Anda di halaman 1dari 45

PENYAKIT TROPIS

“THYPOID”

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1


Dosen Pengajar : Budi Siswanto, S.Kep,Ners,M.Sc

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

Melsha Shafira : P27901117066


Mulkan Habil : P27901117068
Regiyani Septi Diana Saputri : P27901117073
Shinta Rizki Wulandari : P27901117077

TINGKAT 2B/ SEMESTER 3

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Keperawatan
Medikal Bedah 1 dengan judul “PENYAKIT TROPIS THYPOID” dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menuntut ilmu. Kami mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Budi Siswanto, S.Kep,Ners,M.Sc., selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 1.
2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga ke
depannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 17 Juli 2018

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 4
2.1 Pengertian Penyakit Tropis ............................................................... 4
2.2 Epidemiologi Tropis ......................................................................... 4
2.3 Penyebab Penyakit Tropis ................................................................. 5
2.4 Model Penyakit Tropis ...................................................................... 5
2.5 Mekanisme Penularan dan Pemberantasannya ................................. 6
2.6 Definisi Penyakit thypoid.................................................................. 9
2.7 Penyebab terjadinya thypoid ............................................................. 10
2.8 Patofisiologi Thypoid ....................................................................... 11
2.9 Tanda dan Gejala thypoid ................................................................ 12
2.10 Komplikasi Thypoid ...................................................................... 13
2.11 Pencegahan Penyakit Thypoid ........................................................ 15
2.12 Terapi Medis Penyakit Thypoid ..................................................... 16
2.13 Insiden Penyakit Thypoid Di Indonesia .......................................... 16
2.14 Pemeriksaan Penunjang Penyakit Thypoid .................................... 19
2.15 Asuhan Keperawatan Thypoid ........................................................ 28
2.16 Asuhan Keperawatan Thypoid Aplikasi NIC, NOC, NANDA ......
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 41
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 41
3.2 Saran ................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tropis merupakan salah satu bentuk penyakit yang sering terjadi di
daerah beriklim tropis dan subtropis.Tidak hanya di Indonesia, tapi hampir di
semua negara miskin dan berkembang, penyakit tropis ini dapat mewabah dengan
cepat dan menjadi salah satu faktor peningkat angka kematian.Untuk mengurangi
angka kematian tersebut, perlu adanya penanggulangan guna menekan
penyebarluasan penyakit tropis yang ternyata semakin lama semakin
mewabah.Masyarakat pun mengharapkan adanya organisasi-organisasi khususnya
instansi pemerintah yang memberikan perhatian dengan melakukan penelitian-
penelitian dalam pemberantasan penyakit-penyakit tropis dan mengadakan
pelayanan kesehatan yang layak untuk masyarakat. Banyak faktor yang
mempengaruhi penyebaran penyakit tropis ini.Sebagai contohnya adalah sanitasi
yang buruk di lingkungan kumuh dan kotor.Dari hal tersebut, tidak hanya
instansi-instansi pemerintah saja yang diharapkan dapat melakukan pencegahan
penyebaran penyakit tropis, tapi masyarakat juga harus ikut serta mendukung hal
ini dengan menumbuhkan kesadaran dan kepedulian diri sendiri terhadap
lingkungan. Beberapa penyakit dari penyakit tropis yaitu Thypoid dan Filariasis.
Demam typoid menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi dinegara
yang sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan
air bersing yang dapat diminum. Diagnose dari pelubangan penyakiit typoid dapat
sangat berbahaya apa bila terjadi selama kehamilan atau pada periode setelah
melahirkan. Kebanyakan penyebaran penyakit demam typoid ini tertular pada
manusia pada daerah-daerah berkembang, ini dikarenakan pelayanan kesehatan
yang belum baik, hygiene personal yang buruk.Salah satu contoh di negara
Nigeria, dimana terdapat 467 kasus dari tahun 1996 sampai dengan 2000. Dalam
lingkungan kita menjadi endemic di selatan dan Amerika Utara, Timur Tengah,
Tenggara dan hampir seluruh Asia termasuk India.Di seluruh dunia tercatat

1
sekitar 33 juta kasus dari demam typoid dan menyebabkan lebih dari 500.000
kematian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pengertian Penyakit Tropis ?
2. Bagaimana Epidemiologi Tropis ?
3. Bagaimana Penyebab Penyakit Tropis ?
4. Bagaimana Model Penyakit Tropis ?
5. Bagaimana Mekanisme Penularan dan Pemberantasannya ?
6. Apa Definisi thypoid?
7. Apa Penyebab Terjadinya Thypoid?
8. Bagaimana Patofisiologi Thypoid?
9. Apa Tanda dan Gejala thypoid?
10. Bagaimana Komplikasi Thypoid?
11. Bagaimana Pencegahan Penyakit Thypoid?
12. Bagaimana Terapi Medis Penyakit Thypoid?
13. Bagaimana Insiden Penyakit Thypoid Di Indonesia?
14. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Penyakit Thypoid?
15. Bagaimana Asuhan keperawatan Thypoid?
16. Bagaimana Asuhan Keperawatan Thypoid Aplikasi NIC, NOC, NANDA?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Pengertian Penyakit Tropis.
2. Untuk Mengetahui Epidemiologi Tropis.
3. Untuk mengetahui Penyebab Penyakit Tropis.
4. Untuk mengetahui Model Penyakit Tropis.
5. Untuk mengetahui Mekanisme Penularan dan Pemberantasannya
6. Untuk mengetahui Definisi Thypoid.
7. Untuk mengetahui Penyebab Terjadinya Thypoid.
8. Untuk mengetahui Patofisiologi Thypoid.

2
9. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala thypoid.
10. Untuk mengetahui Komplikasi Thypoid.
11. Untuk mengetahui Pencegahan Penyakit Thypoid.
12. Untuk mengetahui Terapi Medis Penyakit Thypoid.
13. Untuk mengetahui Insiden Penyakit Thypoid Di Indonesia.
14. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Penyakit Thypoid.
15. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Thypoid.
16. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Thypoid Aplikasi NIC, NOC,
NANDA

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Penyakit Tropis


Penyakit Tropis adalah penyakit yang lazim terjadi di daerah tropis
dan subtropis. Istilah ini juga sering mengacu pada penyakit yang
berkembang di wilayah panas berkondisi lembab, seperti malaria, demam
berdarah, typoid, filariasis dan kusta .

2.2 Epidemiologi Tropis


Dalam ilmu kesehatan istilah penyakit tropis (tropical medicine)
dinisbatkan pada wilayah-wilayah beriklim panas seputar garis
khatulistiwa.Istilah ini diperkenalkan para peneliti kesehatan dari Barat
(Eropa dan Amerika) yang keadaan wilayahnya jauh berbeda dengan
Indonesia. Penyakit tropis sebenarnya memiliki konotasi yang negatif
yang berhubungan dengan cara hidup yang tidak sehat, hygiene yang
buruk, dan penyakit yang menular.
Dalam perkembangan penelitian kesehatan, didapatkan fakta bahwa
penyakit tropis bukanlah penyakit yang aneh dan mengerikan seperti yang
disangka oleh kebanyakan orang sebelumnya.Bahkan beberapa jenis
penyakit tropis mungkin saja terjadi di daerah yang beriklim sedang,
hanya berbeda pada frekuensi penderitanya saja.Perbedaan ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti iklim, demografi, sosial-ekonomi dan faktor
genetik.
Menurut Dr dr Umar Zein, ada beberapa macam penyakit tropis yang
sudah dikenal sejak masa penjajahan Belanda, ratusan tahun lalu seperti
penyakit cacar, polio, frambusia (puru), malaria, kolera, tuberkulosis,
kusta dan elefantiasis (kaki gajah). Kategori penyakit tropis lainnya adalah
malaria, demam berdarah, tifus, sepsis, hepatitis, dan TBC.Namun, meski
telah diteliti selama ratusan tahun, penyakit-penyakit tropis ini masih saja

4
ditemui dan berkembang di kelompok masyarakat tertentu seperti, di
Indonesia. Berbagai penelitian yang mengeluarkan dana yang tergolong
besar yang dilakukan untuk mencari cara penanggulangan dan
pemberantasan penyakit tropis ini masih belum juga menunjukkan hasil
yang memuaskan karena penyakit-penyakit ini berhubungan erat dengan
pola hidup masyarakat itu sendiri .

2.3 Penyebab Penyakit Tropis


Kemajuan penguasaan bioteknologi dan biologi molekuler telah
memberikan harapan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit
tropis.Demikian dikemukakan pakar kesehatan dari UGM, Prof Dr
Supargiyono di Yogyakarta, seperti dilansir dari Antara.Supargiyono
mengingatkan, beberapa penyakit tropis seperti demam berdarah, hepatitis,
malaria dan TBC masih menjadi masalah kesehatan yang utama.
Penyebabnya adalah lingkungan fisik, kondisi sosial, ekonomi, budaya,
dan perubahan biologis dari vektor penyakit. Penyakit tropis erat kaitannya
dengan kesehatan lingkungan yang sering tidak diperhitungkan dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat .

2.4 Model Penyakit Tropis


2.4.1 Penyakit infeksi oleh bakteri
Bakteri mengandung informasi genetik dan banyak peralatan yang
diperlukan untuk menghasilkan energi dan bereplikasi secara
independen.Beberapa bakteri, namun hanya dapat mereproduksi ketika
tumbuh di dalam sel, dari mana mereka berasal nutrisi yang dibutuhkan.
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri diantaranya
pertusis, tetanus, tuberculosa, typhoid, dan pest .

5
2.4.2 Penyakit infeksi oleh virus
Virus adalah agen menular yang umumnya hanya terdiri dari materi
genetik ditutupi oleh shell protein. Mereka hanya meniru dalam sel, yang
menyediakan mesin sintetis yang diperlukan untuk menghasilkan partikel
virus baru. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus diantaranya
parotitis, campak, hepatitis B, HIV, dan flu burung .

2.4.3 Penyakit infeksi oleh parasite


Parasit adalah organisme yang hidup di dalam atau pada organisme lain,
tuan rumah, pada biaya yang mereka memperoleh beberapa keuntungan
seperti makanan. Kelompok ini mencakup protozoa patogen (organisme
bersel tunggal yang lebih kompleks daripada bakteri) dan cacing
(organisme multisel sering disebut sebagai cacing). Beberapa penyakit
yang disebabkan oleh parasit diantaranya malaria, askariasis, filariasis,
trichiuris dan ankylostomiasis .

2.5 Mekanisme Penularan dan Pemberantasannya


Penyakit-penyakit yang dapat menular itu terjadi sebagai akibat dari
adanya interaksi antara agent, proses transmisi, host (penjamu) dan
lingkungan .
2.5.1 Agent Infeksius
Sejumlah mikroorganisme menyebabkan terjadinya penyakit pada
manusia. Infeksi itu adalah masuk dan berkembangnya atau
bermultiplikasinya sebuah agent yang infeksius di dalam host (pejamu).
2.5.2 Transmisi
Ini adalah merupakan penghubung kedua yang terdapat di dalam rantai
infeksi, yang merupakan penyebaran dari sebuah agent infeksius melalui
lingkungan atau manusia yang lainnya.Transmisi dapat terjadi secara
langsung atau tidak langsung .

6
Transmisi secara langsung merupakan pemindahan dari agent infeksius
yang berasal dari host yang terinfeksi atau reservoir ke suatu tempat
masuk yang tepat, yang mengakibatkan terjadinya infeksi pada manusia.
Pemindahan ini dapat berupa kontak langsung, seperti sentuhan, ciuman,
atau hubungan kelamin, atau dengan penyebaran secara langsung dari
droplet, yaitu melalui bersin atau batuk-batuk. Transfusi darah dan infeksi
transplasental dari ibu kepada fetus mungkin merupakan transmisi penting
yang lain .
Transmisi secara tidak langsung mungkin adalah penularan melalui
vehikel, penularan melalui vektor atau penularan melalui udara. Penularan
melalui vehikel itu terjadi melalui material-material, misalkan saja adalah
makan, pakaian, perlengkapan tidur, dan alat –alat untuk memasak.
Penularan melalui vektor terjadi bila agent dibawa oleh seekor serangga
atau binatang (vektor) lainnya kepada seorang host yang rentan; agent
tersebut melakukan multiplikasi atau tidak dalam vektor.Transmisi melalui
udara dalam jarak yang amat jauh sekali terjadi bila diseminasi dari doplet
yang amat sedikit itu mengenai sebuah titik masuk yang tepat, biasanya
adalah saluran pernapasan. Partikel-partikel debu juga dapat berperan
dalam penularan melalui udara, sebagai contoh adalah spora-spora jamur
2.5.3 Host (Pejamu)
Host adalah hubungan ketiga yang terdapat di dalam rantai infeksi dan
didefinisikan sebagai orang atau binatang yang memberikan tempat yang
cocok bagi suatu agent yang infeksius untuk tumbuh dan memperbanyak
diri dalam kondisi yang alamiah .
2.5.4 Lingkungan
Lingkungan memegang peranan yang amat penting dalam penyebaran
penyakit-penyakit menular.Sanitasi umum, temperatur, kondisi udara, dan
kualitas air adalah faktor-faktor yang mempengaruhi seluruh tahap-tahap
yang ada di dalam rantai infeksi. Sebagai tambahan, faktor-faktor sosial-

7
ekonomi, sebagai contoh adalah kepadatan penduduk, kepadatan hunian,
dan kemiskinan merupakan sesuatu yang amat penting .
Berikut ini merupakan upaya yang dapat dilakukan
dalam penanggulangan wabah, antara lain :
1. Penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan untuk
mengenal sifat-sifat penyebabnya serta faktor yang dapat
menimbulkan wabah .
2. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita
termasuk karantina
3. Pencegahan dan pengebalan, yaitu tindakan yang dilakukan untuk
memberikan perlindungan kepada mereka yang belum sakit tetapi
memiliki resiko terkena penyakit
4. Pemusnahan penyebab penyakit, yaitu bibit penyakit yang dapat
berupa bakteri, virus, dan lain-lain
5. Penanganan jenazah akibat wabah
6. Penyuluhan kepada masyarakat

Beberapa strategi untuk mengendalikan penyakit tropis meliputi :


1. Pengeringan lahan basah untuk mengurangi populasi serangga dan
vektor lainnya
2. Aplikasi insektisida dan / atau penolak serangga) pada permukaan
strategis seperti: pakaian, kulit, bangunan, habitat serangga, dan
kelambu
3. Penggunaan kelambu tempat tidur atas (juga dikenal sebagai
"kelambu") untuk mengurangi penularan malam hari, karena
spesies tertentu dari nyamuk tropis pakan terutama di malam hari
4. Penggunaan air sumur, dan / atau penyaringan air, filter air, atau air
pengobatan dengan tablet air untuk menghasilkan air minum bebas
dari parasite

8
5. Pengembangan dan penggunaan vaksin untuk mempromosikan
kekebalan penyakit
6. Farmakologis pra-pajanan (untuk mencegah penyakit sebelum
pajanan terhadap lingkungan dan / atau vektor)
7. Farmakologis profilaksis pasca pajanan (untuk mencegah penyakit
setelah terpapar lingkungan dan / atau vektor)
8. Terapi farmakologis (untuk mengobati penyakit setelah infeksi
atau infestasi)
9. Membantu dengan pembangunan ekonomi di daerah endemik.
Misalnya dengan memberikan kredit mikro untuk memungkinkan
investasi di bidang pertanian lebih efisien dan produktif. Hal ini
pada gilirannya dapat membantu subsisten pertanian menjadi lebih
menguntungkan, dan ini keuntungan dapat digunakan oleh
penduduk setempat untuk pencegahan penyakit dan pengobatan,
dengan manfaat tambahan mengurangi angka kemiskinan

2.6 Definisi Penyakit Thypoid


Demam tifoid (Typhus abdominalis, Typhoid fever, enteric fever)
merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan dengan gejala demam selama satu minggu atau lebih dengan
disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran (Ngastiyah, 2005).
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman
yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi
kuman salmonella. ( Bruner and Sudart).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-
gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type
A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M.).

9
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut,
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal,
makanan dan minuman yang terkontaminasi.

2.7 Penyebab Thypoid

Penyakit tifus disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa,


merupakan salah satu spesies genus salmonella, keluarga
enterobacteriacae.berbentuk basil, tidak berspora, mortil, berkapsul, gram
negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak
menghasilkan spora tumbuh dengan baik pada suhu optimal 37°C, kuman
ini mati pada pemanasan suhu 54,4°C selama 1 jam dan 60°C selama 15
menit. Salmonella menfermentasi glukosa dan manosa tetapi tidak terhadap
laktosa dan sukrosa. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui
saluran pencernaan dan manusia merupakan sumber utama infeksi yang
mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat sedang sakit atau
dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh
manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati pada
suhu 70°C maupun oleh antiseptik. Demam tifoid adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh Salmonella typhiatau Salmonella paratyphi A, B atau
C (Soedarto, 1996).

10
Salmonella Typhosa memiliki tiga macam antigen, yaitu :
a. Antigen O (Ohne Hauch) : merupakan polisakarida yang sifatnya
spesifik untuk grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme
dan juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar
b. Antigen H : terdapat pada flagella dan bersifat termolabil
c. Antigen Vi : merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis.

2.8 Patofisiologi Thypoid


Kuman Salmonella masuk bersama makanan/minuman. Setelah berada
dalam usus halus kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus
halus (teutama Plak Peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah
menyebabkan peradangan dan nekrose setempat, kuman lewat pembuluh
limfe masuk ke aliran darah (terjadi bakteremi primer) menuju ke organ-
organ terutama hati dan limfa. Kuman yang tidak difagosit akan
berkembang biak dalam hati dan limfa sehingga organ tersebut membesar
disertai nyeri pada perabaan.
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah
(bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam
kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas
Plak Peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi
usus. Pada masa bakteremi ini, kuman mengeluarkan endotoksin yang
mempunyai peran membantu proses peradangan lokal dimana kuman ini
berkembang.
Demam tifoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan
endotoksinnya merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit
pada jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan
mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang menimbulkan
gejala demam.

11
2.9 Tanda/ Gejala Thypoid
Masa inkubasi rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi
terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi
melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
prodroma, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan
tidak bersemangat.
Kemudian gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :

2.9.1 Demam lebih dari 7 hari


Pada kasus tertentu, demam berlangsung selama 3 minggu,
bersifatfebris remiten dan suhu tidak seberapa tinggi. Selama minggu
pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam
minggu ketiga, suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali
pada akhir minggu ketiga.

2.9.2 Gangguan saluran pencernaan


Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden), lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue, lidah
tifoid), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen
terjadi splenomegali dan hepatomegali dengan disertai nyeri tekan. Biasanya
didapatkan kondisi konstipasi, kadang diare, mual, muntah, tapi kembung
jarang.

2.9.3 Gangguan kesadaran


Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa
dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau
gelisah.

12
2.9.4 Pada punggung terdapat roseola (bintik kemerahan karena emboli basil
dalam kapiler kulit. Biasanya ditemukan pada minggu pertama demam).

2.9.5 Relaps (kambuh)


ialah berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan tetapi
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah
suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori
relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat
dimusnahkan baik oleh obat zat anti. Mungkin terjadi pada waktu
penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan pembentukan
jaringan fibrosis.

2.9.6 Epitaksis (mimisan)


2.9.7 Bradikardi (frekuensi nadi lambat)

2.10 Komplikasi Thypoid


Dapat terjadi pada :
2.10.1 Di usus halus
Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :
1. Perdarahan usus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan :
- penurunan TD dan suhu tubuh
- denyut nadi bertambah cepat dan kecil
- kulit pucat
- penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel
2. Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi
pada bagian distal ileum.
3. Peritonitis
Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan:
- nyeri perut hebat

13
- kembung
- dinding abdomen tegang (defense muskulair)
- nyeri tekan
- TD menurun
- Suara bising usus melemah dan pekak hati berkurang
Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam
waktu singkat.

2.10.2 Diluar usus halus


- Bronkitis, terjadi pada akhir minggu pertama.
- Bronkopneumonia, kasus yang berat bilamana disertai infeksi
sekunder
- Kolesistitis
- Tifoid ensefalopati, gejala : kesadaran menurun, kejang-kejang,
muntah, demam tinggi
- Meningitis, gejala : bayi tidak mau menetek, kejang, letargi,
sianosis, panas, diare, kelainan neurologis.
- Miokarditis
- Karier kronik

2.11 Pencegahan Penyakit Thypoid


2.11.1 Usaha terhadap lingkungan hidup :
a. Penyediaan air minum yang memenuhi
b. Pembuangan kotoran manusia (BAK dan BAB) yang hygiene
c. Pemberantasan lalat.
d. Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjual makanan.
2.11.2 Usaha terhadap manusia.
a. Imunisasi
b. Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene sanitasi personal
hygiene. (Soeparman, 1987)

14
2.12 Terapi Medis Penyakit Thypoid
2.12.1 Perawatan
1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

2.12.2 Diet
1. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein
2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.

1.12.3 Obat-obatan
1. Antimikroba :
 Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv
 Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral
 Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametoksazol
400 mg + trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv, dilarutkan
dalam 250 ml cairan infus.
 Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv, dibagi
dalam 3 atau 4 dosis.
Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas
demam.
2. Antipiretik seperlunya
3. Vitamin B kompleks dan vitamin C
4. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.

15
2.13 Insiden Thypoid Di Indonesia
Di Indonesia rata-rata terdapat 900.000 kasus/tahun dengan rentang usia 3-
19 tahun mencapai 91% kasus. Di departemen ilmu kesehatan anak RS Dr. Hasan
Sadikin Bandung selama kurun waktu 1996-2003 di dapatkan 256 kasus dengan
konfirmasi hasil biakan salmonella typhi positif, sebanyak 108 diantaranya
(42,2%) berusia < 5 tahun.

2.14 Pemeriksaan Penunjang Penyakit Typoid


Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari :
2.14.1 Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat
leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu
pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

2.14.2 Pemeriksaan SGOT DAN SGPT


SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

2.14.3 Biakan darah


Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan
darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini
dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain,
hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.
Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu
pada saat bakteremia berlangsung.

16
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh
biakan darah dapat positif kembali.
3. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga
biakan darah negatif.
4. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan
mungkin negatif.

2.14.4 Uji Widal


Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat
antibodi atau aglutinin yaitu :
1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

17
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
1. Faktor yang berhubungan dengan klien :
 Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
 Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai
dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada
minggu ke-5 atau ke-6.
 Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat
menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi
seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut
 Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti
mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
 Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat
menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem
retikuloendotelial.
 Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan
kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O
biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer
aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab
itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang
mempunyai nilai diagnostik.
 Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya :
keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun
dengan hasil titer yang rendah
 Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin
terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang
bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa
lalu.

18
2. Faktor-faktor Teknis
 Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen
O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat
menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
 Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil
uji widal.
 Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian
yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain
salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.

2.15 Asuhan Keperawatan Thypoid


1. Pengkajian
a. Biodata klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal
masuk RS, tanggal pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua,
umur orang tua, pekerjaan, agama, alamat, dan lain-lain.
b. Keluhan Utama
Biasanya klian datang dengan keluhan perasaan tidak enak badan,
pusing demam, nyeri tekan pada ulu hati, nyeri kepala, lesu dan kurang
bersemangat, nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi)
c. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan dahulu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami oleh klien, baik yang
ada hubungannya dengan saluran cerna atau tidak. Kemudian kaji
tentang obat-obatan yang biasa dikonsumsi oleh klien, dan juga kaji
mengenai riwayat alergi pada klien, apakah alergi terhadap obat-obatan
atau makanan.
 Riwayat kesehatan sekarang
Kaji mengenai keluhan yang dirasakan oleh klien, misalnya nyeri
pada epigastrium, mual, muntah, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala
atau pusing, letih atau lesu.

19
 Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama dengan klien atau penyakit gastrointestinal lainnya.
 Riwayat psikologis
Kaji bagaimana keadaan suasana hati (emosional) klien dan
keluarga dalam menghadapi penyakit yang diderita, biasanya suasana
hati klien kurang baik (gelisah) dan keluarga biasanya cemas.
 Riwayat sosial ekonomi
Mengkaji kehidupan sosial ekonomi klien, tipe keluarga
bagaimana dari segi ekonomi dan tinggal bersama siapa klien.
Bagaimana interaksi klien baik di kehidupan sosial maupun
masyarakat atau selama di rumah sakit.
d. Kebiasaan sehari-hari
Kaji tentang aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan oleh klien
sebelum sakit dan saat sakit. Hai ini berguna dalam perbandingan antara
pengobatan dan perawatan pasien, biasanya mencakup :
- Nutrisi
- Eliminasi
- Pola istirahat/ tidur
- Pola kebersihan
e. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
 Tanda vital :
Bagaimana suhu, nadi, persafasan dan tekanan darah klien
 Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala,
apakah ada kelainan atau lesi pada kepala
 Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.

20
 Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera
ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan
dalam penglihatan
 Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung
serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan
dalam penciuman
 Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah
kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada
gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
 Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan
distensi vena jugularis
 Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah
ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
 Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah
terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung,
lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising
usus/tidak.
 Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna
rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada
kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia
minora tertutup oleh labia mayora.
 Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak,
apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.

21
 Ekstremitas atas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta
kelainan bentuk.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi kuman
salmonella thypi.
b. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, mual, muntah dan anoreksia.
c. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.
d. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi.
e. Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan
tentang penyakit dan kondisi anaknya

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Peningkatan Tujuan : ü Observasi tanda-ü Tanda-tanda vital
suhu tubuh Setelah tanda vital berubah sesuai
(Hipertermi) diberikan tingkat
berhubungan tindakan perkembangan
dengan proses keperawatan penyakit dan
infeksi selama 3 x menjadi indikator
Salmonella 24 jam, suhu untuk melakukan
Typhi. tubuh normal. intervensi
ü Beri kompres selanjutnya
Kriteria hasil : pada daerah ü Pemberian
- TTV dalam dahi kompres dapat
batas normal menyebabkan

22
- TD : 80- peralihan panas
120/60-80 secara konduksi
mmhg dan membantu
- N : 120-140 tubuh untuk
x/i (bayi), 100- menyesuaikan
120 (anak) ü Anjurkan untuk terhadap panas
- S : 36,5- banyak minumü Peningkatan suhu
370C air putih tubuh
- P : 30-60 x/i mengakibatkan
(bayi), 15-30 x/i penguapan
(anak) sehingga perlu
diimbangi dengan
asupan cairan
yang banyak
ü Kolaborasi ü Mempercepat
pemberian proses
antiviretik, penyembuhan,
antibiotik menurunkan
demam.
Pemberian
antibiotik
menghambat
pertumbuhan dan
proses infeksi
dari bakteri
2 Resiko Tujuan : ü Kaji kemampuanü Untuk mengetahui
pemenuhan Setelah makan klien perubahan nutrisi
nutrisi kurang dilakukan klien dan sebagai
dari kebutuhan tindakan indikator
tubuh keperawatan ü Berikan makanan intervensi

23
berhubungan selama 3 x 24 dalam porsi selanjutnya
dengan intake jam kekurangan kecil tapi seringü Memenuhi
yang tidak nutrisi tidak kebutuhan nutrisi
adekuat, mual, terjadi. dengan
muntah dan ü Beri nutrisi meminimalkan
anoreksia. Kriteria hasil : dengan diet rasa mual dan
- Nafsu lunak, tinggi muntah
makan kalori tinggi ü Memenuhi
meningkat, protein kebutuhan nutrisi
- Tidak ada ü Anjurkan kepada adekuat
keluhan orang tua
anoreksia, klien/keluarga
nausea, untuk ü Menambah selera
- Porsi makan memberikan makan dan dapat
dihabiskan makanan yang menambah
disukai asupan nutrisi
ü Anjurkan kepada yang dibutuhkan
orang tua klien
klien/keluarga
untuk
menghindari
makanan yang ü dapat
mengandung meningkatkan
gas/asam, pedas asam lambung
ü Kolaborasi. yang dapat
Berikan memicu mual dan
antiemetik, muntah dan
antasida sesuai menurunkan
indikasi asupan nutrisi

24
ü Mengatasi
mual/muntah,
menurunkan
asam lambung
yang dapat
memicu
mual/muntah
3 Resiko defisit Tujuan : ü Kaji tanda dan ü Hipotensi,
volume cairan Setelah gejala dehidrasi takikardia,
berhubungan dilakukan hypovolemik, demam dapat
dengan intake tindakan riwayat muntah, menunjukkan
yang tidak keperawatan kehausan dan respon terhadap
adekuat, selama 3x24 turgor kulit dan atau efek dari
kehilangan jam, tidak ü Observasi kehilangan cairan
cairan berlebih terjadi defisit adanya tanda- ü Agar segera
akibat muntah volume cairan tanda syok, dilakukan
dan diare. tekanan darah tindakan/
Kriteria hasil : menurun, nadi penanganan jika
- Tidak terjadi cepat dan lemah terjadi syok
tanda-tanda ü Berikan cairan
dehidrasi, peroral pada
- klien sesuai ü Cairan peroral
Keseimba kebutuhan akan membantu
ngan intake danü Anjurkan kepada memenuhi
output dengan orang tua klien kebutuhan cairan
urine normal untuk ü Asupan cairan
dalam mempertahanka secara adekuat
konsentrasi n asupan cairan sangat diperlukan
jumlah secara dekuat untuk menambah

25
ü Kolaborasi volume cairan
pemberian tubuh
cairan intravenaü Pemberian
intravena sangat
penting bagi klien
untuk memenuhi
kebutuhan cairan

4 Gangguan pola Tujuan : ü Kaji pola ü Sebagai data dasar


eliminasi BAB Setelah eliminasi klien gangguan yang
berhubungan dilakukan dialami,
dengan tindakan memudahkan
konstipasi keperawatan intervensi
selama 3 x 24 selanjutnya
jam, pola ü Auskultasi bising
ü Penurunan
eliminasi usus menunjukkan
kembali normal. adanya obstruksi
statis akibat
Kriteria hasil : inflamasi,
- Klien penumpukan
melaporkan fekalit
BAB lancar ü Selidiki keluhanü Berhubungan
- Konsistensi nyeri abdomen dengan distensi
lunak ü Observasi gas
gerakan usus,
perhatikan ü Indikator
warna, kembalinya
konsistensi, dan fungsi GI,
jumlah feses mengidentifikasi
ketepatan

26
ü Anjurkan makan intervensi
makanan lunak,
buah-buahan ü Mengatasi
yang konstipasi yang
merangsang terjadi
BAB
ü Kolaborasi.
Berikan
pelunak feses,
supositoria ü Mungkin perlu
sesuai indikasi untuk
merangsang
peristaltik dengan
perlahan

5 Ansietas Tujuan : ü Kaji tingkat ü Untuk


berhubungan Setelah kecemasan mengeksplorasi
dengan proses dilakukan yang dialami rasa cemas yang
hospitalisasi, tindakan orang tua klien dialami oleh
kurang keperawatan orang tua klien
pengetahuan selama 3 x 24 ü Beri penjelasan ü Meningkatkan
tentang jam, kecemasan pada orang tua pengetahuan
penyakit dan teratasi klien tentang orang tua klien
kondisi penyakit tentang penyakit
anaknya Kriteria hasil : anaknya anaknya
- Ekspresi ü Beri kesempatan
tenang pada orang tua ü Mendengarkan
- Orang tua klien untuk keluhan orang tua

27
klien tidak mengungkap agar merasa lega
sering bertanya kan perasaan dan merasa
tentang kondisi nya diperhatikan
anaknya sehingga beban
ü Libatkan orang yang dirasakan
tua klien dalam berkurang
rencana ü Keterlibatan orang
keperawatan tua dalam
terhadap perawatan
anaknya anaknya dapat
mengurangi
kecemasan

2.16 Asuhan Keperawatan Thypoid Aplikasi NIC, NOC, NANDA

2.16.1 Masalah Yang lazim muncul pada klien


1. Hipertemia b/d proses infeksi salmonella thyposa
2. Resiko defisit volume cairan b/d pemasukan yang kurang, mual,
muntah/pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
kurang akibat mual, muntah, anoreksia, atau output yang berlebihan akibat
diare.
4. Gangguan pola defeksi : diare b/d proses peradangan pada dinding usus
halus
5. Perubahan pola defeksi : konstipasi b/d proses peradangan pada dinding
usus halus,
6. Resiko tinggi trauma fisik b/d gangguan mental, delirium/psikosis

28
2.16.2 Discharge Planning
1. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan
tngkat perkembangan dan kondisi fisik anak
2. Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping
3. Menjelaskan gejala gejela kekambuhan penyakit dan hal yang harus
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut
4. Tekankan untukmelakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

1 Hipertemia b/d proses infeksi NOC : NIC :


salmonella thyposa Thermoregulation Fever treatment
Kriteria Hasil : § Monitor suhu sesering
Definisi : suhu tubuh naik
v Suhu tubuh dalam mungkin
diatas rentang normal rentang normal § Monitor IWL
v Nadi dan RR dalam§ Monitor warna dan suhu
Batasan Karakteristik: rentang normal kulit
· kenaikan suhu tubuh diatas
v Tidak ada perubahan§ Monitor tekanan darah,
rentang normal warna kulit dan nadi dan RR
· serangan atau konvulsi tidak ada pusing,§ Monitor penurunan
(kejang) merasa nyaman tingkat kesadaran
· kulit kemerahan § Monitor WBC, Hb, dan
· pertambahan RR Hct
· takikardi § Monitor intake dan output
· saat disentuh tangan terasa § Kolaborasi pemberian
hangat anti piretik
§ Berikan pengobatan untuk
Faktor faktor yang mengatasi penyebab
berhubungan : demam

29
- penyakit/ trauma § Selimuti pasien
- peningkatan metabolisme § Lakukan tapid sponge
- aktivitas yang berlebih § Kolaboraikan dengan
- pengaruh dokter mengenai
medikasi/anastesi pemberian cairan
- intravena sesuai program
ketidakmampuan/penur § Kompres pasien pada
unan kemampuan untuk lipat paha dan aksila
berkeringat § Tingkatkan sirkulasi
- terpapar dilingkungan udara
panas § Berikan pengobatan untuk
- dehidrasi mencegah terjadinya
- pakaian yang tidak tepat menggigil

Temperature regulation
§ Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
§ Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
§ Monitor TD, nadi, dan
RR
§ Monitor warna dan suhu
kulit
§ Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
§ Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
§ Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh

30
§ Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan
akibat panas
§ Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
§ Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
§ Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
§ Berikan anti piretik jika
perlu

Vital sign Monitoring


§ Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
§ Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
§ Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
§ Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan

31
§ Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
§ Monitor kualitas dari nadi
§ Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
§ Monitor suara paru
§ Monitor pola pernapasan
abnormal
§ Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
§ Monitor sianosis perifer
§ Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
§ Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

2 Resiko defisit volume cairan NOC: Fluid management


b/d pemasukan yang kurang,
v Fluid balance · Timbang
mual, muntah/pengeluaran
v Hydration popok/pembalut jika
yang berlebihan, diare, panas
v Nutritional Status : diperlukan
tubuh Food and Fluid
· Pertahankan catatan
Intake intake dan output yang
Definisi : Penurunan cairan Kriteria Hasil : akurat
intravaskuler, interstisial,
v Mempertahankan · Monitor status hidrasi
dan/atau intrasellular. Ini urine output sesuai ( kelembaban membran
mengarah ke dehidrasi, dengan usia dan mukosa, nadi adekuat,
kehilangan cairan dengan BB, BJ urine tekanan darah ortostatik

32
pengeluaran sodium normal, HT normal ), jika diperlukan
v Tekanan darah, nadi,
· Monitor vital sign
Batasan Karakteristik : suhu tubuh dalam
· Monitor masukan
- Kelemahan batas normal makanan / cairan dan
- Haus v Tidak ada tanda hitung intake kalori
- Penurunan turgor kulit/lidah tanda dehidrasi, harian
- Membran mukosa/kulit Elastisitas turgor
· Lakukan terapi IV
kering kulit baik, membran
· Monitor status nutrisi
- Peningkatan denyut nadi, mukosa lembab,
· Berikan cairan
penurunan tekanan darah, tidak ada rasa haus
· Berikan cairan IV pada
penurunan volume/tekanan yang berlebihan suhu ruangan
nadi · Dorong masukan oral
- Pengisian vena menurun · Berikan penggantian
- Perubahan status mental nesogatrik sesuai output
- Konsentrasi urine meningkat · Dorong keluarga untuk
- Temperatur tubuh membantu pasien makan
meningkat · Tawarkan snack ( jus
- Hematokrit meninggi buah, buah segar )
- Kehilangan berat badan · Kolaborasi dokter jika
seketika (kecuali pada third tanda cairan berlebih
spacing) muncul meburuk
Faktor-faktor yang · Atur kemungkinan
berhubungan: tranfusi
- Kehilangan volume cairan · Persiapan untuk
secara aktif tranfusi
- Kegagalan mekanisme
pengaturan

3 Resiko ketidakseimbangan NOC : Nutrition Management


nutrisi kurang dari kebutuhan
v Nutritional Status §: Kaji adanya alergi

33
tubuh b/d intake kurang food and Fluid makanan
akibat mual, muntah, Intake § Kolaborasi dengan ahli
anoreksia, atau output yang Kriteria Hasil : gizi untuk menentukan
berlebihan akibat diare. v Adanya peningkatan jumlah kalori dan nutrisi
berat badan sesuai yang dibutuhkan pasien.
Definisi : Intake nutrisi tidak dengan tujuan § Anjurkan pasien untuk
cukup untuk keperluan
v Berat badan ideal meningkatkan intake Fe
metabolisme tubuh. sesuai dengan tinggi
§ Anjurkan pasien untuk
badan meningkatkan protein
Batasan karakteristik : v Mampu dan vitamin C
- Berat badan 20 % atau lebih mengidentifikasi § Berikan substansi gula
di bawah ideal kebutuhan nutrisi § Yakinkan diet yang
- Dilaporkan adanya intake
v Tidak ada tanda dimakan mengandung
makanan yang kurang dari tanda malnutrisi tinggi serat untuk
RDA (Recomended Daily
v Tidak terjadi mencegah konstipasi
Allowance) penurunan berat
§ Berikan makanan yang
- Membran mukosa dan badan yang berarti terpilih ( sudah
konjungtiva pucat dikonsultasikan dengan
- Kelemahan otot yang ahli gizi)
digunakan untuk § Ajarkan pasien bagaimana
menelan/mengunyah membuat catatan
- Luka, inflamasi pada rongga makanan harian.
mulut § Monitor jumlah nutrisi dan
- Mudah merasa kenyang, kandungan kalori
sesaat setelah mengunyah § Berikan informasi tentang
makanan kebutuhan nutrisi
- Dilaporkan atau fakta § Kaji kemampuan pasien
adanya kekurangan makanan untuk mendapatkan
- Dilaporkan adanya nutrisi yang dibutuhkan
perubahan sensasi rasa

34
- Perasaan ketidakmampuan
untuk mengunyah makanan Nutrition Monitoring
- Miskonsepsi § BB pasien dalam batas
- Kehilangan BB dengan normal
makanan cukup § Monitor adanya penurunan
- Keengganan untuk makan berat badan
- Kram pada abdomen § Monitor tipe dan jumlah
- Tonus otot jelek aktivitas yang biasa
- Nyeri abdominal dengan dilakukan
atau tanpa patologi § Monitor interaksi anak
- Kurang berminat terhadap atau orangtua selama
makanan makan
- Pembuluh darah kapiler § Monitor lingkungan
mulai rapuh selama makan
- Diare dan atau steatorrhea § Jadwalkan
- Kehilangan rambut yang pengobatan dan tindakan
cukup banyak (rontok) tidak selama jam makan
- Suara usus hiperaktif § Monitor kulit kering dan
- Kurangnya informasi, perubahan pigmentasi
misinformasi § Monitor turgor kulit
§ Monitor kekeringan,
Faktor-faktor yang rambut kusam, dan
berhubungan : mudah patah
Ketidakmampuan pemasukan § Monitor mual dan muntah
atau mencerna makanan atau § Monitor kadar albumin,
mengabsorpsi zat-zat gizi total protein, Hb, dan
berhubungan dengan faktor kadar Ht
biologis, psikologis atau § Monitor makanan
ekonomi. kesukaan
§ Monitor pertumbuhan dan

35
perkembangan
§ Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
§ Monitor kalori dan intake
nuntrisi
§ Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
§ Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

4 Gangguan pola defeksi : diare NOC: NIC :


b/d proses peradangan pada
v Bowel elimination Diarhea Management
dinding usus halus v Fluid Balance v Evaluasi efek samping
v Hydration pengobatan terhadap
v Electrolyte and Acid gastrointestinal
base Balance v Ajarkan pasien untuk
Kriteria Hasil : menggunakan obat
v Feses berbentuk, antidiare
BAB sehari sekali-
v Instruksikan
tiga hari pasien/keluarga
v Menjaga daerah untukmencatat warna,
sekitar rectal dari jumlah, frekuenai dan
iritasi konsistensi dari feses
v Tidak mengalami
v Evaluasi intake makanan
diare yang masuk
v Menjelaskan v Identifikasi factor
penyebab diare dan penyebab dari diare

36
rasional tendakan v Monitor tanda dan gejala
v Mempertahankan diare
turgor kulit v Observasi turgor kulit
secara rutin
v Ukur diare/keluaran BAB
v Hubungi dokter jika ada
kenanikan bising usus
v Instruksikan pasien
untukmakan rendah serat,
tinggi protein dan tinggi
kalori jika
memungkinkan
v Instruksikan untuk
menghindari laksative
v Ajarkan tehnik
menurunkan stress
v Monitor persiapan
makanan yang aman

5 Resiko tinggi trauma fisik b/d NOC: NIC :


gangguan mental,
v Knowlwdge : Environmental
delirium/psikosis personel safety Management safety
v Safety behavior :  Sediakan
falls Prevention lingkungan yang aman
v Safety Behavior : untuk pasien
Falls Occurance  Identifikasi
v Safety behavior : kebutuhan keamanan
Physical injury pasien, sesuai dengan
kondisi fisik dan fungsi
kognitif pasien dan

37
riwayat penyakit
terdahulu pasien
 Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
 Memasang side
rail tempat tidur
 Menyediakan
tempat tidur yang
nyaman dan bersih
 Menempatkan
saklar lampu ditempat
yang mudah dijangkau
pasien.
 Membatasi
pengunjung
 Memberikan
penerangan yang cukup
 Menganjurkan
keluarga untuk menemani
pasien.
 Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
 Memindahkan
barang-barang yang dapat
membahayakan
 Berikan

38
penjelasan pada pasien
dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit

6 Perubahan pola defeksi : NOC: NIC: Constipation/


konstipasi b/d proses
v Bowel elimination Impaction Management
peradangan pada dinding usus
v Hydration § Monitor tanda dan gejala
halus, Kriteria Hasil : konstipasi
v Mempertahankan § Monior bising usus
bentuk feses lunak
§ Monitor feses: frekuensi,
setiap 1-3 hari konsistensi dan volume
v Bebas dari
§ Konsultasi dengan dokter
ketidaknyamanan tentang penurunan dan
dan konstipasi peningkatan bising usus
v Mengidentifikasi § Mitor tanda dan gejala
indicator untuk ruptur usus/peritonitis
mencegah § Jelaskan etiologi dan
konstipasi rasionalisasi tindakan
terhadap pasien
§ Identifikasi faktor
penyebab dan kontribusi
konstipasi
§ Dukung intake cairan

39
§ Kolaborasikan pemberian
laksatif

40
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Demam tifoid (Typhus abdominalis, Typhoid fever, enteric fever)
merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan
dengan gejala demam selama satu minggu atau lebih dengan disertai gangguan
pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ngastiyah,
2005).
Demam tifoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan endotoksinnya
merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang
meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan mempengaruhi pusat
termoregulator di hipotalamus yang menimbulkan gejala demam.

3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan, kita sebaiknya memberikan penyuluhan kepada
masyarakat terutama pada anak-anak supaya menjaga kebersihan, baik kebersihan
lingkungan, makanan, air minum, dan kebersihan diri sendiri.

41
DAFTAR PUSTAKA

Garna Herry. Divisi Infeksi Dan Penyakit Tropis. Sagung Seto.Jakarta.2012


Kusuma Hardhi. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC Jilid 2. Mediaction publishing. Jogjakarta. 2015
Marylin E Doengoes. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 . EGC.Jakarta.1999.
Barbara Engram, “ Keperawatan Medikal Bedah , EGC Jakarta. 1998
Jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/87/93

iii

Anda mungkin juga menyukai