Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP TN. H dengan


DHF di KLINIK PRATAMA ZAHRA MEDIKA SILO
JEMBER

Oleh :

NAMA : RESTU ARIA SEFTYAWAN

NIM : 2022.035.247

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES HUSADA

JOMBANG

1
2022

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................3
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Penyakit....................................................................................4
B. Epidemiologi..........................................................................................5
C. Etiologi...................................................................................................5
D. Tanda dan Gejala...................................................................................7
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway.......................................................11
F. Penatalaksanaan Medis.........................................................................13
G. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia................................................14
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)...................15
1.2 Perencanaan/Nursing Care Plan..................................................16

2
A. Definisi Penyakit

Dengue hemoragic fever (DHF) merupakan infeksi akut yang


disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus
(Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides
albopictus dan Aedes Aegepty). Penyakit ini terdapat pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leukopenia,
dengan atau tanpa ruam (rash) dan limfadenopati, serta Trombocytopenia
ringan dan bintik-bintik perdarahan. Jadi demam berdarah dengue adalah suatu
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan menifestasi klinis
demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menyebabkan
kematian.

B. Epidemiologi
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit
menular yang berbahaya dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan
sering menimbulkan wabah. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Filipina
pada tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia
penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan
jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang (41,3%). Semenjak
kejadian ini, penyakit Demam Berdarah Dengue cenderung menyebar ke
seluruh tanah air Indonesia dan mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan
insidens rate mencapai 13,45 % per 100.000 penduduk. Keadaan ini erat
kaitannya dengan meningkatnya mobilitas penduduk dan sejalan dengan
semakin lancarnya hubungan transpotasi.
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak
tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara
dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertiggi nomor dua di dunia
setelah Thailand (Depkes, 2010). Pada tahun 2007, jumlah kasus penyakit DBD
di Indonesia adalah 158.115 kasus, sedangkan pada tahun 2008, jumlah kasus
penyakit DBD adalah 136.339 kasus.

3
Menurut Word Health Organization (WHO) jumlah kematian oleh
penyakit DHF di dunia mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap
tahunnya (WHO, 2012). Jumlah kasus kematian akibat penyakit DBD di
Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1.01%, pada tahun 2008 jumlah kematian
1.170 orang (CFR= 0,86% dan IR=60,06/100.000 penduduk.

C. Etiologi
Etiologi Penyakit DBD :
1. Faktor Agent

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam


Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, akan tetapi berasal dari empat tipe
virus yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4. Keempat tipe virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara
serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus yang berdiameter
40 nonometer dan dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam
kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (Babby
Homster Kidney) maupun sel-sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
(Soedarto, 1990; 36).

2. Vektor

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu


nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes
berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang
terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah
di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan
genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih
menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu
pagi hari dan senja hari.

4
3. Faktor Host

Biasanya pada orang yang pertama terinfeksi dengue mendapatkan


imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga masih mungkin untuk
terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulang
untuk kedua kalinya atau lebih.

4. Faktor Port of Entery and Exit

Permukaan kulit tubuh.

5. Faktor Envoronment

Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk jenis ini
adalah daerah tropis, dengan lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar
matahari, banyak genangan air, vas bunga yang jarang diganti airnya, kaleng
bekas tempat penampungan air, botol dan ban bekas.

6. Transmisi

Cara Penularan melalui nyamuk Aedes Aegpty dan Aedes Albopictus yang
betina setiap 2 hari sekali menggigit atau mengisap darah manusia untuk
memperoleh protein guna mematangkan telurnya agar tetap mampu
berkembang biak. Ketika menggigit orang yang darahnya mengandung virus
dengue, virus masuk dan berkembang biak dengan cara membelah diri dalam
tubuh nyamuk. Dalam waktu kurang dari 1 minggu virus sudah berada di
kelenjar liur dan siap untuk dipindahkan bersama air liur nyamuk kepada orang
sehat. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang itu dapat menderita penyakit
demam berdarah. Nyamuk demam berdarah ini memiliki siklus hidup yang
berbeda dari nyamuk biasa. Nyamuk ini aktif dari pagi sampai sekitar jam 3
sore untuk menghisap darah yang juga berarti dapat menyebarkan virus demam
berdarah. Sedangkan pada malam hari, nyamuk ini tidur.

5
D. Tanda dan Gejala
1. Sakit kepala
2. Nyeri retro-orbital
3. Mialgia
4. Artarglia
5. Ruam
6. Perdarahan
7. Leukopenia
8. Demam berlangsung 2-7 hari
9. Trombositopenia (100.000 sel per mm3)
10. Jika terjadi syok: nadi lemah dan cepat, tekanan nadi menyempit,
kulit dingin dan lembab, serta gelisah
11. Nafsu makan berkurang
12. Mual muntah

E. Patofisiologi dan Clinical Pathway


Patofisiologi
Ketika penderita DBD digigit nyamuk Aedes aegypti, maka virus yang
ada di dalam darah akan ikut terisap dan tersebar diberbagai jaringan tubuh
nyamuk termasuk kelenjar air liurnya. Setelah satu minggu setelah menghisap
darah, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus dengue
tersebut tetap berada pada tubuh nyamuk dan merupakan penularan (infektif)
sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena nyamuk menggigit dan belum
menghisap darah, maka nyamuk dapat mengeluarkan kelenjar air liur melalui
probosis, agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama dengar air liur virus
dengue dipindahkan dari nyamuk keorang lain.
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang
jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di
seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada
kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti
pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan zat

6
anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler atau vaskuler
sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya
perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang
terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bisa
terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bisa
menyebabkan Anaphylaxia. Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran
darah akan menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi
trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena
gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada
perdarahan kelenjar adrenalin. Plasma merembas sejak permulaan demam dan
mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume
plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang
terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan
terjadi anoksia jaringan, 14 asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya
renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7.
Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya
gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler,
trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen).
Pembekuan yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bisa terjadi saat
renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis, purpura, epistaksis,
perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal
(Rampengan, 1997).

7
Faktor kurangnya pengetahuan orang tua
Pathways mengenai perawatan diri anak

Virus dengue
Defisit perawatan diri

Gigitan nyamuk
Aedes Aegypti Penampilan pasien tidak rapi, pakaian kotor,
bau, serta kuku kotor
Viremia

Resiko gangguan integument:


gatal-gatal
Demam akut Nyeri otot, Stimuasi RES Permabilitas
tulang, dan sendi vaskuler meningkat

Keringat
Hepatomega
Hipertermi Nyeri akut Kebocoran plasma
li
Dehidrasi Penumpukan Hematokit Trombositopeni
Mendesak abdomen dan
Dehidrasi Ht meningkat, cairan ekstra
vaskuler dan Viskositas
Defisit Hipoproteinemia,
darah
Efusi serosa, rongga serosa Fungsi trombosit
volume Kelemahan Mual muntah meningkat
Hiponatremi menurun,
cairan dan
Pleura Faktor koagulasi
elektrolit Aliran darah
Tidak mampu melakukan menurun,
Nafsu makan menurun Hipovelemi lambat Hematokrit
aktivitas
Efusi menurun

Perubahan nutrisi Suplah O2 ke


Defisit perawatan diri Syok hipovolemik
kurang dari jaringan Resiko
Dispnea
kebutuhan tubuh menurun pendarahan
Gelisah, Takikardi, Akral 8
dingin, Hipotensi Pola nafas tidak
Gg perfusi jaringan
efektif
F. Penatalaksanaan Medis
Pada dasarnya pengoobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif

1. DHF tanpa renjatan

a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi


dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5 sampai 2
liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila mau
lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang
tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini.

b. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin.
Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konfulsan lainnya. Luminal
diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1
tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti, maka luminal diberikan
lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1 tahun diberi 50 mg, dan
dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital.

c. Pemberian invus apabila:

1) Pasien terus-menerus muntah dan tidak dapat diberikan minum


2) Hamtokrit yang cenderung meningkat

2. DHF disertai renjatan (DSS)

a. Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera sipasang infus sebagai
penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Caiaran yang
diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon
diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB. Pada
pasien dengan renjatan berat diberikan guyuran infus.

b. Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar,
tekanan sistolik 80 mmHg /lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10
l/kgBB/jam. Maka pemberian infus harus dipertahankan sampai 1-2 hari
lagi walaupn tanda-tanda vital telah baik.

9
c. Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang CVP (Central
Venous Pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui vena magna
atau vena jugularis, dan pasien dirawat di ICU.

d. Trafusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang


berat, biasanya pada pasien ini nilai hemoglobin dan hematokrit menutun.

G. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia


Kebutuhan akan personal hygiene

Pemeliharaan kebutuhan akan personal hygiene merupakan


tindakan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikisnya. Individu dikatakan memiliki personal
hygiene baik, apabila individu mampu menjaga kebersihan tubuhnya yang
meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga,
kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan pakaiannya. (Menurut
Potter dan Perry (2005)). Tujuan pemeliharaan personal hygiene yaitu untuk
memelihara keamanan, kenyamanan, dan kesehatan individu. Pada kebutuhan
ini memerlukan adanya pengkajian mengenai maslah yang mendukung atau
menyebabkan ketidakterpenuhinya kebutuhan akan personal hygiene, sehingga
tindakan yang diberikan dapat disesuaikan. Sebagai perawat, harus mampu
memotivasi klien mengenai konsep-konsep kesehatan bahwa walaupun sakit
klien tidak perlu untuk menurunkan standard kesehatannya, dan bisa menjaga
tetap bersih baik fisik maupun jiwanya.

H. Penatalaksanaan Keperawatan
1.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inveksi virus dengue
2. Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis
3. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat

10
1.2 Perencanaan/ Nursing Care Plan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Paraf
kriteria hasil
1. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh
b.d proses perawatan selama 2. Monitor penurunan
inveksi 4x 24 jam suhu kesadaran
virus tubuh pasien dalam 3. Monitoring TTV
dengue rentang normal 4. Monitor intake dan
yang ditandai output
dengan: 5. Kolaborasi pemberian
1. Suhu tubuh cairan intravena
normal 6. Kompres hangat
26,2-27,5°C 7. Kolaborasi pemberian
2. Nadi dalam obat
rentang
normal
(dewasa 60-
100x/menit,
anak-anak
70-
120x/menit)
3. RR dalam
rentang
normal
(dewasa 12-
20x/menit,
anak-anak
18-
30x/menit)

11
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
b.d cidera selama 3x24 jam nyeri menggunakan
biologis nyeri terkontrol PQRST
yang ditandai 2. Observasi reaksi verbal
dengan: dan non verrbal pasien
1. Mampu 3. Lakukan penanganan
mngontrol nyeri non farmakologis
nyeri (stimulasi kutaneus,
2. Mampu distraksi, Anticipatory
mengenali Guidance, relaksasi)
nyeri 4. Kolaborasi pemberian
3. Melaporkan analgesik
nyeri
berkurang
dengan
menejemen
nyeri

3. Ketidaksei Setelah dilakukan 1. kaji adanya alergi


mbangan perawatan selama makanan
nutrisi 3x24 jam intake 2. kolaborasi dengan ahli
kurang dari nutrisi adekuat gizi tentang pemberian
kebutuhan yang ditandai kalori dan nutrisi yang
tubuh b.d dengan: dibutuhkan
intake nutri 1. Peningkatan 3. monitor adnya
yang tidak berat badan penurunan berat badan
adekuat sesuai 4. monitor tanda-tanda
dengan mal nutrisi (kurus, kulit
berat badal kering, mata cowong,
ideal turgor kulit jelek)

12
2. tidak ada 5. berikan informasi
tanda-tanda tentang kebutuhan
mal nutrisi nutrisi
(kwashiork
or,
marasmus,
kwashiorko
r-
marasmus)

I. Daftar Referensi
Nurlaila.Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Dengue
Hemoragic Fever[Serial
Online]http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/5/jtstikes
muhgo-gdl-nurlalia-209-1-deguehe-r.pdf
UNIMUS.Bab II Konsep Dasar[Serial
Online]http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-
ronisubiya-5467-2-babiik-r.pdf
UNIMUS.Bab II Tinjauan Pustaka[Serial
Online]http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-
khoiriyahn-6972-3-babii.pdf
WHO.Demam Berdarah Dengue.Jakarta:EGC

13
B. PROBLEM LIST

NO HARI/ DATA ETIOLOGI MASALAH PARAF


TANGGA PENUNJANG &
L/JAM NAMA
1. Rabu/04 DS: -Pasien Kurangnya Defisit perawatan
Desember mengatakan, pengetahuan diri
2022/14.00 bahwa selama orang tua untuk
pasien MRS 5 hari perawatan diri
baru 1x mandi anak
pada hari ke 2 ↑
setelah itu belum Defisit
mandi lagi. perawatan diri
-Pasien juga ↓
mengatakan bahwa Resiko
mereka bingung gangguan
dan takut integument
mengenai infus
pada saat melepas
pakaian ketika mau
mandi.
DO:-Pasien tampak
lemah, banyak
tidur, Suhu: 37,6,
Nadi: 120, RR: 40.
-Kulit tampak
kering, kuku
pasien panjang dan
kotor, baju pasien
kotor dan bau.

14
-Linen tampak
kotor dan
berantahkan.

C. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (PROBLEM ETIOLOGI


SIMTOM/PES)
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
mengenai perawatan diri atau kebersihan diri yang ditandai dengan DS dan DO.

15
D. PERENCANAAN/NURSING CARE PLAN
N HARI/ DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVEN RASIONAL PARA
O TANGGA KEPERAWATA KRITERIA SI F&
L/JAM N HASIL NAMA
1. Kamis/ 05 Defisit perawatan Setelah 1. Sediakan 1. menjaga
Desember diri berhubungan dilakukan lingkungan privasi pasien
2022/ 20.00 dengan kurangnya perawatan yang aman 2.
pengetahuan selama 1x24 jam bagi pasien memudahkan
mengenai pasien tampak 2. Siapkan perawat dan
perawatan diri segar dan mau semua keluarga
atau kebersihan beraktivitas, peralatan di dalam
diri yang ditandai yang ditandai dekat pasien melakukan
dengan DS dan dengan: 3. Siapkan perawatan
DO. 1. pasien 3.
4. Lepaskan memudahkan
baju dan proses
popok pasien perawatan
5. Monitor 4. untuk
integritas memudahkan
kulit proses
6. Fasilitasi menyeka atau
keluarga memandikan
untuk pasien
memandikan 5. untuk
pasien melihat
7. Fasilitasi adanya
keluarga dekubitus
untuk pada kulit
menyikat pasien
gigi pasien 6.
dengan benar mengajarkan
ke pada

16
8. Fasilitasi keluarga
keluarga tentang
untuk perawatan
menyelesaika yang benar
n perawatan 7. menjaga
9. Bersihkan kebersihan
kuku pasien mulut
10. 8.
Bersihkan mengajarkan
dan rapikan ke pada
linen pasien keluarga
11. Berikan dalam
penkes cuci menyelesaikan
tangan ke perawatan
pada 9. mencegah
keluarga kuman
pasien menempel
pada kuku
10.
memberikan
lingkungan
yang nyaman
pada pasien
11.
memberikan
pengetahuan
ke pada
keluarga
tentang cara
mencuci
tangan yang
benar

17
E. CATATAN KEPERAWATAN/NURSING NOTE

NO NO Dx HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF &


KEP FORMATIF NAMA

1. 1 Jum’at/ 06 1. Menutup pintu 1. Pasien tenang


Desember pasien
2. Pasien tenang
2022/07.00
2. Menyiapkan
3. Pasien
baskom berisi air,
kooperatif
waslap, sabun mandi,
sikat gigi, pasta gigi, 4. Pasien
baju bersih, handuk, kooperatif
gunting kuku.
5. Pasien
3. Memposisikan kooperatif
pasien terlentang
6. Keluarga
4. Melepas baju yang mempraktekkan
dipakai tindakan dengan
baik
5. Tidak ada tanda-
tanda dekubitus 7. Pasien
kooperatif
6. Menyeka pasien
dan mengajarkan ke 8. Pasien
keluarga untuk kooperatif
menyeka pasien
9. Pasien
dengan benar
kooperatif
7. Menyikat gigi
10. Pasien
pasien sambil
kooperatif
mengajarkan ke
keluarga cara 11. keluarga
antusias

18
menyikat gigi yang mendengarkan
benar penjelasan perawat
sambil
8. Memakaikan baju,
mempraktikkan
ke pada pasien
seperti yang
sambil mengajarkan
dicontohkan
ke keluarga
perawat
9. Memotong kuku
pasien

10. Membersihkan
dan merapikan linen
pasien

11. Mengajarkan dan


mempraktekkan cara
mencuci tangan yang
benar dengan enam
langkah

19
20
21
F. CATATAN PERKEMBANGAN/PROGRESS NOTE

NO HARI/TG NO. Dx EVALUASI SUMATIF (SOAP) PARAF


L/ JAM KEP &
NAMA
1. Jum’at/ 06 1 S: Pasien mengatakan sangat senang
Desember karena sudah dibantu untuk
2022/ 09.00 melakukan perawatan diri pasien
O: Pasien tampak sehat, segar, harum,
dan lebih ceria
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

22
J. Daftar Referensi
Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis Dan
NANDA NIC NOC. Mediaction: Yogyakarta

Wilkinson. 2015. Buku Saku Diagnose Keperawatan Edisi 9. Jakarta : buku


kedokteran EGC

Atmaja, deni. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Tn. D Dengan Benigna Prostat
Hiperplasia Post Operasi Open Prostatectomy Di Ruang Dahlia Rsu
Banyudono Boyolali [serial online]
http://eprints.ums.ac.id/25919/9/naskah_publikasi.pdf
[serial online] http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-amandatama-
6700-2-babii.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai