Oleh :
NIM : 2022.035.247
STIKES HUSADA
JOMBANG
1
2022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................3
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Penyakit....................................................................................4
B. Epidemiologi..........................................................................................5
C. Etiologi...................................................................................................5
D. Tanda dan Gejala...................................................................................7
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway.......................................................11
F. Penatalaksanaan Medis.........................................................................13
G. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia................................................14
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)...................15
1.2 Perencanaan/Nursing Care Plan..................................................16
2
A. Definisi Penyakit
B. Epidemiologi
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit
menular yang berbahaya dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan
sering menimbulkan wabah. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Filipina
pada tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia
penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan
jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang (41,3%). Semenjak
kejadian ini, penyakit Demam Berdarah Dengue cenderung menyebar ke
seluruh tanah air Indonesia dan mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan
insidens rate mencapai 13,45 % per 100.000 penduduk. Keadaan ini erat
kaitannya dengan meningkatnya mobilitas penduduk dan sejalan dengan
semakin lancarnya hubungan transpotasi.
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak
tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara
dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertiggi nomor dua di dunia
setelah Thailand (Depkes, 2010). Pada tahun 2007, jumlah kasus penyakit DBD
di Indonesia adalah 158.115 kasus, sedangkan pada tahun 2008, jumlah kasus
penyakit DBD adalah 136.339 kasus.
3
Menurut Word Health Organization (WHO) jumlah kematian oleh
penyakit DHF di dunia mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap
tahunnya (WHO, 2012). Jumlah kasus kematian akibat penyakit DBD di
Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1.01%, pada tahun 2008 jumlah kematian
1.170 orang (CFR= 0,86% dan IR=60,06/100.000 penduduk.
C. Etiologi
Etiologi Penyakit DBD :
1. Faktor Agent
2. Vektor
4
3. Faktor Host
5. Faktor Envoronment
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk jenis ini
adalah daerah tropis, dengan lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar
matahari, banyak genangan air, vas bunga yang jarang diganti airnya, kaleng
bekas tempat penampungan air, botol dan ban bekas.
6. Transmisi
Cara Penularan melalui nyamuk Aedes Aegpty dan Aedes Albopictus yang
betina setiap 2 hari sekali menggigit atau mengisap darah manusia untuk
memperoleh protein guna mematangkan telurnya agar tetap mampu
berkembang biak. Ketika menggigit orang yang darahnya mengandung virus
dengue, virus masuk dan berkembang biak dengan cara membelah diri dalam
tubuh nyamuk. Dalam waktu kurang dari 1 minggu virus sudah berada di
kelenjar liur dan siap untuk dipindahkan bersama air liur nyamuk kepada orang
sehat. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang itu dapat menderita penyakit
demam berdarah. Nyamuk demam berdarah ini memiliki siklus hidup yang
berbeda dari nyamuk biasa. Nyamuk ini aktif dari pagi sampai sekitar jam 3
sore untuk menghisap darah yang juga berarti dapat menyebarkan virus demam
berdarah. Sedangkan pada malam hari, nyamuk ini tidur.
5
D. Tanda dan Gejala
1. Sakit kepala
2. Nyeri retro-orbital
3. Mialgia
4. Artarglia
5. Ruam
6. Perdarahan
7. Leukopenia
8. Demam berlangsung 2-7 hari
9. Trombositopenia (100.000 sel per mm3)
10. Jika terjadi syok: nadi lemah dan cepat, tekanan nadi menyempit,
kulit dingin dan lembab, serta gelisah
11. Nafsu makan berkurang
12. Mual muntah
6
anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler atau vaskuler
sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya
perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang
terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bisa
terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bisa
menyebabkan Anaphylaxia. Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran
darah akan menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi
trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena
gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada
perdarahan kelenjar adrenalin. Plasma merembas sejak permulaan demam dan
mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume
plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang
terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan
terjadi anoksia jaringan, 14 asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya
renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7.
Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya
gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler,
trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen).
Pembekuan yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bisa terjadi saat
renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis, purpura, epistaksis,
perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal
(Rampengan, 1997).
7
Faktor kurangnya pengetahuan orang tua
Pathways mengenai perawatan diri anak
Virus dengue
Defisit perawatan diri
Gigitan nyamuk
Aedes Aegypti Penampilan pasien tidak rapi, pakaian kotor,
bau, serta kuku kotor
Viremia
Keringat
Hepatomega
Hipertermi Nyeri akut Kebocoran plasma
li
Dehidrasi Penumpukan Hematokit Trombositopeni
Mendesak abdomen dan
Dehidrasi Ht meningkat, cairan ekstra
vaskuler dan Viskositas
Defisit Hipoproteinemia,
darah
Efusi serosa, rongga serosa Fungsi trombosit
volume Kelemahan Mual muntah meningkat
Hiponatremi menurun,
cairan dan
Pleura Faktor koagulasi
elektrolit Aliran darah
Tidak mampu melakukan menurun,
Nafsu makan menurun Hipovelemi lambat Hematokrit
aktivitas
Efusi menurun
b. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin.
Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konfulsan lainnya. Luminal
diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1
tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti, maka luminal diberikan
lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1 tahun diberi 50 mg, dan
dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital.
a. Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera sipasang infus sebagai
penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Caiaran yang
diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon
diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB. Pada
pasien dengan renjatan berat diberikan guyuran infus.
b. Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar,
tekanan sistolik 80 mmHg /lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10
l/kgBB/jam. Maka pemberian infus harus dipertahankan sampai 1-2 hari
lagi walaupn tanda-tanda vital telah baik.
9
c. Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang CVP (Central
Venous Pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui vena magna
atau vena jugularis, dan pasien dirawat di ICU.
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inveksi virus dengue
2. Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis
3. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
10
1.2 Perencanaan/ Nursing Care Plan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Paraf
kriteria hasil
1. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh
b.d proses perawatan selama 2. Monitor penurunan
inveksi 4x 24 jam suhu kesadaran
virus tubuh pasien dalam 3. Monitoring TTV
dengue rentang normal 4. Monitor intake dan
yang ditandai output
dengan: 5. Kolaborasi pemberian
1. Suhu tubuh cairan intravena
normal 6. Kompres hangat
26,2-27,5°C 7. Kolaborasi pemberian
2. Nadi dalam obat
rentang
normal
(dewasa 60-
100x/menit,
anak-anak
70-
120x/menit)
3. RR dalam
rentang
normal
(dewasa 12-
20x/menit,
anak-anak
18-
30x/menit)
11
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
b.d cidera selama 3x24 jam nyeri menggunakan
biologis nyeri terkontrol PQRST
yang ditandai 2. Observasi reaksi verbal
dengan: dan non verrbal pasien
1. Mampu 3. Lakukan penanganan
mngontrol nyeri non farmakologis
nyeri (stimulasi kutaneus,
2. Mampu distraksi, Anticipatory
mengenali Guidance, relaksasi)
nyeri 4. Kolaborasi pemberian
3. Melaporkan analgesik
nyeri
berkurang
dengan
menejemen
nyeri
12
2. tidak ada 5. berikan informasi
tanda-tanda tentang kebutuhan
mal nutrisi nutrisi
(kwashiork
or,
marasmus,
kwashiorko
r-
marasmus)
I. Daftar Referensi
Nurlaila.Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Dengue
Hemoragic Fever[Serial
Online]http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/5/jtstikes
muhgo-gdl-nurlalia-209-1-deguehe-r.pdf
UNIMUS.Bab II Konsep Dasar[Serial
Online]http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-
ronisubiya-5467-2-babiik-r.pdf
UNIMUS.Bab II Tinjauan Pustaka[Serial
Online]http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-
khoiriyahn-6972-3-babii.pdf
WHO.Demam Berdarah Dengue.Jakarta:EGC
13
B. PROBLEM LIST
14
-Linen tampak
kotor dan
berantahkan.
15
D. PERENCANAAN/NURSING CARE PLAN
N HARI/ DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVEN RASIONAL PARA
O TANGGA KEPERAWATA KRITERIA SI F&
L/JAM N HASIL NAMA
1. Kamis/ 05 Defisit perawatan Setelah 1. Sediakan 1. menjaga
Desember diri berhubungan dilakukan lingkungan privasi pasien
2022/ 20.00 dengan kurangnya perawatan yang aman 2.
pengetahuan selama 1x24 jam bagi pasien memudahkan
mengenai pasien tampak 2. Siapkan perawat dan
perawatan diri segar dan mau semua keluarga
atau kebersihan beraktivitas, peralatan di dalam
diri yang ditandai yang ditandai dekat pasien melakukan
dengan DS dan dengan: 3. Siapkan perawatan
DO. 1. pasien 3.
4. Lepaskan memudahkan
baju dan proses
popok pasien perawatan
5. Monitor 4. untuk
integritas memudahkan
kulit proses
6. Fasilitasi menyeka atau
keluarga memandikan
untuk pasien
memandikan 5. untuk
pasien melihat
7. Fasilitasi adanya
keluarga dekubitus
untuk pada kulit
menyikat pasien
gigi pasien 6.
dengan benar mengajarkan
ke pada
16
8. Fasilitasi keluarga
keluarga tentang
untuk perawatan
menyelesaika yang benar
n perawatan 7. menjaga
9. Bersihkan kebersihan
kuku pasien mulut
10. 8.
Bersihkan mengajarkan
dan rapikan ke pada
linen pasien keluarga
11. Berikan dalam
penkes cuci menyelesaikan
tangan ke perawatan
pada 9. mencegah
keluarga kuman
pasien menempel
pada kuku
10.
memberikan
lingkungan
yang nyaman
pada pasien
11.
memberikan
pengetahuan
ke pada
keluarga
tentang cara
mencuci
tangan yang
benar
17
E. CATATAN KEPERAWATAN/NURSING NOTE
18
menyikat gigi yang mendengarkan
benar penjelasan perawat
sambil
8. Memakaikan baju,
mempraktikkan
ke pada pasien
seperti yang
sambil mengajarkan
dicontohkan
ke keluarga
perawat
9. Memotong kuku
pasien
10. Membersihkan
dan merapikan linen
pasien
19
20
21
F. CATATAN PERKEMBANGAN/PROGRESS NOTE
22
J. Daftar Referensi
Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis Dan
NANDA NIC NOC. Mediaction: Yogyakarta
Atmaja, deni. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Tn. D Dengan Benigna Prostat
Hiperplasia Post Operasi Open Prostatectomy Di Ruang Dahlia Rsu
Banyudono Boyolali [serial online]
http://eprints.ums.ac.id/25919/9/naskah_publikasi.pdf
[serial online] http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-amandatama-
6700-2-babii.pdf
23