Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ELEMEN KRITIS
MATA KULIAH
Dosen Pengampu

Di Susun Oleh :

Nama : FIKRI ANWAR


NIM : A851920009
PRODI : PENJASKESREK
SEMESTER : 04

TAHUN AKADEMIK 2020

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)


MELAWI
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis
dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Elemen Kritis” dengan
lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua serta teman-teman yang telah
memberikan bantuan materil maupun do’anya, sehingga pembuatan Makalah ini
dapat terselesaikan. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang membantu pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan Makalahini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.

Melawi, Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ i


Daftar isi....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 3
C. Tujuan ......................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Jasmani ................................................. 4
B. Peran Pendidikan Jasmani dalam Pertumbuhan dan
Perkembangan ........................................................................... 5
C. Tujuan Pendidikan Jasmani ....................................................... 11

BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 18
B. Saran............................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang baik adalah tujuan
semua Negara di dunia. Berbagai kualitas sumber daya manusia yang
memiliki seperti moral, kepribadian, watak yang baik, kesehatan jasmani dan
rohani serta berbagai keterampilan dasar yang diperlukan dalam kehidupan
yang paling mendasar ditentukan oleh unsur pendidikan. Dalam rangka
membangun kualitas sumber daya manusia yang dapat diharapkan oleh
bangsa Indonesia saat ini, tentunya harus dipersiapkan sedini mungkin
dimulai pada jenjang pendidikan paling dasar.
Pendidikan secara umum merupakan kebutuhan manusia yang
berlangsung seumur hidup. Dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia (SISDIKNAS) disebutkan
bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan sebuah tuntunan
didalam kehidupan yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan
anak-anak sesuai kekuatan kodrat yang ada pada anak, sehingga bertumbuh
kembang menjadi manusia dan anggota masyarakat yang berkualitas.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pemerintah Indonesia mengatur
pelaksanaan pendidikan di Indonesia melalui Undang-Undang nomor 20
tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menetapkan pelaksanaan pendidikan
dalam beberapa jenjang dan jalur yaitu jalur pendidikan formal, pendidikan
non formal, pendidikan informal, jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, pendidikan atas dan pendidikan tinggi. Selanjutnya disebutkan
juga dalam Undang-Undang tersebut bahawa tujuan pendidikan nasional

1
negara kita adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam mewujudkan tujuan
pendidikan tersebut, tentunya berbagai lingkungan pendidikan yang harus
ditingkatkan mutu dalam hal pelaksanaan atau penyelenggaraanya maupun
dalam hal isi dan tujuannya. Salah satu yang harus menjadi perhatian kita dan
sebagai ujung tombak untuk mencetak manusia yang berkualitas adalah
melaluai Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan, yang merupakan
bagian integral dari pendidikan.
Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan adalah salah satu
matapelajaran yang ada di semua jenjang pendidikan wajib mulai dari sekolah
dasar (SD) hingga jenjang sekolah mengengah atas (SMA). Pendidikan
Jasmani Olahraga Dan Kesehatan (PJOK) adalah satu proses pendidikan yang
menggunakan aktivitas gerak sebagai media untuk mencapai tujuan
pendidikannya. Kita semua tahu bahwa semua makhluk hidup pasti
melakukan aktivitas gerak, begitupula dengan manusia. Semua orang pasti
melakukan baik orang tua, remaja, anak-anak, laki-laki dan perempuan.
Anak-anak pada umumnya memiliki kecenderungan ingin selalu bergerak.
Bergerak bagi anak-anak merupakan salah satu bagian yang sangat
menyenangkan dan penting di dalam kehidupannya saat itu maupun nanti di
masa dewasanya.
Berbagai macam gerakan yang dilakukan anak-anak dalam
aktivitasnya sehari-hari. Semakin banyak variasi gerakan yang dikuasi hal
tersebut akan semakin baik dan itu semua akan menjadi modal dasar di dalam
memasuki tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan
dan perkembangan yang berhubungan dengan pengetahuan, nilai dan sikap,
maupun keterampilan motorik (gerak) semua sangat penting bagi anak-anak
sebagai bekal dalam kehidupan di masa depannya nanti. Oleh sebab itu

2
hendaknya kita semua sadar bahwa anak-anak harus diberikan kesempatan
yang cukup untuk melihat, meniru dan mencoba melakukan berbagai bentuk
gerakan, agar mereka memperoleh berbagai pengalaman garak.
Keberhasilan anak-anak dalam belajar keterampilan garak atau
motorik, ditentukan oleh banyak faktor. Salah satu usaha untuk mewujudkan
keberhasilan anak di dalam belajar keterampilan gerak, adalah melalui
program pendidikan jasmani di sekolah. Program pendidikan jasmani yang
diselenggarakan di SD hendaknya mampu memberikan banyak pengalaman
gerak bagi anak. Melalui berbagai bentuk gerakan dalam pendidikan jasmani,
dapat memberikan sumbangan yang sangat besar dan bermakna bagi anak-
anak SD terhadap pengembangan kemampuan pengetahuan, nilai dan
sikapnya. Keberhalisan proses pendidikan jasmani tidak lepas dari peran serta
semua unsur pendidikan baik dari kebijakan sekolah, perangkat sekolah,
pendidik di sekolah, sarana-prasarana di sekolah dan orang tua siswa. Dengan
demikian tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa program pendidikan
pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan, artinya
pendidikan jasmani merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Pendidikan jasmani?
2. Bagaimana peran pendidikan jasmani dalam pertumbuhan dan perkem-
bangan peserta didik?
3. Apa tujuan dari pendidikan jasmani?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan jasmani.
2. Untuk mengetahui peran pendidikan jasmani dalam pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik
3. Untuk mengetahui tujuan dari pendidikan jasmani.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Jasmani


Pendidikan jasmani sebagai komponen secara keseluruhan dari
pendidikan telah disadari manfaatnya oleh banyak kalangan. Tetapi mereka
mempunyai pengertian tentang pemahaman tentang Penjas. Perbedaan
pendapat yang wajar, yang terpenting sesorang harus melakukan pengertian
yang dianut secara jelas dan konsisten . Dalam KTSP tahun 2006
(Depdiknas, 2006: 204) diuraikan tentang Penjas sebagai berikut:
Penjasorkes merupakan bagian integral dari pendidikan secara
keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesegaran jasmani,
keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial,
penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan
pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan
kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Sedangkan menurut beberapa ahli seperti Rusli Lutan (2000:
1) Penjas merupakan wahana dan alat untuk membina anak agar
kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas
jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup.
Menurut Subagiyo dkk (2008: 18) pendidikan jasmani adalah latihan
jasmani yang dimanfaatkan, dikembangkan, dan didayagunakan dalam
pendidikan.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat menunjukkan bahwa
pendidikan jasmani adalah usaha yang dilakukan guru untuk mengembangkan
dan meningkatkan kebugaran jasmani, kemampuan motorik, kemampuan
berpikir dan sikap positif melalui berbagai bentuk permainan, olahraga, dan
pendidikan kesehatan sehingga anak dapat menjalani pola hidup sehat
sepanjang hayatnya.

4
B. Peran Pendidikan Jasmani dalam Pertumbuhan dan Perkembangan
Pendidikan jasmani berperan besar terhadap pembentukan dan
perkembangan manusia secara utuh. Untuk mencapai keberhasilan proses
pendidikan jasmani tentunya merupakan hal yang kompleks, perlu kerjasama
dari semua pihak seperti perangkat sekolah (kepala sekolah, guru dan staf),
pesera didik dan masyarakat umum utamanya wali murid. Semua pihak
tersebut harus saling bekerjasama untuk menciptakan suasana belajar yang
kondusif yang cocok untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan melalui
lembaga sekolah.
Pihak sekolah harus mampu menyediakan sarana-prasarana
pendidikan jasmanai yang mendukung proses pembelajaran pendidikan
jasmani, misalnya berupa alat-alat olahraga yang nyata dalam melakukan
suatu bentuk gerakan seperti tongkat, simpai, gada, peti lompat, bola kasti,
dan sebagainya, maupun sarana-prasarana pendidikan afektif berupa
penyiapan olahraga kompetisi misalnya classmetting olahraga yang berperan
menanamkan nilai kebiasaan sportif, jujur, tanggung jawab melalui suasana
kompetisi berupa pemberian hadiah dan hukuman, pemberian motivasi,
pemberian teguran, penugasan, dan sebagainya, kesemuanya merupakan
suatu tindakan di dalam pendidikan.
Contoh sederhana lainya adalah dengan mewajibkan anak untuk
datang ke sekolah pagi tepat waktu dan berpakaian rapi. Hal tersebut dapat
melatih anak untuk disiplin, bertanggung jawab dan terbiasa berperilaku sehat
terhadap diri sendiri melalui bangun pagi, mandi, berpakaian rapi dan bersih.
Selain tindakan, situasi dan sikap pun dapat dijadikan alat dalam pendidikan,
misalnya seperti pergaulan, upacara peringatan, darmawisata, berkemah,
perlombaan, latihan, dan sebagainya, memperlihatkan kasih sayang,
memperlihatkan dengan sungguuh-sungguh, mau mendengarkan, kesediaan
dalam memberi bantuan atau pertolongan, memperlihatkan keramah tamahan,
dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, maka peranan pendidikan jasmani sebagai
salah satu sarana untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu sebagai berikut:

5
1. Pembentukan Tubuh
Peranan pendidikan jasmani terhadap pembentukan tubuh, dapat
dilihat dari semua bentuk pembelajaran materinya yang memerlukan
aktivitas fisik yang pasti melibatkan aktivitas otot. Dengan aktivitas fisik
berulang-ulang otot-otot menjadi lebih besar dan kuat, badan tumbuh
menjadi lebih besar dan lebih tinggi sehingga proposional. Melalui
pendidikan jasmani yang teratur dan terarah, maka organ-organ tubuh
pun akan bekerja dan berkembang sebagaimana mestinya sesuai dengan
fungsinya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kesehatan, baik kesehatan
jasmani maupun rohani. Dengan demikian anak-anak akan memiliki nilai
dan sikap yang positif terhadap pentingnya pendidikan jasmani dalam
kehidupannya. Tubuh yang kuat dan sehat adalah modal awal bagi anak-
anak untuk meningkat keterampilan geraknya dimasa depan.
2. Pembentukan Prestasi
Untuk mencapai suatu prestasi maksimal banyak komponen fisik
yang perlu dipenuhi. Pembelajaran pendidikan jasmani adalah salah satu
sarana untuk membentuk dan mengembangkan komponen fisik. Dalam
aktivias pendidikan jasmani diperlukan adanya kekuatan, kecepatan,
kelentukan, keuletan, kedisiplinan, kepercayaan terhadap diri sendiri,
pemahaman dan penugasan terhadap prosedur gerakan yang akan
dilakukan, serta konsep cara untuk melakukan gerakannya. Hal ini
merupakan dasar yang mengacu kepada tercapainya suatu peningkatan
prestasi yang optimal. Dalam hal ini bukan hanya berarti pencapaian
prestasi optimal untuk keterampilan gerak dalam bidang pendidikan
jasmani, tetapi juga berlaku untuk peningkatan prestasi belajar, bekerja
atau melakukan kegiatan yang lainnya, dan sebagainya yang sesuai
dengan pa yang diharapkan dari tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka pendidikan jasmani
dalam melaksanakan peranannya untuk membantu tercapainya tujuan
pendidikan, antara lain:
a. Membentuk dan mengembangkan anak kepada suatu bentuk kerja

6
yang optimal melalui aktivitas jasmani.
b. Mengarahkan, membimbing dan mengembangkan diri anak terhadap
pencapaian prestasi dengan jalan menanamkan kedisiplinan,
pemusatan pikiran, kewaspadaan, kepercayaan pada diri sendiri,
tanggung jawab dan peningkatan kemampuan diri.
c. Belajar untuk mengendalikan terhadap luapan perasaan yang
berkembang dalam waktu yang singkat atau keadaab dan reaksi
psikologis dan fisiologis (emosi).
d. Menanamkan pada anak untuk dapat mengenal kemampuan sendiri
dan keterbatasan terhadap dirinya.
e. Menanamkan untuk belajar meningkatkan sikap dan tindakan yang
tepat terhadap nilai-nilai prestasi yang diraihnya di dalam kehidupan
sehari-hari, baik di lingkungan masyarakat maupun di dalam
kegiatan pendidikan jasmani dan olah raga.
Dengan ditanamkannya pembentukan prestasi kepada anak-anak,
maka diharapkan di kemudian hari anak-anak akan dapat
mengembangkannya, serta dapat mengatasi hambatan-hambatan yang
dihadapinya, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain di
lingkungannya.
3. Pembentuk Sosial
Kehidupan manusia tidak terlepas dari norma-norma kehidupan
dan tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan sosial. Dalam kehidupan
sosial, anak-anak akan tumbuh berkembang serta akan menemukan
pribadinya masing-masing. Ia akan menyadari keadaan dirinya, bahwa ia
berada di tengah-tengah manusia yang lainnya. Keadaan masa-masa
berada di sekolah anak-anak akan dapat merasakan terjadinya perubahan
dan memperoleh berbagai pengalaman, hal ini sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Mereka tentu akan
mengubah sifat-sifat dan perhatiannya dari keadaan lingkungan keluarga
kepada keadaan lingkungan di sekolahnya. Hal ini akan terlihat adanya
perubahandari sifat ketergantungan menjadi sifat kemampuan untuk

7
dapat berdiri sendiri. Dengan demikian mereka sudah terlihat mempunyai
suatu perkembangan kepribadian sosial dan menyadari akan hidupnya,
walaupun belum secara mendalam.
Melalui pendidikan jasmani kepada anak-anak akan dapat
diberikan bimbingan terhadap pergaulan hidup, yang sesuai dengan
norma-norma dan ketentuan-ketentuan yang sesuai dengan unsur-unsur
sosial, hingga akan membantu kehidupan anak yang lebih aktif. Peranan
pendidikan jasmani di dalam usahanya terhadap pembentukan sosial
anak-anak, contohnya sebagai berikut:
a. Menanamkan pembinaan terhadap pengakuan dan penerimaan akan
norma-norma dan peraturan yang berlaku di masyarakat.
b. Menanamkan kebiasaan untuk selalu berperan aktif dalam suatu
kelompok, agar dapat bekerja sama, dapat menerima pimpinan dan
memberikan pimpinan.
c. Membina dan memupuk ke arah perkembangan perasaan sosial dan
menghargai orang lain.
d. Menanamkan dan memupuk untuk selalu belajar bertanggung jawab,
dan mau memberikan bantuan dan pertolongan, serta memberikan
perlindungan dan mau berkorban.
e. Menanamkan kebiasaan untuk selalu mau belajar secara aktif dalam
sesuatu bentuk kegiatan, baik dalam belajar, bekerja maupun dalm
mengisi waktu-waktu luang.
4. Keseimbangan Mental
Kehidupan di zaman modern seperti sekarang ini, banyak tuntutan
yang serba kompleks hingga akan menimbulkan ketegangan-ketegangan
dan konflik-konflik batin yang serba tidak menentu. Usaha prefentif
perlu dilakukan yaitu dengan cara menumbuhkan keyakinan dan
kepercayaan pada diri sendiri di dalam menentukan langkah-langkah
kehidupan. Dengan demikian maka kita tidak akan tergoyahkan oleh hal-
hal yang dapat mengganggu keseimbangan mental. Selain dari itu untuk
menjaga keseimbangan mental dapat diusahakan dengan mengadakan

8
penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan, dan dengan mengadakan
latihan-latihan mental melalui olahraga yang dapat diperoleh melalui
pendidikan olahraga secara terarah.
Salah satu usaha untuk menciptakan suatu linkungan mental yang
sehat dapat dilakukan melalui pendidikan jasmani yang pembinaannya
dimulai sejak Sekolah Dasar. Salah satu peranan pendidikan jasmani di
sekolah adalah belajar mengendalikan luapan perasaan yang berkembang
dan surut dalam waktu yang singkat atau keadaan dan reaksi psikologis
dan fisiologis yang sering juga dikatakan dengan pembinaan kestabilan
emosi. Program kegiatan pendidikan jasmani yang baik dan terarah,
dapat dijadikan sebagai sarana pemupukan kestabilan emosi dan
keseinbangan mental.
Hubungan antara para pendidik pendidikan jasmani pada
umumnya sangat erat berhubungan dengan pesertadidiknya, dalam
suasana pergaulan yang akrap baik di lapangan permainan, atletik,
senam, kolam renang maupun di tempat-tempat latihan yang lainnya.
Dalam hal ini tentu pendidik pendidikan jasmani akan lebih mudah untuk
mengamati tingkah laku anak-anaknya secara wajar. Suasana yang bebas
penuh keakraban tetapi terpimpin, maka anak-anak akan segera dapat
terlihat segala kekurangan dan kelemahan dari masing-masing anak
terseburt. Dengan demikian akan lebih memudahkan bagi guru
pendidikan jasmani untuk mengadakan bimbingan dan pengarahan
kepada anak-anak, dalam usaha memupuk kepribadiannya secara lebih
efektif dan efisien.
Melalui pendidikan jasmani pemupukan kestabilan emosi anak
dapat lebih efektif. Anak-anak akan memperoleh pengalaman secara
langsung dalam dunia nyata, karena mereka langsung praktik melakukan
kegiatan di lapangan dalam suasana yang penuh rangsangan terhadap
timbulnya emosi yang harus dapat di kendalikan. Di sini anak-anak telah
memperoleh bekal yang cukup kuat, yaitu agar mereka dapat berpikir
secara lebih jernih dan terarah, menyesuaikan diri terhadap situasi, selalu

9
mau belajar, dan mau menerima keadaan yang seharusnya. Dengan
demikian anak-anak akan menjadi manusia dewasa yang memperoleh
tempaan terhadap keyakinan dalam rangka pemantapan diri, sehingga
tidak akan mudah tergoyahkan atau terpancing oleh rangsangan-
rangsangan yang dapat mempengaruhi kestabilan emosinya, atau dengan
kata lain anak-anak telah miliki keseimbangan mental yang cukup kuat.
5. Kecepatan Proses Berpikir
Proses pendidikan jasmani menuntut peserta didik untuk sensitiv
terhadap situasi yang dihadapinya. Mereka harus memiliki daya
pengindraan dan kecepatan di dalam proses berpikirnya, serta harus dapat
dengan segera mengambil suatu keputusan yang harus dilakukan dengan
cepat dan tepat, yaitu agar segera dapat bertindak dalam melakukan
kegiatannya sehingga tidak tertinggal oleh lawan-lawan bermainnya.
Misalnya dalam sebuah permainan bulu tangkis. Seorang pemain
melakukan pukulan yang keras dan menukik (smash) diarahkan
kelapangan lawan, kalau dilihat dari proses pukulannya saja sangat
sederhana sekali, yaitu meloncat, mengayunkan raket, dan memukul bola
keras yang di arahkan ke lapangan lawan. Hal semacam ini adalah hanya
masalah teknik saja, tetapi jika di hubungkan dengan keberhasilan dari
tindakannya melakukan pukulan tersebut, maka bukanlah hanya teknik
saja yang menentukan keberhasilannya tetepi juga pelakunya yaitu
manusia secara keseluruhan. Karena di dalam melakukan pukulan tadi,
selain teknik pukulan, juga melibatkan daya kecepatan, penglihatan,
proses berpikir dalam mengambil keputusan ke mana bola harus di pukul
dengan cepat dan tepat, serta fungsi kejiwaannya pun turut memegang
peranan dalam hal ini.
Sehingga dapat di katakan bahwa dalam melakukan contoh
aktivitas pukulan tersebut, bukan hanya jasmani saja yang bekerja tetapi
manusia secara keseluruhan termasuk kecepatan proses berpikir juga
berperan. Akan tetapi bagi anak-anak yang beru belajar memukul,
mungkin masih terikat oleh penguasaan tekniknya saja di mana

10
kegiatannya hanya jasmani saja. Namun dengan latihan terus-menerus,
maka lama-kelamaan akan merasakan bahwa hanya dengan
mengandalkan teknik saja tiada akan cukup menjamin keberhasilannya
dalam memukul tersebut. Oleh karena itu, dengan melalui pengajaran
pendidikan jasmani anak-anak dilatih untuk dapat bertindak dengan cepat
dan tepat, serta akan dapat ditingkatkan dalam kecepatan proses
berpikirnya.
6. Pembentukan Kepribadian
Pelajaran pendidikan jasmani, hendaknya dapat dimanfaatkan
oleh anak-anak sebaik-baiknya dengan dibimbing dan dikembangkan,
serta diarahkan kepada hal-hal yang positif agar bermanfaat bagi
kelangsungan hidupnya. Proses pembelajaran pendidikan jasmani di
dalamnya harus dapat memfasilitasi anak untuk mengambangkan nilai-
nilai dalam kehidupanya sehari-hari, sebagai sarana untuk merangsang
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial
yang selaras dalan upuya mengembangkan kemampuan gerak dasar,
menanamkan kedisiplinan , nilai dan sikap positif, serta membiasakan
hidup sehat. Dalam hal ini anak-anak harus memiliki kepribadian yang
tinggi, sebagai suatu modal dan kemudi dalam usaha untuk mengadakan
penyesuaian yang cepat dan tepat.

C. Tujuan Pendidikan Jasmani


Kurikulum Penjasorkes di sekolah dasar bahwa tujuan pendidikan
jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah membantu siswa untuk memiliki
tujuan seperti yang tertera dalam buku KTSP tahun 2006 (Depdiknas, 2006:
205), sebagai berikut:
1. Mengembangkan ketrampilan pengelolaan diri dalam pengembangan dan
pemeliharaan kesegaran jasmani serta pola sehat melalui berbagai
aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih
baik.

11
3. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dasar.
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-
nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan
kesehatan.
5. Mengembangakan sikap positif, jujur, disiplin, dan bertanggung jawab,
kerjasama, percaya diri, dan demokratis.
6. Mengembangkan ketrampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri,
orang lain dan lingkunagan.
7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang
bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang
sempurna, pola hidup dan kesegaran, terampil, serta memiliki sikap yang
positif.
Sedangkan menurut Samsudin (2008: 3) tujuan pendidikan jasmani
adalah:
1. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam
pendidikan jasmani.
2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap
sosial, dan toleransi.
3. Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas pembelajaran
jasmani.
4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab,
kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani.
5. Mengembangkan ketrampilan gerak dan ketrampilan teknik.
6. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya
pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup
sehat.
7. Mengembangkan ketrampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan
orang lain.
8. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi
untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat.

12
9. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat
rekreatif.
Secara umum tujuan pendidikan jasmnai di sekolah dasar adalah
memacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional, dan
sosial yang selaras dalam membentuk dan mengembangkan kemampuan
gerak dasar, menanamkan nilai, sikap, dan mebiasakan hidup sehat
(Subagiyo, 2008: 107). Tujuan Penjas harus sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional. Salah satu tujuan pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam
UUD 1945 adalah untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani
dan rohani. Sehingga mata pelajaran Penjasorkes adalah salah satu mata
pelajaran yang berperan utama untuk membentuk dan meningkatkan
kesegaran jasmani peserta didiknya dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan
kepada siswa untuk:
1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan social.
2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai
keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam
aneka aktivitas jasmani.
3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang
optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan
terkendali.
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas
jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.
5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan
keterampilan social yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif
dalam hubungan antar orang.
6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk
permainan olahraga.

13
Diringkaskan dalam terminology yang popular, maka tujuan
pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain
psikomotorik, domain kognitif dan tak kalah pentingnya domain afektif.
Pengembangan domain psikomotorik secara umum dapat diarahkan
pada dua tujuan utama, pertama mencapai perkembangan aspek kebugaran
jasmani, dan kedua, mencapai perkembangan aspek perceptual motorik. Ini
menegaskan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani harus melibatkan
aktivitas fisik yang mampu merangsang kemampuan kebugaran jasmani serta
sekaligus bersifat pembentukan penguasaan gerak keterampilan itu sendiri.
Kebugaran jasmani merupakan aspek penting dari domain
psikomotorik, yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologis organ
tubuh. Konsentrasinya lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi
fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah system (misalnya
system peredaran darah, system pernafasan, system metabolisme, dll).
Dalam pengertian yang lebih resmi, sering dibedakan konsep
kebugaran jasmani ini dengan konsep kebugaran motorik. Keduanya
dibedakan dalam hal: kebugaran jasmani menunjuk pada aspek kualitas tubuh
dan organ-organnya, seperti kekuatan (otot), daya tahan (jantung-paru),
kelentukan (otot dan persendian); sedangkan kebugaran motorik menekankan
aspek penampilan yang melibatkan kualitas gerak sendiri seperti kecepatan,
kelincahan, koordinasi, power, keseimbangan, dll. Namun dalam naskah ini,
penulis akan menggunakan konsep kebugaran jasmani tersebut untuk
menunjuk pada keseluruhan aspek diatas.
Pengembangan keterampilan gerak merujuk pada proses penguasaan
suatu keterampilan atau tugas gerak yang melibatkan proses mempersepsi
rangsangan dari luar, kemudian rangsangan itu diolah dan diprogramkan
sampai terjadinya respons berupa tindakan yang sesuai dengan rangsangan
itu.
Penekanan proses pembelajarannya lebih banyak ditujukan pada
proses perangsangan yang bervariasi, sehingga setiap sekali anak selalu
mengerahkan kemampuannya dalam mengolah informasi, ketika akan

14
menghasilkan gerak. Dengan cara itu, kepekaan system saraf anak semakin
dikembangkan.
Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan
lebih penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah.
Aspek kognitif dalam pendidikan jasmani, tidak saja menyangkut penguasaan
pengetahuan factual semata-mata, tetapi meliputi pula pemahaman terhadap
gejala gerak dan prinsipnya, termasuk yang berkaitan dengan landasan ilmiah
pendidikan jasmani dan olahraga serta manfaat pengisian waktu luang.
Domain afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur
kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat
yang perlu dikembangkan, tetapi yang lebih penting adalah konsep diri dan
komponen kepribadian lainnya, seperti intelegensia emosional dan watak.
Konsep diri menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang
kelebihannya. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat
diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka
setelah dewasa kelak.
Intelegensia emosional mencakup beberapa sifat penting, yakni
pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan dan kemampuan
untuk berempati. Pengendalian diri merupakan kualitas pribadi yang mampu
menyelaraskan pertimbangan akal dan emosi yang menjadi sifat penting
dalam kehidupan social dan pencapaiannya untuk sukses hidup di
masyarakat. Demikian juga dengan ketekunan; tidak ada pekerjaan yang
dapat dicapai dengan baik tanpa ada ketekunan. Ini juga berlaku sama dengan
kemampuan memotivasi diri, kemandirian untuk tidak selalu diawasi dalam
menyelesaikan tugas apapun.
Tujuan pendidikan jasmani sudah tercakup dalam pemaparan diatas
yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai
kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam
aspek fisik, mental, social, emosional dan moral. Singkatnya, pendidikan
jasmani bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap anak setinggi-

15
tingginya. Dalam bentuk bagan, secara sederhana tujuan penjas meliputi tiga
ranah (domain) sebagai satu kesatuan, sebagai berikut :

Cakupan Ranah dari Penjas


Tujuan diatas merupakan pedoman bagi guru penjas dalam
melaksanakan tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan
pembelajaran yang direncanakan secara matang, dengan berpedoman pada
ilmu mendidik. Dengan demikian, hal terpenting untuk disadari oleh guru
penjas adalah bahwa ia harus menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik,
bukan hanya sebagai pelatih atau pengatur kegiatan.
Misi pendidikan jasmani tercakup dalam tujuan pembelajarannyayang
meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor. Perkembangan
pengetahuan atau sifat-sifat social bukan sekedar dampak pengiring yang
menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk dalam perencanaan
dan scenario pembelajaran. Kedudukannya sama dengan tujuan pembelajaran
pengembangan domain psikomotor.
Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan tersebut, guru perlu
membiasakan diri untuk mengajar anak tentang apa yang akan dipelajari
berlandaskan pemahaman tentang prinsip-prinsip yang mendasarinya.
Pergaulan yang terjadi di dalam adegan yang bersifat mendidik itu

16
dimanfaatkan secara sengaja untuk menumbuhkan berbagai kesadaran
emosional dan social anak. Dengan demikian anak akan berkembang secara
menyeluruh, yang akan mendukung tercapainya aneka kemampuan.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan adalah suatu
proses mendidik melalui aktivitas jasmani, yang dirancang dan disusun secara
sistematik, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan,
meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan
pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga
negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Konsep sehat WHO adalah
keadaan sejahtera jasmani, rohani dan sosial, bukan hanya bebas dari
penyakit, cacat ataupun kelemahan. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Keterampilan
motorik adalah suatu tindakan yang berupa serangkaian gerakan-gerakan
hasil kontrol dari bagian-bagian tubuh seperti syaraf dan otot yang
terkoodinasi yang menyebabkan tindakan tersebut.
Pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian
proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh
pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.
Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, maka Pendidikan Jasmani Olahraga
Dan Kesehatan merupakan bentuk pendekatan menuju pada aspek kesehatan
paripurna WHO, yaitu sumber daya manusia yang sejahtera jasmani, rohani
dan sosial, bukan hanya bebas dari penyakit, cacat ataupun kelemahan.
Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan sebagai pendidikan yang
menggunakan aktivitas gerak atau jasmani sebagai medianya juga berperan
besar dalam pembentukan dan pengembangan keterampilan motorik. Melalui
Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan peserta didik dapat
mempelajari, mengasah dan meningkatkan keterampilan geraknya sehingga
mampu mendukung semua aktivitas dalam kehidupannya.

18
B. Saran
Keberhasilan misi Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan di
lapangan sangat ditentukan oleh kualitas pendidik dan para instruktur bidang
olahraga, serta pemahaman makna olahraga pendidikan dan kesehatan bagi
lembaga-lembaga pembina mutu sumber daya manusia dan masyarakat luas
pada umumnya, serta ketulusan dan kesungguhan dalam pengabdianya.
Sehingga mereka menjadi ujung tombak dalam tujuan pencapaian pendidikan
nasional Negara Indonesia yaitu mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

19
DAFTAR RUJUKAN

Alberta Education. Daily Physical Activity Initiative. (Online)


(http://education.alberta.ca/teachers/resources/dpa.aspx).
Ateng, A (1992). Pengembangan Bakat Melalui Pendidikan Jasmani. (Online).
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR.NAL_/19401171992021DADA
NG_JUANDI/SIKAP_DAN_PANDANGAN_GURU.pdf).
British Columbia. Daily Physical Activity. (Online)
(https://www.bced.gov.bc.ca/dpa/).
Dimyati dan Mudjiono (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Gallahue, D.L. dan Ozmun, J.C. (2006) Understanding Motor Development. New
York: Mc Graw-Hill Companies.
Giriwijoyo, S dan Sidik, D.Z. (2013). Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Hurlock, E.H. (1988). Perkembangan Anak Jilid 1 (Edisi ke-6). Jakarta: Erlangga.
Lutan, R. (1995). Hakikat dan Karakteristik Penjaskes. Jakarta: Depdikbud
Lutan, R. (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode.
Jakarta: Depdikbud.
Sport Fitnes Advisor. The FITT principle of Training. (Online). Di akses 14 Maret
2015
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang RI No. 3 Tahun 2005. Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009. Tntang Kesehatan.
Weahner, P. 2014. The F.I.T.T Principle. (Online)
(http://exercise.about.com/od/weightloss/g/FITTprinciple.htm).

20

Anda mungkin juga menyukai