Anda di halaman 1dari 48

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI

KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK

Disusun Oleh:

Tsabita Maysa Tsurayya P27226021273

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

JURUSAN FISIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt atas berkat dan rahmatnya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Penatalaksanaan
Fisioterapi pada Kondisi Keterlambatan Perkembangan Motorik Anak” dan
shalawat serta salam selalu kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
saw. Karya tulis ilmiah ini disusun guna memenuhi tugas kenaikan mata kuliah
Bahasa Indonesia di Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta yang dibina oleh
ibu Sri Hastuti S.S., M.Pd. Tiada gading yang tak retak. Peneliti menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam Karya Tulis Ilmiah ini, oleh sebab itu peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan terwujud
tanpa banyak bantuan dari banyak pihak. Oleh sebab itu peneliti mengucapkan
banyak terimakasih kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Sri Hastuti S.S., M.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian sehingga karya tulis ilmiah ini dapat
terwujud.

2. Orang tua dan keluarga yang selalu mendukung dan mencurahkan doa-doa
sehingga peniliti dapat bersemangat ketika mengerjakan karya tulis ilmiah ini.

3. Teman-teman yang telah berkorban membantu, mendukung, memberi semangat


kepada peneliti.

5. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang


telah membantu dan penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Pekalongan, 20 Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 8

2.1 Fisioterapi............................................................................................... 8

2.1.1 Pengertian Fisioterapi ................................................................ 8

2.1.2 Jenis Fisioterapi ......................................................................... 9

2.1.3 Manfaat Fisioterapi .................................................................. 12

2.1.4 Fisioterapi Anak ...................................................................... 13

2.2 Perkembangan Motorik Anak ............................................................... 13

2.2.1 Pengertian Perkebangan Motorik Anak .................................... 13

2.2.2 Jenis Perkembangan Motorik Anak.......................................... 14

2.2.3 Manfaat Perkembangan Motorik Anak .................................... 15

2.2.4 Faktor Perkembangan Anak ..................................................... 16

2.3 Penelitian yang Relevan ........................................................................ 16

2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................. 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 18

3.1 Tempat dan Waktu .............................................................................. 18

3.1.1 Tempat ..................................................................................... 18

3.1.2 Waktu ....................................................................................... 18

iii
3.2 Jenis Penelitian..................................................................................... 19

3.3 Sumber Data ........................................................................................ 19

3.4 Metode Penelitian................................................................................. 20

3.4 Uji Validitas Data ................................................................................. 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 22

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 22

4.2 Pembahasan .......................................................................................... 22

4.2.1 Keterlambatan Perkembangan Motorik pada Anak ...................... 22

4.2.2 Ciri-Ciri Perkembangan Motorik Anak Normal ........................... 23

4.2.3 Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Keterlambatan Motorik


pada Anak ............................................................................................ 28

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 40

5.1 Simpulan .............................................................................................. 40

5.2 Saran .................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 42

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk kepulauan yang


merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan total luas wilayah
1,904,569 km2. Dengan luas wilayah yang begitu luas, pastinya penduduk di
Indonesia ini masuk dalam yang terbesar. Tak tanggung-tanggung, dengan luas
wilayah itu, Indonesia menempati posisi keempat sebagai negara yang
memiliki penduduk terbanyak atau terpadat. Walau bukan menjadi negara
terpadat penduduknya, tetapi dapat dirasakan bahwa Indonesia, khususnya
pada pulau Jawa, terasa sekali kepadatan penduduknya. Jumlah penduduk yang
ada di Indonesia pada bulan Juni, tahun 2021 menempati angka sekitar
272.229.372 jiwa dengan yang berjenis kelamin pria sebanyak 137.521.557
jiwa dan yang berjenis kelamin wanita sebanyak 134.707.815 jiwa (Direktorat
Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 2021). Karena luas wilayah
Indonesia sebesar 1,9 juta km2 dan dengan kepadatan penduduk sebanyak yang
telah dipaparkan, maka kepadatan penduduk sebanyak 141 jiwa per km2
(Badan Pusat Statistik, 2020). Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia juga
menempati angka yang lumayan. Dibandingkan dengan periode 2010, pada
periode 2020 mengalami penurunan laju pertumbuhan penduduk sebesar
0,24%. Pada periode 2010, laju pertumbuhan penduduk di Indonesia sebesar
1,49%, sedangkan pada periode 2020, laju pertumbuhan penduduk di Indonesia
turun menjadi 1,25%. Walaupun laju pertumbuhan penduduk mengalami
penurunan, angka kelahiran di Indonesia masih tergolong besar, yaitu per
semester 2021 menempati angka 376.610 kelahiran. Angka tersebut
menandakan banyaknya jumlah anak yang telah lahir, yang tak akan lepas dari
kemungkinan-kemungkinan akan mengalami keterlambatan perkembangan
dan pertumbuhan pada prosesnya menuju ke dewasa. Penduduk Indonesia pun

1
sampai saat ini tak semuanya telah menjadi penduduk yang maju, penduduk
yang berpendidikan tinggi, juga tak semuanya merupakan penduduk yang
mampu sacara materi.

Kebanyakan ibu-ibu yang ada di Indonesia belum sadar jika pemenuhan


gizi untuk anak-anak nya sejak bayi hingga remaja sangat diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan untuk anak-anak tidak boleh
hanya “yang penting kenyang” saja, maka pemenuhan gizi sangat bermanfaat,
bukan hanya tumbuh kembang fisiknya saja, melainkan juga untuk tumbuh
kembang otak anak. Bahkan, sebenarnya sejak dalam kandungan bayi sudah
membutuhkan macam-macam nutrisi untuk perkembangan dan
pertumbuhannya. Bukan hanya anak-anak, agar bayi terlahir dengan sehat,
tidak kurang satu apapun, tentunya ibunya pun perlu untuk sehat dan selalu
memakan makanan yang bergizi baik. Tak berhenti ketika mengandung saja,
pada saat menyusui pun ibu harus selalu sehat dan memakan makanan yang
bergizi baik agar ASI (air susu ibu) yang dihasilkan banyak dan berkualitas
untuk bayinya, setidaknya ibu perlu memaksimalkan menyusui hingga anak
berusia dua tahun (ASI ekslusif hingga berumur 6 bulan, setelahnya ditambah
dengan makanan pendamping ASI) (Meva Nareza, 2020). Untuk memenuhi
gizi anak dan ibu hamil, tentunya tak semudah membalikkan tangan.
Dibutuhkan orang tua atau pasangan yang memiliki pengetahuan memadai dan
tentunya kantong tebal dan bersahabat agar dapat memenuhi gizi anak dan ibu
hamil. Tentunya tetap ada makanan yang bergizi yang tak memerlukan kantong
tebal untuk membelinya. Namun, tetap ada makanan bergizi yang
membutuhkan biaya lebih mahal.

Pada akhir tahun 2019, muncul penyakit yang disebabkan oleh salah
satu anggota keluarga besar virus corona, yaitu Covid-19 (varian baru virus
corona). Tak disangka virus ini menyebar dengan cepat sehingga menyebabkan
pandemi. Menurut Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor
40 Tahun 2014, pandemi merupakan wabah penyakit menular yang berjangkit
serempak meliput dan melintasi batas wilayah geografis antar beberapa dan

2
banyak negara. Tak hanya menyebar dengan cepat, virus ini juga sangat cepat
mengalami mutase genetik, sehingga gejala penyakit yang diakibatkan pun
kian beragam dan kian tak terduga. Terhitung semenjak ditemukan penyakit
ini, hingga bulan November tahun 2021 penyakit ini sukses membuat 5,13 juta
jiwa meninggal. Orang yang terjangkit penyakit ini dengan gejala ringan dapat
sembuh total ketika dinyatakan sembuh, namun, terdapat beberapa orang yang
mengalami gejala berat ketika terjangkit, tak dapat sembuh total secara
langsung atau merasakan efek jangka panjang akibat penyakit ini (WHO,
2020). Selain menimbulkan masalah kesehatan, virus ini juga menimbulkan
efek negatif terhadap perekonomian negara, dan juga efek negatif terhadap
psikologis kebanyakan orang. Menurut Pitter Abdullah, Direktur Riset Core
Indonesia, jumlah pengangguran dan penduduk miskin meningkat pada
pandemic Covid-19. Dengan begitu, akan semakin banyak anak dan ibu hamil
yang gizinya tak tercukupi, sehingga terjadilah banyak fenomena menyangkut
pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya keterlambatan
perkembangan motorik anak.

Sebenarnya, pada kasus keterlambatan perkembangan motorik anak


para orang tua tidak perlu khawatir berlebih, karena pada kondisi ini, anak
dapat dirangsang motorik nya agar berkembang dengan baik. Menerapi anak
pada fisioterapis pediatri (anak) merupakan jawaban yang tepat untuk segera
menindaklanjuti keterlambatan perkembangan motorik anak sehingga dapat
berkembang sebagaimana mestinya. Tentunya terlebih dahulu seorang ibu
harus mempunyai pengetahuan yang memadai dan mengamati secara seksama
tumbuh kembang anaknya. Salah satu caranya ialah dengan rutin membawa
anak ke posyandu, jika terdapat kejanggalan, kader yang mengurus posyandu
akan memberitahu bagaimana baiknya kepada ibu, lalu dilanjutkan dengan
mengonsultasikan ke dokter agar dapat ditindaklanjuti, atau dapat langsung
menuju fisioterapis pediatric (dengan membawa rekam medis) sehingga dapat
ditindaklanjuti dengan menerapi anak tersebut. Dari paparan yang telah
disampaikan penyusun tersebut, itulah alasan mengapa penyusun memilih

3
judul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Keterlambatan
Perkembangan Motorik Anak” untuk karya tulis ilmiah ini.

Pada karya tulis ilmiah ini, akan diangkat masalah keterlambatan


perkembangan motorik pada anak, yang tentunya akan sangat mengganggu
tumbuh kembangnya. Seperti yang telah dipaparkan, keterlambatan
perkembangan motorik anak dapat dipengaruhi oleh gizi yang diterima anak,
selain itu juga dapat dikarenakan genetik, terjadinya infeksi selama kehamilan,
dan juga dapat dikarenakan kelahiran premature yang dialami anak. Tak hanya
itu, kurangnya stimulasi yang diberikan oleh orang tua juga sangat
mempengaruhi perkembangan motorik pada anak. Stimulasi adalah
rangsangan suara (auditori), sentuhan, visual, kinestetik yang diberikan sejak
otak bayi mulai berkembang (sejak lahir). Meski begitu, stimulasi untuk anak
tidak dapat disamaratakan. Orang tua harus mengenali kematangan otak anak,
agar dapat memberi jenis dan cara stimulasi yang tepat sesuai usianya, serta
merasakan manfaat dari stimulasi yang diberikan (Wishnubrata, 2020). Maka
dari itu, tingkat pendidikan orang tua juga sangat berpengaruh terhadap
pemberian stimulasi untuk mengembangkan motorik anak. Pada penelitian
yang diteliti oleh Nabela (2013) Pemberian stimulasi tingkat baik sebagian
besar dilakukan oleh ibu yang berpendidikan terakhir di S1, yaitu sebesar 21
responden (32,8%). Pada penelitian yang dilakukan di Brazil, oleh Barros,
dkk dengan metode Batelle’s Development Inventory untuk menilai
perkembangan anak, mendapatkan hasil bahwa anak-anak yang mendapatkan
stimulasi, mendapatkan nilai yang lebih tinggi dan kemampuan
perkembangannya lebih baik daripada anak yang tidak mendapatkan stimulasi
(Astri Probini, dkk, 2017). Pada fisioterapi, salah satu teknik menerapi anak
yang mengalami keterlambatan perkembangan motorik ialah dengan
memberikan stimulasi.

Karena itulah, karya tulis ilmiah ini berisi dengan terlebih dahulu
memaparkan penjelasan mengenai keterlambatan perkembangan motorik pada
anak, lalu pemaparan penjelasan mengenai ciri-ciri anak yang mengalami

4
pertumbuhan dan perkembangan motoriknya normal dari pemaparan tersebut
akan terlihat tanda-tanda anak jika ia mengalami keterlambatan dalam
perekembangan motoriknya, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai
penatalaksanaan seorang fisoterapis pediatri ketika menerapi anak yang
mengalami keterlambatan perkembangan motoriknya, penatalaksanaan yang
akan sedikit banyak membahas bagaimana stimulasi-stimulasi yang akan
diberikan fisioterapis sesuai dengan kebutuhan anak ketika mengalami kondisi
tersebut.

Dengan disusunnya karya tulis ilmiah ini, penyusun sangat berharap


karya tulis ilmiah ini akan sangat bermanfaat untuk orang banyak. Untuk ibu-
ibu yang mengetahui anaknya mengalami keterlambatan perkembangan
motorik tak lagi khawatir berlebih dan tak lagi tak mengerti harus bertindak
apa. Untuk para mahasiswa, jurusan fisioterapi khususnya, karya tulis ilmiah
ini dapat dijadikan pengetahuan dasar dan juga dapat menjadi pijakan untuk
mengadakan penelitian. Untuk instansi tempat penyususn berada, saya harap
karya tulis ilmiah ini dapat membantu menambah bacaan yang ada, sehingga
dapat lebih memajukan instansi. Juga untuk para pembaca yang belum
menikah, yang telah meluangkan waktunya untuk membaca karya tulis ilmiah
ini, saya harap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan wawasan-wawasan
baru yang akan membuat para pembaca lebih memperhatikan anaknya nanti,
menyesuaikan tanda-tanda yang dipaparkan pada karya ilmiah ini. Tak lupa,
penyusun juga mengharapkan saran-saran dan kritik yang membangun untuk
karya tulis ilmiah ini, sehingga penyusun dapat mengintropeksi diri lalu dapat
memperbaiki karya tulis ilmiah ini, juga dapat menghasilkan karya-karya yang
lebih apik kedepannya. Penyusun sangat berterima kasih kepada pembaca yang
telah meluangkan waktunya, pembaca yang telah memberikan saran dan kritik
yang membangun kepada penyusun.

5
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah karya tulis ilmiah ini diantaranya yaitu:
1. Seperti pakah keterlambatan perkembangan motorik pada anak itu?
2. Seperti apakah ciri-ciri anak yang normal perkembangan motoriknya atau
tidak mengalami keterlambatan perkembangan motorik pada anak?
3. Bagaimanakah tahap pemeriksaan fisioterapi pada kasus keterlambatan
motorik pada anak?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan disusunnya karya tulis ilmiah ini ialah:
1. Untuk mengetahui keterlambatan perkembangan motorik pada anak.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri anak yang normal perkembangan motoriknya
atau tidak mengalami keterlambatan perkembangan motorik pada anak.
3. Untuk mengetahui tahap pemeriksaan fisioterapi pada kasus keterlambatan
motorik pada anak.
1.4 Manfaat Penelitian

Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi


beberapa pihak yang membutuhkan, baik secara teoritis maupun secara praktis.
Berikut manfaat karya ilmiah ini dibuat:

1. Manfaat Teoritis

Penyusun mengharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menambah


pengetahuan dan wawasan mengenai keterlambatan motorik pada anak, ciri-
ciri perkembangan motoric pada anak yang normal, dan penatalaksanaan
fisioterapi ketika anak mengalami keterlambatan perkembangan motorik

2. Manfaat Praktis
A. Instansi, manfaat yang dapat diperoleh instansi yaitu:
a) Memberikan sumbangsih yang tentunya positif terhadap
kemajuan instansi.
b) Dapat menjadi salah satu sumber pembelajaran pada perkuliahan
di instansi.

6
B. Pembaca, manfaat yang dapat diperoleh pembaca yaitu:
a) Dapat membantu pembaca mengatasi masalah keterlambatan
perkembangan motorik anak dengan jalan menerapkan fisioterapi.
b) Dapat menjadi bahan pembelajaran pembaca jikalau menemukan
kasus keterlambata motorik pada anak.
C. Peneliti Lain, manfaat yang dapat diperoleh peneliti lain yaitu:
a) Dapat menjadi salah satu rujukan sumber pustaka yang dibutuhkan
peneliti lain.
b) Menjadi pijakan dasar peneliti lain untuk melanjutkan atau
memperbaiki karya tulis ilmiah ini.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Fisioterapi
2.1.1 Pengertian Fisioterapi

Menurut Serta Ulina Ginting, (2010:104), fisioterapi merupakan


suatu bentuk pelayanan kesehatan yang diterapkan kepada sekelompok
orang dan individu, memelihara, mengembangkan, peningkatan gerak,
pengetahuan menggunakan penanganan secara manual maupun
menggunakan peralatan (fisik, elektropeutis, dan mekanis), pelatihan
fungsi dan komunikasi.

Sedangkan, menurut Helmi M. Lubis (2005:1), fisioterapi


merupakan cara atau suatu bentuk pengobatan atau terapi untuk
mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga yang
ada di alam. Pada fisioterapi, tenaga alam yang membantu proses
pengobatan diantaranya yaitu, air, sinar, listrik, dingin, panas, dingin,
massage atau pijat, dan latihan yang penggunaanya disesuaikan dengan
batas toleransi pasien, sehingga pasien mendapatkan efek pengobatan.

Maka, fisioterapi adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan


dengan tujuan pengobatan yang diterapkan kepada sekelompok orang
dan individu, untuk mengembalikan fungsi organ tubuh, memelihara,
mengembangkan, peningkatan gerak, pelatihan fungsi dan komunikasi,
dan penanganannya menggunakan manual maupun menggunakan
peralatan dengan menggunakaan tenaga alam yaitu, air, sinar, listrik,
dingin, panas, massage, dan latihan yang penerapannya disesuaikan
dengan batas toleransi pasien agar pasien mendapatkan efek
pengobatan.

8
2.1.2 Jenis Fisioterapi

Pada fisioterapi, dalam pelaksanaannya, terlebih dahulu di


diidentifikasi kondisi pasien dan rekam medisnya agar pengoobatan
berjalan dengan efektif. Fisioterapis dewasa ini pun telah dibeda-
bedakan bidangnya sesuai dengan keahliannya. Jadi, fisioterapis yang
mempunyai spesialisasi pada musculoskeletal tak dapat melayani pasien
yang membutuhkan pengobatan pada kardiovaskular. Oleh sebab itu,
pasien yang membutuhkan pengobatan fisioterapi sengat perlu untuk
diidentifikasi terlebih dahulu pelayanan apa yang akan dibutuhkan.
Seperti yang dilansir pada primayahospital.com, macam-macam kondisi
pasien yang membutuhkan fisioterapi diantaranya yaitu:

a. Neuromusculoskeletal

Individu yang mengalami keluhan atau penyakit pada sistem


otot, tendon, sendi, tulang, dan saraf dapat menjalani pengobatan di
fisioterapi. Gejala yang biasa dirasakan oleh pasien diantaranya,
nyeri otot, mati rasa, kesemutan, pembengkakan, dan peradangan.
Sebelumnya, dibutuhkan pemeriksaan dengan metode pencitraan
seperti CT-scan dan rontgen untuk menangani keluhan ini.

b. Kardiovaskular

Individu yang mengalami keluhan jantung, atau memulihkan


kembali jantungnya dapat diterapi dengan fisioterapi. Program pada
proses fisioterapi memulihkan kembali jantung ialah sesi olahraga
serta pendidikan tentang kesehatan, dan gaya hidup sehat.

c. Neurologi

Individu yang mengalami masalah pada gerakan dan fungsi


pada sistem saraf dan otot tubuh dapat memanfaatkan fisioterapi ini.
Gejala yang dialami diantaranya, keseimbangan dan koordinasi
tubuh memburuk, lemas, tremor atau kejang, dan berkurangnya

9
kemampuan untuk merasakan sensasi. Contoh penyakitnya yaitu,
cedera tulang belakang, stroke, parkinson, dan multiple sclerosis.
Fisioterapi juga dapat menjaga postur tubuh pasien gangguan
neurologis dan membantu memulihkan keterampilan motorik
dengan terapi mekanis.

d. Respirasi

Individu yang mengalami keluhan pada sistem pernapasan


seperti asma, pneumonia, dan bronchitis akut dapat diterapi dengan
fisioterapi, selain itu fisioterapis dan dokter juga dapat mengedukasi
dan menasehati pasien. Tujuannya ialah memahami bagaimana
dampak yang dialami sehari-hari dan membantu mengelola gejala
lebih baik, sehingga pasien dapat mengendalikan pernapasannya.

Setelah mengetahui apakah pasien perlu pengobatan fisioterapi,


jika diperlukan, dilansir pada situs halodoc.com terdapat beberapa
teknik pada fisioterapi yang biasanya digunakan untuk pengobatan,
diantaranya yaitu:

a. Terapi Manual

Terapi yang dilakukan manual menggunakan tangan. Terapi


ini memusatkan pada struktur dan sistem dalam tubuh, seperti
tulang, persendian, jaringan lunak, peredaran darah, limfe, dan saraf.

b. Terapi Magnetik

Terapi yang menggunakan magnet untuk penyembuhan


berbagai penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada peredaran
darah, sistem hormon, sistem metabolisme, enzim, dan gangguan sel
sel pada tubuh manusia. Terapi ini juga bermanfaat untuk
mengurangi rasa sakit yang sedang dialami.

10
c. Taping

Terapi yang dilakukan dengan bantuan pemberian plester


elastis yang berguna untuk menyangga dan menstabilkan otot dan
sendi tanpa membatasi gerak sendi. Taping bekerja dengan
menyangga dan mengangkat kulit sehingga dapat membebaskan
tekanan, serta meningkatkan sirkulasi aliran darah yang kaya akan
oksigen yang akan mempercepat pemulihan cedera.

d. Diathermy

Terapi yang menggunakan panas yang dialirkan melalui arus


elektromagnetik berfrekuensi tinggi untuk menyembuhkan berbagai
kondisi. Terapi ini dapat menyembuhkan otot yang tegang,
meningkatkan aliran darah ke jaringan tubuh yang rusak dan dapat
meningkatkan metabolisme tubuh.

e. Terapi Stimulasi Listrik


Terapi yang dilakukan dengan menggunakan arus listrik
bertenaga rendah yang berguna untuk menghilangkan rasa sakit.
Stimulasi dilakukan dengan perangkat kecil dan digerakkan oleh
baterai. Perangkat kecil ini kemudian ditempatkan pada titik tekanan
dan menciptakan rangkaian impuls listrik yang getarannya dapat
bergerak sepanjang serabut saraf.
Teknik pada fisioterapi tak hanya yang telah disebutkan.
Masih banyak terdapat teknik yang dipraktikkan pada kenyataannya.
Namun, karena terbatasnya media yang didapatkan penyusun,
penyusun hanya dapat menuliskan yang telah dituliskan.

Maka, ketika seseorang mengalami keluhan terhadap otot,


tulang, tendon, saraf, paru-paru, dan jantung, terlebih dahulu untuk
memeriksakan diri apakah diperlukan fisioterapi untuk mengobatinya.
Setelah diputuskan perlu, maka pada fisioterapi terdapat beberapa teknik

11
pengobatan yang akan diterapkan kepada pasien, sehingga pasien dapat
beraktivitas kembali sebagaimana biasanya.

2.1.3 Manfaat Fisioterapi

Dilansir dari situs ciputramedicalcenter.com, manfaat fisioterapi


tergantung dengan alasan pengobatan pasien. Seperti, pemulihan dari
cedera, pemulihan stroke, manajemen nyeri, menghindari operasi,
peningkatan keseimbangan, manajemen masalah medis terkait usia, dan
pencegahan cedera. Biasanya seorang fisioterapis membantu merawat
pasien dalam semua fase penyembuhan dari diagnosis awal hingga tahap
pemulihan dan pencegahan pasien mengalami kambuh. Fisioterapi juga
dapat menjadi pilihan perawatan pelengkap atau pendukung perawatan
lain. Ada sebagian yang memang disarankan oleh dokter mereka.
Namun, ada juga yang mencari terapi secara mandiri.

Sedangkan, dilansir dari situs honestdocs.id manfaat fisioterapi


adalah untuk mengatasi berbagai keluhan diantaranya yaitu, gangguan
tulang belakang, yang menyebabkan nyeri punggung, nyeri bahu, atau
nyeri leher, arthritis, yaitu peradangan pada satu atau beberapa bagian
sendi dengan gejala utama berupa kaku dan nyeri pada sendi, pasca
amputasi, amputasi sendiri merupakan menghilangkan bagian tubuh
tertentu karena cedera atau penyakit, carpal tunnel syndrome,
merupakan kondisi yang mengakibatkan mati rasa, nyeri, dan sensasi
kesemutan pada tangan serta pergelangan tangan, cedera ketika
berolahraga, pasca patah tulang, gangguan fungsi otak dan sistem saraf,
gangguan jantung dan sirkulasi darah, gangguan paru-paru dan sistem
pernapasan, contohnya fibrosis kistik dan penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK).

Maka, manfaat dari fisioterapi temasuk mempunyai manfaat


khusus, juga mempunyai manfaat umum. Manfaat khusus fisioterapi
ialah mengatasi setiap keluhan yang pastinya berbeda pada setiap

12
individu. Seperti, pemulihan stroke, gangguan tulang belakang,
pemulihan dari cedera, gangguan jantung dan sirkulasi darah, arthtritis,
dan lain sebagainya. Sedangkan manfaat umumnya ialah fisioterapi
membantu merawat pasien dalam semua fase penyembuhan dari
diagnosis awal hingga tahap pemulihan dan pencegahan pasien
mengalami kambuh, tetapi juga dapat menjadi perawatan pendamping
atau pelengkap dalam pengobatan pasien.

2.1.4 Fisioterapi Anak

Menurut Adnan Faris Naufal (2019:3) fisioterapi anak


merupakan fisioterapi yang berspesialisasi pada anak. Pada fisioterapi
ini mempelajari tentang normal development (perkembangan),
stimulasi, pengukuran, patologis, hingga penatalaksanaan yang tepat
pada kondisi tertentu dari permasalahan-permasalahan fungsional dan
gerak pada anak.

Sedangkan, menurut Adrianus (2019) fisioterapi anak adalah


penanganan terhadap masalah pertumbuhan dan perkembangan pada
anak dengan usia sejak dari lahir hingga anak berusia delapan belas
tahun dengan memaksilmalkan potensi fisik anak dan bekerja sama
dengan orang tua, caregiver (pengasuh) dan layanan keterapian lainnya.

Jadi, fisioterapi anak merupakan fisioterapi yang berspesiali


pada penanganan masalah pertumbuhan dan perkembangan pada anak
dengan usia sejak dari lahir hingga anak berusia delapan belas tahun
dengan memaksimalkan potensi fisik anak dan bekerjasama dengan
orang tua, pengasuh, dan layanan keterapian lainnya.

2.2 Perkembangan Motorik Anak


2.2.1 Pengertian Perkembangan Motorik Anak

Menurut Bambang Sujiono, dkk (2014:3) perkembangan


motorik anak adalah perkembangan yang berasal dari kematangan dan
pengendalian gerak tubuh pada anak. Perkembangan ini erat kaitannya

13
dengan perkembangan pusat motorik yang berada pada otak, yang
sejalan dengan kematangan saraf dan otot.

Sedangkan, menurut Desy Ariyana R dan Nur Setya Rini


(2009:11) perkembangan motorik anak ialah perkembangan
pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf,
dan otot yang terkoordinasi. Motorik sendiri merupakan perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara
susunan saraf, otak, dan spinal cord.

Maka, perkembangan motorik anak merupakan perkembangan


yang berasal dari kematangan dan pengendalian gerak tubuh pada anak
melalu kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi.

2.2.2 Jenis Perkembangan Motorik Anak

Pekembangan motorik anak terbagi menjadi motorik kasar dan


motorik halus, yang penjelasannya ialah sebagai berikut:

a. Motorik Kasar

Menurut Aries Chandra Anandhita (2017:115) motorik kasar


ialah kemampuan anak dalam melakukan pergerakan menggunakan
otot-otot besar atau sebagian besar dari seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak sebagai awal dari kecerdasan dan
emosi sosial anak.

Menurut Aida Farida (2016:4-5) motorik kasar adalah


kemampuan mengubah berbagai macam posisi tubuh menggunakan
otot-otot besar, yang diperlukan anak untuk duduk, menendang,
berlari, naik turun tangga, dan lain sebagainya.

Jadi, motorik kasar merupakan kemampuan anak dalam


melakukan pergerakan menggunakan otot-otot besar atau sebagian
besar dari seluruh anggota tubuh yang diperlukan anak untuk duduk,
menendang, berlari, naik turun tangga, dan lain sebagainya.

14
b. Motorik Halus

Menurut Susanto (2011:164) motorik halus adalah gerakan


halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu saja, seperti hanya
dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena tidak diperlukan energi,
tetapi, gerakan halus ini memerlukan kondisi yang cermat.

Menurut Desy Ariyana R dan Nur Setya Rini (2009:12)


motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-
otot kecil, tetapi memerlukan kondisi yang cermat.

Maka, motorik halus merupakan kemampuan anak pada


gerakan halus untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu, dilakukan oleh otot-otot
kecil dan memerlukan kondisi yang cermat.

2.2.3 Manfaat Perkembangan Motorik Anak

Dalam perkembangan motorik anak, tentunya akan memberikan


manfaat kepada anak untuk memulai kehidupan yang sebenarnya harus
dihadapi. Terdapat dua macam manfaat perkembangan motorik anak
yaitu, manfaat perkembangan motorik kasar anak dan manfaat
perkembangan motorik halus anak. Menurut Siti Nursilawati (2016:3),
manfaat perkembangan motorik anak ialah pembentukan tubuh, sosial,
prestasi, keseimbangan mental, kecepatan proses berpikir dan
kepribadian anak. Lalu, menurut Nur Asia Rahim, dkk (2020:18)
manfaat perkembangan motorik halus anak ialah memfungsikan otot-
otot kecil seperti gerak jari tangan, mampu mengkoordinasi kecepatan
tangan dengan mata, dan mampu mengendalikan emosi. Maka, anak
yang berkembang motoriknya dengan baik, akan membentuk anak
menjadi pribadi yang unggul dikemudian hari. Karena itulah

15
perkembangan motorik anak sangat bermanfaat dan sangat penting
untuk anak menjalani kehidupannya di kemudian hari.

2.2.4 Faktor Perkembangan Motorik Anak

Agar perkembangan motorik anak berkembang secara optimal,


terdapat beberapa faktor penting. Faktor perkembangan motorik anak
pun dibedakan antara motorik kasar dan motorik halus. Menurut Aida
Farida (2016:7-8) faktor perkembangan motorik kasar pada anak
dibagai menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal, faktor
yang ada pada diri anak, diantaranya yaitu, genetik, gizi, jenis kelamin,
dan uturan perkembangan. Sedangkan, faktor eksternal, faktor yang
berasal dari luar diri anak, seperti, motivasi, latihan, status ekonomi
orang tua, pengetahuan orang tua, obesitas, dan pengalaman.

Faktor terpenting pada perkembangan motorik halus anak


menurut Etri Yanti dan Nova Fridalni (2020:227) ialah pemberian
stimulasi yang baik terhadap anak, karena pematangan saraf sangat
dipengaruhi oleh interaksi antara lingkungan dan ruangan yang ada di
sekitar anak. Jadi, faktor-faktor yang telah dipaparkan merupakan faktor
yang sangat berarti untuk anak yang sedang mengalami perkembangan
motorik, sehingga penting untuk orang tua selalu memperhatikan
anaknya yang sedang mengalami perkembangan motorik.

2.3 Penelitian yang Relevan

Pada penelitian yang ditulis di tahun 2013 oleh Anasta Nur Apriyani
dengan judul “Penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi Delay Development
di Yayasan Pendidikan Anak Cacat Surakarta” ini menurut penyusun belum
lengkap dan hanya berdasarkan satu orang saja. Selain itu metode pada
penatalaksanaannya hanya memakai satu metode saja dan belum
menghasilkan hasil yang signifikan. Sedangkan, pada penelitian yang ditulis
di tahun 2015 oleh Surya Mahendra dan Nur Susanti dengan judul
“Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Development Delayed (DD)

16
dengan Metode Play Exercise” ditulis dengan apik dan menarik. Walau juga
hanya dengan satu metode dan satu pasien, penelitian ini dijelaskan secara
rinci lengkap dengan keempat faktor pertumbuhan yang dikontrol. Sehingga
pada penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang memberikan pengertian
bahwa development delayed (DD) dapat mengakibatkan munculnya
berbagai permasalahan. Lalu pada penelitian yang ditulis di tahun 2018 oleh
Meitantri Nabilaputri dengan judul “Terapi Latihan pada Motor Delayed
Akibat Hormon Hipotiroid” menjabarkan dengan sangat lengkap dan apik.
Dijabarkan secara rinci bagaimana penatalaksanaannya dengan disertai
gambar. Namun, karena penyebab keterlambatan perkembangan motorik
anak pada penelitian ini hanya disebabkan oleh hormon hipotiroid. Pada
karya tulis ilmiah ini hanya akan dibahas bagaimana tahap awal sebelum
melaksanakan fisioterapi pada keterlambatan perkembangan motoric anak
dan bagaimana pelaksanannya. Jadi, untuk penelitian yang telah
dilaksanakan pada tahun 2018 terlalu sempurna dan telah berfokus pada satu
masalah, namun tetap dapat dijadikan sumber sehingga karya tulis ilmiah
ini pun makin lengkap dan makin bagus.

2.4 Kerangka Berpikir

Banyak terdapat kasus keterlambatan


motorik pada anak yang terjadi di Indonesia.

Terdapat metode fisioterapi yang dapat


membantu anak mengejar keterlambatan yang
dialami nya.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
PADA KONDISI KETERLAMBATAN
PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir

17
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

3.1.1 Tempat

Penyusunan karya tulis ilmiah ini dilakukan di kota


Pekalongan, Jawa Tengah.

3.1.2 Waktu

Penyusunan karya tulis ilmiah ini dilaksanakan dalam jangka


waktu kurang lebih tiga bulan setengah terhitung sejak tanggal 3
September 2021.

a. Timeline Penelitian

Sep-21 Okt-21 Nov-21 Des-21


No. Rancangan Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan Judul

2. Wawancara

3. Penyusunan Bab I

4. Penyusunan Bab II

5. Penyusunan Bab III

6. Penyusunan Bab IV

7. Penyusunan Bab V

8. Pengumpulan Karya

Tabel 3.1 Timeline Penelitian

18
3.2 Jenis Penelitian

Pada karya tulis ilmiah ini jenis penelitian yang digunakan ialah
penelitian deskriptif. Menurut Sujana dan Ibrahim (1989:65) penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang mengusahakan mendeskripsikan
suatu peristiwa, gejala, yang terjadi pada saat sekarang. Penelitian deskriptif
memusatkan perhatian kepada pemecahan masalah-masalah aktual
sebagaimana yang ada pada saat penelitian dilaksanakan. Pada penelitian
jenis ini peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang membuat
perhatian tertuju padanya kemudian melukiskan sebagaimana adanya,
sehingga pemanfaatan penelitian ini berlaku pada saat itu pula yang belum
tentu relevan jika digunakan untuk waktu yang lama. Karena itulah
penelitian ini tidak memerlukan hipotesis, tidak menuntut adanya perlakuan
atau manipulasi variabel, karena gejala dan peristiwanya telah ada dan
peneliti hanya tinggal mendeskripsikannya. Variabel pada jenis penelitian
ini dapat berupa tunggal, atau dapat lebih dari satu variabel, bahkan juga
dapat mendeskripsikan hubungan beberapa variabel.

3.3 Sumber Data

Sumber data yang diambil oleh penyusun pada karya tulis ilmiah ini
tedapat sumber data sumber data primer dan sumber data sekunder. Pada
sumber data primer, yang sumber datanya didapatkan langsung dari
lapangan, karya tulis ilmiah ini menggunakan metode wawancara. Menurut
Lexy Moloeng (2005:186) wawancara adalah percakapan yang dilakukan
oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan pewawancara. Wawancara juga
dapat diartikan sebagai percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu.
Sedangkan sumber data sekunder ialah sumber data yang diperoleh
penyusun secara tidak langsung di lapangan. Sumber data ini meliputi

19
jurnal-jurnal penelitian yang telah diterbitkan, buku, dan juga sumber di
internet.

3.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipilih penyusun dalam menyusun karya


tulis ilmiah ini ialah kualitatif deskriptif. Metode ini memiliki objek
penelitian yang alamiah, apa adanya, dalam situasi yang biasanya, tidak
dimanipulasi baik keadaan maupun kondisinya, sehingga metode ini disebut
dengan metode penelitian deskriptif yang memiliki tujuan untuk
mendeskripsikan masalah yang ada sebagaimana adanya. Sedangkan,
kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
suatu objek yang alamiah. Salah satu metode yang dilakukan pada penelitian
kualitatif deskriptif ialah metode studi kasus.

Metode studi kasus merupakan metode yang memusatkan diri


secara intensif kepada suatu objek tertentu yang dijadikan sebagai sebuah
kasus. Metode ini memiliki strategi yang berfokus pada pemahaman
dinamika hadir dalam pengaturan tunggal. Data yang diambil ketika
menggunakan metode studi kasus ialah dengan mengumpulkan bebagai
sumber hanya untu kasus yang diselidiki, seperti wawancara, observasi,
kuisioner, dan arsip data. Pada karya tulis ilmiah ini digunakan metode ini
karena peyusun akan menjabarkan kasus yang memang alamiah terjadi, lalu
menggunakan metode studi kasus dengan menerapkan teknik fisioterapi
khusus untuk keterlambatan motorik kepada anak yang memang terlambat
perkembangan motoriknya.

3.5 Uji Validitas Data

Uji validitas data pada karya tulis ilmiah ini menggunakan uji
validitas menggunakan validitas empiris. Validitas empiris menurut
Arikunto (2008:66) karena mengandung kata empiris yang artinya
pengalaman, maka validitas ini harus berdasarkan pengalaman. Lalu, pada
validitas empiris ini ada dua macam yaitu validitas empiris secara internal,

20
dan validitas secara eksternal. Validitas secara internal menyatakan
seberapa jauh kecocokan yang diamati, diukur, dan dianalisis sesuai realitas
oleh penyusun. Artinya, validitas internal merujuk pada kesesuaian
penelitian dengan realitas. Jadi, validitas internal dapat dicek apakah karya
tulis ilmiah berisi penjelasan mengenai gejala yang diamati mendekati
realitas atau kebenaran, dan derajat kecermatan penjelasan tersebut
menunjukkan validitas internal suatu penelitian. Sedangkan validitas
eksternal ialah validitas yang mengacu pada universalitas dan generalitas
hal yang di teliti. Pertanyaan yang mendasar yang dapat dicek menggunakan
validitas ini adalah seberapa jauh hasil dan konklusi yang dapat
digeneralisasi kepada orang (masyarakat) dan latar (setting) lain. Dengan
perkataan lain, validitas eksternal perlu menjawab masalah, apakah temuan
peneliti itu dapat diterapkan (diaplikasikan) pada situasi lain.

Maka, karya tulis ilmiah ini dalam uji validitas datanya


menggunakan validitas empiris yang merupakan validitas internal dan
eksternal. Karena karya tulis ilmiah ini disusun berdasarkan pengalaman
atau hal yang pernah terjadi sebelumnya. Lalu karya tulis ilmiah ini juga
dapat digeneralisasikan penatalaksanaan fisioterapinya kepada anak-anak
yang mengalami keterlambatan motorik.

21
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian penyusun yang dilakukan dengan melakukan


berbagai riset dari berbagai sumber data seperti buku, jurnal, dan
wawancara seorang fisioterapis (enggan disebutkan namanya) yang bekerja
di salah satu baby spa di kota Pekalongan bernama “Neyra Baby Spa” ialah
mengenai seperti apakah keterlambatan perkembangan motorik pada anak
itu, seperti apakah ciri-ciri anak yang normal perkembangan motoriknya
atau tidak mengalami keterlambatan perkembangan motorik pada anak, dan
bagaimanakah tahap pemeriksaan fisioterapi pada kasus keterlambatan
motorik pada anak.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Keterlambatan Perkembangan Motorik pada Anak

Menurut Adnan Faris Naufal dalam bukunya yang berjudul


“Mengenal dan Memahami Fisioterapi Anak” (2019:44)
keterlambatan perkembangan motorik pada anak ialah anak-anak
yang mengalami gejala-gejala seperti kekakuan pada lengan dan kaki,
terdapat gerakan yang terbatas pada lengan dan kaki, tidak mampu
mempertahankan posisi dukungan pada usia sembilan bulan, refleks
primitif masih sangat dominan diluar dari usia normalnya, tidak
mampu menahan berat badan dan tidak mampu berdiri maupun
dengan bantuan pada usia lebih dari satu tahun.

Pada tumbuh kembang anak, pastinya memiliki tahap-tahap


sesuai dengan usia anak. Ketika seorang anak mengalami
keterlambatan perkembangan motorik, terkadang terdapat anak yang
sejak awal mengalami keterlambatan pada semua aspek

22
perkembangan. Namun, pada anak yang hanya mengalami
keterlambatan perkembangan motorik, biasanya kondisi ini terjadi
ketika seorang anak terlambat “bisa” melakukan suatu gerakan atau
hal-hal yang berhubungan dengan motorik sesuai dengan usia anak
pada umumnya. Hal ini juga tercermin pada penjelasan Adnan Faris
Naufal pada paragraph sebelumnya.

4.2.2 Ciri-Ciri Perkembangan Motorik Anak Normal

Setiap perkembangan yang dialami anak pasti memiliki gejala,


tanda, atau ciri-ciri yang muncul pada setiap tahap usianya. Maka,
sebagai orang tua yang baik, hal ini sangat penting untuk diketahui,
diamati, dan dipantau dengan seksama agar ketika anak mengalami
keterlambatan perkembangan, orang tua dapat segera menindaklanjuti
hal tersebut. Karena perkembangan motorik pada anak juga beriringan
dengan perkembangan lainnya, berikut tabel tumbuh kembang anak
setelah lahir dalam teori Milestones (Adnan Faris Naufal : 2019 (25-
29)).

Penglihatan dan
Usia Motorik Pengucapan
Pendengaran

0-1  Asimetris, periode Hanya menangis dan  Belum mampu


Bulan fleksi tersenyum untuk melihat dengan jelas
 Menggerakkan sedikit berkomunikasi  Merespons suara
kepala tanpa tujuan dengan tangis
yang jelas
 Saat terlentang ada
gerakan yang besar
untuk anggota tubuh
bagian atas.

23
1-1,5 “babbles” kepada Fokus kepada keluarga
Bulan beberapa orang dan orang tua
1,6-2 Saat ditengkurapkan, Mulai fokus terhadap
Bulan berusaha kembali ke satu objek.
posisi terlentang dengan
menggunakan tangannya.
2,1-  Mulai belajar untu  Dapat  Mulai melihat
2,5 miring ke satu sisi mengucapkan dengan warna
Bulan  Dapat menggunakan “eee, ahh”  Mengamati
elbow (siku tangan)  Memainkan lidah pergerakan
sebagai tumpuan saat tangannya sendiri.
di tengkurapkan
 Dapat mengangkat
kepala beberapa saat.
3  Saat posisi tengkurap Menggunakan suara  Mengikuti ke
Bulan dapat mengontrol vocal (a, i, u, e, o) mana arah
kepala (45°) dan mainannya berada
pertahankan garis hingga
tengah merotasikan
 Kontrol otot leher kepala 180°
bilateral  Sensitif terhadap
suara yang timbul
5  Dapat memegang Menikmati  Dapat melihat
Bulan kepala dengan mantap celotehannya  Menyesuaikan
 Awal reaksi landau bentuk tangan
 Bergerak untuk sebelum
mendapatkan objek mengambil benda
yang diinginkannya
 Memasukkan benda
ke mulut

24
 Menyentuh lutut
dengan tangan.
6  Memindahkan benda Suku kata ganda,  Suara lokal mulai
Bulan dari tangan satu ke terdengar seperti terdengar jelas
tangan lainnya “mumum dan dada” sekitar 45cm di
 Dapat duduk tegak samping telinga
dengan penyangga  Ketajaman
 Meningkatkan reaksi penglhatan sudah
landau seperti orang
 Berguling dari dewasa
supinasi ke pronasi  Memahami objek
(berbaring ke dari sebuah gambar
telungkup) diarahkan  Mewaspadai orang
dan diprakarsai oleh asing
bahu, pinggul, kepala.
7  Merayap Babbles (kombinasi Berekspresi dengan
Bulan  Dapat mengambil satu konsonan-vokal) kontak mata
objek di masing-
masing tangan
 Menaruh kaki di
mulut dengan tangan
 Mulai mencoba untuk
merangkak
 Mulai merayap maju
 Bermain dalam posisi
duduk lateral.
8  Bisa merayap, namun Berkomunikasi dan  Melihat benda
Bulan belum sempurna mengekspresikan jatuh dengan
 Reaksi postural landau perasaan dengan seksama
selesai babbles

25
 Dari dukungan lateral,  Senang bermain
menggapai posisi “ci-luk-ba”
duduk sendiri  Menemukan
 Dapat memegang tiga mainan
mainan bersamaan tersembunyi
9  Dapat berdiri dari Dapat mengucapkan
Bulan posisi awal berlutut “yaa” sambal
dengan pegangan melambaikan tangan
 Merayap dan
merangkak sempurna
10-12  Berdiri tetah Mengoceh 2-3 kata  Menggerakkan
Bulan  Mengambil beberapa berulang-ulang mainan dan
langkah tanpa mengamati ke
dipegangi mana akan
 Berdiri kurang dari 2 bergerak
detik  Memahami
perintah sederhana
12-18  Posisi jongkok Mengucapkan Mampu memahami
Bulan  Berjalan secara dengan fasih “mama, lagu favorit mereka
autonom baba, dada” dan mencoba untuk
 Bergerak dari berdiri menyanyikannya
ke jongkok dan
kembali berdiri tanpa
bantuan apapun
 Berjalan mandiri
18-24  Berlari  Banyak kata yang
Bulan  Berdiri di ujung jari sudah dapat
kaki dan tumit dimengerti
 Melompat  Menggabungkan
dua sampai tiga

26
 Naik dan turun tangga kata dalam satu
dengan pegangan kalimat.
 Membuat garis lurus
dan lingkaran
 Mengontrol pipis
3  Menyusun kubus  Berbicara dengan
Tahun  Menaiki tangga kalimat yang
dengan tinggi 30cm panjang
menggunakan satu  Suka memberikan
kaki, 60cm pertanyaan
menggunakan dua
kaki setiap
langkahnya.
 Menggenggam
dengan posisi tangan
pronasi
(menelungkupkan
tangan)
 Berdiri satu kaki
 Makan menggunakan
sendok dan garpu.
4  Melompat dengan satu Keingintahuan dan
Tahun kaki banyaknya
 Menggunting pertanyaan berada di
 Turun tangga satu puncaknya
kaki perlangkah
5  Berjalan di atas balok Berbicara lancer
Tahun kayu panjang dengan fasih
 Melompat ke depan kekanak-kanakan
tanpa terjatuh

27
6  Aktivitas otot untuk Fasih berbicara
Tahun berjalan sudah selesai
 Mengetahui kanan dan
kiri.
Tabel 4.2.2 Tumbuh Kembang dalam Teori Milestones

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa memang pertumbuhan


dan perkembangan anak memiliki tahap-taham sesuai usianya. Orang
tua dapat memonitor anaknya dengan selalu memperhatikan apa saja
perkembangan yang telah dialami anak, juga dapat dengan rajin
membawa anak ke posyandu di sekitar rumah, atau puskesmas untuk
memantau perkembangan dan pertumbuhan, juga memantau
kesehatan anak.

4.2.3 Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Keterlambatan Motorik


pada Anak

Menurut fisioterapi yang bekerja di “Neyra Baby Spa”,


penatalaksanaan fisioterapi selalu diawali dengan rekam medis/data
medis pasien. Untuk fisioterapi pada anak, biasanya selebaran untuk
identitas pasien dan data medis pasien akan diisi oleh orang tua pasien.
Dapat dengan cara orang tua langsung mengisi, atau dengan
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan fisioterapis sehingga
jawaban orang tua diisi fisioterapis di selebaran rekam data. Selebaran
ini biasanya berisi,

A. Identitas Pasien

Biasanya berisi nama pasien, tempat tanggal lahir pasien,


jenis kelamin pasien, nama ayah dan ibu pasien, alamat pasien,
nomer handphone ayah atau ibu pasien yang dapat dihubungi, dan
diagnosis medis (untuk mengidentifikasi dan untuk merancang
rencana pengobatan untuk menyembuhkan penyakit atau proses
patologis).

28
B. Data-Data Medis Rumah Sakit
Pada data-data medis rumah sakit, terdapat catatan klinis
yang berisi medikamentosa yaitu pengobatan atau obat-obatan
yang pernah dikonsumsi pasien atau dilakukan pasien, dan data
pendukung seperti hasil laboratorium dan foto rontgen.
C. Segi Fisioterapi

Pada proses pengisian rekam medis di segi fisioterapi


terdapat beberapa tahap yaitu,

a. Pemeriksaan Subyektif (Anamnesis (Auto/Hetero))

Pada tahap ini dituliskan terlebih dahulu keluhan


utama pasien, lokasi keluhan (menunjukkan tempatnya),
riwayat penyakit sekarang (berupa perjalanan penyakit dan
riwayat pengbatan), riwayat penyakit terdahulu, riwayat
imunisasi, riwayat keluarga.

b. Pemeriksaan Obyektif

Pada bagian ini, dituliskan tanda vital pasien


(temperatur, denyut nadi, pernapasan, lingkar kepala, tinggi
badan, dan berat badan), inspeksi (statis dan dinamis),
palpasi (spasme, tonus otot, oodema, suhu lokal, dan lain-
lain), perkusi, auskultasi, gerakan dasar (gerak aktif (LGS,
kekuatan otot, koordinasi gerakan), gerak pasif (LSG, end
feel, kelenturan otot, pola kapsuler), gerak isometric
melawan tahanan (provokasi nyeri, kekuatan otot)), tes
kognitif, tes intrapersonal, tes interpersonal, kemampuan
fungsional dan lingkungan aktivitas, pemeriksaan tumbuh
kembang dengan blangko DDST, pemeriksaan kekuatan otot
dengan XOTR, pemeriksaan sensoris, pemeriksaan
antopometri, pemeriksaan reflek, dan pemeriksaan spesifik
test.

29
c. Diagnosis Fisioterapi

Pada tahap ini fisioterapis menetapkan diagnose


gerak dan fungsi melalui interpretasi, analisa, dan sintesis
hasil pemeriksaan serta pengukuran pasien. Terdapat pula
impairment, partisipasi restriction, fungsional limitation.

d. Program atau Rencana Fisioterapi

Pada tahap ini dirancang tujuan jangka pendek dan


panjang fisioterapi, tindakan fisioterapi apa yang akan
dilakukan beserta teknologi yang akan digunakan
fisioterapis, edukasi dan home program yang akan dijalani
pasien, dan rencana evaluasi.

e. Prognosis Fisioterapi

Pada tahap ini fisioterapis menetapkan prognosis


gerak dan fungsi melalui interpretasi, analisis, dan sintesis
pemeriksaan dan pengukuran pasien. Terdapat quo ad vitam,
quo ad sanam, quo ad fungsional, dan quo ad cosmeticam.

f. Pelaksanaan Fisioterapi
g. Evaluasi

Setelah mendapatkan rekam medis pasien (namun, prosedur


pihak rumah sakit atau setiap yang menyediakan layanan fisioterapi,
berbeda-beda tergantung kebijakannya), mulailai seorang fisioterapis
menerapkan ilmunya. Untuk penatalaksanaan fisioteapi pada
keterlambatan perkembangan motorik anak, dengan diawali
pemeriksaan pasien diantaranya ialah sebagai berikut,

A. Pemeriksaan Kekuatan Otot

Untuk pemeriksaan kekuatan otot umumnya


menggunakan metode Manual Muscle Testing (MMT) yang

30
merupakan pemeriksaan sederhana tanpa alat apapun. Dalam
proses pelaksanaan MMT diberikan persegmen otot, metode ini
tidak dapat menilai hanya untuk satu kekuatan otot saja. Cara
pemeriksaanya ialah dengan meminta pasien untuk
menggerakkan persendiannya dalam satu arah, misalnya pasien
diperintahkan untuk menggerakkan sikunya ke atas dalam posisi
anatomis. Maka, hasil yang didapat adalah kekuatan pada otot
fleksornya. Hasil yang didapat dari tes ini dapat dilihat dengan
niai yang ada pada tabel berikut,

Kekuatan Otot Keterangan


0 Tidak ada konstraksi otot
1 Ada kontraksi tapi tidak ada pergerakan
2 Ada gerakan namun tidak bisa melawan gravitasi
Gerakan bisa melawan gravitasi tapi tidak dapat diberikan
3
tahanan minimal
Gerakan bisa melawan gravitasi dan bisa bergerak dengan
4
tahanan minimal
Otot sangat bagus, dapat bergerak melawan gravitasi dan
5
bergerak dengan tahanan maksimal dari pemeriksa
Tabel 4.2.3.1 Nilai Kekuatan Otot (Cuthbert & Goodheart, 2007)

Namun, pada kondisi tertentu, fisioterapis tidak dapat


memeriksa pasien dengan menggunakan metode ini. Seperti pada
gangguan sistem saraf pusat yang mengakibatkan gangguan
motoric pada anak. Pada anak yang mengalami gangguan ini,
anak tidak dapat melakukan apa yang diperintahkan fisioterapis.

Tak hanya MMT, terdapat metode lain seperti XOTR


untuk mengetahui kekuatan otot pada anak yang memiliki
gangguan. Pada metode XOTR ini pun memiliki poin-poin dalam
penilaian pemeriksaannya, ialah sebagai berikut,

31
Skala XOTR Pengertian

X Anak mampu menggerakkan persendian dengan normal

O Tidak ada gerakan dan tonus otot

Terdapat tonus otot namun tidak memiliki gerakan pada


T
persendian

R Munculnya gerakan yang diakibatkan karena refleks

Tabel 4.2.3.2 Skala XOTR

B. Lingkup Gerak Sendi

Linkup gerak sendi (LGS) atau dapat disebut Range of


Motion merupakan luas gerakan maksimal yang dapat dicapai
oleh sendi, baik secara pasif maupun secara aktif. Untuk
melakukannya dapat secara manual menggunakan alat
goniometer, dapat juga dilakukan dengan alat modern bernama
Digital Motion Analysis yang lebih akurat hasilnya. Setelah
melakukan tes, fisioterapis tentunya harus menuliskan hasil, yang
penulisan hasilnya mengikuti International Standard
Orthopaedic Measurement, dengan contoh sebagai berikut,

Contoh: Lingkup gerak sendi untuk regio sendi elbow

S: 5° - 0° -140°

Keterangan:

S : Menunjukkan plane movement yang “sagittal”, tergantung


dari bentuk gerakan yang diberikan, dapat juga berupa Frontal
(F) dan Transfersal (T).

0° : Menunjukkan posisi gerakan awal pasien secara anatomis

32
5° : Menunjukkan luas gerakan yang dapat dilakukan pada
gerakan yang menjauhi tubuh. Pada angka pertama ini diisi
untuk gerakan ekstensi, abduksi, dan eksternal rotasi.

10° : Menunujukkan luas gerakan yang dapat dilakukan pada


gerakan yang mendekati tubuh. Pada angka ini umumnya diisi
untuk gerakan fleksi, adduksi, dan internal rotasi.

C. Pemeriksaan Spastisitas

Metode ini ialah mengukur tingkat spastisitas


menggunakan skala asworth. Spastisitas merupakan indikator
terjadinya gangguan pada sistem saraf pusat yang ditandai dengan
kekakuan pada otot. Melakukan tes inipun menggunakan
penilaian seperti sebelumnya, namun kali ini menggunakan skala
asworth. Tabelnya ialah sebagai berikut:

Nilai Penjelasan

0 Tidak ada peningkatan tonus otot.


Sedikit peningkatan tonus otot, ditandai dengan adanya tahanan
1 minimal pada akhir range of motion (ROM) saat sendi bergerak
fleksi atau ekstensi.
Sedikit peningkatan adanya tonus otot, namun adanya
pemberhentian di akhir gerakan diikuti oleh tahanan yang minimal
1+
sepanjang sisa ROM, namun pada umumnya persendian mudah
untuk digerakkan.
Peningkatan tonus otot lebih jelas saat dilakukan gerakan yang
2 memiliki ROM yang lebh besar. Akan tetapi, bagian yang
terpengaruh lebih mudah untuk digerakkan.
Peningkatan tonus otot sangat mudah terlihat, gerakan pasif sangat
3
sulit untuk dilakukan.

33
Persendian yang diperiksa mengalami kaku pada saat digerakkan
4
fleksi ataupun ekstensi.
Tabel 4.2.3.3 Penilaian Spastisitas

D. Denver Development Screening Test (DDST)

Denver Development Screening Test (DDST) ialah salah


satu alat ukur atau screening pada kasus kelainan dala tumbuh
kembang anak. Tes ini terdiri dari 125 poin tumbuh kembang dari
sejak lahir hingga usia 6 tahun. Satu kali screening hanya dinilai
25-30 poin, dalam 4 aspek yang terdiri dari:

a. Perilaku Sosial

Berhubungan dengan kemampuan anak untuk dapat


bersosialisasi dengan lingkungannya secara mandiri.

b. Gerakan Motorik Halus (Fine Motor)

Kemampuan anak untuk mengamati dan melakukan


aktivitas yang melibatkan otot-otot kecil dan koordinasi yang
cermat. Pada aspek ini lebih banyak diukur kemampuan dari
ekstremitas.

c. Bahasa (Language)

Kemampuan anak dapat memberikan respon terhadap


suara, bahasa, dan mengikuti instruksi sederhana yang
diberikan.

d. Gerakan Motorik Kasar (Gross Motor)

Kemampuan anak bergerak dari satu tempat ke


tempat lain, yang biasanya akan melibatkan otot-otot besar
dan ekstremitas bawah.

Ada dua macam penggunaan tes ini. Pertama untuk anak


yang tumbuh kembangnya normal, yang kedua untuk anak-anak

34
yang dicurigai mengalami gangguan tumbuh kembang, sehingga
akan dilanjutkan dengan evaluasi tahapan yang lebih lengkap
daripada sebelumnya. Alat peraga yang digunakan untuk tes ini
ialah benang wol, manik-manik, sendok, garpu, piring, peralatan
untuk menyikat gigi, permainan kartu, pakaian berkancing, kertas
putih dan kertas bewarna, pensil, dan yang paling penting,
formulir pemeriksaan DDST. Dalam penilaiannya berilah tanda
pada beberapa poin yang telah diamati, apabila lulus (Passed=P),
gagal (Fail=F), dan apabila anak tidak dapat kesempatan untuk
mengerjakan tugas yang diinstruksikan (No Opportunity=NO).

E. Gross Motor Function Measurrement

Gross Motor Function Measurrement (GMFM)


merupakan alat ukur untuk pemeriksaan fungsi gerak motorik
khusus anak. Alat ukur ini juga dapat dipergunakan untuk
memantau tumbuh kembang anak yang memiliki pertumbuhan
normal maupun yang memiliki keterlambatan tumbuh kembang
motoric kasar yang dikarenakan kecacatan. Terdapat dua versi
GMFM, yang pertama ialah dengan 88 pemeriksaan asli (GMFM-
88) dan yang kedua ialah 66 pemeriksaan (GMFM-66). Skor item
GMFM-88 dapat dijumlahkan untuk menghitung skor pasien dari
lima dimensi GMFM yang telah diamati. Sedangkan pada
GMFM-66 diukur menggunakan program computer Gross Motor
Ability Estimator (GMAE) untuk mendapatkan hasil total. Sistem
penilaian GMFM menggunakan empat poin yang akan dibagi
menjadi lima kategori atau dimensi sebagai berikut:

Dimensi Kemampuan
Dimensi A Berbaring dan berguling
Dimensi B Duduk
Dimensi C Merangkak dan berlutut

35
Dimensi D Berdiri

Dimensi E Berjalan, berlari, dan melompat

Tabel 4.2.3.4 Dimensi Penilaian dalam Menentukan


Kemampuan Anak Menggunakan GMFM

Pemeriksa dapat memberikan penilaian yang dirinci


dalam pedoman administrasi dan pemberian skor. Dalam
pelaksanaannya, GMFM-88 dapat memakan waktu hingga 45-60
menit. Namun, seseorang yang mengetahui ukurannya,
tergantung pengalaman penilai, keterampilan penilai, dan
kemampuan anak dan pemahaman anak terhadap intruksi yang
diberikan. Sebelum pemeriksaan dimulai, dipersiapkan terlebih
dahulu beberapa alat pendukung seperti, tangga dan akses
berjalan, mainan, tikar, dan bangku. Namun, pemilihan alat
pendukung harus melihat kemampuan atau dimensi mana yang
akan diperiksa fisioterapis kepada anak. Berikut tabel penjelasan
hasil penilaian menggunakan GMFM:

Nilai Penjelasan

Tidak mengerti atau tidak memiliki inisiatif untuk


0
melakukan perintah
Memiliki inisiatif untuk melakukan perintah, namun tidak
1
dapat melakukan

2 Mampu melakukan perintah namun tidak sampai tuntas

3 Mampu menyelesaikan tugas dengan baik

NT Tes tidak dilakukan

Tabel 4.2.3.5 Hasil Penilaian Menggunakan GMFM

F. Gross Motor Function Classification System

36
Gross Motor Function Classification System (GMFCS),
menggunakan sistem lima tingkat yang sesuai dengan tingkat
kemampuan dan impairment limitation. Semakin tinggi angka,
maka semakin parah. Setiap tingkat ditentukan oleh rentang usia
dan serangkaian kegiatan yang dapat dicapai anak. GMFCS
membantu menentuan tindakan operasi, perawatan, terapi, dan
teknologi bantuan yang cenderung menghasilkan hasil terbaik
untuk anak. Sistem ini berguna bagi fisioterapis sebagai pedoman
perkembangan yang mempertimbangkan gangguan
motormotorik. Alat ini menggunakan level kalsifikasi (GMFCS
level 1-5) sehingga orang tua dapat memahami kemampuan
gangguan motoric dari waktu ke waktu, seiring dengan
bertambahnya usia anak.

GMFCS menggunakan control kepala, tansisi gerakan,


dan keterampilan motorik kasar seperti berlari, melompat, dan
meraba permukaan yang cenderung atau tidak rata untuk
menentukan tingkatan pencapaian anak, hal ini bertujuan untuk
memberikan gambaran bagaimana kemandirian seorang anak
dapat di rumah, di sekolah, dan di tempat-tempat hiburan outdoor
dan indoor. Level klasifikasi GMFCS dibagi menjadi lima,
berikut penjelasannya:

a) GMFCS Level I

Berjalan tanpa batasan

b) GMFCS Level II

Berjalan dengan keterbatasan. Keterbatasan


termasuk berjalan jarak jauh dan menyeimbangkan, tetapi
tidak mampu seperti tingkat I untuk berlari dan melompat

c) GMFCS Level III

37
Berjalan dengan bantuan peralatan adaptif.
Membutuhkan bantuan mobilitas berupa pegangan untuk
berjalan di dalam ruangan dan alat kursi roda untuk di luar
rumah, di sekolah, dan di komunitas.

d) GMFCS Level IV

Mampu melakukan perpindahan secara mandiri namun


dengan penuh usaha yang sangat keras. Biasanya bantuan
diberikan ketika duduk, mobilitas diri terbatas, dan
kemungkinan diangkut dengan kursi roda manual.

e) GMFCS Level V

Keterbatasan control kepala dan core yang sangat


parah. Sangat bergantung pada bantuan teknologi yang dapat
menolong aktivitas sederhana. Pada level ini, pasien dibawa
dengan kursi roda manual, kecuali mobilitas diri dapat dicapai
dengan belajar mengoperasikan kursi roda modern
(automatic).

G. Pemeriksaan Sensoris

Pada pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui


kemampuan sensori sehingga mempengaruhi kondisi sensibilitas
anak dari beberapa indranya dalam kehidupan sehari-hari.
Sensoris adalah dasar dalam melakukan diagnosis dan latihan
sebelum ketingkat refleks ataupun motorik. Tanpa sensoris input
refleks atau motorik tidak akan baik. Kemampuan sensoris
biasanya diperiksa ketika anak berusia 3 tahun, dimana anak
sudah memiliki emosi dan dapat disampaikan kepada pemeriksa.

Cara melakukan pemeriksaan ialah dengan memberikan


tanda pada kotak frekuensi tingkah laku terbaik yang telah
dilakukan anak. Dalam pemeriksaannya, fisioterapis

38
membutuhkan bantuan orang tua, juga diakhir tes orang tua akan
mengisi kolom komentar. Berikut beberapa kategori dalam
penilaian sensoris:

Respons Keterangan

Jika terlihat kemungkinan anak selalu merespon 0%


Tidak Pernah
dalam masalah ini.
Jika terlihat kemungkinan anak selalu merespon 25%
Jarang
dalam masalah ini.
Jika terlihat kemungkinan anak selalu merespon 50%
Terkadang
dalam masalah ini.
Jika terlihat kemungkinan anak selalu merespon 75%
Sedang
dalam masalah ini.
Jika terlihat kemungkinan anak selalu merespon 100%
Selalu
dalam masalah ini.
Tabel 4.2.3.6 Kategori dalam Penilaian Sensoris

Selain tahap-tahap diatas, fisioterapis yang diwawancarai


penyusun juga menjelaskan, jika kasus pada keterlambatan
perkembangan motorik anak biasanya setelah menjalani prosedur
sesuai dengan yang dianjurkan, lalu fisioterapis akan memberikan
stimulasi-stimulasi sesuai dengan umur anak. Misalnya ketika anak
berusia 8 bulan belum dapat merayap, maka penanganannya ialah
dengan memberikan stimulasi atau membantu anak untuk merayap.
Selain itu juga dapat dengan terapi manual seperti pijat. Tetapi dari
yang penyusun simpulkan, pada kasus ini fisioterapis lebih banyak
mengambil langkah dengan memberikan stimulasi kepada anak agar
anak segera mengejar keterlambatan perkembangan motoriknya.

39
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Keterlambatan perkembangan motorik pada anak ialah anak-anak yang


mengalami gejala-gejala seperti kekakuan pada lengan dan kaki, terdapat
gerakan yang terbatas pada lengan dan kaki, tidak mampu mempertahankan
posisi dukungan pada usia sembilan bulan, refleks primitif masih sangat
dominan diluar dari usia normalnya, tidak mampu menahan berat badan dan
tidak mampu berdiri maupun dengan bantuan pada usia lebih dari satu tahun.
Lalu sebenarnya pada setiap tahap usia anak selalu terdapat tanda
perkembangan pada anak, seperti yang telah dijelaskan diatas. Sehingga orang
tua dapat memantau anaknya. Jadi, ketika orang tua tahu anaknya belum
mengalami tanda tersebut, orang tua dapat memeriksakannya ke dokter lalu
menerapi anak ke fisioterapis. Tahap-tahap penatalaksanaan fisioterapis pada
kondisi keterlambatan perkembangan anak sendiri diawali dengan mengisi
rekam medis anak terlebih dahulu. Setelah itu, menjalani pemeriksaan-
pemeriksaan (setiap instansi memiliki kebijakan yang berbeda-beda pada tahap
ini), lalu fisioterapis menerapkan terapi, seperti memberikan stimulasi, terapi
manual, atau terapi latihan untuk membantu pasien mengejar keterlambatan
perkembangan motoriknya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti


mengajukan saran sebagai berikut:

5.2.1 Bagi penelitian selanjutnya hendaknya bersikap hati-hati dan cermat


selama melakukan penyusunan sumber-sumber dalam menyusun karya
tulis ilmiah.

40
5.2.2 Penelitian sebaiknya dilakukan dengan eksperimen sehingga hasilnya
lebih akurat dan terbukti metode penatalaksanaan fisioterapis dapat
efektif membantu anak mengejar keterlambatan motoriknya.

5.2.3 Bagi pembaca yang ingin meneruskan penelitian ini hendaknya


melakukan pemeriksaan dengan beberapa anak, lalu diberikan perilaku
yang sama namun dengan periode berbeda, mungkin dengan metode
seperti itu dapat membantu fisioterapis menemukan metode mana yang
paling efektif.

41
DAFTAR PUSTAKA

Naufal, Adnan Faris. 2019. Mengenal dan Memahami Fisioterapi Anak. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.

Handryastuti, Setyo, Dkk. 2017. Proceedings of Update in Child Neurology:


Everything You Should Know About Motor and Movement Problem in
Child. DKI Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.

Badan Pusat Statistik. 2021. Hasil Sensus Penduduk 2020. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.

Kementrian Pertahanan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Pertahanan


Republik Indonesia No. 40 Tahun 2014. Jakarta: Kementrian Pertahanan
Republik Indonesia.

Amanati, Suci, Dkk. 2018. Pengaruh Terapi Latihan pada Developmental Delay.
Akademi Fisioterapi Widya Husada Semarang: Jurnal Fisioterapi dan
Rehabilitasi. 02(01). 61-69.

Anandhita, Aries Chandra. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Perkembangan Motorik Kasar pada Anak Toddler. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah. 02(01).

Apriyani, Anasta Nur. 2013. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Delay


Development di Yayasan Pendidikan Anak Cacat Surakarta. Karya Tulis
Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Farida, Aida. 2016. Urgensi Perkembangan Motorik Kasar Pada Perkembangan


Anak Usia Dini. Jurnal RAUDHAH: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sumatera Utara. 04(02). 1-10.

Ginting, Serta Ulina. 2010. Perilaku Pasien Fisiotherapi di Rumah Sakit(RS).


Jurnal Ilmu Keolahragaan, 08(08). 102-107.

42
Mahendra, Surya dan Susanti, Nur. 2015. Penatalaksanaan Fisioterapi pada
Kondisi Development Delayed (DD) dengan Metode Play Exercise.
Universitas Pekalongan: Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Nu’man, Muhammad Syukron. 2014. Bab III Metode Penelitian. Skripsi.


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Nursilawati, Siti. 2016. Meningkatkan Keterampilan Motorik Kasar Anak Melalui


Permainan Menggunakan Alat Simpai. Skripsi. Universitas Pendidikan
Indonesia.

Rahim, Nur Asia, Muhammad Akil Musi, dan Rusmayadi. 2020. Pengaruh
Kegiatan Mozaik Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak pada
Kelompok B Taman Kanak-Kanak Nusa Makassar. Jurnal Pemikiran dan
Penelitian Pendidikan Anak Usia Dini. 06(01). 15-20.

Suhartini, B. 2005. Deteksi Dini Keterlambatan Perkembangan Motorik Kasar


Pada Anak. Universitas Negeri Yogyakarta: Jurnal Ilmu Kesehatan
Olahraga.

Yanti, Etri dan Nova Fridalni. 2020. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA PRASEKOLAH. Jurnal
Kesehatan Media Saintika. 11(2). 225-236.

Agustiyanti. 2021. Ekonomi Resesi, Rerata Pendapatan Penduduk RI Turun jadi


Rp 56,9 Juta. katadata.co.id/agustiyanti/finansial/601cc468efa57/ekonomi-
resesi-rerata-pendapatan-penduduk-ri-turun-jadi-rp-56-9-juta. Diakses pada
Sabtu, 6 November 2021.

Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil. 2021. Distribusi


Penduduk Indonesia Per Juni 2021: Jabar Terbanyak, Kaltara Paling
Sedikit. dukcapil.kemendagri.go.id/berita/baca/809/distribusi-penduduk-
indonesia-per-juni-2021-jabar-terbanyak-kaltara-
palingsedikit#:~:text=%E2%80%9CBerdasarkan%20data%20Administrasi

43
%20Kependudukan%20(Adminduk,jiwa%20adalah20perempuan%E2%80
%9D%20papar%20Zudan. Diakses pada Sabtu, 6 November 2021.

Halim, Edwin. Manfaat Fisioterapi. www.ciputramedicalcenter.com/manfaat-


fisioterapi/. Diakses pada Sabtu, 6 November 2021.

Nareza, Meva. 2020. Pahami Penyebab Stunting dan Dampaknya pada Kehidupan
Anak. www.alodokter.com/bayi-lahir-stunting-faktor-penyebab-dan-risiko.
Diakses pada Sabtu, 6 November 2021.

Safitri, Adelia Marista. 2020. Seluk-beluk Fisioterapi dan Manfaatnya bagi


Kesehatan. www.honestdocs.id/memahami-fisioterapi. Diakses pada Sabtu,
6 November 2021.

Tita, Veronika. 2021. Fisioterapi: Untuk Penyakit Apa Saja?.


primayahospital.com/fisioterapi/fisioterapi-untuk-penyakit-apa-saja/.
Diakses pada Ahad, 7 November 2021.

Wishnubrata. 2020. Membentuk Anak Cerdas dengan Stimulasi Sejak Dini.


lifestyle.kompas.com/read/2020/06/02/122725320/membentuk-anak-
cerdas-dengan-stimulasi-sejak-dini. Diakses pada Sabtu, 6 November 2021.

44

Anda mungkin juga menyukai