DI SUSUN OLEH :
YOHANES ANDI WALUYO (2019.03.005)
NIM : 2019.03.005
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
Mengetahui
( ) ( )
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah Bapa di surga, atas segala rahmat-Nya sehingga
Laporan Asuhan Keperawatan Jiwa dapat tersusun hingga selesai.
Pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada beberapa pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini, antara lain :
iii
iv
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................
Lembar Pengesahan..................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
2.2.2 Etiologi.........................................................................................................22
2.2.3 Klasifikasi.....................................................................................................23
2.2.5 Patofisiologi..................................................................................................26
2.2.7 Komplikasi....................................................................................................27
v
2.2.8 Penatalaksanaan............................................................................................28
2.3.1 Pengkajian....................................................................................................30
2.3.3 Intervensi......................................................................................................32
2.3.4 Implementasi................................................................................................33
2.3.5 Evaluasi........................................................................................................34
3.1 Pengkajian....................................................................................................35
3.6 Evaluasi........................................................................................................55
1.1 Pengkajian....................................................................................................58
1.3 Intervensi......................................................................................................59
1.4 Implementasi................................................................................................59
1.5 Evaluasi........................................................................................................59
BAB V Penutup....................................................................................................61
5.1 Kesimpulan...................................................................................................61
5.1.1 Pengkajian....................................................................................................61
5.1.3 Intervensi......................................................................................................61
5.1.4 Implementasi................................................................................................61
vi
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................63
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
8
penurunan produktifitas, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menundukkan kepala saat berinteraksi, dan bicara lambat dengan nada suara
rendah.
Penanganan terhadap pasien ini dapat dilakukan dengan tindakan embina
hubungan saling percaya, dengan mengemukakan prinsip komunikasi terapeutik,
berdiskusi dengan klien bahwa klien masih memiliki aspek positif, meningkatkan
kegiatan yang sesuai dengan toleransi dan kondisi, membantu keluarga untuk
memberi dukungan dan motivasi (Sutejo., 2019).
Tindakan intervensi yang dapat dilakukan misalnya mengucapkan salam
terapeutik, menyapa klien dengan ramah, membina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, membantiu
pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan, membantu dapat
memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan kegiatan yang dilakukan, dan melatih
kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan.
1.3 Tujuan
9
3. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah
harga diri rendah di Ruangan Gelantik Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
4. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
harga diri rendah di Ruangan Gelantik Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah harga diri
rendah di Ruangan Gelantik Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada umumnya sebuah gangguan muncul akibat adanya factor pemungkin yang
disebuat factor presipitasi. Contoh-contoh factor presipitasi misalnya
biologis ,lingkungan, pemicu gejala, yang kesemuanya itu dapat menimbulkan
gangguan penilaian idividu sehingga seorang individu dapat dimungkinkan
menarik diri atau melakukan penolakan. Dalam sebuah penelitian kedokteran
adanya ketidakseimbangan zat kimia yang berfungsi mengirimkan sinyal antar sel
otak menyebabkan sebuah gangguan yaitu skizofrenia. Dengan demikian
penderita skizofrenia disebabkan oleh ketidakseimbangan kimia otak. Skizofrenia
dapat diilustrasikan sebuah rentangan yang mencangkup gejala positif dan gejala
negative. Gejala positif sampai gejala negative mencakup halusinasi, waham,
perubahan prilaku, perubahan arus pikir, menarik diri dari pergaulan sosial,
sampai menurunnya aktifitas
11
Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan kecemasan yang rendah,
efektif dalam kelompokdan penerimaan orang lain terhadap dirinya,
sedangkan masalah Kesehatan dapat menyebabkan harga diri, sehingga
harga diri dikaitakan dengan hubungan interpersonal yang buruk dan
berisiko terjadinya depresi sehingga perasaan negative mendasari hilangnya
kepercayaan diri dan harga diri individu dan menggambarkan ganguan
harga diri dan harga diri individu dan menggambarkan gangguan harga diri
(Wandono, 2017).
Menurut Dermawan, (2013) tentang respon konsep diri dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
Keterangan :
1. Akualisasi diri : Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan
pengalaman latar belakang sukses.
2. Konsep diri positif : Apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam perwujudan dirinya.
3. Harga diri rendah : Perasaan nrgatif terhadap diri sendiri, termasuk
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berdaya, dan pesimis.
4. Keracunan identitas : Kegagalan individu untuk mengintregrasikan
berbagai indenfikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial
dewasa yang harmonis.
12
2.2.3 Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi Harga Diri Rendah
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat adanya penyakit atau akibat
tindakan terhadap penyakit
13
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Individu merasa tidak mampu dan
tidak berguna dan memandang dirinya lemah
3. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri dari masyarakat.
Individu merasa tidak berguna sehingga klien merasa lebih suka
meyendiri dan enggan untuk berinteraksi dengan lingkungan
masyarakat
4. Merendahkan martabat. Individu merasa dirinya lemah merasa bodoh,
merasa tidak mampu dalam melakukan segala hal, dan individu merasa
tidak tahu apa-apa, mengabaikan bahkan menolak kemampuan yang
dimiliki sehingga produktivitas individu menurun
5. Percaya diri kurang. Individu merasa ragu-ragu dalam mengambil
keputusan, individu tidak memiliki rasa percaya pada dirinya dan
individu selalu memandnag dirinya negatif
6. Mencederai diri sendiri dan orang lain. Akibat harga diri rendah
individu memandang hidupnya pesimis, tidak berguna sehingga
terdorong untuk merusak atau mengakhiri hidupnya. Bahkan klien
dengan harga diri rendah timbul perasaan benci dan dapat menimbulkan
perilaku kekerasan terhadap lingkungan sekitar
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri
rendah situasional yang tidak terselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena
individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang prilaku klien
sebelumnya bahkan kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif
mendorong individu menjadi harga diri rendah (Muhith, 2015).
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya
individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak mampu atau merasa gagal menjalankan
fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan
menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika
lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan
14
terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri
rendah kronis (Masturah, 2017)
15
2.2.6 Tanda dan Gejala Harga Diri Kronis
Tanda dan gejala harga diri rendah dapat dinilai dari ungkapan pasien yang
menunjukkan penilaian tentang dirinya dan didukung dengan data hasil
wawancara dan observasi (Kemenkes RI, 2019).
b. Data objektif
1. Penurunan produktifitas
Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri
rendah adalah:
5. Penurunan produktivitas
16
8. Berpakaian tidak rapi
17
2.2.8 Penatalaksanaan Keperawatan Harga Diri Rendah Kronis
2. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama (Rokhimma & Rahayu, 2020)
18
kemampuan diri dalam waktu lama yang dapat mengganggu kesehatan
(Safitri, 2020).
2.3.2 Identitas
b. Riwayat Psikososial
1) Pada pasien harga diri rendah riwayat psikososial yang perlu
diketahui adalah pernah atau tidak melakukan atau mengalami dan
atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
19
lingkungan, kekerasan dalam rumah tangga, aniaya, dan tindakan
kriminal.
2) Merasakan pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan
baik bio, psiko, sosio, kultural, maupun spiritual.
c. Riwayat Penyakit Keluarga Harga diri rendah kronis dapat
disebabkan oleh keturunan. Oleh karena itu, pada riwayat penyakit
keluarga harus dikaji apakah ada keluarga yang pernah mengalami
gangguan jiwa.
2.3.7 Psikososial
A. Konsep diri
1) Gambaran diri Disukai ataupun tidak di sukai pasien mengatakan
tidak ada keluan apapun.
2) Identitas diri Kaji kepuasan pasien terhadap jenis kelaminya,
status sebelum dirawat di rumah sakit. Pasien merasa tidak berdaya
dan rendah diri sehingga tidak mempunyai status yang di banggakan
atau di harapkan di keluarga ataupun masyarakat.
3) Peran Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas dan
merasa tidak mampu dalam melaksanakan tugas.
4) Ideal diri Tanyakan harapan tubuh, posisi status, peran. Harapan
pasien terhadap lingkungan, dan harapan pasien terhadap
penyakitnya.
5) Harga diri Pasien mengejek dan mengkritik dirinya sendiri,
menurunkan martabat, menolak kemampuan yang dimiliki.
20
B. Genogram
Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan pasien dan keluarga. Jelaskan pasien
tinggal dengan siapa dan apa hubunganya, jelaskan masalah yang
terkait dengan pola asuh keluarga terhadap pasien dan anggota
keluarga lainya, pola komunikasi, pola pengambilan keputusan
(Nyumirah, 2013).
- Hubungan sosial
1) Pasien tidak mempunyai orang yang di anggap sebagai tempat
mengadu dan meminta dukungan.
2) Pasien merasa berada di lingkungan yang mengancam.
3) Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada pasien. 4)
Pasien sulit berinteraksi.
- Spiritual
1) Falsafah hidup Pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan
ancaman, tujuan hidupnya biasanya jelas.
2) Konsep kebutuan dan praktek keagamaan Pasien mengakui
adanya tuhan tapi tidak yakin terhadap tuhan, putus asa karena tuhan
tidak memberikan sesuai apa yang dia inginkan dan tidak mau
menjalankan kegiatan agama.
21
e. Afek Terkadang afek pasien tampak tumpul, emosi pasien
berubahubah, kesepian, apatis, depresi atau sedih, dan cemas.
22
pasien dalam sikap canggung yang dipertahankan dalam waktu lama
tetapi pasein menyadari semua yang terjadi dilingkungan, sedasi yaitu
pasien mengatakan bahwa ia merasa melayang-layang antara sadar
atau tidak sadar.
a.
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. NO. RM : 0774xx
2. NAMA : Ny. S
3. UMUR : 36 tahun
4. JENIS KELAMIN : Perempuan
5. AGAMA : Islam
6. PENDIDIKAN : SMA
7. PEKERJAAN : IRT
8. ALAMAT : Pakis Surabaya
9. SUKU BANGSA : Jawa dan Indonesia
10. STATUS PERKAWINAN : Menikah
11. BAHASA SEHARI - HARI : Indonesia
12. DIAGNOSA MEDIS : DHF
13. DOKTER YANG MERAWAT : Dr.F
14. PENGKAJIAN DI AMBIL DARI
~ Pasien sendiri : Ya
24
dengan keluhan panas sejak tiga hari yang lalu, panas suhu : 39,8°C saat di
IGD dokter menganjurkan untuk MRS,dan keluarga menyetujui untuk MRS
di ruang Nilam RS.William Booth Surabaya
Saat di IGD mendapat kan tindakan keperawatan dan untuk menentukan
diagnosa dari dokter. Setelah itu dilakukan tindakan keperawatan yaitu
terapi cairan Ringer Lactat 500cc dalam 6 jam, injeksi santagesik 500 mg
1. Pola Makan – Minum : Saat di rumah pola makan pasien normal seperti
biasanya yaitu makan 3 kali sehari dan minum 7-8 gelas sehari tetapi setelah
rumah sakiit dan begitu juga pola minum berkurang untuk menghabiskan
25
2. Pola Tidur : saat di rumah pasien tidur 6-8 jam sehari
tetapi saat di rumah sakit pasien susah untuk tidur,karena tidak nyaman
berpindah secara mandiri tanpa di bantu, saat di rumah sakit pasien juga
4. Pola Eliminasi
Nampak bersih.
keluarga,.
26
1. Gambaran diri : pasien bersyukur dengan apa yang ada pada
dirinya.
1. Tanda-Tanda Vital
Suhu :39,6℃
Nadi :96×/menit
RR : 22×/menit
TD : 140/90 mmHg
Tinggi Badan : 160 Cm
2. Berat Badan : 58 Kg
3. Postur Tubuh : postur tubuh pasien Nampak ideal
Cara Jalan : saat datang ke rumah sakit pasien masih bisa berjalan walapun
Nampak sedikit lemah.
4. Kepala : Inspeksi : bentuk kepala simetris, warna rambut hitam tebal,kulit
kepala bersih, tidak ada lesi. Palpasi : tidak ada nyeri tekan ,tidak ada
benjolan atau edema.
27
5. Telinga : Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada cairan atau
darah. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
6. Mata : Inspeksi :,bentuk simestris ,konjugtiva tidak ada anemis, tidak ada
katarak. Palpasi : tidak nyeri tekan dan tidak ada benjolan
7. Hidung : Inspeksi : bentuk simetris, lurus ,tidak ada lesi. Palpasi : tidak ada
nyeri tekan.
8. Mulut : Inspeksi : mukosa bibir kering.
9. Leher : Inspeksi : tidak ada lesi. Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening dan tidak ada terlihat kelejar tiroid.
10. Dada : payudara : Inspeksi : bentuk simetris, putting susu menonjol,
tidak ada lesi. Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
11. Punggung : Perkusi : bunyi sonor. Auskultasi : tidak ada bunyi abnormal.
12. Perut : Inspeksi : bentuk simetris datar. Auskultasi : tidak ada bising
usus .Palpasi : tidak ada nyeri tekan. Perkusi : bunyi pekak.
13. Anggota gerak atas : tangan masih bergerak dengan baik, mampu untuk
menahan grafitasi.
14. Anggota gerak bawah : kaki masih bergerak dengan baik, bisa berjalan
dengan normal tidak ada kelemahan.
15. Intergumen / kulit : kulit Nampak ada bintik merah (petachie) di beberapa
bagian tubuh pasien seperti tangan, dada, dan perut
16. Reproduksi & Genetalia : pasien mengatakan tidak ada masalah dalam
reproduksi . genetalian pasien Nampak bersih terawat.
17. Anus : tidak Nampak adanya hemoroid.
18. Data Penunjang : Hasil lab terakhir pasien tanggal 5 april 2020
28
Thrombosit 103.000 mg/dl 150.000-500.000
mg/dl
29
ANALISA DATA
DS : Hipertermi DHF
• Pasien
mengatakan
badan panas
sudah dari tiga
hari yang lalu
DO :
Mayor : Pasien
teraba panas
Minor : TTV :
Suhu : 39OC
TD : 140/90,
RR :
22x/mnt
Pasien mengatakan
nyeri kepala
DO :
Mayor : Wajah
Pasien Nampak
meringis
Minor : TD:
140/90
DO :
Mayor : turgor
kulit jelek, mukosa
bibir kering
Minor : suhu :
39OC ,
30
3.2 DIAGNOSE KEPERAWATAN
NO. REGISTRASI :
TANGGAL NO DIAGNOSE KEPERAWATAN T.T
MENURUT PRIORITAS
1.
3. peningkatan hematokrit
31
3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
32
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen,aksila)
3. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena, jika
perlu
33
farmakologis untuk
mengurangi nyeri (TENS,
hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedback, terapi
pjat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Control lingkungan yang
meperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredahkan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Ajarkan teknik non-
farakologi untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik
34
Kamis, 04 Hipovolemia 3.Setelah dilakukan Manajemen
feb 2021 asuhan keperawatan Hipovolemia (I.03116)
selama 3x24 jam
1. Observasi
turgo kulit membaik
dan mukosa bibir
- Periksa tanda dan gejala
lembab, suhu tubuh
hipovolemia (mis.
dibatas normal
frekuensi nadi meningkat,
36,5OC
nadi teraba lemah, tekanan
darah menurun, tekanan
nadi menyempit,turgor
kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume
urine menurun, hematokrit
meningkat, haus dan
lemah)
- Monitor intake dan output
cairan
2. Terapeutik
3. Edukasi
- Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
35
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan IV issotonis (mis.
cairan NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis. albumin,
plasmanate)
- Kolaborasi pemberian
produk darah
36
3.4 TINDAKAN KEPERAWATAN
NO. REGISTRASI :
TINDAKAN KEPERAWATAN
TANGGAL MASALAH JAM T.T
DAN RESPON
04 feb 2021 1. Hipertermi 19:33 - Mengidentifkasi penyebab
Definisi : hipertermi
19:40 R/ pasien mengalami dehidrasi
Suhu tubuh 19:45 - Memonitor suhu tubuh
meningkat diatas R/ T : 39OC
rentang normal 19:50 - Memonitor haluaran urine
tubuh R/ ± 400 cc/8 jam
Fanny
- Menganjurkan tirah baring
R/ pasien berbaring ditempat
tidur saja
37
04 feb 2021 dengan onset - Memberikan penjelasan
mendadak atau kepada pasien dan keluarga
lambat dan untuk membatasi pengunjung
beristensitas R/ pasien dan keluarga
ringan hinggah kooperatif
berat yang - Berkolaborasi dengan Dokter
berlangsung dalam pemberian obat
kurang 3 bulan. analgetik
R/ pasien tahu pemberian
analgetik untuk mengurangi
nyeri yg dirasakan
20:30
38
39
3.5 CATATAN PERKEMBANGAN
NO. REGISTRASI :
40
nyeri pasien
R/ pasien tahu letak nyeri dan bisa
mengontol emosi untuk menurunkan
Tekanan darah
- Melakukan teknik tarik nafas dalam
dengan relaksasi
R/ pasien melakukan tarik nafas dalam
saat merasakan nyeri
- Memberikan penjelasan kepada pasien
dan keluarga untuk membatasi
pengunjung
R/ pasien dan keluarga kooperatif
- Berkolaborasi dengan Dokter dalam
pemberian obat analgetik
R/ pasien tahu pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri yg dirasakan
E : masalah belum teratasi
41
elektrolit sesuai indikasi.
E : masalah belum tertasi
S : Pasien mengatakan badan sudah tidak
panas
O : Pasien masih teraba panas ,suhu
36,5°C
A : Masalah hipertermi teratasi.
P : Hentikan intervensi
I: -
08.00 hari E : masalah teratasi
Hipertermi ketiga Fanny
S : pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan sudah hilang
O : pasien sudah tidak mengeluh tentang
nyerinya
A : masalah teratasi
P :Hentikan intervensi
I: -
08.05 hari E : masalah tertasi
Nyeri akut ketiga Fanny
S : pasien mengatakan sudah tidak
merasa panas
O : - turgor kulit pasien Nampak baik
- Mukosa bibir pasien nampak
lembab
A : masalah cairan teratasi
P : Hentikan intervensi
08.10 hari I :-
Hipovolemia ketiga E : masalah tertasi Fanny
42
3.6 EVALUASI
NO. REGISTRASI :
NO.DX JAM EVALUASI T.T
S : Pasien mengatakan badan masih panas
O : Pasien masih teraba panas ,suhu 37,5°C
A : Masalah hipertermi belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 1,2, 3, 4
- I : Mengidentifkasi penyebab hipertermi
R/ pasien masih mengalami dehidrasi
- Memonitor suhu tubuh
R/ suhu : 37,5OC
- Memonitor keluaran urine
R/ ± 400 cc/8 jam
- Menganjurkan tirah baring
08.00 hari R/ pasien berbaring ditempat tidur saja
Hipertermi ketiga E : masalah belum tertasi Fanny
Nyeri akut 08.05 hari S : pasien mengatakan nyeri yang Fanny
ketiga dirasakan sudah mulai berkurang
O : pasien sudah jarang mengeluh tentang
nyerinya
A : masalah nyeri teratasi sebagian
P :lanjutkan intervensi 1,2, 3, 4
I:
- Mengobservasi TTV dan tingkat nyeri
pasien
R/ pasien tahu letak nyeri dan bisa
mengontol emosi untuk enurunkan
Tekanan darah
43
- Melakukan teknik tarik nafas dalam
dengan relaksasi
R/ pasien melakukan tarik nafas dalam
saat merasakan nyeri
- Memberikan penjelasan kepada pasien
dan keluarga untuk membatasi
pengunjung
R/ pasien dan keluarga kooperatif
- Berkolaborasi dengan Dokter dalam
pemberian obat analgetik
R/ pasien tahu pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri yg dirasakan
E : masalah belum teratasi
44
R/ pasien mengikuti anjuran perawat
E : masalah belum tertasi
45
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang persamaan dan kesenjangan
antara teori dan kasus nyata pada pasien dengan diagnosa medis DHF .
1.1 Pengkajian
Sedangkan pada kasus nyata , Badan terasa panas dalam selama tiga hari Tanda-
Tanda Vital : Suhu :39,6℃, Nadi :96×/menit, BB : 58 Kg, RR : 22×/menit, TD :
140/90 mmHg . dan setelah dilakukan pemeriksaan Laboratorium hasil didapatkan
:Hemogoblin (10,6gr/dl), Hematokrit (29,4%), Leukosit (16,230 sel/ul),
Trombosit (103 mg/dl). Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus nyata.
46
nafas cepat. Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu
sekunder terhadap usia yang ditandai dengan pasien mengeluh panas, lemas, dan
pusing. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi bakteri
salmonella typhosa) yang ditandai dengan suhu tubuh diatas normal, kulit
kemerahan, kejang,takikardia dan takipnea (Tim pokja SDKI DPP PPNI ,2016).
Sedangkan pada kasus nyata yang muncul yaitu : Hipertermi berhubungan dengan
penyakit DHF. Nyeri akut berhubungan dengan agen biological . Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan penurunan regulasi dan peningkatan
hematocrit.
1.3 Intervensi
1.4 Implementasi
1.5 Evaluasi
47
48
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengkajian
5.1.3 Intervensi
5.1.4 Implementasi
5.1.5 Evaluasi
49
cairan didapakan pasien sudah tidak merasa , turgor kulit pasien membaik,
Mukosa bibir pasien lembab.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi mahasiswa
50
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.A.A. & Uliyah, M., 2016. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2.
Jakarta: Salemba Mecika.
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2013.
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/302/3/BAB%20II.pdf
51
52