Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER PARU

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Biomedik 3

dosen pengampu Ns Herdiman, S.Kep., Ners, M.Kep.

Oleh:

Wineu Aini Wulandari (219090)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

PPNI JAWA BARAT

2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang Maha pengasih
lagi Maha penyayang, karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun masih
banyak kekurangan di dalamnya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman – teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide – idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi. Adapun tujuan dari pembuatan karya tulis ini sendiri adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar 3. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
segi penyusunannya ataupun dari segi materinya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran-saran, kritik dan juga masukan-masukan yang bersifat
membangun demi sempurnanya makalah ini.

Walaupun demikian penulis mengharapkan semoga makalah ini berguna dan


bermanfaat untuk menambah wawasan serta pengetahuan bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca umumnya.

Bandung,9 Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar belakang .....................................................................................1


B. Rumusan masalah ................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3

A. Definisi kanker paru.............................................................................3


B. Etiologi dan faktor resiko.....................................................................3
C. Patofisiologi .........................................................................................7
D. Klasifikasi kanker paru .......................................................................7
E. Manifestasi klinis .................................................................................8
F. Pengobatan ...........................................................................................10
G. Pemeriksaan diagnostic .......................................................................12
H. Penatalaksanaan ...................................................................................13
I. Prognosis kanker paru ..........................................................................15

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .........................................................15

A. Pengkajian ............................................................................................15
B. Diagnosa keperawatan .........................................................................17
C. Intervensi keperawatan ........................................................................18
D. Kriteria hasil ........................................................................................21

BAB IV PENUTUP ........................................................................................23

A. Kesimpulan .......................................................................................23
B. Saran..................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan prognosis


yang sering kali buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan
penyembuhan hanya mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, di mana
sekitar 13% dari klien yang menjalani pembedahan mampu bertahan selama 5
tahun. Metastasis penyakit biasanya muncul dan hanya 16% klien yang
penyebaran penyakitnya dapat dilokalisasi pada saat diagnosis. Dikarenakan
terjadinya metastasis, penatalaksanaan kanker paru sering kali hanya berupa
tindakan paliatif (mengatasi gejala) di bandingkan dengan kuratif (penyembuhan).
Di perkirakan 85% dari kanker paru terjadi akibat merokok. Oleh karena itu
pencegahan yang paling baik adalah”jangan memulai untuk merokok”(Somantri,
2012 : 112).

Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran pernapasan itu
sendiri dari jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari saluran pernapasan, sel
kanker dapat berasal dari sel bronkus, alveolus, atau dari sel-sel yang
memproduksi mucus yang mengalami degenerasi maligna. Karena pertumbuhan
suatu proses keganasan selalu cepat dan bersifat infasif, proses kanker tersebut
selalu sudah mengenai saluran pernapasan, sel-sel penghasil mucus, maupun
jaringan ikat (Danusantoso, 2013 : 311). 

B. Rumusan Masalah

a. Apa definisi kanker paru ?


b. Apa etiologi dan factor resiko kanker paru ?
c. Bagaimana patofisiologi kanker paru ?

1
d. Bagaimana stadium kanker paru?
e. Bagaimana manifestasi kanker paru ?
f. Bagaimana pengobatan kanker paru ?
g. Apa pemeriksaan diagnostic kanker paru ?
h. Bagaimana penatalaksaan kanker paru ?
i. Bagaimana prognosis kanker paru ?

C. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui definisi kanker paru.


b. Untuk mengetahui etiologi dan factor resiko kanker paru.
c. Untuk mengetahui patofisiologi kanker paru.
d. Untuk mengetahui klasifikasi kanker paru.
e. Untuk mengetahui manifestasi kanker paru.
f. Untuk mengetahui pengobatan kanker paru.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic kanker paru.
h. Untuk mengetahui penatalaksaan kanker paru.
i. Untuk mengetahui prognosis kanker paru.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kanker Paru


Kanker paru-paru adalah kondisi ketika sel ganas (kanker) terbentuk di paru-
paru. Kanker ini lebih banyak dialami oleh orang yang memiliki kebiasaan
merokok dan merupakan satu dari tiga jenis kanker yang paling banyak terjadi di
Indonesia.

Menurut World Health Organization(WHO), kanker paru-paru merupakan


penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita.
Sebagaian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi
bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang menyebar ke paru-
paru(Suryo, 2010 : 27).

Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi primer.
Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat epithelial
dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus  (Muttaqin, 2008: 198).

B. Etiologi Dan Faktor Resiko Kanker Paru

Sebagaimana diketahui bahwa asap rokok merupakan penyebab utama kanker


paru tipe karsinoma. Didalam asap rokok terkandung lebih dari 4.000 zat kimia,
50 jenis di antaranya bersifat karsinogen dan beracun. Data statistic membuktikan
bahwa sekitar 90% penderita kanker paru adalah perokok aktif atau mantan
perokok. (Tim CancerHelps, 2010 : 64)

Seperti umumnya kanker yang lain penyebab yang pasti daripada kanker paru
belum diketahui,tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama di samping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain (Sudoyo, 2007 : 1005).

3
Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat
berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombard dan Doering (1928), telah
melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok dibandingkan dengan
yang tidak merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang
dihisap perhari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1 dari 9
perokok berat akan menderita kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa
penelitian mengatakan bahwa perokok pasif pun akan beresiko terkena kanker
paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan
terkena resiko kanker paru dua kali lipat di bandingkan dengan yang tidak
terpapar, dan perempuan yang hidup dengan suami/pasangan perokok juga
terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker paru dari
bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif. Insiden kanker paru pada
perempuan di USA dalam 10 tahun terakhir ini juga naik menjadi 5% per
tahun,antara lain karena meningkatnya jumlah perempuan perokok atau sebagai
perokok pasif. Efek rokok bukan saja mengakibatkan kanker paru, tapi dapat juga
menimbulkan kanker pada organ lain seperti mulut, laring dan esofagus (Sudoyo,
2007 : 1005).

Laporan dari NCl (National Cancer Institute) di USA tahun 1992 menyatakan
kanker pada organ lain seperti ginjal, vesika urinaria,ovarium, uterus, kolon,
rektum, hati, penis dan lain-lain lebih tinggi pada pasien yang merokok daripada
yang bukan perokok. (Sudoyo, 2007 : 1005).

Etiologi lain dari kanker paru yang pernah di laporkan adalah:

Yang berhubungan dengan paparan zat karsinogen,seperti:

·         Asbestos, sering menimbulkan mesotelioma

·         Radiasi ion pada pekerja tambang uranium

·         Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida

Polusi udara. Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak polusi
udaranya dibandingkan yang tinggal di daerah rural.

4
Genetik. Terdapat perubahan /mutasi beberapa gen yang berperanan dalam kanker
paru, yakni: proto oncogen, Tumor supressor gene, Gene encoding enzyme

Teori Onkogenesis. Terjadinya kanker paru didasari dari tampilnya gen supresor
tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor
dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/inS) sebagian
susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan
dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah programmed cell
death) Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini
sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang otonom.

Rokok selain sebagai inisiator juga merupakan promotor dan progresor, dan rokok
diketahui sangat berkaitan (terbesar) dengan terjadinya kanker paru. Dengan
demikian kanker merupakan penyakit genetik yang pada permulaan terbatas pada
sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya bahkan mengenai
organ lain.

Diet. Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap


betakarotene, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena
kanker paru. (Sudoyo, 2007 : 1006).

Beberapa faktor resiko kanker paru menurut Arif Muttaqin (2008: 198-199)
tersebut yaitu :

a. Merokok

Kanker paru beresiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat dibandingkan
dengan bukan perokok. Peningkatan faktor resiko ini berkaitan dengan riwayat
jumlah merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari
dikali jumlah tahun merokok) serta faktor saat mulai merokok (semakin muda
individu mulai merokok, semakin besar resiko terjadinya kanker paru). Faktor lain
yang juga dipertimbangkan termasuk didalamnya jenis rokok yang diisap
(kandungan tar, rokok filter, dan kretek).

b. Polusi udara

5
Ada berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk didalamnya adalah sulfur,
emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti
menunjukkan bahwa insiden kanker paru lebih besar didaerah perkotaan sebagai
akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan.

c. Polusi lingkungan kerja

Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkogenik tampaknya merupakan suatu


penyakit akibat polusi di lingkungan kerja. Dari berbagai bahaya industri, yang
paling berbahaya adalah asbes yang kini banyak sekali diproduksi dan digunakan
pada bangunan. Resiko kanker paru diantara para pekerja yang berhubungan atau
lingkungannya mengandung asbes ±10 kali lebih besar daripada masyarakat
umum. Peningkatan resiko ini juga dialami oleh mereka yang bekerja dengan
uranium, kromat, arsen (misalnya insektisida yang digunakan untuk pertanian),
besi, dan oksida besi. Resiko kanker paru akibat kontak dengan asbes maupun
uranium akan menjadi lebih besar lagi jika orang itu juga perokok.

d. Rendahnya asupan vitamin A

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perokok yang dietnya rendah


vitamin A dapat memperbesar resiko terjadinya kanker paru. Hipotesis ini didapat
dari berbagai penelitian yang menyimpulkan bahwa vitamin A dapat menurunkan
resiko peningkatan jumlah sel-sel kanker. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama
vitamin A yang turut berperan dalam pengaturan diferensiasi sel.

e. Faktor herediter

Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari penderita kanker paru memiliki
resiko yang lebih besar mengalami penyakit yang sama. Walaupun demikian
masih belum diketahui dengan pasti apakah hal ini benar-benar herediter atau
karena faktor-faktor familial. 

C. Patofisiologi Kanker Paru

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan


cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan

6
adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan
displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan
displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi
langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan
supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan
pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding
esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

D. Klasifikasi Kanker Paru

a. Small Cell lung Cancer (SCLC)

SCLC merupakan jenis kanker paru-paru yang paling agresif dan berkembang
cepat. SCLC berhubungan erat dengan kebiasaan merokok, dengan hanya 1% dari
seluruh kasus terjadi pada penderita yang bukan perokok. SCLC cepat menyebar ke
beberapa area dalam tubuh dan paling sering ditemukan setelah kanker menyebar
luas.

b. Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC)

NSCLC merupakan jenis kanker paru-paru yang paling umum terjadi, yaitu


terhitung sekitar 80% dari seluruh kasus kanker paru-paru. NSCLC memiliki 3 jenis
utama yang diberi nama berdasarkan jenis sel yang ditemukan dalam tumor.

 Adenocarcinomas

Merupakan jenis NSCLC yang paling umum terjadi, sekitar 30 – 40 % dari


seluruh kasus NSCLC. Jenis ini terutama terjadi pada wanita dan mereka yang
tidak merokok. Sebagian besar kasus adenocarcinomas tumbuh di daerah tepi
atau bagian luar paru-paru. Jenis ini memiliki kecenderungan untuk menyebar ke
limfe (kelenjar getah bening) dan daerah yang jauh dari paru-paru.

 Squamous cell carcinomas

7
Jenis ini awalnya lebih umum terjadi dibandingkan dengan adenocarcinomas,
saat ini terhitung sekitar 30% dari seluruh kasus NSCLC. Squamous cell
carcinomas dikenal juga dengan nama epidermoid carcinomas. Squamous cell
carcinomas paling sering tumbuh di daerah pusat paru-paru, yaitu bronkus
(percabangan terbesar dari trakea (batang tenggorok) yang menuju ke paru-paru),
paling sering menyebar ke seluruh bagian paru-paru, berkembang cukup besar
dan membentuk lubang.

 Large cell carcinomas

Terkadang disebut juga undifferentiated carcinomas, merupakan jenis NSCLC


yang paling jarang terjadi, terhitung 10%-15% dari seluruh kasus kanker paru-
paru. Jenis ini memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menyebar ke limfe
(kelenjar getah bening) dan daerah yang jauh dari paru-paru.

 Mixed tumor (tumor campur)

Pada jenis ini tampak campuran dari beberapa jenis NSCLC yang berbeda.

E. Manifestasi Klinis Kanker Paru

Seseorang yang termasuk ke dalam golongan risiko tinggi jika mempunyai


keluhan napas, seperti batuk, sesak napas, atau nyeri dada sebaiknya segera
memeriksakan diri ke dokter spesialis paru. Gejala-gejala tersebut membutuhkan
waktu bertahun-tahun untuk dapat diketahui sebagai gejala kanker paru karena
sering terkecoh dengan gejalah sakit pada umumnya. Berikut gejala kanker paru.

1.      Terjadi sesak napas.

2.      Batuk yang tak kunjung sembuh (lebih dari 2 minggu).

3.      Bunyi menciut-ciut saat bernafas tetapi bukan penderita asma.

4.      Batuk berdarah.

5.      Perubahan pada warna dahak dan peningkatan jumlah dahak.

6.      Perubahan suara,menjadi serak atau kasar saat bernafas.

8
7.      Kelelahan kronis dan penururnan bobot badan secara drastis.

8.      Bengkak di bagian leher dan wajah. (Tim CancerHelps, 2010 : 64)

Sudoyo Aru dalam Kusuma 2015 memaparkan bahwa pada fase awal kebanyakan
kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan
gejala berarti psien dalam stadium lanjut.

Gejala-gejala dapat bersifat :

·         Lokal (tumor setempat) :

-          /Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis

-          Hemoptisis

-          Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas

-          Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

-          Aelektasis

·         Invasi local :

-          Nyeri dada

-          Dispnea karena efusi pleura

-          Invasi ke pericardium                    terjadi temponade atau aritmia

-          Sindrom vena cava superior

-          Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

-          Suara sesak, karena penekanan padanervus laryngeal recurrent

-          Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf


simpatis servikalis

·         Gejala penyakit metastasis :

-          Pada otak, tulang, hati, adrenal

-          Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis

9
·         Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala :

-          Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam

-          Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi

-          Hipertrofi : osteoartropati

-          Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer

-          Neuromiopati

-          Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)

-          Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh

-          Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)

·         Asimtomatik dengan kelainan radiologist :

-          Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara


radiologis

-          Kelainan berupa nodul soliter

F. Pengobatan Kanker Paru

Pengobatan kanker dilakukan berdasarkan jenis, ukuran, letak, dan stadium


kanker, serta kondisi pasien secara keseluruhan. Ada beberapa jenis
pengobatan yang dapat dilakukan dokter, yaitu:

1. Operasi

Operasi dilakukan jika kanker masih berada di satu sisi paru-paru dan
belum menyebar ke sisi lain paru atau organ lain (stadium I dan II).
Prosedur ini bertujuan untuk mengangkat tumor dan sebagian jaringan sehat
di sekitarnya. Tindakan ini dilakukan untuk menghambat penyebaran sel
kanker.

Jika tumor berukuran cukup besar, maka dokter bedah toraks akan


melakukan lobektomi untuk mengangkat sebagian paru-paru. Jika kanker

10
telah menyebar hingga ke seluruh paru kanan atau paru kiri, maka dokter
akan mengangkat salah satu paru secara keseluruhan. Penderita kanker paru-
paru tetap dapat bernapas secara normal, meskipun hanya dengan satu paru.

2. Kemoterapi

Pada kanker stadium lanjut, kemoterapi dilakukan selama beberapa


minggu atau beberapa bulan untuk membunuh sel kanker, serta
menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker yang masih tersisa
setelah operasi.

Kemoterapi juga dapat dilakukan sebelum operasi dengan tujuan untuk


membuat kanker menyusut, agar lebih mudah diangkat. Fungsi lain
kemoterapi adalah untuk meredakan gejala kanker yang dialami penderita.

3. Radioterapi

Radioterapi merupakan metode pengobatan yang dilakukan setelah


operasi, untuk membunuh sel kanker yang masih tersisa. Ketika operasi
tidak mungkin lagi dilakukan pada kondisi kanker stadium lanjut, maka
terapi radiasi bertujuan untuk meredakan gejala dan menghambat
penyebaran kanker.

4. Terapi target

Terapi ini merupakan obat tablet yang langsung menyerang protein


pertumbuhan dari sel-sel kanker. Obat ini diberikan pada stadium lanjut,
ketika operasi dan radioterapi sudah tidak dapat dilakukan untuk
menangani kanker. Contoh obat terapi target untuk kanker paru-paru
adalah obat golongan penghambat protein kinase,
seperti erlotinib dan gefitinib.

11
5. Krioterapi

Jenis pengobatan ini menggunakan gas dengan suhu yang sangat dingin
untuk menyusutkan tumor atau membunuh sel
kanker. Krioterapi dilakukan jika kanker telah menyumbat saluran
pernapasan, sehingga penderita sulit bernapas.

6. Terapi ablasi

Terapi ini ditujukan pada penderita kanker paru-paru stadium awal.


Terapi ablasi menggunakan gelombang radio yang dapat menghasilkan
panas untuk membunuh sel kanker.

7. Terapi fotodinamik

Pengobatan ini ditujukan pada penderita kanker paru-paru stadium awal


yang menolak untuk menjalani operasi. Terapi fotodinamik menggunakan
sinar laser untuk menghancurkan sel kanker.

G. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Paru

Menurut Arif Muttaqin (2008: 202) pemeriksaan diagnostik pada kanker paru
meliputi :

a.       Pemeriksaan radiologi
Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada sangat
penting dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi adanya
karsinoma bronkogenik meskipun dapat juga ditemukan pada banyak keadaan
lainnya. Penggunaan CT scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut
dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai.
b.      Bronkhoskopi
Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam
mendiagnosis karsinoma sel skuomosa yang biasanya terletak didaerah sentral
paru. Pelaksanaan bronkhoskopi yang paling sering adalah menggunakan
bronkhoskopi serat optik. Tindakan ini bertujuan sebagai tindakan diagnostik,

12
caranya dengan mengambil sampel langsung ketempat lesi untuk dilakukan
pemeriksaan sitologi.
c.       Sitologi
Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis sel-sel
kanker yang tidak terjangkau oleh bronkhoskopi. Pemeriksaan sitologi
sputum, bilasan bronkhus, dan pemeriksaan cairan pleura juga memainkan
peranan penting dalam rangka menegakkan diagnosis kanker paru.
Pemeriksaan histology maupun penetapan stadium penyakit sangat penting
untuk menentukan prognosis dan rencana pengobatan. Penetuan stadium
kanker paru terbagi dua, yakni pembagian stadium dari segi anatomis untuk
menentukan luasnya penyebaran tumor dan kemungkinannya untuk dioperasi;
dan stadium dari segi fisiologis untuk menentukan kemapuan klien untuk
bertahan terhadap berbagai pengobatan antitumor.

H. Penatalaksanaan Kanker Paru

1. Penatalaksanaan Non-bedah (Nonsurgical Management)

a.  Terapi Oksigen

Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau nasal
kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak terlalu jelas
hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk
memperbaiki dispnea dan kecemasan.

b.  Terapi Obat

Jika klien mengalami bronkospasme, dokter dapat memberikan obat golongan


bronkodilator (seperti pada klien asma) dan kortikosteroid untuk
mengurangi bronkospasme, inflamasi, dan edema.

c.  Kemoterapi

Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker, terutama


pada small-cell lung cancerkarena metastasis. Kemoterapi dapat juga digunakan
bersamaan dengan terapi bedah. Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan
untuk menangani kanker, termasuk kombinasi dari obat berikut :

13
 Cyclophosphamide, Deoxorubicin, Methotrexate, dan Procarbazine.
 Etoposide dan Cisplatin
 Mitomycin, Vinblastine dan Cisplatin.

d.  Imunoterapi

Banyak klien kanker paru yang mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi
(Cytokin) biasa diberikan.

e.  Terapi Radiasi

Terapi radiasi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut ini:

 Klien tumor paru yang operabletetapi resiko jika dilakukan pembedahan.


 Klien adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang mengalami
pembesaran kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
 Klien kanker bronkhus dengan oat cell.
 Klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumoektomi.

Dosis umum 5.000-6.000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu.

Pengobatan dilakukan dalam 5 kali seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari.

Komplikasi yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :

 Esofagitis, hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.


 Pneumonitis, pada rontgent terlihat bayangan eksudat di daerah
penyinaran.

f.  Terapi Laser

g.  Torakosentesis dan Pleurodesis

 Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi klien kanker paru.


 Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura viseralis dan parietalis serta
obstruksi kelenjar limfe mediastinal.
 Tujuan akhir dari terapi ini adalah mengeluarkan dan mencegah akumulasi
cairan.

2. Pembedahan (Surgical Management)

14
a. Dilakukan pada tumor stadium I, stadium II jenis karsinoma, adenokarsinoma,
dan karsinoma sel besar undifferentiated.

b. Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang mencakup tiga
criteria berikut:

- Karakteristik biologis tumor :

o Hasil baik : tumor dari sel skoamosa dan epidermoid.


o Hasil cukup baik : Aenokarsinoma dan karsinoma sel
besarundifferentiated.
o Hasil buruk : oat cell.
- Letak tumor dan pembagian stadium klinik
o Untuk menentukan reseksi terbaik.

- Keadaan fungsional penderita. (Somantri, 2012: 119-120).

I. Prognosis Kanker Paru

Prognosis kanker paru tetap sangat buruk. Angka ketahanan hidup 5 tahun (5 year
survival rate ) tetap sangat rendah,yakni masih sekitar ataupun malahan dapat
kurang dari 15%. Sebab kematian ialah akibat metastasis. Ke organ-organ lain
atau akibat komplikasi pulmoner secara langsung (Danusantoso, 2013 : 320). 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Anamnesis

Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk


diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal penyakit
kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang bercampur darah,
sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri dada, lemah, berat badan
menurun, dan anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor yang

15
perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin,
keniasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter
paru.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa


perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan
tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :

a. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru. Kerusakan
pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan analisis gas.
b. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organ-
organ lainnya.

c. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis.

4. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan


untuk kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang bervariasi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran
tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis ke organ lain.

Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi komputer. Pada


pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan kanker paru dengan dinding
toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara jelas. Keuntungan tomografi komputer tidak
hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi serta invasi tumor ke
dinding toraks. Tomografi komputer juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi, dapat
mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur normal yang berdekatan.

5. Sitologi

Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai


diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan dengan
mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan gambaran

16
perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker. Selain itu dapat juga
menunjukkan proses dan sebab peradangan.

Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk
mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan yang paling
sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif maupun invasif.
Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk kanker paru yang letaknya
sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk skrining terhadap kanker paru pada
golongan risiko tinggi

6. Bronkoskopi

Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk
bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan mikroskopik
mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan
lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di
perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop.

7. Biopsi Transtorakal

Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis


tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam hal ini diperlukan peranan
radiologi untuk menentukan ukuran dan letak, juga menuntun jarum mencapai massa
tumor. Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di dinding kulit
toraks yang berdekatan dengan tumor.

8. Torakoskopi

Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan


histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat
torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan
mengambil sebahagian jaringan paru yang tampak. Pengambilan jaringan dapat juga
dilakukan secara langsung ke dalam paru dengan menusukkan jarum yang lebih panjang
dari jarum suntik biasa kemudian dilakukan pengisapan jaringan tumor yang ada

B. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya eksudat di alveolus

2. Pola nafas tidak efektif b/d sindrom hipoventilasi

3. Gangguan pertukaran gas b/d hipoventilasi

17
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
pemasukan/ mencerna/ mengabsorbsi zat-zat gizi karena factor biologis dan
psikologi

C. Intervensi keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya eksudat di alveolus Airwey suction

2. Auskultasi suara nafas sebulum dan sesudah suctioning

3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

4. Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan

5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suktionnasotrakeal

6. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari
nasatrakeal

7. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion

8. Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukan bradikardi,


peningkatan saturasi O2, dll

Airway management

1. Posisikan pasien u/ memaksimalkan ventilsi

2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

3. Lakukan fisioterpi dada jika perlu

4. Keluarkan sekret

5. Dengan batuk atau suction

6. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

Pola nafas tidak efektif b/d sindrom hipoventilasi

Terapi oksigen

1. Beesihkan mulut, hidung, dan seckret trakea

2. Pertahankan jalan napas yang paten

3. Monitor aliran oksigen

18
4. Pertahankan posisi klien

5. Monitor TD, nadi, dan RR

3. Gangguan pertukaran gas b/d hipoventilasi

Manajemen Asam Basa

Kegiatan :

1. Dapatkan / pertahankan jalur intravena

2. Pertahankan kepatenan jalan nafas

3. Monitor AGD dan elektrolit

4. Monitor status hemodinamik

5. Beri posisi ventilasi adekuat

6. Monitor tanda gagal nafas

7. Monitor kepatenan respirasi

4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan


pemasukan/ mencerna/ mengabsorbsi zat-zat gizi karena factor biologis dan psikologi

a. Monitoring Gizi

1. Timbang berat badan pasien pada interval tertentu

2. Amati kecenderungan pengurangan dan penambahan berat badan

3. Monitor jenis dan jumlah latihan yang dilaksanakan

4. Monitor respon emosional pasien ketika ditempatkan pada suatu keadaan

yang ada makanan

5. Monitor lingkungan tempat makanan

6. Amati rambut yang kering dan mudah rontor

7. Monitor mual dan muntah

8. Amati tingkat albumin, protein total, hemoglobin dan hematokrit

9. Monitor tingkat energi, rasa tidak enak badan, keletihan dan kelemahan

19
10. Amati jaringan penghubung yang pucat, kemerahan, dan kering

11. Monitor masukan kalori dan bahan makanan

b. Manajemen Nutrisi

1. Kaji apakah pasien ada alergi makanan

2. Kerjasama dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori, protein dan lemak
secara tepat sesuai dengan kebutuhan pasien

3. Anjurkan masukan kalori sesuai kebutuhan

4. Ajari pasien tentang diet yang benar sesuai kebutuhan tubuh

5. Monitor catatan makanan yang masuk atas kandungan gizi dan jumlah kalori

6. Timbang berat badan secara teratur

7. Anjurkan penambahan intake protein, zat besi dan vit C yang sesuai

8. Pastikan bahwa diet mengandung makanan yang berserat tinggi untuk mencegah
sembelit

9. Beri makanan protein tinggi , kalori tinggi dan makanan bergizi yang sesuai

10. Pastikan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

c. Manajemen hiperglikemia

1. Monitor Gula darah sesuai indikasi

2. Monitor tanda dan gejala poliuri, polydipsi, poliphagia, keletihan, pandangan


kabur atau sakit kepala.

3. Monitor tanda vital sesuai indikasi

4. Kolaborasi dokter untuk pemberian insulin

5. Pertahankan terapi IV line

6. Berikan IV fluids sesuai kebutuhan

7. Konsultasi dokter jika ada tanda hiperglikemi menetap atau memburuk

8. Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi

9. Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl khususnya adanya keton pada urine

20
d. Tujuan Dan Kriteria Hasil

1) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan mampu


mempertahankan ebersihan jalan nafas dengan kriteria :
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas
dengan mudah)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (frekuensi pernafasan rentang normal,
tidak ada suara nafas abnormal)
3. Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat
jalan nafas

2) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan mampu


mempertahankan kebersihan jalan nafas dengan kriteria :

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas
dengan mudah)

2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (frekuensi pernafasan rentang normal,


tidak ada suara nafas abnormal)

3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal

a. Respiratory status : gas exchange


b. Keseimbangan asam basa, elektrolit
c. Respiratory status: ventilation
d. Vital sign

3) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam gangguan pertukaran gas
pasien teratasi dengan kriteria hasil :

1. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

2. Memehara kebersiha paru-paru dan bebas dari tanda- tanda distres pernafasan

3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis,
dan dispneu, mampu bernafas dengan mudah,.

4. Tanda – tanda vital dalam batas normal

5. AGD dalam batas normal

21
6. Status neurologis dalam batas normal

4) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x jam Status nutrisi meningkat,


dengan kriteria :

1. intake makan dan minuman

2. intake nutrisi

3. control BB

4. masa tubuh

5. biochemical measures

6. energ

22
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker
pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih
besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara
sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita.

2. Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan,
terutama asap rokok.

3. Asap rokok merupakan penyebab utama terjadinya Ca. paru.

4. Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui
pada penderita kanker paru adalah Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat,
dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak, napas sesak dan pendek-
pendek, sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas,
kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.

5. Kemoterapi, pembedahan dan radioterapi merupakan tindakan yang dapat


dilakukan sebagai bentuk pengendalian dari Ca. Paru

B. Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada
kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.

Danusantoso Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran

Sudoyo Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta

Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.

Tim CancerHelps. 2010. Stop Kanker “KANKER BUKAN LAGI VONIS MATI”
Panduan Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker.
Jakarta. Penerbit AgroMedia Pustaka.

Suryo Joko. 2010. HERBAL”Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan”.


Yogyakarta. Penerbit B First(PT Bentang Pustaka)

Kusuma Hardhi. 2015. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN


BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS & NANDA, NIC-NOC. Jogjakarta.
Penerbit Mediaction.

23

Anda mungkin juga menyukai