Anda di halaman 1dari 17

KANKER PARU

Dosen Pengampuh:

Fahliani Dwi Armarin, S.Kom

Disusun Oleh:

Tania Diah Masitah

1911167

PSIK 2B

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi

Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur
kepada Allah atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu merupakana fisik maupun akal
pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan makalah sebagai tugas dari mata
kuliah Keperawatan Dasar II dengan judul “Kanker Paru”. Penulis tentu juga menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu khususnya kepada
dosen matakuliah Ibu Fahliani Dwi Armarin, S.Kom yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Lubuk pakam, 13 Januari 202

Penulis

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kanker paru adalah penyakit pertumbuhan jaringan yang tidak dapat terkontrol
pada jaringan paru. Tumor ini timbul pada epitel organ respirasi (bronkus,
bronkiolus, alveolus). Pertumbuhan ini dapat menyebabkan metastasis pada
jaringan yang berdekatan dan infiltrasi ke luar jaringan paru (Fauci, 2008).
Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993
dilaporkan 173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia
berjumlah 34.696/tahun. Di negara berkembang lain dilaporkan insidennya
meningkat dengan cepat. Hal tersebut dikarenakan karena konsumsi rokok
berlebihan. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65%), dengan life time
risk 1 : 13 dan pada wanita 1 : 20 ( Tabrani,2010). Kanker paru-paru adalah jenis
kanker yang paling sering menyerang pria di Indonesia. Berdasarkan data
Globocan atau International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun
2012, di Indonesia terdapat 25.322 kasus kanker paru-paru yang menimpa pria
dan 9.374 kasus yang menimpa wanita. Terdapat dua jenis kanker paru-paru
primer berdasarkan jenis selnya, yaitu kanker paru-paru sel kecil (small-cell lung
cancer/SCLC) dan kanker paru-paru non-sel kecil (non-small-cell lung
cancer/NSCLC). Kanker paru-paru non-sel kecil berpeluang empat kali lebih
sering terjadi dibandingkan dengan kanker paru-paru sel kecil. Kanker paru-paru
sel kecil (SCLC) biasanya hanya menimpa para perokok berat dan penyebarannya
lebih cepat dibandingkan dengan kanker paru-paru nonsel kecil (NSCLC)
(Kumar, Cotran and Robbins, 2007). Obat – obat kanker, teknologi medis mahal,
alat canggih seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computerized
Tomography Scanner (CT Scan) diperlakukan sebagai barang komoditas biasa
atau bahkan barang mewah yang terkena pajak pertambahan nilai. Biaya yang
ditimbulkan akibat indikasi kanker paru yang diderita menelan jumlah rupiah

3
yang tidak sedikit (Thabrany, 2014). Dalam pengobatan kanker paru terdapat
bermacam macam obat yang digunakan dalam kemoterapi salah satunya adalah
vinorelbine dan kombinasi vinorelbine dengan platinum base (cisplastin dan
carboplatin). Vinorelbine sendiri adalah golongan obat penghambat mitosis yang
diperoleh dari alkaloid dan senyawa lain yang berasal dari alam. Golongan obat
ini dapat menghentikan mitosis atau menghambat enzim untuk membentuk
protein yang dibutuhkan dalam reproduksi sel. Obat ini bekerja selama fase M
dari siklus sel. Sedangkan Cisplastin dan Carboplatin adalah senyawa platinum
yang bekerja merusak DNA dengan jalan modus tindakan yang melibatkan
generasi lesi DNA diikuti oleh aktivasi dari respon kerusakan DNA dan induksi
apoptosis mitokondria. Pembiayaan kesehatan di Indonesia semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Kenaikan biaya kesehatan terjadi akibat penerapan teknologi
canggih, karakter supply induced demand dalam pelayanan kesehatan, pola
pembayaran tunai langsung ke pemberi pelayanan kesehatan, pola penyakit
kronik dan degeratif, serta inflasi. Kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan
semakin sulit diatasi oleh kemampuan penyediaan dana pemerintah maupun
masyarakat. Peningkatan biaya tersebut dapat mengancam akses dan mutu
pelayanan kesehatan dan oleh karenanya harus dicari solusi untuk mengatasi
masalah pembiayaan kesehatan ini (Andayani, 2013).
Analisis manfaat biaya dipergunakan untuk mengevaluasi pengunaan sumber –
sumber ekonomi supaya sumber yang langka tersebut dapat digunakan secara
efektif dan efisien. Pemerintah mempunyai banyak program / rencana yang harus
dilaksanakan sedangkan biaya yang tersedia sangat terbatas. Dengan analisis ini
pemerintah menjamin penggunaan sumber – sumber ekonomi yang efisien
dengan memilih program-program yang memenuhi kriteria. Analisis manfaat dan
biaya merupakan alat bantu untuk membuat keputusan publik dengan
mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat. Terdapat dua pihak yang yang
menaruh perhatian dalam analisis ini, yaitu pertama para praktisi teknis dan
ekonom yang berperan dalam mengembangkan metode analisis, pengumpulan
data, dan membuat analisis serta rekomendasi. Kedua, pemegang kekuasaan

4
eksekutif yang berwenang untuk membuat peraturan dan prosedur untuk
melaksanakan kekuasaan publik (Prasetio, 2012). Biaya yang dikeluarkan untuk
menangani kanker paru cukuplah besar. Biaya tersebut mencakup biaya medis
maupun non medis. Sehingga hal yang terpenting adalah bagaimana memberikan
obat yang baik dengan dana yang tersedia secara tepat. Kasus kanker paru di
RSUD Dr. Soetomo banyak terjadi per tahunnya. Menurut Evans and William
(2007) estimasi biaya medis langsung untuk kanker paru berkisar $ 4,7 billiun
Sedangkan penelitian di California tahun 1997 biaya medis langsung untuk
kanker paru berkisar $ 33000. Oleh karena itu perlu diteliti lebih lanjut mengenai
besarnya biaya pengobatan kanker paru pada pasien rawat inap di RSUD Dr.
Soetomo menggunakan metode cost analysis. Diharapkan juga dengan adanya
gambaran pengobatan kanker paru dapat menjadi pertimbangan bagi tenaga
kesehatan untuk berhati-hati dalam memberikan obat sehingga tercapai
keberhasilan penyembuhan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran
terapi pasien kanker paru di instalasi rawat inap RSUD Dr. Soetomo Surabaya
tahun 2014 sampai 2017 dan untuk mengetahui biaya medik langsung rata-rata
terapi kanker paru berdasarkan kelas perawatan dengan metode cost analysis di
instalasi rawat inap rumah sakit.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, dapat diajukan rumusan masalah sebagai
berikut:
a. Berapa besar komponen rata rata biaya obat kemoterapi keseluruhan pasien
kanker paru yang diberikan kemoterapi Vinorelbine kombinasi Cisplatin dengan
Vinorelbine kombinasi Carboplatin di RSUD Dr.Soetomo Surabaya ?
b. Berapa besar biaya medis langsung rata - rata pasien kanker paru yang
diberikan kemoterapi Vinorelbine kombinasi Cisplatin dengan Vinorelbine
kombinasi Carboplatin di RSUD Dr.Soetomo Surabaya ?
c. Apakah ada perbedaan biaya medis langsung rata-rata antara pasien kanker
paru yang diberikan kemoterapi Vinorelbine kombinasi Cisplatin dengan
Vinorelbine kombinasi Carboplatin di RSUD Dr.Soetomo Surabaya ?

5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
gambaran pengobatan kanker paru dan mengevaluasi besar biaya medis langsung
rata – rata penggunaan kemoterapi kombinasi Vinorelbine Carboplatin dan
Vinorelbine Cisplastin pada pasien rawat inap di RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
1.3.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Mengevaluasi efek samping kemoterapi kombinasi Vinorelbine dan Cisplastin
dengan Vinorelbine dan Carboplatin pada pasien kanker paru di RSUD
Dr.Soetomo Surabaya.
b. Mengevaluasi biaya yang dikeluarkan dalam mengatasi efek samping obat
kemoterapi kombinasi Vinorelbine dan Cisplastin dengan Vinorelbine dan
Carboplatin pada pasien kanker paru di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.4 Hipotesa Penelitian
1. Ada perbedaan biaya medis langsung rata – rata pengobatan antara kombinasi
Vinorelbine dan Cisplastin dengan Vinorelbine dan Carboplatin pada pasien non-
small cell lung carcinoma rawat inap di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi dapat memberikan
informasi tentang gambaran pengobatan kanker paru dan rata – rata besar biaya
medis langsung.
2. Bagi pasien yaitu meningkatkan pemahaman dan memberikan edukasi kepada
pasien kanker paru di RSUD Dr. Soetomo untuk memilih pengobatan mana yang
tepat dengan biaya yang baik sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik
kepada pasien tersebut.
3. Bagi peneliti adalah dapat menerapkan praktek kefarmasian sebagai penyedia
layanan kesehatan dengan memberikan pengetahuan kepada pasien kanker paru
terhadap pemilihan obat yang tepat dengan biaya yang baik.

6
4. Bagi rumah sakit adalah sebagai tambahan informasi atau masukan untuk
rumah sakit tentang pola pemilihan dan pemberian obatobatan yang tepat untuk
pasien dan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kanker Paru
Kanker paru merupakan kanker yang onsetnya dimulai dari paru-paru dimana terjadi
pertumbuhan sel abnormal yang sangat cepat dan tidak terkendali. Pertumbuhan sel yang
tidak normal tersebut dipicu oleh kerusakan DNA diantaranya adanya delesi pada bagian
DNA, inaktivasi gen supresor tumor, aktivasi protoonkogen menjadi onkogen, tidak
terjadinya apoptosis dan aktivitas dari enzim telomerase.(Yu, dkk, 2014; Yolder
dkk,2010)
2.2 Klasifikasi dan Epidemiologi
Kanker Paru Di Indonesia, kanker paru termasuk dalam 3 besar kanker terbanyak
bersama dengan kanker payudara dan kanker serviks. Kanker paru merupakan kanker
dengan prevalensi terbanyak yang diderita oleh pria. Berdasarkan data dari RS Kanker
Dharmais Jakarta, prevalensi dari kanker paru dari tahun 2010 hingga 2013 selalu
meningkat, dimana pada tahun 2010 terdapat 117 kasus dengan 38 kematian, tahun 2011
terdapat 163 kasus dengan 39 kematian, tahun 2012 terdapat 165 kasus dengan 62
kematian, dan pada tahun 2013 terdapat 173 kasus dengan 65 jumlah kematian. (Instalasi
Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan RS Kanker Dharmais, 2010-2013). Berdasarkan
data RISKESDAS pada tahun 2013, terdapat 347.792 orang yang menderita kanker
dengan 8.729 orang merupakan penduduk Bali dan kebanyakan penderita berumur diatas
75 tahun, akan tetapi masih belum ada data spesifik mengenai kanker paru baik di Bali.
(Pusdatin Kemenkes RI,2015) Berdasarkan data Register pada Poli Paru RSUP Sanglah
pada tahun 2014 dan 2015, Kanker paru merupakan salah satu kasus penyakit paru
terbanyak dengan total kasus 583 pada tahun 2014 dan 968 pada tahun 2015 Secara
umum, kanker paru dibagi kedalam dua jenis yaitu NSCLC dan SCLC. Perbedaan
diantara keduanya adalah SCLC memiliki agresivitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan NSCLC. Namun secara epidemiologi, NSCLC lebih sering dijumpai, yakni
sekitar 85% dari total kasus kanker paru. Menurut klasifikasi WHO, kanker paru terdiri
dari 4 tipe major sel yaitu SCLC, NSCLC yang termasuk adenokarsinoma, SCC dan

7
LCC. Secara histologi, tumor dapat terjadi baik berupa tipe tunggal maupun campuran.
(WHO,2012) SCC merupakan jenis terbanyak dari NSCLC yang terdiagnosis. Morfologi
SCC menyerupai tumor ekstrapulmonal yang nampak seperti sarang tumor yang
terinflitrasi yang tidak memiliki jembatan intraselular. Keratin seringkali nampak pada
morfologi jaringan SCC. Terjadinya SCC ini diduga dipengaruhi oleh merokok, seiring
menurunnya jumlah perokok, maka SCC tergantikan oleh adenokarsinoma sebagai jenis
NSCLC yang paling sering terdiagnosis. Adenokarsinoma paling sering mengenai wanita
berumur di bawah 60 tahun. Adenokarsinoma memiliki kelenjar, struktur papilari, pola
branchioalveolar, musin sel atau pola solid yang terdiferensiasi buruk. Adenokarsinoma
memiliki tipe signet ring, clear cell and mucinous serta fetal adenocarcinoma. BAC
merupakan subtype dari adenokarsinoma yang tumbuh bersama alveolus tanpa
menginvasi dan dapat dilihat sebagai masa tunggal multinoduler difus pada X-ray, dan
“ground glass” opacity pada CTScan.(Harrison,2012) SCLC merupakan tumor
neuroendokrin yang cenderung muncul sebagai masa sentral dengan pertumbuhan
endobrakial dan sangat berhubungan dengan merokok. SCLC memiliki sel dengan
sitoplasma yang sedikit, nucleus hiperkromatik kecil dengan pola kromatin seperti “Salt
and Pepper” serta nucleolus yang prominen. SCLC sering memproduksi hormone
spesifik seperti ACTH, AVP, ANF dan GRP yang berhubungan dengan distinctive
paraneoplastic syndrome.(Harrison,2012) LCC cenderung muncul pada bagian perifer
dan nampak sebagai karsinoma yang berdeferensiasi buruk dari komposisi paru tanpa
adanya bukti squamous, diferensiasi grandular atau SCLC pada mikroskop cahaya.
Tumor ini terdiri dari lapisan sel malignant besar yang berkaitan dengan nekrosis. Varian
dari LCC termasuk basaloid karsinoma yang muncul sebagai lesi endobrakial yang
menyerupai tumor neuroendokrin stadium tinggi dan lymphoepithelioma-like carcinoma
yang berkaitan dengan infeksi EBV. (Harrison, 2012)
2.3 Staging Kanker Paru
Penderajatan untuk KPKBSK ditentukan menurut International System For Lung
Cancer, berdasarkan sistem TNM. Pengertian T adalah tumor yang dikategorikan atas
Tx, To s/d T4, N untuk keterlibatan kelenjar getah bening(KGB) yang dikategorikan atas
Nx, No s/d N3,sedangkan M adalah menunjukkan ada atau tidaknya metastasis jauh.
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,2003)
2.4 Faktor Risiko Terjadinya Kanker Paru
2.4.1 Jenis Kelamin

8
Jenis kelamin diduga berkaitan dengan kejadian kanker paru. Hal ini dapat dilihat dari
data epidemiologi bahwa pasien kanker paru pria lebih banyak dari wanita begitu juga
dengan jumlah kematiannya. Laki-laki memiliki tingkat metilasi pada gen Ras
Association domain Family 1A (RASSF1A) yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan yaitu 7,5% dibandingkan dengan 17,9% dengan nilai P.(Vaissiere dkk, 2015)
dimana gen RASSF1A merupakan salah satu tumor supresor yang mengkode protein
menyerupai RAS efektor protein, sehingga apabila terjadi metilasi yang menginduksi
inaktivasi dari ekspresi gen tersebut maka akan menimbulkan hilangnya inhibisi pada
Cyclin D1 sehingga cell cycle arrest tidak terjadi. Hal ini tentunya menyebabkan sel
membelah secara tidak terkendali dan menjadi kanker. (Song dkk, 2008) Tingginya
kejadian kanker paru pada laki-laki juga dapat dikaitkan dengan kebiasaan merokok laki-
laki yang lebih besar dibandingkan perempuan yaitu 63,38% dibandingkan dengan
31,62% dengan nilai P
2.4.2 Umur Menurut data epidemiologi, kebanyakan penderita kanker paru merupakan
orang yang sudah berumur. Kecenderungan data memperlihatkan bahwa semakin tuanya
umur maka akan semakin tinggi risikonya untuk terkena kanker. Sebuah penelitian yang
dilaksanakan pada tahun 2014 menyebutkan bahwa adanya kecenderungan pola merokok
sesuai umur turut mempengaruhi terjadinya kanker paru. Populasi yang berumur 50-75
tahun, 77%nya merupakan perokok aktif (p70tahun memiliki kecenderungan inaktivasi
gen GTSP1 dan RASSF1A yang paling tinggi diantara kelompok umur lainnya. Hal ini
menyebabkan golongan umur diatas 45 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
menderita kanker paru dibandingkan populasi yang berumur dibawah 45 tahun. (Vaissere
2015) Sebuah penelitian insiden kanker di Korea juga membuktikan bahwa
kecenderungan kanker paru terjadi pada pria dan wanita diatas 65 tahun.(Kyu dkk, 2011)
2.4.3 Riwayat Merokok Merokok memiliki kaitan yang erat dengan kejadian kanker
paru. Rokok memiliki 73 jenis zat pemicu kanker dan 16 diantaranya diakui sebagai
karsinogen. Karsinogen yang erat kaitannya dengan kanker paru adalah NKK, NNN dan
PAH. NNK dengan dosis 1,8mg/kg dapat menginduksi kanker paru pada mencit,
estimasi dosis terendah dari NNK pada perokok dengan lama merokok 40 tahun adalah
sekitar 1,1mg/kg sehingga risiko kanker paru akan semakin tinggi apabila lama merokok
semakin panjang.(Yuan dkk,2015). Merokok juga mempengaruhi metilasi gen MTHFR,
tingkat metilasi gen MTHFR pada orang yang merokok lebih tinggi secara signifikan
yaitu 72,1% dibandingkan dengan mantan perokok (63,8%) dan yang tidak merokok

9
(31,6%). MTHFR merupakan produk gen yang memainkan peran sebagai methionine
pool serta memastikan bahwa kadar homosistein dalam tubuh tidak mencapai level
toksik. Enzim MTHFR mengkatalis sintesis metionin yang dibutuhkan dalam
metabolism S-adenosilmetionin yang memiliki peran penting pada proses metilasi DNA
dan ekspresinya dapat mengubah metilasi DNA yang bersangkutan, Inaktivasi MTHFR
menyebabkan penurunan signifikan 5-metilsitosin yang akan menginduksi hipometilasi
DNA yang nantinya akan mengganggu program cell death yang memicu perkembangan
tumor.(Vassiere dkk,2015)
2.4.4 Berat Badan
Berat badan memiliki kaitan dengan berbagai jenis kanker. Indeks Masa Tubuh (IMT)
yang tinggi merupakan salah satu predisposisi dari berbagai jenis kanker, akan tetapi
kanker paru memiliki kecenderungan yang berbeda dengan kanker lainnya. Kenaikan
IMT justru memberikan efek negative terhadap risiko kanker paru. .(Bashkaran
dkk,2014)
2.4.5 Riwayat Penyakit Paru Lainnya Salah satu penyakit paru yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya kanker paru adalah PPOK yang merupakan penyakit fatal dan
progressive pada paru ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak
sepenuhnya reversible. Hambatan aliran ini bersifat progresif dan berhubungan dengan
respon inflamasi paru terhadap partikel beracun. Baik PPOK maupun kanker paru sama-
sama memiliki kaitan erat dengan merokok seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab
merokok diatas(Durham&Adcock, 2015; Faner et,al,2014.)
2.4.6 Riwayat Penyakit
Ekstrapulmonal Komorbiditas pada pasien kanker paru memiliki efek positif terhadap
perkembangan kanker dan efek negative terhadap kemampuan survival pasien.
Komorbiditas juga dapat menutupi gejala kanker paru sehingga menyebabkan diagnosis
kanker yang tertunda. Komorbiditas juga mempengaruhi proses penyembuhan kanker
paru dikarenakan kebanyakan komorbiditas menjadi salah satu kontra indikasi dari
tindakan operasi. Beberapa penyakit ekstrapulmonal yang dapat memicu terjadinya
kanker paru sekaligus memperparah perjalan kanker paru adalah kondisi-kondisi yang
menurunkan sistem imunitas seperti infeksi HIV, penggunaan obat imunosupresan pada
pasien autoimun maupun pasien dengan riwayat transplantasi organ. Adapun penyakit
metabolik seperti diabetes juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker paru.
(Lachina, Green & Jakobsen, 2014)

10
2.4.7 Pekerjaan
Berbagai pekerjaan memiliki risikonya masing-masing. Beberapa pekerjaan memiliki
asosiasi dengan meningkatkan risiko seseorang untuk menderita kanker paru dikarenakan
lingkungan yang dapat mengganggu fungsi paru. Eksposur dalam pekerjaan yang paling
sering adalah eksposur dari debu serbuk kayu. Pekerjaan yang terpapar dengan debu
serbuk kayu ini diantaranya tukang gergaji, tukang kayu, pengrajin kayu dan pekerja
furnitur. Paparan dari debu kayu diyakini sebagai salah satu faktor risiko kanker paru
terbukti dalam penelitian pasien kanker paru yang bukan perokok memiliki
kecenderungan bekerja dengan paparan dari debu kayu (OR=1,4 ; 95%CI= 1-2).
(Vallieres dkk,2015)
2.4.8 Riwayat Keluarga Keluarga diduga memiliki peranan penting dalam kejadian
kanker paru. Keluarga diduga memiliki peran penting dalam menurunkan polimorfisme
pada gen seseorang. Keluarga juga diduga berperan dalam menurunkan kebiasaan
merokok pada seseorang. Studi meta analisis yang dibuat oleh Makidou dkk
menunjukkan bahwa dari 31 case control 27 diantaranya menunjukkan riwayat kanker
paru pada keluarga berkaitan dengan peningkatan risiko kanker paru (95%CI : 1,58-2.10)
dan 11 dari studi tersebut menujukkan peningkatan risiko signifikan pada pasien yang
tidak pernah merokok yang menandakan keluarga berperan besar pada pewarisan genetik
kanker (95%Ci : 1,1-2,06). Sedangkan dari 17 studi cohort semuanya menunjukkan
peningkatan risiko kanker paru yang signifikan pada pasien dengan riwayat keluarga
(95%CI: 2,57-40,41). (Matakidou dkk, 2006)

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Riwayat pasien dan keluarga:
a. Pengetahuan tentang jenis kanker & stadium
b. Pengobatan kanker sebelumnya; Perilaku pasien/ keluarga terhadap pengobatan
Pengalaman efek samping dan tingkat keparahannya Cara untuk meminimalkan efek
samping Efektifitas untuk menurunkan insiden dan keparahan efek samping
c. Diet ( Asupan nutrisi)
d. Pengobatan alternatif /komplementer
e. Pengetahuan tujuan dari pengobatan PEMERIKSAAN FISIK Sistem Pernafasan
Sistem Kardiovaskuler Sistem Persyarafan Sistem Perkemihan Sistem Pencernaan
Sistem Muskuloskeletal dan Integumen Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang
pada pasien kanker paru antara lain (PDPI,2003) :
1. Foto toraks
2. Bronkoskopi
3. CT-Scan toraks
4. Biopsi aspirasi jarum
5. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA) didapat bahan untuk sitologi dan
informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal.
6. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB) mendeteksi lesi kecil yang lokasinya agak
diperifer.
7. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)melihat lesi yang terletak di perifer
dan ukuran lebih dari 2cm.
8. Sitologi sputum pengambilan atau pengeluaran sputum Respons pasien dan keluarga
terkait dengan pengetahuan tentang penyakit & pengobatannya, misal pengalaman
kemoterapi Support sistem dan orang-orang terdekat Pengkajian Psikososial Diagnosa
keperawatan

12
1. Kerusakan pertukaran gas, yang berhubungan dengan penurunan kapasitas paru
sekunder terhadap destruksi jaringan
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif, yang berhubungan dengan obstruksi tumor dan
peningkatan sekresi trakeobronkial.
3. Nyeri, yang berhubungan dengan tekanan tumor pada jaringan penunjang dan erosi
jaringan. Masalah yang mungkin muncul :
1. Muncul sputum pada jalan nafasnya yang mengganggu pernafasan.
2. Kekurangan nutrisi yang disebabkan batuk yang melelahkan.
3. Aktivitas juga menurun karena nyeri pada dadanya.
4. Koping pada individu tersebut menjadi tidak efektif
5. Pertukaran gas diparu-paru menjadi terganggu karena jalan nafasnya terhambat.
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Ketakutan /Anxietsa
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis
4. Gangguan rasa nyaman , nyeri
5. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan energi, fatigue, nyeri, obstruksi trakeobronkial
ansietas.
6. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
dispneu, kelemahan umum, hilang berat badan, depresi.
7. Keseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh b/d proses penyakit aktif
(Hipermetabolisme), anoreksia, nausea , vomiting.
8. Kelemahan b/d hipermetabolisme, kecenderungan emosi tidak tertahan, tidak nyaman,
perubahan kimia tubuh.

13
BAB IV

PATHWAY

14
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan

15
1. Pasien kanker paru terbanyak berjenis kelamin laki-laki dan usia 51-60 tahun.
Pekerjaan terbanyak adalah buruh.
2. Gejala dan tanda klinis yang paling sering muncul adalah batuk, sesak napas dan nyeri
dada.
3. Pemeriksaan foto toraks terbanyak terdapat pada lokasi perifer, pemeriksaan ct-scan
terbanyak pada ukuran tumor.
4. Derajat kanker paru terbanyak pada derajat IIIB. Pengobatan yang paling sering
digunakan kemoterapi.
5. Metastasis terbanyak pada tulang. Komplikasi tersering adalah anemia.
6. Sistem pembayaran terbanyak pada BPJS. Pasien kanker paru dengan status pulang
atau perbaikan lebih banyak dibandingkan yang meninggal selama perawatan.
Saran
1. Perlu diadakan pengisian catatan medik dengan lengkap, baik catatan anamesis,
pemeriksaan penunjang yang diberikan agar dapat memudahkan dalam hal penelitian
selanjutnya.
2. Perlu perhatian khusus dalam derajat kanker agar dapat dilakukan pengobatan maupun
penanganan awal.
3. Perlu perhatian khusus pada derajat kanker paru terhadap pemeriksaan ct scan toraks
dikarenakan tidak kesesuaian dengan teori

DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/46681/8/BAB_VII_HASIL_KTI.pdf
https://rsparurotinsulu.org/po-content/po-upload/ASKEP%20KANKER.pdf

16
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28237/1/RATNA
%20AMALIAH-FDK.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai