Anda di halaman 1dari 37

KESEHATAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP BAHAN KIMIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Keselamatan Kerja

Dosen Pengajar : H. Wasludin, SKM, M.Kes

Disusun Oleh :

TINGKAT IIB DIII KEPERAWATAN/ SEMESTER IV

Kelompok 1

1. Ayu Avinnah NIM: P27901117046


2. Cindy Septiviana D. S NIM: P27901117047
3. Regiyani Septi D. S NIM: P27901117073
4. Renny Arisma Pertiwi NIM: P27901117074
5. Siti Nanda Masleha NIM: P27901117079
6. Tika Sandra Dewi NIM: P27901117082
7. Yulianingsih NIM: P27901117088

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
Keperawatan Maternitas dengan judul “KESEHATAN KESELAMATAN KERJA
TERHADAP BAHAN KIMIA” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam menuntut ilmu. Kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak H. Wasludin, SKM, M.Kes., selaku Dosen Mata Kuliah Kesehatan Keselamatan
Kerja.
2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga ke depannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.

Tangerang, 14 Februari 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Makalah ............................................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................................... 2
2.1 Sifat-Sifat Bahan Kimia ..................................................................................... 2
2.2 Bahan Kimia tak Tercampurkan ........................................................................ 6
2.3 Bahan Kimia Berbahaya .................................................................................... 8
2.4 Cara Penyimpanan Bahan Kimia ....................................................................... 17
2.5 Sumber-Sumber Kerusakan Bahan Kimia ......................................................... 25
2.6 Manajemen Bahan Kimia dan Penyimpanan di Gudang Laboratorium ............ 27
2.7 Cara Penanganan Bahan Sisa............................................................................. 32
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 33
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 33
3.2 Saran ................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam kegiatan praktikum biologi tidak hanya digunakan bahan biologis (bahan
yang berasal dari makhluk hidup) tetapi juga digunakan berbagai bahan kimia. Bahan kimia
tersebut digunakan sebagai pereaksi, baik pereaksi khusus maupun pereaksi umum. Oleh
karena itu guru biologi perlu memiliki pengetahuan tentang bahan-bahan kimia, khususnya
yang sering digunakan di dalam praktikum. Pengetahuan tentang bahan kimia yang dimiliki
diantaranya dimaksudkan agar guru biologi mampu menangani bahan kimia secara baik.
Dengan demikian kegiatan praktikum akan berjalan lancar dan kecelakaan karena
ketidaktahuan dapat dihindarkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apasaja sifat-sifat bahan kimia?
2. Bagaimana bahan kimia tak tercampurkan?
3. Apasaja bahan kimia berbahaya?
4. Bagaimana cara penyimpanan bahan kimia?
5. Bagaimana sumber-sumber kerusakan bahan kimia?
6. Bagaimana manajemen bahan kimia dan penyimpanan di gudang laboratorium?
7. Bagaimana cara penanganan bahan sisa?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mangetahui Sifat-sifat Bahan kimia
2. Untuk Mengetahui Bahan Kimia tak Tercampurkan
3. Untuk Mengenali Bahan Kimia Berbahaya
4. Untuk Mengetahui Cara Penyimpanan Bahan Kimia
5. Untuk Mengetahui Sumber-Sumber Kerusakan Bahan Kimia
6. Untuk Manajemen Bahan Kimia dan Penyimpanan di Gudang Laboratorium
7. Untuk Mengetahui Cara Penanganan bahan sisa

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sifat-Sifat Bahan Kimia


Berdasarkan sifat kimianya bahan-bahan kimia digolongkan menjadi bahan kimia
mudah terbakar, bahan pengoksidasi, bahan mudah meledak, bahan radioaktif, bahan korosif
dan penyebab korosi, serta bahan beracun (toksik).

1) Bahan Mudah Terbakar


Bahan mudah terbakar dapat berwujud gas, cairan yang mudah menguap, atau bahan
padat yang dalam bentuk debu dapat meledak (terbakar) jika tercampur atau terdispersi
dengan udara.
Cairan yang mudah terbakar memiliki sifat-sifat:
a. Mudah menguap atau volatile
b. Uap cairan dapat terbakar (menimbulkan api) dalam kondisi normal.
c. Uap cairan lebih mudah menimbulkan api atau ledakan jika dibandingkan cairannya.
d. Kecepatan penguapan bervariasi dari satu cairan ke cairan lainnya sebanding dengan
naiknya suhu.
e. Uap dari cairan yang mudah terbakar tidak dapat dilihat sehingga sulit untuk
mendeteksinya kecuali digunakan indikator gas yang mudah terbakar.
f. Sebagian besar uap lebih berat daripada udara sehingga cenderung ada di permukaan
lantai.
g. Uap cairan yang mudah terbakar mudah berdifusi sehingga seluruh ruangan menjadi
berbahaya.

2
Kebakaran dapat terjadi karena berbagai hal. Sumber-sumber yang dapat
menyebabkan timbulnya perapian/kebakaran diantaranya: nyala api, permukaan panas,
hubungan pendek (korsluiting) listrik, muatan listrik statis, puntung rokok menyala, korek
api dan sumber lainnya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menangani bahan-bahan kimia yang
mudah terbakar, agar keselamatan dan keamanan tetap terjaga, yaitu:
a. Bahan tidak boleh dipanaskan secara langsung atau disimpan pada permukaan panas.
Gunakan penangas uap atau penangas air.
b. Simpan bahan di tempat yang ventilasinya baik.
c. Di laboratorium, sediakan dalam jumlah yang minimum. Pelarut yang tidak digunakan
lagi dikembalikan ke botol pelarut.
d. Sediakan alat pemadam kebakaran. Bila terjadi kebakaran dengan api kecil gunakan
kain basah atau pasir, tapi bila api besar gunakan alat pemadam.
e. Pada saat memanaskan jangan mengisi gelas kimia dengan cairan mudah terbakar
melebihi 1/2 kapasitasnya. Gunakan batu didih guna menghindarkan ledakan/letupan.
f. Jangan membuang cairan yang mudah terbakar ke dalam bak cuci.
g. Jangan menyimpan cairan mudah terbakar dekat dengan bahan pengoksidasi atau bahan
korosif.
h. Botol penyimpanan bahan mudah terbakar jangan diisi sampai penuh, sediakan 1/8
isinya untuk udara. Gunakan botol yang tidak mudah terbakar dan jauhkan dari sumber
perapian.
i. Bahan padat mudah terbakar simpan di tempat sejuk, jauhkan dari sumber panas, bahan
lembab dan air, bahan pengoksidasi atau asam.
j. Kontrol semua bahan secara periodik.

Bahan-bahan kimia mudah terbakar dapat berupa:


a. Pelarut dan pereaksi organik seperti Asetaldehid, Asam Asetat, Aseton, Benzen,
Karbondisulfida, Etil Alkohol, Eter, Etil Asetat, Etil Alkohol, Petroleum Eter,
Isopropil Alkohol, Toluen, Xylen.
b. Bahan anorganik seperti:
1. Bila terjadi kebakaran terhadap logam Al, Mg, Zn dalam keadaan murni jangan
gunakan pemadam berisi air tapi gunakanlah serbuk pemadam.

3
2. Fosfor kuning, akan terbakar bila berhubungan dengan udara. Simpan di dalam
air dan kontrol selalu permukaan airnya karena permukaan air akan menurun
akibat penguapan.
3. Logam K dan Na akan terbakar jika kontak dengan air. Simpan di dalam minyak
parafin. Kontrol permukaan minyak parafin tersebut.
c. Gas seperti Asetilen, Metana, Hidrogen, Karbonmonoksida, dan Butana.

2) Bahan Pengoksidasi
Bahan-bahan ini dapat menimbulkan reaksi eksotermis yang sangat tinggi jika kontak
langsung dengan bahan lain, khususnya dengan bahan mudah terbakar. Ada dua kelompok
bahan pengoksidasi yaitu anorganik dan organik. Bahan pengoksidasi anorganik hanya
menimbulkan bahaya api/kebakaran. Akan tetapi karena kemampuannya bergabung dengan
oksigen dan juga tidak tahan panas, maka bahan-bahan tersebut bahayanya semakin tinggi
pada suhu tinggi. Reaksi yang dahsyat dapat terjadi jika bahan dicampurkan/terkontaminasi
oleh bahan yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, serbuk logam dan belerang. Dalam
kondisi biasa campuran ini harus disimpan pada lemari/rak yang tidak mudah terbakar (besi,
tembok). Simpan pada wadah aslinya jangan sampai terkontaminasi. Simpan dalam jumlah
minimum.
Bahan organik pengoksidasi sering menimbulkan ledakan dahsyat, terutama
peroksida. Untuk laboratorium SMU/SLTP sebaiknya tidak usah disediakan bahan seperti
misalnya: Chlorat, Perchlorat, Bromat, Peroksida, Asam Nitrat, Kalium Nitrat, Kalium
Permanganat, Bromin, Khlorin, Fluorin dan Iodin yang mudah bereaksi dengan Oksigen
(dalam kondisi tertentu) sehingga dikelompokkan menjadi bahan pengoksidasi.

3) Bahan Mudah Meledak


Peroksida dalam keadaan murni sering menimbulkan ledakan, tetapi karena bahan ini
umumnya tidak tersedia kecuali dicampurkan dengan bahan inert/netral dalam persentase
kecil maka sering dianggap mudah terbakar.
Asam perchlorat (HCLO4) berbahaya karena menimbulkan ledakan jika kontak
dengan bahan organik. Asam perchlorat tidak boleh digunakan di atas meja kayu. Botol
harus dari gelas dan jika tercemar harus segera dibuang.
Hal-hal yang dapat menyebabkan ledakan adalah:

4
a. Karena adanya pelarut mudah terbakar. Cairan mudah menguap dan mudah terbakar, jika
dicampur dengan udara dengan proporsi yang besar dapat menimbulkan ledakan. Botol
yang tidak terisi penuh lebih mudah terbakar dan lebih berbahaya jika dibandingkan
dengan diisi penuh, sebab terjadi percampuran dengan uap dan udara. Oleh karena itu
pada penyimpanan botol berisi bahan mudah meledak sisakan ruang berisi udara sedikit
saja (1/8-nya).
b. Karena ada udara cair. Udara dapat meledak jika dicampur dengan unsur-unsur pereduksi
dan hidrokarbon.
c. Karena ada debu. Debu padat dari bahan mudah terbakar bercampur dengan udara dapat
menimbulkan ledakan dahsyat.
d. Karena ada gas-gas.
e. Karena ada peroksida.
Ledakan yang mungkin ditimbulkan oleh bahan-bahan mudah meledak ini dapat dicegah
dengan cara:
1. Biasakan melakukan eksperimen di tempat terbuka atau di dalam lemari uap
2. Jika ragu tentang sifat kimia bahan, gunakanlah dalam jumlah yang sedikit dan
lakukan percobaan di atas penangas air.
3. Gunakan alat-alat yang layak (sesuai) seperti gelas tebal yang stabil oleh tekanan.

4) Bahan Radioaktif
Radiasi dapar merusak sel hidup. Dampak radiasi tergantung kepada lamanya waktu
radiasi dan intensitas dosis yang digunakan. Dalam dosis yang tinggi bisa menimbulkan
kebakaran dan kematian. Dampak radiasi ini bersifat permanen. Tipe-tipe radiasi
berdasarkan pecahnya istop-isotop radio aktif:
a. Parikel alfa berupa atom-atom helium yang bermuatan positif
b. Partikel beta berupa partikel-partikel bermuatan negatif berenrgi tinggi
c. Sinar gamma dihasilkan dari perubahan inti atom radioaktif berupa gelombang
elektromagnetik
Penyimpnan:
 Bahan-bahan radioaktif seperti uranium dan torium disimpan dakam lemari terkunci
yang diberi tanda dan cacatn peringatan
 Bahan0bahan radioaktif dengan katifitas radiasi tinggi harus disimpan di luar gedung
dan dilengkapi dengan lapisan pelindung yang memadai dan terhindar dari api.

5
Ukuran Perlindungan :
1. Botol-botol yang berisi bahan-bahan radioaktif harus diberi label dengan baik dan
disimpan dalam lemari terkunci yang diberi lambang radiasi.
2. Tempat bekerja harus terpisah dari bahan-bahan radioaktif.
3. Gunakan selalu jas lab. Dan gunakan lap untuk membersihkan bahan sisa.
4. Jaga agar bahan radioaktif tidak menyentuh kulit.
5. Jangan bicara,makan atau merokok di daerah yang terkontaminasi.
6. Gunakan alat-alat gelas dalam keadaan kering dan simpan secara terpisah.
7. Cucilah tangan dan bagian lain tubuh kkita yang terkontaminasi bahan radioaktif
dengan air dan sabun sampai benar-benar bersih.
8. Semua bahan radioaktif harus dibuang setelah praktikum.

5) Bahan Korosif Dan Penyebab Korosif


Bahan korosi merupakan salah satu bahan yang dapat merusak dan mengakibatkan
cacat permanen pada jaringan yang terkena bahan korosif.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk pengamanan :
a. Simpan bahan di tempat yang cocok dan lakukan pengontrolan atau pengawasan secara
teratur.
b. Ikuti aturan-aturan penyimpanan,pemberian label, pemakaian dan pembuangannya.
c. Simpan persediaan di laboratoriunm dalam jumlah minimum.
d. Gunakan pelindung.
e. Hindarkan jangan sampai tumpah dan jika bersentuhan dengan kulit, cucilah segera
dengan air dan sabun.

6) Bahan Beracun atau Toksik


Demi keamanan sebaiknya kita menganggap semua bahan kimia itu beracun. Untuk
menghindari masuknya bahan-bahan kimia ke dalam tubuh ada beberapa hal yang bisa kita
lakukan, yaitu:
a. Untuk menghindari racun melalui mulut:
1. Hindarkan makan minum atau merokok saat bekerja.
2. Cuci tangan dan keringkan sebelum meninggalkan laboratorium.
3. Hati-hati jangan gunakan pipet isap
b. Untuk menghindari racun melalui kulit:
1. Cegah kontak dengan kulit.

6
2. Gunakan sarung tangan.
Cuci tangan dengan sabun dan air segera

2.2 Bahan Kimia tak Tercampurkan


Banyak ledakan,kebakaran dan asifikasi terjadi karena pencampuran bahan kimia
secara tak sengaja.Daftar di bawah ini mencakup bahan yang tidak stabil. Bahan kimia ini
tidak boleh di campur. Bahan ini tidak boleh di letakkan secara berdekatan dan persediaan di
laboratoriumhanya dalam jumlah minimum.

Bahan Sifat Bahan kimia tak tercampurkan

Logam alkali Mudah Air, karbon dioksida, karbon


terbakar,mudah tetraklorida,dan hidrokarbon
meledak,korosif klorinasi lainya.

Asam asetat Korosif,mudah Asam kromat,asam nitrat,asam


glacial meledak perklorat

Aseton Mudah Asam sulfat pekat,campuran


terbakar,mudah asam nitrat.
meledak
Ammonia Korosif Air
raksa,halogen,hidrogenflorida

Bromin Korosif,mudah Ammonia,asetilen, Hidrogen


teroksidasi,mud dan serbuk logam
ah terakar.
Klorat Mudah Asam,serbuk logam, sulfur,
teroksidasi garam amonium

Asam kromat Mudah terbakar Asam asetat, naftalena,


alcohol,kamfora.

Klor Korosif,mudah Ammonia,benzen,hydrogen,ser


teroksidasi buk logam

Hidrogen Mudah meledak Tembaga,krom, besi,anilin

7
peroksida
Hidrokarbon(umu Mudah Halogen, asam kromat
m) meledak,mudah
teroksidasi
Iodine Korosif Asetilen,ammonia

Air raksa Beracun Asetlen, hidrogen

Asam nitrat Mudah Asam organic,aniline,sentawa


teroksidasi,koro nitrat
sif
Asam oksalat Beracun Perak,air raksa

Asam perklorat Mudah meledak Anhidrida asetat,alcohol dan


bahan-bahan organik

Kalium Mudah Gliserin, asam sulfat


permanganate teroksidasi
Asam sulfat Mudah Klorat,perklorat,permanganate,
meledak,korosif air

2.3 Bahan Kimia Berbahaya


Pengelompokan bahan dan formulasi menurut sifat toksikologinya terdiri dari akut dan
efek jangka panjang, tidak bergantung apakah efek tersebut disebabkan oleh
pengulangan, tunggal atau eksposisi jangka panjang. Suatu parameter penting untuk menilai
toksisitas akut suatu zat adalah harga LD50 nya yang ditentukan dalam percobaan pada hewan
uji. Harga LD50 merefleksikan dosis yang mematikan dalam mg per kg berat badan yang akan
menyebabkan kematian 50% dari hewan uji, antara 14 hari setelah one single administration.
Akibat desain uji orang dapat membedakan antara pengeluaran (uptake LD50 oral dan digesti
melalui sistem gastrointestinal, seta LD50 dermal untuk uptake (pengeluaran) melalui kulit).
Disamping dua hal tersebut ada juga suatu konsentrasi yang mematikan (lethal concentration)
LC50 pulmonary (inhalasi) yang merefleksikan konsentrasi suatu polutan di udara (mg/L)
yang akan menyebabkan kematian 50% dari hewan uji dalam waktu antara 14 hari setelah 4
jam eksposisi.

8
Istilah bahan berbahaya untuk kesehatan termasuk sub-grup bahan bersifat sangat
beracun (very toxic substances), bahan beracun (toxic substances) dan bahan berbahaya
(harmful substances)

1. Very toxic (sangat beracun)

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘very toxic’ dapat menyebabkan
kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah
jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan sangat beracun jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) ≤ 25 mg/kg berat badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) ≤ 50 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu ≤ 0,25 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap ≤ 0,50 mg/L
Frase-R untuk bahan sangat beracun : R26, R27 dan R28
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene
dan atripin

2. Toxic (beracun)

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat menyebabkan
kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah
jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan beracun jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) 25 – 200 mg/kg berat badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) 50 – 400 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 – 1 mg/L

9
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 0,50 – 2 mg/L
Frase-R untuk bahan beracun : R23, R24 dan R25
Bahan dan formulasi yang memiliki sifat
Karsinogenik (Frase-R :R45 dan R40)
Mutagenik (Frase-R :R47)
Toksik untuk reproduksi (Frase-R :R46 dan R40) atau
Sifat-sifat merusak secara kronis yang lain (Frase-R :R48)
Bahan karsinogenik dapat menyebabkan kanker atau meningkatkan timbulnya kanker jika
masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut dan kontak dengan kulit.
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya solven-solven seperti metanol (toksik) dan
benzene (toksik, karsinogenik).

3. Harmful (berbahaya)

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘harmful’ memiliki resiko merusak
kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau
kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg berat badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) 400-2000 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 – 5 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 – 20 mg/L

Frase-R untuk bahan berbahaya : R20, R21 dan R22


Bahan dan formulasi yang memiliki sifat
Karsinogenik (Frase-R :R45 dan R40)
Mutagenik (Frase-R :R47)
Toksik untuk reproduksi (Frase-R :R46 dan R40) atau
Sifat-sifat merusak secara kronis yang lain (Frase-R:R48)

10
Bahan yang dicurigai memiliki sifat karsinogenik dapat menyebabkan kanker dengan
probabilitas tinggi melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion) atau kontak dengan kulit.
Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya solven 1,2-etane-1,2-diol atau etilen
glikol (berbahaya) dan diklorometan (berbahaya, dicurigai karsinogenik).
Simbol Keterangan

Nama : Irritant
Lambang : Xi
Arti : Bahan yang dapat menyebabkan iritasi, gatal-gatal
dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit.
Tindakan : Hindari kontak langsung dengan kulit.
Contoh : NaOH, C6H5OH, Cl2

Nama : Harmful
Lambang : Xn
Arti : Bahan yang dapat merusak kesehatan tubuh bila
kontak langsung dengan tubuh atau melalui inhalasi.
Tindakan : Jangan dihirup, jangan ditelan dan hindari
kontak langsung dengan kulit.
Contoh : Etilen glikol, Diklorometan.

Nama : Toxic
Lambang : T
Arti : Bahan yang bersifat beracun, dapat menyebabkan
sakit serius bahkan kematian bila tertelan atau terhirup.
Tindakan : Jangan ditelan dan jangan dihirup, hindari
kontak langsung dengan kulit.
Contoh : Metanol, Benzena.

Nama : Very Toxic


Lambang : T+
Arti : Bahan yang bersifat sangat beracun dan lebih sangat
berbahaya bagi kesehatan yang juga dapat menyebabkan

11
sakit kronis bahkan kematian.
Tindakan : Hindari kontak langsung dengan tubuh dan
sistem pernapasan.
Contoh : Kalium sianida, Hydrogen sulfida, Nitrobenzene
dan Atripin.

Nama : Corrosive
Lambang : C
Arti : Bahan yang bersifat korosif, dapat merusak jaringan
hidup, dapat menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal
dan dapat membuat kulit mengelupas.
Tindakan : Hindari kontak langsung dengan kulit dan
hindari dari benda-benda yang bersifat logam.
Contoh : HCl, H2SO4, NaOH (>2%)

Nama : Flammable
Arti : Bahan kimia yang mempunyai titik nyala rendah,
mudah terbakar dengan api bunsen, permukaan metal
panas atau loncatan bunga api.
Tindakan : Jauhkan dari benda-benda yang berpotensi
mengeluarkan api.
Contoh : Minyak terpentin.

Nama : Highly Flammable


Lambang : F
Arti : Mudah terbakar di bawah kondisi atmosferik biasa
atau mempunyai titik nyala rendah (di bawah 21°C) dan
mudah terbakar di bawah pengaruh kelembapan.
Tindakan : Hindari dari sumber api, api terbuka dan
loncatan api, serta hindari pengaruh pada kelembaban
tertentu.
Contoh : Aseton dan Logam natrium.

12
Nama : Extremely Flammable
Lambang : F+
Arti : Bahan yang amat sangat mudah terbakar. Berupa gas
dan udara yang membentuk suatu campuran yang bersifat
mudah meledak di bawah kondisi normal.
Tindakan : Jauhkan dari campuran udara dan sumber api.
Contoh : Dietil eter (cairan) dan Propane (gas).

Nama : Explosive
Lambang : E
Arti : Bahan kimia yang mudah meledak dengan adanya
panas atau percikan bunga api, gesekan atau benturan.
Tindakan : Hindari pukulan/benturan, gesekan, pemanasan,
api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen
atmosferik.
Contoh : KClO3, NH4NO3, Trinitro Toluena (TNT).

Nama : Oxidizing
Lambang : O
Arti : Bahan kimia bersifat pengoksidasi, dapat
menyebabkan kebakaran dengan menghasilkan panas saat
kontak dengan bahan organik dan bahan pereduksi.
Tindakan : Hindarkan dari panas dan reduktor.
Contoh : Hidrogen peroksida, Kalium perklorat.
Nama : Dengerous For the Environment
Lambang : N
Arti : Bahan kimia yang berbahaya bagi satu atau beberapa
komponen lingkungan. Dapat menyebabkan kerusakan
ekosistem.
Tindakan : Hindari kontak atau bercampur dengan
lingkungan yang dapat membahayakan makhluk hidup.
Contoh : Tributil timah klorida, Tetraklorometan,

13
Petroleum bensin.

Nama : Flammable Solid


Arti : Padatan yang mudah terbakar.
Tindakan : Hindari panas atau bahan mudah terbakar dan
reduktor, serta hindari kontak dengan air apabila bereaksi
dengan air dan menimbulkan panas serta api.
Contoh : Sulfur, Picric acid, Magnesium.

Nama : Flammable Liquid


Arti : Cairan yang mudah terbakar.
Tindakan : Hindari kontak dengan benda yang berpotensi
mengeluarkan panas atau api.
Contoh : Petrol, Acetone, Benzene.

Nama : Flammable Gas


Arti : Simbol pengaman yang digunakan pada tempat
penyimpanan material gas yang mudah terbakar.
Tindakan : Jauhkan dari panas atau percikan api.
Contoh : Acetelyne, LPG, Hydrogen.

Nama : Spontaneously Combustible Substances


Arti : Material yang dapat secara spontan mudah terbakar.
Tindakan : Simpan di tempat yang jauh dari sumber panas
atau sumber api.
Contoh : Carbon, Charcoal-non-activated, Carbon black.

14
Nama : Dengerous When Wet
Arti : Material yang bereaksi cukup keras dengan air.
Tindakan : Jauhkan dari air dan simpan di tempat yang
kering/tidak lembab.
Contoh : Calcium carbide, Potassium phosphide, Maneb.

Nama : Oxidizer
Arti : Material yang mudah menimbulkan api ketika
kontak dengan material lain yang mudah terbakar dan
dapat menimbulkan ledakan.
Contoh : Calcium hypochlorite, Sodium peroxide,
Ammonium dichromate.

Nama : Organic Peroxide


Arti : Merupakan simbol keamanan bahan kimia yang
digunakan dalam transportasi dan penyimpanan peroksida
organik.
Contoh : Benzol peroxide, Methyl ethyl ketone peroxide,
Dicetyl perdicarbonate.

Nama : Non Flammable Gas


Arti : Simbol pengaman yang digunakan pada transportasi
dan penyimpanan material gas yang tidak mudah terbakar.
Contoh : Oksigen, Nitrogen, Helium.

Nama : Poison
Arti : Simbol yang digunakan pada transportasi dan

15
penyimpanan bahan-bahan yang beracun (belum tentu
gas).
Contoh : Cyanohydrin, Calcium cyanide, Carbon
tetrachloride.

Nama : Poison Gas


Arti : Simbol yang digunakan pada transportasi dan
penyimpanan material gas yang beracun.
Tindakan : Jauhkan dari pernapasan kita.
Contoh : Chlorine, Methil bromide, Nitric oxide.

Nama : Harmful
Arti : Bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh.
Tindakan : Jauhkan dari makanan atau minuman.
Contoh : Acrylamide, Amonium fluorosilicate,
Chloroanisidines.

Nama : Inhalation Hazard


Arti : Bahan-bahan yang dapat merusak sistem inhalasi
atau pernapasan.
Tindakan : Jangan dihirup.

Nama : Infection Substance


Arti : Bahan yang mengandung organism penyebab
penyakit.
Contoh : Tisue dari pasien, tempat pengembangbiakan
virus, bakteri, tumbuhan atau hewan.

16
Nama : Radioactive
Arti : Bahan yang mengandung material atau kombinasi
dari material lain yang dapat memancarkan radiasi secara
spontan.
Contoh : Uranium, 90Co, Tritium.

2.4 Cara Penyimpanan Bahan Kimia


1. Secara alfabet, botol-botol disimpan berdasarkan urutan huruf secara alfabet
2. Berdasarkan golongna, botol-botol bahan disusun berdasarkan klasifikasi sistem
periodik.
3. Secara kelompok botol bahan disusun berdasarkan urutan dalam analisis kualitatif.

Pedoman umum penyimpanan adalah sebagai berikut:


1. Setelah digunakan botol harus dikembalikan ke tempat semula dengan benar.
2. Lakukan pengontrolan secara periodik terhadap semjua bahan kimia yang disimpan
3. Penyimpanan juga harus memperhatikan jangkauan
4. Tempatkan botol-botol kecil di rak bagian atas, botol besar dan berat di bagian bawah.
5. Semua lemari penyimpanan harus ditempatkan pada ruangan khusus yang suhunya
harus sejuk.
6. Semua botol persediaan bahan yang mudah terbakar harus disimpan di dalam ruangan
terpisah dengan ventilasi yang cukup.
7. Bahan padat dan bahan cair disimpan pada lemari yangterpisah
8. Bahan-bahan higroskopis dan bahan yang membentuk kristal harus disimpan dalam
botol tertutuip.
9. Bahan-bahan mudah menguap harus disimpan dengan cara yang sama untuk bahan
higroskopis

PENYIMPANAN BAHAN-BAHAN KIMIA

17
Mengingat bahwa sering terjadi kebakaran, ledakan, atau bocornya bahan-bahan kimia
beracun dalam gudang, maka dalam penyimpanan bahan-bahan kimia selain memperhatikan
ketujuh sumber-sumber kerusakan di atas juga perlu diperhatikan factor lain, yaitu:

a. Interaksi bahan kimia dengan wadahnya., bahan kimia dapat berinteraksi dengan
wadahnya dan dapat mengakibatkan kebocoran.
b. Kemungkinan interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan, kebakaran, atau
timbulnya gas beracun
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas , beberapa syarat penyimpanan bahan
secara singkat adalah sebagai berikut:
1. Bahan Beracun
Banyak bahan-bahan kimia yang beracun. Yang paling keras dan sering dijumpai di
laboratorium sekolah antara lain: sublimate (HgCl2), persenyawaan sianida, arsen, gas karbon
monoksida (CO) dari aliran gas.
Syarat penyimpanan:
 Ruangan dingin dan berventilasi
 Jauh dari bahaya kebakaran
 Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
 Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang
dipergunakan
 Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan

2. Bahan Korosif
Contoh bahan korosif, misalnya asam-asam, anhidrida asam, dan alkali. Bahan ini dapat
merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun. Syarat penyimpanan:
 Ruangan dingin dan berventilasi
 Wadah tertutup dan beretiket
 Dipisahkan dari zat-zat beracun.

3. Bahan Mudah Terbakar


Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika kena udara, kena
benda panas, kena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain. Fosfor (P) putih, fosfin
(PH3), alkil logam, boran (BH3) misalnya akan terbakar sendiri jika kena udara. Pipa air,
tabung gelas yang panas akan menyalakan karbon disulfide (CS2). Bunga api dapat

18
menyalakan bermacam-macam gas. Dari segi mudahnya terbakar, cairan organic dapat dibagi
menjadi 3 golongan yaitu:
a. Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4oC, misalnya karbon disulfida (CS2), eter
(C2H5OC2H5), benzena (C5H6, aseton (CH3COCH3).
b. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4oC - 21oC, misalnya etanol
(C2H5OH), methanol (CH3OH).
c. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21oC – 93,5oC, misalnya kerosin
(minyak lampu), terpentin, naftalena, minyak baker.

Syarat penyimpanan:
 Temperatur dingin dan berventilasi
 Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok
 Tersedia alat pemadam kebakaran

4. Bahan Mudah Meledak


Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium nitrat, nitrogliserin, TNT.
Syarat penyimpanan:
 Ruangan dingin dan berventilasi
 Jauhkan dari panas dan api
 Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis
Banyak reaksi eksoterm antara gas-gas dan serbuk zat-zat padat yang dapat meledak
dengan dahsyat. Kecepatan reaksi zat-zat seperti ini sangat tergantung pada komposisi dan
bentuk dari campurannya. Kombinasi zat-zat yang sering meledak di laboratorium pada
waktu melakukan percobaan misalnya:
1. Natrium (Na) atau kalium (K) dengan air
2. Ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan air
3. Kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa)
4. Nitrat dengan eter
5. Peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al)
6. Klorat dengan asam sulfat
7. Asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain
8. Halogen dengan amoniak
9. Merkuri oksida (HgO) dengan sulfur (S)
10. Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau klorat

19
5. Bahan Oksidator
Contoh: perklorat, permanganat, peroksida organic
Syarat penyimpanan:
 Temperatur ruangan dingin dan berventilasi
 Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok
 Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor

6. Bahan reaktif terhadap air


Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida.
Syarat penyimpanan:
 Temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi
 Jauh dari sumber nyala api atau panas
 Bangunan kedap air
 Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)

7. Bahan reaktif terhadap asam


Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang mudah terbakar atau
beracun, contoh: natrium, hidrida, sianida.
Syarat penyimpanan:
 Ruangan dingin dan berventilasi
 Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
 Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk
kantong-kantong hydrogen disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan,
pakaian kerja

8. Gas bertekanan
Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder.
Syarat penyimpanan:
 Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat
 Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari

20
 Jauh dari api dan panas
 Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah lamanya
waktu pentimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk
peroksida jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan akan semakin besar
jumlah peroksida. Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah zat yang sering
menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis eter
tidak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka
harus dihabiskan selama enam bulan.

Penyimpanan Bahan Kimia


Ikuti panduan umum ini saat menyimpan bahan kimia dan peralatan bahan kimia:
1. Sediakan tempat penyimpanan khusus untuk masing-masing bahan kimia dan
kembalikan bahan kimia ke tempat itu setelah digunakan.
2. Simpan bahan dan peralatan di lemari dan rak khusus penyimpanan.
3. Amankan rak dan unit penyimpanan lainnya. Pastikan rak memiliki bibir pembatas di
bagian depan agar wadah tidak jatuh. Idealnya, tempatkan wadah cairan pada baki logam
atau plastik yang bisa menampung cairan jika wadah rusak. Tindakan pencegahan ini
utamanya penting di kawasan yang rawan gempa bumi atau kondisi cuaca ekstrem
lainnya.
4. Hindari menyimpan bahan kimia di atas bangku, kecuali bahan kimia yang sedang
digunakan. Hindari juga menyimpan bahan dan peralatan di atas lemari. Jika terdapat
sprinkler, jaga jarak bebas minimal 18 inci dari kepala sprinkler.
5. Jangan menyimpan bahan pada rak yang tingginya lebih dari 5 kaki (~1,5 m).
6. Hindari menyimpan bahan berat di bagian atas.
7. Jaga agar pintu keluar, koridor, area di bawah meja atau bangku, serta area peralatan
keadaan darurat tidak dijadikan tempat penyimpanan peralatan dan bahan.
8. Labeli semua wadah bahan kimia dengan tepat. Letakkan nama pengguna dan tanggal
penerimaan pada semua bahan yang dibeli untuk membantu kontrol inventaris.
9. Hindari menyimpan bahan kimia pada tudung asap kimia, kecuali bahan kimia yang
sedang digunakan.
10. Simpan racun asiri (mudah menguap) atau bahan kimia pewangi pada lemari
berventilasi. Jika bahan kimia tidak memerlukan lemari berventilasi, simpan di dalam
lemari yang bisa ditutup atau rak yang memiliki bibir pembatas di bagian depan.

21
11. Simpan cairan yang mudah terbakar di lemari penyimpanan cairan yang mudah terbakar
yang disetujui.
12. Jangan memaparkan bahan kimia yang disimpan ke panas atau sinar matahari langsung.
13. Simpan bahan kimia dalam kelompok-kelompok bahan yang sesuai secara terpisah yang
disortir berdasarkan abjad. Lihat Gambar di bawah ini untuk mendapatkan gambaran
metode pengodean warna untuk penyusunan bahan kimia.
14. Ikuti semua tindakan pencegahan terkait penyimpanan bahan kimia yang tidak sesuai.
15. Berikan tanggung jawab untuk fasilitas penyimpanan dan tanggung jawab lainnya di atas
kepada satu penanggung jawab utama dan satu orang cadangan. Kaji tanggung jawab ini
minimal setiap tahun

Wadah dan Peralatan


Ikuti panduan khusus di bawah ini tentang wadah dan peralatan yang digunakan untuk
menyimpan bahan kimia.
1. Gunakan perangkat pengaman sekunder, seperti wadah pengaman (overpack), untuk
menampung bahan jika wadah utama pecah atau bocor.
2. Gunakan baki penyimpanan yang tahan korosi sebagai perangkat pengaman sekunder
untuk tumpahan, kebocoran, tetesan, atau cucuran. Wadah polipropilena sesuai untuk
sebagian besar tujuan penyimpanan.
3. Sediakan lemari berventilasi di bawah tudung asap kimia untuk menyimpan bahan
berbahaya.
4. Segel wadah untuk meminimalkan terlepasnya uap yang korosif, mudah terbakar, atau
beracun.

Penyimpanan Dingin
Penyimpanan bahan kimia, biologis dan radioaktif yang aman di dalam lemari es, ruangan
yang dingin, atau freezer memerlukan pelabelan dan penataan yang baik. Manajer
laboratorium menugaskan tanggung jawab untuk menjaga unit-unit ini agar aman, bersih, dan
tertata, serta mengawasi pengoperasiannya yang benar. Ikuti panduan penyimpanan dingin
ini:
1. Gunakan lemari penyimpanan bahan kimia hanya untuk menyimpan bahan kimia.
Gunakan pita dan penanda tahan air untuk memberi label lemari es dan freezer
laboratorium. Lihat Tanda pada Toolkit yang disertakan untuk mengetahui contoh label
penyimpanan dingin.

22
2. Jangan menyimpan bahan kimia yang mudah terbakar dalam lemari es, kecuali
penyimpanan bahan tersebut disetujui. Jika penyimpanan dalam lemari es diperlukan di
dalam ruang penyimpanan bahan yang mudah terbakar, pilih lemari es tahan-ledakan.
Jangan menyimpan oksidator atau bahan yang sangat reaktif dalam unit yang sama dengan
bahan yang mudah terbakar.
3. Semua wadah harus tertutup dan stabil. Perangkat pengaman sekunder, seperti baki
plastik, penting untuk labu laboratorium kimia dan disarankan untuk semua wadah.
4. Labeli semua bahan dalam lemari es dengan isi, pemilik, tanggal perolehan atau
penyiapan, dan sifat potensi bahayanya.
5. Tata isi berdasarkan pemilik, namun pisahkan bahan yang tidak sesuai. Tata isi dengan
memberi label pada rak dan tempelkan skema penataan di luar unit.
6. Setiap tahun, kaji semua isi dari masing-masing unit penyimpanan dingin. Buang semua
bahan tidak berlabel, tidak diketahui, atau tidak diinginkan, termasuk bahan yang dimiliki
oleh pegawai yang telah meninggalkan laboratorium.

Penyimpanan Cairan yang Mudah Terbakar dan Gampang Menyala


Cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala di laboratorium hanya boleh tersedia
dalam jumlah terbatas. Jumlah yang diperbolehkan tergantung pada sejumlah faktor,
termasuk:
a. Konstruksi laboratorium;
b. Jumlah zona api dalam gedung;
c. Tingkat lantai tempat laboratorium berlokasi;
d. Sistem pelindungan api yang dibangun dalam laboratorium;
Adanya lemari penyimpanan cairan yang mudah terbakar atau kaleng keselamatan; dan
jenis laboratorium (yaitu, pendidikan atau penelitian dan pengembangan).

Ikuti panduan ini untuk menyimpan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala:
1. Jika tempatnya memungkinkan, simpan cairan yang gampang menyala dalam lemari
penyimpanan bahan yang mudah terbakar.
2. Simpan cairan gampang menyala di dalam wadah aslinya (atau wadah lain yang
disetujui) atau dalam kaleng keselamatan. Jika memungkinkan, simpan cairan yang
mudah terbakar yang berjumlah lebih dari 1 L dalam kaleng keselamatan.

23
3. Simpan 55 galon (~208-L) drum cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala
dalam ruang penyimpanan khusus untuk cairan yang mudah terbakar.
4. Jauhkan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala dari bahan oksidasi kuat,
seperti asam nitrat atau kromat, permanganat, klorat, perklorat, dan peroksida.
5. Jauhkan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala dari sumber penyulutan.
Ingat bahwa banyak uap yang mudah terbakar lebih berat dibandingkan udara dan dapat
menuju ke sumber penyulutan.

Penyimpanan Zat yang Sangat Reaktif


Periksa undang-undang gedung dan kebakaran internasional, regional, atau lokal untuk
menentukan jumlah maksimal bahan kimia yang sangat reaktif yang dapat disimpan di dalam
laboratorium. Ikuti panduan umum di bawah ini saat menyimpan zat yang sangat reaktif.
1. Pertimbangkan persyaratan penyimpanan setiap bahan kimia yang sangat reaktif
sebelum membawanya ke dalam laboratorium.
2. Baca MSDS atau literatur lainnya dalam mengambil keputusan tentang penyimpanan
bahan kimia yang sangat reaktif.
3. Bawa bahan sejumlah yang diperlukan ke dalam laboratorium untuk tujuan jangka
pendek (hingga persediaan 6 bulan, tergantung pada bahannya).
4. Pastikan memberi label, tanggal, dan mencatat dalam inventaris semua bahan yang
sangat reaktif segera setelah bahan diterima. Lihat Tanda pada Toolkit yang disertakan
untuk mengetahui contoh label untuk zat yang sangat reaktif.
5. Jangan membuka wadah bahan yang sangat reaktif yang telah melebihi tanggal
kedaluwarsanya. Hubungi koordinator limbah berbahaya di lembaga Anda untuk
mendapatkan instruksi khusus.
6. Jangan membuka peroksida organik cair atau pembentuk peroksida jika ada kristal atau
endapan. Hubungi CSSO Anda untuk mendapatkan instruksi khusus.
7. Untuk masing-masing bahan kimia yang sangat reaktif, tentukan tanggal pengkajian
untuk mengevaluasi kembali kebutuhan dan kondisi dan untuk membuang (atau
mendaur ulang) bahan yang terurai dari waktu ke waktu.
8. Pisahkan bahan berikut:
 Agen pengoksidasi dengan agen pereduksi dan bahan mudah terbakar;
 Bahan reduksi kuat dengan substrat yang mudah direduksi;
 Senyawa piroforik dengan bahan yang mudah terbakar; dan
 Asam perklorik dengan bahan reduksi.

24
9. Simpan cairan yang sangat reaktif di baki yang cukup besar untuk menampung isi
botol.
10. Simpan botol asam perklorik dalam baki kaca atau keramik.
11. Jauhkan bahan yang dapat diubah menjadi peroksida dari panas dan cahaya.
12. Simpan bahan yang bereaksi aktif dengan air sejauh mungkin dari kemungkinan kontak
dengan air.
13. Simpan bahan yang tidak stabil karena panas dalam lemari es. Gunakan lemari es
dengan fi tur keselamatan ini:
 Semua kontrol yang menghasilkan percikan di bagian luar;
 Pintu terkunci magnetik;
 Alarm yang memperingatkan jika suhu terlalu tinggi; dan
 Suplai daya cadangan.
14. Simpan peroksida organik cair pada suhu terendah yang mungkin sesuai dengan daya
larut atau titik beku. Peroksida cair sangat sensitif selama perubahan fase. Ikuti
panduan pabrik untuk penyimpanan bahan yang sangat berbahaya ini.
15. Lakukan inspeksi dan uji bahan kimia pembentuk peroksida secara periodik dan beri
bahan label akuisisi dan tanggal kedaluwarsa. Buang bahan kimia yang kedaluwarsa.
16. Simpan bahan yang sangat sensitif atau simpan lebih banyak bahan eksplosif dalam
kotak anti ledakan.
17. Batasi akses ke fasilitas penyimpanan.

Penyimpanan Bahan yang Sangat Beracun


Lakukan tindakan pencegahan berikut saat menyimpan karsinogen, toksin reproduktif, dan
bahan kimia dengan tingkat toksisitas akut tinggi.
1. Simpan bahan kimia yang diketahui sangat beracun dalam penyimpanan berventilasi
dalam perangkat pengaman sekunder yang resisten secara kimia dan anti pecah.
2. Jaga jumlah bahan pada tingkat kerja minimal.
3. Beri label area penyimpanan dengan tanda peringatan yang sesuai.
4. Batasi akses ke area penyimpanan.
5. Pelihara inventaris untuk semua bahan kimia yang sangat beracun

2.5 Sumber-Sumber Kerusakan Bahan Kimia


Tidak dapat dielakkan semua alat dan bahan lambat laun akan mengalami kerusakan
karena dimakan usia, karena lamanya bahan- bahan tersebut, baik lama pemakaian maupun

25
lama disimpan, atau disebabkan oleh keadaan lingkungan. Sumber-sumber kerusakan yang
disebabkan keberadaan alat –alat dan bahan-bahan kimia di dalam lingkungannya dapat
digolongkan menjadi tujuh golongan, yaitu sebagai berikut:

1. Udara
Udara mengandung oksigen dan uap air. Bahan-bahan kimia yang sifatnya higroskopis
harus disimpan di dalam botol yang dapat ditutup rapat. Bahan-bahan kimia semacam ini
jika menyimpannya tidak benar, maka akan berair, bahkan dapat berubah menjadi
larutan. Bahan-bahan yang mudah dioksidasi, dengan adanya oksigen di udara akan
mengalami oksidasi. Misalnya bahan kimia Kristal besi(II) sulfat yang berwarna hijau
muda, akan segera berubah menjadi besi(III) sulfat kristal berwarna coklat muda. Hal itu
terjadi bila botol tempat penyimpanan tidak segera ditutup atau tidak rapat menutupnya.
2. Cairan: air, asam, basa, cairan lainnya
Usahakan semua bahan kimia dalam keadaan kering. Tempatkan bahan dalam tempat
yang kering. Bahan mudah rusak bila dibiarkan dalam keadaan basah. Bahan-bahan
kimia harus disimpan dalam tempat yang kering. Apalagi bahan kimia yang reaktif
terhadap air. Logam-logam seperti Na, K, dan Ca bereaksi dengan air menghasilkan gas
H2 yang langsung terbakar oleh panas reaksi yang terbentuk. Zat-zat lain yang bereaksi
dengan air secara hebat, seperti asam sulfat pekat, logam halideanhidrat, oksida non
logam halide harus dijauhkan dari air atau disimpan dalam ruangan yang kering dan
bebas kebocoran di waktu hujan. Kebakaran akibat zat-zat di atas tak dapat dipadamkan
dengan penyiraman air. Cairan yang bersifat asam mempunyai daya merusak lebih hebat
dari air. Asam yang sifatnya gas gas, misalnya asam klorida lebih ganas lagi. Sebab
bersama udara akan mudah berpindah dari tempat asalnya. Cara yang paling baik adalah
dengan mengisolir asam itu sendiri, misalnya menempatkan botol asam yang tertutup
rapat dan ditempatkan dalam lemari khusus, atau di lemari asam.
3. Mekanik
Bahan-bahan kimia yang harus dahindarkan dari benturan maupun tekanan yang besar
adalah bahan kimia yang mudah meledak, seperti ammonium nitrat, nitrogliserin,
trinitrotoluene (TNT).
4. Sinar
Sinar, terutama sinar ultra violet (UV) sangat mempengaruhi bahan-bahan kimia.
Sebagai contoh larutan kalium permanganat, apabila terkena sinar UV akan mengalami
reduksi, sehingga akan merubah sifat larutan itu. Oleh karena itu untuk menyimpan

26
larutan kalium permanganat dianjurkan menggunakan botol yang berwarna coklat.
Kristal perak nitrat juga akan rusak jika terkena sinar UV, oleh sebab itu dalam
penyimpanan harus dihindarkan dari pengaruh sinar UV. Alat-alat sebaiknya juga
dihindarkan terkena sinar matahari secara langsung, sehingga dianjurkan untuk
memasang tirai-tirai pada jendela laboratorium.
5. Api
 Api/kebakaran dapat terjadi bila tiga komponen berada bersama-sama pada suatu
saat,
 dikenal dengan “segitiga api”
Ketiga komponen itu ialah:
a. Adanya bahan bakar (bahan yang dapat dibakar)
b. Adanya panas yang cukup tinggi, yang dapat mengubah bahan baker menjadi uap
yang dapat terbakar (mencapai titik bakarnya)
c. Adanya oksigen (di udara, di sekitar kita)
Maka pada saat yang demikian itulah, oksigen yang mudah bereaksi dengan bahan
bakar yang berupa uap yang sudah mencapai titik bakarnya akan menghasilkan api. Api
inilah yang selanjutnya dapat mengakibatkan kebakaran. Maka untuk menghindari
terjadinya kebakaran haruslah salah satu dari komponen segitiga api tersebut harus
ditiadakan. Cara termudah ialah menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar di
tempat yang dingin, sehingga tidak mudah naik temperaturnya dan tidak mudah
berubah menjadi uap yang mencapai titik bakarnya.
6. Sifat bahan kimia itu sendiri
Bahan-bahan kimia mempunyai sifat khasnya masing-masing. Misalnya asam sangat
mudah bereaksi dengan basa. Reaksi-reaksi kimia dapat berjalan dari yang sangat
lambat hingga ke yang spontan. Reaksi yang spontan biasanya menimbulkan panas
yang tinggi dan api. Ledakan dapat terjadi bila reaksi terjadi pada ruang yang
tertutup. Contoh reaksi spontan: asam sulfat pekat yang diteteskan pada campuran
kalium klorat padat dan gula pasir seketika akan terjadi api. Demikian juga kalau
kristal kalium permanganate ditetesi dengan gliserin.

2.6 Manajemen Bahan Kimia Dan Penyimpanannya Di Gudang Laboratorium


Untuk memenuhi kriteria laboratorium yang sehat maka pengelolaan inventori bahan
kimia diupaykan senantiasa terkendali dalam aspek kualitas yaitu mutu bahan kimia harus

27
memenuhi spesifikasi standard yang diperlukan, aspek kuantitas yaitu jumlah yang akan
dibeli harus sesuai dengan kebutuhan dan dengan mempertimbangkan bahwa kepemilikan
dalam jumlah besar juga memiliki konsekwensi menanggung biaya kelola potensi timbulan
limbah apabila bahan kimia tersebut terkontaminasi atau mengalami degradasi mutu sehingga
tidak dapat dipergunakan.
Bahan kimia yang baik harus memenuhi beberapa ketentuan umum yaitu :
a. Mudah diperoleh yaitu proses pengadaan bahan kimia tidak berbelit serta waktu
kedatangan atau tiba di gudang dalam waktu singkat.
b. Konsep siap saji (just in time) merupakan pedoman yang menjadi kebutuhan terhadap
pengadaan bahan kimia saat ini dimana selang waktu yang terlampau lama menyebabkan
terjadinya permasalahan terhadap waktu pakai (expire date) dari beberapa bahan kimia
tertentu.
c. Mudah untuk disubsitusi yaitu bahan kimia yang dibeli memiliki beberapa alternatif
nama dagang sehingga bukan merupakan monopoli dari pabrik tertentu.
d. Aman terhadap proses penanganan (handling)
e. Memiliki label atau identifikasi yang jelas tentang sifat dan karakteristik bahan kimia.
f. Kemasan mampu untuk melindungi kualitas bahan terhadap perubahan kondisi
lingkungan sehingga apabila terjadi variasi perubahan suhu tidak berpengaruh terhadap
komposisi bahan kimia.
g. Suhu penyimpanan yang dipersyaratkan mendekati suhu kamar (ambien) di Indonesia.
Apabila merupakan bahan kimia Berbahaya dan Beracun (B3) maka identifikasi MSDS
harus senantiasa diikutsertakan disertai sertifikat keaslian produk dari pabrik pembuat.
Penyimpanan bahan kimia juga memiliki beberapa aturan dasar yang menjadi pedoman
bagi laboratorium untuk memelihara aspek safety dalam hal penyimpanan bahan kimia di
gudang melalui segregasi, yaitu :
 Bahan kimia bersifat korosif (asam kuat atau basa kuat);
 Bahan kimia bersifat mudah terbakar (flamable);
 Bahan kimia mudah bereaksi (reactive)
 Bahan kimia racun (toxic).

Penyimpanan bahan kimia di gudang adalah pengetahuan tentang ketidaksesuaian


(incompatible) antara bahan kimia yang satu dengan yang lain. Tabel berikut menyatakan
ketidaksesuaian antara bahan kimia yang satu dengan yang lain dan dipergunakan sebagai
dasar pengaturan penyimpanan bahan kimia di gudang.

28
Bahan padatan lebih sulit bereaksi dibandingan dengan cairan karena kecepatan reaksi
dengan bahan lain rendah (dalam kondisi kering) oleh karena itu dapat disusun

a. Sulfida harus dipisahkan jauh dengan asam


b. Senyawa sianida harus dipisahkan terhadap asam, terutama bentuk larutan asam
c. Bentuk kristal penol harus dipisahkan terhadap oksidator.
Sedangkan cairan lebih mudah bereaksi dengan bahan lain, oleh karena itu cairan harus
disimpan di rak dengan maksimum ketinggian ukuran bahu orang dewasa, untuk larutan asam
a. Pisahkan antara asam organik dengan asam anorganik seperti asam asetat dengan asam
nitrat.
b. Pisahkan secara tersendiri asam perklorat (perchloric acid); Cairan mudah terbakar, lebih
dari 10 gallon cairan harus disimpan didalam lemari safety atau dalam drum safety.
c. Khusus untuk bahan-bahan yang termasuk Oksidator dilakukan pengelolaanya sebagai
berikut:
 Jauhkan dari asam, basa, organik dan logam
 Simpan ditempat dingin
Akumulasi penyimpanan limbah dan bahan kimia kadaluarsa dilakukan dengan :
 Sedapat mungkin menyimpan cairan limbah bahan kimia dengan tingkat
kesesuaiannya (compability).
 Jangan menumpuk lebih dari 55 gallon limbah cair bahan kimia ini,seperempat
jumlah dari daftar bahan kimia berbahaya (daftar P)
Bahan yang termasuk katagori Logam, dilakukan sesuai jenisnya :
 Logam reaktif (misalnya potasium, sodium) dan semua logam dalam bentuk serbuk
harus disimpan didalam lemari khusus anti nyala (flamable cabinet).
 Logam air raksa (mercury) harus disimpan di kontainer yang tidak mudah pecah
dengan diletakkan didalam almari khusus.

BAHAN KIMIA RAMAH LINGKUNGAN UNTUK SETIAP LABORATORIUM


Bahan kimia ramah lingkungan merupakan falsafah perancangan produk dan proses
yang mengurangi atau meniadakan penggunaan dan terciptanya bahan berbahaya. Dua belas
prinsip bahan kimia ramah lingkungan dalam daftar berikut bisa diterapkan ke semua
laboratorium dan digunakan sebagai panduan untuk merancang dan melaksanakan
eksperimen yang bijak.
Beberapa dari strategi ini dibahas secara terperinci dalam bagian berikut.

29
1. Mencegah Limbah
Pengurangan bahan yang digunakan di setiap langkah eksperimen penting untuk
pencegahan limbah, serta untuk keselamatan dan keamanan laboratorium. Untuk mencegah
limbah, ikuti strategi berikut:
 Pikirkan cara penggunaan produk reaksi dan buat sejumlah keperluan saja.
 Pikirkan biaya pembuatan dan penyimpanan bahan yang tidak dibutuhkan.

Dua Belas Prinsip Bahan Kimia Ramah Lingkungan


1. Cegah limbah. Rancang sintesis kimia yang tidak menyisakan limbah apa pun yang
harus diolah atau dibersihkan.
2. Rancang bahan kimia dan produk yang lebih aman. Rancang produk kimia yang sangat
efektif, namun hanya mengandung sedikit racun atau tidak sama sekali.
3. Rancang sintesis bahan kimia yang tidak terlalu berbahaya. Rancang sintesis untuk
menggunakan dan menghasilkan zat dengan toksisitas rendah atau tidak beracun sama
sekali bagi manusia dan lingkungan.
4. Gunakan bahan mentah yang dapat diperbarui. Hindari menghabiskan bahan mentah
dan bahan mentah untuk industri. Bahan mentah untuk industri yang dapat diperbarui
dibuat dari produk pertanian atau limbah dari proses lainnya. Bahan mentah untuk
industri yang tidak dapat diperbarui ditambang atau terbuat dari bahan bakar fosil
(yaitu, minyak tanah, gas alam, batu bara).
5. Gunakan katalis, bukan reagen stoikiometrik. Katalis digunakan dalam jumlah kecil
dan dapat melakukan reaksi tunggal beberapa kali. Katalis tersebut sebaiknya reagen
stoikiometrik, yang digunakan dalam jumlah berlebihan dan hanya bekerja sekali.
6. Hindari derivatif kimia. Derivatif menggunakan reagen tambahan dan menghasilkan
limbah. Hindari menggunakan kelompok penghambat atau pelindung atau modifi kasi
apa pun.
7. Maksimalkan ekonomi atom. Rancang sintesis sehingga produk akhir mengandung
proporsi maksimal bahan awal. Hanya boleh ada sedikit, jika ada, atom yang terbuang.
8. Gunakan pelarut dan kondisi reaksi yang lebih aman. Hindari menggunakan pelarut,
bahan pemisah, atau bahan kimia tambahan lainnya. Jika bahan ini diperlukan, gunakan
bahan kimia yang tidak berbahaya.

30
9. Tingkatkan efi siensi energi. Jalankan reaksi kimia pada suhu ruang dan tekanan bila
memungkinkan.
10. Rancang bahan kimia dan produk agar terurai setelah digunakan. Produk kimia yang
terurai menjadi zat yang tidak berbahaya setelah digunakan tidak berakumulasi di
lingkungan.
11. Analisis langsung (dalam waktu nyata) untuk menghindari polusi. Sertakan pemantauan
dan kendali langsung (waktu nyata) dalam proses selama sintesis untuk membatasi atau
menghilangkan pembentukan produk sampingan.
12. Batasi potensi terjadinya kecelakaan. Rancang bahan kimia dan bentuknya (padat, cair,
atau gas) untuk meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan akibat bahan kimia,
termasuk ledakan, kebakaran, dan pelepasan ke lingkungan

2. Menggunakan Pekerjaan Berskala Mikro


Metode pengurangan bahaya yang berhasil adalah melakukan reaksi kimia dan prosedur
laboratorium lainnya dalam skala yang lebih kecil, atau berskala mikro. Dalam bahan kimia
berskala mikro, jumlah bahan yang digunakan dikurangi menjadi 25 hingga 100 mg untuk zat
padat dan 100 hingga 200 μL untuk cairan, dibandingkan jumlah biasa, yaitu 10 hingga 50 g
untuk zat padat atau 100 hingga 500 mL untuk cairan. Penggunaan tingkat skala mikro
menghemat berton-ton limbah dan jutaan dolar. Di samping itu, pekerjaan berskala mikro
mengurangi bahaya kebakaran dan kemungkinan terjadinya kecelakaan serta tingkat
keparahan kecelakaan yang memaparkan pegawai pada bahan kimia berbahaya.

3. Menggunakan Pelarut dan Bahan Lainnya yang Lebih Aman


Laboratorium lebih aman dan terjamin jika mereka mengganti dengan bahan kimia yang
tidak berbahaya, atau kurang berbahaya bila memungkinkan. Pertimbangkan jalur sintetik
dan prosedur alternatif untuk melakukan campuran reaksi. Ajukan pertanyaan berikut saat
memilih bahan reagen atau pelarut untuk prosedur eksperimen:
 Bisakah kita mengganti bahan ini dengan bahan lain yang memiliki potensi bahaya lebih
kecil bagi pelaku eksperimen dan lainnya?
 Bisakah kita mengganti bahan ini dengan bahan yang mengurangi atau meniadakan
limbah berbahaya serta biaya pembuangannya?
 Saat memilih pelarut organik, pertimbangkan beberapa faktor penting:
a) Hindari pelarut yang terdaftar sebagai toksin produktif, polutan udara berbahaya, atau
karsinogen tertentu.

31
b) Pilih pelarut dengan nilai ambang batas yang relatif tinggi (TLV).
c) Pelarut pengganti yang paling baik memenuhi kondisi berikut. Pelarut juga memiliki
sifat fi sio-kimia (misalnya, titik didih, titik nyala, konstanta dielektrik) yang mirip
dengan pelarut asli. Pertimbangkan manfaatnya bagi keselamatan, kesehatan, dan
lingkungan serta biayanya.

4. Inventaris dan Pelacakan Bahan Kimia


Semua laboratorium harus mencatat semua inventaris bahan kimia yang dimilikinya secara
akurat. Inventaris adalah catatan, biasanya dalam bentuk basis-data, bahan kimia dalam
laboratorium dan informasi penting tentang pengelolaannya yang tepat. Inventaris yang
dikelola dengan baik meliputi bahan kimia yang didapat dari sumber komersial dan yang
dibuat di laboratorium, juga lokasi penyimpanan untuk setiap wadah masing-masing bahan
kimia. Inventaris membantu dalam pemesanan

2.7 Cara Penanganan Bahan Sisa


Berikut adalah cara pembuangan sampah laboratorium:
1. Pengenceran
Cara ini paling banyak digunakan untuk bahan-bahan cair dan gas
2. Perlakuan kimiawi
Dengan perlakuan kimiawi sampah ruangan laboratorium dapat menjadi tidak berbahaya
3. Pengumpulan
Sampah padat selalu dibuang setelah dikumpulkan terlebih dahulu
4. Penguburan
Bahan-bahan seperti binatangdan sejenisnya dibuang dengan cara dikubur di dalam
sebuah lubang dengan ukuran yang memadai
5. Pembakaran
Sampah kayu dan bahan lainyang dapat terbakar akan aman jika dibakar
6. Lemari uap
Gas-gas yang tidak berbahaya dilepaskan ke atmosfir melalui lemari uap

32
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

33
DAFTAR PUSTAKA

iii

Anda mungkin juga menyukai