“THYPOID”
MAKALAH
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Keperawatan
Medikal Bedah 1 dengan judul “PENYAKIT TROPIS THYPOID” dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menuntut ilmu. Kami mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Budi Siswanto, S.Kep,Ners,M.Sc., selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 1.
2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga ke
depannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit tropis merupakan salah satu bentuk penyakit yang sering terjadi di
daerah beriklim tropis dan subtropis.Tidak hanya di Indonesia, tapi hampir di
semua negara miskin dan berkembang, penyakit tropis ini dapat mewabah dengan
cepat dan menjadi salah satu faktor peningkat angka kematian.Untuk mengurangi
angka kematian tersebut, perlu adanya penanggulangan guna menekan
penyebarluasan penyakit tropis yang ternyata semakin lama semakin
mewabah.Masyarakat pun mengharapkan adanya organisasi-organisasi khususnya
instansi pemerintah yang memberikan perhatian dengan melakukan penelitian-
penelitian dalam pemberantasan penyakit-penyakit tropis dan mengadakan
pelayanan kesehatan yang layak untuk masyarakat. Banyak faktor yang
mempengaruhi penyebaran penyakit tropis ini.Sebagai contohnya adalah sanitasi
yang buruk di lingkungan kumuh dan kotor.Dari hal tersebut, tidak hanya
instansi-instansi pemerintah saja yang diharapkan dapat melakukan pencegahan
penyebaran penyakit tropis, tapi masyarakat juga harus ikut serta mendukung hal
ini dengan menumbuhkan kesadaran dan kepedulian diri sendiri terhadap
lingkungan. Beberapa penyakit dari penyakit tropis yaitu Thypoid dan Filariasis.
Demam typoid menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi dinegara
yang sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan
air bersing yang dapat diminum. Diagnose dari pelubangan penyakiit typoid dapat
sangat berbahaya apa bila terjadi selama kehamilan atau pada periode setelah
melahirkan. Kebanyakan penyebaran penyakit demam typoid ini tertular pada
manusia pada daerah-daerah berkembang, ini dikarenakan pelayanan kesehatan
yang belum baik, hygiene personal yang buruk.Salah satu contoh di negara
Nigeria, dimana terdapat 467 kasus dari tahun 1996 sampai dengan 2000. Dalam
lingkungan kita menjadi endemic di selatan dan Amerika Utara, Timur Tengah,
Tenggara dan hampir seluruh Asia termasuk India.Di seluruh dunia tercatat
1
sekitar 33 juta kasus dari demam typoid dan menyebabkan lebih dari 500.000
kematian.
2
9. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala thypoid.
10. Untuk mengetahui Komplikasi Thypoid.
11. Untuk mengetahui Pencegahan Penyakit Thypoid.
12. Untuk mengetahui Terapi Medis Penyakit Thypoid.
13. Untuk mengetahui Insiden Penyakit Thypoid Di Indonesia.
14. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Penyakit Thypoid.
15. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Thypoid.
16. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Thypoid Aplikasi NIC, NOC,
NANDA
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
ditemui dan berkembang di kelompok masyarakat tertentu seperti, di
Indonesia. Berbagai penelitian yang mengeluarkan dana yang tergolong
besar yang dilakukan untuk mencari cara penanggulangan dan
pemberantasan penyakit tropis ini masih belum juga menunjukkan hasil
yang memuaskan karena penyakit-penyakit ini berhubungan erat dengan
pola hidup masyarakat itu sendiri .
5
2.4.2 Penyakit infeksi oleh virus
Virus adalah agen menular yang umumnya hanya terdiri dari materi
genetik ditutupi oleh shell protein. Mereka hanya meniru dalam sel, yang
menyediakan mesin sintetis yang diperlukan untuk menghasilkan partikel
virus baru. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus diantaranya
parotitis, campak, hepatitis B, HIV, dan flu burung .
6
Transmisi secara langsung merupakan pemindahan dari agent infeksius
yang berasal dari host yang terinfeksi atau reservoir ke suatu tempat
masuk yang tepat, yang mengakibatkan terjadinya infeksi pada manusia.
Pemindahan ini dapat berupa kontak langsung, seperti sentuhan, ciuman,
atau hubungan kelamin, atau dengan penyebaran secara langsung dari
droplet, yaitu melalui bersin atau batuk-batuk. Transfusi darah dan infeksi
transplasental dari ibu kepada fetus mungkin merupakan transmisi penting
yang lain .
Transmisi secara tidak langsung mungkin adalah penularan melalui
vehikel, penularan melalui vektor atau penularan melalui udara. Penularan
melalui vehikel itu terjadi melalui material-material, misalkan saja adalah
makan, pakaian, perlengkapan tidur, dan alat –alat untuk memasak.
Penularan melalui vektor terjadi bila agent dibawa oleh seekor serangga
atau binatang (vektor) lainnya kepada seorang host yang rentan; agent
tersebut melakukan multiplikasi atau tidak dalam vektor.Transmisi melalui
udara dalam jarak yang amat jauh sekali terjadi bila diseminasi dari doplet
yang amat sedikit itu mengenai sebuah titik masuk yang tepat, biasanya
adalah saluran pernapasan. Partikel-partikel debu juga dapat berperan
dalam penularan melalui udara, sebagai contoh adalah spora-spora jamur
2.5.3 Host (Pejamu)
Host adalah hubungan ketiga yang terdapat di dalam rantai infeksi dan
didefinisikan sebagai orang atau binatang yang memberikan tempat yang
cocok bagi suatu agent yang infeksius untuk tumbuh dan memperbanyak
diri dalam kondisi yang alamiah .
2.5.4 Lingkungan
Lingkungan memegang peranan yang amat penting dalam penyebaran
penyakit-penyakit menular.Sanitasi umum, temperatur, kondisi udara, dan
kualitas air adalah faktor-faktor yang mempengaruhi seluruh tahap-tahap
yang ada di dalam rantai infeksi. Sebagai tambahan, faktor-faktor sosial-
7
ekonomi, sebagai contoh adalah kepadatan penduduk, kepadatan hunian,
dan kemiskinan merupakan sesuatu yang amat penting .
Berikut ini merupakan upaya yang dapat dilakukan
dalam penanggulangan wabah, antara lain :
1. Penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan untuk
mengenal sifat-sifat penyebabnya serta faktor yang dapat
menimbulkan wabah .
2. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita
termasuk karantina
3. Pencegahan dan pengebalan, yaitu tindakan yang dilakukan untuk
memberikan perlindungan kepada mereka yang belum sakit tetapi
memiliki resiko terkena penyakit
4. Pemusnahan penyebab penyakit, yaitu bibit penyakit yang dapat
berupa bakteri, virus, dan lain-lain
5. Penanganan jenazah akibat wabah
6. Penyuluhan kepada masyarakat
8
5. Pengembangan dan penggunaan vaksin untuk mempromosikan
kekebalan penyakit
6. Farmakologis pra-pajanan (untuk mencegah penyakit sebelum
pajanan terhadap lingkungan dan / atau vektor)
7. Farmakologis profilaksis pasca pajanan (untuk mencegah penyakit
setelah terpapar lingkungan dan / atau vektor)
8. Terapi farmakologis (untuk mengobati penyakit setelah infeksi
atau infestasi)
9. Membantu dengan pembangunan ekonomi di daerah endemik.
Misalnya dengan memberikan kredit mikro untuk memungkinkan
investasi di bidang pertanian lebih efisien dan produktif. Hal ini
pada gilirannya dapat membantu subsisten pertanian menjadi lebih
menguntungkan, dan ini keuntungan dapat digunakan oleh
penduduk setempat untuk pencegahan penyakit dan pengobatan,
dengan manfaat tambahan mengurangi angka kemiskinan
9
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut,
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal,
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
10
Salmonella Typhosa memiliki tiga macam antigen, yaitu :
a. Antigen O (Ohne Hauch) : merupakan polisakarida yang sifatnya
spesifik untuk grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme
dan juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar
b. Antigen H : terdapat pada flagella dan bersifat termolabil
c. Antigen Vi : merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis.
11
2.9 Tanda/ Gejala Thypoid
Masa inkubasi rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi
terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi
melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
prodroma, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan
tidak bersemangat.
Kemudian gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
12
2.9.4 Pada punggung terdapat roseola (bintik kemerahan karena emboli basil
dalam kapiler kulit. Biasanya ditemukan pada minggu pertama demam).
13
- kembung
- dinding abdomen tegang (defense muskulair)
- nyeri tekan
- TD menurun
- Suara bising usus melemah dan pekak hati berkurang
Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam
waktu singkat.
14
2.12 Terapi Medis Penyakit Thypoid
2.12.1 Perawatan
1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2.12.2 Diet
1. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein
2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
1.12.3 Obat-obatan
1. Antimikroba :
Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv
Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral
Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametoksazol
400 mg + trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv, dilarutkan
dalam 250 ml cairan infus.
Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv, dibagi
dalam 3 atau 4 dosis.
Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas
demam.
2. Antipiretik seperlunya
3. Vitamin B kompleks dan vitamin C
4. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.
15
2.13 Insiden Thypoid Di Indonesia
Di Indonesia rata-rata terdapat 900.000 kasus/tahun dengan rentang usia 3-
19 tahun mencapai 91% kasus. Di departemen ilmu kesehatan anak RS Dr. Hasan
Sadikin Bandung selama kurun waktu 1996-2003 di dapatkan 256 kasus dengan
konfirmasi hasil biakan salmonella typhi positif, sebanyak 108 diantaranya
(42,2%) berusia < 5 tahun.
16
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh
biakan darah dapat positif kembali.
3. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga
biakan darah negatif.
4. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan
mungkin negatif.
17
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
1. Faktor yang berhubungan dengan klien :
Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai
dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada
minggu ke-5 atau ke-6.
Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat
menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi
seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut
Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti
mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat
menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem
retikuloendotelial.
Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan
kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O
biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer
aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab
itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang
mempunyai nilai diagnostik.
Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya :
keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun
dengan hasil titer yang rendah
Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin
terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang
bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa
lalu.
18
2. Faktor-faktor Teknis
Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen
O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat
menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil
uji widal.
Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian
yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain
salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.
19
Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama dengan klien atau penyakit gastrointestinal lainnya.
Riwayat psikologis
Kaji bagaimana keadaan suasana hati (emosional) klien dan
keluarga dalam menghadapi penyakit yang diderita, biasanya suasana
hati klien kurang baik (gelisah) dan keluarga biasanya cemas.
Riwayat sosial ekonomi
Mengkaji kehidupan sosial ekonomi klien, tipe keluarga
bagaimana dari segi ekonomi dan tinggal bersama siapa klien.
Bagaimana interaksi klien baik di kehidupan sosial maupun
masyarakat atau selama di rumah sakit.
d. Kebiasaan sehari-hari
Kaji tentang aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan oleh klien
sebelum sakit dan saat sakit. Hai ini berguna dalam perbandingan antara
pengobatan dan perawatan pasien, biasanya mencakup :
- Nutrisi
- Eliminasi
- Pola istirahat/ tidur
- Pola kebersihan
e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
Tanda vital :
Bagaimana suhu, nadi, persafasan dan tekanan darah klien
Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala,
apakah ada kelainan atau lesi pada kepala
Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
20
Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera
ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan
dalam penglihatan
Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung
serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan
dalam penciuman
Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah
kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada
gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan
distensi vena jugularis
Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah
ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah
terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung,
lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising
usus/tidak.
Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna
rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada
kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia
minora tertutup oleh labia mayora.
Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak,
apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
21
Ekstremitas atas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta
kelainan bentuk.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi kuman
salmonella thypi.
b. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, mual, muntah dan anoreksia.
c. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.
d. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi.
e. Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan
tentang penyakit dan kondisi anaknya
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Peningkatan Tujuan : ü Observasi tanda-ü Tanda-tanda vital
suhu tubuh Setelah tanda vital berubah sesuai
(Hipertermi) diberikan tingkat
berhubungan tindakan perkembangan
dengan proses keperawatan penyakit dan
infeksi selama 3 x menjadi indikator
Salmonella 24 jam, suhu untuk melakukan
Typhi. tubuh normal. intervensi
ü Beri kompres selanjutnya
Kriteria hasil : pada daerah ü Pemberian
- TTV dalam dahi kompres dapat
batas normal menyebabkan
22
- TD : 80- peralihan panas
120/60-80 secara konduksi
mmhg dan membantu
- N : 120-140 tubuh untuk
x/i (bayi), 100- menyesuaikan
120 (anak) ü Anjurkan untuk terhadap panas
- S : 36,5- banyak minumü Peningkatan suhu
370C air putih tubuh
- P : 30-60 x/i mengakibatkan
(bayi), 15-30 x/i penguapan
(anak) sehingga perlu
diimbangi dengan
asupan cairan
yang banyak
ü Kolaborasi ü Mempercepat
pemberian proses
antiviretik, penyembuhan,
antibiotik menurunkan
demam.
Pemberian
antibiotik
menghambat
pertumbuhan dan
proses infeksi
dari bakteri
2 Resiko Tujuan : ü Kaji kemampuanü Untuk mengetahui
pemenuhan Setelah makan klien perubahan nutrisi
nutrisi kurang dilakukan klien dan sebagai
dari kebutuhan tindakan indikator
tubuh keperawatan ü Berikan makanan intervensi
23
berhubungan selama 3 x 24 dalam porsi selanjutnya
dengan intake jam kekurangan kecil tapi seringü Memenuhi
yang tidak nutrisi tidak kebutuhan nutrisi
adekuat, mual, terjadi. dengan
muntah dan ü Beri nutrisi meminimalkan
anoreksia. Kriteria hasil : dengan diet rasa mual dan
- Nafsu lunak, tinggi muntah
makan kalori tinggi ü Memenuhi
meningkat, protein kebutuhan nutrisi
- Tidak ada ü Anjurkan kepada adekuat
keluhan orang tua
anoreksia, klien/keluarga
nausea, untuk ü Menambah selera
- Porsi makan memberikan makan dan dapat
dihabiskan makanan yang menambah
disukai asupan nutrisi
ü Anjurkan kepada yang dibutuhkan
orang tua klien
klien/keluarga
untuk
menghindari
makanan yang ü dapat
mengandung meningkatkan
gas/asam, pedas asam lambung
ü Kolaborasi. yang dapat
Berikan memicu mual dan
antiemetik, muntah dan
antasida sesuai menurunkan
indikasi asupan nutrisi
24
ü Mengatasi
mual/muntah,
menurunkan
asam lambung
yang dapat
memicu
mual/muntah
3 Resiko defisit Tujuan : ü Kaji tanda dan ü Hipotensi,
volume cairan Setelah gejala dehidrasi takikardia,
berhubungan dilakukan hypovolemik, demam dapat
dengan intake tindakan riwayat muntah, menunjukkan
yang tidak keperawatan kehausan dan respon terhadap
adekuat, selama 3x24 turgor kulit dan atau efek dari
kehilangan jam, tidak ü Observasi kehilangan cairan
cairan berlebih terjadi defisit adanya tanda- ü Agar segera
akibat muntah volume cairan tanda syok, dilakukan
dan diare. tekanan darah tindakan/
Kriteria hasil : menurun, nadi penanganan jika
- Tidak terjadi cepat dan lemah terjadi syok
tanda-tanda ü Berikan cairan
dehidrasi, peroral pada
- klien sesuai ü Cairan peroral
Keseimba kebutuhan akan membantu
ngan intake danü Anjurkan kepada memenuhi
output dengan orang tua klien kebutuhan cairan
urine normal untuk ü Asupan cairan
dalam mempertahanka secara adekuat
konsentrasi n asupan cairan sangat diperlukan
jumlah secara dekuat untuk menambah
25
ü Kolaborasi volume cairan
pemberian tubuh
cairan intravenaü Pemberian
intravena sangat
penting bagi klien
untuk memenuhi
kebutuhan cairan
26
ü Anjurkan makan intervensi
makanan lunak,
buah-buahan ü Mengatasi
yang konstipasi yang
merangsang terjadi
BAB
ü Kolaborasi.
Berikan
pelunak feses,
supositoria ü Mungkin perlu
sesuai indikasi untuk
merangsang
peristaltik dengan
perlahan
27
klien tidak mengungkap agar merasa lega
sering bertanya kan perasaan dan merasa
tentang kondisi nya diperhatikan
anaknya sehingga beban
ü Libatkan orang yang dirasakan
tua klien dalam berkurang
rencana ü Keterlibatan orang
keperawatan tua dalam
terhadap perawatan
anaknya anaknya dapat
mengurangi
kecemasan
28
2.16.2 Discharge Planning
1. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan
tngkat perkembangan dan kondisi fisik anak
2. Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping
3. Menjelaskan gejala gejela kekambuhan penyakit dan hal yang harus
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut
4. Tekankan untukmelakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
29
- penyakit/ trauma § Selimuti pasien
- peningkatan metabolisme § Lakukan tapid sponge
- aktivitas yang berlebih § Kolaboraikan dengan
- pengaruh dokter mengenai
medikasi/anastesi pemberian cairan
- intravena sesuai program
ketidakmampuan/penur § Kompres pasien pada
unan kemampuan untuk lipat paha dan aksila
berkeringat § Tingkatkan sirkulasi
- terpapar dilingkungan udara
panas § Berikan pengobatan untuk
- dehidrasi mencegah terjadinya
- pakaian yang tidak tepat menggigil
Temperature regulation
§ Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
§ Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
§ Monitor TD, nadi, dan
RR
§ Monitor warna dan suhu
kulit
§ Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
§ Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
§ Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
30
§ Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan
akibat panas
§ Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
§ Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
§ Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
§ Berikan anti piretik jika
perlu
31
§ Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
§ Monitor kualitas dari nadi
§ Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
§ Monitor suara paru
§ Monitor pola pernapasan
abnormal
§ Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
§ Monitor sianosis perifer
§ Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
§ Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
32
pengeluaran sodium normal, HT normal ), jika diperlukan
v Tekanan darah, nadi,
· Monitor vital sign
Batasan Karakteristik : suhu tubuh dalam
· Monitor masukan
- Kelemahan batas normal makanan / cairan dan
- Haus v Tidak ada tanda hitung intake kalori
- Penurunan turgor kulit/lidah tanda dehidrasi, harian
- Membran mukosa/kulit Elastisitas turgor
· Lakukan terapi IV
kering kulit baik, membran
· Monitor status nutrisi
- Peningkatan denyut nadi, mukosa lembab,
· Berikan cairan
penurunan tekanan darah, tidak ada rasa haus
· Berikan cairan IV pada
penurunan volume/tekanan yang berlebihan suhu ruangan
nadi · Dorong masukan oral
- Pengisian vena menurun · Berikan penggantian
- Perubahan status mental nesogatrik sesuai output
- Konsentrasi urine meningkat · Dorong keluarga untuk
- Temperatur tubuh membantu pasien makan
meningkat · Tawarkan snack ( jus
- Hematokrit meninggi buah, buah segar )
- Kehilangan berat badan · Kolaborasi dokter jika
seketika (kecuali pada third tanda cairan berlebih
spacing) muncul meburuk
Faktor-faktor yang · Atur kemungkinan
berhubungan: tranfusi
- Kehilangan volume cairan · Persiapan untuk
secara aktif tranfusi
- Kegagalan mekanisme
pengaturan
33
tubuh b/d intake kurang food and Fluid makanan
akibat mual, muntah, Intake § Kolaborasi dengan ahli
anoreksia, atau output yang Kriteria Hasil : gizi untuk menentukan
berlebihan akibat diare. v Adanya peningkatan jumlah kalori dan nutrisi
berat badan sesuai yang dibutuhkan pasien.
Definisi : Intake nutrisi tidak dengan tujuan § Anjurkan pasien untuk
cukup untuk keperluan
v Berat badan ideal meningkatkan intake Fe
metabolisme tubuh. sesuai dengan tinggi
§ Anjurkan pasien untuk
badan meningkatkan protein
Batasan karakteristik : v Mampu dan vitamin C
- Berat badan 20 % atau lebih mengidentifikasi § Berikan substansi gula
di bawah ideal kebutuhan nutrisi § Yakinkan diet yang
- Dilaporkan adanya intake
v Tidak ada tanda dimakan mengandung
makanan yang kurang dari tanda malnutrisi tinggi serat untuk
RDA (Recomended Daily
v Tidak terjadi mencegah konstipasi
Allowance) penurunan berat
§ Berikan makanan yang
- Membran mukosa dan badan yang berarti terpilih ( sudah
konjungtiva pucat dikonsultasikan dengan
- Kelemahan otot yang ahli gizi)
digunakan untuk § Ajarkan pasien bagaimana
menelan/mengunyah membuat catatan
- Luka, inflamasi pada rongga makanan harian.
mulut § Monitor jumlah nutrisi dan
- Mudah merasa kenyang, kandungan kalori
sesaat setelah mengunyah § Berikan informasi tentang
makanan kebutuhan nutrisi
- Dilaporkan atau fakta § Kaji kemampuan pasien
adanya kekurangan makanan untuk mendapatkan
- Dilaporkan adanya nutrisi yang dibutuhkan
perubahan sensasi rasa
34
- Perasaan ketidakmampuan
untuk mengunyah makanan Nutrition Monitoring
- Miskonsepsi § BB pasien dalam batas
- Kehilangan BB dengan normal
makanan cukup § Monitor adanya penurunan
- Keengganan untuk makan berat badan
- Kram pada abdomen § Monitor tipe dan jumlah
- Tonus otot jelek aktivitas yang biasa
- Nyeri abdominal dengan dilakukan
atau tanpa patologi § Monitor interaksi anak
- Kurang berminat terhadap atau orangtua selama
makanan makan
- Pembuluh darah kapiler § Monitor lingkungan
mulai rapuh selama makan
- Diare dan atau steatorrhea § Jadwalkan
- Kehilangan rambut yang pengobatan dan tindakan
cukup banyak (rontok) tidak selama jam makan
- Suara usus hiperaktif § Monitor kulit kering dan
- Kurangnya informasi, perubahan pigmentasi
misinformasi § Monitor turgor kulit
§ Monitor kekeringan,
Faktor-faktor yang rambut kusam, dan
berhubungan : mudah patah
Ketidakmampuan pemasukan § Monitor mual dan muntah
atau mencerna makanan atau § Monitor kadar albumin,
mengabsorpsi zat-zat gizi total protein, Hb, dan
berhubungan dengan faktor kadar Ht
biologis, psikologis atau § Monitor makanan
ekonomi. kesukaan
§ Monitor pertumbuhan dan
35
perkembangan
§ Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
§ Monitor kalori dan intake
nuntrisi
§ Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
§ Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
36
rasional tendakan v Monitor tanda dan gejala
v Mempertahankan diare
turgor kulit v Observasi turgor kulit
secara rutin
v Ukur diare/keluaran BAB
v Hubungi dokter jika ada
kenanikan bising usus
v Instruksikan pasien
untukmakan rendah serat,
tinggi protein dan tinggi
kalori jika
memungkinkan
v Instruksikan untuk
menghindari laksative
v Ajarkan tehnik
menurunkan stress
v Monitor persiapan
makanan yang aman
37
riwayat penyakit
terdahulu pasien
Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
Memasang side
rail tempat tidur
Menyediakan
tempat tidur yang
nyaman dan bersih
Menempatkan
saklar lampu ditempat
yang mudah dijangkau
pasien.
Membatasi
pengunjung
Memberikan
penerangan yang cukup
Menganjurkan
keluarga untuk menemani
pasien.
Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
Memindahkan
barang-barang yang dapat
membahayakan
Berikan
38
penjelasan pada pasien
dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit
39
§ Kolaborasikan pemberian
laksatif
40
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demam tifoid (Typhus abdominalis, Typhoid fever, enteric fever)
merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan
dengan gejala demam selama satu minggu atau lebih dengan disertai gangguan
pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ngastiyah,
2005).
Demam tifoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan endotoksinnya
merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang
meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan mempengaruhi pusat
termoregulator di hipotalamus yang menimbulkan gejala demam.
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan, kita sebaiknya memberikan penyuluhan kepada
masyarakat terutama pada anak-anak supaya menjaga kebersihan, baik kebersihan
lingkungan, makanan, air minum, dan kebersihan diri sendiri.
41
DAFTAR PUSTAKA
iii