Anda di halaman 1dari 3

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada diagnosis PPOK antara lain: a.

Radiologi (foto toraks) Pada foto thorak PA bisa dijumpai bronkhitis kronis dan atau emfisema. Trakea dan bronkus memperlihatkan bayangan tubular akibat penebalan dinding dapat terlihat hanya sampai bronkus intermediet kanan dan lobus bawah bronkus kiri tetapi minimal. Di luar hilus dan area diatas bayangan bronkial bercampur dengan bayangan alveoli yang pada keadaan norml tidak terlihat, bayangan ini antara lain akibat inflamasi bronkus kronis yang disertai dengan hipertrofi muskular dan hiperplasi kelenjar. Penambahan ukuran paru anterior-posterior akan menyebabkan bentuk thorak barel chest, sedang penambahan ukuran paru vertikal menyebabkan diafragma letak rendah dengan bentuk diafragma datar dan pelebaran rongga interkostalis karena udara yang terjebak dlam alveoli. Aerasi paru yang bertambah diseluruh paru, lobaris atau segmental, akan menghasilkan bayangan lebih radiolusen sehingga corakan jaringan paru tampak lebih jelas selain gambaran fibrosisnya dan vaskuler paru yang relatif jarang.

b. Spirometri Pemeriksaan Spirometri adalah pengukuran voulme paru statik dan dinamik menggunakan spirometer. Pemeriksaan dilakukan dengan penderita berdiri tegak atau duduk, kemudian menghisap udara semaksimal mungkin dan meniupnya melalui mouth piece yang rapat dimasukkan ke dalam mulut sekuat-kuatnya dan secepatcepatnya sampai semua udara keluar sebanyak-banyaknya. Pemeriksaan ini dilakukan sampai diperoleh 3 nilai yang dapa diterima. Apabila sampai 8 kali usaha tidak mendapatkan 3 nilai, maka pemeriksaan dijadual ulang. Force vital capacity (FVC) instruksikan pasien bernafas beberapa kaliseperti biasa, tarik nafas sedalam-dalamnya, lalu dengan cepat dan kuat, hembuskan nafas sedalam, sekoson sertasecepat mungkin (pembuangan nafas harus disentak atau dipaksa tahan selama 3 detik) Slow Vital Capacity

Instruksikan pasien bernafas beberapa kali seperti biasa, tarik nafas sedalamdalamnya, jangan disentak tetapi jangan ditahan setelah penuh buang nafas seperti biasa sampai kosong. Maximum Voluntary Ventilation Instruksikan pasien bernafas beberapa kali seperti biasa, tarik nafas lalu hembuskan secepat dan sedalam mungkin brkali-kali selama 12 detik. Diagnosis PPOk dengan spirometri jika didapat: FEV/FVC (forced expiratory ratio)<< 70% , penurunan FEV 1 obstruksi yang menetap dan progesif serta sebagian besar irreversibel (hanya < 12% yang bisa pulih dengan bronkhodilator)

c. Laboratorium darah rutin (timbulnya polisitemia menunjukkan telah terjadi hipoksia kronik) d. Analisa gas darah e. Mikrobiologi sputum (diperlukan untuk pemilihan antibiotik bila terjadi eksaserbas)

Meskipun kadang-kadang hasil pemeriksaan radiologis masih normal pada PPOK ringan, tetapi pemeriksaan radiologis ini berfungsi juga untuk menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya atau menyingkirkan diagnosis banding dari keluhan pasien. Hasil pemeriksaan radiologis dapat berupa kelainan: a. Paru hiperinflasi atau hiperlusen b. Diafragma mendatar c. Corakan bronkovaskuler meningkat d. Bulla e. Jantung pendulum Penegakan diagnosis PPOK dapat rumah sakit tanpa menggunakan secara klinis dilaksanakan di puskesmas atau

fasilitas spirometri karena ketidaktersediaan alat.

Sedangkan penegakkan diagnosis dan penentuan klasifikasi (derajat) PPOK berdasarkan ketentuan Perkumpulan Dokter Paru Indonesia (PDPI)/GOLD, spirometri (Depkes RI, 2008). harus menggunakan

DAFTAR PUSTAKA 1. Putri, Sugiyarto S. Puspita; Murti, Bhisma dan Haryati, Sri. 2010. PPOK: Spirometri vs. Foto Thoraks PA. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret 2. Thamtono Yoser. 2011. Hubungan nilai spirometri dengan lean body mass index pada penderita penyakit paru obstruktif kronik stabil di RS Tembakau Deli Medan.Medan: FK USU

Anda mungkin juga menyukai