Anda di halaman 1dari 21

PENGGOLONGAN OBAT

ANTASIDA DAN DIURETIKA

S I S K A C H R I S T I A N I N G S I H , S . K E P. , N S . , M . K E P
PENGGOLOGAN OBAT ANTASIDA
• Gangguan pencernaan  dispepsia.  Gejala meliputi nyeri ulu hati, lambung asam, kejang,
mual, dan pengeluaran gas yang berlebihan  obat golongan antasida
• Antasida adalah senyawa yang mempunyai kemampuan untuk menetralkan asam lambung atau
mengikatnya.
• Semua obat antasida mempunyai fungsi untuk mengurangi gejala yang berhubungan dengan
kelebihan asam lambung, tukak lambung, gastritis, tukak usus dua belas jari dengan gejala
seperti mual, muntah, nyeri lambung, nyeri ulu hati dan perasaan penuh pada lambung.
• Kebanyakan kerja antasida bersifat lokal karena hanya sebagian kecil dari zat aktifnya yang
diabsorbsi.
• Antasida merupakan asam lemah maka jika berikatan dengan asam yang ada di lambung
menyebabkan keasaman lambung berkurang.
• Penggunaan antasida bersama-sama dengan obat lain sebaiknya dihindari karena mungkin
dapat menggangu absorbsi lain. Selain itu antasida mungkin dapat merusak salut enteric yang
dirancang untuk mencegah pelarutan obat dalam lambung.
• Antasida yang mengandung magnesium tidak boleh digunakan pada pasien dengan klirens
kreatinin kurang dari 30 ml/menit karena eksresi magnesium dapat menyebabkan toksisitas.
• Hiperkalemia dapat terjadi pada pasien dengan fungsi renal normal dengan intake kalsium
karbonat lebih dari 20 gram/hari dan pasien gagal ginjal dengan intake lebih dari 4 gram/hari
• Antasida paling baik diberikan saat muncul atau diperkirakan akan muncul gejala, lazimnya
diantara waktu makan dan sebelum tidur, 4 kali sehari atau lebih.
PENGGOLONGAN SEDIAAN ANTASIDA
1)Antasida dengan kandungan Alumunium dan atau Magnesium
• Antasida yang mengandung alumunium atau magnesium yang relatif tidak larut dalam air
seperti magnesium karbonat, hidroksida, dan trisilikat serta alumunium glisinat dan hidroksida,
• bekerja lama bila berada dalam lambung sehingga sebagian besar tujuan pemberian antasida
tercapai.
• Sediaan yang mengandung magnesium mungkin dapat menyebabkan diare, sedangkan sediaan
yang mengandung alumunium mungkin dapat menyebabkan konstipasi.
a)Alumunium Hidroksida
Zat ini berkhasiat adstringens yaitu menciutkan selaput lendir dan dapat menutupi tukak lambung
dengan suatu lapisan pelindung. Contoh obat yang mengandung alumunium hidroksida antara
lain: Tomaag, Magtral, Corsamaag, Aludonna, Actal, Waisan, Polysilane
b)Magnesium Hidroksida
Magnesium hidroksida memiliki daya netralisasi kuat, cepat dan banyak digunakan dalam
sediaan terhadap gangguan lambung. Contoh obatnya: Promag, Ticomag, Tomaag, Farmacro,
Mylacid
c)Kombinasi Mg(OH)2, CaCO2, Famotidin
MgO lebih efektif untuk mengikat asam daripada natrium bokarbonat, tetapi memiliki sifat
pencahar sebagai efek sampingnya . maka zat ini diberikan dalam kombinasi dengan alumunium
hidroksida atau kalsium karbonat (perbandingan Mg(OH)2:CaCO3 = 1:5) yang memiliki sifat
sembelit. Contoh obatnya: Neosanmag fast dan Promag double action
d)Kompleks magnesium hidrotalsit
Contoh obatnya: Promag, Talcit, Ultacit
e)Magnesium karbonat
Contoh obat yang beredar antara lain: Alumunium hidroksida dan Magnesium trisilikat, Antasida
DOEN, Decamag, Hufamag, Magasida, Mylanta, Promag, Stopmag, Waisan
f)Magnesium trisilikat
Efek samping pada penggunaan jangka panjang zat ini adalah pembentukan batu ginjal (batu
silikat)
2)Antasida dengan kandungan Asam Karbonat
Natrium bikarbonat merupakan antasida yang larut dalam air dan bekerja cepat. Seperti antasida
lainnya yang mengandung karbonat, terlepasnya karbon dioksida dapat menyebabkan bersendawa
Natrium bikarbonat merupakan antasida sistemik yang sekarang sudah sangata jarang digunakan.
Penggunaan obat ini sebaiknya dihindari pada pasien yang menjalani diet garam. Kelebihan natrium
menyebabkan retensi cairan yang berakibat udem dan tekanan darah naik
3)Antasida dengan kandungan Bismuth dan Kalsium
Antasida yang mengandung bismuth (kecuali kelat) sebaiknya dihindari karena bismuth yang
terabsorbsi bersifat neurotoksik dan cenderung menyebabkan konstipasi. Antasida yang
mengandung kalsium dapat menginduksi sekresi asam lambung. Pada dosis rendah manfaat
klinisnya diragukan, sedangkan penggunaan dosis berat jangka panjang dapat menyebabkan
hiperkalsemia, dan alkalosis
4)Antasida dengan kandungan Simetikon Senyawa antasida lain seringkali ditemukan dalam
sediaan tunggal maupun kombinasi. Simetikon diberikan sendiri atau ditambahkan pada antasida
sebagai antibuih untuk meringankan kembung (flatulen). Pada perawatan paliatif dapat mengatasi
cegukan.
PENGGOLONGAN OBAT DIURETIKA
DIURETIK OSMOTIK
➢ Absorpsi : per-oral jelek (diberi parenteral)
➢ Tidak dimetabolisme
➢ Ekskresi : - Filtrasi (+)
- Sekresi (-)
- Reabsorbsi (-)

 Indikasi :
• Meningkatkan volume urine
• Penurunan tekanan intra-kranial
• Penurunan tekanan intra-okuler

 Toksisitas :
- Ekspansi cairan ekstraseluler & hyponatremia menimbulkan : gagal jantung kongestif, edema
paru, sakit kepala, mual & muntah
- Dehidrasi : hipernatremia
PENGHAMBAT KARBONIK ANHIDRASE
➢ Absorbsi oral baik
➢ Ekskresi : sekresi tubulus
➢ Indikasi :
* Glukoma
* Alkalinisasi urine
* Alkalosis metabolik
* Mountain sickness acute ( lemah, pusing, insomnia, sakit kepala,muntah)
* Epilepsi
* Paralitis periodik hipokalemia
* Meningkatkan ekskresi fosfat pada hiperfosfatemia berat

 Kontraindikasi : sirosis hepatis


DIURETIK KURANG
➢ Absorbsi melalui oral cepat
➢ Eliminasi melalui ginjal
- filtrasi
- Sekresi
 Indikasi : Odem paru akut
* Hiperkalsemia akut
* Hiperkalemia
* Gagal ginjal akut
•Toksisitas
* Alkalosis metabolik hipokalemia
* Hiperurisemia
* Hipomagnesemia
* Reaksi alergi
* Dehidrasi
TIAZID
➢ Absorbsi umumnya baik melalui.oral kecuali klortiazid, klortalidon
➢ Eliminasi melalui seksresi tub.ginjal

* Indikasi : Hipertensi
* Gagal jantung kongestif
* Nefrolitiasis
* Diabetes insipidus nefrogenik
DIURETIK HEMAT KALIUM
➢ Absorpsi melalui oral
➢ Metabolisme melalui hati ( triamterene meningkat)
➢ Indikasi :
 gagal jantung kongestif
 sirosis hepatis
 sindroma nefrotik
• Toksisitas :
 Hiperkalemia
 Asidosis metabolik hiperkloremia
 Ginekomastia
 Gagal ginjal akut
 Batu ginjal
PENGGOLONGAN OBAT RESPIRASI
• Antitusif
• Obat Antitusif merupakan obat penekan batuk yang secara spesifik menghambat atau menekan
batuk.
• Kebanyakan obat antitusif menekan sistem syaraf pusat sehingga dapat mempengaruhi pusat batuk
yang berada di medula oblongata.
• Obat batuk digolongkan menjadi dua golongan berdasarkan tempat kerjanya yaitu, sentral dan
perifer.
• Obat antitusif sentral.
Obat antitusif sentral bekerja dengan cara menekan refleks batuk dengan meningkatkan ambang
rangsang pusat refleks batuk di medula oblongatasehingga kepekaan pusat refleks batuk terhadap
rangsangan batuk berkurang. Antitusif sentral dibagi menjadi dua yaitu antitusif narkotik dan
antotusif non narkotik. Antitusif narkotik adalah obat penekan batu yang berpotensi
mengakibatkan kecanduan. Obat antitusif narkotik antara lain kodein, morfin, dan lain-lain.
Sedangkan obat antitusif non narkotik merupakan obat penekan batuk yang tidak memiliki
potensi menyebabkan adiksi. Contoh dari obat antitusif non narkotik antara lain adalah
dekstrometorfan, noskapin, dan lain-lain.
• Obat antitusif perifer.
Obat antitusif perifer bekerja langsung pada reseptor pernapasan di saluran napas bagian atas
melalui efek anestesi lokal atau secara tidak langsung mengurangi iritasi lokal melalui
pengaruhnya pada mukosa saluran napas bagian atas. Adapun mekanisme lain dari obat antitusif
perifer adalah dengan mengatur kelembaban udara dalam saluran napas dan relaksasi otot polos
bronkus pada saat spasme bronkus. Obat antitusif perifer antara lain adalah lidokain, lignokain,
tetrakain, dan lain-lain. Mekanisme kerja obat antitusif dapat dilihat pada bagan berikut.
MEKANISME BATUK
Pusat batuk
(medulla oblongata)

Serabut aferen Serabut eferen


(sensorik) (motoric)

Pusat batuk
Reseptor (sal.nafas, dll)
(medulla oblongata)
EKSPEKTORAN
• Obat ekspektoran adalah obat-obat yang memperbanyak batuk yang produktif dan volume
sekret bronkial. Batuk produktif atau batuk yang bermanfaat adalah batuk yang dapat
merangsang keluarnya sekret/dahak. Mekanisme keja dari obat ekspetoran adalah dengan
reflek merangsang kelenjar sekretori saluran napas bawah sebagai hasil efek iritasi mukosa
lambung. Obat ekspektoran pada umumnya menurunkan viskositas (kekentalan) sputum/dahak
atau mempermudah ekspektorasi.
• Obat mukolitik adalah obat yang dapat membantu menurunkan viskositas atau kekentalan dari
sputum khususnya untuk saluran napas bagian bawah sehingga sputum atau dahak menjadi
lebih encer dan lebih mudah dikeluarkan agar tidak menumpuk di saluran pernapasan.
Mekanisme kerja obat ini adalah dengan memutuskan ikatan disulfida yang terdapat dalam
sputum. Ikatan disulfida ini lah yang menyebabkan sputum kental dan liat. Contoh obat
mukolitik antara lain: bromheksin, asetilsistein, dan lain-lain
BRONKODILATOR DAN OBAT-OBAT ASMA
• Asma merupakan sebuah penyakit berupa adanya respons berlebihan dari trakea dan bronki
terhadap berbagai rangsangan yang selanjutnya mengakibatkan tersebarnya penyempitan
saluran napas yang beratnya dapat berubah secara spontan. Asma juga merupakan suatu
penyakit inflamasi. Adanya infeksi pada saluran pernapasan menyebabkan terjadinya
bronkokonstriksi yang disetai dengan hipertrofi otot polos saluran napas dan kelenjar sekretori,
pengelupasan epitelium, dan terlihat pula adanya penebalan lamina propria.
• Bronkodilator bekerja mencegah kontraksi otot polos bronkial, meningkatkan relaksasi otot
polos bronkial, dan menghambat pembebasan mediator reaksi alergi. Sehingga bronkus dan
saluran napas melebar kembali seperti ukuran normal dan aliran udara kembali lancar.
Beberapa contoh obat bronkodilator antara lain adalah: teofilin, teobromin, dan lain-lain.
OBAT ANTIINFLAMASI
Obat antiinflamasi berkeja sebagai stabilisator yang secara spesifik mencegah degranulasi sel
matosit paru dan kemudian mencegah mediator inflamasi/peradangan yang selanjutnya
menurunkan aktivitas eisonofil, neutrofil, dan makrofag.

• Anti-alergika
Adalah zat-zat yang berkhasiat menstabilisasi mastcell, sehingga tidak pecah dan mengakibatkan
terlepasnya histamine. Obat ini berguna untuk mencegah asma dan rhinitis alergis (hay fever).
Yang termasuk golongan ini adalah kromoglikat dan nedocromil. Antihistaminika (seperti:
ketotifen, oksatomida) dan β2-adrenergika memiliki efek kerja ini.
PENGGOLONGAN OBAT KARDIOVASKULER
Open link : http://
bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/FARMAKOLOGI-RMIK_FIN
AL_SC_26_10_2017.pdf
Hal 182- 196
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai