OLEH:
YOHANES ANDI W
NIM 2019.03.006
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................3
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Penyakit....................................................................................4
B. Epidemiologi..........................................................................................5
C. Etiologi...................................................................................................5
D. Tanda dan Gejala...................................................................................7
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway.......................................................11
F. Penatalaksanaan Medis.........................................................................13
G. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia................................................14
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)...................15
1.2 Perencanaan/Nursing Care Plan..................................................16
I. Daftar Referensi....................................................................................21
2
A. Definisi Penyakit
B. Epidemiologi
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit
menular yang berbahaya dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat
dan sering menimbulkan wabah. Penyakit ini pertama kali ditemukan di
Filipina pada tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di
Indonesia penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya
dengan jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang (41,3%).
Semenjak kejadian ini, penyakit Demam Berdarah Dengue cenderung
menyebar ke seluruh tanah air Indonesia dan mencapai puncaknya pada tahun
1988 dengan insidens rate mencapai 13,45 % per 100.000 penduduk. Keadaan
ini erat kaitannya dengan meningkatnya mobilitas penduduk dan sejalan
dengan semakin lancarnya hubungan transpotasi.
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak
tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara
dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertiggi nomor dua di dunia
setelah Thailand (Depkes, 2010). Pada tahun 2007, jumlah kasus penyakit
3
DBD di Indonesia adalah 158.115 kasus, sedangkan pada tahun 2008, jumlah
kasus penyakit DBD adalah 136.339 kasus.
Menurut Word Health Organization (WHO) jumlah kematian oleh
penyakit DHF di dunia mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap
tahunnya (WHO, 2012). Jumlah kasus kematian akibat penyakit DBD di
Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1.01%, pada tahun 2008 jumlah kematian
1.170 orang (CFR= 0,86% dan IR=60,06/100.000 penduduk.
C. Etiologi
Etiologi Penyakit DBD :
1. Faktor Agent
2. Vektor
4
3. Faktor Host
5. Faktor Envoronment
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk jenis ini
adalah daerah tropis, dengan lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar
matahari, banyak genangan air, vas bunga yang jarang diganti airnya, kaleng
bekas tempat penampungan air, botol dan ban bekas.
6. Transmisi
5
D. Tanda dan Gejala
1. Sakit kepala
2. Nyeri retro-orbital
3. Mialgia
4. Artarglia
5. Ruam
6. Perdarahan
7. Leukopenia
8. Demam berlangsung 2-7 hari
9. Trombositopenia (100.000 sel per mm3)
10. Jika terjadi syok: nadi lemah dan cepat, tekanan nadi menyempit,
kulit dingin dan lembab, serta gelisah
11. Nafsu makan berkurang
12. Mual muntah
6
pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau
seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan
zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler atau vaskuler
sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya
perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang
terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bisa
terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bisa
menyebabkan Anaphylaxia. Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran
darah akan menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi
trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena
gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada
perdarahan kelenjar adrenalin. Plasma merembas sejak permulaan demam dan
mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume
plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik
yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka
akan terjadi anoksia jaringan, 14 asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya
renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7.
Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya
gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler,
trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit
dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan
fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bisa
terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis,
purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus
gastrointestinal (Rampengan, 1997).
7
Faktor kurangnya pengetahuan orang tua
Pathways
mengenai perawatan diri anak
Virus dengue
Defisit perawatan diri
Gigitan nyamuk
Aedes Aegypti Penampilan pasien tidak rapi, pakaian kotor,
bau, serta kuku kotor
Viremia
Keringat
Hepatomega
Hipertermi Nyeri akut Kebocoran plasma
li
Dehidrasi Penumpukan Hematokit
Trombositopeni
Mendesak abdomen cairan ekstra dan
Dehidrasi Ht meningkat, Viskositas
vaskuler dan
Hipoproteinemia, Efusi darah
Defisit serosa, Hiponatremi rongga serosa Fungsi trombosit
volume cairan Kelemahan Mual muntah meningkat
menurun,
dan elektrolit Pleura Faktor koagulasi
Tidak mampu melakukan Aliran darah menurun,
Nafsu makan menurun lambat Hematokrit
aktivitas Hipovelemi
menurun
Efusi
Perubahan nutrisi Suplah O2 ke
Defisit perawatan diri Syok hipovolemik
kurang dari jaringan Resiko
kebutuhan tubuh Dispnea
menurun pendarahan
Gelisah, Takikardi, Akral 8
dingin, Hipotensi Pola nafas tidak
Gg perfusi jaringan
efektif
9
F. Penatalaksanaan Medis
Pada dasarnya pengoobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif
b. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin.
Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konfulsan lainnya. Luminal
diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih
1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti, maka luminal
diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1 tahun diberi 50
mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi
fungsi vital.
a. Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera sipasang infus sebagai
penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Caiaran yang
diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon
diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB. Pada
pasien dengan renjatan berat diberikan guyuran infus.
b. Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi
besar, tekanan sistolik 80 mmHg /lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10
10
l/kgBB/jam. Maka pemberian infus harus dipertahankan sampai 1-2 hari
lagi walaupn tanda-tanda vital telah baik.
c. Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang CVP
(Central Venous Pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui
vena magna atau vena jugularis, dan pasien dirawat di ICU.
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inveksi virus dengue
2. Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis
11
3. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
12
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
b.d cidera selama 3x24 jam nyeri menggunakan
biologis nyeri terkontrol PQRST
yang ditandai 2. Observasi reaksi verbal
dengan: dan non verrbal pasien
1. Mampu 3. Lakukan penanganan
mngontrol nyeri non farmakologis
nyeri (stimulasi kutaneus,
2. Mampu distraksi, Anticipatory
mengenali Guidance, relaksasi)
nyeri 4. Kolaborasi pemberian
3. Melaporkan analgesik
nyeri
berkurang
dengan
menejemen
nyeri
13
2. tidak ada 5. berikan informasi
tanda-tanda tentang kebutuhan
mal nutrisi nutrisi
(kwashiork
or,
marasmus,
kwashiorko
r-
marasmus)
I. Daftar Referensi
Nurlaila.Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Dengue
Hemoragic Fever[Serial
Online]http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/5/jtstikes
muhgo-gdl-nurlalia-209-1-deguehe-r.pdf [Akses pada 08 Mei
2016]
UNIMUS.Bab II Konsep Dasar[Serial
Online]http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-
ronisubiya-5467-2-babiik-r.pdf [Akses pada 08 Mei 2016]
UNIMUS.Bab II Tinjauan Pustaka[Serial
Online]http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-
khoiriyahn-6972-3-babii.pdf [Akses pada 08 Mei 2016]
WHO.Demam Berdarah Dengue.Jakarta:EGC
14
Wilkinson. 2015. Buku Saku Diagnose Keperawatan Edisi 9. Jakarta :
buku kedokteran EGC
15