Anda di halaman 1dari 40

IMPLEMENTASI METODE PROYEK MENGGUNAKAN MEDIA

BOTOL PLASTIK BEKAS DALAM MENGEMBANGKAN MOTORIK


HALUS ANAK USIA DINI DI TK AISYAH KAUR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan


Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh:
Diana Rahmah Yani
NIM. 1911250103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA


JURUSAN TARBIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN 2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT.Yang maha pengasih


lagi maha penyayang yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Implementasi Metode
Proyek Menggunakan Media Botol Plastik Bekas dalam Mengembangkan
Motorik Halus Anak Usia Dini di TK Aisyah Kaur”.
Penulis menyadari dan mengakui proposal skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Karena
itulah penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran-saran perbaikan dari para
pembaca demi kesempurnaan proposal skripsi ini.
Dalam penulisan proposal skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dan bimbingan dari dosen pembimbing dan semua pihak yang telah memberikan
bantuan dengan ikhlas.
Dengan segala kerendahan hati dan rasa sadar proposal skripsi ini masih
jauh dari sempurna, namun izinkanlah penulis berharap semoga proposal skripsi
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan
maupun kepentingan lainnya.

Bengkulu, 2023
Penulis

Diana Rahmah Yani


NIM. 1911250103
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Metode Proyek.................................................................................... 10
1. Pengertian Metode Proyek............................................................. 10
2. Manfaat Metode Proyek................................................................. 11
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Proyek.................................. 11
B. Media Botol Plastik Bekas................................................................. 12
1. Pengertian Barang Bekas............................................................... 12
2. Sumber Barang Bekas.................................................................... 14
3. Pengertian Botol Plastik Bekas...................................................... 15
C. Perkembangan Motorik Halus............................................................ 16
1. Pengertian Motorik Halus.............................................................. 16
2. Karakteristik Motorik Halus.......................................................... 18
3. Indikator Motorik Halus ............................................................... 18
4. Prinsip Perkembangan Motorik Halus........................................... 19
5. Fungsi Perkembangan Motorik Halus .......................................... 20
D. Kajian Penelitian Relevan.................................................................. 20
E. Kerangka Berfikir............................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian......................................................... 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 25
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 25
D. Definisi Operasional Variabel............................................................ 26
E. Instrument Penelitian.......................................................................... 27
F. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 28
G. Tekhnik Analisis Data........................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 bab l pasal 1 ayat 14 tentang
sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.1
Secara bahasa pendidikan merupakan terjemahan dari bahas Inggris
education yang awalnya berasal dari kata educate, serta istilah latinnya adalah
educo yang berarti mengembangkan dari dalam mendidik, melaksanakan,
hukum kegunaan. Sedangkan dalam bahasa Yunani istilah pendidikan
merupakan terjemahan dari kata paedagigie yang berarti pergaulan dengan
anak-anak.2
Usia lahir sampai memasuki pendidikan dasar merupakan masa
keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan. Anak pada usia
tersebut mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala
aspek perkembangannya, termasuk perkembangan fisik-motoriknya. Anak
usia dini sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan, terutama
pertumbuhan jasmani yang sangat pesat. Kegiatan fisik dan pelepasan energi
dalam jumlah besar merupakan karakteristik aktivitas anak pada masa ini.
Oleh sebab itu anak memerlukan penyaluran aktifitas fisik, baik kegiatan fisik
yang berkaitan dengan gerakan motorik kasar maupun gerakan motorik halus.

1
Husnul Bahri, Pendidikan Islam Anak Usia Dini Peletak Dasa Pendidikan Karakter,
(Bengkulu: CV. Zigie utama, 2019), Hal. 1
2
Safrudin Aziz, Strategi Pembelajaran Aktif Anak Usia Dini, (Depok Sleman Yogyakarta:
Kalimedia, 2017) Hal.67

1
Anak lahir dengan membawa berbagai potensi dan kecerdasan yang ada
pada dirinya. Pendidik perlu menggali potensi anak dengan memfasilitasi
supaya perkembangan anak dapat berjalan sesuai dengan tahapan serta
berkembang dengan optimal. Setiap aspek-aspek perkembangan perlu
diperhatikan supaya anak dapat terampil pada bakat dan minatnya sendiri.
Salah satu aspek perkembangan yang mempunyai pengaruh dalam anak
belajar yaitu aspek fisik motorik. Adapun aspek perkembangan motorik
terdapat dua unsur yaitu keterampilan motorik kasar dan keterampilan
motorik halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak
berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5 tahun baru terjadi
perkembangan motorik halus. Perkembangan motorik sangat penting dalam
perkembangan keterampilan anak secara keseluruhan. Melalui keterampilan
motorik yang baik akan memupuk rasa percaya diri anak dikemudian hari.
keterampilan motorik anak yang baik juga membuat anak mudah beradaptasi
dengan lingkungan belajarnya. 3
Salah satu aspek perkembangan anak yang harus dikembangkan yaitu
aspek perkembangan motorik halus. Perkembangan motorik halus anak usia
dini lebih ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal yang
berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang sesuatu objek dengan
menggunakan jari tangan dimana keterampilan motorik halus memerlukan
koordinasi mata dan tangan. Pekembangan motorik halus anak melibatkan
gerak otot kecil pada tangan, antara lain meliputi mencoret, menulis,
menggambar, meronce manik- manik, atau makan sendiri. hal ini senada
dengan Hasnida yang menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan yang
menggunakan otot otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang
dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.4
Kegiatan tersebut dilakukan setelah anak mendapat perlakuan dari
kegiatan yang melibatkan penggunaan serta pengontrolan gerakan otot-otot
3
Rohyana Fitriani, “Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini”, Jurnal Golden Age
Hamzanwadi University Vol.3 No.1 (2018), h.26.
4
Nilawati Astini, dkk, “Identifikasi Pemanfaatan Alat Permainan Edukatif (APE) dalam
Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia Dini”, Jurnal Pendidikan Anak Vol. 6 No. 1 (2017),
h.34-35.
kecil pada jari-jemari tangan. Anak yang memiliki keterampilan motorik
halusnya baik diharapkan juga mampu melakukan kegiatan keterampilan
motorik halus dalam kehidupan sehari-hari dengan baik dan lancar.
Pengembangan motorik halus di pendidikan anak usia dini tidak
terlepas dari peran guru sebagai pendidik, dalam proses menstimulasi
keterampilan motorik halus khususnya dalam koordinasi antara mata dan
tangan. Pada anak usia 5-6 tahun, stimulasi terhadap keterampilan motorik
halus anak sangat diperlukan agar mereka dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Selain itu, stimulasi yang diberikan saat masa usia dini dapat
mempersiapkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih lanjut.5
Upaya pembinaan di pendidikan anak usia dini dapat dilakukan melalui
pengembangan program pembelajaran yang tepat. Pengembangan program
pembelajaran di pendidikan anak usia dini tersebut meliputi penggunaan alat
permainan edukatif/media, model, teknik, strategi dan metode dalam
pembelajaran, serta indikator yang akandicapai dalam pembelajaran. Selain
itu, dalam pelaksanaan program pembelajaran tersebut harus dilaksanakan
dengan suasana yang menyenangkan bagi anak. Suasana yang menyenangkan
bagi anak bukanlah mengkondisikan anak pada situasi yang bersifat akademik
yang menekankan penguasaan materi pelajaran sebagaimana pembelajaran di
Sekolah Dasar, melainkan dengan nuansa bermain.
Pada hakikatnya, pembelajaran di pendidikan anak usia dini dilakukan
melalui metode dan strategi pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran paud
berbasis banyak sekali metode yang bisa digunakan salah satunya adalah
proyek. Melalui kegiatan proyek, peserta didik mendapat kesempatan untuk
mengekspresikan pola berpikir, keterampilan dan kemampuannya untuk
memaksimalkan sejumlah permasalahan yang dihadapi mereka sehingga anak
memiliki peluang untuk berkreasi dan mengembangkan diri. 6 Metode proyek
mampu memberikan peluang kepada setiap anak baik individual maupun

5
Wulandari Retnaningrum, “Peran Pendidik Mengembangkan Fisik Motorik Anak Usia
Dini dalam Pembelajaran Motorik”, Jurnal Warna Vol.5 No.1 (2021), h.41.
6
Mulyasa, Strategi Pembelajaran Paud, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017) Hal.
202
kelompok untuk mengembangkan kemampuan yang telah dimilikinya,
melalui metode proyek yakni dengan menggunakan kelompok-kelompok
kecil maka anak kan belajar saling memecahkan masalah yang dengan kata
lain merupakan aktivitas dalam melakukan keterampilan yang dapat
mengembangkan motorik halus anak.
Dari uraian diatas dapat penulis pahami bahwa metode proyek adalah
suatu metode pembelajaran yang melibatkan anak dalam belajar memecahkan
masalah dengan melakukan kegiatan kerjasama dengan anak lain, masing-
masing anak melakukan kegiatan bekerjasama secara individu maupun
kelompok.
Dalam kegiatan metode pembelajaran di sekolah tentu menggunakan
media sebagai sarana dalam pembelajaran. Media pembelajaran merupakan
komponen penting dalam kegiatan pembelajaran. Banyak media
pembelajaran yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran, namun
tidak semua media tersebut cocok untuk mengajarkan semua materi pelajaran
dan untuk semua anak. Media tersebut harus dipilih dengan cermat agar
digunakan secara optimal dalam pembelajaran. Media pembelajaran yang
tepat digunakan di pendidikan anak usia dini adalah media pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan bagi anak.7
Proses pembelajaran pada pendidikan anak usia dini tidak terlepas
dengan adanya media. Dengan media memudahkan seorang pendidik dan
peserta didik dalam memahami apa yang akan disampaikan oleh guru.
Dengan adanya media pembelajaran pula, anak akan lebih mudah memahami
karena anak dapat melihat langsunng bentuk, ukuran, warna, dan lainnya
tentang apa yang akan dikenalkan oleh guru. Sehingga anak dapat berpikir
secara konkret.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, guru perludilandasi
langkah-langkah dengan sumber ajaran agama, sesuai firman Allah SWT
dalam Surah An-Nahl ayat 44, yaitu :

7
Asmariani, “Konsep Media Pembelajaran PAUD”, Jurnal Al-Afkar Vol.5 No.1 (2016),
h.26.
‫َو َلَع َّلُهْم ِاَلْيِهْم ُنِّز َل َم ا ِللَّناِس ِلُتَبِّيَن الِّذْك َر ِاَلْيَك َو َاْنَز ْلَنٓا َو الُّز ُبِۗر‬ ‫َيَتَفَّك ُرْو َن‬

‫ِباْلَبِّيٰن ِت‬
Artinya: “(mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Ad-Dzikr (Al-Qur'an)
kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan”. (Q.S. An-Nahl:
44).

Demikian pula dalam masalah penerapan media pembelajaran, pendidik


harus memperhatikan perkembangan jiwa ke inilah yang justru menjadi
sasaran media pembelajaran. Tanpa memperhatikan serta memahami
perkembangan jiwa anak atau tingkat daya pikir anak didik, guru akan sulit
diharapkan untuk dapat mencapai sukses. Media pembelajaran yang
digunakan oleh seorang guru tidaklah harus mahal dan sulit untuk didapatkan.
Seorang guru harus kreatif dalam memanfaatkan barang-barang yang ada
disekitar lingkungan sekolah yang sudah tidak terpakai. Guru dapat
menggunakannya pada kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Media yang
mudah didapatkan dan ramah lingkungan, serta murah yakni dengan
memanfaatkan barang bekas.8
Barang bekas juga dapat dimanfaatkan dalam mengajar karena disekitar
lingkungan banyak sekali terdapat barang bekas yang tidak terpakai. Namun ,
barang itu masih dapat diubah fungsinya, sebagai media pembelajaran. Salah
satu barang bekas yang banyak ditemui adalah botol plastik bekas. Botol
plastik dapat dimanfaatkan sebagai media untuk bermain mengembangkan
motorik halus anak. Botol plastik dapat menghasilkan beberapa kerajinan
yang dapat menstimulus keterampilan motorik halus anak.
Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan di TK Aisyah
Kaur, terlihat bahwa perkembangan motorik halus anak masih belum
berkembang secara optimal. Selain itu, proses pembelajaran di Aisyah Kaur
saat ini masih monoton, yaitu untuk meningkatkan kemampuan motorik halus

8
Ririn Lufira dan Farida Mayar, “Penggunaan Bahan Bekas Untuk
MengembangkannKemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun”, Jurnal Golden Age,
Universitas Hamzanwadi Vol.6 No.1 (2022), h.221.
hanya dengan kegiatan mewarnai dan menggambar dengan pensil dan krayon.
Rasa bosan anak akan timbul karena terlalu sering dengan kegiatan mewarnai
dan menggambar dengan menggunakan media tersebut. Kegiatan yang terlalu
sering dilakukan membuat anak bosan dan pembelajaran menjadi kurang
menarik. Saat ini banyak anak yang perkembangan motorik halusnya
mengalami keterlambatan atau tergolong rendah.9
Berdasarkan wawancara peneliti dengan ibu ………………selaku salah
satu guru di TK Aisyah Kaur, menyatakan bahwa rendahnya kemampuan
motorik halus anak di TK Aisyah Kaur oleh beberapa faktor antara lain
pembelajaran yang kurang menarik, guru yang kurang menstimulasi motorik
halus anak, kurangnya alat permainan yang disediakan oleh sekolah, guru
sering memberikan alat permainan produk jadi, dan pemberian tugas yang
diberikan kepada anak hanya berpacu pada majalah TK, sehingga
perkembangan motorik halus anak kurang berkembang.10
Ada beberapa penelitian lain dengan judul serupa seperti penelitian
yang dilakukan oleh Ririn Frasiska yang berjudul “Implementasi Metode
Proyek Menggunakan Media Barang Bekas Dalam Mengembangkan Motorik
Halus Anak Usia Dini di TK PGRI Sukarame Bandar Lampung”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perkembangan motorik halus anak kurang
berkembang, hal ini di karenakan guru belum menerapkan salah satu langkah
dari metode proyek menggunakan media barang bekas yaitu mengakhiri
kegiatan proyek sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan agar
pembelajaran berjalan dengan efektif, sehingga perkembangan motorik halus
anak kurang berkembang.11
Lalu ada juga penelitian yang dilakukan oleh Sri Saparahayuningsih,
dkk yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Pada Mata Kuliah

9
Observasi Awal di TK Aisyah Kaur pada tanggal ………………..
10
Wawancara dengan ibu …….. Selaku Guru di TK Aisyah Kaur pada tanggal
………………..
11
Ririn Frasiska, “Implementasi Metode Proyek Menggunakan Media Barang Bekas Dalam
Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia Dini di TK PGRI Sukarame Bandar Lampung”,
Skripsi. (Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2018).
Metode Pengembangan Motorik Halus”. Hasil penelitian yang diperoleh 1).
terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kreatif dan
hasil belajar setelah mahasiswa mendapat perlakuan tindakan kelas dengan
model pembelajaran berbasis proyek (p<0,05), 2) setelah diberikan tindakan
dengan model pembelajaran berbasis proyek terdapat rerata kenaikan
kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar mahasiswa 3) tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif dengan hasil
belajar mahasiswa, 4) besaran peningkatan hasil belajar mahasiswa dengan
kemampuan berpikir kreatifnya memiliki hubungan negatif yang lemah.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka bagi peneliti berikutnya untuk
meneliti model pembelajaran berbasis proyek dengan cara tatap muka agar
peneliti dapat membimbing mahasiswa secara langsung dalam proses
pembelajaran sehingga hambatan-hambatan penggunaan berpikir kreatif
untuk memecahkan masalah dapat diatasi.12
Penelitian tentang motorik halus anak usia dini juga pernah dilakukan
oleh Zahrotun komariah dan Huriah Rachmah yang berjudul “Upaya Guru
dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun
Melalui Kegiatan Kontruksi 3 Dimensi dari Barang Bekas Secara Daring di
Pos PAUD”. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
motorik halus anak setelah guru memberikan kegiatan mewarnai
menggunting dan menempel. Ini terlihat dari banyaknya anak yang memiliki
nilai berkembang sangat baik pada aspek-aspek perkembangan motorik halus.
Perencanaan pelaksaan dan penilaian yang guru lakukan sudah baik,
penggunaan barang bekas untuk kegiatan sudah ada namun belum beragam.
Kontruksi hasil karya 3 dimensi belum banyak karena belum banyaknya ide
dalam membuat hasil karya kontruksi 3 dimensi.13

12
Sri Saparahayuningsih, dkk, “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Pada Mata Kuliah Metode
Pengembangan Motorik Halus”, Jurnal Ilmiah Potensia Vol.7 No.1 (2022), Hal.75.
13
Zahrotun komariah dan Huriah Rachmah, “Upaya Guru dalam Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Kegiatan Kontruksi 3 Dimensi dari
Barang Bekas Secara Daring di Pos PAUD”, Journal Riset Pendidikan Guru PAUD Vol.1 No.1
(2021), Hal.61.
Banyak upaya yang telah dilakukan guru untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak seperti mewarnai gambar namun upaya
tersebut belum efektif. Upaya untuk mengembangkan keterampilan motorik
halus sekaligus menanggulangi rasa bosan anak, guru perlu memberikan
kegiatan lain yang menarik agara anak dapat belajar dengan bersemangat.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
keterampilan motorik halus anak adalah melalui metode proyek dengan media
botol bekas. Peneliti memilih menggunakan media botol bekas dikarenakan
pada saat observasi peneliti melihat banyak terlihat sampah botol plastik
bekas yang ada disekitar sekolah. Melalui kegiatan metode proyek yang
memanfaatkan media botol bekas ini selain dapat membantu meningkatkan
perkembangan motorik halus anak juga dapat menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat baik itu untuk anak maupun lingkungan sekitar.
Adapun alasan peneliti memilih judul implementasi metode proyek
menggunakan media botol plastik bekas dalam mengembangkan motorik
halus anak usia dini di TK Aisyah Kaur karena peneliti melihat suatu
permasalahan di TK Aisyah Kaur yaitu perkembangan motorik halus anak
yang kurang berkembang dan proses guru dalam menerapkan metode proyek
menggunakan media barang bekas belum maksimal. Peneliti memilih media
botol bekas itu sendiri dikarenakan botol plastik bekas mudah ditemukan
disekitar sekolah dan mudah untuk didaur ulang dan di bentuk menjadi
berbagai karya seperti kotak pensil, pot bunga, dll. Melalui kegiatan meode
proyek menggunakan media botol plastik bekas ini diharapkan dapat
membantu guru dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
Berdasarkan alasan dan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai pengembangan motorik
halus anak usia dini dengan mengambil judul penelitian “Implementasi
Metode Proyek Menggunakan Media Botol Plastik Bekas dalam
Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia Dini di TK Aisyah Kaur”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka dapat
dikemukakan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian dalam penelitian
ini yaitu:
1. Bagaimana implementasi metode proyek menggunakan media barang
bekas dalam mengembangkan motorik halus anak usia dini di TK Aisyah
Kaur?
2. Apa saja hambatan yang ditemui dalam implementasi metode proyek
menggunakan media barang bekas dalam mengembangkan motorik halus
anak usia dini di TK Aisyah Kaur?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian
yang dilakukan ini adalah:
1. Untuk mengetahui implementasi metode proyek menggunakan media
barang bekas dalam mengembangkan motorik halus anak usia dini di TK
Aisyah Kaur.
2. Untuk mengetahui hambatan yang ditemui dalam implementasi metode
proyek menggunakan media barang bekas dalam mengembangkan motorik
halus anak usia dini di TK Aisyah Kaur.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru, sebagai bahan masukan dalam mengembangkan motorik halus
anak dengan metode perkembangan khususnya metode proyek
menggunakan media barang bekas.
2. Bagi sekolah, sebagai bahan atau metode yang dapat mengembangkan
nilai-nilai perkembangan anak, khususnya perkembangan motorik halus.
3. Bagi peneliti, sebagai sumbangan pemikiran dalam mengembangkan
motorik halus anak di TK Aisyah Kaur.

BAB Il
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Metode Proyek
a. Pengertian Metode Proyek
Metode proyek sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran,
karena metode proyek merupakan kegiatan pembelajaran yang dapat
mengasah keterampilan serta kemampuan berfikir yang mengarah pada
rasa ingin untuk menyelesaikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Selain itu dalam metode proyek anak yang kurang aktif akan terdorong
dengan teman-temannya yang aktif melakukan kegitan proyek.14
Menurut Hanisa Sulman, dkk, metode proyek merupakan cara
untuk memberikan pengalaman belajar dengan menghadapkan anak pada
persoalan sehari-hari yang dapat dikerjakan secara individu maupun
kelompok. Dalam pembelajaran proyek anak-anak dilibatkan dalam
memilih topik pembelajaran yang menarik untuk diketahui lebih dalam
dan dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Metode proyek
menjadi penting untuk diterapkan pada anak usia dini karena berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari secara nyata sehingga anak belajar dari
pengalamannya sendiri. Hal ini terbukti lebih bermakna dibandingkan
metode biasa. Selain itu anak dapat belajar mengatur diri sendiri untuk
bekerja sama dengan temandalam memmecahkan masalah dan dapat
berdampak dalam pengembangan etos kerja.15
Dalam penerapannya, metode proyek di kaitkan dengan pendekatan
saintifik atau pendekatan berbasis keilmuan dimana pendekatan ini
disarankan dalam kurikulum 2013. Pendekatan saintifik diyakini sebagai
titian emas perkembangan, keterampilan, dan pengetahuan anak.
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang
14
Indah Nurul Innayah, “Penggunaan Metode Proyek Dalam Meningkatkan Kreativitas
Anak pada TK Tarbiyatul Athfal 02 Sinanggul Mlonggo Jepara”, Audiensi: Jurnal Pendidikan dan
Perkembangan Anak Vol.1 No.1 (2022), Hal.28.
15
Hanisa Sulman, dkk, “Penerapan Metode Proyek Dalam Mengembangkan Sosial Anak
Usia 5-6 Tahun”, Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Vol.3 No.1 (2020), Hal.42.
10
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi serta untuk
mengaktualisasikan kemampuannya melalui kegiatan pembelajaran.16
b. Manfaat Metode Proyek
Banyak manfaat yang dapat kita ambil dari proyek ini, baik ditinjau
dari pengembangan pribadi, sosial, intelektual maupun pengembangan
kreativitas diantaranya sebagai berikut :
1) Memberikan pengalaman kepada anak dalam mengatur dan
mendistribusikan kegiatan.
2) Belajar bertanggung jawab terhadap pekerjaan masing-masing.
3) Memupuk semangat gotong royong dan kerja sama diantara anak yang
terlibat.
4) Sikap dan kebiasaan dalam melaksanakan pekerjaan dengan cermat
5) Mampu mengeksplorasi bakat, minat, dan kemampuan anak.
6) Memberikan peluang kepada setiap anak baik individual maupun
kelompok untuk mengembangkan kemampuan yang telah dimilikiny,
keterampilan yang sudah dikuasainya yang pada akhirnya dapat
mewujudkan daya kreativitas Secara optimal.17
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Proyek
Keuntungan pembelajaran metode proyek antara lain :
1) Peserta didik menjadi pembelajaran aktif
2) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dan multiarah
3) Pembelajaran menjadi student centered
4) Guru berperan sebagai fasilitator
5) Mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik tingkat tinggi
6) Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengelola sendiri
kegiatan atau aktivitas penyelesaian tugas sehingga melatih mereka
untuk mandiri

16
Ni Wayan Mulandini, dkk, “Pengaruh Metode Proyek Berbasis Pendekatan Saintifik
Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok B di TK Gugus III Kecamatan
Tampaksiring”, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha Vol.7 No.1 (2019), Hal.38-39
17
Mulyasa, Strategi Pembelajaran PAUD…”, Hal. 203
7) Dapat memberikan pemahaman konsep atau pengetahuan secara lebih
mendalam kepada peserta didik.
Kekurangan pembelajaran metode proyek antara lain :
1) Implementasi pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak
waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang
kompleks.
2) Perlu ada blaya untuk memasuki sistem baru yang berbeda dari
strategi pembelajaran yang biasa dilakukan.
3) Kebanyakan guru merasa nyaman dengan kelas tradisional karena
mereka memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi
yang sulit, terutama bagi guru yang TBC (tidak bisa computer).
4) Memerlukan banyak peralatan yang harus disediakan sehingga
kebutuhan dan biaya listrik akan bertambah.
5) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpula informasi akan mengalami kesulitan.
6) Kemungkinan ada peserta didik yang kurang terlibat secara aktif dala
kerja kelompok.
7) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berber
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara
keseluruh.18
2. Media Botol Plastik Bekas
a. Pengertian Media Barang Bekas
Barang bekas merupakan barang yang sudah tidak terpakai lagi,
barang bekas seringkali dijumpai dari individu, didalam rumah tangga,
hingga ke tingkat yang lebih tinggi seperti perusahaan. Barang – barang
yang sudah tidak terpakai lagi terkadang hanya menumpuk dan seringkali
hanya dibuang atau dibakar. Barang bekas atau bisa disebut juga dengan
“rongsok” dapat dimanfaatkan menjadi barang yang bernilai jual tinggi
dan dapat didaur ulang menjadi menjadi produk baru yang memiliki nilai
guna baru. Pemanfaatan barang bekas untuk didaur ulang kembali

18
Mulyasa, Strategi Pembelajaran PAUD…”, Hal. 185-186
merupakan suatu langkah tepat yang dapat dilakukan untuk menjaga
lingkungan, karena dengan melakukan proses daur ulang ini dapat
mengurangi pencemaran pada lingkungan.
Dengan memanfaatkan barang bekas bisa menjadi sebuah solusi
pengelolaan sampah lingkungan. Barang bekas memiliki kelebihan atau
segi positif yaitu tidak perlu membeli untuk mendapatkannya dan barang
bekas mudah didapatkan disekitar kita. Barang bekas yang dapat
digunakan atau dimanfaatkan sebagai media pembelajaran seperti botol
air mineral bekas, kardus bekas, tutup botol bekas, dus pasta gigi bekas,
kaleng minuman bekas, piring kertas bekas, dan dus kue bekas.19
Barang bekas adalah sampah rumah tangga ataupun barang yang
sudah tidak lagi dipakai. Sampah rumah tangga yang tidak lagi terpakai
bisa berupa; kardus, botol, dan masih banyak lainya. Banyak kita ketahui
bahwa sampah merupakan barang yang tidak lagi dipakai dan pada
akhirnya dibuang karena tidak memiliki nilai jual ataupun nilai
keindahan didalamnya. Menurut Rohani dalam Malasari, Barang bekas
merupakan sampah yang berasal dari rumah tangga. barang bekas
merupakan bahan yang bukan baru lagi, namun masih bisa dimanfaatkan
kembali dan digunakan kembali.20
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa barang bekas
merupakan barang yang tidak lagi terpakai namun masih memiliki nilai
didalamnya, dimana masih dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
sesuatu berupa barang yang memiliki nilai jual atau memiliki nilai
keindahan di dalamnya.
b. Sumber Barang Bekas
Berdasarkan sumbernya, sampah dibedakan menjadi sampah alam,
sampah manusia, sampah konsumsi, sampah limbah aktif atau radioaktif,
dan sampah industri
19
Rahma Yuni, dkk, “Pengembangan Media Kreatif Barang Bekas untuk Melatih
Kreativitas Anak Kelompok B di TK Cut Meutia Banda Aceh”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Vol.1 No.1 (2020), Hal.4.
20
Hikrawati, “Pengembangan Media Pembelajaran Bahan Bekas Untuk Meningkatkan
Kreativitas Anak Usia Dini”, Jurnal Smar,t Paud Vol.5 No.2 (2022), Hal.132.
1) Sampah alam
sebenarnya sampah alam ini bisa diurai kembali oleh tanah
seperti sampah daun di hutan yang bisa menjadi pupuk tanaman dan
menjadikan tanaman subur. Tetapi sampah daundaunan di lingkungan
pemukiman manusia bisa juga menjadi masalah. Ada beberapa orang
yang sudah menjadikan sampah daun menjadi barang-barang yang
berguna dan bernilai ekonomis. Melalui kreativitas sampah daun dapat
dijadikan kotak hias, lukisan dari daun dan sebagainya.
2) Sampah manusia
Sampah ini dihasilkan manusia dari feses dan urin. Jika sampah
ini dibiarkan bertumpuk bisa mengakibatkan penyakit. Untuk
mencegah penyakit yang timbul dari sampah manusia maka harus
dibiasakan hidup secara sehat dengan memperhatikan sanitasi dan
hidup higienis. Bahkan air minum juga harus diperhatikan dengan
benar, jangan sampai terkontaminasi oleh sampah ini.
3) Sampah konsumsi
Sampah konsumsi adalah sampah yang dihasilkan oleh manusia
sebagai penggunaan barang. Sampah konsumsi ini adalah sampah
manusia yang ada dan dibuang di tempat sampah sebagai sisa
konsumsi manusia.
4) Sampah limbah aktif atau radioaktif
Sampah ini dihasilkan dari aktivitas fusi nuklir yang
menghasilkan zat yang berbahaya terhadap kesehatan manusia.
Limbah radioaktif ini merupakan limbah yang mengandung dan telah
terkontaminasi oleh radionuklida pada konsentrasi atau aktivitas yang
ditentukan. Limbah radioaktif ini dihasilkan dari pemanfaatan tenaga
nuklir. Zat yang dihasilkan dari pemanfaatan tenaga nuklir ini seperti
uranium dan thorium. Selain berbahaya bagi kesehatan manusia juga
berbahaya bagi lingkungan hidup.
5) Sampah industry
Sampah ini dihasilkan dari aktivitas pabrik-pabrik. Seharusnya
setiap pabrik memiliki suatu unit yang mengolah sampah dari aktivitas
pabriknya. Walaupun limbah pabrik harus dibuang tetapi seminimal
mungkin sudah tidak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan
manusia.21
c. Pengertian Media Botol Plastik Bekas
Botol bekas adalah benda yang tertinggal atau sisa yang sudah
pernah dipakai dan sampah organik ini merupakan sampah kering seperti
plastik, logam dan kaca yang tidak bisa didaur ulang atau diuraikan
secara alami.
Sampah botol plastik merupakan bahan padat buangan dari
kegiatan manusia yang sudah terpakai. Sampah merupakan konsekuensi
dari adanya aktivitas manusia yang begitu kompleks dari mulai bangun
tidur hingga tidur lagi, manusia pasti menghasilkan buangan atau
sampah. Oleh karena itu pengelolaan sampah tidak terlepas dari gaya
hidup masyarakat. Jika sampah tersebut terus dibiarkan, tentu akan
menimbulkan dampak serius bagi lingkungan yang mengakibatkan
pencemaran udara, tanah dan dapat menyebabkan banjir.22
Botol plastik bekas adalah salah satu jenis sampah anorganik yang
banyak ditemukan di sekitar kita. Sebagian besar kemasan botol plastik
tidak direkomendasikan untuk digunakan berulang kali, karena akan
berdampak negatif bagi kesehatan meski dalam jangka waktu yang relatif
lama.23
Sampah botol plastik adalah bahan padat dari kegiatan manusia
yang sudah tidak dipakai. Sampah botol plastik tidak dapat terurai oleh
tanah. Sampah botol plastik memiliki nilai ekonomi yang tinggi untuk

21
Cicik Setyowati, “Meningkatkan Kreativitas Anak melalui Media Bahan Bekas”, Ashil:
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol.1 No.1 (2021), Hal.83.
22
Nurlaila, “Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Media Bahan Bekas
Botol Plastik dan Stik Ice Cream Pada TK Poteumeureuhom Kota Banda Aceh”, Jurnal
Pendidikan, Sains, dan Humaniora Vol.7 No.3 (2019), h.249.
23
Fakhrul Irfan Khalil, dkk, “Pemanfaatan Limbah Botol Plastik Sebagai Media
Hidroponik di Desa Kediri Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat”, Jurnal Abdi Mas TPB
Vol.3 No.1 (2021), h.41.
kalangan masyarakat apabila masyarakat dapat mengolahnya menjadi
bahan daur ulang. Maka dari sampah yang tidak berguna dapat
bermanfaat bagi masyarakat yang dapat mengelolanya. Apabila sampah
botol diolah dan didaur ulang maka dapat menyelamatkan lingkungan.
3. Perkembangan Motorik Halus
a. Pengertian Motorik Halus
Motorik sendiri dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan gerakan-gerakan tubuh. Motorik dibagi menjadi dua
yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan
yang dilakukan oleh otot-otot besar, contohnya seperti berlari, melompat,
dan lainnya. Sedangkan motorik halus merupakan gerakan yang
berkaitan dengan otot-otot kecil yang membutuhkan koordinasi antara
mata dengan gerakan tangan serta jari-jemari. Keterampilan motorik
halus pada dasarnya merupakan kemampuan menggerakan sendi-sendi
otot yang tidak dapat berkembang dengan baik jika tidak memperoleh
bimbingan dari lingkungan. Keterampilan motorik ini tidak akan
berkembang melalui kematangan saja, namun dibutuhkan suatu stimulasi
untuk meningkatkan keterampilan motorik anak tersebut.24
Motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas
otototot kecil atau halus. Gerakan ini menuntut koordinasi mata dan
tangan serta pengendalian gerak yang baik yang memungkinkannya
melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerak otot-otot halus. Selain
itu, dibutuhkan konsentrasi sehingga kegiatan yang dilakukan anak dapat
berjalan maksimal.25
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus
atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan
untuk berlatih dan belajar. Salah satu contoh kegiatan untuk
mengembangkan otot-otot halus misalnya menggunting, kolase,

24
Rania Putri , dkk, “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Permainan
Kolase Bahan Bekas Studi Literatur”, Jurnal Golden Age Vol.5 No.2 (2021), Hal.351.
25
Kadek Ari Wisudayanti, “Peningkatan Motorik Halus Anak Usia Dini Di Era Revolusi
Industri 4.0”, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol.1 No.1 92020), Hal.61.
menggambar, montase, menulis dan sebagainya. Pendapat tersebut
menguatkan bahwa montase merupakan salah satu cara untuk melatih
anak untuk dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak.26
Keterampilan motorik halus merupakan keterampilan yang
mengkoordinasikan gerakan tubuh yang melibatkan mata dan tangan
untuk dapat melakukan kegiatan yang berhubungan dengan gerakan
tangan. Keterampilan motorik halus ini seperti menggenggam, merobek,
menggunting, melipat, mewarnai, menggambar, menulis, meronce,
menjahit, dan lainnya.27
Menurut Janice J Beaty, perkembangan motorik halus melibatkan
tot-otothalus yang mengendalikan tangan dan kaki. Meskipun
perkembangan motorik halus berkembang serentak dengan
perkembangan motorik kasar, otot dekat batang tubuh matang sebelum
otot-otot kaki dan tangan, yang mengendalikan pergelangan dan tangan.28
Menurut Ni Wayan Mulandini, dkk, kemampuan motorik halus
adalah kesanggupan gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu seperti jari-jemari tangan, pergelangan tangan, koordinasi tangan
dan mata”. Kemampuan motorik halus sangat dibutuhkan oleh anak,
karena jika anak memiliki keterampilan motorik yang bagus maka
dengan keterampilan tersebut, anak semakin mudah untuk melakukan hal
yang diinginkannya. Mengembangkan kemampuan motorik halus selain
dapat membantu kegiatan sehari hari anak, melatih motorik halus juga
dapat mengembangkan kemandirian anak, mengembangkan keterampilan
bersosialisasi, dan berguna bagi keterampilan.29
b. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus

26
Tsalitska Sindi Afifah, dkk, “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui
Kegiatan Montase Pada Anak Usia Dini”, Jurnal PAUD Agapedia Vol.4 No.2 (2020), Hal.359.
27
Noerma Atika, dkk, “Metode Proyek dalam Kemampuan Motorik Halus Anak”, Jurnal
Pendidikan Anak Vol.4 No.1 (2018), Hal.2.
28
Janice J Beaty, Observasi perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: ken6.Cana, 2013),
Hal.23
29
Ni Wayan Mulandini, dkk, “Pengaruh Metode Proyek Berbasis Pendekatan Saintifik
Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok B di TK Gugus III Kecamatan
Tampaksiring…”, Hal.37.
Karakteristik perkembangan motorik halus anak dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Pada saat anak berusia 3 tahun
Pada saat anak berusia tiga tahun kemampuan gerakan halus
pada masa bayi. Meskipun anak pada saat ini sudah mampu
menjumput benda dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya
tetapi gerakan itu sendiri masih kaku.
2) Pada usia 4 tahun
Pada usia empat tahun koordinasi motorik halus anak secara
substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih
cepat bahkan cenderung ingin sempurna.
3) Pada usia 5 tahun
Pada usia lima tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih
sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak dibawah koordinasi
mata. Anak juga telah mampu membuat dan melaksanakan kegiatan
yang lebih majemuk, seperti kegiatan proyek.
4) Pada akhir masa kanak-kanak usia 6 tahun
Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun ia telah belajar
bagaimana menggunakan jari jemarinya dan pergelangan tangannya
untuk menggerakkan ujung pensilnya.30

c. Indikator Motorik Halus


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan
No.137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak usia
Dini, ada beberapa indikator dalam pengembangan motoik halus anak
usia 5-6 tahun, yaitu sebagai berikut:31
Tabel 2.1 Indikator Motorik halus Anak Usia 5-6 Tahun
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan
30
Muhammad Riza dan Ayu Swaliana, “Deteksi Perkembangan Kompetensi Motorik Anak
di PAUD Nadila Kec. Bebesen Kab. Aceh Tengah“, Jurnal As-Salam Vol.2 No.3 (2018), Hal.46.
31
Kemendikbud, Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan No.137 Tahun 2014
tentang Standar Nasional Pendidikan Anak usia Dini, (Jakarta: Kemendikbud, 2015), Hal.47.
No.137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak usia
Dini
Aspek Perkembangan Indikator
Perkembangan Motorik 1) Menggambar sesuai gagasannya
Halus 2) Meniru bentuk
3) Melakukan eksplorasi dengan berbagai
media dan kegiatan
4) Menggunakan alat tulis dan alat makan
dengan benar
5) Menggunting sesuai dengan pola
6) Menempel gambar dengan tepat
7) Mengekspresikan diri melalui gerakan
menggambar secara rinci

d. Prinsip dalam Pengembangan Motorik Halus


Untuk mengembangkan motorik halus anak usia 4-6 tahun di
Taman Kanak-Kanak secara optimal, perlu memperhatikan prinsip-
prinsip berikut:
1) Memberikan kebebasan ekspresi pada anak
2) Melakukan pengaturan waktu, tempat, media (alat dan bahan) agar
dapat merangsang anak untuk kreatif
3) Memberikan bimbingan kepada anak untuk menemukan teknik/cara
yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media
4) Menumbuhkan keberanianan anak dan hindarkan petunjuk yang dapat
merusak keberanian dan perkembangan anak
5) Membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf
perkembangan
6) Memberikan rasa gembira dan ciptakan suasana yang menyenangkan
pada anak
7) Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan.32
e. Fungsi Perkembangan Motorik Halus
Ada beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik halus
bagi konstetrasi perkembangan individu, yaitu:

32
Dema Yulianto dan Titis Awalia, “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui
Kegiatan Montase Pada Anak Kelompok B RA Al-Hidayah Nanggungan Kecamatan Prambon
Kabupaten Nganjuktahun Pelajaran 2015/2016”, Jurnal Pinus Vol.2 No.2 (2017), Hal.120.
1) Melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan
pemperoleh perasaan senang, seperti anak merasa senang dengan
memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap
bola, atau memainkan alat-alat mainan lainnya.
2) Melalui keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi
helpessness (tidak berbahaya), pada bulan-bulan pertama
kehidupannya, ke kondisi yang indepence (bebas dan tidak
bergantung) anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat yang
lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya, kondisi ini akan dapat
menunjang perkembangan self confidence (rasa percaya diri).
3) Melalui keterampilan motorik anak dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sekolah (school adjustment), pada usia pra sekolah
(taman kanak-kanak) atau usia kelas awal sekolah dasar, anak sudah
dapat dilatih menggambar, melukis, barisberbaris, dan persiapan
menulis.33
B. Kajian Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ririn Frasiska yang berjudul “Implementasi
Metode Proyek Menggunakan Media Barang Bekas Dalam
Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia Dini di TK PGRI Sukarame
Bandar Lampung”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan motorik halus
anak kurang berkembang, hal ini di karenakan guru belum menerapkan
salah satu langkah dari metode proyek menggunakan media barang bekas
yaitu mengakhiri kegiatan proyek sesuai dengan batas waktu yang telah
ditetapkan agar pembelajaran berjalan dengan efektif, sehingga
perkembangan motorik halus anak kurang berkembang.34
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Saparahayuningsih, dkk yang berjudul
“Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan
33
Muhammad Riza dan Ayu Swaliana, “Deteksi Perkembangan Kompetensi Motorik Anak
di PAUD Nadila Kec. Bebesen Kab. Aceh Tengah…“,Hal.46-47.
34
Ririn Frasiska, “Implementasi Metode Proyek Menggunakan Media Barang Bekas Dalam
Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia Dini di TK PGRI Sukarame Bandar Lampung”,
Skripsi. (Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2018).
Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Pada Mata Kuliah Metode
Pengembangan Motorik Halus”
Hasil penelitian yang diperoleh 1). terdapat perbedaan yang signifikan
pada kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar setelah mahasiswa
mendapat perlakuan tindakan kelas dengan model pembelajaran berbasis
proyek (p<0,05), 2) setelah diberikan tindakan dengan model pembelajaran
berbasis proyek terdapat rerata kenaikan kemampuan berpikir kreatif dan
hasil belajar mahasiswa 3) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
kemampuan berpikir kreatif dengan hasil belajar mahasiswa, 4) besaran
peningkatan hasil belajar mahasiswa dengan kemampuan berpikir kreatifnya
memiliki hubungan negatif yang lemah. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut maka bagi peneliti berikutnya untuk meneliti model pembelajaran
berbasis proyek dengan cara tatap muka agar peneliti dapat membimbing
mahasiswa secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga hambatan-
hambatan penggunaan berpikir kreatif untuk memecahkan masalah dapat
diatasi.35
3. Penelitian yang dilakukan oleh Zahrotun komariah dan Huriah Rachmah
yang berjudul “Upaya Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik
Halus Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Kegiatan Kontruksi 3 Dimensi dari
Barang Bekas Secara Daring di Pos PAUD”
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
motorik halus anak setelah guru memberikan kegiatan mewarnai
menggunting dan menempel. Ini terlihat dari banyaknya anak yang memiliki
nilai berkembang sangat baik pada aspek-aspek perkembangan motorik
halus. Perencanaan pelaksaan dan penilaian yang guru lakukan sudah baik,
penggunaan barang bekas untuk kegiatan sudah ada namun belum beragam.
Kontruksi hasil karya 3 dimensi belum banyak karena belum banyaknya ide
dalam membuat hasil karya kontruksi 3 dimensi.36
35
Sri Saparahayuningsih, dkk, “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Pada Mata Kuliah Metode
Pengembangan Motorik Halus”, Jurnal Ilmiah Potensia Vol.7 No.1 (2022), Hal.75.
36
Zahrotun komariah dan Huriah Rachmah, “Upaya Guru dalam Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Kegiatan Kontruksi 3 Dimensi dari
C. Kerangka Berpikir
Masa golden ageanak usia dini merupakan masa terjadi pematangan
fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh
lingkungan sekitar. Sehat cerdas ceria dan berakhlak mulia adalah sebait
ungkapan yang syarat makna dan merupakan semboyan dalam pengasuhan,
pendidikan dan pengembangan anak usia dini di Indonesia. Motorik halus anak
dalam pengembanganya di sekolah memerlukan pengarahan dan stimulus dari
seorang guru. Sehingga seorang guru diharapkan dapat memfasilisitasi
perkembangan tersebut menggunakan metode pembelajaran yang
menyenangkan bagi anak agar perkembangan anak dapat berkembang secara
optimal. Kegiatan pengembangan yang dapat mengembangkan kemampuan
motorik halus yang baik salah satunya yaitu guru dapat menerapkan salah satu
jenis metode pembelajaran seperti menggunakan metode proyek menggunakan
barang bakas.
Implementasi konsep pembelajaran metode proyek terhadap motorik
halus yaitu, berdasarkan sistem belajaranya yang didasarkan pada pola pikir
anak yang dilatih untuk menyelesaikan tugas bebas dan kreatif. Melalui
motode proyek yang merupakan metode dalam pembelajarannya dapat
membantu untuk mengembangkan motorik halus anak usia dini karena dengan
menggunakan metode proyek anak mendapatkan pengalaman untuk
menggerakan kemampuan kerjasama dan meningkatkan keterampilan serta
menumbuhkan minat dalam memecahkan masalah secara epektif.

Implementasi Metode Proyek

Media Barang Bekas

Barang BekasIndikator Motorik


Secara Daring PAUD”, Journal Riset PendidikanPerkembangan
di PosHalus Guru PAUD Vol.1 No.1
1) Menggambar sesuai gagasannya
(2021), Hal.61. Motorik Halus
2) Meniru bentuk
3) Melakukan eksplorasi dengan
berbagai media dan kegiatan
4) Menggunakan alat tulis dan alat
makan dengan benar
5) Menggunting sesuai dengan pola
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian
kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme. Filsafat
positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan,
relative tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab
akibat.37 Jenis penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Menurut

37
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2019), Hal.8.
Sugiyono, metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang
dilakukan dnegan percobaan, yang merupakan metode penelitian kuantitatif
yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel indpeenden (perlakuan)
dan variabel depnden (hasil) dalam keondisi yang terkendalikan. Kondisi
dikendalikan agar tidak ada variabel lain yang mempengaruhi variabel
dependen. Agar kondisi dapat dikendalikan, maka dalam enelitian
eksperimenmenggunakan kelompok control dan kelompok eksperimen.38
Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental design.
i i i i i i i i

Pemilihan penggunaan kuasi eksperimen di ini didasari karena sulitnya


i i i i i i i i i

mengontrol semua variabel-variabel luar yang ikut mempengaruhi pelaksanaan


i i i i i i i i i i i

eksperimen. Kuasa eksperimen desain terdiri dari dua bentuk yaitu series
i i i i i i i i i i i i i i i

desain dan nonequivalental Queen ferland control group design yang


i i i i i i i i i i

menggunakan dua kelompok yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas
i i i i i i i i i i i

eksperimen adalah kelas yang mendapat perlakuan berupa penerapan media


i i i i i i i i i i i i

sedangkan kelas kontrol adalah kelompok pengendali yang yaitu kelas yang
i i i i i i i

tidak mendapatkan perlakuan pada desain kelompok eksperimen maupun


i i i i i i i i i i

kelompok kontrol tidak dipilih secara random.


i i

Tabel 3.1
Desain Penelitian
Eksperimen i i i O1 X O2
Kontrol O1 - O2

24
Keterangan: i i

Eksperimen
i i i : Kelompok yang diberi perlakuan
i i i i

Kontrol : Kelompok tanpa diberi perlakuanX:Perlakuan (Treatment)


i i i i i i i i

- : Tanpa perlakuan i i

O1 : Sebelum diberi perlakuan pada kelas eksperimen atau kelas


i i i i i i i i i i i i

control

38
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Afabeta,
2021), h.111.
O2 : Setelah diberi perlakuan pada kelas eksperimen atau kelas
i i i i i i i i i i i

kontrol
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Aisyah Kaur yang beralamat di Desa
Rigangan Kecamatan Kelam Tengah Kabupaten Kaur, provinsi Bengkulu.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada saat SK penelitian telah dikeluarkan dan
diterima oleh peneliti.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi i

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau


i i i i i i

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan


i i i i i i i i i i

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi,


i i i i i i i i i i

populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang
i i i i i i i

lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah ada pada obyek/subyek yang
i i i i i i i i i

dipelajari tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh


i i i i i i i i i

subyek atau obyek itu. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh anak di
i i i i i i i i

TK Aisyah Kaur.39

2. Sampel i

Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang


i i i i

diambil menggunakan cara-cara tertentu. Sedangkan menurut Sugiyono i i i i i i i i i i

sampel adalah bagian atau jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh
i i i i i

populasi tersebut.40 i i i i

Untuk i i menentukan i i i sampel i dalam penelitian


i i ini, maka
digunakan”Purposive Sampling” yang artinya peneliti mengambil sebagian
i i i i i i i

atau satu kelas TK Aisyah Kaur. Dalam penelitian ini peneliti mengambil
i i i i i i i i

kelas B di TK Aisyah Kaur yang berjumlah 30 orang anak. Disini peneliti


i i i

39
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D…”, Hal.80.
40
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D…”, Hal.81.
mengambil kelas control dikelas B1 berjumlah 15 anak dan kelas
eksperimen dari kelas B2 berjumlah 15 anak.
D. Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitan merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.41
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu : Variabel bebas
(independent variabel) dan variabel terikat (dependen variabel).
1. Variabel Bebas (x)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). 42 Jadi
variabel (x) dalam penelitian ini yaitu metode proyek (X1) dan media botol
plastik bekas (X2).
Metode proyek merupakan cara untuk memberikan pengalaman
belajar dengan menghadapkan anak pada persoalan sehari-hari yang dapat
dikerjakan secara individu maupun kelompok.
Botol plastik bekas adalah salah satu jenis sampah anorganik yang
banyak ditemukan di sekitar kita. Sebagian besar kemasan botol plastik
tidak direkomendasikan untuk digunakan berulang kali, karena akan
berdampak negatif bagi kesehatan meski dalam jangka waktu yang relatif
lama.
2. Variabel Terikat (y)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.43 Jadi variabel terikat (y)
dalam penelitian ini yaitu kemampuan motorik halus .
Motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas
otototot kecil atau halus. Gerakan ini menuntut koordinasi mata dan tangan
serta pengendalian gerak yang baik yang memungkinkannya melakukan
ketepatan dan kecermatan dalam gerak otot-otot halus. Selain itu,
41
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D…”, Hal.85.
42
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, hal. 4.
43
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, hal .4.
dibutuhkan konsentrasi sehingga kegiatan yang dilakukan anak dapat
berjalan maksimal. Keterampilan motorik halus merupakan keterampilan
yang mengkoordinasikan gerakan tubuh yang melibatkan mata dan tangan
untuk dapat melakukan kegiatan yang berhubungan dengan gerakan tangan.
Keterampilan motorik halus ini seperti menggenggam, merobek,
menggunting, melipat, mewarnai, menggambar, menulis, meronce,
menjahit, dan lainnya
E. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas bantu yang digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya. Variasi jenis instrumen penelitian adalah
angket, ceklis (checklist) atau daftar centang, pedoman wawancara pedoman
pengamatan. Instrumen dirancang sesuai dengan variabel dan indikator pada
setiap variabelnya.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Perkembangan Motorik Halus Anak Usia
Dini
Indikator
Kompetensi Indikator yang
Variabel Pencapaian
Dasar diamati
Perkembangan
Kemampuan 3.3 Mengenal Mengenal 1. Koordinasi
Motorik Halus anggota tubuh, anggota tubuh, antara mata
fungsi dan fungsi dan dan tangan
gerakannya gerakannya untuk 2. Terampil
untuk perkembangan menggunakan
perkembangan motorik kasar dan tangan kanan
motorik kasar halus 3. Terampil
dan halus menggunakan
tangan kiri
3.4 Menggunakan Melakukan 1. Kelincahan
anggota tubuh kegiatan yang jari-jari dalam
untuk menunjukkan kegiatan
perkembangan anak mampu berkarya
motorik kasar melakukan 2. Keseimbangan
dan halus gerakan mata, jari-jari dalam
tangan, kaki, berkarya
kepala secara 3. Kerapihan hasil
terkoordinasi karya
dalam menirukan
berbagai kegiatan
yang teratur

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data subjek
penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak
akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. 44 Observasi merupakan
suatu teknik pengumpulan data yang bertujuan mengamati langsung onjek
penelitian dan teknik ini untuk menjelaskan dan merinci gejala yang terjadi
dilapangan. Adapun hal yang diobservasi dilapangan adalah tentang
penerapan metode proyek menggunakan media botol plastic bekas untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Aisyah Kaur. Tujuan
penggunaan metode ini adalah untuk melihat langsung fenomena-fenomena
yang terjadi dilapangan dan ikut serta dilapangan, sehingga dapat
meyakinkan hal-hal yang terjadi berkaitan dengan penelitian ini.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwayang telah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
daroi seseorang. Dokumentasi yang berbentuk tulisan misalnya catatn
45
harian, biografi, peraturan, kebijakan, dll
Pengertian dokumentasi menurut bahasa dan istilah, adalah suatu
kegiatan untuk melakukan pencarian, penyelidikan, pengumpulan,
penguasaan, dan penyedian terhadap suatu prihal tertentu, contohnya pada
saat melakukan penelitian. Item-item yang ada didalam dokumentasi pada
penelitian ini adalah, siswa, guru,ruang kelas, lingkungan sekolah, fasilitas

44
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D…”, Hal.145.
45
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D…”, Hal.240.
sekolah lainya seperti ruang guru, kamar mandi, ruang kepala sekolah, dan
visi misi.
G. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisa data pada permasalahan dan untuk membuktikan
hasil penelitian tentang “implementasi metode proyek menggunakan media
barang bekas dalam mengembangkan motorik halus anak usia dini di TK
Aisyah Kaur”. Maka peneliti menggunakan teknik analisa sebagai berikut:
1. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Instrumen yang valid alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.46
Keterangan:
rxy = N ∑ XY −¿ ¿¿
X = Variabel bebas
Y = Variabel terikat
N = Jumlah responden
ΣX = Jumlah skor
X ΣY = Jumlah skor Y
ΣXY = Jumlah perkalian antara X dan
rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y
b. Uji Realibilitas
Realibilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu
instrument cukup atau dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
47
pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Untuk
menginterprestasikan koefesien Alpha Cronbach digunakan kategori
sebagai berikut:48

46
Sofian Siregar. Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan Perbandingan
Perhitungan Manual & SPSS. (Jakarta: Prenamedia Group, 2013), h.48
47
Sofian Siregar. Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan Perbandingan
Perhitungan Manual & SPSS, h. 55
48
Sofian Siregar. Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan Perbandingan
Perhitungan Manual & SPSS, h. 58
[ ]
2
k σ b
r11 = ⌊ 1− 2 ⌋
k−1 σ t

Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas alpha
k = jumlah item pertanyaan
2
σ b = jumlah varian butir
2
σ t = varians total.
2. Analisis Inferensial
a. Uji Normalitas
Normalitas data dihitung untuk mengetahui data yang terkumpul
dan data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Jika data
berdistribsi normal maka hasil perhitungan statistik dapat
digeneralisasikan untuk populasi penelitian.Oleh karena itu sebelum
pengujian hipotesis dilakukan, maka terlebih dahulu akan dilakukan
pengujian normalitas data. Analisis normalitas data menggunakan rumus
Kolmogorov Smirnov SPSS 22 for Windows. Pengambilan keputusan
normal atau tidaknya data diputuskan dengan melihat nilai observe
(observasi) dengan nilai expected (harapan/ideal). Jika nilai Asymp, Sig
lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan data yang diuji mempunyai
distribusi normal. Sebaliknya, jika lebih kecil dari 0,05 maka data
mempunyai distribusi yang tidak normal.
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui
Bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang
memiliki varians sama (Homogen).
Pengujian ini merupakan persyaratan sebelum melakukan pengujian
lain. Misalnya, T test dan Anova. Pengujian ini digunakan untuk
meyakinkan bahwa kelompok data memang berasal dari populasi yang
memiliki varians yang sama (homogen).
Setelah diketahui data hasil penelitian berdistribusi normal, maka
selanjutnya diadakan pengujian homogenitas. Penguji homogenitas
berfungsi apakah kedua kelompok populasi itu bersifat homogen atau
heterogen. Yang dimaksud uji homogenitas disini adalah menguji
mengenai sama tidaknya variasi-variasi dua buah distribusi atau lebih.
Uji homogenitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji fisher
dengan rumus sebagai berikut :
Hipotesis uji homogenitas:
Ho = kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen
Ha = kedua kelompok tidak berasal dari populasi yang homogen
c. Uji Hipotesis
1) Uji Korelasi Product Moment
Analisis ini akan digunakan dalam menguji implementasi
metode proyek menggunakan media barang bekas dalam
mengembangkan motorik halus anak usia dini di TK Aisyah Kaur.
Untuk mengetahui derajat pengaruh antara implementasi metode
proyek menggunakan media barang bekas dalam mengembangkan
motorik halus anak dilakukan penyebaran kuesioner yang bersifat
tertutup. Untuk mengetahui implementasi metode proyek
menggunakan media barang bekas dalam mengembangkan motorik
halus anak digunakan teknik korelasi. Analisis Korelasi yang
digunakan adalah (PPM) Pearson Product Moment, dengan rumus :
rxy = N ¿ ¿
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi X dan Y
X : Variabel kegiatan Parenting
Y : Variabel Karakter Religius Anak
XY : Product Moment dari X dan Y
∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
∑X : Jumlah seluruh skor X
∑Y : Jumlah seluruh skor Y
Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak
lebih dari harga (-1≤ r ≤ + 1). Apabila r = -1 artinya korelasinya
negatif sempurna r = 0 artinya tidak ada korelasi dan r = 1 berarti
korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan
dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut :49
Tabel. 3.3 Interpretasi Koefesien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,90 – 1,00 Sangat Kuat
0,70 – 0,90 Kuat
0,40 – 0,70 Cukup Kuat
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah

Selanjutnya pengujian lanjutan yaitu uji signifikan dengan


rumus sebagai berikut :
Uji signifikan korelasi Product Moment secara praktis, yang
tidak perlu di hitung, tetapi langsung dikonsultasikan pada tabel r
product moment. Dengan ketentuannya bila r hitung lebih kecil dari r
tabel, maka Ho diterima. Tetapi sebaliknya bila hitung lebih besar dari
r tabel (r hitung r tabel) maka Ha diterima. Dan untuk pengolahan
analisis data ini penulis mengunakan program windows SPSS 22.
2) Uji t
Uji t adalah pengujian signifikansi untuk mengetahui pengaruh
variabel X terhadap variabel Y, apakah berpengaruh signifikan atau
tidak.
X 1−X 2


t= 2 2
S1 S 2 S1 S2
+ −2 r ( )( )
n1 n2 √ N 1 √N 2

49
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif…”, hal.193.
Keterangan:
t = nilai t yang dihitung
X = nilai rata-rata
S = Simpangan baku sampel
S2 = Varians sampel
R = Korelasi antar dua sampel
N = Jumlah anggota sampel
Untuk mengetahui hasil signifikan atau tidak dapat dilihat
dengan kriteria pengujian :
a) Jika t hitung< t tabel maka Ho diterima
b) Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak
Berdasarkan hasil signifikansi dengan kriteria sebagai berikut:
a) Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
b) Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Tsalitska Sindi, dkk. 2020. “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus


Melalui Kegiatan Montase Pada Anak Usia Dini”, Jurnal PAUD Agapedia
4(2): 359.

Asmariani. 2016. “Konsep Media Pembelajaran PAUD”, Jurnal Al-Afkar 5(1):


26.
Astini, Nilawati dkk. 2017. “Identifikasi Pemanfaatan Alat Permainan Edukatif
(APE) dalam Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia Dini”, Jurnal
Pendidikan Anak 6(1): 34-35.

Atika, Noerma, dkk. 2018. “Metode Proyek dalam Kemampuan Motorik Halus
Anak”, Jurnal Pendidikan Anak 4(1): 2.

Aziz, Safrudin. 2017. Strategi Pembelajaran Aktif Anak Usia Dini. Depok Sleman
Yogyakarta: Kalimedia.

Bahri, Husnul. 2019. Pendidikan Islam Anak Usia Dini Peletak DasaR
Pendidikan Karakter. Bengkulu: CV. Zigie utama.

Fitriani, Rohyana. 2018. “Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini”, Jurnal
Golden Age Hamzanwadi University 3(1): 26.

Frasiska, Ririn. 2018. “Implementasi Metode Proyek Menggunakan Media


Barang Bekas Dalam Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia Dini di
TK PGRI Sukarame Bandar Lampung”, Skripsi. Lampung: UIN Raden
Intan Lampung.

Hikrawati. 2022. “Pengembangan Media Pembelajaran Bahan Bekas Untuk


Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini”, Jurnal Smar,t Paud 5(2): 132.

Innayah, Indah Nurul. 2022.“Penggunaan Metode Proyek Dalam Meningkatkan


Kreativitas Anak pada TK Tarbiyatul Athfal 02 Sinanggul Mlonggo
Jepara”, Audiensi: Jurnal Pendidikan dan Perkembangan Anak 1(1): 28.

Kemendikbud. 2015. Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan No.137


Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak usia Dini. Jakarta:
Kemendikbud.

Khalil, Fakhrul Irfan dkk. 2021. “Pemanfaatan Limbah Botol Plastik Sebagai
Media Hidroponik di Desa Kediri Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok
Barat”, Jurnal Abdi Mas TPB 3(1): 41.

Komariah, Zahrotun dan Huriah Rachmah. 2021. “Upaya Guru dalam


Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Melalui
Kegiatan Kontruksi 3 Dimensi dari Barang Bekas Secara Daring di Pos
PAUD”, Journal Riset Pendidikan Guru PAUD 1(1): 61.

Lufira, Ririn dan Farida Mayar. 2022. “Penggunaan Bahan Bekas Untuk
MengembangkannKemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun”,
Jurnal Golden Age, Universitas Hamzanwadi 6(1): 221.
Mulandini, Ni Wayan, dkk. 2019. “Pengaruh Metode Proyek Berbasis Pendekatan
Saintifik Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok B di TK
Gugus III Kecamatan Tampaksiring”, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Undiksha 7(1): 38-39

Mulyasa. 2017. Strategi Pembelajaran PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurlaila. 2019. “Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Media


Bahan Bekas Botol Plastik dan Stik Ice Cream Pada TK Poteumeureuhom
Kota Banda Aceh”, Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora 7(3): 249.

Putri, Rania, dkk. 2021. “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak


Melalui Permainan Kolase Bahan Bekas Studi Literatur”, Jurnal Golden
Age 5(2): 351.

Retnaningrum, Wulandari. 2021. “Peran Pendidik Mengembangkan Fisik Motorik


Anak Usia Dini dalam Pembelajaran Motorik”, Jurnal Warna 5(1): 41.

Riza, Muhammad dan Ayu Swaliana. 2018. “Deteksi Perkembangan Kompetensi


Motorik Anak di PAUD Nadila Kec. Bebesen Kab. Aceh Tengah“, Jurnal
As-Salam 2(3): 46.

Saparahayuningsih, Sri, dkk. 2022. “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis


Proyek Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Pada
Mata Kuliah Metode Pengembangan Motorik Halus”, Jurnal Ilmiah
Potensia 7(1):75.

Setyowati, Cicik. 2021. “Meningkatkan Kreativitas Anak melalui Media Bahan


Bekas”, Ashil: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 1(1): 83.

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sulman, Hanisa, dkk. 2022. “Penerapan Metode Proyek Dalam Mengembangkan


Sosial Anak Usia 5-6 Tahun”, Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini 3(1): 42.

Wisudayanti, Kadek Ari. 2020. “Peningkatan Motorik Halus Anak Usia Dini Di
Era Revolusi Industri 4.0”, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 1(1): 61.

Yulianto, Dema dan Titis Awalia. 2017. “Meningkatkan Kemampuan Motorik


Halus Melalui Kegiatan Montase Pada Anak Kelompok B RA Al-Hidayah
Nanggungan Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuktahun Pelajaran
2015/2016”, Jurnal Pinus 2(2): 120.

Yuni, Rahma, dkk. 2020. “Pengembangan Media Kreatif Barang Bekas untuk
Melatih Kreativitas Anak Kelompok B di TK Cut Meutia Banda Aceh”,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan 1(1): 4.

Anda mungkin juga menyukai