Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Keperawatan Volume 4 No 2, Hal 74 - 82, November 2016 ISSN 2338-2090 (Cetak)

Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 74 - 82, November 2016


FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa
Tengah
PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS PADA PASIEN
GAGAL JANTUNG KONGESTIF
Tania Khaerunnisa1, Yossie Susanti Eka Putri2
1
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
2
Departeman Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
taniakhaerunni@gmail.com

ABSTRAK
Penyakit kardiovaskular seperti gagal jantung kongestif memiliki prevalensi yang tinggi yang dapat
disebabkan oleh perubahan pola hidup pada masyarakat urban. Kenaikan prevalensi penyakit
kardiovaskular berhubungan dengan proses urbanisasi yang progresif dan globalisasai dari pola hidup
tidak sehat yang ada pada masyarakat urban atau perkotaan. Tanda klinis yang muncul serta proses
hospitalisasi dapat menjadi salah satu faktor munculnya masalah psikososial pada pasien gagal jantung
kongestif. Masalah psikososial yang sering ditemukan adalah ansietas. Penulisan karya ilmiah ini
beretujuan memberikan analisis mengenai asuhan keperawatan ansietas pada pasien gagal jantung
kongestif. Intervensi yang dianalisis meliputi relaksasi napas dalam, hipnosis lima jari, distraksi
sosialisasi dan pemberian informasi. Evaluasi tindakan menunjukan bahwa lebih banyak tanda gejala
yang menghilang saat memberikan kombinasi tarik napas dalam dan hipnosis lima jari selama lima
hari perawatan. Klien menunjukan respon yang jauh lebih tenang setelah diberikan intervensi
pemberian informasi.

Kata kunci: Gagal Jantung Kongestif; Ansietas

APPLICATION OF ANSIETAS NURSING CARE IN CONESTIVE FAILURE


PATIENTS

ABSTRACT
Cardiovascular diseases such as congestive heart failure have a high prevalence which can be caused
by changes in lifestyle in urban communities. The increase in the prevalence of cardiovascular disease
is associated with a progressive and globalisation process of urbanization from unhealthy lifestyles
that exist in urban or urban communities. Clinical signs that appear and the hospitalization process
can be one factor in the emergence of psychosocial problems in patients with congestive heart failure.
Psychosocial problems that are often found are anxiety. The writing of this scientific paper is agreed
to provide an analysis of anxiety nursing care in patients with congestive heart failure. The
interventions analyzed included relaxation of deep breath, five-finger hypnosis, distraction of
information dissemination and information. Action evaluation shows that more signs of symptoms
disappear when giving a combination of deep breathing and five-finger hypnosis for five days of
treatment. Clients show a much calmer response after being given an information giving intervention.

Keywords: Congestive Heart Failure; Anxiety

PENDAHULUAN adalah kesehatan. Masyarakat dengan pola


Masyarakat perkotaan memiliki karakter hidup yang tidak sehat secara signifikan
khusus yang menjadikannya berbeda dengan diketahui memiliki kondisi fisik dan mental
kelompok masyarakat di pedesaan. Beberapa yang lebih buruk (Pisinger, 2009).
karakter pembeda dari kedua kelompok ini
diantaranya jumlah kepadatan penduduk, Menurut WHO (2013) estimasi kematian
lingkungan hidup, mata pencaharian, corak karena penyakit tidak menular mencapai
kehidupan sosial. Pada masyarakat perkotaan, sekitar 60% di Indonesia. Salah satunya adalah
karakter ini dipengaruhi dengan pesatnya penyakit kardiovaskular adalah gagal jantung
perkembangan informasi, perubahan pola pikir kongestif (congestive heart failure/CHF).
dan juga budaya. Salah satu hal penting yang Gagal jantung termasuk pada delapan penyakit
terkena dampak dari perubahan pola hidup

1
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 74 - 82, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

tidak menular terbanyak yang terjadi di Ansietas merupakan perasaan kekhawatiran


Indonesia (Riskesdas, 2013). yang tidak jelas dan menyebar dan berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya
Urbanisasi menjadikan individu – individu (Stuart, 2005). Beberapa tanda fisik yang
mengubah kebiasaan memasak secara muncul adalah palpitasi jantung, nyeri dada,
tradisional menjadi makanan cepat saji dan sesak napas. Stuart (2005) menyebutkan
tinggi proses yang memiliki kadar gula, garam, bahwa stresor pencetus dari ansietas adalah
lemak jenuh dan tak jenuh yang tinggi (World ancaman terhadap integritas fisik seperti
Heart Foundation, 2012). Selain itu, aktivitas disabilitas fisiologis yang terjadi atau
fisik atau olahraga yang sudah jarang penurunan kemampuan untuk melakukan
dilakukan karena kepadatan aktivitas dapat aktivitas sehari – hari. Hal ini tentunya
menjadi faktor pemicu munculnya masalah berkaitan dengan munculnya gejala atau tanda
kesehatan. klinis dari pasien gagal jantung kongestif yang
sering mengalami hambatan dalam beraktivitas
Gagal jantung kongestif merupakan masalah dan merasakan gejala fisik yang memicu
mayor kesehatan masyarakat dengan munculnya ansietas.
prevalensi sebanyak sekitar 23 juta kejadian di
dunia (Bui, 2011). Prevalensi gagal jantung di Karya tulis ini memaparkan proses
Indonesia secara jelas belum diketahui. Namun keperawatan dan analisis terhadap intervensi
berdasarkan Riskesdas (2013) sebanyak 0.13 yang telah diberikan pada Tn.W pasien gagal
persen berdasarkan diagnosis dokter dan 0.3 jantung dengan ansietas. Mahasiswa telah
persen berdasarkan diagnosis dan gejala. Di memberikan beberapa intervensi keperawatan
provinsi Jawa barat, sebesar 0.3% prevalensi untuk mengatasi ansietas pada Tn.W.
gagal jantung di dapat dari diagnosis dokter Selanjutnya, dalam karya tulis ini akan dibahas
dan munculnya gejala. prevalensi pada lebih mendalam mengenai analisis intervensi
masyakarat perkotaan diketahui lebih tinggi keperawatan yang telah diberikan pada Tn. W
dibandingkan dengan kejadian pada untuk mengatasi masalah psikososial ansietas.
masyarakat pedesaan yaitu sebanyak 0.2
persen berbanding 0.1 persen (riskesdas, METODE
2013).Menurut hasil survey ruang gayatri,
Karya ilmiah ini memberikan analisis proses
kejadian perawatan pasien dengan gagal
keperawatan psikososial secara komprehensif
jantung kongestif sendiri di ruang gayatri dari
pada satu kasus pasien kelolaan selama praktek
bulan januari – mei 2015 terdapat sebanyak 32
di Ruang Gayatri RSMM – Bogor. Kasus yang
orang.
diangkat adalah masalah psikososial ansietas
pada pasien gagal jantung dengan riwayat
Gejala – gejala yang muncul seringkali
masalah kesehatan fisik atau psikososial yang
berpengaruh pada kondisi psikologis pasien
berkaitan dengan perubahan gaya hidup di
sebagai contoh kecemasan, berduka dan
perkotaan. Pengkajian keperawatan dilakukan
ketidakberdayaan. klien dengan gagal jantung
di awal dan digunakan untuk merumuskan
kongestif seringkali ditemukan memiliki
analisis data. Salah satu diagnosa keperawatan
masalah ansietas serta depresi karena kondisi
yang ditegakan adalah ansietas. Tahapan
fisiknya tersebut (Australia Heart Foundation,
selanjutnya adalah perumusan rencana asuhan
2011). Selain karena kondisi fisik yang
keperawatan dan implementasi keperawatan.
berubah, hospitalisasi juga dapat menjadi
Implementasi dilakukan sampai dengan hari
faktor penyebab dari munculnya ansietas pada
rawat terakhir pasien dan dievaluasi setiap
pasien gagal jantung kongestif. ilmu
harinya. Analisis dilakukan pada setiap
keperawatan bersifat holistik memandang
implementasi.
penyelesaian masalah secara biologis,
psikologis, sosio dan spiritual. hal ini memiliki
HASIL
arti bahwa pasien dengan masalah fisik seperti
Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 Mei
gagal jantung kongestif tidak hanya harus
2015Klien adalah Tn. W, laki – laki dengan
diberikan intervensi keperawatan secara fisik.
usia 62 tahun. Klien masuk dengan diagnosis
di ruang gayatri, RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi
medis Congestive Heart Failure (CHF) atau
pada praktik profesi keperawatan kesehatan
gagal jantung kongestif, dispepsia, Diabetes
masyarakat perkotaan tahun 2015, masalah
Mellitus II dan Atrial Fibrilation serta
psikososial paling banyak yang ditemukan
Corronary Artery Disease (CAD). Klien
adalah ansietas.
2
memiliki riwayat penyakit DM II dari mulai kesulitan dalam melakukan pengaturan makan
tahun 2012 dan telah melakukan pengobatan di karena sebelum tahu memiliki penyakit
poliklinik RSMM Bogor. Klien mengatakan jantung dan gula, klien tidak pernah membatasi
bahwa tahu memiliki penyakit jantung makanan.
dideritanya saat Februari 2013. Tanda awal
gejala yang dirasakan adalah adanya nyeri Mahasiswa merumuskan diagnosis
dada sampai dengan punggung setiap keperawatan psikososial Tn.W adalah ansietas.
melakukan aktivitas sehari – hari. Klien juga Intervensi yang dilakukan adalah relaksasi
sering merasa sesak secara tiba – tiba. napas dalam, hipnotis lima jari, pemberian
Pengobatan CAD dan gagal jantung kongestif informasi dan distraksi sosialisasi. Hari
diberikan setiap kontrol ke RSMM. perawatan pertama klien diajarkan teknik
relaksasi napas dalam. Klien diajak berdiskusi
Alasan klien dibawa ke rumah sakit adalah mengenai masalah ansietas, tanda dan gejala
munculnya sesak dan perasaan ngos – ngosan yang biasa dirasakan klien, akibat dari ansietas
selama kurang lebih 3 hari. Hal ini dan faktor pemicu munculnya ansietas. Setelah
menyebabkan klien kesulitan tidur. Klien melakukan teknik relaksasi, klien menyatakan
merasakan dada seperti tertekan dan tidak lebih lega dan lebih mudah bernapas, denyut
mampu bergerak. Klien mengaku sebelum nadi reguler dan tekanan darah turun sebesa 10
dibawa ke rumah sakit klien tidak dapat mmHg. Klien menyebutkan lebih tenang.
beraktivitas dan hanya bisa duduk dengan
sesak. Nyeri sampai punggung. Tanda vital Hari kedua klien menyatakan telah melakukan
tekanan darah 130/90 mmHg, kecepatan nadi relaksasi napas dalam satu kali saat sebelum
72 kali per menit, suhu 36,2 C dan laju tidur namun kesulitan karena klien mengalami
pernapasan 23 kali per menit. Bunyi napas sesak, hari kedua klien diajarkan teknik
ronchi dan wheezing, taktil fremitus positif, hipnotis lima jari. Klien terlihat lebih tenang
sputum ada dengan warna putih dan sulit dan tersenyum, denyut nadi reguler, laju napas
dikeluarkan. Pada sistem kardiovaskuler bunyi dalam batas normal.
jantung gallop dan nadi perifer irreguler lemah
serta palpitasi. Pada ekstremitas tidak Hari ketiga klien mengeluh cemas karena
ditemukan edema. muncul ketakutan – ketakutan baik yang jelas
maupun tidak jelas. Klien mengeluh tidak tahu
Klien memiliki ketakuan akan di operasi cara untuk mengatasi penyakitnya sehingga
seperti adiknya. Ada perasaan kaget saat tidak tahu harus berubah seperti apa.
mengetahui memiliki penyakit jantung. Tn.W Ketidaktahuan ini menyebabkan klien gelisah.
menyebutkan kadang hal tersebut menjadi Intervensi yang ketiga adalah pemberian
pikiran. Saat nyeri dada datang atau sesak, informasi mengenai pola makan yang baik
klien merasakan ketakutan. Klien menyatakan untuk diabetes mellitus. Setelah diberikan
takut tidak bisa napas. Perasaan saat informasi klien menyebutkan lebih senang dan
memikirkan penyakit terus menerus adalah lega karena tahu apa saja hal yang bisa
kondisi yang tidak nyaman, adanya dirubah.
kecemasan, nyeri semakin menjadi dan
bertambah sesak. Saat diajak berinteraksi, Hari keempat klien melakukan distraksi
klien mengalami penurunan konsentrasi, sosialisasi dengan menceritakan pengalaman –
gangguan perhatian dan mengaku tidak fokus. pengalaman membahagiakan. Klien mengaku
Ekspresi wajah saat berbicara berubah – ubah senang mengingat hal yang lucu namun sedikit
kadang terlihat tegang dan pandangan kosong. terpikirkan mengenai penyakitnya karena
Kontak mata klien kurang. Saat merasa cemas sekarang klien sudah tidak bisa banyak
tidak ada yang dilakukan oleh klien. Hal ini beraktivitas.
juga menimbulkan kebingungan pada klien.
Klien mengaku pengalihan saat stres di rumah Hari kelima dilakukan evaluasi hipnotis lima
tidak ada selain menonton televisi dan jari. Klien mengaku hipnotis lima jari juga
mengasuh cucu. Klien kesulitan saat dilakukan sebelum tidur berbarengan dengan
mengidentifikasi kegiatan sehari – hari yang relaksasi napas dalam. Klien menyebutkan
menyenangkan bagi klien. lebih tenang jika diawali dengan relaksasi
Aktivitas fisik seperti olahraga diakui Tn.W napas dalam karena kepala menjadi lebih
tidak dilakukan baik saat masih bekerja ringan.
ataupun setelah pensiun. Tn.W menyebutkan
PEMBAHASAN terapeutik, komunikasi yang efektif dapat
Klien adalah Tn.W usia 62 tahun dengan menurunkan stres, meningkatkan kepatuhan
diagnosis medis gagal jantung kongestif, CAD, pasien dan menghasilkan pengalaman yang
AF, DM II. WHO (2010) menyebutkan bahwa positif (Tamparo, 2007). Dengan penerapan
salah satu penyakit yang ada pada kondisi komunikasi terapeutik, maka hubungan saling
perkotaan adalah penyakit degeneratif seperti percaya akan terjalin antara mahasiswa dengan
penyakit kardiovaskuler (gagal jantung klien. Penerapan teknik komunikasi terapeutik
kongestif, CAD, dan AF). Dari hasil dapat memberikan tiga manfaat yaitu
pengkajian didapatkan bahwa klien selalu memberikan kesempatan klien untuk
sarapan di rumah namun untuk makan siang mengekspresikan diri, mengerti masalah klien
dan sore klien terbiasa membeli makanan di dan mendampingi indentifikasi dan resolusi
luar rumah. Klien menyebutkan tidak ada dari masalah (Townsend, 2009). Mahasiswa
pantangan dalam makan. Klien memiliki juga melakukan beberapa hal yang selalu
preferensi makanan gurih, jeroan, daging – dilakukan saat berinteraksi dengan pasien
dagingan. Sebagai contoh, saat makan siang untuk menurunkan ansietasnya. Hal yang
klien mengaku sering membeli mie instan atau dilakukan adalah pendekatan yang tenang dan
bakso di dekat tempatnya bekerja dengan meyakinkan, menyarankan keluarga untuk
frekuensi rata – rata satu sampai dua kali per tetap bersama pasien dan menjelaskan seluruh
minggu. prosedur yang akan dilakukan (NANDA,
2015).
Kebiasaan makan yang tidak sehat menjadi
faktor resiko terjadinya penyakit degeneratif Penanganan ansietas pertama berupa relaksasi
pada kasus ini adalah CAD dan DM II. telah dilakukan pada klien pada pertemuan
Kolesterol merupakan konstituen dari plak pertama. Teknik relaksasi napas dalam
aterkosklerosis (Smeltzer, 2010). Perilaku lain mengurangi jumlah adrenalin yang dialirkan
yang dapat menjadi faktor resiko dari pada sistem tubuh sehingga pemikiran menjadi
munculnya penyakit kardiovaskular pada lebih terbuka dan rileks (Student Counselling
Tn.W adalah minimalnya aktivitas fisik seperti Service UoC, 2015). Penggunaan teknik napas
olahraga. Aktivitas fisik sedang sampai tinggi dalam terbukti mampu meningkatkan kadar
berhubungan dengan penurunan resiko dari oksigen dalam darah. Kecemasan dapat
gagal jantung (Rahman, 2013). disebabkan karena kadar oksigen pada otak
kurang. Teknik napas dalam secara volunter
Pada seorang yang memiliki gagal jantung mengubah pola napas, laju dan kedalaman
kongestif teridentifikasi bahwa kesehariannya secara mudah sehingga membuka portal
memiliki kondisi isolasi sosial, hidup dengan komunikasi autonomik yang memberikan efek
ketakutan dan kehilangan kontrol (Jeun, 2010). besar pada pusat otak mengatur pemikiran
Hal ini terjadi pada Tn.W yang menyatakan emosi dan perilaku (Brown, 2012). Respon
bahwa sering mengalami ketakutan baik takut relaksasi ditandai dengan respon parasimpatik
karena prognosis penyakit ataupun ketakutan seperti relaksasi otot, penurunan denyut
yang tidak jelas karena khawatiran munculnya jantung, penurunan tekanan darah dan
gejala penyakit yang bisa kapan saja terjadi. peningkatan mood (Schaffer, 2004).
Richardson (2013) menyebutkan bahwa pasien
dengan gagal jantung kongestif memiliki Pada pertemuan pertama didapatkan data
pengalaman depresi dan ansietas yang ansietas mengekspresikan kekhawatiran,
mempengaruhi kualitas hidupnya. pada pasien gelisah, kontak mata buruk, ketakutan,
gagal jantung kongestif prevalensi ansietas khawatir, wajah tegang, keletihan, gangguan
tinggi yaitu 11 – 45% dari sampel penelitian tidur, jantung berdebar-debar, peningkatan
yang dilakukan oleh yohannes pada tahun pernapasan, kesadaran terhadap gejala,
2009. Menurut penghitungan dari skala kesulitan untuk berkonsentrasi, keterbatasan
ansietas Hamilton, skor yang didapat Tn.W kemampuan untuk menyelesaikan masalah,
adalah 18 dan ini dikategorikan pada ansietas takut terhadap konsekuensi yang tidak spesifik.
ringan ke sedang. Setelah diberikan kemampuan relaksasi napas
dalam terdapat perubahan.
Interaksi awal bersama pasien ditujukan untuk
membina hubungan saling percaya. Pada pertemuan kedua sebelum dilakukan
Mahasiswa menerapkan teknik komunikasi intervensi kedua, telah terlihat pengurangan
terapeutik pada klien. Di dalam komunikasi lima tanda dan gejala. Pertemuan kedua,
intervensi keperawatan terkait ansietas yang memperburuk masalah psikososial yaitu
dilakukan adalah teknik hipnosis lima dengan menginduksi memori yang salah.
jariLatihan relaksasi lima jari terbukti dapat
mereduksi ansietas (Davis, 2008).Dilaporkan Pertemuan kelima, mahasiswa melakukan
bahwa hipnosis memberikan manfaat untuk evaluasi pada tindakan hipnosis lima jari.
menurunkan ansietas pada pasien yang akan Respon dari kombinasi relaksasi napas dalam
menjalani treatmen pengobatan gigi dengan hipnosis dapat meningkatkan efek yang
(Glaesmer, 2015). Horton dalam dirasakan oleh pasien untuk mengurangi
Vanhaudenhuyse (2014) menemukan bahwa ansietas (Schaffer, 2004).
terdapat struktur ukuran yang berbeda pada
otak dengan pengaruh hipnosis rendah dan Intervensi relaksasi napas dalam juga harus
tinggi. Pada otak dengan pengaruh hipnosis disesuaikan dengan kondisi dispnea pada klien
tinggi maka terjadi perluasan rostrum pada gagal jantung kongestif karena klien akan
corpus callosum sehingga memiliki sistem mengalami perubahan pola napas. dengan
perhatian yang lebih efektif dan menghambat demikian, alternatif cara lain yang dapat
stimulus yang tidk diinginkan dari kondisi dilakukan adalah pengembangan teknik
sadar. distraksi visual dan auditori dan juga kegiatan
spiritual.
Pertemuan awal ketiga ditemukan
mengekspresikan kekhawatiran, ketakutan, Teknik distraksi sosialisasi perlu melibatkan
khawati, wajah tegang, keletihan, gangguan keluarga untuk tindakan secara mandiri. Hal
tidur, peningkatan tekanan darah, kesulitan ini dapat menguntungkan klien karena
untuk berkonsentrasi. Setelah dikaji lebih keluarga cenderung lebih mengetahui
lanjut ternyata didapatkan data bahwa klien mengenai peristiwa – peristiwa menyenangkan
terkadang merasa takut akan kematian. dan pengalaman bersama. Respon terhadap
Mahasiswa melakukan penjelasan mengenai pembicaraan yang harus diperhatikan. Perawat
diet. Jeun (2010) menemukan bahwa sebanyak perlu yakin bahwa pemilihan tema
14 dari studi menyebutkan bahwa pembicaraan adalah hal yang membuat senang
ketidakcukupan pengetahuan dan kuranganya dan tenang bukan membuat klien mengingat
pemahaman mengenai gagal jantung kongestif hal yang dapat menjadi stresor
menghasilkan outcome yang buruk dalam
perawatan, ekspektasi tidak realistis dari Pada pelaksanaan teknik hipnosis lima jari,
pasien, kebingungan, timbulnya ansietas dan terkadang klien kesulitan untuk fokus dan
frustasi. Gravis (2011) menemukan bahwa membayangkan hal yang disenangi. Maka dari
tidak ada peningkatan level ansietas pada itu, penting untuk dilakukan pengkajian awal
pasien yang diberikan akses secara lengkap mengenai keempat peristiwa yang akan
mengenai rekam medisnya dan pasien tersebut dibayangkan sehingga perawat dapat mengkaji
melaporkan lebih puas dengan informasi yang kesesusuaian gambarannya.
didapatkan. Ansietas yang disebabkan oleh
ketidakadekuatan pengetahuan atau informasi
Pertemuan keempat, mahasiswa melakukan mengenai penyakit fisik dapat langsung
evaluasi pada tindakan relaksasi napas dalam ditangani dengan pemberian informasi atau
dan melakukan teknik distraksi sosialisasi. Di pengajaran. Hal yang perlu diperhatikan adalah
awal pertemuan keempat terlihat bahwa kemampuan klien dalam memproses informasi
terdapat banyak penurunan tanda dan gejala. yang diberikan dan media yang menarik dan
Gejala yang telah masih ada meliputi mudah untuk dipahami oleh klien.
mengekspresikan kekhawatiran, perasaan
takut, wajah tegang, keletihan, peningkatan
SIMPULAN DAN SARAN
tekanan darah dan peningkatan pernapasan.
Simpulan
Klien memilih topik yang disenangi yaitu
Pemberian intervensi psikososial harus
mengenai pengalamannya saat masih bekerja.
disesuaikan dengan kemampuan klien dalam
Namun setelah dilakukan evaluasi klien
mengikuti keseluruhan intervensi, terutama
menyatakan sedikit kepikiran mengenai masa
disesuaikan dengan kondisi fisik klien.
lalu walaupun senang membayangkan masa
Begitupun masalah psikososial sangat penting
lalu namun saat ini tidak bisa klien lakukan.
diatasi agar mendukung perbaikan penyakit
Vickers (1999) menyebutkan bahwa terkadang
fisik klien. Evaluasi tindakan menunjukan
saat membayangkan imajinasi dapat
penurunan tanda dan gejala lebih banyak
ditemukan saat memberikan kombinasi tarik
napas dalam dan hipnosis lima jari selama lima DAFTAR PUSTAKA
hari perawatan.
AHA. (2015). Classes of Heart
Pasien dengan ansietas ringan – sedang seperti Failure. New York:
pada kasus Tn.W efektif diberikan intervensi American Heart
relaksasi napas dalam. Intervensi hipnosis lima Association.http://www.heart.org/HE
jari dapat diberikan pada klien ansietas yang ARTORG/Conditions/HeartFailure/
mengalami masalah tidur, peningkatan tekanan AboutHeartFailure/Classes-of-Heart-
darah, palpitasi, peningkatan frekuensi napas, Failure_UCM_306328_Article.jsp
dan dapat berkonsentrasi. Intervensi distraksi (Diakses pada 17/6/2015;22.15).
dapat diberikan pada pasien dengan ansietas
ringan secara mandiri dan ansietas sedang Ali, U., et all. (2010). The
dengan bimbingan karena distraksi Effectiveness of Relaxation Therapy
memerlukan konsentrasi dari pengindraan. in a Reduction of Anxiety Related
Pasien dengan tingkat ansietas yang tinggi sulit
Symptom: A Case Study.
berkonsentrasi sehingga intervensi distraksi
sosialisai akan sulit dilakukan. Pendidikan International Journal of Psychology
kesehatan harus diberikan pada seluruh pasien Study Volume 2 No.2 Desember
dengan penerapan teknik komunikasi 2010.
terapeutik. Penyampaian informasi dapat http://www.ccsenet.org/journal/index
mengurangi kebingungan pasien dan .php/ijps/article/viewFile/8523/6378
memberikan kejelasan kondisi pasien. (Diakses pada 18/6/2015; 01.10)

Saran Asmadi. (2008). Teknik Prosedural


Teknik – teknik mengatasi ansietas harus lebih Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
dikembangkan dan dipelajari saat mahasiswa Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
masih pada tahap pendidikan akademik. Salemba Medika.
Sehingga hal tersebut menjadi bekal
mahasiswa dalam menjalani praktek klinis Australia Heart Foundation. (2011).
profesi. Keilmuan keperawatan jiwa juga
Diagnosis and Management in
diharapkan dapat bekerja sama dengan
berbagai pihak untuk membuat kegiatan
Chronic Heart Failure. National
pendalaman intervensi keperawatan Heart Foundation of Australia. Dapat
psikososial khususnya ansietas pada klien – diakses di
klien dengan penyakit fisik terutama klien http://www.heartfoundation.org.au/Si
dengan penyakit jantung. Masalah ansietas teCollectionDocuments/Chronic-
dapat ditangani dengan tindakan yang heart-failure-QRG-2011.pdf.
bervariasi dan disesuaikan dengan kondisi
klien sehingga perawat di lapangan harus Basavanthappa, S.L. (2007). Psychiatric
banyak mengetahui mengenai intervensi Mental Health Nursing. New Delhi:
tersebut. Supervisi dari kepala ruangan atau Ajanta Offset.
kepala tim di rumah sakit mengenai aplikasi
dari intervensi psikososial ansietas perlu Bennet, W.E. (2014). Hamilton
dilakukan. Rumah sakit juga perlu untuk Anxiety Scale.
mengadakan pelatihan atau kegiatan ilmiah
http://www.assessmentpsychology.c
lain bagi perawat ruangan terkait penanganan
masalah psikososial terutama ansietas. Perawat
om/HAM-A.pdf
ruangan juga perlu mengembangkan aplikasi
dari buku Nursing Intervention Clasiffication. Bhatta, B. (2010). Analysis of Urban
Penulisan selanjutnya juga harus lebih Growth and Sprawl from Remote
memaparkan mengenai perbedaan kondisi Sensing Data. Berlin: Springer.
klien secara mendalam sebelum dan setelah Dapat diakses di
diberikan intervensi. Selanjutnya, diharapkan http://www.springer.com/us/book/97
mahasiswa dapat membandingkan keefektifan 83642052989 (Diakses pada tanggal
masing – masing intervensi keperawatan untuk 18/6/2015; 12.18)
menangani masalah ansietas
Brioud, P. (2015). How to Easy Anxiety PlanningVolume 130, October 2014.
and Panick Attack: And Free your http://www.sciencedirect.com/scienc
self from them. e/article/pii/S0169204614001492

Brown, R.P & Gerbarg, P.R. (2012). The


Healing Power of the Breath: Simple
Techniques to Reduce Stress and
Anxiety, Enhance Concentration,
and Balance Your Emotions. Boston:
Shambala Publication.

Bui, A.L., Horwich, T.B., Fonarrow,G.C.


Epidemiology and Risk Profile of
Heart Failure. National Library of
Medicine. National Institute of
Health.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/art
icles/PMC3033496/

Bulechek, G.M., et all. (2013). Nursing


Intervention Classification (NIC) 6th
Edition. St.Louis: Mosby.

Davis, M., Eshelman, E.R., M.Kay, M.


(2008). Relaxation and
Stress Reduction
Workbook 6th Edition.
Readhowyouwant.
https://books.google.co.id/books?id=
nA8XAMZ7H30C&printsec=frontco
ver&hl=id#v=onepage&q&f=false

Doengoes, M. E, et all. (2006). Rencana


Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien.
Jakarta : EGC

Dunlay, S.M et all. (2009). Risk Factor


of Heart Failure: A Population –
Based Cased Control Study. Am J
Med. 2009 Nov; 122(11): 1023–
1028. US
National Library of Medicine.
National Institute of Health.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/art
icles/PMC2789475/.

Enqvist, J et all. (2014). Citizen networks


in the Garden City: Protecting urban
ecosystems in rapid urbanization.
Journal Landscape and Urban
Evidence From Prospective Cross- Holdevici, I. (2014). Relaxation and
Cultural, Cohort, and Intervention Hypnosis in Reducing Anxious-
Studie. Cicluation AHA Journal. depressive Symptoms and Insomnia
http://circ.ahajournals.org/content/1 among Adults. Journal Procedia
0 5/7/893.full Social and Behavioral Sciences vol
127; 586 – 590.
Freudenberg, N., Klitzman, S., Saegert,
S. (2009). Urban Health and
Society: Interdisciplinary
Approaches to Research and
Practice. San Fransisco: John Wiley
& Sons.

Galanes, S. (2012). Airway Clearance,


Ineffective: Nursing Diagnoses. St.
Louis:

Mosby.
http://www1.us.elsevierhealth.com/
MERLIN/Gulanick/archive/Construc
tor/gulanick03.html

Glaesmer, H et all. (2015). A controlled


trial on the effect of hypnosis on
dental anxiety in tooth removal
patients. Patient Education and
Counseling. Philadelphia: Elsevier.

Gravis, G., et all. (2011). Full access to


medical records does not modify
anxiety in cancer patient. Journal
Cancer Volume 117, Issue 20,
pages
4796–4804, 15 October 2011.
American Cancer Society.
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/1
0
.1002/cncr.26083/full

Gulanick, M. (2012). Cardiac Output,


Decreased: Nursing Diagnoses. St.
Louis:

Mosby.
http://www1.us.elsevierhealth.com/
MERLIN/Gulanick/archive/Construc
tor/gulanick10.html

Herdman, T.H & Kamitsuru, S. (2014).


Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification 2015 – 2017 10th
Edition. West Sussex: Wiley
Blackwell
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 74 - 82, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Hosenpud, J.D & Greenberg, B.H. Surabaya: Universitas Airlangga.


(2013). Congestive Heart Failure: Dapat diakses di
Pathophysiology, Diagnosis and http://journal.unair.ac.id/filerPDF/05
Comprehensive Approach to %20jurnal%20nur%20lailatul----
Management. New York: Springer – Pola%20pemanfaatan%20Foodcourt
Verlag. %20oleh%20Keluarga.pdf (Diakses
pada tanggal 18/6/2015; 21.00).
Jeun, Y.H et all. (2010). The Experience
of Living with Chronic Heart Price, S.A & Wilson, L.M. (2006).
Disease: a Narrative Review of Patofisiologi konsep klinis proses-
Qualitative Studies.. Sydney: proses penyakit edisi 6 volume 1.
Biomedical Center Health Service Jakarta : Penerbit Buku kedokteran
Research. Dapat diakses di EGC.
http://www.biomedcentral.com/conte
nt/pdf/1472-6963-10-77.pdf (Diakses Psychology Foundation of Australia.
pada 18/6/2015; 21.05). (2014). Depression Anxiety Stress
Scale (DASS). Sydney: University of
Keliat, B.A., Wiyono, A.P., Susanti, H. South Wales. Dapat diakses di
(2007). Manajemen Kasus Gangguan http://www2.psy.unsw.edu.au/groups
Jiwa: CMHN (Intermediate Course). /dass/ (Diakses pada 18/6/2015;
Jakarta: EGC. 09.03).
Kemenkes RI. (2015). Pengembangan Rachman, S.. (2013). Clinical
Kesehatan Perkotaan. Balai Besar Psychology A Modular Course:
Pelatihan Kesehatan Jakarta. Jakarta: Anxiety 3rd Edition. New York:
Kementrian Kesehatan Republik Psychology Press.
Indonesia.
Rice, B.I. (2013). Relaxation Training
Kromhout, D., et all. (2002). Prevention And Its Role In Diabetes And
of Coronary Heart Disease by Diet Health.
and Lifestyle http://www.diabetesincontrol.com/in
dex.php?option=com_content&view-
McKenzie, K et all. (2013). Do urban
article&id=2011
environments increase the risk of
anxiety, depression and psychosis? Richardson, L.G. (2014). Psychosocial
An epidemiological study. Journal of Issues in Patients with Congestive
Affective Disorder. 2013 Sep Heart Failure. Medscape
25;150(3):1019-24. Multispeciality.
http://www.medscape.com/viewarticl
Mitchell, M. (2013). Dr.
e/451763_2.
Herbert Benson’s Relaxation
Respon: Learn to counteract the Riskesdas.(2013). Riset Kesehatan
physiological effects of Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
stress. Heart and Soul Healing. Pengembangan Kesehatan
https://www.psychologytoday.com/b Kementrian Kesehatan Republik
log/heart-and-soul- Indonesia.
healing/201303/dr-herbert-benson-s-
relaxation-response Schaffer, S.D & Carolyn, B.Y. (2004).
Relaxation & Pain Management.
Mufidah, N.L. (2006). Pola Konsumsi American Journal of Nursing Vol
Masyarakat Perkotaan: Studi 104 No.8 Aug. 2004. Lippincott
Deskriptif Pemanfaatan Foodcourt William & Wilkins.
oleh Keluarga. Jurnal Unair.
10
Smeltzer, B et all. (2010). Brunner’s and Center for Health Development.
Suddarth Textbook of Medical – http://www.who.int/mediacentre/new
Surgical Nursing 12th Edition. s/releases/2010/urban_health_20100
Philadelphia: Lippincot William & 407/en/ (Diakses tanggal
Wilkins. 18/06/2015)
Stuart, G.W & Laraia, M.T. (2005). World Heart Foundation. (2012).
Principles and Practice of Cardiovaskular Disease
Psychiatric Nursing. St.Louis: Risk Factors. Geneva:
Mosby. World Heart
Foundation. http://www.world-heart-
Tamparo, C.D & Lindh, W.Q. (2007).
federation.org/cardiovascular-
Therapeutic Communication for
health/cardiovascular-disease-risk-
Health Profesional. New York:
factors/diet/
Delmar.
Yohannes, A.M., et all. (2009).
Townsend, M.C. (2009). Psychiatric
Depression and anxiety in chronic
Mental Health Nursing 6th Edition.
heart failure and chronic obstructive
Philadelphia: F.A Davis Company.
pulmonary disease: prevalence,
Vanhaudenshuyse, A et all. (2014). relevance, clinical implications and
Neurophysiology of Hypnosis. management principles. nternational
Neurophysiologie Clinique Journal. Journal of Geriatric Psychiatry
Philadelphia: Elsevier. Volume 25, Issue 12, pages 1209–
1221, December 2010.
Vickers, A & Zollman, C. (1999). ABC
of Complementary Medicine:
Hypnosis and Relaxation Therapies.
British Medical Journal Vol 319
No. 7221.
http://www.jstor.org/stable/2518639
8

WHO. (2013). Urban Planning


Essential for Public Health.
Japan: WHO

Anda mungkin juga menyukai