Anda di halaman 1dari 12

GANGGUAN PLASENTA PREVIA

DISUSUN OLEH:

1. AYU SUNDARI (
2. DHEA PUTRI CAHYANI (
3. LELA NURIANTI (
4. RYAN ARDIANSYAH SINAMBELA (
5. SITI AISYAH (
6. SRI NATALIA BR. PURBA (
7. TANIA DIAH MASITAH ( 1911163)
8. WIDI SAHARA TANJUNG (
9. YESI GULTOM (
10. YULIA HASTUTI (

OLEH:

IBU JUNI MARIATI SIMARMATA, S,Kep, M.Kep

NIK: 01.12.17.06.1988

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTHERAPY INSTITUT MEDISTRA LUBUK


PAKAM TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur
kepada Allah atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu merupakana fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Komunikasi Keperawatan dengan judul “ Gangguan Plasenta Previa”. Penulis tentu juga
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu khususnya kepada dosen
matakuliah Ibu Juni Mariati Simarmata, S.Kep, Ns, M.Kep yang telah membimbing dalam
menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Lubuk pakam, 4 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

1.2.Rumusan Masalah

1.3.Tujuan Penelitian

1.4.Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Plasenta Previa

2.2.Klasifikasi Plasenta Previa

2.2.1.Menurut De Snoo

2.2.2.Menurut Browne

2.3.Faktor-faktor Risiko Terjadinya Plasenta Previa

2.3.1.Umur Ibu

2.3.2.Paritas

2.3.3.Riwayat Kehamilan/persalinan

2.4.Gambaran Klinik

2.5.Cara Persalinan

2.6,Komplikasi Plasenta Previa

2.7.Prognosis

BAB III PENUTUP

3.1.Simpulan

3.2.Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Plasenta previa memiliki prevalensi kejadian sekitar 5.2 per 1000 kehamilan (Cresswell, 2013).
Plasenta previa meningkatkan risiko mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi karena perdarahan
masif. Masalah perdarahan hebat yang berhubungan dengan plasenta previa terjadi tidak hanya
selama kehamilan, tapi juga pada saat setelah sectio caesarea (Ojha, 2012). Komplikasi utama
yang menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan fatal akibat plasenta previa adalah
kejadian plasenta aktreta akibat dari plasenta yang terletak di segmen bawah rahim dan
mengakibatkan jaringan trofoblast menginfasi hingga ke dalam miometrium selanjutnya menuju
perimetrium dan perlu dilakukan penanganan histerektomi (Weiner et al, 2016). Penelitian
kejadian plasenta previa ini dilakukan di RSI Sultan Agung Semarang yang dikenal sebagai
rumah sakit rujukan dari wilayah di Jawa Tengah bagian timur. Selain itu RSI Sultan Agung
adalah rumah sakit tipe B dan sebagai rumah sakit pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Sultan Agung. Melihat dari hasil survey awal dengan mengamati data bagian rekam medis
kandungan di RSI Sultan Agung Semarang terdapat peningkatan kejadian plasenta previa.
Kejadian plasenta previa tahun 2016 sebanyak 48 kasus dan tahun 2017 meningkat sebanyak 114
kasus. Penggolongan usia pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu usia 35 tahun yang
merupakan usia resiko tinggi pada kehamilan (Ahmed, 2017). Studi secara anatomis
menunjukkan bahwa uterus ibu saat berada pada usia 35 tahun sebesar 77,9% mengalami
plasenta previa. Usia >35 tahun disebabkan oleh kondisi endometrium mengalami penurunan
dalam fungsi remodelling jaringan oleh karena pembuluh darah arteri spiralis mengalami
sklerosis (Brosens et al, 2017). Plasentasi abnormal terjadi bila adanya kegagalan dalam
transformasi atau remodelling dari arteri spiralis yang mana dapat menyebabkan iskemia pada
sirkulasi uteroplasenta sehingga menyebabkan plasenta previa (Rao et al, 2012). Faktor lain yang
dapat mempengaruhi frekuensi pasenta previa yaitu paritas. Ibu dengan multipara dikarenakan
berkurangnya vaskularisasi dan perubahan kondisi desidua menjadi atrofi karena persalinan
sebelumnya (Halimi, 2011). Plasenta dengan vaskularisasi yang tidak cukup kemudian
melakukan perluasan sampai menutupi seluruh bagian jalan lahir (Cresswell, 2013). Hasil
penelitian oleh Ahmed tentang kejadian plasenta previa di Sudan dan Saudi Arabia pada ibu
multipara >3 memiliki risiko 28.75% untuk mengalami kejadian plasenta previa (Ahmed, 2017).
Persalinan sectio caesarea menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan keselamatan ibu dalam
persalinan (Nankali et al, 2014). Riwayat persalinan sectio caesarea dapat menjadi salah satu
faktor kejadian plasenta previa, dikarenakan jaringan parut yang terbentuk pada endometrium
kelak mengakibatkan endometrium tidak siap sebagai tempat implantasi plasenta (Rao et al,
2012). Hasil penelitian di RSUD Abdoel Moeloek Bandar Lampung tahun 2016 menunjukan
tidak terdapat pengaruh antara paritas dan riwayat sectio caesarea dengan kejadian plasenta
previa (Lismiati, 2017). Berdasarkan paparan diatas, masih terdapat perbedaan hasil mengenai
adanya hubungan usia, paritas, dan riwayat sectio caesarea dengan kejadian plasenta previa,
maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan usia, paritas, dan sectio caesarea dengan kejadian
plasenta previa di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Periode 1 Januari 2017 – 31 Desember 2017.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas diperoleh pertanyaan penelitian
sebagai berikut “Adakah hubungan usia, paritas, dan sectio caesarea dengan kejadian plasenta
previa di RSI Sultan Agung Semarang?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan usia, paritas, dan sectio caesarea dengan kejadian
plasenta previa.

1.3.2. Tujuan Khusus 1.

3.2.1.Mengetahui hubungan usia dengan kejadian plasenta previa di RS Islam Sultan Agung
Semarang.

1.3.2.2.Mengetahui hubungan paritas dengan plasenta previa di RS Islam Sultan Agung


Semarang.

1.3.2.3.Mengetahui hubungan riwayat sectio caesarea dengan kejadian plasenta previa di RS


Islam Sultan Agung Semarang.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis Sebagai sumber informasi dan pengetahuan dalam melakukan penelitian
lebih lanjut terkait hubungan usia, paritas, dan riwayat sectio caesarea dengan kejadian plasenta
previa.

1.4.2. Manfaat Praktis

1.4.2.1.Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan
mahasiswa fakultas keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang
plasenta previa.

1.4.2.2.Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai masukan dan bahan informasi bagi tenaga kesehatan
yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan persalinan secara optimal.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plasenta Previa


Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar
dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram.
Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme khusus untuk
menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk pertukaran gas
yang efisien, transport aktif zat-zat energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu
pada alograft dan akuisisi janin. Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila
terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun
mengganggu proses persalinan. Salah satu kelainan pada plasenta adalah kelainan
implantasi atau disebut dengan plasenta previa (Manuaba, 2005). Plasenta previa adalah
keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri
internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas
Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal
plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah
fundus uteri (Prawirohardjo, 2008).
2.2 Klasifikasi Plasenta Previa
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, karena klasifikasi tidak didasarkan pada
keadaan anatomi melainkan pada keadaan fisiologis yang dapat berubah-ubah, maka
klasifikasi ini dapat berubah setiap waktu misalnya pada pembukaan yang masih kecil,
seluruh pembukaan yang lebih besar, keadaan ini akan menjadi plasenta previa lateralis.
Ada juga penulis yang menganjurkan bahwa menegakkan diagnosa sewaktu “moment
opname” yaitu saat penderita diperiksa (Mochtar, 2002).
2.2.1 Menurut De Snoo
Klasifikasi plasenta previa menurut De Snoo dalam Mochtar (2002), berdasarkan
pembukaan 4-5 cm dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta
menutupi seluruh ostium.
2. Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi
oleh plasenta, dapat dibagi menjadi:
a. Plasenta previa lateralis posterior, bila sebagian menutupi ostium bagian belakang.
b. Plasenta previa lateralis anterior, bila sebagian menutupi ostium bagian depan
c. Plasenta previa lateralis marginalis, bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang
ditutupi plasenta.
2.2.2 Menurut Browne
Klasifikasi plasenta previa menurut Browne dalam Mochtar (2002) yaitu :
1. Tingkat 1 = Lateral plasenta previa Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke
segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat 2 = Marginal plasenta previa. Plasenta mencapai pinggir pembukaan
3. Tingkat 3 = Complete plasenta previa Plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan
tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.
4. Tingkat 4 = Central plasenta previa Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan
hampir lengkap. Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Plasenta previa totalis Apabila jaringan plasenta menutupi seluruh ostium uteri
internum.
2. Plasenta previa parsialis Yaitu apabila jaringan plasenta menutupi sebagian ostium
uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis Yaitu plasenta yang tepinya terletak pada pinggir ostium
uteri internum.
4. Plasenta previa letak rendah Apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas
ostium uteri internum, pada pemeriksaan dalam tidak teraba (Prawirohardjo, 2008).
Dari semua klasifikasi plasenta previa, frekuensi plasenta previa totalis sebesar 20-45%,
plasenta previa parsialis sekitar 30% dan plasenta previa marginalis sebesar 25-50%
(Anurogo, 2008).
2.3 Faktor-faktor Risiko Terjadinya Plasenta Previa
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang
meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa, antara lain :
1. Umur
2. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)
3. Hipoplasia endometrium
4. Korpus luteum bereaksi lambat
5. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
6. Endometrium cacat, seksio cesarea, kuretase, dan manual plasenta
7. Kehamilan kembar 8. Riwayat plasenta previa sebelumnya (Mochtar, 2002).
2.3.1 Umur ibu Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada umur kurang dari 20 tahun
mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami plasenta previa karena
endometrium masih belum matang, dan kejadian plasenta previa juga sering terjadi pada
ibu yang berumur di atas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur
(Prawirohardjo, 2008). Menurut Santoso (2008) berdasarkan penelitiannya di RS dr.
Hasan Sadikin Bandung dalam kurun waktu Januari 1998 - Desember 2002, mengatakan
bahwa semakin tua umur ibu maka kemungkinan untuk mendapatkan plasenta previa
semakin besar, pada ibu yang melahirkan dengan usia di atas 40 tahun berisiko 2,6 kali
untuk terjadinya plasenta previa.
2.3.2 Paritas
Para merupakan seorang wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. Beberapa istilah
yang berkaitan dengan paritas yaitu (1) primipara adalah seorang wanita yang pernah
melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali, (2) multipara adalah wanita yang pernah
melahirkan bayi hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima
kali, dan (3) grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm lebih dari
lima kali (Manuaba, 2005). Plasenta previa lebih sering pada paritas tinggi dari paritas
rendah (Manuaba, 2004). Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman bila ditinjau dari
sudut kematian ibu. Paritas lebih dari 3 dapat menyebabkan angka kematian ibu tinggi
(Mochtar, 2002). Menurut Wardana (2007) plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih sering
pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan dari pada ibu yang baru sekali melahirkan
(Primipara), sedangkan hasil penelitian Santoso (2008) di rumah sakit dr. Hasan Sadikin
Bandung dalam kurun waktu Januari 1998 – Desember 2002, kehamilan multipara
mempunyai risiko 1,28 kali untuk terjadinya plasenta previa, demikian juga dengan
grandemultipara.
2.3.3 Riwayat kehamilan/persalinan
Persalinan yang dialami oleh ibu dengan persalinan prematur, keguguran, bekas
persalinan berulang dengan jarak pendek, persalinan dengan berat badan lahir rendah
(BBLR), bayi lahir mati, cedera dalam uterus atau jalan lahir yang ditimbulkan oleh
proses kehamilan dan persalinan terdahulu dapat berakibat buruk pada kehamilan yang
sedang dialami (Mochtar, 2002). Di Amerika Serikat tahun 1997 telah menunjukkan
bahwa ibu dengan riwayat SC minimal satu kali mempunyai risiko 2,6 kali untuk menjadi
plasenta previa pada kehamilan berikutnya (Santoso, 2008).
2.4 Gambaran Klinik Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan pervaginam Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester
kedua atau awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan
pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari perdarahan sebelumnya.
2. Tanpa alasan dan tanpa nyeri Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah
perdarahan tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir
trimester kedua atau sesudahnya.
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang
sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat
menimbulkan anemia sampai syok.
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP) akan
terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan
aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005).
2.5 Cara Persalinan Pada umumnya yang menentukan tindakan dalam memilih cara
persalinan yang terbaik tergantung dari (Mochtar, 2002) :
1. Jenis plasenta previa
2. Paritas 3.
Jumlah perdarahan : banyak atau sedikit, 4.
Keadaan umum ibu
5. Keadaan janin: hidup, gawat, atau meninggal
6. Pembukaan jalan lahir
7. Fasilitas penolong dan rumah sakit Setelah memperhatikan faktor-faktor tersebut di
atas, ada dua pilihan persalinan, yaitu:
2.5.1 Persalinan pervaginam Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin
menekan plasenta sehingga perdarahan berkurang atau berhenti. Persalinan pervaginam
dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
a. Amniotomi (pemecahan selaput ketuban) Pemecahan selaput ketuban adalah cara yang
terpilih untuk melancarkan persalinan pervaginam, karena bagian terbawah janin akan
menekan plasenta yang berdarah, persalinan berlangsung lebih cepat, dan bagian plasenta
yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan segmen bawah rahim.
Amniotomi dilakukan dengan indikasi :
1. Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah ada pembukaan.
2. Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan pembukaan
4 cm atau lebih.
3. Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah meninggal (Mochtar,
2002). Tindakan yang dapat dilakukan bidan pada kasus plasenta previa adalah dengan
cara :
1. Pasang infus dengan cairan pengganti (chloret, laktat ringer, glukosa ringer)
2. Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat perdarahan bertambah
banyak.
3. Segera melakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang cukup untuk
tindakan operasi dan sebagainya. Pada kasus prematurus, setelah pemeriksaan dilakukan
pemecahan ketuban untuk menghentikan perdarahan. Tekanan bagian terendah janin akan
menekan plasenta previa sehingga perdarahan berhenti (Manuaba, 2008).
2.5.2 Persalinan perabdominam, dengan seksio cesarea Persalinan dengan seksio cesarea
bertujuan untuk secepatnya mengangkat sumber perdarahan dengan demikian
memberikan kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahannya
dan untuk menghindari perlukaan serviks dan segmen-segmen uterus apabila dilakukan
persalinan pervaginam (Prawirohardjo, 2008). Seksio cesarea dilakukan dengan indikasi :
a. Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal
b. Semua plasenta previa lateralis posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol
dengan cara-cara yang ada.
c. Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan
tindakan-tindakan yang ada.
d. Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang (Mochtar, 1998).
2.6 Komplikasi Plasenta Previa Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada ibu
hamil yang menderita plasenta previa, yaitu :
1. Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemia bahkan syok
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
c. Infeksi karena perdarahan yang banyak (Manuaba, 2008).
2. Komplikasi pada janin
a. Kelainan letak janin.
b. Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
c. Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian (Manuaba, 2008).
2.7 Prognosis Prognosis ibu pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan
dengan masa lalu. Hal ini dikarenakan diagnosa yang lebih dini, ketersediaan transfusi
darah, dan infus cairan yang telah ada hampir semua rumah sakit kabupaten. Demikian
juga dengan kesakitan dan kematian anak mengalami penurunan, namun masih belum
terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun karena
intervensi seksio cesarea. Karenanya kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa dihindari
sekalipun tindakan konservatif diberlakukan (Prawirohardjo, 2008).
2.8 Variabel yang Diteliti
- Umur ibu
- Paritas
- Usiakehamilan
- Riwayat kehamilan/persalinan sebelumnya
- Klasifikasi plasenta previa
- Cara persalinan
- Keadaan janin
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Plasenta previa, perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau
seluruh ostium uteri internum. Dasar diagnosis gangguan ini meliputi adanya perdarahan tanpa
rasa sakit ; keadaan umum setelah perdarahan tergantung pada keadaan umum sebelumnya,
jumlah, kecepatan, dan lamanya perdarahan serta menimbulkan gejala klinis pada ibu dan janin;
perut ibu lemas sehingga mudah meraba bagian terendah; terdapat kelainan letak atau bagian
terendah belum masuk PAP.

Gejalaklinis ibubergantung pada keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, yang bersifat
sedikit demi sedikit atau dalam jumlah besar dalam waktu singkat; terjadi gejala kardiovaskuler
dalam bentuk frekuensi nadi meningkat dan tekanan darah menurun, anemia disertai ujung jari
dingin, perdarahan banyak dapat menimbulkan syok sampai kematian.

3.2 Saran

Ciri khas plasenta previa adalah perdarahan yang tidak disertai rasa sakit. Oleh karena itu tidak
boleh dilakukan pemeriksaan dalam untuk menegakkan diagnosis, kecuali dilakukan di kamar
operasi menjelang tindakan. Karena akan merusak keseimbangan bekuan darah dan akan
menimbulkan perdarahan baru. Dalam skema menghadapi plasenta previa dapat dilakukan
tindakan oleh bidan yang menghadapinya dengan cara berikut :

a. Pasang infus dengan cairan pengganti ( NaCl, Ringer Laktat, Glukosa).

b. Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat perdarahan tambah banyak.

c. Segera lakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang cukup untuk
tindakan operasi dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Sofiian, A, 2011. Sipnosis Obstetri, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : EGC

Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : Trans Info Media

Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta : EGC

Norma, Nita, dkk, 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus. Yogyakarta :
Nuha Medika

Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2011. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Ayah Bunda, 2012, Plasenta Previa Dalam Kehamilan diakses pada tanggal 12 november 2013,
http://ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/placenta.previa.pada.kehamilan/001/001/64
2/1/4

Antar Sumbar, 2013, Kematian Ibu dan Bayi Sumbar Jauh dari Target MDGsdiakses pada
tanggal 15 November 2013,http://www.antarasumbar.com/berita/pariaman/d/6/291693/kematian-
ibu-dan-bayi-sumbar-jauh-dari-target-mdgs.html

Anda mungkin juga menyukai