Oleh:
2020
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang Maha pengasih
lagi Maha penyayang, karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun masih
banyak kekurangan di dalamnya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman – teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide – idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi. Adapun tujuan dari pembuatan karya tulis ini sendiri adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar 3. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
segi penyusunannya ataupun dari segi materinya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran-saran, kritik dan juga masukan-masukan yang bersifat
membangun demi sempurnanya makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Pengkajian ............................................................................................15
B. Diagnosa keperawatan .........................................................................17
C. Intervensi keperawatan ........................................................................18
D. Kriteria hasil ........................................................................................21
A. Kesimpulan .......................................................................................23
B. Saran..................................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran pernapasan itu
sendiri dari jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari saluran pernapasan, sel
kanker dapat berasal dari sel bronkus, alveolus, atau dari sel-sel yang
memproduksi mucus yang mengalami degenerasi maligna. Karena pertumbuhan
suatu proses keganasan selalu cepat dan bersifat infasif, proses kanker tersebut
selalu sudah mengenai saluran pernapasan, sel-sel penghasil mucus, maupun
jaringan ikat (Danusantoso, 2013 : 311).
B. Rumusan Masalah
1
d. Bagaimana stadium kanker paru?
e. Bagaimana manifestasi kanker paru ?
f. Bagaimana pengobatan kanker paru ?
g. Apa pemeriksaan diagnostic kanker paru ?
h. Bagaimana penatalaksaan kanker paru ?
i. Bagaimana prognosis kanker paru ?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi primer.
Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat epithelial
dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus (Muttaqin, 2008: 198).
Seperti umumnya kanker yang lain penyebab yang pasti daripada kanker paru
belum diketahui,tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama di samping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain (Sudoyo, 2007 : 1005).
3
Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat
berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombard dan Doering (1928), telah
melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok dibandingkan dengan
yang tidak merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang
dihisap perhari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1 dari 9
perokok berat akan menderita kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa
penelitian mengatakan bahwa perokok pasif pun akan beresiko terkena kanker
paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan
terkena resiko kanker paru dua kali lipat di bandingkan dengan yang tidak
terpapar, dan perempuan yang hidup dengan suami/pasangan perokok juga
terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker paru dari
bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif. Insiden kanker paru pada
perempuan di USA dalam 10 tahun terakhir ini juga naik menjadi 5% per
tahun,antara lain karena meningkatnya jumlah perempuan perokok atau sebagai
perokok pasif. Efek rokok bukan saja mengakibatkan kanker paru, tapi dapat juga
menimbulkan kanker pada organ lain seperti mulut, laring dan esofagus (Sudoyo,
2007 : 1005).
Laporan dari NCl (National Cancer Institute) di USA tahun 1992 menyatakan
kanker pada organ lain seperti ginjal, vesika urinaria,ovarium, uterus, kolon,
rektum, hati, penis dan lain-lain lebih tinggi pada pasien yang merokok daripada
yang bukan perokok. (Sudoyo, 2007 : 1005).
Polusi udara. Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak polusi
udaranya dibandingkan yang tinggal di daerah rural.
4
Genetik. Terdapat perubahan /mutasi beberapa gen yang berperanan dalam kanker
paru, yakni: proto oncogen, Tumor supressor gene, Gene encoding enzyme
Teori Onkogenesis. Terjadinya kanker paru didasari dari tampilnya gen supresor
tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor
dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/inS) sebagian
susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan
dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah programmed cell
death) Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini
sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang otonom.
Rokok selain sebagai inisiator juga merupakan promotor dan progresor, dan rokok
diketahui sangat berkaitan (terbesar) dengan terjadinya kanker paru. Dengan
demikian kanker merupakan penyakit genetik yang pada permulaan terbatas pada
sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya bahkan mengenai
organ lain.
Beberapa faktor resiko kanker paru menurut Arif Muttaqin (2008: 198-199)
tersebut yaitu :
a. Merokok
Kanker paru beresiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat dibandingkan
dengan bukan perokok. Peningkatan faktor resiko ini berkaitan dengan riwayat
jumlah merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari
dikali jumlah tahun merokok) serta faktor saat mulai merokok (semakin muda
individu mulai merokok, semakin besar resiko terjadinya kanker paru). Faktor lain
yang juga dipertimbangkan termasuk didalamnya jenis rokok yang diisap
(kandungan tar, rokok filter, dan kretek).
b. Polusi udara
5
Ada berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk didalamnya adalah sulfur,
emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti
menunjukkan bahwa insiden kanker paru lebih besar didaerah perkotaan sebagai
akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan.
e. Faktor herediter
Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari penderita kanker paru memiliki
resiko yang lebih besar mengalami penyakit yang sama. Walaupun demikian
masih belum diketahui dengan pasti apakah hal ini benar-benar herediter atau
karena faktor-faktor familial.
6
adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan
displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan
displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi
langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan
supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan
pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding
esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
SCLC merupakan jenis kanker paru-paru yang paling agresif dan berkembang
cepat. SCLC berhubungan erat dengan kebiasaan merokok, dengan hanya 1% dari
seluruh kasus terjadi pada penderita yang bukan perokok. SCLC cepat menyebar ke
beberapa area dalam tubuh dan paling sering ditemukan setelah kanker menyebar
luas.
Adenocarcinomas
7
Jenis ini awalnya lebih umum terjadi dibandingkan dengan adenocarcinomas,
saat ini terhitung sekitar 30% dari seluruh kasus NSCLC. Squamous cell
carcinomas dikenal juga dengan nama epidermoid carcinomas. Squamous cell
carcinomas paling sering tumbuh di daerah pusat paru-paru, yaitu bronkus
(percabangan terbesar dari trakea (batang tenggorok) yang menuju ke paru-paru),
paling sering menyebar ke seluruh bagian paru-paru, berkembang cukup besar
dan membentuk lubang.
Pada jenis ini tampak campuran dari beberapa jenis NSCLC yang berbeda.
4. Batuk berdarah.
8
7. Kelelahan kronis dan penururnan bobot badan secara drastis.
Sudoyo Aru dalam Kusuma 2015 memaparkan bahwa pada fase awal kebanyakan
kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan
gejala berarti psien dalam stadium lanjut.
- Hemoptisis
- Aelektasis
· Invasi local :
- Nyeri dada
9
· Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala :
- Hipertrofi : osteoartropati
- Neuromiopati
1. Operasi
Operasi dilakukan jika kanker masih berada di satu sisi paru-paru dan
belum menyebar ke sisi lain paru atau organ lain (stadium I dan II).
Prosedur ini bertujuan untuk mengangkat tumor dan sebagian jaringan sehat
di sekitarnya. Tindakan ini dilakukan untuk menghambat penyebaran sel
kanker.
10
telah menyebar hingga ke seluruh paru kanan atau paru kiri, maka dokter
akan mengangkat salah satu paru secara keseluruhan. Penderita kanker paru-
paru tetap dapat bernapas secara normal, meskipun hanya dengan satu paru.
2. Kemoterapi
3. Radioterapi
4. Terapi target
11
5. Krioterapi
Jenis pengobatan ini menggunakan gas dengan suhu yang sangat dingin
untuk menyusutkan tumor atau membunuh sel
kanker. Krioterapi dilakukan jika kanker telah menyumbat saluran
pernapasan, sehingga penderita sulit bernapas.
6. Terapi ablasi
7. Terapi fotodinamik
Menurut Arif Muttaqin (2008: 202) pemeriksaan diagnostik pada kanker paru
meliputi :
a. Pemeriksaan radiologi
Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada sangat
penting dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi adanya
karsinoma bronkogenik meskipun dapat juga ditemukan pada banyak keadaan
lainnya. Penggunaan CT scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut
dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai.
b. Bronkhoskopi
Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam
mendiagnosis karsinoma sel skuomosa yang biasanya terletak didaerah sentral
paru. Pelaksanaan bronkhoskopi yang paling sering adalah menggunakan
bronkhoskopi serat optik. Tindakan ini bertujuan sebagai tindakan diagnostik,
12
caranya dengan mengambil sampel langsung ketempat lesi untuk dilakukan
pemeriksaan sitologi.
c. Sitologi
Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis sel-sel
kanker yang tidak terjangkau oleh bronkhoskopi. Pemeriksaan sitologi
sputum, bilasan bronkhus, dan pemeriksaan cairan pleura juga memainkan
peranan penting dalam rangka menegakkan diagnosis kanker paru.
Pemeriksaan histology maupun penetapan stadium penyakit sangat penting
untuk menentukan prognosis dan rencana pengobatan. Penetuan stadium
kanker paru terbagi dua, yakni pembagian stadium dari segi anatomis untuk
menentukan luasnya penyebaran tumor dan kemungkinannya untuk dioperasi;
dan stadium dari segi fisiologis untuk menentukan kemapuan klien untuk
bertahan terhadap berbagai pengobatan antitumor.
a. Terapi Oksigen
Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau nasal
kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak terlalu jelas
hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk
memperbaiki dispnea dan kecemasan.
c. Kemoterapi
13
Cyclophosphamide, Deoxorubicin, Methotrexate, dan Procarbazine.
Etoposide dan Cisplatin
Mitomycin, Vinblastine dan Cisplatin.
d. Imunoterapi
Banyak klien kanker paru yang mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi
(Cytokin) biasa diberikan.
e. Terapi Radiasi
f. Terapi Laser
2. Pembedahan (Surgical Management)
14
a. Dilakukan pada tumor stadium I, stadium II jenis karsinoma, adenokarsinoma,
dan karsinoma sel besar undifferentiated.
b. Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang mencakup tiga
criteria berikut:
Prognosis kanker paru tetap sangat buruk. Angka ketahanan hidup 5 tahun (5 year
survival rate ) tetap sangat rendah,yakni masih sekitar ataupun malahan dapat
kurang dari 15%. Sebab kematian ialah akibat metastasis. Ke organ-organ lain
atau akibat komplikasi pulmoner secara langsung (Danusantoso, 2013 : 320).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
15
perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin,
keniasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter
paru.
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru. Kerusakan
pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan analisis gas.
b. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organ-
organ lainnya.
c. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis.
4. Pemeriksaan Radiologi
5. Sitologi
16
perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker. Selain itu dapat juga
menunjukkan proses dan sebab peradangan.
Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk
mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan yang paling
sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif maupun invasif.
Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk kanker paru yang letaknya
sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk skrining terhadap kanker paru pada
golongan risiko tinggi
6. Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk
bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan mikroskopik
mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan
lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di
perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop.
7. Biopsi Transtorakal
8. Torakoskopi
B. Diagnosa keperawatan
17
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
pemasukan/ mencerna/ mengabsorbsi zat-zat gizi karena factor biologis dan
psikologi
C. Intervensi keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya eksudat di alveolus Airwey suction
6. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari
nasatrakeal
Airway management
4. Keluarkan sekret
Terapi oksigen
18
4. Pertahankan posisi klien
Kegiatan :
a. Monitoring Gizi
9. Monitor tingkat energi, rasa tidak enak badan, keletihan dan kelemahan
19
10. Amati jaringan penghubung yang pucat, kemerahan, dan kering
b. Manajemen Nutrisi
2. Kerjasama dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori, protein dan lemak
secara tepat sesuai dengan kebutuhan pasien
5. Monitor catatan makanan yang masuk atas kandungan gizi dan jumlah kalori
7. Anjurkan penambahan intake protein, zat besi dan vit C yang sesuai
8. Pastikan bahwa diet mengandung makanan yang berserat tinggi untuk mencegah
sembelit
9. Beri makanan protein tinggi , kalori tinggi dan makanan bergizi yang sesuai
c. Manajemen hiperglikemia
9. Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl khususnya adanya keton pada urine
20
d. Tujuan Dan Kriteria Hasil
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas
dengan mudah)
3) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam gangguan pertukaran gas
pasien teratasi dengan kriteria hasil :
2. Memehara kebersiha paru-paru dan bebas dari tanda- tanda distres pernafasan
3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis,
dan dispneu, mampu bernafas dengan mudah,.
21
6. Status neurologis dalam batas normal
2. intake nutrisi
3. control BB
4. masa tubuh
5. biochemical measures
6. energ
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker
pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih
besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara
sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita.
2. Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan,
terutama asap rokok.
4. Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui
pada penderita kanker paru adalah Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat,
dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak, napas sesak dan pendek-
pendek, sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas,
kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada
kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Danusantoso Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran
Sudoyo Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta
Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Tim CancerHelps. 2010. Stop Kanker “KANKER BUKAN LAGI VONIS MATI”
Panduan Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker.
Jakarta. Penerbit AgroMedia Pustaka.
23