekret dalam
 Pasien mengatakan batuk dan kebersihan bronkialis
susah untuk mengeluarkan jalan napas
dahak
 Pasien mengatakan sulit tidur
Do :
 Pasien tampak batuk
berdahak
 Pasien tampak gelisah

2 Ds : Nyeri akut Agen cidera fisik


 Pasien mengatakan terasa (karsinoma)
nyeri hebat pada dada
 Pasien mengatakan skala
nyeri berat (7-8)
Do :
 Pasien tampak meringis
menahan rasa nyeri
 Pasien tampak sulit tidur dan
sering terbangun
 TD : 150/90 mg/dl Rr :
26x/menit Sh : 36.7 N :
110x/menit
3 Ds : Ansietas proses
 Pasien mengatakan merasa perkembangan
sangat cemas penyakit
 Pasien mengatakan sulit
tidur
Do :
 Pasien tampak sedih, depresi
dan terkadang kebingungan
 Pasien tampak sulit tidur dan
sering terbangun

B) Diagnosa Keperawatan
a Ketidakefektian kebersihan jalan napas berhubungan dengan Sekret dalam
bronkialis
b Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera fisik (karsinoma)
c Ansietas berhubungan proses perkembangan penyakit
C) Rencana Asuhan Keperawatan
Hari / Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Perencanaan
Tanggal Keperawatan
Kamis Ketidakefektifa setelah dilakukan tindakan 1. Latihan batuk efektif
9 April 2021 n kebersihan keperawatan 1x8 jam maka (I.01006)
jalan napas pasien dapat toleransi 2. Pengaturan posisi
berhubungan terhadap nyeri dengan semi-fowler atau
dengan Sekret kriteria : fowler
dalam bronkialis a Mampu melakukan batuk 3. Kolaborasi dengan
efektif dokter untuk
b Produksi sputum menurun pemberian obat
c Rasa gelisah berkurang injeksi furosemide 20
mg/IM

Kamis Nyeri akut setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen Nyeri


9 April 2021 berhubungan keperawatan 1x8 jam maka (I.08238)
dengan Agen pasien dapat toleransi 2. Observasi
cidera fisik terhadap nyeri dengan a Kaji nyeri secara
(karsinoma) kriteria : komprehensif
a Keluhan nyeri berkurang b Monitor KU dan
b Skala nyeri berubah TTV pasien
menjadi 1-3 3. Kolaborasi dengan
c TTV dalam batas normal dokter untuk
d Pasien terlihat tenang pemberian terapi obat
Morfin 7,5 mg
subkutan dan
diazepam 10 mg per
suppositoria
Kamis Ansietas setelah dilakukan tindakan 1. Dukungan Emosi
9 April 2021 berhubungan keperawatan 1x8 jam maka (I.09256)
proses pasien dapat toleransi 2. Terapi relaksasi
perkembangan terhadap nyeri dengan (I.05187)
penyakit kriteria : 3. Teknik menenangkan
a Prilaku cemas menurun (I.08248)
b Rasa kebingungan
menurun
c Pola tidur membaik
d TTV dalam batas
normal

Anda mungkin juga menyukai