Anda di halaman 1dari 42

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini kami membahas tentang Penyakit DBD.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ssemua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu
kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
dari pembaca sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan mamfaat bagi kita sekalian.

Makassar,30 November 2014

Penulis

Universitas Sumatera
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit endemis di Indonesia dan sampai
saat ini masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Penyakit Demam Berdarah
disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang akut dan ditandai dengan panas mendadak selama 2 – 7
hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan manifestasi perdarahan, seperti petekie, epistaxis kadang
disertai muntah darah, berak darah, kesadaran menurun, dan syock (Soegijanto, 2006).
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorragik Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.
Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Merebaknya kasus DBD ini
menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya
kesadaran akan kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat
dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini.
Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor pembawanya, yaitu nyamuk dari
genus Aedes seperti Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang
paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah
menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut.Sesudah masa inkubasi virus di dalam
nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke
manusia sehat yang digigitnya.Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya
ke keturunannya melalui telur (transovarial). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa monyet juga
dapat terjangkit oleh virus dengue, serta dapat pula berperan sebagai sumber infeksi bagi monyet
lainnya bila digigit oleh vektor nyamuk.
Tingkat risiko terjangkit penyakit demam berdarah meningkat pada seseorang yang memiliki
antibodi terhadap virus dengue akibat infeksi pertama. Selain itu, risiko demam berdarah juga lebih
tinggi pada wanita, seseorang yang berusia kurang dari 12 tahun, atau seseorang yang berasal dari ras
Kaukasia.
B. Rumusan Masalah
* Definisi DBD
* Penyebab dan ciri-ciri Nyamuk DBD
* Gejala DBD
* Pencegahan DBD
* Cara pengobatan DB
C. Tujuan
Mengetahui penyebab dan ciri-ciri nyamuk DBD, gejala DBD, serta cara pengobatan DBD.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi penyakit DBD
Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan masalah penting pada kesehatan masyarakat di
daerah tropis di dunia yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). Satu nyamuk
dapat menjangkiti beberapa orang dalam waktu singkat dan lebih dari 1 kali. DBD di Indonesia
pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1958 dimana saat itu sebanyak 58 orang terinfeksi
dan 24 orang diantaranya meninggal dunia. Mulai saat itu, penyakit ini pun menyebar luas ke seluruh
Universitas Sumatera
penjuru Indonesia. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita Demam Berdarah di tiap
tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization
(WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus Demam Berdarah tertinggi di Asia
Tenggara. Dari jumlah keseluruhan kasus tersebut, sekitar 95% terjadi pada anak di bawah 15 tahun
[13]. Kejadian Luar Biasa terjadi pada tahun 1998 dimana Departemen Kesehatan RI mencatat
sebanyak 2.133 korban terjangkit penyakit ini dengan jumlah korban meninggal 1.414 jiwa. Perantara
infektif adalah virus dengue dari keluarga Flaviviridae, yang terdiri dari 4 serotipe DEN-I, DEN-II,
DEN-III, dan DEN-IV. Infeksi Dengue oleh salah satu dari empat serotipe menyebabkan tingkatan
penyakit pada manusia berdasarkan kronisnya, mulai dari inapparent klinis, sampai penyakit
hemoragik berat (pendarahan di bawah kulit) dan fatal (kematian).
Sterile Insect Technique (SIT) adalah salah satu metode untuk mengendalikan populasi serangga
dengan penggunaan mutagen atau radiasi gamma yang diberikan kepada serangga jantan sehingga
serangga tersebut menjadi steril. Serangga steril ini kemudian dilepas ke lingkungan dalam jumlah
yang sangat besar untuk kawin dengan serangga normal yang ada di lingkungan bebas. Seekor
serangga betina normal yang kawin dengan pejantan steril akan menghasilkan telur, tetapi telur tidak
akan menetas( efek yang sama akan terjadi untuk persilangan timbal balik). Jika terdapat serangga
steril, dengan jumlah cukup tinggi, maka banyak persilangan steril yang terjadi dan seiring waktu,
jumlah serangga normal akan menurun. Dan rasio steril serangga normal akan meningkat, sehingga
menyebabkan kepunahan serangga normal.
Sterile Insect Technique ini pertama kali diperkenalkan oleh Knipling [4], dan digunakan dengan
sukses pada tahun 1958 di Florida untuk mengontrol Screwworm fly (Cochliomya Omnivorax). Sejak
itu, pelepasan serangga steril telah digunakan dengan berbagai keberhasilan. Contoh lainnya yaitu
Screwworm Fly di Amerika Serikat, Meksiko dan Libya; Mediterania Lalat Buah (Ceratitis capitata
Wiedemann) di Amerika Serikat dan Meksiko; Melon Fly (Dacus cucurbitae Coquillett) di Jepang
dan Taiwan; Pink Hubner (Pectinophora gossypiella Saunders) di Amerika Serikat; Tsetse Fly
( spesies Glossina) di Tanzania, Zimbabwe dan Upper Volta; Boll Bonggol (Anthonomus Boheman
Grandis) pada Southeastern USA; Meksiko Lalat Buah (Anastrepha Ludens Loew) di Amerika
Serikat dan Meksiko; Gypsy Moth (Lymantria dispar Linnaeus) di Amerika Serikat dan Kanada.
B. Penyebab dan Ciri-Ciri DBD
* Penyebab DBD :
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah
kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus.
* Ciri-Ciri Nyamuk DBD
* Hidup di dalam ruangan, tempat genangan air dan kumuh,
* Sulit untuk ditangkap karena mereka bergerak sangat cepat, melesat maju mundur.
* Mereka menggigit pada pagi atau siang hari.
* Bersembunyi di bawah perabot dan sering menggigit orang di sekitar kaki atau pergelangan
kaki.
* Gigitan relatif tidak sakit, sehingga orang mungkin tidak melihat mereka sedang tergigit.
Nyamuk demam berdarah dewasa lebih memilih untuk beristirahat di daerah gelap. Tempat
beristirahat favorit berada di bawah tempat tidur, meja dan kursi, di lemari pakaian atau lemari, di
tumpukan cucian kotor dan sepatu; dalam wadah terbuka, di ruang yang gelap dan tenang, dan bahkan
pada objek gelap seperti pakaian atau perabot.
Nyamuk demam berdarah lebih suka menggigit manusia pada siang hari. Sebuah cara yang efektif
untuk membunuh nyamuk dewasa adalah untuk menerapkan sisa insektisida ke daerah di mana
mereka lebih suka untuk beristirahat.
Nyamuk demam berdarah terkadang dijuluki ‘kecoa nyamuk’ karena benar-benar dijinakkan dan
lebih memilih untuk tinggal di sekitar rumah-rumah penduduk. Mereka berkembang biak bukan di
rawa-rawa atau saluran, dan sangat jarang menggigit pada malam hari.
C. Gejala DBD
Masa tunas atau inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya
penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
Universitas Sumatera
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis),
Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah
100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal
(Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan
(anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
D. Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue dapat bermanifestasi pada beberapa luaran, meliputi demam biasa, demam
berdarah (klasik), demam berdarah dengue (hemoragik), dan sindrom syok dengue.
* Demam berdarah (klasik)
Demam berdarah menunjukkan gejala yang umumnya berbeda-beda tergantung usia pasien. Gejala
yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak adalah demam dan munculnya ruam.] Sedangkan pada
pasien usia remaja dan dewasa, gejala yang tampak adalah demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri di
belakang mata, nyeri pada sendi dan tulang, mual dan muntah, serta munculnya ruam pada kulit.
Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan penurunan keping darah atau trombosit
(trombositopenia) juga seringkali dapat diobservasi pada pasien demam berdarah. Pada beberapa
epidemi, pasien juga menunjukkan pendarahan yang meliputi mimisan, gusi berdarah, pendarahan
saluran cerna, kencing berdarah (haematuria), dan pendarahan berat saat menstruasi (menorrhagia).
* Demam berdarah dengue (hemoragik)
Pasien yang menderita demam berdarah dengue (DBD) biasanya menunjukkan gejala seperti
penderita demam berdarah klasik ditambah dengan empat gejala utama, yaitu demam tinggi,
fenomena hemoragik atau pendarahan hebat, yang seringkali diikuti oleh pembesaran hati dan
kegagalan sistem sirkulasi darah. Adanya kerusakan pembuluh darah, pembuluh limfa, pendarahan di
bawah kulit yang membuat munculnya memar kebiruan, trombositopenia dan peningkatan jumlah sel
darah merah juga sering ditemukan pada pasien DBD Salah satu karakteristik untuk membedakan
tingkat keparahan DBD sekaligus membedakannya dari demam berdarah klasik adalah adanya
kebocoran plasma darah.] Fase kritis DBD adalah seteah 2-7 hari demam tinggi, pasien mengalami
penurunan suhu tubuh yang drastis. Pasien akan terus berkeringat, sulit tidur, dan mengalami
penurunan tekanan darah. Bila terapi dengan elektrolit dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien dapat
sembuh dengan cepat setelah mengalami masa kritis. Namun bila tidak, DBD dapat mengakibatkan
kematian.
* Sindrom Syok Dengue
Sindrom syok adalah tingkat infeksi virus dengue yang terparah, di mana pasien akan mengalami
sebagian besar atau seluruh gejala yang terjadi pada penderita demam berdarah klasik dan demam
berdarah dengue disertai dengan kebocoran cairan di luar pembuluh darah, pendarahan parah, dan
syok (mengakibatkan tekanan darah sangat rendah), biasanya setelah 2-7 hari demam. Tubuh yang
dingin, sulit tidur, dan sakit di bagian perut adalah tanda-tanda awal yang umum sebelum terjadinya
syok. Sindrom syok terjadi biasanya pada anak-anak (kadangkala terjadi pada orang dewasa) yang
mengalami infeksi dengue untuk kedua kalinya. Hal ini umumnya sangat fatal dan dapat berakibat
pada kematian, terutama pada anak-anak, bila tidak ditangani dengan tepat dan cepat] Durasi syok itu
sendiri sangat cepat. Pasien dapat meninggal pada kurun waktu 12-24 jam setelah syok terjadi atau
dapat sembuh dengan cepat bila usaha terapi untuk mengembalikan cairan tubuh dilakukan dengan
tepat. Dalam waktu 2-3 hari, pasien yang telah berhasil melewati masa syok akan sembuh, ditandai
dengan tingkat pengeluaran urin yang sesuai dan kembalinya nafsu makan.
E. Pencegahan DBD
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah. Pencegahan utama
Universitas Sumatera
demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektornyamuk demam berdarah.
Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna (misalnya di pot bunga) telah terbukti
berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu
sekali, dan membuang hal - hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes
Aegypti.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam berdarah,
sebagai berikut:
* Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat
yang cukup.
Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M,
yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur barang-barang
bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meski pun dalam hal
mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik
bila barang-barang bekas tersebut didaur-ulang.
Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate akan
mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan
nyamuk;
* Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau
panas tinggi.
F. Cara Pengobatan DBD
Demam berdarah biasanya merupakan penyakit yang hanya perawatan suportif jika tepat sasaran
dapat disembuhkan. Acetaminophen dapat digunakan untuk pengobatan demam berdarah. Untuk
beberapa jenis obat seperti aspirin, obat antinflammatory drugs (NSAID), dan
Kortikosteroid harus dihindari sebagai antisipasi pengobatan demam berdarah.
Pasien dengan demam berdarah diketahui atau dicurigai harus memiliki jumlah trombosit dan
hematokrit diukur setiap hari dari hari ketiga penyakit sampai 1-2 hari setelah penurunan suhu badan
normal. Pasien dengan tingkat hematokrit yang meningkat atau jumlah trombosit menurun harus
memiliki penggantian defisit volume intravaskular.
Untuk pengobatan demam berdarah lebih lanjut, pasien yang memiliki tanda-tanda dehidrasi, seperti
takikardia, kapiler terisi semakin lama, dingin atau kulit berbintik-bintik, status mental berubah,
penurunan output urine, kenaikan tingkat hematokrit, tekanan nadi menyempit, atau hipotensi,
memerlukan cairan infus.
Keberhasilan pengobatan demam berdarah yang parah memerlukan perhatian khusus, seperti cairan
dan perawatan proaktif. Defisit volume Intravaskular harus diperbaiki dengan cairan isotonik seperti
larutan Ringer laktat. Bolus dari 10-20 kg mL / harus diberikan lebih dari 20 menit dan dapat diulang.
Jika ini gagal untuk mengoreksi defisit, nilai hematokrit harus ditentukan dan jika naik informasi
klinis yang terbatas menunjukkan bahwa plasma expander dapat diberikan. Dekstran 40, atau albumin
5% pada dosis 10-20 kg mL juga dapat digunakan. Jika pasien tidak membaik setelah ini, kehilangan
darah harus dipertimbangkan. Pasien dengan perdarahan internal atau pencernaan mungkin
memerlukan transfusi. Pasien dengan koagulopati mungkin memerlukan plasma beku segar.
Setelah pasien dengan dehidrasi yang stabil, mereka biasanya membutuhkan cairan infus tidak lebih
dari 24-48 jam. cairan intravena harus dihentikan ketika tingkat hematokrit turun dibawah 40% dan
volume intravaskuler cukup.
Transfusi plasma platelet segar beku mungkin diperlukan untuk mengontrol pendarahan parah.
Sebuah laporan kasus baru-baru ini menunjukkan perkembangan yang baik setelah pemberian
globulin intravena anti-D di dua pasien. Sebelum mengakhiri, sebelum pengobatan demam berdarah
dilakukan, khendaknya pemeriksaan atau konsultasi kepada dokter adalah jalan yang terbaik, pastikan
penderita berada pada kondisi yang stabil karena jika dibiarkan akan menjadi semakin parah sehingga
menyebabkan kematian.

Universitas Sumatera
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demam berdarah (DB) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk
ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau
Aedes albopictus.Infeksi virus dengue dapat bermanifestasi pada beberapa luaran, meliputi demam
biasa, demam berdarah (klasik), demam berdarah dengue (hemoragik), dan sindrom syok dengue.
Pasien yang menderita demam berdarah dengue (DBD) biasanya menunjukkan gejala seperti
penderita demam berdarah klasik ditambah dengan empat gejala utama, yaitu demam tinggi,
fenomena hemoragik atau pendarahan hebat, yang seringkali diikuti oleh pembesaran hati dan
kegagalan sistem sirkulasi darah. Adanya kerusakan pembuluh darah, pembuluh limfa, pendarahan di
bawah kulit yang membuat munculnya memar kebiruan, trombositopenia dan peningkatan jumlah sel
darah merah juga sering ditemukan pada pasien DBD. Uji elisa dapat dilakukan untuk mendeteksi
adanya interaksi antigen dan antibodi terhadap virus dengue.
Sampai saat ini belum ada obat spesifik bagi penderita demam berdarah Banyak orang yang sembuh
dari penyakit ini dalam jangka waktu 2 minggu. Tindakan pengobatan yang umum dilakukan pada
pasien demam berdarah yang tidak terlalu parah adalah pemberian cairan tubuh (lewat minuman atau
elektrolit) untuk mencegah dehidrasi akibat demam dan muntah, konsumsi obat yang mengandung
acetaminofen (misalnya tilenol) untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam serta banyak
istirahat. Aspirin dan obat anti peradangan nonsteroidal seperti ibuprofen dan sodium naproxen justru
dapat meningkatkan risiko pendarahan. Bagi pasien dengan demam berdarah yang lebih parah, akan
sangat disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit, pemberian infus dan elektrolit untuk
mengganti cairan tubuh, serta transfusi darah akibat pendarahan yang terjadi.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan teman-teman dapat mengerti bagaimana cara pengobatan
dbd sekaligus pencegahannya. Dan teman-teman bisa memberikan saran agar makalah ini
kedepannya menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Notoadmijo.S.1999.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Edisi 1 Rineka Cipta :
Jakarta.

BAB 3
Universitas Sumatera
METODE PENELITIAN

3.1. JenisPenelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian

survey dengan pendekatan cross sectional yang merupakan penelitian untuk

mengetahui pengaruh pengetahuan dan kepercayaan terhadap tindakan mencegah

kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang

Hulu Tebing Tinggi. Cross sectional bertujuan untuk mempelajari hubungan penyakit

dan paparan (faktor penelitian) dengan cara pengamatan status paparan (penyakit)

pada suatu saat atau periode (Murti, 2003).

3.2. Lokasi dan WaktuPenelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu

Tebing Tinggi yang dilaksanakan bulan Juni-Juli 2012. Lokasi ini dipilih berdasarkan

studi pendahuluan bahwa kelurahan ini merupakan daerah tertinggi kasus DBD. Pada

Tahun 2010 tercatat 93 kasus (24,4%) terjadi di Kecamatan Padang Hulu dan paling

banyak terjadi di Kelurahan Tualang sebanyak 27 kasus (29%) dibanding kelurahan

lainnya.

Universitas Sumatera
3.3. Populasi danSampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga di Kelurahan

Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi dengan jumlah 1332 KK yang

tersebar di 6 lingkungan.

3.3.2. Sampel

Jumlah sampel dalam penelititian ditentukan berdasarkan rumus Slovin,

(1960) dalam Sudjarwo (2002) sebagaiberikut;

n = N
1 + Ne²

Dimana : n = Besar Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolerir atau1%

n= 1332
1 + 1332 (0,01)

= 93,01 orang.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dari 1332 KK, diperoleh jumlah sampel

sebanyak 93 orang. Untuk mencari jumlah sampel dari masing-masing lingkungan,

menurut Prasetyo (2005) digunakan rumus :

Universitas Sumatera
Populasi

Sampel= x Total sampel


Totalpopulasi

Maka sampel pada masing-masing lingkungan dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Lingkungan di Kelurahan Tualang


Tebing Kecamatan Padang Hulu Tebing Tinggi2012

No. Kelurahan Tualang Perhitungan Jumlah Sampel

1. Lingkungan I 195/1332 x 93 14
2. Lingkungan II 168/1332 x 93 12
3. Lingkungan III 203/1332 x 93 14
4. Lingkungan IV 286/1332x 93 20
5. Lingkungan V 234/1332 x 93 16
6. Lingkungan VI 246/1332 x 93 17
Total 93

Kemudian dari masing-masing lingkungan diambil sampel penelitian secara

random sampling.

3.4. Metode PengumpulanData

Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam penelitian.

Data yang terkumpul akan digunakan sebagai bahan analisis. Pengumpulan data harus

dilakukan dengan sistematis, terarah dan sesuai dengan masalah penelitian.

Teknik atau alat untuk memperoleh keterangan dari objek adalah sebagai

berikut:

1. Karakteristik responden meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah anak,

pendapatan keluarga dan sumber informasi menggunakan wawancara berpedoman

kuesioner.

Universitas Sumatera
2. Daftar pertanyaan (kuesioner), yaitu satu set pertanyaan yang tersusun secara

sistematis dan standar yang diberikan kepada sampel penelitian tentang

pengetahuan, kepercayaan dan tindakan mencegahDBD.

3. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang

berkepentingan untuk mendapatkan data-data yangakurat.

4. Studi dokumentasi, dilakukan dengan meneliti dokumen-dokumen dan bahan

tulisan serta sumber-sumber lain yang berkaitan dengan tindakan mencegah

Demam BerdarahDengue.

3.4.1. Validitas danReliabilitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai

yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara

mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel pada analisis

realibility dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai

r hitung> r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya.

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat menunjukkan ketetapan dan dapat dipercaya dengan menggunakan

metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satukali

pengukuran,denganketentuan,jikanilairAlpha>rtabel,makadinyatakanreliabel.

Nilairtabeldalampenelitianinimenggunakancriticalvalueoftheproductmoment

pada taraf signifikan 95% (Riduwan, 2005).

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan kepada 30 orang ibu di Kelurahan

Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi dengan karakteristik yang

Universitas Sumatera
hampir sama dengan karakteristik responden. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan

untuk pertanyaan pengetahuan dan kepercayaan serta tindakan mencegah DBD.

Tabel3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel


Pengetahuan danKepercayaan

Correlation
Variabel Butir Cronbach's Status
Corrected Item Status Alpha
Pengetahuan
1 0,447 Valid 0,818 Reliabel
2 0,426 Valid 0,878 Reliabel
3 0,422 Valid 0,849 Reliabel
4 0,399 Valid 0,898 Reliabel
5 0,462 Valid 0,823 Reliabel
6 0,521 Valid 0,829 Reliabel
7 0,675 Valid 0,817 Reliabel
8 0,539 Valid 0,819 Reliabel
9 0,417 Valid 0,892 Reliabel
10 0,467 Valid 0,807 Reliabel
11 0,639 Valid 0,857 Reliabel
12 0,548 Valid 0,849 Reliabel
13 0,508 Valid 0,816 Reliabel
14 0,414 Valid 0,891 Reliabel
15 0,461 Valid 0,810 Reliabel
Kepercayaan 1 0,448 Valid 0,864 Reliabel
2 0,439 Valid 0,883 Reliabel
3 0,505 Valid 0,860 Reliabel
4 0,495 Valid 0,830 Reliabel
5 0,581 Valid 0,837 Reliabel
6 0,483 Valid 0,868 Reliabel
7 0,523 Valid 0,826 Reliabel
8 0,481 Valid 0,876 Reliabel
9 0,507 Valid 0,835 Reliabel

Pada tabel di atas, nilai corrected item-total correlation (rhitung) dari variabel

pengetahuan dan kepercayaan sebanyak 24 item mempunyai rhitung> dari nilai r

tabel=0,361, dengan demikian dinyatakan valid. Sedangkan nilai cronbach alpha dari

Universitas Sumatera
masing-masing instrumen lebih besar dari rtabel(0,361) sehingga dapat dikatakan

instrumen dari semua butir pernyataan reliabel.

Tabel3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel


Tindakan MencegahDBD

Correlation
Variabel Butir Cronbach's Status
Corrected Item Status Alpha
Tindakan
Mencegah DBD 1 0,491 Valid 0,884 Reliabel
2 0,413 Valid 0,841 Reliabel
3 0,561 Valid 0,809 Reliabel
4 0,526 Valid 0,864 Reliabel
5 0,461 Valid 0,855 Reliabel
6 0,412 Valid 0,821 Reliabel
7 0,495 Valid 0,846 Reliabel
8 0,546 Valid 0,883 Reliabel
9 0,413 Valid 0,841 Reliabel
10 0,644 Valid 0,805 Reliabel
11 0,526 Valid 0,864 Reliabel
12 0,486 Valid 0,849 Reliabel
13 0,440 Valid 0,827 Reliabel
14 0,495 Valid 0,846 Reliabel
15 0,446 Valid 0,883 Reliabel
17 0,461 Valid 0,855 Reliabel
18 0,463 Valid 0,829 Reliabel
19 0,461 Valid 0,880 Reliabel
20 0,418 Valid 0,890 Reliabel

Pada tabel di atas, nilai corrected item-total correlation (rhitung) dari variabel

tindakan pencegahan DBD sebanyak 20 item pertanyaan mempunyai rhitung> dari nilai

r tabel=0,361, dengan demikian dinyatakan valid. Sedangkan nilai cronbach alpha

dari masing-masing instrumen lebih besar dari r tabel(0,361) sehingga dapat dikatakan

instrumen dari semua butir pernyataanreliabel.

Universitas Sumatera
3.5. Variabel dan DefinisiOperasional

Definisi operasional berisi uraian-uraian indikator variabel sedangkan

indikator variabel adalah fakta-fakta kejadian yang digunakan untuk mengukur suatu

variabel. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari independen variabel dan dependen

variabel.

Pada penelitian ini variabel dependen (variabel terikat) adalah pengetahuan dan

kepercayaan dan variabel independen (variabel bebas) adalah tindakan mencegah

kasus DBD. Adapun definisi operasional adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan adalah pemahaman ibu terhadap pencegahan DBD untuk

menghindari kejadian DBD dalam keluarga dengan 3M Plus (Menguras, Menutup

Mengubur) danmenelungkupkan.

2. Kepercayaan adalah penilaian/keyakinan ibu terhadap pelayanan kesehatan dalam

mencegah keterjangkitan DBD berdasarkan persepsi manfaat terhadap

penyelenggaraan program pencegahan DBD dan isyarat untuk bertindak agar

terhindar dari penyakitDBD.

3. Tindakan mencegah kasus DBD adalah partisipasi yang dilakukan ibu untuk

menghindari keterjangkitan DBD dalam keluarga meliputi pelaksanaan

kebersihan rumah, pencahayaan, penampungan air dan perilaku hidupsehat.

3.6. MetodePengukuran

Pengukuran variabel bebas yang terdiri dari pengetahuan dan kepercayaan

adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera
3.6.1 Pengukuran VariabelIndependen

1. Pengetahuan

Pengukuran variabel bebas pengetahuan diukur dalam 20 pertanyaan dengan

pilihan berganda, jika menjawab benar diberi skor (2) dan salah diberi skor 1,

sehingga diperoleh skor tertinggi 2x20=40.

a) Baik, apabila responden memahami tentang pencegahan DBD dengan skor 31-40

soal.

b) Tidak Baik, apabila responden memahami tentang pencegahan DBD dengan skor

20-30 soal.

2. Kepercayaan

Pengukuran variabel bebas yaitu kepercayaan diukur berdasarkan persepsi

manfaat terhadap informasi dan isyarat Iuntuk bertindak dengan 9 pertanyaan dengan

pilihan jawaban sebanyak 3 butir, jika menjawab sangat percaya diberi skor (3),

percaya diberi skor (2) dan tidak percaya diberi skor 1.

a. Persepsi manfaat terhadap informasi diukur berdasarkan 5 pertanyaan, diperoleh

skor tertinggi 3x5 = 15.dikategorikan:

1) Baik, apabila responden memiliki persepsi manfaat terhadap penyelenggaraan

program pencegahan DBD dengan skor13-15.

2) Sedang, apabila responden memiliki persepsi manfaat terhadap

penyelenggaraan program pencegahan DBD dengan skor9-12.

3) Buruk apabila responden memiliki persepsi manfaat terhadap

penyelenggaraan program pencegahan DBD dengan skor5-8.

Universitas Sumatera
b. Isyarat Iuntuk bertindak diukur berdasarkan 4 pertanyaan, diiperoleh skor

tertinggi 3x4 = 12.dikategorikan:

1) Baik, apabila responden memiliki persepsi manfaat terhadap penyelenggaraan

program pencegahan DBD dengan skor10-12.

2) Sedang, apabila responden memiliki persepsi manfaat terhadap

penyelenggaraan program pencegahan DBD dengan skor7-9.

3) Buruk apabila responden memiliki persepsi manfaat terhadap

penyelenggaraan program pencegahan DBD dengan skor4-6.

3.6.2 Pengukuran VariabelDependen

a. Baik, apabila tindakan anggota keluarga responden dalam mencegah DBD dengan

skor 31-40soal.

b. Tidak Baik, apabila tindakan anggota keluarga responden dalam mencegah DBD

dengan skor 20-30soal.

Pengukuran terhadap variabel bebas (pengetahuan dan komunikasi antar

pribadi konselor) serta variabel terikat (tindakan mencegah DBD) seperti pada Tabel

3.4 di bawah ini.

Universitas Sumatera
Tabel 3.4 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
Jumlah
Variabel Alternatif Bobot Total Kategori
Pertanyaa
jawaban Nilai Nilai
Skala
Ukur
Tindakan
Mencegah 20 Ya 2 31-40 Baik
DBD Tidak 1 20-30 Tidakbaik Ordi
Pengetahuan 2 23-30 Baik
1 1 15-22 Tidak Ordinal
Benar Baik
Salah
Kepercayaan
a. Persepsi Sangat
manfaat Percaya 3 13-15 Baik
terhadap 5 Percaya 2 9-12 Sedang Ordinal
informasi Tidak 1 5-8 Buruk
Percaya
b.Isyarat Sangat
Untuk Percaya 3 10-12 Baik
bertindak. 4 Percaya 2 7-9 Sedang Ordinal
Tidak 1 4-6 Buruk
Percaya

3.7. Metode AnalisisData

Analisis univariat dipakai untuk mengetahui gambaran deskriptif dengan

menampilkan tabel frekwensi dan persentase dari masing-masing variabel independen

(pengetahuan dan kepercayaan) serta variabel dependen (tindakan mencegah DBD).

Analisis bivariat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hubungan

variabel independen yaitu pengetahuan dan kepercayaan dengan variabel dependen

(tindakan mencegah DBD) dengan menggunakan uji Chi Square pada taraf

kemaknaan 5%.

Analisis multivariat bertujuan untuk melihat pengaruh antara variabel

independen (pengetahuan dan kepercayaan) terhadap variabel dependen (tindakan

mencegah DBD) dengan melakukan uji regresi logistik yang memiliki nilai p<0,05.

Dari uji multivariat ini akan diketahui variabel mana yang paling dominan

memengaruhi tindakan mencegah DBD.


Universitas Sumatera
Universitas Sumatera
BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum LokasiPenelitian

Kelurahan Tulang merupakan salah dari tujuh kelurahan yang ada di

Kecamatan Padang Hulu dengan batas wilayah:

- Sebelah Utara dengan Kelurahan Pasar Gambir Kota TebingTinggi

- Sebelah Selatan dengan Kabupaten SerdangBedagai

- Sebelah Barat dengan Kelurahan Lubuk Raya Kota TebingTinggi

- Sebelah Timur dengan Kelurahan Persiakan Kota TebingTinggi

Berdasarkan data Profil Kelurahan Tualang tahun 2011, memiliki luas 31,61

Ha2dengan jumlah penduduk 5.462 jiwa dengan rincian perempuan 2743 jwa dan

laki-laki 2719 jiwa. Mayoritas penduduk bersuku bangsa Jawa, Batak dan Melayu.

Mata pencaharian penduduk antara lain 81% bekerja sebagai buruh, 5,1%

pertukangan 3,9% Pegawai Negeri Sipil (PNS), pedagang 2,3% dan 12,8%lain-lain.

Tingkat pendidikan penduduk berupa Sekolah Dasar (SD) 31%,

SLTP/sederajat 31,6%, SMA/sederajat 26,3% dan perguruan tinggi 1,4%, sisanya 9,7

tidak sekolah atau tidak tamat SD.

Universitas Sumatera
4.2. HasilPenelitian

4.2.1. AnalisaUnivariat

4.2.1.1. KarakteristikResponden

Distribusi karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, dan

jumlah anggota keluarga seperti pada Tabel 4.1 menunjukkan responden lebih

banyak berusia produktif (20-40 tahun) yaitu 62 orang (66,7%), selebihnya usia tidak

produktif (>40 tahun yaitu 31 orang (33,3%). Responden memiliki riwayat

pendidikan lebih banyak sekolah menengah (SMA) yaitu 73 orang (78,5%)

selebihnya berpendidikan sekolah dasar (SD/SMP) yaitu 13 orang (14%) dan

perguruan tinggi yaitu 7 orang (7,5%). Responden memiliki status pekerjaan lebih

banyak tidak bekerja yaitu 54 orang (58,1%), selebihnya bekerja yaitu 39 orang

(41,9%). Responden memiliki jumlah anggota dalam keluarga lebih banyak di atas

empat orang yaitu 85 orang (91,4%) selebihnya di bawah atau sama dengan empat

orang yaitu 8 orang(8,6%).

Universitas Sumatera
Tabel4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Kelurahan Tualang
Kecamatan Padang Hulu Kota TebingTinggi

No Variabel n %
1. Usia
Usia produktif (20-40 thn) 62 66.7
Usia tidak reproduktif (>40 thn)) 31 33.3
Total 93 100
2. Pendidikan
Dasar (SD/SMP) 13 14.0
Menengah (SMA) 73 78.5
P. Tinggi 7 7.5
Total 93 100
3. Pekerjaan
Bekerja 39 41,9
Tidak Bekerja 54 58,1
Total 93 100
4. Jumlah Anggota Keluarga
≤ 4 orang 8 8,6
> 4 orang 85 91,4
Total 93 100

4.2.1.2. PengetahuanResponden

Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang penyakit

demam berdarah ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti lebih banyak responden

sudah mengetahui yaitu 58 orang (62,4%). Responden lebih banyak belum

mengetahui penyebab demam berdarah yaitu 55 orang (59,1%). Responden lebih

banyak belum mengetahui tempat hidup jentik demam berdarah yaitu 49 orang

(52,7%). Responden lebih banyak belum mengetahui ciri-ciri nyamuk penular demam

berdarah berwarna hitam bintik-bintik putih yaitu 48 orang (51,6%). Responden lebih

banyak belum mengetahui waktu nyamuk penular demam berdarah biasa menggigit

orang yaitu 52 orang(55,9%).

Universitas Sumatera
Responden lebih banyak mengetahui tindakan yang dilakukan apabila anggota

keluarga demam tinggi walaupun sudah minum obat penurun panas di rumah yaitu 48

orang (51,6%). Responden lebih banyak belum mengetahui tanda dan gejala orang

yang mengalami demam berdarah yaitu 53 orang (57%). Responden lebih banyak

mengetahui pengertian gerakan 3M plus yaitu 49 orang (52,7%). Responden lebih

banyak belum mengetahui waktu menguras tempat penampungan air, atau bak mandi

yaitu 49 orang (52,7%). Responden lebih banyak belum mengetahui cara menguras

bak mandi yang benar yaitu 56 orang (60,2%).

Responden lebih banyak mengetahui cara yang paling efektif untuk

memberantas demam berdarah yaitu 51 orang (54,8%). Responden lebih banyak

belum mengetahui cara memberantas telur dan jentik nyamuk penular demam

berdarah yaitu 48 orang (51,6%). Responden lebih banyak mengetahui kapan

seharusnya dilakukan pengasapan (fogging) yaitu 55 orang (59,1%). Responden lebih

banyak belum mengetahui guna pengasapan (fogging) yaitu 50 orang (53,8%).

Responden lebih banyak belum mengetahui tanggung jawab dalam pemberantasan

sarang nyamuk yaitu 57 orang (61,3%).

Universitas Sumatera
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan di
Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

Benar Salah
No Pengetahuan
n % n %
1. Penular penyakit demam berdarah 58 62.4 35 37.6
2. Penyebab demam berdarah 38 40.9 55 59.1
3. Tempat hidup Jentik demam berdarah 44 47.3 49 52.7
4. Ciri-ciri nyamuk penular demam 45 48.4 48 51.6
berdarah
5 Waktu nyamuk penular demam berdarah 41 44.1 52 55.9
biasa menggigit orang
6. Tindakan yang dilakukan apabila 48 51.6 45 48.4
anggota keluarga demam tinggi
walaupun sudah minum obat penurun
panas di rumah
7. Tanda dan gejala orang yang mengalami 40 43.0 53 57.0
demam berdarah
8. Pengertian gerakan 3M plus 49 52.7 44 47.3
9. Waktu menguras tempat penampungan 44 47.3 49 52.7
air, atau bak mandi
10. Cara menguras bak mandi yang benar 37 39.8 56 60.2
11. Cara yang paling efektif untuk 51 54.8 42 45.2
memberantas demam berdarah
12. Cara memberantas telur dan jentik 45 48.4 48 51.6
nyamuk penular demam berdarah
13. Kapan seharusnya dilakukan pengasapan 55 59.1 38 40.9
(fogging)
14. Guna pengasapan (fogging) 43 46.2 50 53.8
15. Pemberantasan sarang nyamuk 36 38.7 57 61.3
dilaksanakan

Tabel 4.3. diperoleh distribusi pengetahuan responden tentang pemahaman

ibu terhadap pencegahan DBD untuk menghindari kejadian DBD dalam keluarga

dengan 3M Plus (Menguras, Menutup Mengubur) dan menelungkupkan lebihbanyak

Universitas Sumatera
yang belum mengetahui dengan baik atau dikategorikan tidak baik yaitu 51 orang

(54,8%) dan selebihnya berpengetahuan baik 42 orang (45,2%).

Tabel4.3. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden di Kelurahan Tualang


Kecamatan Padang Hulu Kota TebingTinggi

No Kategori Pengetahuan n %
1. Baik 42 45,2
2 Tidak baik 51 54,8
Total 93 100

4.2.1.3. KepercayaanResponden

Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kepercayaan responden berdasarkan

persepsi manfaat terhadap informasi lebih banyak mengakatan tidak percaya bahwa

informasi yang diberikan penyuluh kesehatan efektif dapat membantu dalam

mencegah terjadinya penyakit DBD yaitu 42 orang (45,2%). Responden lebih banyak

mengatakan tidak percaya bahwa pemberian abate dapat menyebabkan membunuh

jentik-jentik nyamuk yaitu 56 orang (60,2%).

Responden lebih banyak mengatakan tidak percaya bahwa petugas fogging

benar-benar melaksanakan penyemprotan dengan jarak 200 meter yaitu 48 orang

(51,6%). Responden lebih banyak mengatakan tidak percaya bahwa jika ada anggota

keluarga terjangkit DBD, maka petugas fogging melaksanakan fogging dua kali di

rumah yaitu 46 orang (49,5%). Responden lebih banyak mengatakan tidak percaya

pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 3 M Plus lebih efektif mencegah DBD

dibandingkan dengan fogging yaitu 46 orang (49,5%).

Universitas Sumatera
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Kepercayaan
Berdasarkan Persepsi Manfaat terhadap Informasi di Kelurahan
Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

Persepsi Manfaat Tidak


Terhadap Sanga Percaya
t
No Percaya Percaya
Informasi
n % n % n %
1. Informasi yang diberikan 28 30.1 23 24.7 42 45.2
penyuluh kesehatan efektif dapat
membantu anda dalam
mencegah terjadinya penyakit
DBD
2. Pemberian abate dapat 17 18.3 20 21.5 56 60.2
menyebabkan membunuh jentik-
jentik nyamuk
3. Petugas fogging benar-benar 15 16.1 30 32.3 48 51.6
melaksanakan penyemprotan
dengan jarak 200 meter
4. Jika ada anggota keluarga 10 10.8 37 39.8 46 49.5
terjangkit DBD Anda percaya
bahwa petugas fogging
melaksanakan fogging dua kali
di rumah anda
5 Pemberantasan Sarang Nyamuk 7 7.5 40 43.0 46 49.5
dengan 3 M Plus lebih efektif
mencegah DBD dibandingkan
denganfogging

Pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa kepercayaan responden berdasarkan

isyarat untuk bertindak lebih banyak mengtakan tidak percaya bahwa setelah

mendapat informasi dari penyuluh kesehatan, mau melakukan tindakan pencegahan

DBD yaitu 42 orang (45,2%). Responden lebih banyak mengatakan tidak percaya

apabila petugas penyuluh memberikan bubuk abate, mau menggunakannya karena

yakin mencegah DBD yaitu 56 orang (60,2%). Responden lebih banyak mengatakan

tidak percaya terhadap partisipasi mengikuti kegiatan gotong royong sebagai salah

Universitas Sumatera
satu tindakan dalam mencegah DBD di masyarakat yaitu 48 orang (51,6%).

Responden lebih banyak mengatakan tidak percaya terhadap pelaksanaan 3 M plus

(menguras, mengubur dan menutup) dan menelengkupkan dapat mencegah DBD

yaitu 46 orang(49,5%).

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Kepercayaan


Berdasarkan Isyarat Untuk Bertindak di Kelurahan Tualang
Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi
Tidak
Sangat Percaya
No IsyaratUntukBertindak Percaya Percaya
n % N % n %
1. Setelah mendapat informasidari 23 24.7 28 30.1 42 45.2
penyuluh kesehatan, anda yakin
mau melakukan tindakan
pencegahan DBD
2. Jika petugaspenyuluh 17 18.3 20 21.5 56 60.2
memberikan bubuk abate,
apakah anda menggunakannya
karena anda yakin dapat
mencegah DBD
3. Percayakah andapartisipasi 15 16.1 30 32.3 48 51.6
mengikuti kegiatan gotong
royong sebagai salah satu
tindakan dalam mencegah DBD
di masyarakat
4. Percayakah andadengan 10 10.8 37 39.8 46 49.5
melaksanakan 3 M plus
(menguras, mengubur dan
menutup) dan menelengkupkan
dapat mencegahDBD

Universitas Sumatera
Tabel 4.6. diperoleh distribusi responden terhadap kepercayaan terhadap

pencegahan DBD lebih banyak dikategori buruk yaitu 44 orang (47,3%), kategori

sedang yaitu 40 orang (43%) dan baik yaitu 9 orang (9,7%).

Tabel 4.6. Distribusi Kategori Kepercayaan Responden di Kelurahan Tualang


Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

No Kategori Kepercayaan n %
1. Baik 9 9,7
2. Sedang 40 43,0
3. Buruk 44 47,3
Total 93 100

4.2.1.4. Distribusi Tindakan MencegahDBD

Pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa tindakan mencegah DBD berdasarkan

kebersihan lingkungan rumah bahwa responden lebih banyak tidak membersihkan

pekarangan rumah setiap hari yaitu 48 orang (51,6%). Responden lebih banyak

membuang sampah pada tempatnya yaitu 47 orang (50,5%). Responden lebih banyak

membersihkan air tergenang di pekarangan rumah yaitu 47 orang (50,5%).

Responden lebih banyak tidak memiliki air limbah yang selalu mengalir yaitu 49

orang (52,7%). Responden lebih banyak membakar sampah pekarangan setiap hari

yaitu 52 orang(55,9%).

Universitas Sumatera
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Tindakan
Mencegah DBD Berdasarkan Kebersihan Lingkungan/Rumah di
Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

Ya Tidak
No TindakanMencegahDBD
n % n %
1. Membersihkan pekarangan rumah setiaphari 45 48.4 48 51.6
2. Membuang sampah pada tempatnya 47 50.5 46 49.5
3. Membersihkan air tergenang dipekarangan 47 50.5 46 49.5
rumah
4. Air limbah rumah tangga selalumengalir 44 47.3 49 52.7
5. Membakar sampah pekarangan setiaphari 52 55.9 41 44.1

Pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa tindakan mencegah DBD berdasarkan

pencahayaan bahwa responden lebih banyak tidak membuka jendela setiap hari agar

cahaya matahari masuk ke dalam rumah yaitu 53 orang (57%). Responden lebih

banyak memangkas pohon jika menghalangi masuknya cahaya ke dalam rumah yaitu

50 orang (53,8%). Responden lebih banyak kamar mandi menggunakan lampu yang

redup yaitu 52 orang (55,8%).

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Tindakan


Mencegah DBD Berdasarkan Pencahayaan di Kelurahan Tualang
Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

Ya Tidak
No Pencahayaan
n % n %
6. Membuka jendela setiap hariagar 40 43.0 53 57.0
cahaya matahari masuk ke dalam rumah
7. Memangkas pohon jikamenghalangi 50 53.8 43 46.2
masuknya cahaya ke dalam rumah
8. Kamar mandi menggunakan lampuyang 52 55.9 41 44.1
redup

Pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa tindakan mencegah DBD berdasarkan

penampungan air bahwa responden lebih banyak tidak menguras bak mandi serta

Universitas Sumatera
menyikatnya seminggu sekali yaitu 47 orang (50,5%). Responden lebih banyak tidak

menutup rapat-rapat tempat penampungan air di dalam dan luar rumah yaitu 47 orang

(50,5%). Responden lebih banyak tidak mengubur barang-barang bekas yang dapat

menampung air yaitu 49 orang (52,7%). Responden lebih banyak tidak memeriksa

talang air di atas rumah sewaktu musim hujan yaitu 51 orang (54,8%). Responden

lebih banyak tidak memberikan bubuk abate di tempat penampungan air yang sulit

dikuras yaitu 54 orang (58,1%). Responden lebih banyak tidak mengosongkan bak

mandi bila bepergian lama meninggalkan rumah yaitu 50 orang (53,8%).

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Tindakan


Mencegah DBD Berdasarkan Penampungan Air di Kelurahan
Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

Ya Tidak
No Penampungan Air %
n % n
9. Menguras bak mandi sertamenyikatnya 46 49.5 47 50.5
seminggu sekali
10. Menutup rapat-rapattempat 46 49.5 47 50.5
penampungan air di dalam dan luar
rumah
11. Mengubur barang-barang bekasyang 44 47.3 49 52.7
dapat menampung air
12. Memeriksa talang air di atasrumah 42 45.2 51 54.8
sewaktu musim hujan
13. memberikan bubuk abate ditempat 39 41.9 54 58.1
penampungan air yang sulit dikuras
14. mengosongkan bak mandi bilabepergian 43 46.2 50 53.8
lama meninggalkanrumah

Pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa tindakan mencegah DBD berdasarkan

kebiasaan perilaku keluarga bahwa responden lebih banyak tidak memasang kawat

kasa pada ventilasi rumah yaitu 52 orang (55,9%). Responden lebih banyak memiliki

Universitas Sumatera
kebiasaan menggantungkan baju-baju di rumah /dinding rumah yaitu 50 orang

(53,8%). Responden lebih banyak menggunakan anti nyamuk/menyemprot nyamuk

dengan insektisida yaitu 50 orang (53,8%). Responden lebih banyak tidak membawa

anggota keluarga yang dicurigai menderita DBD ke pelayanan kesehatan yaitu 51

orang (54,8%). Responden lebih banyak tidak melapor kepada kepala lingkungan

kelurahan bahwa apabila tetangga atau anggota keluarga menderita DBD, yaitu 53

orang (57%). Responden lebih banyak tidak selalu mengikuti kegiataan gotong

royong dan penyuluhan kesehatan yaitu 47 orang(53,5%).

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Tindakan


Mencegah DBD Berdasarkan Kebiasaan Perilaku Keluarga di
Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

Ya Tidak
No Kebiasaan Perilaku Keluarga
n % n %
15. Memasang kawat kasa padaventilasi 41 44.1 52 55.9
rumah
16. Kebiasaan menggantungkan baju-bajudi 50 53.8 43 46.2
rumah /dinding rumah
17. Keluarga menggunakananti 50 53.8 43 46.2
nyamuk/menyemprot nyamuk dengan
insektisida
18. Membawa anggota keluargayang 42 45.2 51 54.8
dicurigai menderita DBD ke pelayanan
kesehatan?
19. Jika ada tetangga atau anggotakeluarga 40 43.0 53 57.0
menderita DBD, apakah anda melapor
kepada kepala lingkungan/ kelurahan
20. Selalu mengikuti kegiataangotong 46 49.5 47 50.5
royong dan penyuluhankesehatan

Universitas Sumatera
Tabel 4.11. diperoleh distribusi responden terhadap tindakan mencegah DBD

lebih banyak dikategori tidak baik yaitu 39 orang (41,9%), dan kategori tidak baik

yaitu 39 orang (41,9%).

Tabel 4.11. Distribusi Kategori Tindakan Mencegah DBD Responden di


Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

No Kategori TindakanMencegahDBD n %
1. Baik 39 41,9
2. TidakBaik 54 58,1
Total 93 100

4.2.2 AnalisaBivariat

Hubungan pengetahuan dan kepercayaan dengan tindakan mencegah DBD di

Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi terlihat pada tabel

berikut.

4.2.2.1. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Mencegah DBD di Kelurahan


Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota TebingTinggi

Pada Tabel 4.12. dari 93 orang responden, 42 orang memiliki pengetahuan

baik tentang DBD, lebih banyak melakukan tindakan mencegah DBD dengan baik 30

orang (71,4%). Sementara 51 orang memiliki pengetahuan tidak baik, 42 orang

(82,4%) responden tidak melakukan tindakan mencegah DBD.

Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0.000 < 0,05. Hal ini berarti

terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan mencegah DBD di.

Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi.

Universitas Sumatera
Tabel 4.12. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Mencegah DBD di
Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

TindakanMencegahDBD Total
Pengetahua Baik TidakBaik P- Value
n n
n % n %
Baik 30% 71,4 12 28,6 42 100 P= 0.000
Tidak Baik 9 17,6 42 82,4 51 100

Variabel ini diikutkan dalam model persamaan regresi logistik

4.2.2.2. Hubungan Kepercayaan dengan Tindakan Mencegah DBD di Kelurahan


Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota TebingTinggi

Pada Tabel 4.13. dari 93 orang responden, 9 orang memiliki kepercayaan baik

terhadap pencegahan DBD, lebih banyak melakukan tindakan mencegah DBD

dengan baik 5 orang (55,6%). Sementara 40 orang memiliki kepercayaan

dikategorikan sedang, lebih banyak melakukan tindakan mencegah DBD yaitu 26

orang (65%) . Sedangkan dari 44 orang yang memiliki kepercayaan dikategorikan

buruk, lebih banyak tidak melakukan tindakan mencegah DBD yaitu 36 orang

(81,8%).

Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0.000 < 0,05. Hal ini berarti

terdapat hubungan antara kepercayaan dengan tindakan mencegah DBD di.

Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota TebingTinggi.

Tabel 4.13. Hubungan Kepercayaan dengan Tindakan Mencegah DBD di


Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

TindakanMencegahDBD Total
Kepercayaa Baik TidakBaik P- Value
n n
n % n %
Baik 5% 55,6 4 44,4 9 100 P= 0.000
Sedang 26 65,0 14 35,0 40 100
Buruk 8 18,2 36 81,8 44 100

Variabel ini diikutkan dalam model persamaan regresi logistik


Universitas Sumatera
4.2.3 AnalisaMultivariat

Berdasarkan analisis multivariat bahwa seluruh variabel penelitian dapat

dilanjutkan ke analisis multivariat oleh karena nilai p < 0,05 yaitu pengetahuan dan

kepercayaan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda yang bertujuan untuk

melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen serta untuk

meramalkan seberapa jauh variabel independen memberikan kontribusi terhadap

variabel dependen.

Tabel 4.14. Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Pengaruh Pengetahuan dan
Kepercayaan terhadap Tindakan Mencegah DBD di Kelurahan
Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

No Variabel Β Pvalue Exp(β) Overall


Persentage
1. Pengetahuan 3,038 0,000 20,854
2. Kepercayaan 3,650 0,000 38,491 87,1%
Constant 10,834 0,000 0,000

Pada Tabel 4.14 yang disajikan diperoleh hasil uji regresi logistik berganda

variabel pengetahuan dan kepercayaan memengaruhi tindakan mencegah DBD di

Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi.

Variabel pengetahuan diperoleh nilai p = 0,000, β = 3,038 dan Exp (β)=

20,854 dengan arah yang positif yang berarti pengetahuan yang baik memengaruhi

tiindakan mencegah DBD semakin baik 20,8 kali bila dibandingkan dengan

pengetahuan yang tidakbaik.

Variabel kepercayaan diperoleh nilai p = 0,000, β = 3,650 dan Exp(β)=

38,491denganarahyangpositifyangberartikepercayaanyangbaikmemengaruhi

Universitas Sumatera
tindakan mencegah DBD semakin baik 38,5 kali bila dibandingkan dengan

kepercayaan yang buruk.

Secara keseluruhan (uji secara serentak) dapat dijelaskan dari nilai overall

percentage yang ditunjukkan pada uji regresi logistik 87,1%, artinya pengetahuan dan

kepercayaan mampu menjelaskan tindakan mencegah DBD sebesar 87,1% dan

selebihnya dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain yang tidak diteliti. Persamaan

regresi logistik dapat ditentukan:

Ŷ= 1
– (10,834 + 3,038 + 3,650X )
1
X +e 1
2

Universitas Sumatera
BAB 5
PEMBAHASA
N

5.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Tindakan Mencegah DBD di Kelurahan


Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota TebingTinggi

Berdasarkan uji regresi logistik berganda terdapat pengaruh yang signifikan

antara pengetahuan terhadap tindakan mencegah DBD dengan nilai p=0.000 < 0,05.

Sesuai pendapat Soekanto dalam Purwatiningsih, (2005) bahwa pengetahuan, adat-

istiadat erat hubungannya dalam peningkatan partisipasi masyarakat. Sedangkan

menurut Djatmiko (2003), partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh kemampuan dan

kemauan untuk berpartisipasi dalam program pemerintah.

Margono dalam Notoatmodjo (2007) menambahkan bahwa pengetahuan

merupakan kemampuan untuk mengerti dan menggunakan informasi. Selanjutnya

disebutkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu unsur yang diperlukan

seseorang agar dapat melakukansesuatu.

Hasil penelitian tentang variabel pengetahuan ditemukan pada kategori tidak

baik dengan persentase tertinggi (54,8%). Hal ini disebabkan lebiih banyak ibu belum

mengetahui ciri-ciri nyamuk penular demam berdarah berwarna hitam bintik-bintik

putih yaitu 48 orang (51,6%), tindakan yang ibu lakukan apabila anggota keluarga

demam tinggi walaupun sudah minum obat penurun panas di rumah yaitu 48 orang

(51,6%) cara menguras bak mandi yang benar dengan menyikat dinding bak mandi

dengan bersih yaitu 56 orang (60,2%) dan ibu merasa bahwa tanggung jawab dalam

pemberantasan sarang nyamuk adalah petugas kesehatan, bukan masyarakat yaitu 57

Universitas Sumatera
orang (61,3%). Pengetahuan ibu yang tidak baik menyebabkan ibu tidak

berpartisipasi dalam melaksanakan tindakan mencegahDBD.

Menurut Friedman (2005) bahwa pengetahuan merupakan domain dari

perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih

bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang pencegahan

DBD, maka ibu akan berpartisipasi sesuai dengan apa yang ia ketahui. Pengetahuan

yang dimiliki ibu berdampak pada tindakan ibu dalam mencegah DBD sehingga

masing tinggi angka kejadian DBD di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu

Kota Tebing Tinggi.

Menurut Depkes RI (2004) penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang

ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Pada prinsipnya kejadian penyakit yang

digambarkan sebagai segitiga epidemiologi menggambarkan hubungan segi tiga

kompenen penyebab penyakit yaitu penjamu, agen dan lingkungan.

Uji statistik menunjukkan variabel pengetahuan berpengaruh terhadap

tindakan mencegah DBD di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota

Tebing Tinggi. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin baik

pengetahuan ibu maka akan meningkat tindakan ibu dalam mencegah DBD. Hal ini

disebabkan latar belakang pendidikan ibu rumah yang rendah/dasar (14%) yang

kurang dapat memahami dengan baik tentang pencegahan DBD yang diberikan Juru

Pemantau Jentik (Jumantik). Selain faktor tersebut, kesibukan ibu dalam mengurus

rumah tangga menyebabkan ibu kurang dapat melaksanakan tindakanmencegah

Universitas Sumatera
DBD, seperti menguras bak mandi secara teratur dan merasa bahwa pemberantasan

DBD merupakan tanggung jawab petugas kesehatan.

Sesuai SK Kepala Dinas Kota Tebing Tinggi Nomor: 440.04/722/SK/V/2011

tentang Pembentukan Kader Jumantik di tiap–tiap kelurahan se-kota Tebing Tinggi

belum berdampak baik terhadap kesehatan masyarakat khususnya masih tingginya

masyarakat mengalami DBD. Namun kinerja jumantik belum pernah dievaluasi

sampai ini. Hal ini memungkinkan pemberantasan DBD di Kelurahan Tualang belum

efektif dan efisien sehingga perlu dirumuskan kembali kebijakan kinerja Jumantik

sebagai petugas kesehatan yang dapat memberikan output dalam mencegah DBD ke

arah yang lebih baik lagi di masa mendatang,

5.2. Pengaruh Kepercayaan terhadap Tindakan Mencegah DBD di Kelurahan


Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota TebingTinggi

Berdasarkan uji regresi logistik berganda terdapat pengaruh yang signifikan

antara kepercayaan terhadap tindakan mencegah DBD dengan nilai p=0.000 < 0,05.

Dengan kepercayaan yang buruk terhadap program pemerintah masyarakat kurang

melibatkan diri ataupun berpartisipasi dalam pelaksanaannya dan merasa program

hanya milik pemerintah. Untuk itu perlu dibuat suatu kebijakan untuk

mengembalikan kepercayaan masyarakat seperti lebih memberdayakan puskesmas

agar lebih bertanggungjawab dalam surveilans demam berdarah, dan hendaknya

fogging dilaksanakan oleh masing-masing puskesmas yang memang lebih dekat

dengan masyarakat di wilayah kerjanya, karena selama ini fogging dilaksanakan

langsung oleh dinas kesehatan untuk seluruh wilayah kota TebingTinggi.

Universitas Sumatera
Penelitian Ramdhania (2008), dari 53 responden yang diteliti 91,4% percaya

untuk pergi ke pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

kepercayaaan masyarakat terhadap petugas kesehatan sudah mulai timbul, walaupun

di beberapa daerah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan masih

rendah karena petugas kesehatan dianggap sebagai orang baru yang tidak mengenal

masyarakat di wilayahnya dan tidak mempunyai kharismatik.

Rousseau, (1998) kepercayaan (trust) merupakan wilayah psikologis yang

merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap

perhatian atau perilaku yang baik dari orang lain. McKenzie (2006) menambbaykan

kepercayaan merupakan variabel yang sangat memengaruhi status kesehatan karena

kalau tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan rendah, maka

usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan semakin sulitdilakukan.

Hasil penelitian tentang variabel kepercayaan ditemukan pada kategori buruk

dengan persentase tertinggi (47,3%). Hal ini disebabkan persepsi ibu tidak percaya

pemberian abate dapat menyebabkan membunuh jentik-jentik nyamuk yaitu 56 orang

(60,2%), tidak percaya bahwa petugas fogging benar-benar melaksanakan

penyemprotan dengan jarak 200 meter yaitu 48 orang (51,6%), tidak percaya

pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 3 M Plus lebih efektif mencegah DBD

dibandingkan dengan fogging yaitu 46 orang (49,5%), setelah petugas penyuluh

memberikan bubuk abate, ibu tidak menggunakannya karena tidak yakin dapat

mencegah DBD yaitu 56 orang (60,2%), partisipasi mengikuti kegiatan gotong

royongbukanmerupakansalahsatutindakandalammencegahDBDdimasyarakat

Universitas Sumatera
yaitu 48 orang (51,6%) dan pelaksanaan 3 M plus (menguras, mengubur dan

menutup) dan menelengkupkan dapat mencegah DBD yaitu 46 orang(49,5%).

Model perilaku kesehatan yang dapat menggambarkan bagaimana sebuah

perilaku terbentuk, teori Health Belief Model (HBM) dan Becker & Rosenstock.

Teori ini berpendapat bahwa persepsi kita terhadap sesuatu lebih menentukan

keputusan yang kita ambil dibandingkan dengan kejadian yangsebenarnya

Uji statistik menunjukkan variabel kepercayaan berpengaruh terhadap

tindakan mencegah DBD di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota

Tebing Tinggi. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin baik

kepercayaan ibu maka akan meningkat tindakan ibu dalam mencegah DBD. Hal ini

disebabkan partisipasi ibu dalam mencegah DBD belum optimal dilakukan. Upaya

pemerintah kota Tebing Tinggi dalam mencegah DBD sudah dilaksanakan tetapi

frekuensi dan efisiennya masih perlu dipertanyakan. Ibu merasa bahwa fogging

dilakukan cenderung tidak sesuai dengan keadaan yang di lapangan. Program fogging

hanya dilakukan pada beberapa rumah saja yang berdekatan dengan rumah penderita

DBD. Jumantik yang bertugas sebagai pemantau jentik tidak teratur dalam melakukan

pemeriksaan jentik dan tidak merata di rumahpenduduk.

Menurut WHO alasan seseorang berperilaku tertentu adalah karena

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian seseorang

terhadap objek. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman

orang lain. Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, nenek atau orang

lain. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan.Sikap

Universitas Sumatera
menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek. Sikap sering

diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.

Demikian juga Teori HBM oleh Rosenstock (1974) menjelaskan bahwa empat

elemen persepsi seseorang, yaitu penilalan individu mengenai kerentanan mereka

terhadap suatu penyakit, seberapa serius kondisi dan konsekuensi yang ditimbulkan

oleh penyakit tersebut, besar hambatan yang ditemui untuk mengadopsi perilaku

kesehatan yang disarankan, seperti hambatan fmansial, fisik, dan psikososial dan

keuntungan yang didapat dengan mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan.

Sesuai Kepmenkes No. 581/Tahun 1992 tentang Pemberantasan Penyakit

Demam Berdarah Dengue, telah ditetapkan Program Nasional Penanggulangan DBD

yang terdiri dari 8 pokok program yaitu: surveilans epidemiologi dan penanggulangan

KLB, pemberantasan vektor, penatalaksanaan kasus, penyuluhan, kemitraandalam

wadah Kelompok Kerja Operasional DBD (POKJANAL) DBD, peran serta

masyarakat: jumantik, pelatihan dan penelitian.

Menindak lanjuti Kepmenkes tersebut, maka Departemen kesehatan juga telah

menetapkan 5 kegiatan pokok sebagai kebijakan dalam pengendalian penyakit DBD

yaitu menemukan kasus secepatnya dan mengobati sesuai protap, memutuskan mata

rantai penularan dengan pemberantasan vektor (nyamuk dewasa dan jentik-

jentiknya), kemitraan dalam wadah POKJANAL DBD, pemberdayaan masyarakat

dalam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M Plus) dan Peningkatan

profesionalisme pelaksana program (Depkes RI,2008).

Universitas Sumatera
Namun demikian masyarakat belum percaya bahwa program pencegahan

DBD terlaksana dengan baik. Tokoh masyarakat seperti tokoh-tokoh agama, tokoh

budaya, tokoh adat, mempunyai kesan positif dan biasanya menjadi panutan di mata

warga daerahnya, dan bila mereka ikut terlibat dalam program pemerintah maka

masyarakat akan mencontoh sehingga mereka juga mau terlibat dalam kegiatan-

kegiatan program pencegahan DBD yang dilaksanakanpemerintah.

Universitas Sumatera
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pengetahuan berpengaruh terhadap tindakan mencegah DBD, pengetahuan yang

tidak baik menyebabkan ibu tidak melakukan tindakan mencegahDBD.

2. Kepercayaan berpengaruh terhadap tindakan mencegah DBD, keyakinan ibu yang

tidak mendukung dalam program pencegahan DBD yang dilaksanakan oleh

pemerintah menyebabkan ibu tidak melakukan tindakan mencegahDBD.

3. Kepercayaan dalam mencegah DBD dominan memengaruhi tindakan ibu

mencegahDBD.

6.2. Saran

Dalam rangka meningkatkan tindakan mencegah DBD :

1. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi perlu membuat pertemuan untuk

mengevaluasi kerja kader danjumantik.

2. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi perlu mengevaluasi

penyelenggaraan sosialisai penyakit menular yang rutin diadakan Dinas

Kesehatan setiap tahun apakah informasi yang didapat benar-benar sampai ke

masyarakat.

78
Universitas Sumatera
3. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi agar lebih memberdayakan petugas

puskesmas dalam pemberian informasi kesehatan sehingga dapat menambah

pengetahuanmasyarakat.

4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi hendaknya dalam melaksanakam

program pencegahan DBD seperti fogging, pemeriksaan jentik , penyuluhan ikut

melibatkanwarga.

5. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi perlu membuat suatu pertemuan

mengundang tokoh-tokoh masyarakat seperti tokoh agama, tokoh budaya, dengan

isi pesan agar mereka lebih terlibat dalam setiap kegiatan pemerintah dalam hal

program pencegahan demamberdarah.

6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi perlu lebih mengaktifkan lagi

pukesmas untuk melaksanakan surveilans demamberdarah.

7. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi perlu membuat suatu kebijakan agar

program fogging dilaksanakan langsung oleh puskesmas dan setiap turun ke

lapangan hendaknya disertai denganpenyuluhan.

Universitas Sumatera

Anda mungkin juga menyukai