Disusun oleh :
Ika januarti
Dosen pembimbing :
PRODI KEPERAWATAN
TAHUN 2022
Kata pengantar
Puji syukur pemakalah panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis. Adapun
maksud dari penyusunan Askep ini adalah untuk memenuhi tugas keperawatan Sistem Respirasi.
Disusunnya Askep ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak dan sumber.
Saya menyadari bahwa dalam menyusun Askep ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya Askep ini.
Saya berharap semoga Askep ini bisa bermanfaat bagi Saya khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan
tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan
dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran.
Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli
radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli
rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat
bergantung pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker
paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam
waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik
dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya.
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai hingga 13 persen dari
semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian
akibat kanker pada laki-laki. Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus
baru pada tahun 2007 dan 160.390 kematian akibat kanker paru. Berdasarkan data WHO,
kanker paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia, dan terbanyak
kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan Kanker paru juga merupakan penyebab
kematian akibat kanker terbanyak pada lakilaki dan kedua pada perempuan. Hasil penelitian
berbasis rumah sakit dari 100 RS di Jakarta, kanker paru merupakan kasus terbanyak pada laki-
laki dan nomor 4 terbanyak pada perempuan tapi merupakan penyebab kematian utama pada
laki-laki dan perempuan. Data hasil pemeriksaan di laboratorium Patalogi Anatomi RSUP
Persahabatan kanker paru merupakan lebih dari 50 persen kasus dari semua jenis kanker yang
didiagnosa.
Berdasarkan studi kasus penulis menemukan data kanker paru di Rumah Sakit Umum
Prof. W. Z. Johannes Kupang dari 2019 yang diambil dari bulan Januari hingga Juli 2019
berjumlah 7 kasus. Selain sebagai pemberi asuhan keperawatan perawat juga berperan
sebagai. Selain itu perawat dapat berperan sebagai pemberi pemberi keputusan klinis dan
mampu berpikir kritis dalam melakukan suatu asuhan keperawatan . Dengan adanya proses
keperawatan yang dimulai dari pengkajian pasien hingga evaluasi keperawatan maka
diharapkan kepada pelayanan keperawatan dalam peran pasien dalam kanker dapat di
tingkatkan.
1.2 Tujuan studi kasus
1.2.1.Tujuan umum
Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien Tn.B. T
kanker paru
1.2.2.Tujuan khusus
1. Penulis dapat melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Tn. B. T
2. Penulis dapat menegakkan diagnose keperawatan pada pasien Tn. B. T
3. Penulis dapat membuat perencanaan keperawatan pada pasien Tn. B. T
4. Penulis dapat melaksanakan tindakan pada pasien Tn. B. T di RSUD.
5. Penulis dapat melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Tn. B. T di
LANDASAN TEORI
Tumor paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel
bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas,
dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh
masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia
skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia (Slamet,
2011).
Tumor dibagi mejadi dua golongan besar yaitu tumor jinak (benign) dan tumor ganas
(malignant) atau yang popular dengan sebutan kanker, Dan defenisi kanker paru adalah tumor
ganas primer yang berasal dari saluran nafas (Bronkhus).
Umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi
paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor
penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain.
Dibawah ini akan diuraikan mengenai faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru :
1. Merokok, menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting,
yaitu 85% dari seluruh kasus. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya
telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi
oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan
merokok, dan lamanya berhenti merokok.
2. Perokok pasif, semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif,
atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan
risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orangorang
yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru
meningkat dua kali.
3. Polusi udara, kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru
jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat
dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan
kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial
ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka,
tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan
dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren.
4. Paparan zat karsinogen, beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen,
kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru. Risiko
kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada
masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium
meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
6. Genetik, terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi
pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga
gen-gen K-ras dan myc) dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan
CDKN2).
7. Penyakit paru, seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi
risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai
enam kali ebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Price dan
Wilson, 2006)
2.1.3 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan dysplasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan dysplasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebrae. Lesi yang
letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi menyebabkan
obstruksi dan ulserasi bronkus dengan diiikuti dengan supurasi dibagian distal. Gejala-gejala
yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dyspneu, demam, dan dingin. Wheezing
unilateral dapat terdengar pada saat auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
dan biasanya menunjukan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esophagus,
pericardium, otak, dan tulang rangka.
1. Batuk
2. Darah dalam dahak atau haemoptisis
3. Bronchitis atau infeksi pernapasan berulang
4. Kehilangan BB yang tidak dapat di jelaskan dan kelelahan
5. Kesulitan bernapas atau mengi
6. Demam yang berulang
7. Nyeri dada saat menarik napas dalam-dalam, kekakuan, suara sesak, disfalgia, edema pada
leher dan kepala ( bengkak pada leher dan wajah )
8. Tempat metastasis yang umum adalah nodus limfe, tulang, otak, paru kolateral, kelenjar
adrenalin
9. Kelemahan, anoreksia, penurunan BB dan anemia terjadi pada tahap akhir
2.1.5 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis, dan tujuan pengobatan kanker paru dapat berupa:
1. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup pasien.
2. Paliatif
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3. Rawat rumah (hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4. Suportif
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi, transfusi darah
dan komponen darah, obat antinyeri dan antiinfeksi. Penatalaksanaan medis terdiri dari:
a) Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat
semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru-paru
yang tidak terkena kanker.
b) Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien
dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau
terapi radiasi.
c) Radioterapi radikal
digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang tidak bisadioperasi. Terapi radikal
sesuai penyakit yang bersifat lokaldan hanya menyembuhkan sedikit.
d) Radioterapi paliatif
Penatalaksanaan Perawat:
a)) Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya.
b)) Dalam tindakan psikologi kurangi ansietas dengan memberikan informasi yang sering,
sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk mengatasi kondisi dan respon
terhadap pengobatan
2.1.6 Komplikasi
1. Efusi pleura
2. Sindrom vena kava superior ( SVCS )
3. Obstruksi bronkus
4. Invasi dinding toraks
5. Batuk darah ( Hemoptisis )
6. Kompresi penekanan esofogus
7. Kompresi sumsum tulang. Biasa terjadi karena efek samping obat maupun radiasi
8. Metastasis sel kanker kebagian tubuh yang lain
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Foto toraks
2. Bronkoskopi
3. CT-Scan toraks
4. Biopsi aspirasi jarum
5. Transbronchial needle aspiration (TBNA) didapat bahan untuk sitologi dan informasi
metastasis KGB subkarina atau paratrakeal.
6. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB) mendeteksi lesi kecil yang lokasinya agak diperifer.
7. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB) melihat lesi yang terletak di perifer dan
ukuran lebih dari 2cm.
8. Sitologi sputum pengambilan atau pengeluaran sputum
2.1.8 Pengobatan
Pengobatan kanker paru-paru dilakukan berdasarkan jenis, ukuran, letak, dan stadium kanker, serta
kondisi pasien secara keseluruhan. Ada beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan dokter,
yaitu:
1. Operasi
Operasi dilakukan jika kanker masih berada di satu sisi paru-paru dan belum menyebar ke sisi
lain paru atau organ lain (stadium I dan II). Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat tumor dan
sebagian jaringan sehat di sekitarnya. Tujuannya adalah untuk untuk menghambat penyebaran sel
kanker.
Lobektomi
Lobektomi dilakukan untuk mengangkat setengah bagian dari salah satu paru-paru yang terkena
kanker. Prosedur ini dilakukan pada kanker yang belum menyebar, tetapi berukuran cukup besar.
Pneumonektomi
Pneumonektomi dilakukan untuk mengangkat salah satu paru-paru secara keseluruhan, bisa
paru kanan atau paru kiri. Operasi ini dilakukan ketika kanker berada di tengah rongga dada atau telah
menyebar ke seluruh paru-paru.
Perlu diingat bahwa meskipun sebagian paru-paru telah diangkat, penderita kanker paru-paru tetap
dapat bernapas normal hanya dengan satu paru-paru.
2. Kemoterapi
Pada kanker paru stadium lanjut, kemoterapi dilakukan selama beberapa minggu atau beberapa
bulan untuk membunuh sel kanker, serta menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker yang
masih tersisa setelah operasi.
Kemoterapi juga dapat dilakukan sebelum operasi, untuk menyusutkan kanker sehingga lebih mudah
diangkat. Selain itu, kemoterapi juga berfungsi untuk meredakan gejala kanker yang dialami pasien.
3. Radioterapi
Radioterapi dilakukan setelah operasi untuk membunuh sel kanker yang masih tersisa. Ketika
operasi tidak mungkin lagi dilakukan pada kanker paru stadium lanjut, maka terapi radiasi bertujuan
untuk meredakan gejala dan menghambat penyebaran kanker.
4. Terapi target
Terapi target adalah pemberian obat yang menyerang protein pertumbuhan dari sel-sel kanker.
Obat ini diberikan pada pasien kanker stadium lanjut, jika operasi dan radioterapi sudah tidak efektif.
Jenis obat terapi target untuk kanker paru-paru antara lain erlotinib dan gefitinib.
5. Krioterapi
Krioterapi menggunakan gas bersuhu sangat dingin untuk menyusutkan tumor atau membunuh
sel kanker. Krioterapi dilakukan jika kanker telah menyumbat saluran pernapasan sehingga
menyebabkan pasien sulit bernapas.
6. Terapi ablasi
Terapi ini ditujukan pada penderita kanker paru-paru stadium awal. Terapi ablasi menggunakan
gelombang radio yang dapat menghasilkan panas untuk membunuh sel kanker.
7. Terapi fotodinamik
Pengobatan ini ditujukan pada pasien kanker paru-paru stadium awal yang menolak untuk
menjalani operasi. Terapi fotodinamik menggunakan sinar laser untuk menghancurkan sel kanker.
2.1.9 Pencegahan
Kanker paru-paru sulit dicegah, tetapi resiko terjadinya kanker ini dapat diturunkan dengan melakukan
beberapa upaya berikut:
1. Jangan merokok,berhenti merokok, dan hindari asap rokok. Upaya ini adalah cara utama untuk
mencegah kanker paru-paru
2. Lakukan pemeriksaan medis secara rutin, terutama bila anda merokok atau bekerja dilingkungan
yang tinggi paparan bahan kimia
3. Gunakan alat pelindung diri ditempat kerja yang banyak paparan bahan kimia berbahaya
4. Perbanyak komsumsi buah dan sayur
5. Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengomsumsi suplemen, terutama jika anda
merokok
6. Lakukan olahraga secara rutin,minimal 30 menit tiap harinya
2.1.10 Faktor resiko kanker paru
Hingga saat ini belum ada metode skrining yang sesuai bagi kanker paru secara umum.
Metode skrining yang telah direkomendasikan untuk deteksi kanker paru terbatas pada
kelompok pasien risiko tinggi. Kelompok pasien dengan risiko tinggi mencakup pasien usia > 40
tahun dengan riwayat merokok ≥30 tahun dan berhenti merokok dalam kurun waktu 15 tahun
sebelum pemeriksaan, atau pasien ≥50 tahun dengan riwayat merokok ≥20tahun dan adanya
minimal satu faktor risiko lainnya. Faktor risiko kanker paru lainnya adalah pajanan radiasi,
paparan okupasi terhadap bahan kimia karsinogenik, riwayat kanker pada pasien atau keluarga
pasien, dan riwayat penyakit paru seperti PPOK atau fibrosis paru. Pada pasien berisiko tinggi,
dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang mendukung kecurigaan adanya keganasan pada
paru-paru, dapat dilakukan pemeriksaan low-dose CT scan untuk skrining kanker paru setiap
tahun, selama 3 tahun, namun tidak dilakukan pada pasien dengan komorbiditas berat lainnya.
Pemeriksaan ini dapat mengurangi mortalitas akibat kanker paru hingga 20%.
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila
sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Gejala-gejala dapat bersifat :
2. Invasi lokal :
a. Nyeri dada
b. Dyspnea karena efusi pleura
c. Invasi ke pericardium terjadi tamponade atau aritmia
d. Sindrom vena cava superior
e. Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
f. Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakhialis dan sar simpatis servikalis
Tumor Paru
Eksternal
Merokok
Tumor Ganas
Polusi udara
Diet
Inhalasi, paparan
Genetic Internal
zat karsinogenik
Penyakit paru
Perokok pasif
Batuk, sesak nafas, demam,
Asap rokok dingin, penurunan berat badan,
batuk berdarah
Peradangan kronik
Karsinoma paru
Dx 1 :
bersihan jalan Sesak nafas
nafas tidak
Dx 3:
malaise
intoleran
Pencegahan:
- Mencuci tangan sebelum makan
- Menutup hidung pada saat batuk dan bersin
DX 1 : Pengobatan:
Bersihan - Memperbanyak istirahat
jalan napas - Banyak konsumsi air putih
Manifestasi Klinis:
- Pasien nampak lemah dan pucat
DX 2 : Nyeri
DX 3 : Intoleran
aktivitas
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian dilakukan dengan cara
berurutan, perawat harus mengetahui data aktual apa yang diperoleh, faktor resiko yang
penting, keadaan yang potensial mengancam pasien dan lain-lain (Nursalam, 2015).
data dasar pasien. Pengkajian dilakukan saat pasien masuk instansi pelayanan
kesehatan. Data yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan tahap selanjutnya dalam
proses keperawatan.
Data yang perlu dikaji pada pasien Tumor paru dapat berupa :
a. Identifikasi klien yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal MRS dan diagnose medis.
b. Riwayat penyakit meliputi : keluhan utama, biasanya klien datang dengan keluhan batuk
pilek serta panas, kesehatan sekarang, kesehatan yagn lalu, riwayat kesehatan keluarga,
riwayat nutrisi, eliminasi, personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik berfokus pada system pencarnaan meliputi : keadaan umum
(penampilan, kesadaran, tinggi badan, BB dan TTV), kulit, kepala dan leher, mulut,
abdomen.
d. Aktivitas dan isrirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, cape atau lelah, insomnia, tidak bisa tidur pada malam
hari, karena badan demam.
e. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak, bau, atau berair Tanda : kadang –
kadang terjadi peningkatan bising usus.
Tujuan yang direncanakan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, tujuan
keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien, dapat diukur, didengar,
diraba, dirasakan, dicium. Tujuan keperawatan harus dapat dicapai serta dipertanggung
jawabkan secara ilmiah dan harus mempunyai waktu yang jelas. Pedoman penulisan kriteria
hasil berdasarkan “SMART”
2.2.5 Implementasi
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau melaksanakan
rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015).
Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan intervensi
keperawatan dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah dituliskan dalam rencana
keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat disebut bahwa pelaksanaan adalah peletakan
suatu rencana menjadi tindakan yang mencakup :
Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang dapat digunakan
perawat untuk memutuskan/menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana
keperawatan tercapai, yaitu :
a. Tujuan tercapai.
b. Tujuan sebagian tercapai.
c. Tujuan tidak tercapai.
Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien Tumor paru harus sesuai dengan
rencana tujuan yang telah ditetapkan yaitu :
3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Tn. B. T,
Umur : 55 tahun
Pendidikan terakhir : SD
Alamat : Tuapukan
Pekerjaan : petani
Status : menikah
2. Penanggung jawab
Nama : Ny. M. T
Alamat : Tuapukan
3. Keluhan utama
Klien datang dengan keluhan batuk dan nyeri dada bagian kanan, nyeri tersebut
bertambah saat klien batuk dan melakukan aktivitas, Klien juga mengatakan saat mulai batuk
selalu pergi berobat di puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat.
4. Riwayat kesehatan
Klien pernah menderita sesak nafas dan darah tinggi diatasi dengan berobat ke
puskesmas terdekat.
- Klien mengeluh lemas dan mengalami penurunan berat badan 6 kg dari 48 menjadi 42 kg
- Klien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya mampu menghabiskan 1 porsi perhari, -
klien juga merasa sakit kepala.
3) Riwayat alergi
5) Riwayat Psikososial
kebiasaan merokok sebanyak 6-10 batang rokok per hari, pasien mulai merokok sejak
usia 14 tahun dan pasien tidak pernah mengonsumsi alkohol serta pasien minum kopi 2
gelas/hari waktunya pagi dan sore hari. Lalu pasien diantar ke rumah sakit tanggal 10 Juli 2022,
dirawat di ruang Kelimutu, karena batuk. Sejak tanggal 10- 15 juli 2022 pasien mendapat terapi
IVFD Futrolit 1000 cc/ 24 jam, injeksi etorolax 3 x 30gr/ IV, dan Cotitam 3x1 tablet.
6) Genogram
Genogram/keturunan pasien memliki 5 bersaudara yang terdiri dari laki-laki 3 orang dan
perempuan 2 orang orang, klien anak ke-5 dari 5 bersudara dan diantara mereka sudah
menikah semua tidak ada yang menderita penyakit seperti yang Tn.B. T derita sekarang ini.
7) Tanda Vital
TD : 130/100 mmHg,
N: 84 kali/menit S :36,50 c,
RR: 26 kali/menit.
SpO2: 97%
8) Pemeriksaan fisik
penglihatan normal, konjungtiva pucat, sclera anemis, nyeri tidak ada, pendengaran baik,
penciuman baik dan tidak ada pembesaran kelenjar di leher, keadaan bibir kering dan warna
mukosa pucat.
susah menggerakan bagian ekstremitas bawah, terdapat nyeri pada tulang belakang.
9) Pola Eliminasi
Eliminasi kebiasaan dalam sehari Buang air kecil 1-3x/hari warna kuning, sedangkan
perubahan selama sakit 1-2x/hari. Belum BAB sejak 1 minggu
10) Aktivitas
Ketika pasien mempunyai masalah pasien membicarakan masalahnya pada orang yang dekat
dan orang yang bisa dipercayai.
Ketika ada masalah dalam keluarga pasien dan keluarga saling bertukar pendapat dan saling
mendengarkan satu sama lain.
12) Spritual
Kegiatan keagamaan : Ketaatan menjalankan ibadah pasien selama sakit tidak dapat
melakukan kegiatan ibadah seperti pergi ke gereja. Pasien hanya dapat berdoa dengan keluarga
di rumah sakit saja. Keterlibatan dalam organisasi keagamaan pada waktu sebelum sakit pasien
selalu mengikuti kegiataan keagamaan dan kebaktian rohani, sedangkan selama sakit pasien
tidak terlibat dalam kegiatan keagamaan.
Analisa Data
1 DS : karsinoma paru
DO :
Saat dikaji pasien tampak meringis
kesakitan, skala nyeri 4 Skala nyeri 4
3 DS: Karsinoma paru
Sesak nafas
Malaise
Intoleran aktivitas
3.1.3 Diagnosa dan Intervensi
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan invasi sel-sel ganas di paru-paru
3.1.4 Perencanaan
-pergerakan 4. memastikan
sputum keluar pasien mengerti
dari jalan nafas mengenai tumor
paru dan mudah
untuk bekerja
-pergerakan sama
sumbatan keluar
dari jalan nafas
-kemudahan
bernafas
5.
menghilangkan
rasa nyeri dan
mempermudah
kerja sama
dengan
intervensi terapi
lain
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi di
lanjutkan
14 juli Nyeri berhubungan 1. Mengkaji tingkat nyeri, S:
2019, dengan agen cedera beratnya (skala 0-10)
Pasien mengatakan
17:00 biologis
2. memberikan istirahat masih merasa nyeri
dengan posisi semifowler
O:
3. mengobservasi ttv tiap
24 jam -Wajah pasien
tampak meringis
4. mengajarkan teknik -skala nyeri 4
relaksasi -pasien mendapat
injeksi KTC 1x3
5. Mengkolaborasi dengan ampul/hari
tim medis dalam -TTV: RR: 25x/menit S:
pemberian obat analgesik 370c, N: 84x/menit
-pasien tampak pucat
-pasien tampak lemas
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi di
lanjutkan
14 juli Intoleransi aktivitas 1. Mengidentifikasi S:
2019, berhubungan dengan aktivitas-aktivitas pasien
Pasien mengatakan
17:00 ketidakseimbangan antara yang di inginkan dan
dapat melakukan
suplai dan kebutuhan sangat berarti baginya aktivitas ringan
oksigen sendiri
2. Memberikan latihan
gerak pasif dan aktif O:
3. Membantu pasien
-Pasien sudah tidak
dalam melakukan aktivitas tampak pucat
yang memberatkan -Pasien masih sedikit
tampak lemas
4. Mengajarkan kepada -Pasien tampak suka
pasien latihan yang dapat dengan kamarnya
meningkatkan kekuatan
dan ketahanan A:
Intervensi di
lanjutkan
2 15 juli Bersihan jalan nafas tidak 1. membantu pasien S:
2019, efektif berhubungan berada di posisi yang
Ibu pasien
08:00 dengan produksi sputum nyaman
mengatakan batuk
yang berlebihan pasien sudah redah
2. mengAuskultasi suara
nafas, catat adanya suara O:
tambahan
Keadaan umum baik
3. mengajarkan batuk -kesadaran
efektif composmentis GCS 4-5-
6, CRT<2detik
-TTV: RR: 28x/menit
S: 360C N: 90x/menit
-tidak terpasang
oksigen
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi di hentikan
15 juli Nyeri berhubungan 1. Mengkaji tingkat nyeri, S:
2019, dengan agen cedera beratnya (skala 0-10)
Pasien mengatakan
08:00 biologis
2. memberikan istirahat sudah tidak merasa
dengan posisi semifowler nyeri
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi di hentikan
15 juli Intoleransi aktivitas 1. Mengidentifikasi S:
2019, berhubungan dengan aktivitas-aktivitas pasien
Pasien mengatakan
08:00 ketidakseimbangan antara yang di inginkan dan
sudah dapat
suplai dan kebutuhan sangat berarti baginya melakukan segala
oksigen aktivitasnya sendiri
2. Memberikan latihan
tanpa bantuan
gerak pasif dan aktif perawat dan keluarga
3. Membantu pasien
O:
dalam melakukan aktivitas
yang memberatkan -Pasien sudah tidak
tampak pucat
4. Mengajarkan kepada -Pasien sudah tidak
pasien latihan yang dapat tampak lemas
meningkatkan kekuatan -Pasien tampak suka
dan ketahanan dengan kamarnya
Intervensi di hentikan
BAB 4
4.1 Kesimpulan
intervensi yang ditetapkan adalah atur posisi semi fowler, untuk diagnosa intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen adalah
melakukan latihan ROM aktiv dan pasif dan memantau makan untuk diagnose ketidak
seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor biologis
4.2.3 Dalam memberikan perawatan diagnosa harus tercatat dengan baik agar perawat terarah
melakukan tindakan
. 4.2.4 Dalam penyuluhan menggunakan media dengan baik dan dokumentasi dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Alimul . A. H.. (2008) Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Ed. 5. Salemba Medika. Jakarta Anwar A. 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional Vol 8 No 8. Brunner & Suddarth.2000. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1.
Jakarta:EGC Bulechek,dkk. 2013. Nursing Intervention Classification Edisi 6.ElsevierBadan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit .2019 . Peringatan Hari Kanker Sedunia Tahun
2019 .Jakarta. Guyton, Arthur C (2003), fisiologi manusia dan mekanisme penyakit EGC
penerbitan buku kedokteran, JakartaGloria M. Bulehek, dkk (2016) Nursing Interventions
Classification (NIC).Edisi keenamNurarif A. H & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc ed 1. Jogjakarta : Penerbit MediactionTylor M.
Cyntia & Ralph Sparks Shella (2003). Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan. Edisi 10.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC