Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini kami membahas tentang Penyakit DBD.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ssemua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu
kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
dari pembaca sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan mamfaat bagi kita sekalian.
Penulis
Universitas Sumatera
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit endemis di Indonesia dan sampai
saat ini masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Penyakit Demam Berdarah
disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang akut dan ditandai dengan panas mendadak selama 2 – 7
hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan manifestasi perdarahan, seperti petekie, epistaxis kadang
disertai muntah darah, berak darah, kesadaran menurun, dan syock (Soegijanto, 2006).
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorragik Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.
Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Merebaknya kasus DBD ini
menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya
kesadaran akan kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat
dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini.
Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor pembawanya, yaitu nyamuk dari
genus Aedes seperti Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang
paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah
menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut.Sesudah masa inkubasi virus di dalam
nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke
manusia sehat yang digigitnya.Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya
ke keturunannya melalui telur (transovarial). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa monyet juga
dapat terjangkit oleh virus dengue, serta dapat pula berperan sebagai sumber infeksi bagi monyet
lainnya bila digigit oleh vektor nyamuk.
Tingkat risiko terjangkit penyakit demam berdarah meningkat pada seseorang yang memiliki
antibodi terhadap virus dengue akibat infeksi pertama. Selain itu, risiko demam berdarah juga lebih
tinggi pada wanita, seseorang yang berusia kurang dari 12 tahun, atau seseorang yang berasal dari ras
Kaukasia.
B. Rumusan Masalah
* Definisi DBD
* Penyebab dan ciri-ciri Nyamuk DBD
* Gejala DBD
* Pencegahan DBD
* Cara pengobatan DB
C. Tujuan
Mengetahui penyebab dan ciri-ciri nyamuk DBD, gejala DBD, serta cara pengobatan DBD.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi penyakit DBD
Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan masalah penting pada kesehatan masyarakat di
daerah tropis di dunia yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). Satu nyamuk
dapat menjangkiti beberapa orang dalam waktu singkat dan lebih dari 1 kali. DBD di Indonesia
pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1958 dimana saat itu sebanyak 58 orang terinfeksi
dan 24 orang diantaranya meninggal dunia. Mulai saat itu, penyakit ini pun menyebar luas ke seluruh
Universitas Sumatera
penjuru Indonesia. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita Demam Berdarah di tiap
tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization
(WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus Demam Berdarah tertinggi di Asia
Tenggara. Dari jumlah keseluruhan kasus tersebut, sekitar 95% terjadi pada anak di bawah 15 tahun
[13]. Kejadian Luar Biasa terjadi pada tahun 1998 dimana Departemen Kesehatan RI mencatat
sebanyak 2.133 korban terjangkit penyakit ini dengan jumlah korban meninggal 1.414 jiwa. Perantara
infektif adalah virus dengue dari keluarga Flaviviridae, yang terdiri dari 4 serotipe DEN-I, DEN-II,
DEN-III, dan DEN-IV. Infeksi Dengue oleh salah satu dari empat serotipe menyebabkan tingkatan
penyakit pada manusia berdasarkan kronisnya, mulai dari inapparent klinis, sampai penyakit
hemoragik berat (pendarahan di bawah kulit) dan fatal (kematian).
Sterile Insect Technique (SIT) adalah salah satu metode untuk mengendalikan populasi serangga
dengan penggunaan mutagen atau radiasi gamma yang diberikan kepada serangga jantan sehingga
serangga tersebut menjadi steril. Serangga steril ini kemudian dilepas ke lingkungan dalam jumlah
yang sangat besar untuk kawin dengan serangga normal yang ada di lingkungan bebas. Seekor
serangga betina normal yang kawin dengan pejantan steril akan menghasilkan telur, tetapi telur tidak
akan menetas( efek yang sama akan terjadi untuk persilangan timbal balik). Jika terdapat serangga
steril, dengan jumlah cukup tinggi, maka banyak persilangan steril yang terjadi dan seiring waktu,
jumlah serangga normal akan menurun. Dan rasio steril serangga normal akan meningkat, sehingga
menyebabkan kepunahan serangga normal.
Sterile Insect Technique ini pertama kali diperkenalkan oleh Knipling [4], dan digunakan dengan
sukses pada tahun 1958 di Florida untuk mengontrol Screwworm fly (Cochliomya Omnivorax). Sejak
itu, pelepasan serangga steril telah digunakan dengan berbagai keberhasilan. Contoh lainnya yaitu
Screwworm Fly di Amerika Serikat, Meksiko dan Libya; Mediterania Lalat Buah (Ceratitis capitata
Wiedemann) di Amerika Serikat dan Meksiko; Melon Fly (Dacus cucurbitae Coquillett) di Jepang
dan Taiwan; Pink Hubner (Pectinophora gossypiella Saunders) di Amerika Serikat; Tsetse Fly
( spesies Glossina) di Tanzania, Zimbabwe dan Upper Volta; Boll Bonggol (Anthonomus Boheman
Grandis) pada Southeastern USA; Meksiko Lalat Buah (Anastrepha Ludens Loew) di Amerika
Serikat dan Meksiko; Gypsy Moth (Lymantria dispar Linnaeus) di Amerika Serikat dan Kanada.
B. Penyebab dan Ciri-Ciri DBD
* Penyebab DBD :
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah
kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus.
* Ciri-Ciri Nyamuk DBD
* Hidup di dalam ruangan, tempat genangan air dan kumuh,
* Sulit untuk ditangkap karena mereka bergerak sangat cepat, melesat maju mundur.
* Mereka menggigit pada pagi atau siang hari.
* Bersembunyi di bawah perabot dan sering menggigit orang di sekitar kaki atau pergelangan
kaki.
* Gigitan relatif tidak sakit, sehingga orang mungkin tidak melihat mereka sedang tergigit.
Nyamuk demam berdarah dewasa lebih memilih untuk beristirahat di daerah gelap. Tempat
beristirahat favorit berada di bawah tempat tidur, meja dan kursi, di lemari pakaian atau lemari, di
tumpukan cucian kotor dan sepatu; dalam wadah terbuka, di ruang yang gelap dan tenang, dan bahkan
pada objek gelap seperti pakaian atau perabot.
Nyamuk demam berdarah lebih suka menggigit manusia pada siang hari. Sebuah cara yang efektif
untuk membunuh nyamuk dewasa adalah untuk menerapkan sisa insektisida ke daerah di mana
mereka lebih suka untuk beristirahat.
Nyamuk demam berdarah terkadang dijuluki ‘kecoa nyamuk’ karena benar-benar dijinakkan dan
lebih memilih untuk tinggal di sekitar rumah-rumah penduduk. Mereka berkembang biak bukan di
rawa-rawa atau saluran, dan sangat jarang menggigit pada malam hari.
C. Gejala DBD
Masa tunas atau inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya
penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
Universitas Sumatera
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis),
Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah
100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal
(Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan
(anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
D. Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue dapat bermanifestasi pada beberapa luaran, meliputi demam biasa, demam
berdarah (klasik), demam berdarah dengue (hemoragik), dan sindrom syok dengue.
* Demam berdarah (klasik)
Demam berdarah menunjukkan gejala yang umumnya berbeda-beda tergantung usia pasien. Gejala
yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak adalah demam dan munculnya ruam.] Sedangkan pada
pasien usia remaja dan dewasa, gejala yang tampak adalah demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri di
belakang mata, nyeri pada sendi dan tulang, mual dan muntah, serta munculnya ruam pada kulit.
Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan penurunan keping darah atau trombosit
(trombositopenia) juga seringkali dapat diobservasi pada pasien demam berdarah. Pada beberapa
epidemi, pasien juga menunjukkan pendarahan yang meliputi mimisan, gusi berdarah, pendarahan
saluran cerna, kencing berdarah (haematuria), dan pendarahan berat saat menstruasi (menorrhagia).
* Demam berdarah dengue (hemoragik)
Pasien yang menderita demam berdarah dengue (DBD) biasanya menunjukkan gejala seperti
penderita demam berdarah klasik ditambah dengan empat gejala utama, yaitu demam tinggi,
fenomena hemoragik atau pendarahan hebat, yang seringkali diikuti oleh pembesaran hati dan
kegagalan sistem sirkulasi darah. Adanya kerusakan pembuluh darah, pembuluh limfa, pendarahan di
bawah kulit yang membuat munculnya memar kebiruan, trombositopenia dan peningkatan jumlah sel
darah merah juga sering ditemukan pada pasien DBD Salah satu karakteristik untuk membedakan
tingkat keparahan DBD sekaligus membedakannya dari demam berdarah klasik adalah adanya
kebocoran plasma darah.] Fase kritis DBD adalah seteah 2-7 hari demam tinggi, pasien mengalami
penurunan suhu tubuh yang drastis. Pasien akan terus berkeringat, sulit tidur, dan mengalami
penurunan tekanan darah. Bila terapi dengan elektrolit dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien dapat
sembuh dengan cepat setelah mengalami masa kritis. Namun bila tidak, DBD dapat mengakibatkan
kematian.
* Sindrom Syok Dengue
Sindrom syok adalah tingkat infeksi virus dengue yang terparah, di mana pasien akan mengalami
sebagian besar atau seluruh gejala yang terjadi pada penderita demam berdarah klasik dan demam
berdarah dengue disertai dengan kebocoran cairan di luar pembuluh darah, pendarahan parah, dan
syok (mengakibatkan tekanan darah sangat rendah), biasanya setelah 2-7 hari demam. Tubuh yang
dingin, sulit tidur, dan sakit di bagian perut adalah tanda-tanda awal yang umum sebelum terjadinya
syok. Sindrom syok terjadi biasanya pada anak-anak (kadangkala terjadi pada orang dewasa) yang
mengalami infeksi dengue untuk kedua kalinya. Hal ini umumnya sangat fatal dan dapat berakibat
pada kematian, terutama pada anak-anak, bila tidak ditangani dengan tepat dan cepat] Durasi syok itu
sendiri sangat cepat. Pasien dapat meninggal pada kurun waktu 12-24 jam setelah syok terjadi atau
dapat sembuh dengan cepat bila usaha terapi untuk mengembalikan cairan tubuh dilakukan dengan
tepat. Dalam waktu 2-3 hari, pasien yang telah berhasil melewati masa syok akan sembuh, ditandai
dengan tingkat pengeluaran urin yang sesuai dan kembalinya nafsu makan.
E. Pencegahan DBD
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah. Pencegahan utama
Universitas Sumatera
demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektornyamuk demam berdarah.
Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna (misalnya di pot bunga) telah terbukti
berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu
sekali, dan membuang hal - hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes
Aegypti.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam berdarah,
sebagai berikut:
* Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat
yang cukup.
Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M,
yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur barang-barang
bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meski pun dalam hal
mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik
bila barang-barang bekas tersebut didaur-ulang.
Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate akan
mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan
nyamuk;
* Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau
panas tinggi.
F. Cara Pengobatan DBD
Demam berdarah biasanya merupakan penyakit yang hanya perawatan suportif jika tepat sasaran
dapat disembuhkan. Acetaminophen dapat digunakan untuk pengobatan demam berdarah. Untuk
beberapa jenis obat seperti aspirin, obat antinflammatory drugs (NSAID), dan
Kortikosteroid harus dihindari sebagai antisipasi pengobatan demam berdarah.
Pasien dengan demam berdarah diketahui atau dicurigai harus memiliki jumlah trombosit dan
hematokrit diukur setiap hari dari hari ketiga penyakit sampai 1-2 hari setelah penurunan suhu badan
normal. Pasien dengan tingkat hematokrit yang meningkat atau jumlah trombosit menurun harus
memiliki penggantian defisit volume intravaskular.
Untuk pengobatan demam berdarah lebih lanjut, pasien yang memiliki tanda-tanda dehidrasi, seperti
takikardia, kapiler terisi semakin lama, dingin atau kulit berbintik-bintik, status mental berubah,
penurunan output urine, kenaikan tingkat hematokrit, tekanan nadi menyempit, atau hipotensi,
memerlukan cairan infus.
Keberhasilan pengobatan demam berdarah yang parah memerlukan perhatian khusus, seperti cairan
dan perawatan proaktif. Defisit volume Intravaskular harus diperbaiki dengan cairan isotonik seperti
larutan Ringer laktat. Bolus dari 10-20 kg mL / harus diberikan lebih dari 20 menit dan dapat diulang.
Jika ini gagal untuk mengoreksi defisit, nilai hematokrit harus ditentukan dan jika naik informasi
klinis yang terbatas menunjukkan bahwa plasma expander dapat diberikan. Dekstran 40, atau albumin
5% pada dosis 10-20 kg mL juga dapat digunakan. Jika pasien tidak membaik setelah ini, kehilangan
darah harus dipertimbangkan. Pasien dengan perdarahan internal atau pencernaan mungkin
memerlukan transfusi. Pasien dengan koagulopati mungkin memerlukan plasma beku segar.
Setelah pasien dengan dehidrasi yang stabil, mereka biasanya membutuhkan cairan infus tidak lebih
dari 24-48 jam. cairan intravena harus dihentikan ketika tingkat hematokrit turun dibawah 40% dan
volume intravaskuler cukup.
Transfusi plasma platelet segar beku mungkin diperlukan untuk mengontrol pendarahan parah.
Sebuah laporan kasus baru-baru ini menunjukkan perkembangan yang baik setelah pemberian
globulin intravena anti-D di dua pasien. Sebelum mengakhiri, sebelum pengobatan demam berdarah
dilakukan, khendaknya pemeriksaan atau konsultasi kepada dokter adalah jalan yang terbaik, pastikan
penderita berada pada kondisi yang stabil karena jika dibiarkan akan menjadi semakin parah sehingga
menyebabkan kematian.
Universitas Sumatera
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam berdarah (DB) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk
ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau
Aedes albopictus.Infeksi virus dengue dapat bermanifestasi pada beberapa luaran, meliputi demam
biasa, demam berdarah (klasik), demam berdarah dengue (hemoragik), dan sindrom syok dengue.
Pasien yang menderita demam berdarah dengue (DBD) biasanya menunjukkan gejala seperti
penderita demam berdarah klasik ditambah dengan empat gejala utama, yaitu demam tinggi,
fenomena hemoragik atau pendarahan hebat, yang seringkali diikuti oleh pembesaran hati dan
kegagalan sistem sirkulasi darah. Adanya kerusakan pembuluh darah, pembuluh limfa, pendarahan di
bawah kulit yang membuat munculnya memar kebiruan, trombositopenia dan peningkatan jumlah sel
darah merah juga sering ditemukan pada pasien DBD. Uji elisa dapat dilakukan untuk mendeteksi
adanya interaksi antigen dan antibodi terhadap virus dengue.
Sampai saat ini belum ada obat spesifik bagi penderita demam berdarah Banyak orang yang sembuh
dari penyakit ini dalam jangka waktu 2 minggu. Tindakan pengobatan yang umum dilakukan pada
pasien demam berdarah yang tidak terlalu parah adalah pemberian cairan tubuh (lewat minuman atau
elektrolit) untuk mencegah dehidrasi akibat demam dan muntah, konsumsi obat yang mengandung
acetaminofen (misalnya tilenol) untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam serta banyak
istirahat. Aspirin dan obat anti peradangan nonsteroidal seperti ibuprofen dan sodium naproxen justru
dapat meningkatkan risiko pendarahan. Bagi pasien dengan demam berdarah yang lebih parah, akan
sangat disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit, pemberian infus dan elektrolit untuk
mengganti cairan tubuh, serta transfusi darah akibat pendarahan yang terjadi.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan teman-teman dapat mengerti bagaimana cara pengobatan
dbd sekaligus pencegahannya. Dan teman-teman bisa memberikan saran agar makalah ini
kedepannya menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Notoadmijo.S.1999.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Edisi 1 Rineka Cipta :
Jakarta.
BAB 3
Universitas Sumatera
METODE PENELITIAN
3.1. JenisPenelitian
Hulu Tebing Tinggi. Cross sectional bertujuan untuk mempelajari hubungan penyakit
dan paparan (faktor penelitian) dengan cara pengamatan status paparan (penyakit)
Tebing Tinggi yang dilaksanakan bulan Juni-Juli 2012. Lokasi ini dipilih berdasarkan
studi pendahuluan bahwa kelurahan ini merupakan daerah tertinggi kasus DBD. Pada
Tahun 2010 tercatat 93 kasus (24,4%) terjadi di Kecamatan Padang Hulu dan paling
lainnya.
Universitas Sumatera
3.3. Populasi danSampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga di Kelurahan
Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi dengan jumlah 1332 KK yang
tersebar di 6 lingkungan.
3.3.2. Sampel
n = N
1 + Ne²
N = Ukuran Populasi
n= 1332
1 + 1332 (0,01)
= 93,01 orang.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dari 1332 KK, diperoleh jumlah sampel
Universitas Sumatera
Populasi
Maka sampel pada masing-masing lingkungan dapat dilihat pada tabel di bawah.
1. Lingkungan I 195/1332 x 93 14
2. Lingkungan II 168/1332 x 93 12
3. Lingkungan III 203/1332 x 93 14
4. Lingkungan IV 286/1332x 93 20
5. Lingkungan V 234/1332 x 93 16
6. Lingkungan VI 246/1332 x 93 17
Total 93
random sampling.
Data yang terkumpul akan digunakan sebagai bahan analisis. Pengumpulan data harus
Teknik atau alat untuk memperoleh keterangan dari objek adalah sebagai
berikut:
kuesioner.
Universitas Sumatera
2. Daftar pertanyaan (kuesioner), yaitu satu set pertanyaan yang tersusun secara
Demam BerdarahDengue.
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai
yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara
mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel pada analisis
realibility dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satukali
pengukuran,denganketentuan,jikanilairAlpha>rtabel,makadinyatakanreliabel.
Nilairtabeldalampenelitianinimenggunakancriticalvalueoftheproductmoment
Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi dengan karakteristik yang
Universitas Sumatera
hampir sama dengan karakteristik responden. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan
Correlation
Variabel Butir Cronbach's Status
Corrected Item Status Alpha
Pengetahuan
1 0,447 Valid 0,818 Reliabel
2 0,426 Valid 0,878 Reliabel
3 0,422 Valid 0,849 Reliabel
4 0,399 Valid 0,898 Reliabel
5 0,462 Valid 0,823 Reliabel
6 0,521 Valid 0,829 Reliabel
7 0,675 Valid 0,817 Reliabel
8 0,539 Valid 0,819 Reliabel
9 0,417 Valid 0,892 Reliabel
10 0,467 Valid 0,807 Reliabel
11 0,639 Valid 0,857 Reliabel
12 0,548 Valid 0,849 Reliabel
13 0,508 Valid 0,816 Reliabel
14 0,414 Valid 0,891 Reliabel
15 0,461 Valid 0,810 Reliabel
Kepercayaan 1 0,448 Valid 0,864 Reliabel
2 0,439 Valid 0,883 Reliabel
3 0,505 Valid 0,860 Reliabel
4 0,495 Valid 0,830 Reliabel
5 0,581 Valid 0,837 Reliabel
6 0,483 Valid 0,868 Reliabel
7 0,523 Valid 0,826 Reliabel
8 0,481 Valid 0,876 Reliabel
9 0,507 Valid 0,835 Reliabel
Pada tabel di atas, nilai corrected item-total correlation (rhitung) dari variabel
tabel=0,361, dengan demikian dinyatakan valid. Sedangkan nilai cronbach alpha dari
Universitas Sumatera
masing-masing instrumen lebih besar dari rtabel(0,361) sehingga dapat dikatakan
Correlation
Variabel Butir Cronbach's Status
Corrected Item Status Alpha
Tindakan
Mencegah DBD 1 0,491 Valid 0,884 Reliabel
2 0,413 Valid 0,841 Reliabel
3 0,561 Valid 0,809 Reliabel
4 0,526 Valid 0,864 Reliabel
5 0,461 Valid 0,855 Reliabel
6 0,412 Valid 0,821 Reliabel
7 0,495 Valid 0,846 Reliabel
8 0,546 Valid 0,883 Reliabel
9 0,413 Valid 0,841 Reliabel
10 0,644 Valid 0,805 Reliabel
11 0,526 Valid 0,864 Reliabel
12 0,486 Valid 0,849 Reliabel
13 0,440 Valid 0,827 Reliabel
14 0,495 Valid 0,846 Reliabel
15 0,446 Valid 0,883 Reliabel
17 0,461 Valid 0,855 Reliabel
18 0,463 Valid 0,829 Reliabel
19 0,461 Valid 0,880 Reliabel
20 0,418 Valid 0,890 Reliabel
Pada tabel di atas, nilai corrected item-total correlation (rhitung) dari variabel
tindakan pencegahan DBD sebanyak 20 item pertanyaan mempunyai rhitung> dari nilai
dari masing-masing instrumen lebih besar dari r tabel(0,361) sehingga dapat dikatakan
Universitas Sumatera
3.5. Variabel dan DefinisiOperasional
indikator variabel adalah fakta-fakta kejadian yang digunakan untuk mengukur suatu
variabel. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari independen variabel dan dependen
variabel.
Pada penelitian ini variabel dependen (variabel terikat) adalah pengetahuan dan
Mengubur) danmenelungkupkan.
3. Tindakan mencegah kasus DBD adalah partisipasi yang dilakukan ibu untuk
3.6. MetodePengukuran
Universitas Sumatera
3.6.1 Pengukuran VariabelIndependen
1. Pengetahuan
pilihan berganda, jika menjawab benar diberi skor (2) dan salah diberi skor 1,
a) Baik, apabila responden memahami tentang pencegahan DBD dengan skor 31-40
soal.
b) Tidak Baik, apabila responden memahami tentang pencegahan DBD dengan skor
20-30 soal.
2. Kepercayaan
manfaat terhadap informasi dan isyarat Iuntuk bertindak dengan 9 pertanyaan dengan
pilihan jawaban sebanyak 3 butir, jika menjawab sangat percaya diberi skor (3),
Universitas Sumatera
b. Isyarat Iuntuk bertindak diukur berdasarkan 4 pertanyaan, diiperoleh skor
a. Baik, apabila tindakan anggota keluarga responden dalam mencegah DBD dengan
skor 31-40soal.
b. Tidak Baik, apabila tindakan anggota keluarga responden dalam mencegah DBD
pribadi konselor) serta variabel terikat (tindakan mencegah DBD) seperti pada Tabel
Universitas Sumatera
Tabel 3.4 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
Jumlah
Variabel Alternatif Bobot Total Kategori
Pertanyaa
jawaban Nilai Nilai
Skala
Ukur
Tindakan
Mencegah 20 Ya 2 31-40 Baik
DBD Tidak 1 20-30 Tidakbaik Ordi
Pengetahuan 2 23-30 Baik
1 1 15-22 Tidak Ordinal
Benar Baik
Salah
Kepercayaan
a. Persepsi Sangat
manfaat Percaya 3 13-15 Baik
terhadap 5 Percaya 2 9-12 Sedang Ordinal
informasi Tidak 1 5-8 Buruk
Percaya
b.Isyarat Sangat
Untuk Percaya 3 10-12 Baik
bertindak. 4 Percaya 2 7-9 Sedang Ordinal
Tidak 1 4-6 Buruk
Percaya
(tindakan mencegah DBD) dengan menggunakan uji Chi Square pada taraf
kemaknaan 5%.
mencegah DBD) dengan melakukan uji regresi logistik yang memiliki nilai p<0,05.
Dari uji multivariat ini akan diketahui variabel mana yang paling dominan
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan data Profil Kelurahan Tualang tahun 2011, memiliki luas 31,61
Ha2dengan jumlah penduduk 5.462 jiwa dengan rincian perempuan 2743 jwa dan
laki-laki 2719 jiwa. Mayoritas penduduk bersuku bangsa Jawa, Batak dan Melayu.
Mata pencaharian penduduk antara lain 81% bekerja sebagai buruh, 5,1%
pertukangan 3,9% Pegawai Negeri Sipil (PNS), pedagang 2,3% dan 12,8%lain-lain.
SLTP/sederajat 31,6%, SMA/sederajat 26,3% dan perguruan tinggi 1,4%, sisanya 9,7
Universitas Sumatera
4.2. HasilPenelitian
4.2.1. AnalisaUnivariat
4.2.1.1. KarakteristikResponden
jumlah anggota keluarga seperti pada Tabel 4.1 menunjukkan responden lebih
banyak berusia produktif (20-40 tahun) yaitu 62 orang (66,7%), selebihnya usia tidak
perguruan tinggi yaitu 7 orang (7,5%). Responden memiliki status pekerjaan lebih
banyak tidak bekerja yaitu 54 orang (58,1%), selebihnya bekerja yaitu 39 orang
(41,9%). Responden memiliki jumlah anggota dalam keluarga lebih banyak di atas
empat orang yaitu 85 orang (91,4%) selebihnya di bawah atau sama dengan empat
Universitas Sumatera
Tabel4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Kelurahan Tualang
Kecamatan Padang Hulu Kota TebingTinggi
No Variabel n %
1. Usia
Usia produktif (20-40 thn) 62 66.7
Usia tidak reproduktif (>40 thn)) 31 33.3
Total 93 100
2. Pendidikan
Dasar (SD/SMP) 13 14.0
Menengah (SMA) 73 78.5
P. Tinggi 7 7.5
Total 93 100
3. Pekerjaan
Bekerja 39 41,9
Tidak Bekerja 54 58,1
Total 93 100
4. Jumlah Anggota Keluarga
≤ 4 orang 8 8,6
> 4 orang 85 91,4
Total 93 100
4.2.1.2. PengetahuanResponden
demam berdarah ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti lebih banyak responden
banyak belum mengetahui tempat hidup jentik demam berdarah yaitu 49 orang
(52,7%). Responden lebih banyak belum mengetahui ciri-ciri nyamuk penular demam
berdarah berwarna hitam bintik-bintik putih yaitu 48 orang (51,6%). Responden lebih
banyak belum mengetahui waktu nyamuk penular demam berdarah biasa menggigit
Universitas Sumatera
Responden lebih banyak mengetahui tindakan yang dilakukan apabila anggota
keluarga demam tinggi walaupun sudah minum obat penurun panas di rumah yaitu 48
orang (51,6%). Responden lebih banyak belum mengetahui tanda dan gejala orang
yang mengalami demam berdarah yaitu 53 orang (57%). Responden lebih banyak
banyak belum mengetahui waktu menguras tempat penampungan air, atau bak mandi
yaitu 49 orang (52,7%). Responden lebih banyak belum mengetahui cara menguras
belum mengetahui cara memberantas telur dan jentik nyamuk penular demam
Universitas Sumatera
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan di
Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi
Benar Salah
No Pengetahuan
n % n %
1. Penular penyakit demam berdarah 58 62.4 35 37.6
2. Penyebab demam berdarah 38 40.9 55 59.1
3. Tempat hidup Jentik demam berdarah 44 47.3 49 52.7
4. Ciri-ciri nyamuk penular demam 45 48.4 48 51.6
berdarah
5 Waktu nyamuk penular demam berdarah 41 44.1 52 55.9
biasa menggigit orang
6. Tindakan yang dilakukan apabila 48 51.6 45 48.4
anggota keluarga demam tinggi
walaupun sudah minum obat penurun
panas di rumah
7. Tanda dan gejala orang yang mengalami 40 43.0 53 57.0
demam berdarah
8. Pengertian gerakan 3M plus 49 52.7 44 47.3
9. Waktu menguras tempat penampungan 44 47.3 49 52.7
air, atau bak mandi
10. Cara menguras bak mandi yang benar 37 39.8 56 60.2
11. Cara yang paling efektif untuk 51 54.8 42 45.2
memberantas demam berdarah
12. Cara memberantas telur dan jentik 45 48.4 48 51.6
nyamuk penular demam berdarah
13. Kapan seharusnya dilakukan pengasapan 55 59.1 38 40.9
(fogging)
14. Guna pengasapan (fogging) 43 46.2 50 53.8
15. Pemberantasan sarang nyamuk 36 38.7 57 61.3
dilaksanakan
ibu terhadap pencegahan DBD untuk menghindari kejadian DBD dalam keluarga
Universitas Sumatera
yang belum mengetahui dengan baik atau dikategorikan tidak baik yaitu 51 orang
No Kategori Pengetahuan n %
1. Baik 42 45,2
2 Tidak baik 51 54,8
Total 93 100
4.2.1.3. KepercayaanResponden
persepsi manfaat terhadap informasi lebih banyak mengakatan tidak percaya bahwa
mencegah terjadinya penyakit DBD yaitu 42 orang (45,2%). Responden lebih banyak
(51,6%). Responden lebih banyak mengatakan tidak percaya bahwa jika ada anggota
keluarga terjangkit DBD, maka petugas fogging melaksanakan fogging dua kali di
rumah yaitu 46 orang (49,5%). Responden lebih banyak mengatakan tidak percaya
Universitas Sumatera
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Kepercayaan
Berdasarkan Persepsi Manfaat terhadap Informasi di Kelurahan
Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi
isyarat untuk bertindak lebih banyak mengtakan tidak percaya bahwa setelah
DBD yaitu 42 orang (45,2%). Responden lebih banyak mengatakan tidak percaya
yakin mencegah DBD yaitu 56 orang (60,2%). Responden lebih banyak mengatakan
tidak percaya terhadap partisipasi mengikuti kegiatan gotong royong sebagai salah
Universitas Sumatera
satu tindakan dalam mencegah DBD di masyarakat yaitu 48 orang (51,6%).
yaitu 46 orang(49,5%).
Universitas Sumatera
Tabel 4.6. diperoleh distribusi responden terhadap kepercayaan terhadap
pencegahan DBD lebih banyak dikategori buruk yaitu 44 orang (47,3%), kategori
No Kategori Kepercayaan n %
1. Baik 9 9,7
2. Sedang 40 43,0
3. Buruk 44 47,3
Total 93 100
pekarangan rumah setiap hari yaitu 48 orang (51,6%). Responden lebih banyak
membuang sampah pada tempatnya yaitu 47 orang (50,5%). Responden lebih banyak
Responden lebih banyak tidak memiliki air limbah yang selalu mengalir yaitu 49
orang (52,7%). Responden lebih banyak membakar sampah pekarangan setiap hari
yaitu 52 orang(55,9%).
Universitas Sumatera
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Tindakan
Mencegah DBD Berdasarkan Kebersihan Lingkungan/Rumah di
Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi
Ya Tidak
No TindakanMencegahDBD
n % n %
1. Membersihkan pekarangan rumah setiaphari 45 48.4 48 51.6
2. Membuang sampah pada tempatnya 47 50.5 46 49.5
3. Membersihkan air tergenang dipekarangan 47 50.5 46 49.5
rumah
4. Air limbah rumah tangga selalumengalir 44 47.3 49 52.7
5. Membakar sampah pekarangan setiaphari 52 55.9 41 44.1
pencahayaan bahwa responden lebih banyak tidak membuka jendela setiap hari agar
cahaya matahari masuk ke dalam rumah yaitu 53 orang (57%). Responden lebih
banyak memangkas pohon jika menghalangi masuknya cahaya ke dalam rumah yaitu
50 orang (53,8%). Responden lebih banyak kamar mandi menggunakan lampu yang
Ya Tidak
No Pencahayaan
n % n %
6. Membuka jendela setiap hariagar 40 43.0 53 57.0
cahaya matahari masuk ke dalam rumah
7. Memangkas pohon jikamenghalangi 50 53.8 43 46.2
masuknya cahaya ke dalam rumah
8. Kamar mandi menggunakan lampuyang 52 55.9 41 44.1
redup
penampungan air bahwa responden lebih banyak tidak menguras bak mandi serta
Universitas Sumatera
menyikatnya seminggu sekali yaitu 47 orang (50,5%). Responden lebih banyak tidak
menutup rapat-rapat tempat penampungan air di dalam dan luar rumah yaitu 47 orang
(50,5%). Responden lebih banyak tidak mengubur barang-barang bekas yang dapat
menampung air yaitu 49 orang (52,7%). Responden lebih banyak tidak memeriksa
talang air di atas rumah sewaktu musim hujan yaitu 51 orang (54,8%). Responden
lebih banyak tidak memberikan bubuk abate di tempat penampungan air yang sulit
dikuras yaitu 54 orang (58,1%). Responden lebih banyak tidak mengosongkan bak
Ya Tidak
No Penampungan Air %
n % n
9. Menguras bak mandi sertamenyikatnya 46 49.5 47 50.5
seminggu sekali
10. Menutup rapat-rapattempat 46 49.5 47 50.5
penampungan air di dalam dan luar
rumah
11. Mengubur barang-barang bekasyang 44 47.3 49 52.7
dapat menampung air
12. Memeriksa talang air di atasrumah 42 45.2 51 54.8
sewaktu musim hujan
13. memberikan bubuk abate ditempat 39 41.9 54 58.1
penampungan air yang sulit dikuras
14. mengosongkan bak mandi bilabepergian 43 46.2 50 53.8
lama meninggalkanrumah
kebiasaan perilaku keluarga bahwa responden lebih banyak tidak memasang kawat
kasa pada ventilasi rumah yaitu 52 orang (55,9%). Responden lebih banyak memiliki
Universitas Sumatera
kebiasaan menggantungkan baju-baju di rumah /dinding rumah yaitu 50 orang
dengan insektisida yaitu 50 orang (53,8%). Responden lebih banyak tidak membawa
orang (54,8%). Responden lebih banyak tidak melapor kepada kepala lingkungan
kelurahan bahwa apabila tetangga atau anggota keluarga menderita DBD, yaitu 53
orang (57%). Responden lebih banyak tidak selalu mengikuti kegiataan gotong
Ya Tidak
No Kebiasaan Perilaku Keluarga
n % n %
15. Memasang kawat kasa padaventilasi 41 44.1 52 55.9
rumah
16. Kebiasaan menggantungkan baju-bajudi 50 53.8 43 46.2
rumah /dinding rumah
17. Keluarga menggunakananti 50 53.8 43 46.2
nyamuk/menyemprot nyamuk dengan
insektisida
18. Membawa anggota keluargayang 42 45.2 51 54.8
dicurigai menderita DBD ke pelayanan
kesehatan?
19. Jika ada tetangga atau anggotakeluarga 40 43.0 53 57.0
menderita DBD, apakah anda melapor
kepada kepala lingkungan/ kelurahan
20. Selalu mengikuti kegiataangotong 46 49.5 47 50.5
royong dan penyuluhankesehatan
Universitas Sumatera
Tabel 4.11. diperoleh distribusi responden terhadap tindakan mencegah DBD
lebih banyak dikategori tidak baik yaitu 39 orang (41,9%), dan kategori tidak baik
No Kategori TindakanMencegahDBD n %
1. Baik 39 41,9
2. TidakBaik 54 58,1
Total 93 100
4.2.2 AnalisaBivariat
Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi terlihat pada tabel
berikut.
baik tentang DBD, lebih banyak melakukan tindakan mencegah DBD dengan baik 30
Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0.000 < 0,05. Hal ini berarti
Universitas Sumatera
Tabel 4.12. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Mencegah DBD di
Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi
TindakanMencegahDBD Total
Pengetahua Baik TidakBaik P- Value
n n
n % n %
Baik 30% 71,4 12 28,6 42 100 P= 0.000
Tidak Baik 9 17,6 42 82,4 51 100
Pada Tabel 4.13. dari 93 orang responden, 9 orang memiliki kepercayaan baik
buruk, lebih banyak tidak melakukan tindakan mencegah DBD yaitu 36 orang
(81,8%).
Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0.000 < 0,05. Hal ini berarti
TindakanMencegahDBD Total
Kepercayaa Baik TidakBaik P- Value
n n
n % n %
Baik 5% 55,6 4 44,4 9 100 P= 0.000
Sedang 26 65,0 14 35,0 40 100
Buruk 8 18,2 36 81,8 44 100
dilanjutkan ke analisis multivariat oleh karena nilai p < 0,05 yaitu pengetahuan dan
kepercayaan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda yang bertujuan untuk
variabel dependen.
Tabel 4.14. Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Pengaruh Pengetahuan dan
Kepercayaan terhadap Tindakan Mencegah DBD di Kelurahan
Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi
Pada Tabel 4.14 yang disajikan diperoleh hasil uji regresi logistik berganda
20,854 dengan arah yang positif yang berarti pengetahuan yang baik memengaruhi
tiindakan mencegah DBD semakin baik 20,8 kali bila dibandingkan dengan
38,491denganarahyangpositifyangberartikepercayaanyangbaikmemengaruhi
Universitas Sumatera
tindakan mencegah DBD semakin baik 38,5 kali bila dibandingkan dengan
Secara keseluruhan (uji secara serentak) dapat dijelaskan dari nilai overall
percentage yang ditunjukkan pada uji regresi logistik 87,1%, artinya pengetahuan dan
selebihnya dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain yang tidak diteliti. Persamaan
Ŷ= 1
– (10,834 + 3,038 + 3,650X )
1
X +e 1
2
Universitas Sumatera
BAB 5
PEMBAHASA
N
antara pengetahuan terhadap tindakan mencegah DBD dengan nilai p=0.000 < 0,05.
baik dengan persentase tertinggi (54,8%). Hal ini disebabkan lebiih banyak ibu belum
putih yaitu 48 orang (51,6%), tindakan yang ibu lakukan apabila anggota keluarga
demam tinggi walaupun sudah minum obat penurun panas di rumah yaitu 48 orang
(51,6%) cara menguras bak mandi yang benar dengan menyikat dinding bak mandi
dengan bersih yaitu 56 orang (60,2%) dan ibu merasa bahwa tanggung jawab dalam
Universitas Sumatera
orang (61,3%). Pengetahuan ibu yang tidak baik menyebabkan ibu tidak
perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih
bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang pencegahan
DBD, maka ibu akan berpartisipasi sesuai dengan apa yang ia ketahui. Pengetahuan
yang dimiliki ibu berdampak pada tindakan ibu dalam mencegah DBD sehingga
masing tinggi angka kejadian DBD di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu
Menurut Depkes RI (2004) penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Pada prinsipnya kejadian penyakit yang
Tebing Tinggi. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin baik
pengetahuan ibu maka akan meningkat tindakan ibu dalam mencegah DBD. Hal ini
disebabkan latar belakang pendidikan ibu rumah yang rendah/dasar (14%) yang
kurang dapat memahami dengan baik tentang pencegahan DBD yang diberikan Juru
Pemantau Jentik (Jumantik). Selain faktor tersebut, kesibukan ibu dalam mengurus
Universitas Sumatera
DBD, seperti menguras bak mandi secara teratur dan merasa bahwa pemberantasan
sampai ini. Hal ini memungkinkan pemberantasan DBD di Kelurahan Tualang belum
efektif dan efisien sehingga perlu dirumuskan kembali kebijakan kinerja Jumantik
sebagai petugas kesehatan yang dapat memberikan output dalam mencegah DBD ke
antara kepercayaan terhadap tindakan mencegah DBD dengan nilai p=0.000 < 0,05.
hanya milik pemerintah. Untuk itu perlu dibuat suatu kebijakan untuk
Universitas Sumatera
Penelitian Ramdhania (2008), dari 53 responden yang diteliti 91,4% percaya
rendah karena petugas kesehatan dianggap sebagai orang baru yang tidak mengenal
perhatian atau perilaku yang baik dari orang lain. McKenzie (2006) menambbaykan
dengan persentase tertinggi (47,3%). Hal ini disebabkan persepsi ibu tidak percaya
penyemprotan dengan jarak 200 meter yaitu 48 orang (51,6%), tidak percaya
memberikan bubuk abate, ibu tidak menggunakannya karena tidak yakin dapat
royongbukanmerupakansalahsatutindakandalammencegahDBDdimasyarakat
Universitas Sumatera
yaitu 48 orang (51,6%) dan pelaksanaan 3 M plus (menguras, mengubur dan
perilaku terbentuk, teori Health Belief Model (HBM) dan Becker & Rosenstock.
Teori ini berpendapat bahwa persepsi kita terhadap sesuatu lebih menentukan
Tebing Tinggi. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin baik
kepercayaan ibu maka akan meningkat tindakan ibu dalam mencegah DBD. Hal ini
disebabkan partisipasi ibu dalam mencegah DBD belum optimal dilakukan. Upaya
pemerintah kota Tebing Tinggi dalam mencegah DBD sudah dilaksanakan tetapi
frekuensi dan efisiennya masih perlu dipertanyakan. Ibu merasa bahwa fogging
dilakukan cenderung tidak sesuai dengan keadaan yang di lapangan. Program fogging
hanya dilakukan pada beberapa rumah saja yang berdekatan dengan rumah penderita
DBD. Jumantik yang bertugas sebagai pemantau jentik tidak teratur dalam melakukan
orang lain. Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, nenek atau orang
Universitas Sumatera
menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek. Sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.
Demikian juga Teori HBM oleh Rosenstock (1974) menjelaskan bahwa empat
terhadap suatu penyakit, seberapa serius kondisi dan konsekuensi yang ditimbulkan
oleh penyakit tersebut, besar hambatan yang ditemui untuk mengadopsi perilaku
kesehatan yang disarankan, seperti hambatan fmansial, fisik, dan psikososial dan
yang terdiri dari 8 pokok program yaitu: surveilans epidemiologi dan penanggulangan
yaitu menemukan kasus secepatnya dan mengobati sesuai protap, memutuskan mata
Universitas Sumatera
Namun demikian masyarakat belum percaya bahwa program pencegahan
DBD terlaksana dengan baik. Tokoh masyarakat seperti tokoh-tokoh agama, tokoh
budaya, tokoh adat, mempunyai kesan positif dan biasanya menjadi panutan di mata
warga daerahnya, dan bila mereka ikut terlibat dalam program pemerintah maka
masyarakat akan mencontoh sehingga mereka juga mau terlibat dalam kegiatan-
Universitas Sumatera
BAB 6
6.1. Kesimpulan
sebagai berikut :
mencegahDBD.
6.2. Saran
1. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi perlu membuat pertemuan untuk
masyarakat.
78
Universitas Sumatera
3. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi agar lebih memberdayakan petugas
pengetahuanmasyarakat.
melibatkanwarga.
5. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi perlu membuat suatu pertemuan
isi pesan agar mereka lebih terlibat dalam setiap kegiatan pemerintah dalam hal
6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi perlu lebih mengaktifkan lagi
7. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi perlu membuat suatu kebijakan agar
Universitas Sumatera