LUKA BAKAR
Di susun oleh:
Irmaya Rusti E.0105.19.019
Silvia Trianawati E.0105.19.041
PRODI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
TAHUN AJARAN 2020/2021
1. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas bahan kimia,
listrik, dan radiasi. (Smeltzer,suzzanna, 2002)
2. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh
melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase,
yaitu:
a. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran nafas
karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi
gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis
bersifat sistemik.
b. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat
kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah
inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energi.
c. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi
maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar
berupa parut hipertropik, kontraktur, dan deformitas lainnya
3. Patofisiologi/Pathway
5. Klasifikasi
Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka dan
keseriusan luka, yakni:
a. Berdasarkan penyebab
1) Luka bakar karena api
2) Luka bakar karena air panas
3) Luka bakar karena bahan kimia
4) Luka bakar karena listrik
5) Luka bakar karena radiasi
6) Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
b. Berdasarkan kedalaman luka bakar
1) Luka bakar derajat I
2) Luka bakar derajat II
- Derajat II dangkal (superficial)
- Derajat II dalam (deep)
3) Luka bakar derajat III
c. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga
kategori:
1) Luka bakar mayor
2) Luka bakar minor
6. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Resusitas cairan
Perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, pemberian cairan
intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat
harus ada, terutama pada bagian ektremitas yang tidak terkena luka
bakar.
2) Early Exicision and Grafting (E&G)
Dengan metode ini eschar di angkat secara operatif dan kemudian luka
ditutup dengan cangkok kulit (autograft atau allograft), setelah terjadi
penyembuhan, graft akan terkelupas dengan sendirinya. E&G
dilakukan 3-7 hari setelah terjadi luka, pada umumnya tiap harinya
dilakukan eksisi 20% dari luka bakar kemudian dilanjutkan pada hari
berikutnya. Tapi ada juga ahli bedah yang sekaligus melakukan eksisi
pada seluruh luka bakar, tapi cara ini memiliki risiko yang lebih besar
yaitu dapat terjadi hipotermi, atau terjadi perdarahan massive akibat
eksisi. Metode ini mempunyai beberapa keuntungan dengan penutupan
luka dini, mencegah terjadinya infeksi pada luka (James H. Holmes)
3) Escharotomy
Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas dapat
menyebabkan iskemik distal yang progresif, terutama apabila terjadi
edema saat resusitas cairan, dan saat adanya pengerutan keropeng.
Iskemik dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada jari-jari tangan
dan kaki. Tanda dini iskemik adalah nyeri, kemudian kehilangan daya
rasa sampai baal pada ujung-ujung dista. Juga luka bakar menyeluruh
pada bagian thorax atau abdomen dapat menyebabkan gangguan
respirasi, dan hal ini dapat dihilangkan dengan escharotomy.
Dilakukan insisi memanjang yang membuka keropeng sampai
penjepitan bebas. (James H. Holmes)
4) Antibiotik
Pemberian ini dapat secara topikal atau sistemik. Pemberian secara
topikal dapat dalam bentuk salep atau cairan untuk merendam. Contoh
antibiotic yang sering dipakai berupa salep antara lain: Silver
Sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver nitrate, Povidone-iodine,
Bacitracin (biasanya untuk luka bakar grade I), Neomycin, Polymyxin
B, Nysatatin, mupirocin, mebo.
5) MEBO/MEBT (Moist Exposed Burn Ointment/Therapy)
Merupakan Broad Spectrum Ointment, suatu preparat herbal,
menggunakan zat alami tanpa kimiawi. Terdiri dari:
a) Komponen pengobatan: beta sitosteron, bacailin, berberine, yang
mempunyai efek analgesik, anti-inflamasi, anti-infeksi pada luka
bakar dan mampu mengurangi pembentukan jaringan parut.
b) Komponen nutrisi: amino acid, fatty acid dan amylase, yang
memberikan nutrisi untuk regenerasi dan perbaikan kulit yang
terbakar.
b. Non medis
1) Bersihkan luka yang sembuh dengan air hangat
2) Beri mebo 0,5 mm, 1-2 kali/hari
3) Jangan cuci luka yang sudah sembuh dengan air hangat
4) Lindungi luka yang sembuh dari sinar matahari
7. Komplikasi
a. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
b. Sindrom kompartemen. Sindrom kompartemen merupakan proses
terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang
dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume
darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka
bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf
pada ektremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi
iskemia.
c. Adult Respiratory Distress Syndrome. Akibat kegagalan respirasi terjadi
jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa
pasien.
d. Ileus paralitik dan ulkus curling. Berkurangnya peristaltic usus dan bising
usus merupakan tanda-tanda ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi
lambung dapat mengakibatkan nausea. Perdarahan yang terjadi sekunder
akibat stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat
ditandai oleh darah occulta (samar) dalam feses, regurgitas muntahan atau
vomitus yang berdarah, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling.
e. Syok sirkulasi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik
yang terjadi sekunder akibat resusitas cairan yang adekuat. Tandanya
biasanya pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi,
penurunan; haluaran urine, curah jantung, tekanan vena sentral, perubahan
tekanan darah, dan peningkatan tekanan frekuensi denyut nadi.
f. Gagal ginjal akut. Haluaran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan
resusitas cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin
terdeteksi dalam urine.
8. Pengkajian
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan klien luka bakar (Combustion) adalah
nyeri, sesak napas. Nyeri dapat disebabkan karena iritasi terhadap saraf.
Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe,
time, quality (p,q,r,s,t). Sesak napas yang timbul beberapa jam/hari setelah
klien mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh
darah sehingga timbul penyumbatan saluran napas bagian atas, bila edema
paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
2) Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai terjadinya luka bakar, penyebab lamanya
kontak, pertolongan pertama yang dilakukan serta keluhan klien selama
mejalani perawatan ketika dilakukan pengkajian.
3) Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien
sebelum mengalami luka bakar. Risiko kematian akan meningkat jika klien
mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler , paru, DM, neurologis, atau
penyalahgunaan obat dan alkohol.
4) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan:
1. Sistem penginderaan
Mata: Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi
adanya benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan, serta bulu
mata yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar.
Hidung: Catat adanya perdarahan, mukosa kering, secret, sumbatan dan
bulu hidung yang rontok.
Telinga: Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen
2. Sistem pernapasan
Infeksi: bentuk thorax, irama pernafasan, ireguler, ekspansi dada tidak
maksimal, vocal premitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke
paru.
Auskultasi: suara ucapan egoponi, suara napas tambahan ronchi.
3. Sistem pencernaan
Infeksi: bentuk perut,
Palpasi: adanya nyeri pada epigastrium yang mengidentifikasi adanya
gastritis.
4. Sitem Muskuloskeletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
musculoskeletal, kekuatan otot menurun karena nyeri.
5. Sistem integument
- Luas luka bakar: Untuk menentukan luas luka bakar dapat
digunakan salah satu metode yang ada, yaitu metode “rule of nine”
atau metode “lund dan browder”
- Kedalaman luka bakar: Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan
menjadi 4 macam, yaitu luka bakar derajat I, derajat II, derajat III
dan IV, dengan cirri-ciri seperti telah diuraikan.
Lokasi/area luka: Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu
memerlukan perhatian khusus, oleh karena akibatnya yang dapat
menimbulkan berbagai masalah. Seperti, jika luka bakar mengenai daerah
wajah, leher dan dada dapat mengganggu jalan napas dan ekspansi dada yang
diantaranya disebabkan karena edema pada laring. Sedangkan jika mengenai
ekstremitas maka dapat menyebabkan penurunan sirkulasi ke daerah
ekstremitas karena terbentuknya edema dan jaringan scar. Oleh karena itu
pengkajian terhadap jalan napas (airway) dan pernafasan (breathing) serta
sirkulasi (circulation) sangat diperlukan. Luka bakar yang mengenai mata
dapat menyebabkan terjadinya laserasi kornea, kerusakan retina dan
menurunnya tajam penglihatan
5) Pemeriksaan diagnostik
a. Laboratoruim : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah,
Elektrolit, Kreatin, Ureum, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine
lengkap, AGD (bila diperlukan), dll
b. Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain
c. EKG
d. CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral diperlukan pada luka
bakar lebih dari 30% dawasa dan lebih dari 20% pada anak.
6) Analisa data
Minor
DS: Obstruksi trakeobronkia
1.Pusing
2.Penglihatan kabur
DO: Gangguan pertukaran
gas
1.Sianosis
2.Diaforesis
3.Gelisah
4.Napas cuping
hidung
5.Pola napas abnormal
(cepat/lambat,
regular/ireguler,
dalam/dangkal)
6.Warna kulit
abnormal
7.Kesadaran menurun
2 Mayor Cairan sel pindah dari Perfusi perifer
DS:- intravaskuler ke tidak efektif
DO: interstitel
1.Pengisian kapiler >3
detik
2.Nadi perifer Kehilangan protein dan
menurun cairan Plasma ke dalam
3.Akral teraba dingin interstitiel
4.Warna kulit pucat
5.Turgor kulit
menurun Sel edema
Minor
DS: Kerusakan perfusi
1.Parastesia jaringan
2.Nyeri ekstremitas
(klaudikasi intermiten)
DO:
1.Edema
2.Penyembuhan luka
lambat
3.Indeks ankle-
brachial <0.90
4.Bruit femoralis
3 Mayor Cairan sel pindah dari Gangguan
DS: - intravaskuler ke integritas
DO: interstitel kulit/jaringan
1.Kerusakan jaringan
dan/atau lapisan kulit
Minor Vesikulasi
DS:-
DO:
1.Nyeri Vesikel pecah dalam
2.Perdarahan keadaan luas
3.Kemerahan
4.Hematoma Luka terbuka, kulit
terkelupas, epidermis
dan dermis rusak
Gangguan integritas
kulit
4 Mayor Cairan sel pindah dari Hipovolemia
DS:- intravaskuler ke
DO: interstite
1.Frekuensi nadi
meningkat Sel kekurangan cairan
2.Nadi teraba lemah
3.Tekanan darah Dehidrasi
menurun
4.Tekanan nadi
menyempit
5.Turgor kulit Perubahan volume
menurun cairan kurang
6.Membran mukosa
kering
7.Volume urin
menurun
8.Hematokrit
meningkat
Minor
DS:
1.Merasa lemah
2.Mengeluh haus
DO:
1.Pengisian vena
menurun
2.Status mental
berubah
3.Suhu tubuh
meningkat
4.Konsentrasi urin
meningkat
5.Berat badan turun
tiba-tiba
Minor Hipermetabolisme
DS:
1.Cepat kenyang
setelah makan
Kebutuhan nutrisi
2.Kram/Nyeri
meningkat
abdomen
3.Nafsu makan
menurun
Perubahan nutrisi
DO:
kurang dari kebutuhan
1.Bising usus
hiperaktif
2.Otot pengunyah
lemah
3.Otot menelan lemah
4.Membran mukosa
pucat
5.Sariawan
6.Serum albumin
turun
7.Rambut rontok
berlebihan
8.Diare
6 Mayor Luka terbuka, kulit Gangguan
DS: terkelupas, epidermis mobilitas fisik
1.Mengeluh sulit dan dermis rusak
menggerakan
ekstremitas Takut bergerak
DO:
1.Kekuatan otot Pergerakan terbatas
menurun
2.Rentang gerak Gangguan mobilitas
(ROM) menurun fisik
Minor
DS:
1.Nyeri saat bergerak
2.Enggan melakukan
pergerakan
3.Merasa cemas saat
bergerak
DO:
1.Sendi kaku
2.Gerakan tidak
terkoordinasi
3.Gerakan terbatas
4.Fisik lemah
7 Faktor Risiko Luka terbuka, kulit Risiko infeksi
1.Penyakit kronis terkelupas, epidermis
2.Efek Prosedur dan dermis rusak
invasive
3.Malnutrisi Kerusakan barier kulit
4.Peningkatatn
paparan organism Ketahanan primer
patogen lingkungan Menurun
5.Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh Risiko infeksi
primer:
a) Gangguan
peristaltic
b) Kerusakan
integritas kulit
c) Perubahan sekresi
pH
d) Penurunan kerja
siliaris
e) Ketuban pecah
lama
f) Ketuban pecah
sebelum waktunya
g) Merokok
h) Statis cairan tubuh
6.Ketidakefektifan
pertahanan tubuh
sekunder:
a) Penurunan
hemoglobin
b) Imununosupresi
c) Leukopenia
d) Supresi respon
inflamasi
9. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Obstruksi trakeobronkia
dibuktikan dengan dispnea, takikardia, bunyi napas tambahan, penglihatan
kabur, gelisah, pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler,
dalam/dangkal), warna kulit abnormal, kesadaran menurun.
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan sel edema,penurunan
arteri dan/atau vena dibuktikan dengan pengisian kapiler >3 detik, nadi
perifer menurun, warna kulit pucat, turgor kulit menurun, nyeri ekstremitas
(klaudikasi intermiten), edema, penyembuhan luka lambat.
c. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan kerusakan kulit
luas , peurunan mobilitas dibuktikan dengan kerusakan jaringan dan/atau
lapisan kulit, nyeri, perdarahan, kemerahan, hematoma.
d. Hipovolemia berhubungan dengan dehidrasi, kehilangan cairan dibuktikan
dengan Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun,tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, hematokrit meningkat, merasa lemah, mengeluh haus, status
mental berubah, suhu tubuh meningkat, berat badan turun tiba-tiba.
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan kebutuhan nutrisi meningkat
dibuktikan dengan Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang
ideal, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah,
otot menelan lemah, membran mukosa pucat, serum albumin turun, rambut
rontok berlebihan.
f. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pergerakan terbatas
dibuktikan dengan mengeluh sulit menggerakan ekstremitas, kekuatan otot
menurun, rentang gerak (ROM) menurun, enggan melakukan pergerakan,
merasa cemas saat bergerak, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas,
fisik lemah.
g. Risiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer .
10. Rencana Asuhan Keperawatan
2.Informasika
n hasil
pemantauan,
jika perlu
2 Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan Observasi
tidak efektif tindakan sirkulasi 1.Meningkatka
berhubungan keperawatan Observasi n drainase vena
dengan sel 1x24jam pada 1.Periksa dan
edema pasien perfusi sirkulasi menurunkan
dibuktikan perifer meningkat perifer (mis. edema
dengan dengan kriteria nadi perifer,
pengisian hasil: edema, 2.Mengetahui
kapiler >3 detik, -Denyut nadi pengisian adanya faktor
nadi perifer perifer membaik kapiler, risiko
menurun, warna -Penyembuhan warna, suhu, gangguan
kulit pucat, luka meningkat ankle-brachial sirkulasi
turgor kulit -Sensasi indeks)
menurun, nyeri meningkat 2.Identifikasi
ekstremitas -Warna kulit faktor risiko
(klaudikasi pucat menurun gangguan 3.Mengetahui
intermiten), -Edema perifer sirkulasi (mis. adanya panas,
edema, menurun diabetes, kemerahan,
penyembuhan -Nyeri perokok, nyeri atau
luka lambat. ekstremitas orang tua, bengkak pada
menurun hipertensi dan ektremitas
-Parastesia kadar
menurun kolesterol Terapeutik
-Kelemahan otot tinggi) 1.Mencegah
menurun 3.Monitor terjadinya
-Kram otot panas, infeksi
menurun kemerahan,
-Bruit femoralis nyeri, atau 2.Mencegah
menurun bengkak pada terjadinya
-Nekrosis ekstremitas iritasi pada
menurun Terapeutik kulit
-Pengisian 1.Hindari
kapiler membaik pemasangan 3.Mencegah
-Akral membaik infuse atau terjadinya
-Turgor kulit pengambilan infeksi
membaik darah diarea 4.Mencegah
-Tekanan darah keterbatasan terjadinya
sistolik membaik perfusi dehidrasi
-Tekanan darah 2.Hindari
diastolik pengukuran Edukasi
membaik tekanan darah 1.Menghindari
-Tekanan arteri pada luka bakar
rata-rata ekstremitas ulang
membaik dengan
-Indeks ankle- keterbatasan 2.Supaya bisa
brachial membaik perfusi merawat kulit
3.Lakukan secara mandiri
pencegahan
infeksi
4.Lakukan 3.Mempercepat
hidrasi proses
penyembuhan
Edukasi
1.Anjurkan 4.Mengetahui
mengecek air perkembangan
mandi untuk proses
menghindari penyembuhan
kulit terbakar
2.Anjurkan
melakukan
perawatan
kulit yang
tepat (mis.
melembabkan
kulit kering
pada kaki)
3.Anjurkan
program
rehabilitasi
vaskuler
4.Informasika
n tanda dan
gejala darurat
yang harus
dilaporkan
(mis. rasa
sakit yang
tidak hilang
saat istirahat,
luka tidak
sembuh,
hilangnya
rasa)
3 Gangguan Setelah dilakukan perawatan Observasi
integritas tindakan integritas kulit 1.Mengetahui
kulit/jaringan keperawatan 1x24 Observasi perubahan
berhubungan jam pada pasien 1.Identifikasi sirkulasi,
integritas kulit dan penyebab penurunan
dengan
kerusakan kulit jaringan meningkat \gangguan mobilitas
luas dibuktikan dengan kriteria integritas kulit
dengan hasi: (mis. Terapeutik
kerusakan Perubahan 1.Mengurangi
-elastisitas sirkulasi rasa nyeri
jaringan
meningkat penurunan
dan/atau lapisan -hidrasi meningkat mobilitas) 2.Memperlancar
kulit, nyeri, -perfusi jaringan peredaran darah
perdarahan, meningkat Terapeutik
kemerahan, -kerusakan 1.Ubah posisi 3.Mencegah
hematoma. jaringan menurun tiap 2 jam jika risiko iritasi
-kerusakan lapisan tirah baring pada kulit
kulit menurun 2.Lakukan
-nyeri menurun pemijatan pada 4.Mencegah
-perdarahan area infeksi pada
menurun penonjolan kulit
-kemerahan tulang
menurun 3.Gunakan
-hematoma produk Edukasi
menurun berbahan 1.Melembabkan
-pigmentasi ringan/alami kulit kering
abnormal menurun dan hipoalergik
-jaringan parut pada kulit 2.Mencegah
menurun sensitive dehidrasi
-nekrosis menurun 4.Hindari
-abrasi kornea produk 3.Mencegah
menurun berbahan dasar defisit nutrisi
-suhu kulit alkohol pada
membaik kulit kering 4.Mencegah
-sensasi membaik iritasi pada kulit
-tekstur membaik Edukasi
-pertumbuhan 1.Anjurkan
rambut membaik menggunakan
pelembab
2.Anjurkan
minum air yang
cukup
3.Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
4.Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrem
DAFTAR PUSTAKA
Amin & Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Nanda Nic-
Noc. Jogjakarta: Percetakan Mediaction Publishing Jogjakarta
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC
PPNI, T . P . (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan ((Cetak II) I ed,). Jakarta: DPP PPNI
https://www.academia.edu/30085227/LAPORAN_PENDAHULUAN_Luka_Bakar diakses
pada 01 Oktober 2020 (10:00)