Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DHF

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


DASAR MANUSIA DEFISIT PERAWATAN DIRI PADA PASIEN
DENGAN DHF DI RUANG ICU DI RUMAH SAKIT WILIAM
BOOTH SURABAYA

OLEH:

YOHANES ANDI W
NIM 2019.03.006

PROGRAM STUDI ILMU D3 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS WILIAM BOOTH
SURABAYA
2022

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................3
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Penyakit....................................................................................4
B. Epidemiologi..........................................................................................5
C. Etiologi...................................................................................................5
D. Tanda dan Gejala...................................................................................7
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway.......................................................11
F. Penatalaksanaan Medis.........................................................................13
G. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia................................................14
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)...................15
1.2 Perencanaan/Nursing Care Plan..................................................16
I. Daftar Referensi....................................................................................21

2
A. Definisi Penyakit

Dengue hemoragic fever (DHF) merupakan infeksi akut yang


disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus
(Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides
albopictus dan Aedes Aegepty). Penyakit ini terdapat pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leukopenia,
dengan atau tanpa ruam (rash) dan limfadenopati, serta Trombocytopenia
ringan dan bintik-bintik perdarahan. Jadi demam berdarah dengue adalah
suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan menifestasi
klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat
menyebabkan kematian.

B. Epidemiologi
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit
menular yang berbahaya dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat
dan sering menimbulkan wabah. Penyakit ini pertama kali ditemukan di
Filipina pada tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di
Indonesia penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya
dengan jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang (41,3%).
Semenjak kejadian ini, penyakit Demam Berdarah Dengue cenderung
menyebar ke seluruh tanah air Indonesia dan mencapai puncaknya pada tahun
1988 dengan insidens rate mencapai 13,45 % per 100.000 penduduk. Keadaan
ini erat kaitannya dengan meningkatnya mobilitas penduduk dan sejalan
dengan semakin lancarnya hubungan transpotasi.
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak
tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara
dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertiggi nomor dua di dunia
setelah Thailand (Depkes, 2010). Pada tahun 2007, jumlah kasus penyakit

3
DBD di Indonesia adalah 158.115 kasus, sedangkan pada tahun 2008, jumlah
kasus penyakit DBD adalah 136.339 kasus.
Menurut Word Health Organization (WHO) jumlah kematian oleh
penyakit DHF di dunia mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap
tahunnya (WHO, 2012). Jumlah kasus kematian akibat penyakit DBD di
Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1.01%, pada tahun 2008 jumlah kematian
1.170 orang (CFR= 0,86% dan IR=60,06/100.000 penduduk.

C. Etiologi
Etiologi Penyakit DBD :

1. Faktor Agent

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam


Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, akan tetapi berasal dari empat tipe
virus yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4. Keempat tipe virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara
serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus yang
berdiameter 40 nonometer dan dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia
misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel-sel Arthropoda
misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).

2. Vektor

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu


nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk
Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana –
bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat
di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan
daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk
betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama
pada waktu pagi hari dan senja hari.

4
3. Faktor Host

Biasanya pada orang yang pertama terinfeksi dengue mendapatkan


imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga masih mungkin untuk
terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulang
untuk kedua kalinya atau lebih.

4. Faktor Port of Entery and Exit

Permukaan kulit tubuh.

5. Faktor Envoronment

Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk jenis ini
adalah daerah tropis, dengan  lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar
matahari, banyak genangan air, vas bunga yang jarang diganti airnya, kaleng
bekas tempat penampungan air, botol dan ban bekas.

6. Transmisi

Cara Penularan melalui nyamuk Aedes Aegpty dan Aedes Albopictus


yang betina setiap 2 hari sekali menggigit atau mengisap darah manusia untuk
memperoleh protein guna mematangkan telurnya agar tetap mampu
berkembang biak. Ketika menggigit orang yang darahnya mengandung virus
dengue, virus masuk dan berkembang biak dengan cara membelah diri dalam
tubuh nyamuk. Dalam waktu kurang dari 1 minggu virus sudah berada di
kelenjar liur dan siap untuk dipindahkan bersama air liur nyamuk kepada
orang sehat. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang itu dapat menderita
penyakit demam berdarah. Nyamuk demam berdarah ini memiliki siklus hidup
yang berbeda dari nyamuk biasa. Nyamuk ini aktif dari pagi sampai sekitar
jam 3 sore untuk menghisap darah yang juga berarti dapat menyebarkan virus
demam berdarah. Sedangkan pada malam hari, nyamuk ini tidur.

5
D. Tanda dan Gejala
1. Sakit kepala
2. Nyeri retro-orbital
3. Mialgia
4. Artarglia
5. Ruam
6. Perdarahan
7. Leukopenia
8. Demam berlangsung 2-7 hari
9. Trombositopenia (100.000 sel per mm3)
10. Jika terjadi syok: nadi lemah dan cepat, tekanan nadi menyempit,
kulit dingin dan lembab, serta gelisah
11. Nafsu makan berkurang
12. Mual muntah

E. Patofisiologi dan Clinical Pathway


Patofisiologi
Ketika penderita DBD digigit nyamuk Aedes aegypti, maka virus
yang ada di dalam darah akan ikut terisap dan tersebar diberbagai jaringan
tubuh nyamuk termasuk kelenjar air liurnya. Setelah satu minggu setelah
menghisap darah, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain.
Virus dengue tersebut tetap berada pada tubuh nyamuk dan merupakan
penularan (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena nyamuk
menggigit dan belum menghisap darah, maka nyamuk dapat mengeluarkan
kelenjar air liur melalui probosis, agar darah yang dihisap tidak membeku.
Bersama dengar air liur virus dengue dipindahkan dari nyamuk keorang lain.
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang
jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di
seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah

6
pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau
seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan
zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler atau vaskuler
sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya
perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang
terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bisa
terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bisa
menyebabkan Anaphylaxia. Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran
darah akan menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi
trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena
gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada
perdarahan kelenjar adrenalin. Plasma merembas sejak permulaan demam dan
mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume
plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik
yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka
akan terjadi anoksia jaringan, 14 asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya
renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7.
Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya
gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler,
trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit
dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan
fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bisa
terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis,
purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus
gastrointestinal (Rampengan, 1997).

7
Faktor kurangnya pengetahuan orang tua
Pathways
mengenai perawatan diri anak

Virus dengue
Defisit perawatan diri

Gigitan nyamuk
Aedes Aegypti Penampilan pasien tidak rapi, pakaian kotor,
bau, serta kuku kotor
Viremia

Resiko gangguan integument:


Demam akut Nyeri otot, Stimuasi RES Permabilitas gatal-gatal
tulang, dan sendi vaskuler meningkat

Keringat
Hepatomega
Hipertermi Nyeri akut Kebocoran plasma
li
Dehidrasi Penumpukan Hematokit
Trombositopeni
Mendesak abdomen cairan ekstra dan
Dehidrasi Ht meningkat, Viskositas
vaskuler dan
Hipoproteinemia, Efusi darah
Defisit serosa, Hiponatremi rongga serosa Fungsi trombosit
volume cairan Kelemahan Mual muntah meningkat
menurun,
dan elektrolit Pleura Faktor koagulasi
Tidak mampu melakukan Aliran darah menurun,
Nafsu makan menurun lambat Hematokrit
aktivitas Hipovelemi
menurun
Efusi
Perubahan nutrisi Suplah O2 ke
Defisit perawatan diri Syok hipovolemik
kurang dari jaringan Resiko
kebutuhan tubuh Dispnea
menurun pendarahan
Gelisah, Takikardi, Akral 8
dingin, Hipotensi Pola nafas tidak
Gg perfusi jaringan
efektif
9
F. Penatalaksanaan Medis
Pada dasarnya pengoobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif

1. DHF tanpa renjatan

a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi


dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5 sampai 2
liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila mau
lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang
tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini.

b. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin.
Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konfulsan lainnya. Luminal
diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih
1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti, maka luminal
diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1 tahun diberi 50
mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi
fungsi vital.

c. Pemberian invus apabila:

1) Pasien terus-menerus muntah dan tidak dapat diberikan minum


2) Hamtokrit yang cenderung meningkat

2. DHF disertai renjatan (DSS)

a. Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera sipasang infus sebagai
penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Caiaran yang
diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon
diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB. Pada
pasien dengan renjatan berat diberikan guyuran infus.

b. Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi
besar, tekanan sistolik 80 mmHg /lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10

10
l/kgBB/jam. Maka pemberian infus harus dipertahankan sampai 1-2 hari
lagi walaupn tanda-tanda vital telah baik.

c. Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang CVP
(Central Venous Pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui
vena magna atau vena jugularis, dan pasien dirawat di ICU.

d. Trafusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal


yang berat, biasanya pada pasien ini nilai hemoglobin dan hematokrit
menutun.

G. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia


Kebutuhan akan personal hygiene

Pemeliharaan kebutuhan akan personal hygiene merupakan


tindakan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikisnya. Individu dikatakan memiliki personal
hygiene baik, apabila individu mampu menjaga kebersihan tubuhnya yang
meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga,
kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan pakaiannya.
(Menurut Potter dan Perry (2005)). Tujuan pemeliharaan personal hygiene
yaitu untuk memelihara keamanan, kenyamanan, dan kesehatan individu.
Pada kebutuhan ini memerlukan adanya pengkajian mengenai maslah yang
mendukung atau menyebabkan ketidakterpenuhinya kebutuhan akan personal
hygiene, sehingga tindakan yang diberikan dapat disesuaikan. Sebagai
perawat, harus mampu memotivasi klien mengenai konsep-konsep kesehatan
bahwa walaupun sakit klien tidak perlu untuk menurunkan standard
kesehatannya, dan bisa menjaga tetap bersih baik fisik maupun jiwanya.

H. Penatalaksanaan Keperawatan
1.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inveksi virus dengue
2. Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis

11
3. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat

1.2 Perencanaan/ Nursing Care Plan


No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Paraf
kriteria hasil
1. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh
b.d proses perawatan selama 2. Monitor penurunan
inveksi 4x 24 jam suhu kesadaran
virus tubuh pasien dalam 3. Monitoring TTV
dengue rentang normal 4. Monitor intake dan
yang ditandai output
dengan: 5. Kolaborasi pemberian
1. Suhu tubuh cairan intravena
normal 6. Kompres hangat
26,2-27,5°C 7. Kolaborasi pemberian
2. Nadi dalam obat
rentang
normal
(dewasa 60-
100x/menit,
anak-anak
70-120x/me
nit)
3. RR dalam
rentang
normal
(dewasa 12-
20x/menit,
anak-anak
18-30x/men
it)

12
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
b.d cidera selama 3x24 jam nyeri menggunakan
biologis nyeri terkontrol PQRST
yang ditandai 2. Observasi reaksi verbal
dengan: dan non verrbal pasien
1. Mampu 3. Lakukan penanganan
mngontrol nyeri non farmakologis
nyeri (stimulasi kutaneus,
2. Mampu distraksi, Anticipatory
mengenali Guidance, relaksasi)
nyeri 4. Kolaborasi pemberian
3. Melaporkan analgesik
nyeri
berkurang
dengan
menejemen
nyeri

3. Ketidaksei Setelah dilakukan 1. kaji adanya alergi


mbangan perawatan selama makanan
nutrisi dari 3x24 jam intake 2. kolaborasi dengan ahli
kebutuhan nutrisi adekuat gizi tentang pemberian
tubuh b.d yang ditandai kalori dan nutrisi yang
intake nutri dengan: dibutuhkan
yang tidak 1. Peningkatan 3. monitor adnya
adekuat berat badan penurunan berat badan
sesuai 4. monitor tanda-tanda
dengan mal nutrisi (kurus, kulit
berat badal kering, mata cowong,
ideal turgor kulit jelek)

13
2. tidak ada 5. berikan informasi
tanda-tanda tentang kebutuhan
mal nutrisi nutrisi
(kwashiork
or,
marasmus,
kwashiorko
r-
marasmus)

I. Daftar Referensi
Nurlaila.Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Dengue
Hemoragic Fever[Serial
Online]http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/5/jtstikes
muhgo-gdl-nurlalia-209-1-deguehe-r.pdf [Akses pada 08 Mei
2016]
UNIMUS.Bab II Konsep Dasar[Serial
Online]http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-
ronisubiya-5467-2-babiik-r.pdf [Akses pada 08 Mei 2016]
UNIMUS.Bab II Tinjauan Pustaka[Serial
Online]http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-
khoiriyahn-6972-3-babii.pdf [Akses pada 08 Mei 2016]
WHO.Demam Berdarah Dengue.Jakarta:EGC

14
Wilkinson. 2015. Buku Saku Diagnose Keperawatan Edisi 9. Jakarta :
buku kedokteran EGC

Atmaja, deni. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Tn. D Dengan Benigna


Prostat Hiperplasia Post Operasi Open Prostatectomy Di Ruang
Dahlia Rsu Banyudono Boyolali [serial online]
http://eprints.ums.ac.id/25919/9/naskah_publikasi.pdf [diakses pada
tanggal 7 Mei 2016]

[serial online] http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-


amandatama-6700-2-babii.pdf [diakses pada tanggal 8 Mei 2016]

15

Anda mungkin juga menyukai